Download - Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

Transcript
Page 1: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun

Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg dengan

Penambahan Polimer β-siklodekstrin Menggunakan

Metode Pencampuran Kneading

SKRIPSI

SERA NUR AGUSTIN

108102000004

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

JANUARI 2013

Page 2: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun

Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg dengan

Penambahan Polimer β-siklodekstrin Menggunakan

Metode Pencampuran Kneading

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Farmasi (S.Far)

SERA NUR AGUSTIN

108102000004

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

JANUARI 2013

Page 3: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Sera Nur Agustin

NIM : 108102000004

Tanda Tangan :

Tanggal : 17 Januari 2013

Page 4: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 5: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 6: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRAK

Nama : Sera Nur Agustin

Program Studi : Farmasi

Judul : Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun

Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg dengan

Penambahan Polimer β-siklodekstrin Menggunakan

Metode Pencampuran Kneading

Fraksi etil asetat daun sukun Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg yang

berkhasiat sebagai obat kardiovaskular merupakan senyawa yang bersifat sukar

larut dalam air. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kelarutan fraksi

etil asetat daun sukun. Salah satu cara untuk meningkatkan kelarutan adalah

dengan penambahan polimer β-siklodekstrin. Pencampuran fraksi etil asetat daun

sukun-β-siklodekstrin menggunakan metode kneading dengan perbandingan pada

masing-masing formula yaitu 1:2 (F1), 1:4 (F2) dan 1:6 (F3). Campuran

dikarakterisasi dengan Karl Fischer titration dan Scanning Electron Microscopy

serta dievaluasi dengan uji kelarutan. Kadar total flavonoid dari fraksi etil asetat

daun sukun sebesar 32,79 %. Hasil uji kelarutan menunjukkan peningkatan

kelarutan secara berurutan yaitu 4,49% (F1), 11,76% (F2) dan 45,16% (F3).

Formula 3 merupakan formula terbaik dengan peningkatan kelarutan sebesar

45,16%. Penambahan polimer β-siklodekstrin mampu meningkatan kelarutan

fraksi etil asetat daun sukun Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg secara

signifikan dengan tingkat kepercayaan 95% (p ≤ 0,05).

Kata kunci : Ekstrak Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg, polimer, metode

kneading, kelarutan, β-siklodekstrin

Page 7: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRACT

Name : Sera Nur Agustin

Program Study : Pharmacy

Title : Enhancement Solubility of Ethyl Acetate Fraction of

Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg extract with

the addition of combination polymers of β-

cyclodextrin using mixing kneading method

Ethyl acetate fraction of the Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg extract

have a potential compound which has poor solubility in water to treat heart

disease. The purpose of this study was to improve the solubility of the

extract. One of method to improve the solubility of the extract was by

mixing it with β-cyclodextrin polymer. Three comparisons extract and ß-

cyclodextrin were : 1:2 (F1), 1:4 (F2) and 1:6 (F3). The sample was

prepared by kneading method. The sample characterization was used Karl

Fischer titration and Scanning Electron Microscopy. Content of total

flavonoid from the extract was 32.79%. The results showed that the

solubility of the sample in each formula which increased were 4.49% (F1),

11.76% (F2) and 45.16% (F3). Formula 3 was the best formula to increase

the solubility of 45.16%. This study showed that the addition β-cyclodextrin

can increase the solubility of Ethyl acetate fraction of the Artocarpus altilis

(Parkinson) Fosberg extract wich has significant confidence level of 95% (p

≤ 0.05).

Keywords : Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg extract, polymer,

kneading method, solubility, β-cyclodextrin

Page 8: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat

untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari

berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini,

sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu,

saya mengucapkan terimakasih kepada:

(1) Ibu Sabrina M.Farm, Apt selaku pembimbing pertama dan Ibu Yuni

Anggraeni M.Farm, Apt selaku pembimbing kedua, yang memiliki andil

besar dalam proses penelitian dan penyelesaian tugas akhir saya ini,

semoga segala bantuan dan bimbingan ibu mendapat imbalan yang lebih

baik di sisi-Nya

(2) Bapak Prof. Dr. dr. M.K Tadjudin, Sp. And, selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

(3) Bapak Drs. Umar Mansur M.Sc, Apt, selaku ketua Program Studi Farmasi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

(4) Ibu dan ibu staf pengajar dan karyawan yang telah memberikan bimbingan

dan bantuan selama saya menempuh pendidikan di Program Studi Farmasi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

(5) Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2008 Program Studi Farmasi Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

(6) Teman satu tim Inda firliah dan Berty Puspitasari yang telah bekerja

bersama selama penelitian dan penulisan tugas akhir ini. Intan F, Siti M.S,

Page 9: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Putri S.R, Ratu F.C yang selalu bersama-sama dalam menjalani suka duka

selama masa kuliah

(7) Kepada Eef Saeful Ramdan yang selalu memberikan doa, support, bantuan

dan perhatiannya selama ini.

(8) Kepada adikku Robby Rohmansyach yang yang selalu memberikan doa,

support dan perhatiannya selama ini.

(9) Tak lupa kepada kedua orang tua saya, bapak Rohman dan Ibu Uyum yang

telah memberikan cinta dan kasih sayang, doa, bimbingan, dukungan,

nasehat, perhatian, semangat dan kepercayaannya selama ini. Semoga

segala amalan dan jerih payah kedua orangtuaku mendapat balasan yang

jauh lebih baik disisi-Nya.

Akhir kata. Saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas

kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa

manfaat bagi pengembangan ilmu.

Jakarta, 2013

Penulis

Page 10: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS

AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Sera Nur Agustin

NIM : 108102000004

Program Studi : Farmasi

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Jenis karya : Skripsi

demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah

saya, dengan judul :

Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun Artocarpus

altilis (Parkinson) Fosberg dengan Penambahan Polimer β-

siklodekstrin Menggunakan Metode Pencampuran Kneading

Untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital

Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta untuk kepentingan akademik sesuai dengan Undang-Undang Hak

Cipta.

Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan

sebenarnya.

Dibuat di : Jakarta

Pada Tanggal : 17 Januari 2013

Yang menyatakan,

(Sera Nur Agustin)

Page 11: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ....................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ iv

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... v

ABSTRAK ................................................................................................... vi

ABSTRACT ................................................................................................ vii

KATA PENGANTAR ................................................................................. viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .............. ix

DAFTAR ISI .............................................................................................. x

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 3

1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 4

2.1 Sukun ......................................................................................... 4

2.1.1 Klasifikasi Sukun ............................................................... 4

2.1.3 Bagian Tanaman Sukun ..................................................... 4

2.1.4 Kandungan Kimia dan Efek Farmakologis ........................ 5

2.2 Flavonoid ................................................................................... 5

2.3 Siklodekstrin .............................................................................. 7

2.4 Kompleks Inklusi ........................................................................ 9

2.5 Karakterisasi Kompleks Inklusi .................................................. 14

2.5.1 Scanning Electron Microscopy .......................................... 14

2.5.2 Karl Fisher Titration ......................................................... 14

2.6 Kelarutan .................................................................................... 15

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 18

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 18

3.2 Bahan ......................................................................................... 18

3.3 Alat ............................................................................................. 18

3.4 Prosedur Penelitian ..................................................................... 18

3.4.1 Karakterisasi Ekstrak dengan Parameter Spesifik ............... 18

3.4.1.1 Organoleptis ........................................................ 18

3.4.1.2 Penentuan Kadar Senyawa Total Flavonoid ......... 19

3.4.2 Karakterisasi Ekstrak dengan Parameter Non Spesifik ....... 19

3.4.2.1 Susut Pengeringan ............................................... 19

3.4.2.2 Kadar Air ............................................................. 20

3.4.2.3 Kadar Abu Total ................................................. 20

Page 12: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.4.3 Pembuatan Campuran Fraksi Etil Asetat Daun Sukun-β-

Siklodekstrin Dengan Metode Kneading .......................... 20

3.4.4 Karakterisasi Campuran Fraksi Etil Asetat Daun Sukun-β

Siklodekstrin .................................................................. 21

3.4.4.1 Scanning Electron Microscopy............................. 21

3.4.4.2 Uji Karl Fisher .................................................... 21

3.4.5 Uji kelarutan Flavonoid dari Fraksi Etil Asetat Daun

Sukun ............................................................................. 21

3.4.6 Analisa data ...................................................................... 22

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 23

4.1 Hasil Karakterisasi Ekstrak ......................................................... 23

4.2 Hasil Pembuatan Campuran Fraksi Etil Asetat Daun Sukun-β

Siklodekstrin dengan metode kneading ..................................... 25

4.3 Hasil Karakterisasi Campuran Fraksi Etil Asetat Daun Sukun-β-

siklodekstrin ..................................................................................... 26

4.3.1 Scanning Elektron Microscopi (SEM) .................... 26

4.3.2 Hasil uji karl fischer titration ................................. 27

4.5 Hasil uji kelarutan Flavonoid dari Fraksi Etil Asetat Daun

Sukun ............................................................................................... 29

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 31

5.1 Kesimpulan ................................................................................ 31

5.2 Saran .......................................................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 32

Page 13: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1.1 Karakteristik siklodekstrin.................................................................... 8

3.1 Formulasi pencampuran fraksi etil asetat sukun-β-siklodekstrin ........... 20

4.1 Hasil karakterisasi ekstrak fraksi etil asetat daun sukun ....................... 23

4.2 Hasil uji Karl-fischer titration .............................................................. 27

4.3 Hasil Uji kelarutan pada suhu 37oC ...................................................... 29

Page 14: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR GAMBAR

Halaman

)

Gambar 1. Tanaman Sukun (Artocarpus altilis) ........................................ 4

Gambar 2. Struktur dasar flavonoid ........................................................... 6

Gambar 3. Struktur rutin ............................................................................ 7

Gambar 4. Struktur kimia β-siklodekstrin dan bentuk toroidal molekul β-

siklodekstrin ........................................................................... 7

Gambar 5. Skema interaksi siklodekstrin-molekul obat .............................. 11

Gambar 6. Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ................................................. 55

Gambar 7. β-siklodekstrin ........................................................................ 55

Gambar 8. Campuran fraksi etil asetat daun sukun-siklodekstrin ................ 55

Gambar 9. Moisture analyzer ..................................................................... 56

Gambar 10. SEM ....................................................................................... 56

Gambar 11. Karl Fischer Titration ............................................................. 56

Page 15: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Alur Penelitian ................................................................... 36

Lampiran 2. Surat Keterangan Rutin ...................................................... 37

Lampiran 3. Hasil Kadar Air Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ................... 38

Lampiran 4. Hasil Kadar Abu Fraksi Etil Asetat Daun Sukun.................. 39

Lampiran 5. Kurva Absorbansi Rutin ..................................................... 39

Lampiran 6. Kurva Absorbansi Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ............... 40

Lampiran 7. Data Absorbansi Standar Rutin ............................................ 40

Lampiran 8. Gambar Kurva Standar Rutin ............................................. 40

Lampiran 9. Kadar Total Flavonoid Dari Fraksi Etil Asetat Daun

Sukun ................................................................................. 41

Lampiran 10. Perhitungan Kesetaraan Untuk Uji Kelarutan ..................... 42

Lampiran 11. Kadar Flavonoid Dalam Fraksi Etil Asetat Daun Sukun

Pada Uji Kelarutan ............................................................. 43

Lampiran 12. Hasil Analisa Data Untuk Uji Kelarutan Perbandingan

Fraksi Etil Asetat Daun Sukun Dengan Formula ................. 45

Lampiran 13. Hasil Analisa Data Untuk Uji Kelarutan Perbandingan

Formula Dengan Formula ................................................... 48

Lampiran 14. Hasil Karl Fisher Titration Pada Campuran, Kontrol

Pencampuran Fisik Formula 1 dan Kontrol Polimer ............ 52

Lampiran 15. Hasil Uji Karl Fischer Titration Fraksi Etil Asetat Daun

Sukun dengan Metode Kneading (Pengadukan) .................. 53

Lampiran 16. Gambar Campuran Fraksi Etil Asetat Daun Sukun-β-

Siklodekstrin dengan Metode Kneading (Pengadukan) ........ 54

Lampiran 17. Hasil Uji Scanning Electron Microscopy (SEM) ................. 55

Lampiran 18. Alat Penelitian .................................................................... 56

Page 16: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Artocarpus altilis adalah salah satu tanaman yang digunakan

masyarakat Indonesia sebagai makanan dan juga digunakan sebagai obat

yang dikenal dengan nama sukun (Arung et al., 2009). Secara tradisional

masyarakat menggunakan daun sukun untuk pengobatan penyakit hati,

hipertensi, diabetes, jantung, ginjal, sakit gigi dan gatal-gatal (Depkes RI,

1997; Heyne, 1987).

Penelitian terhadap tanaman sukun menunjukkan adanya senyawa

golongan flavonoid, tanin, saponin, steroida/triterpenoida dan glikosida

(Abdassah, Sumiwi dan Hendrayana, 2009). Uji keamanan fraksi etil asetat

daun sukun baik akut maupun subkronis yang telah dilakukan tidak

menunjukkan toksisitas yang berarti terhadap organ-organ penting seperti

jantung, otak, paru-paru, hati, ginjal, limpa, pankreas dan organ-organ

seksual (Umar et al., 2007).

Hasil elusidasi struktur senyawa aktif yang terdapat dalam fraksi

etil asetat daun sukun adalah golongan sterol (β-sitosterol) dan flavonoid.

Studi in vitro dan in vivo yang telah dilakukan menunjukkan bahwa total

flavonoid dari ekstrak daun sukun berpotensi sebagai obat kardiovaskular.

Dari hasil preklinik menunjukkan bahwa β- sitosterol dan total flavonoid

mampu menghambat agregat platelet, menurunkan viskositas darah,

memproteksi cardyomyocytes serta menekan terbentuknya trombosis

(Umar et al., 2007).

Senyawa-senyawa aktif dari golongan flavonoid yang ditemukan

dalam fraksi etil asetat daun sukun, diantaranya DS6 atau 1-(2,4

Dihydroxyphenyl)-3-[8-hydroxy-2-methyl-2-(4-methyl-3- pentenyl)-2H-1-

benzopyran-5-yl]-1-propanone, 8-geranyl-4',5,7 trihydroxyflavone, 2-

geranyl-2',3,4,4'-tetrahydroxychalcone yang berfungsi sebagai obat

kardiovaskular juga senyawa antikanker (carcinostatic) yang diberikan

baik secara oral ataupun parenteral (Syah et al., 2006).

Page 17: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dari informasi di atas terlihat bahwa kandungan flavonoid dari

fraksi etil asetat daun sukun memiliki potensi besar untuk pengobatan

terutama penyakit kardiovaskular. Oleh karena itu, perlu dilakukan

penelitian lebih lanjut terhadap fraksi etil asetat daun sukun sebagai bahan

baku obat yang berasal dari bahan alam.

Fraksi etil asetat daun sukun termasuk ke dalam kategori sukar

larut dalam air. Absorpsi obat-obatan yang kelarutannya rendah dalam air

berpengaruh terhadap rendahnya bioavaibilitas obat tersebut dalam tubuh

(Lieberman, Lachman & Schwartz, 1989). Perbaikan kelarutan dan

kecepatan disolusi obat yang sukar larut merupakan langkah pertama

untuk perbaikan ketersediaan hayati (Bekers, 1991).

Dari berbagai upaya yang ada, penambahan polimer siklodekstrin

telah terbukti dapat meningkatkan kelarutan, laju disolusi dan

bioavailabilitas dari obat yang tidak larut air (Martin, Swarbick &

Cammarata, 1990; Hiremath et al., 2008; Patil, Kadam, Marapur,

Kamarapur, 2010). Hal ini disebabkan karena siklodekstrin memiliki

kemampuan untuk menjerat molekul tamu di dalam rongga siklodekstrin

sehingga terjadi peningkatan stabilitas, kelarutan dalam medium berair dan

bioavailabilitas (Chandrakant et al., 2010; Shewale, Fursule, & Sapkal.,

2008).

Kelarutan dan bioavaibilitas dari glipizid, rofekosib, piroksikam,

karvedilol, rutin, ekstrak daun ficaria verna dapat ditingkatkan

kelarutannya dalam air dengan penambahan polimer β-siklodekstrin

(Kumar et al., 2011; Corciovia & cascaval, 2011; Hadaruga, 2012).

Pemilihan polimer β-siklodekstrin karena merupakan suatu oligosakarida

siklik, manis, tidak beracun yang diperoleh dari pati (Charles, 2010;

Hiremath et al., 2008).

Salah satu metode yang digunakan untuk peningkatan kelarutan

yaitu metode kneading. Pemilihan metode ini digunakan karena

merupakan metode yang sederhana dalam skala laboratorium,

memperkecil biaya produksi, peningkatan laju disolusi yang paling besar

Page 18: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dibandingkan metode evaporasi pelarut dan pencampuran fisk (Patil,

Kadam, Marapur, Kamarapur, 2010; Srikanth et al., 2010).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka akan dilakukan penelitian

untuk meningkatkan kelarutan fraksi etil asetat daun sukun dengan

penambahan polimer β-siklodekstrin menggunakan metode kneading.

Ruang lingkup penelitian ini mencakup karakterisasi fraksi etil asetat daun

sukun, pembuatan campuran fraksi etil asetat daun sukun- β-siklodekstrin

melalui metode kneading, karakterisasi campuran fraksi etil asetat daun

sukun-β-siklodekstrin menggunakan karl fisher titration dan Scanning

Electron Microscopy (SEM), uji kelarutan campuran fraksi etil asetat daun

sukun–β-siklodekstrin.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah penambahan polimer β-siklodekstrin menggunakan metode

kneading mampu meningkatkan kelarutan fraksi etil asetat daun sukun?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kelarutan fraksi etil asetat

daun sukun dengan penambahan polimer β-siklodekstrin menggunakan

metode kneading.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh

penambahan polimer β-siklodekstrin dengan metode kneading terhadap

peningkatan kelarutan fraksi etil asetat daun sukun. Sehingga diperoleh

fraksi etil asetat daun sukun yang memiliki kelarutan lebih baik untuk

memudahkan dalam formulasi sehingga mendapatkan efek terapetik yang

optimal.

Page 19: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sukun

2.1.1 Klasifikasi Sukun

Berdasarkan ilmu taksonomi klasifikasi tanaman sukun adalah (Dalimartha,

2003):

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Bangsa : Urticales

Suku : Moraceae

Marga : Artocarpus

Jenis : Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg

Gambar 1. Tanaman Sukun (Artocarpus altilis) (Rusmiyanti, 2006)

2.1.2 Morfologi Tanaman Sukun

Tumbuhan sukun memiliki tinggi 10-25 m, batang bulat,

percabangan simpodial, bergetah, permukaan kasar dan berwarna coklat.

Daunnya tunggal, berseling, ujung runcing, tepi bertoreh, panjang 50-70

cm, lebar 25-50 cm, pertulangan menyirip, tebal, permukaan kasar dan

berwarna hijau. Bunga dari sukun berumah satu, bunga jantan silindris

dengan panjang 10-20 cm berwarna kuning, bunga betina bulat dengan

garis tengah 2-5 cm dan berwarna hijau. Buahnya semu majemuk, bulat

Page 20: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dengan diameter 10-20 cm, berduri lunak, berwarna hijau, mempunyai

akar tunggang yang berwarna coklat (Dalimartha, 2003).

2.1.3 Kandungan Kimia dan efek farmakologis

Kandungan kimia daun dan bunga tumbuhan sukun mengandung

saponin, flavonoid dan tanin, buahnya mengandung tanin, glikosida dan

saponin, sedangkan kulit batangnya mengandung flavonoid. Bunga dan

daun sukun mengandung asam amino esensial seperti histidin, isoleusin,

lisin, metionin, triptofan, valin serta mengandung flavonoid, fitosterol,

saponin, polifenol dan tannin (Depkes RI, 1997; Umar et al., 2007;

Dalimartha, 2003).

Khasiat yang bisa diambil dari tanaman ini antara lain untuk

mengobati penyakit liver, hepatitis, sakit gigi, pembesaran limpa, jantung,

ginjal, dan sebagai obat penyembuh penyakit kulit, seperti gatal-gatal,

bengkak, borok, dan infeksi kulit lainnya. Bagian bunga dapat digunakan

sebagai obat sakit gigi. Bahkan, masyarakat Ambon memanfaatkan kulit

batangnya untuk obat mencairkan darah bagi wanita yang baru 8-10 hari

melahirkan. Di Trinidad dan Bahama, dekokta dari daun sukun dipercaya

dapat menurunkan tekanan darah dan menghilangkan asma. Kunyahan

daun sukun muda dikatakan dapat menetralkan racun dalam makanan.

Khasiat lain yang bisa diambil dari tanaman ini adalah untuk mengurangi

udema karena dalam tanaman ini mengandung flavonoid yang sangat

efektif sebagai antiinflamasi (Depkes RI, 1997; Heyne, 1987; Abdassah,

Sumiwi dan Hendrayana, 2009).

2.2 Flavonoid

Flavonoid merupakan senyawa fenol terbesar yang terdapat di

alam. Senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, biru dan kuning

yang ditemukan pada tumbuhan. Flavonoid memiliki 15 atom karbon,

terdiri dari 2 cincin benzena yang tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6.

Flavonoid merupakan senyawa polar karena memiliki gugus hidroksil

yang tidak tersubstitusi. Pelarut polar seperti etanol, metanol, etil asetat

Page 21: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

atau campuran dari pelarut tersebut dapat digunakan untuk mengekstraksi

flavonoid dari jaringan tumbuhan. Flavonoid mengandung sistem aromatik

yang terkonyugasi sehingga menunjukan pita serapan pada daerah UV-VIS

(Markham, 1970).

Flavonoid terdapat dalam tumbuhan sebagai campuran dari

flavonoid yang berbeda golongan dan jarang sekali dijumpai hanya

flavonoid tunggal. Flavonoid pada tumbuhan terdapat dalam berbagai

bentuk struktur molekul dengan beberapa bentuk kombinasi glikosida.

Golongan senyawa ini memiliki struktur yang hampir seragam sehingga

tidak terlalu sulit ditetapkan (Harborne, 1987).

Gambar 2. Struktur dasar flavonoid (Harborne, 1987)

Metode standar penetapan flavonoid adalah dengan melakukan

hidrolisis dan refluks terlebih dahulu kemudian beberapa kali partisi.

Kurva baku yang digunakan umumnya adalah flavonoid rutin atau

kuersetin (Azis, Rahayu dan Teruna, 2011).

Rutin (3,3’,4’,5,7−pentahydroxyflavone−3−rhamnoglucoside)

adalah flavonoid jenis flavonol yang terdiri dari flavonol dan kuersetin

rutinose dan disakarida (rhamnosa dan glukosa). Rutin hampir tidak larut

dalam air dan sangat tidak stabil sehingga membatasi aplikasinya di bidang

industri, tetapi rutin memiliki kelarutan yang tinggi dalam metanol

(Sun,Jiang & Pan, 2011).

Page 22: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 3. Struktur rutin (Sun,Jiang & Pan, 2011).

2.3 Siklodekstrin

Siklodekstrin merupakan oligosakarida siklik yang mengandung

setidaknya enam unit D-(+)-glukopiranosa yang terikat oleh ikatan

glukosida α (1, 4). Ada tiga jenis siklodekstrin alami yaitu α-siklodekstrin,

β-siklodekstrin dan γ-siklodekstrin yang masing-masing strukturnya terdiri

dari 6, 7 dan 8 unit D-(+) glukopiranosa, yang masing-masing memiliki

perbedaan, yaitu berbeda ukuran dan kelarutannya. Siklodekstrin berupa

bubuk kristal putih, praktis tidak berbau, memiliki rasa sedikit manis,

beberapa turunan siklodekstrin terjadi sebagai bubuk amorf (Raymond,

Sheskey & Quinn, 2009).

Gambar 4. Struktur siklodekstrin (A),

bentuk steroid molekul β-siklodeskstrin (B) (Loftsson and Brewster, 1996)

Page 23: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Berdasarkan jumlah unit D-(+)glukopiranosa yang dimilikinya, ada

tiga jenis siklodekstrin, yaitu (Raymond, Sheskey & Quinn, 2009):

1 α-siklodekstrin (disebut juga alfadex, alfa-sikloamilosa, alpha-dekstrin,

sikloheksaamilosa atau siklomaltoheksosa) yang mengandung 6 unit D-(+)

glukopiranosa.

2 β-siklodekstrin (disebut juga betadex, beta sikloamilosa, beta dekstrin,

sikloheptaamilosa atau siklomaltohepisosa) yang mengandung 7 unit D-

(+)glukapiranosa. Berat molekul 1135 dengan rumus empiris C42H70O35.

Titik lebur yaitu 225-265oC. Kelarutannya yaitu larut dalam 1:200

propilen glikol, larut dalam 1:50 air suhu 20oC, larut dalam 1:20 air suhu

50oC, praktis tidak larut aseton, etanol (95%) dan metilen klorida.

β-siklodekstrin berfungsi sebagai peningkat kelarutan karena

mengandung struktur tipe kerucut terpotong. Permukaan luar bersifat

hidrofilik sehingga mudah larut dalam air karena terdapat gugus hidroksil

sedangkan bagian kerucut (dalam) bersifat hidrofobik sehingga molekul

tamu terperangkap di dalam rongga siklodekstrin karena terdapat gugus

oksigen eter glikosidik di O-4 dan gugus hidrogen yang terikat pada C-3

dan C-5 dimana obat dapat berikatan sebagian atau seluruhnya dengan β-

siklodekstrin tanpa ikatan kovalen, interaksi untuk kompleksasi

siklodekstrin umumnya van der waals, hidrofobik, hidrogen dan hidroksil

(Radi, 2010; Sinko, 2006).

3 γ–siklodekstrin (disebut juga gamma-dekstrin atau siklooktaamilosa) yang

mengandung 8 unit D-(+)glukapiranosa.

Page 24: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 2.1. Karakteritik siklodekstrin (Aleem, 1988)

Karakteristik α-cd β-cd γ-cd

Unit glukosa 6 7 8

Berat molekul 972 1135 1297

kelarutan

(g/100ml

)

14,5 1,85 23,2

diameter (Å) 4,7-5,3 6-6,5 7,5-8,5

volume rongga

(Å) 174 262 472

bentuk kristal

(dari air)

Lempengan

heksagon

al

Parallelogram

monoklo

nik

Prisma

kuadrat

ik

kristal air (%) 10,2 13,2-14,5 8,13-17,7

Pka (25°C) 12,3312 12,202 12,081

2.4 Kompleks Inklusi

Kompleks inklusi merupakan suatu kompleks dimana molekul tuan

rumah membentuk rongga atau bentuk kristal yang memiliki ruangan

dalam bentuk kanal dimana terdapat molekul tamu (IUPAC Compendium

of Chemical Terrminology, 1997).

Dalam pembentukan kompleks inklusi, molekul zat aktif (molekul

tamu) masuk ke dalam rongga zat pengompleks (molekul tuan rumah)

membentuk suatu kompleks stabil. Gaya yang terlibat dalam kompleks

inklusi biasanya adalah gaya Van der Waals. Zat pengompleks yang paling

luas digunakan dalam kompleks inklusi adalah β-siklodekstrin yang

merupakan suatu oligosakarida siklik, manis, tidak beracun yang diperoleh

dari pati (Charles, 2010).

Beberapa hipotesis ikatan telah ditemukan untuk kompleksasi

inklusi siklodekstrin, termasuk interaksi van der Waals, interaksi

hidrofobik, interaksi antara bagian hidrofobik dari molekul tamu dan

Page 25: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

rongga siklodekstrin, ikatan hidrogen antara gugus fungsional polar

molekul tamu dan gugus hidroksil siklodekstrin. Diantara beberapa ikatan,

Interaksi hidrofobik sering dianggap sebagai pendorong utama untuk

kompleksasi dalam media berair antara rongga molekul tamu (Radi,

2010).

Persyaratan pembentukan kompleks inklusi dengan siklodekstrin

yaitu:

a. Kompatibilitas geometri

Persyaratan minimum untuk pembentukan kompleks inklusi yaitu

molekul tamu harus sesuai ukuran di dalam rongga siklodekstrin

seluruhnya atau sebagian. Kompleks yang stabil tidak akan terbentuk pada

molekul tamu yang terlalu kecil untuk diinklusi oleh molekul

siklodekstrin, karena molekul tamu akan menghilang keluar rongga.

Pembentukan kompleks juga tidak memungkinkan pada molekul

tamu yang terlalu besar untuk berpenetrasi di dalam rongga siklodekstrin.

Tetapi bila gugus tertentu atau rantai samping molekul tersebut dapat

berpenetrasi di dalam rongga siklodekstrin maka kemungkinan dapat

terjadi pembentukan kompleks, biasanya kompleks siklodekstrin-tamu

adalah 1:1. Jika molekul tamu terlalu panjang untuk mendapatkan

akomodasi sempurna dalam satu rongga dan ujung lainnya juga

bertanggung jawab untuk pembentukan kompleks, maka perbandingan

kompleks yaitu 2:1, 2:2, 3:1, 3:2, 4:5 dapat terbentuk (Bekers, 1991).

b. Polaritas dan muatan

Polaritas molekul tamu juga menentukan terbentuknya kompleks

inklusi. Molekul yang sangat hidrofilik tidak dapat atau sangat lemah

untuk membentuk kompleks karena hanya molekul yang kurang polar dari

air yang dapat membentuk kompleks inklusi dengan siklodekstrin (Szetjli,

1988).

Page 26: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 5. Skema interaksi siklodekstrin-molekul obat (Agrawal & Gupta,

2012)

Berbagai metode telah diaplikasikan untuk membuat kompleks

obat-siklodekstrin, yaitu (Patil, Kadam, Marapur & Kamarapur, 2010):

a. Metode Pencampuran Fisik

Pencampuran fisik obat dengan siklodekstrin disiapkan secara

sederhana dengan triturasi dalam mortar. Untuk skala laboratorium

siklodekstrin dan obat dicampur bersama secara homogen menggunakan

mortar dan dilewatkan pada ayakan untuk mendapatkan produk akhir

dengan ukuran partikel yang diinginkan. Untuk skala industri, disiapkan

pencampuran fisik obat dan siklodekstrin dengan granulator mass selama

30 menit.

b. Metode Pencampuran Kneading

Dasar dari metode ini adalah menambahkan siklodekstrin dengan

sedikit air atau larutan hidroalkohol yang dicampur sampai membentuk

pasta. Obat kemudian dimasukkan ke dalam pasta dan diaduk selama

beberapa waktu. Campuran pasta dikeringkan dan dilewatkan pada ayakan

dengan ukuran partikel yang diinginkan. Parik et al. meneliti bahwa laju

disolusi dapat ditingkatkan dengan pembentukan kompleks inklusi. Untuk

skala laboratorium metode kneading dapat menggunakan mortar dan alu.

Untuk skala besar bisa menggunakan mesin. Metode ini banyak digunakan

dan merupakan metode sederhana yang digunakan untuk pembentukan

kompleks inklusi dan memperkecil biaya produksi.

Page 27: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

c. Metode Kopresipitasi

Siklodekstrin dan obat yang ditambahkan ke air atau alkohol pada

suhu 40°-60°C yang bertujuan untuk membentuk larutan jenuh. Endapan

kompleks yang terbentuk selanjutnya diisolasi dengan filtrasi atau

sentrifugasi. Dalam metode ini, waktu kompleksasi dapat bervariasi yaitu

24-48 jam (Agrawal & Gupta, 2012). Namun, karena hasil yang rendah,

risiko menggunakan pelarut organik dan lama waktu yang diperlukan

untuk persiapan dalam skala yang lebih besar, metode ini mencapai objek

kecil di skala industri

d. Metode evaporasi

Metode ini melibatkan obat dan siklodesktrin dilarutkan secara

terpisah. Umumnya larutan siklodekstrin ditambahkan ke dalam larutan

alkohol yang sudah dicampur terlebih dahulu dengan obat. Campuran

diaduk selama 24 jam dan dievaporasi dengan vakum pada suhu 45oC.

Hasil yang sudah dikeringkan dilewatkan pada saringan dengan ukuran

mess yang ditentukan. Untuk skala laboratorium, metode ini merupakan

metode yang sederhana dan rendah biaya dan untuk produksi besar dapat

digunakan pilihan lain yaitu spray drying.

e. Metode Presipitasi Netral

Metode ini didasarkan pada pengendapan senyawa inklusi dengan

teknik netralisasi dan terdiri dari melarutkan obat dalam larutan alkali

seperti natrium/amonium hidroksida danlarutan siklodekstrin dengan air.

Kekurangan metode ini yaitu asam dan basa obat rentan mengalami

degradasi selama proses presipitasi.

f. Metode penggilingan

Sebuah senyawa biner inklusi padat dapat dibuat dengan

penggilingan. Dimana obat dan siklodekstrin digiling dengan bantuan

perangkat mekanis. Obat dan siklodekstrin dicampur dan campuran fisik

dimasukkan dalam penggilingan oscillatory dan digiling untuk waktu yang

sesuai atau ball milling yang prosesnya dapat dimanfaatkan untuk

penyusunan sistem biner obat-siklodekstrin.

Page 28: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

g. Metode Spray Drying

Metode ini merupakan salah satu metode yang umum digunakan

untuk menghasilkan kompleks inklusi mulai dari tahap larutan. Campuran

berlalu dengan cepat dalam sistem eliminasi pelarut dan menunjukkan

efisiensi tinggi dalam pembentukan kompleks. Selain itu, produk yang

diperoleh dengan metode ini menghasilkan partikel yang terkontrol dalam

meningkatkan disolusi obat dalam bentuk kompleks. Keuntungannya yaitu

terjadi interaksi yang cukup dan efisien antara obat dengan siklodekstrin

untuk membentuk kompleks sempurna sedangkan kerugiannya adalah

produk akhir yang dihasilkan rendah.

h. Freeze Drying

Untuk mendapatkan bubuk, serbuk amorf dengan tingkat interaksi

tinggi antara obat dan siklodesktrin, freeze drying dianggap sesuai. Dalam

teknik ini, sistem pelarut dari larutan dieliminasi melalui pembekuan

primer dan selanjutnya pengeringan dari larutan yang mengandung kedua

obat dan siklodekstrin mengurangi tekanan. Zat termolabil dapat dibuat

menjadi bentuk kompleks inklusi dengan metode ini. Keterbatasan dari

teknik ini adalah proses waktu yang lama dan menghasilkan produk

dengan laju alir yang jelek

i. Iradiasi gelombang mikro

Teknik ini melibatkan reaksi iradiasi gelombang mikro antara obat

dengan zat pengompleks menggunakan oven microwave. Metode ini

merupakan metode baru untuk persiapan skala industri, keuntungan

utamanya adalah waktu reaksi yang lebih singkat dan hasil produk lebih

tinggi

j. Supercritical Antisolvent

Metode ini merupakan salah satu metode paling inovasi untuk

mempersiapkan kompleks inklusi obat dengan siklodekstrin dalam

keadaan padat. Metode ini tidak beracun karena tidak menggunakan

berbagai pelarut organik, proses cepat, biaya pemeliharaan rendah dengan

hasil yang menjanjikan, tetapi membutuhkan biaya awal yang cukup

tinggi.

Page 29: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.5 Karakterisasi Kompleks Inklusi

2.5.1 Scanning Elektron Microscopy (SEM)

Scanning Electron Microscopy digunakan untuk mempelajari

aspek mikroskopis dari bahan baku yang (siklodekstrin dan substansi obat

secara berturut-turut) menunjukkan perbedaan di bagian kristalisasi dari

bahan baku dan produk yang terlihat di bawah mikroskop elektron

sehingga menunjukkan pembentukan kompleks inklusi (Singh, Bharti,

Madan & Hiremath, 2010).

Scanning electron microscopy (SEM) menggunakan sinar terfokus

energi tinggi elektron untuk menghasilkan berbagai sinyal pada

permukaan spesimen padat. Sinyal yang berasal dari interaksi elektron-

sampel mengungkapkan informasi tentang sampel termasuk morfologi

eksternal (tekstur), komposisi kimia, dan struktur kristal dan orientasi dari

bahan yang membentuk sampel. Dalam sebagian besar aplikasi, data yang

dikumpulkan melalui area tertentu dari permukaan sampel, dan gambar 2

dimensi yang dihasilkan menampilkan variasi jarak dalam properti.

Daerah lebar mulai ±1cm sampai 5 mikron dapat dicitrakan dalam modus

pemindaian menggunakan teknik konvensional Scanning Electron

Microscopy (perbesaran mulai dari 20X menjadi sekitar 30.000 X, resolusi

jarak dari 50 sampai 100 nm) (Swapp).

2.5.2 Karl Fischer Titration

Analisis kadar air kompleks siklodekstrin adalah uji yang penting

untuk evaluasi kualitas proses kompleksasi: jika interaksi molekul tamu-

siklodekstrin sesuai maka rongga hidrofobik dari rongga dalam

siklodekstrin diganti dengan molekul tamu sehingga kadar air menurun.

Metode terbaik yang digunakan untuk alasan ini adalah metode

karl fischer titration, yang memungkinkan untuk mengevaluasi hanya

kadar air dibandingkan dengan metode lain yang digunakan untuk evaluasi

kandungan air/kelembaban (misalnya analisis termogravimetri, yang

menentukan semua volatil, termasuk air) (Hadaruga, 2012).

Page 30: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.6 Kelarutan

Kelarutan didefinisikan secara kuantitatif sebagai konsentrasi zat

terlarut dalam larutan jenuhnya pada temperatur tertentu sedangkan secara

kualitatif didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat

untuk dispersi molekular homogen. Kelarutan suatu senyawa bergantung

pada sifat fisika dan kimia zat terlarut dan pelarut, temperatur, tekanan, pH

larutan (Martin, Swarbick & Cammarata 1990).

Suatu sediaan obat yang diberikan secara oral didalam saluran

cerna harus mengalami proses pelepasan dari sediaannya kemudian zat

aktif akan melarut dan selanjutnya diabsorpsi. Proses pelepasan zat aktif

dari sediaanya dan proses pelarutannya sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat

kimia dan fisika zat tersebut serta formulasi sediaanya. Salah satu sifat zat

aktif yang penting untuk diperhatikan adalah kelarutan, terutama kelarutan

dalam air karena pada umumnya zat baru diabsorpsi setelah terlarut dalam

cairan saluran cerna. Suatu obat harus mempunyai kelarutan dalam air

yang baik agar mendapatkan efek terapi. Senyawa-senyawa yang relatif

tidak larut seringkali menunjukkan absorpsi yang tidak sempurna atau

tidak menentu. Jika kelarutan dari suatu obat kurang, maka

dipertimbangkan hal yang dapat memperbaiki kelarutannya. Oleh karena

itu salah satu usaha untuk meningkatkan ketersediaan hayati suatu sediaan

adalah dengan menaikkan kelarutan zat aktifnya (Martin, Swarbick &

Cammarata 1990).

Upaya yang sudah dilakukan untuk meningkatkan kelarutan obat

yaitu kosolvensi, reduksi ukuran partikel, penyesuaian pH, mikroemulsi,

dispersi padat, hidrotopi dan kompleks inklusi (Ansel, 2005; Sharma &

Jain, 2009).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat aktif adalah:

a. Pengaruh pH

Zat aktif yang sering digunakan di dalam dunia pengobatan adalah

senyawa organik yang bersifat asam atau basa lemah. Kelarutan asam-

asam organik lemah seperti barbiturat dan sulfonamida dalam air akan

bertambah dengan meningkatnya pH, karena terbentuk garam yang mudah

Page 31: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

larut air. Sedangkan basa-basa organik lemah seperti alkaloid dan anastetik

lokal pada umumnya sukar larut dalam air. Apabila pH larutan diturunkan

dengan penambahan asam kuat, maka akan terbentuk garam yang mudah

larut air.

b. Suhu

Kelarutan zat padat dalam pelarut ideal tergantung pada suhu, titik

leleh zat padat dan panas peleburan molar zat tersebut. Pengaruh suhu

terhadap kelarutan zat dalam larutan ideal mengacu pada persamaan Van’t

Hoff.

c. Jenis pelarut

Kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh polaritas pelarut. Pelarut polar

akan melarutkan zat-zat polar dan ionik, begitu pula sebaliknya. Kelarutan

zat juga bergantung pada struktur zat seperti perbandingan gugus polar dan

non polar dari suatu molekul. Makin panjang rantai gugus non polar suatu

zat maka semakin sukar zat tersebut larut dalam air. Menurut Hildebrane,

kemampuan zat terlarut untuk membentuk ikatan hidrogen lebih penting

daripada kepolaran suatu zat.

d. Bentuk dan ukuran partikel

Kelarutan suatu zat akan meningkat dengan berkurangnya ukuran

partikel zat tersebut. Konfigurasi molekul dan susunan kristal juga

berpengaruh terhadap kelarutan zat. Partikel berbentuk tidak simetris lebih

mudah larut bila dibandingkan dengan partikel berbentuk simetris.

e. Konstanta dielektrik bahan pelarut

Kelarutan suatu zat sangat dipengaruhi polaritas bahan pelarut.

Pelarut polar mempunyai konstanta dielektrik yang tinggi sehingga dapat

melarutkan zat-zat yang bersifat polar, sedangkan zat-zat non polar sukar

larut di dalamnya. Demikian pula sebaliknya zat-zat yang polar sukar larut

di dalam bahan pelarut non polar. Konstanta dielektrik adalah suatu

besaran tanpa dimensi dan merupakan rasio antara kapasitas elektrik

medium (Cx) terhadap vakum (Cv).

Besarnya konstanta dielektrik menurut Moor dapat diatur dengan

menambahkan bahan pelarut lain. Suatu zat lebih mudah larut dalam

Page 32: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pelarut campuran dibandingkan dengan pelarut tunggalnya yang disebut

dengan co-solvency, sedangkan bahan pelarut di dalam pelarut campur

yang mampu meningkatkan kelarutan zat disebut co-solvent. Co-solvent

yang umum digunakan adalah etanol, gliserin dan propilen glikol.

f. Adanya penambahan zat-zat lain

Surfaktan adalah suatu zat yang digunakan untuk menaikkan

kelarutan zat. Molekul surfaktan terdiri atas dua bagian yaitu polar dan non

polar. Apabila didispersikan dalam air pada konsentrasi rendah akan

berkumpul pada permukaan dengan mengorientasikan bagian polar kearah

air dan bagian non polar kearah udara. Kumpulan surfaktan akan

membentuk suatu lapisan mono molekular. Bila permukaan cairan telah

jenuh dengan molekul-molekul surfaktan, maka molekul-molekul yang

berada didalam cairan akan membentuk agregat yang disebut misel.

Konsentrasi pada saat misel terbentuk disebut konsentrasi misel kritik

(KMK).

Sifat penting misel adalah kemampuannya dalam menaikkan

kelarutan zat-zat yang sukar larut dalam air, proses ini disebut solubilisasi

miselar. Solubilisasi miselar terjadi karena molekul zat yang sukar larut

berasosiasi dengan misel membentuk larutan jernih dan stabil secara

termodinamika. Selain penambahan surfaktan dapat dilakukan

penambahan zat-zat pembentuk kompleks untuk menaikkan kelarutan

suatu obat.

Page 33: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Pusat Laboratorium Terpadu UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Badan Penelitian Pengembangan Tanaman (BPPT)

Serpong dan Building Science Centre (BSC) FMIPA ITB. Penelitian

berlangsung selama 5 bulan, terhitung dari Juli 2012 sampai Desember

2012.

3.2 Bahan

Fraksi etil asetat daun sukun kering (LIPI, Indonesia), rutin (LIPI,

Indonesia), β-siklodekstrin grade analysis (Wako,Jepang), etanol grade

analysis (JT. Beker), metanol grade HPLC (JT. Beker), aquabidest.

3.3 Alat

Peralatan gelas (pyrex), mortar dan alu, ayakan no.100, neraca

analitik, desikator, oven, shaker waterbath, mikro pipet, filtrat membran

0,20 µm (Sartorius, Jerman), tanur, moisture balance, Spektrofotometer

UV/Vis Lambda 25 (Perkin Elmer, Jerman), Karl fischer moisture titrator

MKS 520 (KEM), Scanning electron microscopy (JEOL, Jepang).

3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Karakterisasi Ekstrak dengan Parameter Spesifik

3.4.1.1 Organoleptis

Mengamati bentuk, warna, bau dan rasa dari fraksi etil asetat daun

sukun (Depkes RI, 2000).

Page 34: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.4.1.2 Penentuan Kadar Flavonoid Total dari Fraksi Etil Asetat Daun Sukun

a. Penentuan Panjang Gelombang Senyawa Rutin

Dibuat larutan rutin standar sebanyak 10 mg dalam 10 mL

(1000ppm), kemudian di cek panjang gelombang rutin untuk mendapatkan

puncak yang maksimal.

b. Pembuatan Kurva Kalibrasi

Dibuat larutan rutin standar dengan konsentrasi 10, 20, 30, 40 dan

50 ppm dengan pengenceran dari larutan induk. Kurva kalibrasi dibuat

dengan cara memplot konsentrasi terhadap absorbansi menggunakan

spektrofotometer UV-VIS dengan panjang gelombang 358,2 nm.

Kemudian dibuat kurva kalibrasi (y = a + bx) dengan absorbansi sebagai

sumbu y dan konsentrasi sebagai sumbu x serta dicari persamaan

regresinya.

c. Penetapan Kadar Total Flavonoid

Sebanyak 10 mg fraksi etil asetat daun sukun kering ditimbang

kemudian dilarutkan dengan metanol grade HPLC dan ditambahkan

hingga 10 mL (1000 ppm). Larutan sampel dipipet 0,1 mL dan

ditambahkan metanol grade HPLC hingga 10 mL (10 ppm). Kemudian

larutan dianalisa dengan spektrofotometer UV-VIS. Konsentrasi dihitung

dengan menggunakan persamaan regresi yang diperoleh pada pembuatan

kurva dengan memasukkan absorbansi sebagai fungsi y (Rohyami, 2000;

Corciovia & cascaval, 2011)

3.4.2 Karakterisasi Ekstrak dengan Parameter Non Spesifik

3.4.2.1 Susut Pengeringan

Susut pengeringan dilakukan dengan menggunakan moisture

balance. Alat moisture balance dipanaskan selama 30 menit lalu

didinginkan hingga suhu ruang. Kemudian dimasukkan wadah alumunium

ke alat moisture balance dan dipanaskan hingga bobot tetap. Selanjutnya

wadah alumunium ditara dan ditimbang sampel sebanyak 5 gram, moisture

balance ditutup dan ditunggu sampai bobot tetap untuk mengetahui susut

pengeringannya.

Page 35: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.4.2.2 Kadar Air

Kadar air dilakukan dengan menggunakan alat karl-fischer

titration. Alat dikalibrasi terlebih dahulu dengan menggunakan pelarut

hydranal, kemudian sampel dengan wadahnya ditimbang (w1). Sampel

dimasukkan ke dalam metanol kering. Sampel dan wadah ditimbang

kembali (w2). Masukkan data w1 dan w2 ke dalam alat. Nilai kadar air

sampel akan muncul secara otomatis pada alat.

3.4.2.3 Kadar Abu Total

Fraksi etil asetat ditimbang sebanyak 2 gram, kemudian

dimasukkan ke dalam krus yang telah dipijarkan dan ditara. Krus

dimasukan ke dalam tanur dan dipijarkan hingga bobot tetap. Sampel

diangkat, didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Jika arang tidak

dapat hilang, tambahkan air panas, saring dengan menggunakan kertas

saring bebas abu. Pijarkan hingga bobot tetap kemudian ditimbang.

Dihitung kadar abu terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara

(Depkes RI, 2000).

3.4.3 Pembuatan Campuran Fraksi Etil Asetat Daun Sukun-β-siklodekstrin

dengan Metode Pencampuran Kneading

Tabel 3.1. Formulasi pembuatan campuran fraksi etil asetat daun

sukun- β-siklodekstrin

Formula Perbandingan

Fraksi etil asetat

daun

sukun

(mg)

β-siklodekstrin (mg)

F1 1 : 2 500 1000

F2 1 : 4 500 2000

F3 1 : 6 500 3000

Page 36: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Fraksi etil asetat daun sukun dan β-siklodekstrin ditimbang seperti

formula F1, F2 dan F3. β-siklodekstrin dimasukkan dalam mortar dan

ditambahkan etanol 50% hingga diperoleh pasta. Secara perlahan fraksi

etil asetat daun sukun dimasukkan ke dalam pasta dan diaduk

menggunakan alu selama 45 menit. Campuran kemudian dikeringkan pada

suhu 45oC selama 48 jam dalam oven, dipulverasi, dilewatkan di ayakan

no.100 dan disimpan di dalam desikator (Vikesh, Rajashree, Ashok &

Fakirappa, 2009).

3.4.4 Karakterisasi Campuran Fraksi Etil Asetat Daun Sukun-β-

siklodekstrin

3.4.4.1 Uji Scanning Elektron Microscopi (SEM)

Uji Scanning Elektron Microscopi (SEM) dilakukan untuk

mengamati morfologi pada fraksi etil asetat daun sukun, ß-siklodekstrin

dan campuran fraksi etil asetat daun sukun-β-siklodekstrin. Siapkan

sebuah sample holder yang bagian bawahnya telah ditempelkan dengan

plat tembaga. Sejumlah serbuk sampel direkatkan pada sebuah perekat

berupa selotip karbon. Kemudian sampel yang merekat pada selotip

karbon diberikan sebuah tekanan udara. Silinder kemudian ditempelkan

pada selotip karbon yang telah bertabur serbuk sampel. Kemudian sample

holder di coating dan diuji menggunakan Scanning Electron Microscopy.

3.4.4.2 Uji Karl Fischer Titration

Uji dilakukan terhadap fraksi etil asetat daun sukun, ß-siklodekstrin

dan campuran fraksi etil asetat daun sukun-β-siklodekstrin dengan metode

kneading F1, F2 dan F3. Prosedur pengerjaan sama seperti pada point

3.4.1.2.2

3.4.5 Uji Kelarutan Flavonoid dari Fraksi Etil Asetat Daun Sukun

Uji kelarutan dilakukan sesuai dengan metode Higuchi dan

Connors, yaitu ditimbang fraksi etil asetat daun sukun 10 mg dan

campuran fraksi etil asetat daun sukun-β-siklodekstrin dengan metode

Page 37: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kneading F1, F2 dan F3 yang setara dengan fraksi etil asetat daun sukun

10 mg, kemudian dilarutkan dengan aquabidest sebanyak 10 mL dan

dishaker selama 72 jam pada suhu 37oC (Ferdianan et al., 2006). Larutan

yang diperoleh disaring dengan menggunakan filter membran 0,20 µm.

Dari larutan yang telah disaring dipipet 0,1 µl kemudian dicukupkan 10

mL metanol grade HPLC dan dianalisa dengan spektrofotometer UV-VIS

pada panjang gelombang 358,2 nm. Konsentrasi dihitung dengan

menggunakan persamaan regresi yang diperoleh pada pembuatan kurva

dengan memasukkan nilai absorbansi sebagai fungsi y (Corciovia &

cascaval, 2011). Percobaan dilakukan sebanyak 3 kali.

3.4.6 Analisa Data

Hasil uji kelarutan dianalisa menggunakan program pengolahan

data statistik SPSS 16 dengan uji T.

Hipotesis :

Ho: tidak ada perbedaan yang signifikan pada peningkatan kelarutan fraksi

etil asetat daun sukun dengan formulasi.

H’ : terdapat perbedaan yang signifikan pada peningkatan kelarutan fraksi

etil asetat daun sukun dengan formulasi

Kriteria pengujian :

Bila nilai sig ≤ 0,05 Ho ditolak, berarti terdapat perbedaan.

Bila nilai sig ≥ 0,05 Ho diterima, berarti tidak terdapat perbedaan.

Page 38: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Karakterisasi Ekstrak

Data hasil pemeriksaan fraksi etil asetat daun sukun terdapat pada

tabel dibawah ini.

Tabel 4.1. Hasil Karakterisasi Fraksi Etil Asetat Daun Sukun

Jenis Karakterisasi Hasil

Parameter spesifik

a. Organoleptik Bentuknya padat, bewarna

coklat kehijauan, bau

aromatik dan rasa tawar.

b. Kadar flavonoid 32,79 %

Parameter non spesifik

a. Susut pengeringan

(% b/b) 4,79 %

b. Kadar air (% b/b) 3,3119 %

c. Kadar abu total

(% b/b) 0,99 %

Fraksi Etil Asetat daun sukun yang digunakan pada penelitian ini

diperoleh dari Pusat Penelitian Kimia LIPI Serpong, yang diperoleh

dengan cara melakukan ekstraksi daun sukun tua dan kering

menggunakan etanol 70%, ekstrak etanol dipartisi dengan n-heksana

selanjutnya fase air dipartisi dengan etil asetat sehingga diperoleh fraksi

etil asetat daun sukun (Umar et al, 2007).

Sebelum dilakukan formulasi terlebih dahulu fraksi etil asetat daun

sukun dikarakterisasi. Tujuan karakterisasi sebagai penjamin mutu

produk akhir suatu obat, ekstrak atau produk ekstrak yang konstan (Azis,

Rahayu dan Teruna, 2011; Rohyami, 2000; Depkes, 2000)

Untuk menjamin mutu dari ekstrak tanaman obat, perlu dilakukan

penetapan standar mutu spesifik dan non-spesifik agar nantinya ekstrak

terstandar dan dapat digunakan sebagai senyawa aktif yang dapat

Page 39: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dipertanggungjawabkan. Parameter spesifik yang dilakukan dalam

penelitian ini adalah pengujian organoleptik dan pengujian kadar total

flavonoid dalam fraksi etil asetat daun sukun. Parameter organoleptik

bertujuan memberikan pengenalan awal bahan secara objektif berupa

bentuk warna, bau, dan rasa yang dapat dipengaruhi oleh penyimpanan

sehingga mempengaruhi khasiatnya (Depkes 2000). Secara organoleptik,

fraksi etil asetat daun sukun berwarna coklat kehijauan, bau aromatik dan

rasa tawar.

Pada penelitian ini penentuan kadar total flavonoid menggunakan

standar rutin. Hal ini dikarenakan golongan flavonoid yang tersebar di

alam sebagian besar adalah golongan flavon dan flavonolol, salah

satunya rutin (Markham, 1970).

Tujuan penentuan senyawa kimia penanda dari suatu ekstrak

tanaman adalah untuk mengetahui senyawa kimia spesifik yang terdapat

di dalam ekstrak tersebut baik secara kualitatif maupun kuantitatif (Azis,

Rahayu dan Teruna, 2011; Rohyami, 2000).

Spektrum penyerapan flavonoid terdiri dari dua pita serapan. Pita I

memiliki range antara 300-380 nm yang berhubungan dengan cincin B

(dengan A max sekitar 350-370 nm), sedangkan pita II berada pada

range 240-280 nm yang berhubungan dengan cincin A-C (dengan A max

sekitar 260-270 nm) (Cvetkovic, Markovic, Radovanovic, Cvetkovic (2),

2011).

Panjang gelombang maksimum yang diperoleh yaitu pada 257,3

nm dan 358,2 nm (lampiran 5). Pengukuran dilakukan pada panjang

gelombang 358,2 nm. Tujuan pengambilan panjang gelombang ini agar

tidak terganggu oleh absorbansi polimer yang terdapat pada range 240 –

260 nm. Panjang gelombang maksimal polimer ß-siklodesktrin adalah

240,3 nm sehingga jika dilakukan pembacaan pada panjang gelombang

257,3 nm dikhawatirkan bukan hanya absorbansi flavonoid yang terbaca.

Dari kurva kalibrasi diperoleh persamaan regresi y = - 0,0154 + 0,0307x

dengan nilai R = 0,9998, yang menunjukkan garis regresi linear, data

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 7 dan 8. Berdasarkan kurva

Page 40: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kalibrasi di atas di peroleh kadar total flavonoid dari fraksi etil asetat

daun sukun sebesar 32,79 %, yang dapat dilihat pada lampiran 9.

Parameter nonspesifik yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

susut pengeringan, kadar air dan kadar abu total. Penetapan susut

pengeringan bertujuan untuk mengetahui rentang batas maksimal

banyaknya senyawa yang hilang pada proses pengeringan (Depkes,

2000). Kadar susut pengeringan pada fraksi etil asetat daun sukun adalah

4,79%. Hasil susut pengeringan masih memenuhi syarat yaitu < 10%

(Anonim, 2000).

Kadar air bertujuan untuk mengetahui batasan minimal besarnya

kandungan air di dalam bahan (Depkes, 2000). Kadar air pada fraksi etil

asetat daun sukun adalah 3,3119 %. Hasil kadar air yang diperoleh telah

memenuhi syarat sebagai bahan baku obat yang berasal dari alam yaitu

<10% dan diharapkan dapat menekan laju pertumbuhan mikroba di

dalam fraksi etil asetat daun sukun (Kepmenkes, 1994).

Penetapan kadar abu total bertujuan untuk menentukan

karakteristik sisa kadar abu non-organik setelah pengabuan, dimana

kadar abu berhubungan dengan mineral suatu bahan yang terdiri dari

garam organik dan garam non-organik (Depkes, 2000). Besarnya kadar

abu total dalam serbuk fraksi etil asetat daun sukun mengindikasikan

bahwa fraksi etil asetat daun sukun memiliki kandungan mineral yang

rendah. Kadar abu total ekstrak sebesar 0,99 %, untuk perhitungan dapat

dilihat pada lampiran 4.

4.2 Hasil Pencampuran Fraksi Etil Asetat Daun Sukun-β-siklodekstrin

dengan Metode Pencampuran Kneading

Fraksi etil asetat daun sukun yang telah dikarakterisasi dilanjutkan

dengan proses penambahan polimer β-siklodekstrin menggunakan

metode kneading.

Penambahan polimer larut air ini bertujuan untuk meningkatkan

kelarutan fraksi etil asetat daun sukun dalam air. Metode ini dipilih

Page 41: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

karena memiliki beberapa kelebihan, diantaranya penggunaan eksipien

berupa siklodekstrin yang diketahui nontoksik saat diberikan peroral.

Siklodekstrin telah digunakan secara luas di dunia farmasi karena

availabilitas dan ukuran rongganya yang sesuai untuk banyak obat ketika

menginklusi berbagai jenis obat.

Metode kneading yang dilakukan pada penelitian ini dibuat dengan

membentuk pasta dari β-siklodekstrin menggunakan pelarut etanol 50%

kemudian secara perlahan dimasukkan fraksi etil asetat ke dalam pasta

dan dimasukkan ke dalam oven. Penggunaaan oven untuk memberikan

optimasi pengeringan yang bertujuan agar proses pengeringan pasta

terjadi dalam waktu singkat akibat proses pemanasan.

Pencampuran dengan metode kneading dilakukan dengan 3 variasi

perbandingan polimer yang dapat dilihat pada tabel 3.1. Hal ini bertujuan

untuk mengetahui pengaruh penambahan jumlah polimer terhadap

peningkatan kelarutan obat. Hasil campuran fraksi etil asetat daun sukun-

β-siklodekstrin berupa serbuk berwarna kuning kecoklatan, hasil dapat

dilihat pada lampiran 16.

4.3 Hasil Karakterisasi Campuran Fraksi Etil Asetat Daun Sukun-β-

siklodekstrin

Karakterisasi campuran fraksi etil asetat daun sukun-β-

siklodesktrin dilakukan untuk mengetahui apakah terjadinya perubahan

morfologi dari fraksi etil asetat daun sukun tunggal dengan yang sudah

mengalami pencampuran melalui metode kneading. Berdasarkan

penelitian yang sudah ada diketahui bahwa jika terbentuk kompeks

inklusi maka kelarutan dari senyawa tersebut akan meningkat.

4.3.1 Scanning Electron Microscopy (SEM)

Pada penelitian ini karakterisasi campuran fraksi etil asetat daun

sukun-β-siklodekstrin dilakukan dengan uji Scanning Electron

Microscopy (SEM). Uji Scanning Electron Microscopy dilakukan untuk

melihat perbedaan morfologi dari fraksi etil asetat daun sukun yang tidak

diperlakukan kneading dengan campuran fraksi etil asetat daun sukun-β-

siklodekstrin. adanya perbedaan morfologi dari kedua sampel tersebut

Page 42: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

diperkirakan menunjukkan pembentukan kompleks inklusi (Singh,

Bharti, Madan & Hiremath, 2010).

Hasil karakteristik menggunakan Scanning Electron Microscopy

(SEM) dapat dilihat pada lampiran 17. Morfologi dari fraksi etil asetat

daun sukun, β-siklodekstrin dan campuran fraksi etil asetat daun sukun-

β-siklodekstrin tidak memberikan perbedaan yang signifikan. Hasil fraksi

etil asetat daun sukun memiliki bentuk yang iregular dan campuran fraksi

etil asetat daun sukun-β-siklodekstrin menunjukkan fraksi etil asetat yang

terselimuti oleh polimer. Hal ini tidak dapat memberikan informasi yang

cukup untuk melihat terjadinya interaksi antara fraksi etil asetat daun

sukun dengan campuran fraksi etil asetat daun sukun-β-siklodekstrin

yang dapat membentuk kompleks iklusi.

4.3.2 Uji Karl-fischer titration

Tabel 4.2 Hasil Uji Karl-fischer titration setelah kneading

Sampel Kadar air (%)

Formula 1 7, 5939

Formula 2 8, 0656

Formula 3 9, 7137

Kontrol formula 1 11, 9059

β-siklodekstrin 11, 8620

Fraksi etil asetat daun sukun

(kneading) 4,8229

Keterangan :

Formula 1 yaitu perbandingan campuran fraksi etil asetat daun sukun-β-siklodekstrin

(1:2), formula 2 yaitu perbandingan campuran fraksi etil asetat daun sukun-β-

siklodekstrin (1:4), formula 3 yaitu campuran fraksi etil asetat daun sukun-β-

siklodekstrin (1:6), kontrol formula 1: komposisi formula 1 tanpa diperlakukan

dengan metode kneading.

Analisis kadar air adalah uji yang penting untuk karakterisasi

terbentuknya kompleks inklusi. Hasil karakteristasi karl fischer yang

dapat dilihat pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa kadar air hasil campuran

Page 43: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

formula 1 dengan metode kneading menunjukkan penurunan kadar air

dibandingkan dengan kadar air pada kontrol formula 1 tanpa perlakuan

kneading.

Selisih penurunan kadar air antara kontrol formula 1 dengan

campuran kneading pada formula 1 menunjukan penurunan sebesar

4,312%. Penurunan kadar air menunjukkan kandungan air yang lebih

rendah pada campuran fraksi etil asetat daun sukun-β-siklodekstrin yang

sudah di-kneading. Hal ini menunjukkan terbentuknya kompleks inklusi

karena molekul air pada rongga bagian dalam β-siklodekstrin digantikan

dengan molekul tamu sehingga menyebabkan jumlah air yang terikat

menjadi berkurang (Agrawal & Gupta, 2011; Hadaruga, 2011).

Berdasarkan pada penelitian yang pernah dilakukan terhadap

campuran ekstrak daun ficaria verna-β-siklodekstrin dengan metode

kneading terjadi penurunan kadar air dibanding dengan β-siklodekstrin

tunggal. Hal ini menunjukkan terjadinya komplek inklusi dari campuran

ekstrak daun ficaria verna-β-siklodekstrin (Hadaruga, 2012).

Pembuatan kontrol formula hanya dilakukan pada formula 1

sedangkan untuk formula 2 dan formula 3 tidak diuji karena keterbatasan

biaya penelitian dan keterbatasan sampel. Penambahan polimer β-

siklodekstrin pada formula 2 dan formula 3 lebih banyak daripada

formula 1 sehingga diperkirakan kadar air dari kontrol formula 2 dan

formula 3 yang tidak di kneading nilai kadar airnya lebih tinggi daripada

kontrol formula 1. Berdasarkan hal ini maka diperkirakan terjadi

penurunan kadar air pada formula 2 dan formula 3 seperti pada formula

1.

Informasi penurunan kadar air saja belum cukup untuk memastikan

bahwa kompleks inklusi ini terbentuk. Untuk memastikan terjadi

kompleks inklusi dapat dilakukan karakterisasi lain seperti FTIR dan X-

ray diffraction. Namun pada penelitian ini tidak dilakukan karakterisasi

menggunakan alat tersebut karena sulitnya mengkarakterisasi senyawa

multikomponen.

Page 44: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.4 Hasil Uji Kelarutan Flavonoid dari Fraksi Etil Asetat Daun Sukun

Tabel 4.3 Hasil Uji Kelarutan pada suhu 37oC

Sampel

Kadar total

flavonoid

dalam

FEAS yang

terlarut (%)

Peningkatan

kadar total

flavonoid yang

terlarut (%)

Fraksi etil asetat daun sukun

(FEAS) 13,35

-

Formula 1 13,95 4,49

Formula 2 14,92 11,76

Formula 3 19,38 45,16 Keterangan :

Formula 1 yaitu perbandingan campuran fraksi etil asetat daun sukun-β-siklodekstrin (1:2), formula 2 yaitu perbandingan campuran fraksi etil asetat daun sukun-β-

siklodekstrin (1:4), formula 3 yaitu campuran fraksi etil asetat daun sukun-β-

siklodekstrin (1:6)

Uji kelarutan dilakukan bertujuan untuk mengetahui peningkatan

kelarutan yang terjadi. Uji kelarutan dilakukan terhadap fraksi etil asetat

daun sukun, formula 1, formula 2 dan formula 3, dimana konsentrasi

dihitung dengan menggunakan persamaan linier pada kurva standar rutin,

untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 11. Dari

data yang ada pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa semakin banyak

jumlah ß-siklodekstrin maka semakin tinggi kadar total flavonoid dari

fraksi etil asetat daun sukun yang terlarut dalam air, dimana terjadi

peningkatan pada formula 1, formula 2 dan formula 3 berturut-turut

sebesar 4,49%, 11,76% dan 45,16% dibandingkan dengan fraksi etil

asetat yang tidak diberi penambahan polimer. Namun, peningkatan

kelarutan dari setiap formula ini masih masuk ke dalam kategori sukar

larut dalam air yaitu 1:100-1000.

Peningkatan kelarutan dianalisa menggunakan uji T. Pada uji ini

menggunakan uji T yaitu paired sample untuk membandingkan sampel

sampel dengan formula dan membandingkan formula dengan formula.

Hasil analisa data menunjukkan perbedaaan yang bermakna dengan

Page 45: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tingkat kepercayaan 95% (p ≤ 0,05). Dari hasil analisa menggunakan uji

T dapat disimpulkan bahwa penambahan polimer β-siklodekstrin dapat

meningkatkan kelarutan fraksi etil asetat daun sukun dalam air secara

signifikan. Analisa lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 11.

Biasanya penambahan polimer β-siklodekstrin dengan metode

kneading terbukti dapat meningkatkan kelarutan dari senyawa yang sukar

larut air (Martin, Swarbick & Cammarata, 1990; Hiremath et al., 2008;

Patil, Kadam, Marapur, Kamarapur, 2010). Pada penelitian ini terjadinya

peningkatan kelarutan kadar total flavonoid dari fraksi etil asetat daun

sukun pada tiap formulasi diikuti dengan terlihatnya perbedaan morfologi

campuran fraksi etil asetat daun sukun-β-siklodekstrin yang terselimuti

polimer dan terjadinya penurunan kadar air pada formulasi. Hal ini

disebabkan karena molekul tamu yaitu fraksi etil asetat daun sukun

berinteraksi dalam rongga dalam β-siklodekstrin sehinggga diperkirakan

membentuk kompleks inklusi (Charles, 2010; Bekers, 1991).

Page 46: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penambahan polimer β-siklodekstrin mampu meningkatkan

kelarutan pada fraksi etil asetat daun sukun, dimana terjadi peningkatan

pada formula 1, formula 2 dan formula 3 masing-masing sebesar 4,49%

(F1), 11,76% (F2) and 45,16% (F3) secara signifikan dengan tingkat

kepercayaan 95% (p ≤ 0,05).

5.2 Saran

1. Perlu penelitian lebih lanjut untuk karakterisasi terhadap campuran fraksi

etil asetat daun sukun-β-siklodekstrin

2. Perlu penelitian mengenai pengaruh temperatur dan suhu pengeringan

terhadap pembentukan kompleks inklusi fraksi etil asetat daun sukun- β-

siklodekstrin

Page 47: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal R., Gupta V. (2012). Cyclodextrins – A Review on Pharmaceutical

Application for Drug Delivery. IJPFR, 2(1): 95-112.

Aleem, O. M, Patil, A. L., Pore, Y.V., Kuchekar, B.S. (2008). Cyclodextrin in

Pharmaceuticals: An overview. (http: //www.pharmainfo.net /pharma-

student-magazine/cyclodextrins-pharmaceutical-overview-0, diakses

tanggal 2 Mei 2012 , pukul 8.35 WIB).

Ansel, Howard C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta:

Universitas Indonesia

Arung E.T, Wicaksono B.D, Handoko Y.A, Kusuma I.W, Yulia D, Sandra D.

(2009). Anti-Cancer Properties of Diethylether Extract of Wood from

Sukun (Artocarpus altilis) in Human Breast Cancer (T47D) Cells. Tropical

Journal of Pharmaceutical Research 8 (4): 317-324.

Azis, S., Rahayu, V., Teruna, H.Y. (2011). Standardisasi Bahan Obat Alam.

Jakarta: Graha Ilmu.

Bekers, U. (1991). Siklodekstrins. In: The Pharmaceutical Field, Drug Dev. Ind.

Pharm,17(11): 1503-49.

Chandrakant, D. S., Danki, L. S., Sayeed, A., Kinagi, M. B. (2011). Preparation

and Evaluation of Inclusion Complexes of Water Insoluble Drug.

International Journal of Research in Pharmaceutical and Biomedical

Sciences. ISSN: 2229-3701.

Corciovăl, A., Caşcaval, D. (2011). Characterization Of Rutin-Cyclodextrin

Inclusion Compounds. St. Cerc. St. CICBIA 12 (4), pp. 341 – 346.

Cvetkovic, Dragan., Markovic, D., Radovanovic, B., Cvetcovic Dragana. (2011).

Effects of continuous UV-irradiation on the antioxidant activities of

quercetin and rutin in solution in the presence of lecithin as the protective

target. J. Serb. Chem. Soc. 76 (7) 973–985

Dalimartha, S. (2003). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid 3. Jakarta : Puspa

Swara.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2000). Parameter Standar Umum

Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta.

Ferdianan A, Yuwono T, Wahyuningsih I. (2006). Peningkatan Kelarutan

Piroksikan Melalui Pembentukan Kompleks dengan β-siklodekstrin. Media

Farmasi, Vol.5 no.2: 7-14.

Harborne, J.B. (1987). Metode Fitokimia. Penerjemah: Kosasih Padmawinata dan

Iwang Soediro. Bandung: Penerbit ITB.

Page 48: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hadaruga, N.G. (2012). Ficaria verna Huds. extracts and their β-cyclodextrin

supramolecular systems. Chemistry Central Journal 2012, 6:16

Heyne, K. (1987). Tumbuhan Berguna Indonesia II (diterjemahkan oleh Badan

Litbang Kehutanan Jakarta). Jakarta: Penerbit Yayasan Sarana Wana Jaya.

670-672.

Hiremath, S. N., Raghavendra, R. K.., Sunil, F., Danki, L. S., Rampure, M. V.,

Swamy, P. V., Bhosale, U. V. (2008). Dissolution Enhancement of

Glicazide by Preparation of Inclusion Complex with ß-cyclodextrins.

Asian Journal of Pharmaceutics, 73-76.

IUPAC Compendium of Chemical Terminology. (1997). Inclusion Compound

(Inclusion Complex), http://old.iupac.org/goldbook/I02998.pdf, (diakses

tanggal 2 Mei 2012, pukul 10.14 WIB)

Lieberman, H. A., Lachman, L., & Schwatz,J.B. (Eds.). 1989. Pharmaceutical

Dosage Forms: Tablets Volume 1 Second edition, Revised and Expanded.

New York: Marcel Dekker, 5, 17.

Mabry, A.J., Markham K.R., Thomas, M.B. 1970. The systemic Identification of

Flavonoids. Berlin.

Martin, A., Swarbrick, J., Cammarata, A. (1990). Farmasi Fisik Edisi Ketiga.

Jakarta : UI-Press.

Patil, J. S., Kadam, D. V., Marapur, S. C., Kamalapur, M. V. (2010). Inclusion

Complex System : A Novel Techniques to Improve Solubility And

Bioavailability of Poorly Soluble Drugs : A Review. International Journal

of Pharmaceutical Sciences Reviews and Research, 29-32.

Radi, A. E., Eissa, S. (2010). Electrochemistry of Cyclodextrin Inclusion

Complexes of Pharmaceutical Compounds. The Open Chemical and

Biomedical Methods Journal 3: 74-85.

Rohyami, Y. 2008. Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol

Daging Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff Boerl). Logika

Volume 5, Nomor 1, hal. 1‐8.

Rowe, R, C., Sheskey, P, J., & Owen, S.C. (Ed). (2006). Handbook of

Pharmaceutical Excipients Fifth Edition. London: The Pharmaceutical

Press, 217:611.

Rusmiyanti. I. (2006). Optimasi Pengeringan Sukun (Artocarpus Altilis) dan

Karakterisasi Tepung Sukun. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut

Pertanian Bogor. Skripsi.

Page 49: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Singh, R., Bharti, N., Madan,J., Hiremath S.N. (2010). Characterization of

Cyclodeztrin Inclusion Complexes-A Review. Journal of Pharmaceutical

Science and Technology. Vo. 2 (3), 171-183

Sinko Patrik J. (2006). Martin;s Physical Pharmacy and Pharmaceutical

Sciences: Physical Chemistry and Biopharmaceutical Science 5th

Ed. New

York: Lippincott Williams & Wilkins.

Sharma, A., Jain, C. P. (2010). Techniques To Enhance Solubility Of Poorly

Soluble Drugs : A Review. Journal Of Global Pharma Technology, 18-28.

Shewale, B. D., Fursule, R. A., & Sapkal, N. P. (2008). Effects of pH and

Hydroxypropyl – ß- Cyclodextrin on Solubility and Stability of Gliclazide.

International Journal and Health Research , 1, (2), 95-99.

Srikanth, M.V., Babu, M,G., Rao, N, S., Sunil, A., Balaji, S., Ramanamurthy, K.

(2010). Dissolution Rate Enhancement Of Poorly Soluble Bicalutamide

Using β-Cyclodextrin Inclusion Complex. International Journal of

Pharmacy and Pharmaceutical Sciences Vol 2, Issue 1.

Sun, T., Jiang, B., Pan, B. 2011. Microwave Accelerated Transglycosylation of

Rutin by Cyclodextrin Glucanotransferase from Bacillus sp. SK13.002.

Int. J. Mol. Sci, 12 : 3786-3796.

Swapp, S. Scanning Electron Microscopy (SEM).

http://serc.carleton.edu/research_education/geochemsheets/techniques/SE

M.html. (diakses tanggal 11 November 2012, pukul 15.07 WIB).

Szetjli, J. (1988). Cyclodextrin Technology. Dordrecht: Kluwer Academic

Publishers, 104-106.

Umar, A., Jenie, L, Kardono., Mozef., T., Jiaan, C., Xiaoxiang, Z., Yuanjiang, P.

(2007). Ekstrak Total Flavonoid dan Fitosterol Daun Sukun (Artocarpus

altilis) sebagai Obat Kardiovaskuler dan Teknik Produksinya. Paten

Indonesia terdaftar No. P00200700707.

Vikesh,

S., Rajashree, M., Ashok, A., Fakkirappa, M. (2009). Influence of β-

Cyclodextrin Complexation on Ketoprofen Release from Matrix

Formulation. International Journal of Pharmaceutical Sciences and Drug

Research; 1(3): 195-202.

Page 50: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 1. Alur penelitian

Uji kelarutan flavonoid dari fraksi

etil asetat daun sukun

Karl-fischer SEM

Fraksi etil asetat daun sukun

Karakterisasi campuran fraksi etil asetat daun -β-

siklodekstrin

Pembuatan campuran fraksi etil asetat daun sukun-β-

siklodekstrin dengan metode pencampuran kneading

Karakterisasi fraksi etil asetat daun sukun

parameter spesifik dan non spesifik

Spektrofotometer UV-VIS

Page 51: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 2. Surat Keterangan Rutin

Page 52: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 3. Hasil Kadar Air Fraksi Etil Asetat Daun Sukun

Page 53: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 4. Hasil Kadar abu Fraksi Etil Asetat Daun Sukun

Ulangan

Berat awal

sebelum

tanur (g)

Berat akhir

setelah

tanur (g)

Berat

sa

mp

el

(g)

% Kadar

abu

tota

l

1 27,6440 25,6833 2,0002 0,98 %

2 27,1524 25,1510 2,0002 1,00 %

3 27,6193 25,6176 2,0043 0,99 %

Rata-rata 0,99 %

SD 0,01

Keterangan rumus dan perhitungan:

% kadar abu total =

Keterangan :

W1 = bobot wadah + ekstrak awal (gram)

W2 = bobot wadah + ekstrak akhir (gram)

W3 = bobot ekstrak awal (gram)

% Kadar abu total =

x 100% = 0,98%

Lampiran 5. Kurva Absorbansi Rutin (nm)

Page 54: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 6. Kurva Absorbansi Fraksi Etil Asetat Daun Sukun

Lampiran 7. Data Absorbansi Standar Rutin

Nama Absorbansi (nm) Konsentrasi (ppm)

Std1 0,0005 0,000

Std2 0,2783 10,00

Std3 0,5914 20,00

Std4 0,9031 30,00

Std5 1,2108 40,00

Std6 1,5268 50,00

Time: 3:25 :48 P MDate: 12 /21 /2012

FEAS1.SP

200.0 250 300 350 400 450 500 550 600.0

-0.16

-0.1

0.0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

0.88

nm

A

205.61

Page 55: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 8. Gambar Kurva Standar Rutin

Lampiran 9. Kadar Total Flavonoid dalam Fraksi Etil Asetat Daun Sukun

Penentuan kadar flavonoid dalam fraksi etil asetat daun sukun pada

panjang gelombang 358,2 nm yang dimasukkan ke dalam persamaan

regresi linier y = 0,0307x-0,0154.

Ulangan

Konsentrasi awal

(ppm) Abs Kadar (ppm) % Kadar

1 10 0,0882 3,37 ppm 33,74 %

2 10 0,0842 3,24 ppm 32,44 %

3 10 0,0835 3,221 ppm 32,21 %

Rata – rata 32,79 %

SD 0,825

Keterangan rumus dan contoh perhitungan:

Absorbansi fraksi etil asetat daun sukun yang di spektro-UV = 0,0882

Persamaan regresi : y = 0,0307x – 0,0154

Kadar (ppm) x =

=

y = 0,0307x - 0,0154 R² = 0,9998

-0,5

0

0,5

1

1,5

2

0 20 40 60

Ab

sorb

an

si

konsentrasi

Kurva standar rutin

Series1

Linear (Series1)

Page 56: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

= 3,374 ppm

% kadar =

=

= 33,74 %

Lampiran 10. Perhitungan Kesetaraan Untuk Uji Kelarutan

Formula 1 -›

=

x = 30 mg

Formula 2 -›

=

x = 50 mg

Formula 3 -›

=

x = 70 mg

Page 57: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 11. Kadar Flavonoid dalam Fraksi Etil Asetat Daun Sukun Pada Uji

Kelarutan

Sampel dan formula diukur pada panjang gelombang 358,2 nm yang

dimasukkan ke dalam persamaan regresi linier y = 0,0307x-0,0154

Sampel Ulangan Pengenceran Abs

(nm)

Konsentrasi

(ppm)

Kadar

flavonoid

(%)

Peningkatan

kelarutan

flavonoid

(%)

Fraksi

Etil

Asetat

Daun

Sukun

(FEAS)

1 100 kali 0,0261 1352 ppm 13,52 %

-

2 100 kali 0,0257 1339 ppm 13,39 %

3 100 kali 0,0250 1316 ppm 13,16 %

Rata-rata 13,35 %

SD 0,182

Formula

1

1 100 kali 0,0277 1403 ppm 14,03 %

4,49 %

2 100 kali 0,0275 1397 ppm 13,97 %

3 100 kali 0,0272 1387 ppm 13,87 %

Rata-rata 13,95 %

SD 0,081

Formula

2

1 100 kali 0,0308 1504 ppm 15,04 %

11,76 %

2 100 kali 0,0304 1491 ppm 14,91 %

3 100 kali 0,0301 1482 ppm 14,82 %

Rata-rata 14,92 %

SD 0,110

Formula

3

1 100 kali 0,0446 1954 ppm 19,54 %

45,16 %

2 100 kali 0,0440 1934 ppm 19,34 %

3 100 kali 0,0438 1928 ppm 19,28 %

Rata-rata 19,38 %

SD 0,136

Page 58: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(lanjutan)

Keterangan rumus dan contoh perhitungan:

Contoh perhitungan fraksi etil asetat daun sukun

Absorbansi fraksi etil asetat daun sukun yang di spektro-UV = 0,0261

Faktor pengenceran = 100 x

Persamaan regresi : y = 0,0307x – 0,0154

konsentrasi (ppm) x =

=

= 1,352 ppm x 100 (faktor pengenceran)

= 1352 ppm

X = 1352 ppm x 10 mg (kesetaraan fraksi etil asetat dalam formula)

= 1352 ppm

Maka, kadar fraksi etil asetat daun sukun adalah 1352 ppm/ 100 x 100%= 13,52%

1352 ppm =

= 1: 739,64 masuk ke

dalam kategori sukar larut dalam air 1:100-1000.

% peningkatan kadar flavonoid =

Contoh formula 1 =

= 4,49 %

Jadi, peningkatan kadar flavonoid pada formula 1 mengalami peningkatan

kelarutan sebesar 4,49 % dibandingkan dengan fraksi etil asetat daun

sukun yang tidak diberi penambahan polimer, namun meskipun

mengalami peningkatan kelarutan formula 1 ini masih masuk ke dalam

kategori sukar larutdalam air.

Page 59: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 12. Hasil Analisa Data Untuk Uji Kelarutan Perbandingan Fraksi Etil

Asetat Daun Sukun dengan Formula

Hipotesis :

Ho: tidak ada perbedaan yang signifikan pada peningkatan kelarutan fraksi etil

asetat daun sukun dengan formulasi.

H’ : terdapat perbedaan yang signifikan pada peningkatan kelarutan fraksi etil

asetat daun sukun dengan formulasi

Kriteria pengujian :

Bila nilai sig ≤ 0,05 Ho ditolak, berarti terdapat perbedaan.

Bila nilai sig ≥ 0,05 Ho diterima, berarti tidak terdapat perbedaan.

Sampel FEAS + Formula 1

Paired Samples Statistics

Mean N

Std.

Devia

tion

Std. Error

Mean

Pair 1 FEAS 13.3567 3 .18230 .10525

FORMULA

1 13.9567 3 .08083 .04667

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 FEAS &

FORMUL

A1

3 1.000 .010

Page 60: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(lanjutan)

Tabel diatas menunjukkan nilai probabilitas (Sig.2 failed) 0,009 ≤ 0,05, maka Ho

ditolak atau terdapat perbedaan yang signifikan pada peningkatan

kelarutan antara fraksi etil asetat daun sukun dengan formulasi.

Sampel FEAS + Formula 2

Paired Samples Statistics

Mean N

Std.

Devia

tion

Std. Error

Mean

Pair 1 FEAS 13.3567 3 .18230 .10525

FORMULA

2 14.9233 3 .11060 .06386

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 FEAS &

FORMUL

A2

3 .965 .168

Page 61: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(lanjutan)

Tabel diatas menunjukkan nilai probabilitas (Sig.2 failed) 0,01 ≤ 0,05, maka Ho

ditolak atau terdapat perbedaan yang signifikan pada peningkatan kelarutan antara

fraksi etil asetat daun sukun dengan formulasi.

Sampel FEAS + Formula 3

Paired Samples Statistics

Mean N

Std.

Devia

tion

Std. Error

Mean

Pair 1 FEAS 13.3567 3 .18230 .10525

FORMULA

3 19.3867 3 .13614 .07860

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 FEAS &

FORMUL

A3

3 .896 .293

Page 62: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(lanjutan)

Tabel diatas menunjukkan nilai probabilitas (Sig.2 failed) 0,00 ≤ 0,05, maka Ho

ditolak atau terdapat perbedaan yang signifikan pada peningkatan kelarutan antara

fraksi etil asetat daun sukun dengan formulasi.

Lampiran 13. Hasil Analisa Data Untuk Uji Kelarutan Perbandingan Formula

dengan Formula

Hipotesis :

Ho: tidak ada perbedaan yang signifikan pada peningkatan kelarutan fformulasi

dengan formulasi.

H’ : terdapat perbedaan yang signifikan pada peningkatan kelarutan formulasi

dengan formulasi

Kriteria pengujian :

Bila nilai sig ≤ 0,05 Ho ditolak, berarti terdapat perbedaan.

Bila nilai sig ≥ 0,05 Ho diterima, berarti tidak terdapat perbedaan.

Formula1 + Formula2

Group Statistics

VAR00002 N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

VAR00001 FORMULA1 3 13.9567 .08083 .04667

FORMULA2 3 14.9233 .11060 .06386

Page 63: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(lanjutan)

Tabel diatas menunjukkan nilai probabilitas (Sig.2 failed) 0,000 ≤ 0,05, maka Ho

ditolak atau terdapat perbedaan yang signifikan pada peningkatan kelarutan antara

fraksi etil asetat daun sukun dengan formulasi.

Formula1 + Formula3

Group Statistics

VAR00002 N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

VAR00001 FORMULA1 3 13.9567 .08083 .04667

FORMULA3 3 19.4200 .10583 .06110

Page 64: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(lanjutan)

Tabel diatas menunjukkan nilai probabilitas (Sig.2 failed) 0,000 ≤ 0,05, maka Ho

ditolak atau terdapat perbedaan yang signifikan pada peningkatan kelarutan antara

fraksi etil asetat daun sukun dengan formulasi.

Formula2 + Formula3

Group Statistics

VAR00002 N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

VAR00001 FORMULA2 3 14.9233 .11060 .06386

FORMULA3 3 19.4200 .10583 .06110

Page 65: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(lanjutan)

Tabel diatas menunjukkan nilai probabilitas (Sig.2 failed) 0,000 ≤ 0,05, maka Ho

ditolak atau terdapat perbedaan yang signifikan pada peningkatan kelarutan antara

fraksi etil asetat daun sukun dengan formulasi.

Page 66: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 14. Hasil Karl Fisher Titration pada Campuran, Kontrol Formula 1

dan Kontrol Polimer

Page 67: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 15. Hasil Uji Karl Fischer Titration Fraksi Etil Asetat Daun Sukun

dengan Metode Pencampuran Kneading

Page 68: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 16. Gambar Campuran Fraksi Etil Asetat Daun Sukun-β-Siklodekstrin

dengan Metode Pencampuran Kneading

Page 69: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 17. Gambar Hasil Uji Scanning Electron Microscopy (SEM)

Gambar 6. Fraksi Etil Asetat Daun Sukun

Gambar 7. β-siklodekstrin

Gambar 8. Campuran fraksi etil asetat daun sukun-β-siklodekstrin

Keterangan : gambar kiri : perbesaran 1000 x; gambar kanan: perbesaran 7000 x.

Page 70: Peningkatan Kelarutan Fraksi Etil Asetat Daun Sukun ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25964/1/SERA NUR... · Artocarpus altilis (Parkinson) ... selama masa kuliah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 18. Gambar Alat Penelitian

Gambar 9. Moisture analiyzer Gambar 10. SEM

Gambar 11. Karl Fischer Titration