Download - IUT 13 (ilmu ukur tanah

Transcript
Page 1: IUT 13 (ilmu ukur tanah

LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

BAB I

PENDAHULUAN

Geodesi berasal dari bahasa Yunani, Geo (γη) = bumi dan daisia / daiein (δαιω) =

membagi, kata geodaisia atau geodeien berarti membagi bumi. Sebenarnya istilah

“Geometri” sudah cukup untuk menyebutkan ilmu tentang pengukuran bumi, dimana

geometri berasal dari bahasa Yunani, γεωμετρία = geo = bumi dan metria = pengukuran.

Secara harafiah berarti pengukuran tentang bumi. Namun istilah geometri (lebih tepatnya

ilmu spasial atau keruangan) yang merupakan dasar untuk mempelajari ilmu geodesi telah

lazim disebutkan sebagai cabang ilmu matematika.

Ilmu Geodesi dibagi dua bagian ditinjau dari tujuannya, yaitu Geodesi tinggi yang

bertujuan ilmiah dimana mencakup kajian dan pengukuran yang lebih luas tidak sekedar

pemetaan dan penentuan posisi namun meliputi penentuan bentuk dan dimensi bumi baik

dengan pengukuran di bumi maupun dengan bantuan satelit, sehingga objek dari Geodesi

adalah masalah-masalah yang berkaitan dengan pengukuran atau “surveying” yang

bertujuan untuk menentukan dan menggambarkan permukaan bumi baik yang bersifat

alamiah maupun hasil budaya manusia dalam bentuk grafis maupun numeris. Geodesi

rendah atau Ilmu Ukur Tanah yang mempunyai tujuan praktis yang mempelajari cara-cara

pengukuran di bumi untuk berbagai keperluan seperti halnya pemetaan, penentuan posisi

relatif dan sebagainya yang dilakukan pada daerah yang relatif sempit sehingga untuk

kelengkungan permukaan bumi dapat diabaikan.

Bagian penting pada pengukuran suatu bidang tanah adalah membuat garis lurus, garis

lurus ini tidak dapat dibuat seperti menarik garis lurus seperti di atas kertas. Garis

lurus yang dibuat harus diketahui kedua titik ujungnya, oleh karena itu dalam

menentukan garis lurus, harus ditentukan titik – titik di lapangan yang letak di garis lurus,

yang menghubungkan dua titik ujung dengan jumlah yang cukup banyak, sehingga garis

lurus itu terlihat dengan jelas. Titik – titik ini dapat dinyatakan dengan jalon. Syarat utama

untuk mencapai ketelitian yang cukup besar, jalon harus diletakkan tegak lurus

Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 1

Page 2: IUT 13 (ilmu ukur tanah

LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Pada pekerjaan jalan raya sering dijumpai belokan atau tikungan, untuk pekerjaan

semacam ini perlu dilakukan pembuatan lengkungan dilapangan untuk menentukan

alinyemen horizontal dari jalan tersebut. Pekerjaan semacam ini biasa disebut dengan

pekerjaan untuk menentukan geometrik jalan.

Didalam teknik sipil, konstruksi bangunan dan lingkungan, hal tersebut digunakan

pada bangunan seperti jalan raya, saluran air, jalan kereta api, dsb. Ada dua cara pembuatan

lengkung dilapangan dengan cara koordinat.

Pengukuran suatu daerah ialah menentukan unsur – unsur (jarak dan sudut) titik atau

bangunan yang ada diderah itu. Pengukuran ini dapat dialukan dengan cara pengukuran

situasi dengan koordinat siku-siku.

Pada penggunaan alat sipat datar yang baik, apabila gelembung nivo tabung berada

tepat ditengah garis bidik, maka bidikan betul-betul mendatar. Jika keadaan tersebut tidak

dapat dipenuhi sebelumnya, maka akan menimbulkan kesalahan dalam pembacaan rambu

ukur. Namun kesalahan kolimasi dapat dikatakan biasa dalam penetapan bangunan.

Kesalahan pada hasil pengukuran dapat sepenuhnya dihilangkan dengan pengambilan jarak

muka sama dengan jarak belakang.

Untuk profil memanjang diperlukan dalam hal pembuatan trase jalan kereta api, jalan

raya, saluran air, pipa air minum, riool, dll. Banyaknya tanah yang digali dibuat sama

dengan banyaknya tanah yang diperlukan untuk menimbuni, untuk menghitung banyaknya

tanah, baik untuk digali maupun untuk menimbuni, profil memanjang belum cukup, maka

diperlukan profil melintang.

Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 2

Page 3: IUT 13 (ilmu ukur tanah

LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

BAB II

MEMBUAT GARIS LURUS DI LAPANGAN

Membuat Garis Lurus Dan Mengukur Jarak Di Lapangan

I. Tujuan Umum

1. Untuk mengetahui bagaimana membuat suatu garis di lapangan.

2. Untuk mengenal dan dapat menggunakan alat – alat untuk membuat

garis di lapangan.

3. Untuk terampil membidik (mengincar) lurus dalam menancapkan jalon -

jalon atau patok – patok di lapangan.

4. Untuk dapat mengetahui dan mencari permasalahan yang ada dalam

pengukuran dilapangan

5. Untuk menjadikan diri teliti dan kreatif dalam bekerja.

II. Tujuan Khusus

1. Agar mahasiswa dapat membuat garis lurus antara dua titik di lapangan

dengan ketentuan yang dianjurkan dalam ilmu ukur tanah.

2. Agar mahasiswa dapat memperpanjang garis lurus di lapangan.

3. Agar mahasiswa dapat membuat garis lurus dengan bidikan tidak

langsung.

4. Agar mahasiswa dapat menentukan titik potong anatara dua garis lurus

di lapangan.

Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 3

Page 4: IUT 13 (ilmu ukur tanah

LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

III. Peralatan dan perlengkapan

No. Alat GambarKeterangan dan

Spesifikasi

1. Jalon 10 buah Sebagai tanda di

lapangan

2. Pen Ukur 10 buah Sebagai tanda di

lapangan

3. Penta Prisma Alat untuk melihat

kesejajaran antar Jalon

4. Rol Meter Digunakan untuk

mengukur suatu jarak

Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 4

Page 5: IUT 13 (ilmu ukur tanah

LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

IV. Prosedur Pelaksanaan

A. Membuat Garis Lurus Antara Dua Titik

1. Pekerjaan ini dapat dilakukan oleh dua orang.

2. Tancapkan yalon di titik P dan Q pada titik sembarang (lihat gambar

1,2,3)

3. Orang pertama berdiri di belakang salah satu yalon, missal P ± 30cm dan

memandang kearah titik Q,sambil memberi aba-aba kepada orang ke

dua.Orang ke dua memegang jalon A dan mendirikannya di antara titik P

dan Q sambil mengikuti aba aba dari orang pertama sehingga jalonnya

berada segaris dengan jalon PQ, kemudian menancapkan jalon tersebut

pada titik yang telah didapat.

4. Orang pertama mengincar kembali posisi jalon, apakah jalon PAQ benar

benar berimpit.

5. Jika benar – benar sudah berimpit, lakukan hal yang sama tersebut untuk

jalon B dengan jarak yang lebih jauh dari A, untuk C dengan jarak yang

lebih jauh dari B, untuk D dengan jarak yang lebih jauh dari C dan

mendekati titik Q.

6. Orang pertama mengincar kembali posisi jalon apakah jalon sudah P, A,

B, C, D, Q sudah benar – benar berimpit.

7. sudah berimpit, perpanjang jarak PQ dengan menambahan jalon a di

belakang Q dan b di belakang a, dengan cara yang sama seperti di atas.

8. Jika sudah berimpit, ukur dengan pita ukur jarak dari jalon P – A, A –

B, B – C, C – D, dan D – Q, Q – a, a – b. Catatlah hasil pengukurannya.

Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 5

Page 6: IUT 13 (ilmu ukur tanah

LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

9. Jika sudah berimpit, ukur dengan pita ukur jarak dari jalon P – A, A –

B, B – C, Ukur kembali jarak P – b, tetapi dengan arah berlawanan, yaitu

dari titik b – a, a – Q, Q – D, D – C, C – B, B – A, A – P. Catatlah hasil

pengukuran kedua.Maka jarak P – b

jarak pengukuran pertama + jarak pengukuran kedua

2

Gambar 1

Gambar 2

Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 6

Page 7: IUT 13 (ilmu ukur tanah

LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Gambar 3

Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 7

Page 8: IUT 13 (ilmu ukur tanah

LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

V. Hasil Pengukuran

Jarak antar

yalon

Pengukuran 1

(Pergi)

(m)

Jarak antar

yalon

Pengukuran 2

(Pulang)

(m)

1 – 2 4.53 10 - 9 3.87

2 – 3 4.8 9 - 8 3.70

3 –4 4.25 8 - 7 2.86

4 –5 3.2 7 - 6 3.27

5 – 6 3.96 6 - 5 3.96

6 - 7 3.34 5 - 4 3.33

7 – 8 2.84 4 - 3 4.2

8 - 9 3.67 3 - 2 4.74

9-10 3.86 2 - 1 4.50

total 34,45 total 34,43

Kesimpulan

Berdasarkan tabel diatas, jarak antar jalon baik pada pengukuran 1 ( pergi )

maupun pengukuran 2 ( pulang ) adalah sama (tidak berubah).

B. Memperpanjang Garis lurus Di Lapangan

Untuk memperpanjang garis lurus bisa dilakukan dengan dua cara, dilihat

dari subjek pelakunya. Cara pertama jika dilakukan oleh dua orang dan cara

kedua jika dilakukan satu orang.

Cara pertama:

1. Buat garis lurus PQ dengan memasang jalon pada titik P dan Q yang telah

ditentukan.

2. Orang pertama membidik dari P ke Q untuk memberi aba-aba kepada

orang ke dua dan orang ke dua memasang jalon-jalon a, b, c …dst pada

perpanjangan garis PQ.

Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 8

Page 9: IUT 13 (ilmu ukur tanah

LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Cara kedua:

1. buat garis lurus PQ seperti diatas

2. Dengan meluruskan garis bidikan dari jalon a ke arah jalon QP, kemudian

jalon a ditancapkan, kemudian seterusnya dengan jalon b, c,... dst.

C. Menentukan Titik Potong Antara Dua Garis Lurus Di Lapangan

1. Pekerjaan ini dilakukan oleh 3 orang.

2. Tancapkan jalon di titik – titik A,B,P dan Q pada titik yang telah

ditentukan. (lihat gambar 4).

3. Orang pertama membidik jalon A ke B dan orang ke dua membidik jalon

P ke Q.

4. Orang ke tiga menepatkan jalon R segaris dengan AB ( mengikuti aba-

aba orang pertama).

5. Orang ke tiga memperpanjang garis AR kea rah B dan berhenti di titik S

atas aba-aba orang ke dua sedemikan rupa sehingga titik S segaris

dengan PQ.

6. Titik S adalah titik potong garis AB dan PQ.

Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 9

Page 10: IUT 13 (ilmu ukur tanah

LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Gambar 4

Jarak Antar Jalon Hasil Pengukuran

P – S 10.16 m

S – Q 4.82 m

S - A 3.585 m

S – B 5.51 m

Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 10

Page 11: IUT 13 (ilmu ukur tanah

LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Membuat Garis Lurus Di Lapangan Dengan Rintangan (gedung)

I. Tujuan Umum

a. Agar dapat memahami arti dari garis sejajar dan tegak lurus di lapangan.

b. Agar dapat mengetahui dan dapat mengatasi adanya kesukaran dalam

melaksanakan pembuatan garis di lapangan.

c. Agar dapat lebih teliti, hati-hati kepada alat – alat maupun pekerjaannya.

II. Tujuan Khusus

a. Agar mahasiswa dapat menentukan titik potong antara dua garis lurus di

lapangan. Agar dapat membuat garis sejajar di lapangan.

b. Agar mahasiswa dapat membuat garis tegak lurus di lapangan.

c. Agar mahasiswa dapat membuat garis lurus yang terhalang oleh bangunan /

rintangan.

III. Peralatan/Perlengkapan

1. Jalon

2. Meteran, pita ukur atau rantai ukur

3. Patok – patok

4. Prisma dan unting – unting

5. Alat tulis atau catatan

IV.Prosedur Pelaksanaan

1) Misal titik yang kita ukur itu titik P dan Q.

2) Tancapkan jalon di titik P dan di titik Q tersebut.

3) Buatlah garis sejajar dengan PQ.

Cara membuat garis sejajar :

a. Tancapkan jalon sembarang di R sehingga dapat melihat ke P dan Q.

b. Bagi PR menjadi bagian – bagian yang sama.

Misalkan : 3 bagian, jadi R/S = 1/3 PR.

Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 11

Page 12: IUT 13 (ilmu ukur tanah

LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Kemudian bagi QR menjadi 3 bagian yang sama, sehingga RT = 1/3

QR.

c. Hubungkan dan perpanjang ST, sekarang ST // PQ.

4) Buatlah garis tegak lurus pada perpanjangan garis ST.

Cara membuat garis tegak lurus :

A. Membuat garis tegak lurus dengan menggunakan segitiga siku-siku

yang perbandingan sisina 3:4:5

a. Tancapkan jalon di titik A yang terletak pada perpanjangan garis

TS

b. Buatlah AD= 3 m, jalon D terletak pada garis lurus TS

c. Sisi A menghimpitkan nol ujung pita ukur atau rantai ukur pada

titik A, si E memegang rantai ukur atau pita ukurpada angka 4 m,

dan si D memegang rantai ukur atau pita ukur pada angka 9 dan

dihimpitkan pada titik D

d. Bila satuan meter dari rantai ukur atau pita ukur tadi cukup tegang

ke A= 0 dan 12 m. D = 9 m maka tancapkan jalon ke E = 4 m

e. Sehingga segitiga AED merupakan segitiga siku-siku di mana

AD:AE:DE = 3:4:5. Sehingga garis AE tegak lurus pada

perpanjangan garis TS.

B. Membuat garis tegak lurusdengan menggunakan segitiga sama kaki.

a. Tancapkan jalon F di luar garis perpanjangan ST

b. Melalui F kita buat segitiga sama kaki dengan F sebagai

puncaaknya

c. Buatlah FG = FH sedemikian rupa sehingga jalon G dan H erletak

pada garis lurus perpanjangan garis ST

d. Bagi dua jarak GH sama panjang maka terdapatlah titik B

e. Sehingga FB merupakan garis tegak lurus pada perpanjangan ST

C. Membuat garis tegak lurus dengan menggunakan Penta Prisma

Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 12

Page 13: IUT 13 (ilmu ukur tanah

LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

a. Prisma dipegang diantara titik A dan S sedemikian rupa sehingga

berada segaris lurus dengan AS dan kita perkirakan tegak lurus

kearah P.

b. Melalui lubang pembidik prisma, cari bayangan jalon A dan S

kemudian dihimpitkan.

c. Dengan menggeser prisma sepanjang AS, dibidik jalon P dan

dihimpit dengan bayangan jalon A dan S.

d. Titik C ditentukan oleh unting – unting prisma dan tandai degan

patok, maka PC tegak lurus AS.

5) Perpanjang garis AE sehingga kita ukur AE sama panjang dengan PC.

Perpanjang garis BF sehingga kita ukur BF = PC.

6) Pada titik S dan T dibuat garis tegak lurus dengan prisma, sehingga didapat

SS’ dan ST’ sama dengan PC.

7) Sehingga titik E, S, T, F segaris dengan titik P dan Q.

Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 13

Page 14: IUT 13 (ilmu ukur tanah

LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 14

Page 15: IUT 13 (ilmu ukur tanah

LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

5. Peralatan dan perlengkapan

No. Alat GambarKeterangan dan

Spesifikasi

1. Jalon 10 buah Sebagai tanda di

lapangan

2. Pen Ukur 10 buah Sebagai tanda di

lapangan

3. Unting-unting Alat untuk menentukan

tegak lurus titik tinjaun

4. Rol Meter Digunakan untuk

mengukur suatu jarak

Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 15

Page 16: IUT 13 (ilmu ukur tanah

LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 16

Page 17: IUT 13 (ilmu ukur tanah

LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

6. Data Percobaan

Hasil Pengukuran :

Jarak antar patok

(m)

Hasil pengukuran

(m)

P – S

∑ = 9.26

P – T 4.63

T – S 4.63

S - Q

∑ = 15.83

S – U 5.8

U - Q 5.8

P – Q 12.45

P’ - Q' 12.46 + 12.44 = 12.45

2

Jarak P – Q = 12.46 + 12.44 = 12.45

2

7. Kesimpulan

Dari kegiatan yang telah dilakukan diatas dapat disimpulkan bahwa, untuk

membuat garis lurus di lapangan dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara

lain :

1. Menarik garis antara dua titik dengan cara menyisipkan beberapa jalon

sebagai titik – titik diantara kedua titik tersebut dengan jarak yang

sembarang.

2. Memperpanjang garis dengan cara menambahkan beberapa jalon pada

ujung garis yang telah dibuat dengan jarak yang sembarang.

3. Menggiring garis yang dibuat dengan beberapa jalon hingga benar –

benar dapat ditarik garis lurus dari kedua titik yang akan diukur.

Dapat disimpulkan pula bahwa, untuk membuat suatu perpotongan garis dapat

dilakukan dengan cara menempatkan jalon – jalon pada titik yang apabila

Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 17

Page 18: IUT 13 (ilmu ukur tanah

LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

ditarik garis dari dua titik yang melewati jalon tersebut adalah sejajar. Dan

dari dua titik yang lainnya apabila melewati jalon tersebut sejajar pula.

Adapun yang menyukarkan dalam pembuatan garis lurus di lapangan adalah

antara ujung dua titik didapat suatu bangunan seperti gedung, rumah – rumah,

atau taman – taman, sehingga suatu titik ujung tidak terlihat dari titik ujung

yang lainnya.

Pembuatan garis lurus tersebut dapat dilakukan dengan dua cara :

1. Dibuat suatu garis lurus lainnya yang sejajar dengan garis lurus yang

pertama, sehingga jarak dari garis lurus pertama ke garis lurus yang kedua

=P. Dengan demikian harus dibuat sudut antara kedua ujung garis pertama

dan kedua sebesar 90° sehingga jarak kedua ujung titik tersebut dapat

diukur.

2. Membuat suatu titik yang apabila ditarik garis dari kedua ujung titik akan

membentuk bangun segitiga siku – siku.

Untuk menentukan jarak antara dua titik dapat dihitung dengan cara : jarak

percobaan 1 + jarak percobaan 2 : 2.

Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 18

Page 19: IUT 13 (ilmu ukur tanah

LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Membuat Garis Lurus dengan Rintangan Bukit

1. Tujuan Umum

1. Agar mahasiswa mengetahui suatu garis di lapangan

2. Mahasiswa dapat mengenal dan dapat menggunakan alat-alat untuk membuat

garis di lapangan

3. Mahasiswa dapat membidik lurus dalam menancapkan jalon-jalon atau

patok-patok dilapangan

4. Mahasiswa dapat memahami arti dari garis sejajar dan tegak lurus dilapangan

5. Mahasiswa dapat mengetahui dan dapat mengatasai adanya kesukaran-

kesukaran dalam melaksanakan pembuatan garis dilapangan.

6. Mahasiswa menjadi teliti dan kreatif dalam bekerja serta hati-hati terhadap

peralatan maupun pekerjaannya.

2. Tujuan Khusus

1. Mahasiswa dapat membuat garis lurus antara 2 titik dilapangan

2. Mahasiwa dapat membuat dan menentukan garis yang terhalang bukit

3. Mahasiswa mengetahui bagaimana caranya pengukuran praktek di lapangan

Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 19

Page 20: IUT 13 (ilmu ukur tanah

LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

III. Peralatan dan perlengkapan

No. Alat GambarKeterangan dan

Spesifikasi

1. Jalon 10 buah Sebagai tanda di

lapangan

2. Pen Ukur 10 buah Sebagai tanda di

lapangan

3. Penta Prisma Alat untuk melihat

kesejajaran antar Jalon

4. Rol Meter Digunakan untuk

mengukur suatu jarak

Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 20

Page 21: IUT 13 (ilmu ukur tanah

LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

III. Prosedur Pelaksanaan

1. Siapkan jalon, pasang di antara bukit yang dilakukan oleh 2 orang

2. Tentukan titik sembarang yang bisa terlihat kedua arah tinjauan

3. Lakukan hal yang sama pada titik tinjauan B

4. Tentukan secara teratur hal yang sama seperti diatas sampai menemukan jarak

terdekat bukit yang tidak bisa melihat jalon

8,93 m

Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 21

Page 22: IUT 13 (ilmu ukur tanah

LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 22

B

A

1’

2’

2

1

Page 23: IUT 13 (ilmu ukur tanah

LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

MEMBUAT LENGKUNG SEDERHANA

DI LAPANGAN ( KURVA )

I. Tujuan Umum

a. Agar mengerti dan dapat membuat lengkungan sederhana di lapangan.

b. Agar dapat mengenal dan menggunakan alat untuk membuat alat untuk membuat

lengkungan di lapangan.

c. Agar dapat mengatasi kesulitan-kesulitan mengenai pembuatan lengkungan di

lapangan.

II. Tujuan Khusus

a. Agar mengerti dan dapat membuat lengkungan di lapangan.

b. Dapat menerapkan lengkungan sesuai dengan keperluannya.

III. Peralatan dan Perlengkapan

1. Yalon 10 buah

2. Pen Ukur 10 buah

3. Pita Ukur 1 buah

4. Prisma 1 buah

5. Unting – Unting 1 buah

6. Alat Tulis (kalkulator, buku catatan, referensi, pensil)

IV. Prosedur Pelaksanaan

1. Arah satu tangen sudah ditentukan diwakili oleh dua buah patok di lapangan. R = 13

meter. β = 1200

2. Dengan besaran β yang diketahui tentukan arah tangent lainnya.

3. Ukur panjang tangent S-T1 dan S-T2 dari hasil perhitungan dengan rumus R tg ½ α.

4. Tentukan titik pusat lingkaran dengan jalan melingkarkan dari kedua titik T1 dan T2

dengan jari -jari R hingga berpotongan di titik C, titik c merupakan pusat lingkaran

Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 23

Page 24: IUT 13 (ilmu ukur tanah

LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

kemudian tentukan titik pusat lungkaran dengan jalan membuat siku dari titik T1

dan T2 sebesar R.

5. Tentukan dan ukur S-M dari hasil perhitungan dengan rumus

(R / ( Cos α/2 )) – R

6. Tentukan dan ukur M-D dari hasil perhitungan

MD = R (1 – Cos ½ α )

7. Ukur panjang tali busur T1M dan T2M.

8. Buat sudut siku-siku di pertengahan tali busur T1M dan T2M mislakna D1 dan D2

9. Ukur panjang D1M1 = D2M2 dari hasil perhitungan

R (1 – Cos ½ α )

10. Tentukan pula titik S1 dan S2 dengan rumus (R – R Cos ½ α), sebagai pengecekan

apakah S1 dan S2 terletak pada arah (garis) T1S atau T2S.

11. Ukur panjang tali busur M2T2 = M1T1 = MM1 – MM2, dari hasil perhitungan

R(1 - cos α/8)

Lakukan seperti langkah 7, 8, 9

V. Perhitungan

Diketahui : R= 13 m

β= 120o

α= 180o – 120o = 60o

Hasil Perhitungan :

ST1 = ST2 = R tan ½ α

= 13 Tan 30°

= 7.5055 m

SM = (R / ( Cos α/2 )) – R

= 2.011106999 m

MD = R (1 – Cos ½ α )

= 1.741669751 m

Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 24

Page 25: IUT 13 (ilmu ukur tanah

LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

T1 – D – T2 = 2 R Sin ½ α

= 13 m

M1 D1 = R – R Cos ¼. α

= 0.442964258 m

M2 D2 = R – R Cos 1/8. α

= 0.111216802

T1 – M – T2 = ( α / 180° ) x π R = 13.6066667 m

1. Cara Membuat Lengkungan Sederhana di Lapangan

a. Hitung panjang ST1 = ST2 = R tan ½ α = 13Tan 30° = 7.505 m

Tancapkan Jalon pada titik T1 dan ukur dengan pita ukur sepanjang 7.505 m dan

beri tanda dengan jalon ( misal titik S)

b. Untuk membuat sudut 60° dilapangan yaitu dengan cara membuat segi tiga sama

sisi dengan patokan awal pada S. Buat total panjang ( tiap sisi 2 m )

c. Untuk mendapat ST2 perpanjang garis SB sepanjang 7.505 m

d. Hitung panjang T1 – D – T2 yang diperoleh T1 – D – T2 = 2 R Sin ½ α = 13 m,

kemudian dibagi dua di titik D, T1D = T2D = 6.5 m

e. Gunakan penta prisma untuk memperoleh M ( tegak lurus T1 – D – T2 ) ukur

sepanjang 1.74 m. MD diperoleh dari :

MD = R (1 – Cos ½ α ) = 1.74 m

f. Ukur T1 – M – T2, T1 – M – T2 diperoleh dari T1 – M – T2 = ( α / 180°) x π R

= 13.606 m.

g. Dengan Patokan D1 dan D2 ukur dari ujung D1 dan D2 memotong tegak lurus ST1

dan ST2, titik perpotongan di S1 dan S2

h. Dari garis S1 D1 dan S2 D2 tarik garis kearah S1 dari D1 dan S2 dari D2 sepanjang M1

D1 = M2 D2 = R – R Cos ½ α m

i. Ukur panjang M1 T1 dan M2 T2 diperoleh 6.803 m, kemudian masing – masing

dibagi dua yaitu sepanjang = 3.4015 m ( titik F dan G )

j. Ukur titik – titik T1 – H – F – M1 – M – M2 – G – T – T2 didapat 13.56 m

Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 25

Page 26: IUT 13 (ilmu ukur tanah

LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

k. Cocokkan dengan hasil perhitungan

Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 26

Page 27: IUT 13 (ilmu ukur tanah

LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2. Membuat Lengkungan Sederhana di Lapangan dengan cara koordinat

Perhitungan :

VII Kesimpulan

Pembuatan lengkung sederhana secara perhitungan teori dengan praktek di

lapangan memiliki perbedaan ukuran.hal ini disebabkan karena faktor

ketidaktepatan / ketidaktelitian saat pengukuran,letak tanah yang tidak rata

sehingga cukup sulit untuk perhtungan sesuai dengan data yang telah ada

Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 27

Titik θ X = R Sin θ

(m)

Y = ( R – R Cos θ )

(m)

1 6 1.35887 0.07121

2 12 2.70285 0.28408

3 18 4.0172 0.63626

4 24 5.28758 1.12391

5 30 6.5 1.74161

6 36 7.64121 2.48278

7 42 8.69870 3.33912

8 48 9.66088 4.30130

9 54 10.51722 5.35880

10 60 11.25833 6.5

Page 28: IUT 13 (ilmu ukur tanah

LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

PENGGUNAAN ALAT SIPAT DATAR (WATERPASS) PADA

PENGUKURAN KOREKSI GARIS BIDIK

I. Tujuan Umum

1. Agar dapat mengetahui syarat penggunaan waterpas

2. Agar dapat mengenal dan menggunakan alat ukur sipat datar.

3. Agar dapat mengetahui dan mengatasi kesulitan-kesulitan dalam menggunakan

pesawat waterpas.

II. Tujuan Khusus

1. Agar dapat menempatkan dan menyetel alat ukur waterpas.

2. Agar dapat membidik dan membaca bak ukur dengan pesawat waterpas.

3. Agar dapat membaca skala lingkaran pada pesawat waterpas

4. Agar dapat memeriksa pesawat waterpas.

III. Peralatan/Perlengkapan

1. Alat ukur sipat datar (waterpass) 1 buah

2. Statip 1 buah

3. Meteran (ukuran 30 meter) 1 buah

4. Penjepit 2 buah

5. Rambu ukur 2 buah

6. Alat tulis dan formulir pengisian data

IV. Dasar Teori

Untuk menentukan beda tinggi suatu permukaan tanah,digunakan alat yang bernama

waterpass.pada praktikum ini, kita dituntut untuk mengenal dan mahir dalam

menggunakan alat sipat datar ini.

Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 28

Page 29: IUT 13 (ilmu ukur tanah

LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

V. Prosedur Pelaksanaan

1. Menentukan titik-titik yang akan diukur, dalam hal ini terdiri dari 2 titik (P1, P2).

2. Memasang statip di tengah-tengah antara rambu belakang (P1) dan rambu muka

(P2).

a. Mengunci skrup statip dan usahakan dasar atas statip sedatar mungkin.

b. Mengatur kaki statip agar seimbang.

3. Memasang alat sipat datar pada dasar atas statip dan mengunci skrup pengeras alat.

4. Mengatur gelembung nivo dengan ketiga skrup penyetel yang digerakkan secara

bergantian. Dalam hal ini alat ukur tidak boleh berpindah tempat.

5. Mengarahkan teropong ke rambu belakang (P1), kemudian mencatat bacaan benang

tengah, benang atas dan benang bawah pada formulir pengisian.

6. Mengecek bacaan dengan rumus :

7. Mengarahkan teropong ke rambu muka (P2), kemudian mencatat bacaan benang

tengah, benang atas dan benang bawah pada formulir pengisian.

8. Pengukuran dilakukan dua kali (double stand). Antara P1 dan P2 dinamakan slag 1,

dimana pada setiap slag dilakukan dua kali pengukuran (posisi 1, posisi 2).

9. Pada posisi 2, memindahkan alat ukur beberapa meter dari posisi 1. Kemudian

melakukan kembali pengamatan seperti pada posisi 1, mencatat bacaan benang.

10. tengah, benang atas dan benang bawah baik untuk P1 maupun P2 pada formulir

pengisian.

11. Untuk pengukuran lebih dari satu slag, lakukan seperti langkah di atas juga.

12. Menghitung jarak P1, P2 baik untuk posisi 1 maupun posisi 2 dengan menggunakan

rumus :

13. Menghitung salah kolimasi dari alat tersebut (α).

14. Menghitung bacaan sebenarnya.

Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 29

BT = BA + BB 2

d = ( BA – BB ) * 100

Page 30: IUT 13 (ilmu ukur tanah

LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

VI. Data Lapangan dan Hasil Perhitungan

Keterangan :

BT = Benang Tengah

BB = Benang Bawah

BA = Benang Atas

b1 = Benang Tengah belakang pada posisi 1

m1 = Benang Tengah muka pada posisi 1

b2 = Benang Tengah belakang pada posisi 2

m2 = Benang Tengah muka pada posisi 2

db1 = jarak belakang pada posisi 1

dm1 = jarak muka pada posisi 1

db2 = jarak belakang pada posisi 2

dm2 = jarak muka pada posisi 2

Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 30

Page 31: IUT 13 (ilmu ukur tanah

LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

1. Data Lapangan Hasil Pembacaan Arief Rahman Hakim.

Pengukuran Jarak

db1 = ( BA – BB ) × 100 dm1 = ( BA – BB ) × 100

= (1.573– 1.503) × 100 = (1.42– 1.362) × 100

= 7 m = 5.8 m

Perbaikan ( Bacaan Sebenarnya )

Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 31

BACAAN BENANG

POSISI I

A (blkng)

(m)

B(muka)

(m)

BA 1.573 1.42

BT 1.54 1.401

BB 1.503 1.362

BACAAN BENANG

POSISI I

A (blkng)

(m)

B(muka)

(m)

BA

BT 1.538 1.391

BB

Page 32: IUT 13 (ilmu ukur tanah

LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2. Data Lapangan Hasil Pembacaan Devi Afriyani

Pengukuran Jarak

db1 = ( BA – BB ) × 100 dm1 = ( BA – BB ) × 100

= 0.084 × 100 = 0.081× 100

= 8.4 m = 8.1 m

Perbaikan ( Bacaan Sebenarnya )

Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 32

BACAAN BENANG

POSISI I

A (blkng)

(m)

B(muka)

(m)

BA 1.461 1.595

BT 1.418 1.555

BB 1.375 1.513

BACAAN BENANG

POSISI I

A (blkng)

(m)

B(muka)

(m)

BA

BT 1.418 1.554

BB

Page 33: IUT 13 (ilmu ukur tanah

LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

3. Data Lapangan Hasil Pembacaan Fahmi Rizky

Pengukuran Jarak

db1 = ( BA – BB ) × 100 dm1= ( BA – BB ) × 100

=(1.95-1.82) × 100 = (1.913-1.838 ) × 100

= 13 m = 8

Perbaikan ( Bacaan Sebenarnya )

Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 33

BACAAN BENANG

POSISI I

A (blkng)

(m)

B(muka)

(m)

BA 1.95 1.913

BT 1.885 1.873

BB 1.82 1.838

BACAAN BENANG

POSISI I

A (blkng)

(m)

B(muka)

(m)

BA

BT 1.885 1.878

BB

Page 34: IUT 13 (ilmu ukur tanah

LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

4. Data Lapangan Hasil Pembacaan Mira sriyulianti

Pengukuran Jarak

db1 = ( BA – BB ) × 100 dm1 = ( BA – BB ) × 100

= (1.55-1.49) × 100 ` = (1.423-1.367) × 100

= 6 m = 5.6m

Perbaikan ( Bacaan Sebenarnya )

Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 34

BACAAN BENANG

POSISI I

A (blkng)

(m)

B(muka)

(m)

BA 1.55 1.423

BT 1.518 1.395

BB 1.49 1.367

BACAAN BENANG

POSISI I

A (blkng)

(m)

B(muka)

(m)

BA

BT 1.52 1.395

BB

Page 35: IUT 13 (ilmu ukur tanah

LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

5. Data Lapangan Hasil Pembacaan M.Eka mardianto

Pengukuran Jarak

db1 = ( BA – BB ) × 100 dm1 = ( BA – BB ) × 100

= 16.2 m = 5.4 m

Perbaikan ( Bacaan Sebenarnya )

Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 35

BACAAN BENANG

POSISI I

A (blkng)

(m)

B(muka)

(m)

BA 2.184 1.496

BT 2.102 1.470

BB 2.022 1.442

BACAAN BENANG

POSISI I

A (blkng)

(m)

B(muka)

(m)

BA

BT 2.103 1.469

BB

Page 36: IUT 13 (ilmu ukur tanah

LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

6. Data Lapangan Hasil Pembacaan Richard

Pengukuran Jarak

db1 = ( BA – BB ) × 100 dm1 = ( BA – BB ) × 100

= 16.2 M = 5.4 M

Perbaikan ( Bacaan Sebenarnya )

Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 36

BACAAN BENANG

POSISI I

A (blkng)

(m)

B(muka)

(m)

BA 2.184 1.496

BT 2.102 1.470

BB 2.022 0.442

BACAAN BENANG

POSISI I

A (blkng)

(m)

B(muka)

(m)

BA

BT 2.082 1.45

BB

Page 37: IUT 13 (ilmu ukur tanah

LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

7. Data Lapangan Hasil Pembacaan M.Eka mardianto

Pengukuran Jarak

db1 = ( BA – BB ) × 100 dm1 = ( BA – BB ) × 100

= 16.2 m = 5.4 m

Perbaikan ( Bacaan Sebenarnya )

Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 37

BACAAN BENANG

POSISI I

A (blkng)

(m)

B(muka)

(m)

BA 2.184 1.496

BT 2.102 1.470

BB 2.022 1.442

BACAAN BENANG

POSISI I

A (blkng)

(m)

B(muka)

(m)

BA

BT 2.103 1.469

BB

Page 38: IUT 13 (ilmu ukur tanah

LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

8. Data Lapangan Hasil Pembacaan Zulfikar

Pengukuran Jarak

db1 = ( BA – BB ) × 100 dm1 = ( BA – BB ) × 100

= 8 M = 12.3M

Perbaikan ( Bacaan Sebenarnya )

Kesimpulan

Dalam pengukuran koreksi

garis bidik banyak bacaan –

bacaan benang yang kurang

tepat, ini disebabkan garis nivo yang tidak sejajar dengan garis bidik, pengguanan

waterpass yang kurang tepat, benang silang mendatar diafragma yang seharusnya tegak

lurus dengan sumbu tegak teropong, dll.

Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 38

BACAAN BENANG

POSISI I

A (blkng)

(m)

B(muka)

(m)

BA 1.375 1.93

BT 1.335 1.867

BB 1.295 1.807

BACAAN BENANG

POSISI I

A (blkng)

(m)

B(muka)

(m)

BA

BT 1.335 1.868

BB

Page 39: IUT 13 (ilmu ukur tanah

LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

PENGUKURAN PROFIL

6.1 Pengukuran Profil Memanjang

I. Tujuan Umum

1. Agar trampil mengatur alat dan membaca bak ukur dengan tepat dalam setiap

pengukuran.

2. Agar dapat mengatasi problem dilapangan yang dijumpai waktu pengukuran.

3. Agar dapat mengukur jarak dengan cara optis dan beda tinggi suatu tempat

II. Tujuan Khusus

1. Agar dapat melaksanakan pengukuran traversing.

2. Agar dapat melaksanakan pengukuran profil memanjang dan profil melintang.

3. Agar dapat menghitung dan mengambar hasil pengukuran profil.

III. Peralatan dan Perlengkapan

1. Alat ukur sipat datar (waterpass) 1 buah

2. Statip 1

buah

3. Meteran (ukuran 30 meter) 1 buah

4. Penjepit 2 buah

5. Rambu ukur 2 buah

6. Palu 1

buah

7. Paku 5

buah

8. Alat tulis dan formulir pengisian data

IV. Prosedur Pelaksanaan

A. Traversing atau Profil Memanjang

1. Menentukan titik-titik yang akan diukur, dalam hal ini terdiri dari 5 titik (P1,

P2, P3, P4, P5).

2. Memasang statip di tengah-tengah antara rambu belakang (P1) dan rambu

muka (P2).

Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 39

Page 40: IUT 13 (ilmu ukur tanah

LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

a. Mengunci skrup statip dan usahakan dasar atas statip sedatar mungkin.

b. Mengatur kaki statip agar seimbang.

3. Memasang alat sipat datar pada dasar atas statip dan mengunci skrup pengeras

alat.

4. Mengatur gelembung nivo dengan ketiga skrup penyetel yang digerakkan

secara bergantian. Dalam hal ini alat ukur tidak boleh berpindah tempat.

5. Mengarahkan teropong ke rambu belakang (P1), kemudian mencatat bacaan

benang tengah, benang atas dan benang bawah pada formulir pengisian.

6. Mengecek bacaan dengan rumus :

7. Mengarahkan teropong ke rambu muka (P2), kemudian mencatat bacaan

benang tengah, benang atas dan benang bawah pada formulir pengisian.

8. Pengukuran dilakukan dua kali (double stand). Antara P1 dan P2 dinamakan

slag 1, dimana pada setiap slag dilakukan dua kali

9. pengukuran ( posisi 1, posisi 2 . Demikian juga antara P2 dan P3, kita beri

nama slag 2, dan seterusnya.

10. Pada posisi 2, memindahkan alat ukur beberapa meter dari posisi 1. Kemudian

melakukan kembali pengamatan seperti pada posisi 1, mencatat bacaan

benang tengahnya saja baik untuk P1 maupun P2 pada formulir pengisian.

11. Untuk pengukuran pada titik-titik lainnya lakukan seperti langkah di atas.

12. Menghitung jarak antara titik ke titik (P1, P2, P3, P4, P5) dengan menggunakan

meteran.

13. Menghitung beda tinggi antara P1 dan P2 dengan rumus:

ΔH : Beda tinggi

ΔH = BTb – BTm BTb : Benang tengah belakang (P1)

BTm : Benang tengah muka (P2).

Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 40

BT = BA + BB 2

Page 41: IUT 13 (ilmu ukur tanah

LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

6.2 Pengukuran Profil Melintang

I. Tujuan Umum

1. Agar dapat mengenal dan menggunakan alat ukur sipat datar.

2. Agar dapat membaca rambu ukur dengat tepat.

II. Tujuan Khusus

1. Agar dapat menentukan tinggi garis bidik tiap titik di permukaan bumi

terhadap suatu ketinggian referensi tertentu (misal permukaan laut).

2. Agar dapat menentukan tinggi titik untuk tiap titik ekstrim.

3. Agar dapat menggambarkan sket keadaan daerah yang diukur.

III. Peralatan

1. Alat ukur sipat datar (waterpass) 1 buah

2. Statip 1 buah

3. Meteran (ukuran 30 meter) 1 buah

4. Penjepit 2 buah

5. Rambu ukur 2 buah

6. Palu 1 buah

7. Paku 5 buah

8. Alat tulis dan formulir pengisian data

IV. Prosedur Pelaksanaan

1. Menentukan titik-titik yang akan diukur, dalam hal ini terdiri dari 5 titik (P1,

P2, P3, P4, P5).

2. Memasang statip di tengah-tengah antara rambu belakang (P1) dan rambu

muka (P2).

a. Mengunci skrup statip dan usahakan dasar atas statip sedatar mungkin.

b. Mengatur kaki statip agar seimbang.

Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 41

Page 42: IUT 13 (ilmu ukur tanah

LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

3. Memasang alat sipat datar pada dasar atas statip dan mengunci skrup pengeras

alat.

4. Mengatur gelembung nivo dengan ketiga skrup penyetel yang digerakkan

secara bergantian. Dalam hal ini alat ukur tidak boleh berpindah tempat.

5. Membuat sket profil melintang jalan dan saluran untuk titik P1 pada formulir

pengisian. Dalam hal ini ditinjau berdasarkan arah pandangan dari P1 menuju

P5.

6. Setelah diperoleh arah melintangnya, letakkan rambu ukur pada titik-titik

ekstrimnya dan pada titik itu sendiri lalu ukur jarak tiap titik ekstrim ke titik

ekstrim lainnya termasuk titik P1 dengan menggunakan meteran.

7. Mengarahkan teropong ke rambu ukur di setiap titik ekstrim dan di titik P1

juga lalu baca dan catat bacaan benang tengahnya saja pada formulir

pengisian.

8. Untuk pengukuran titik-titik ekstrim pada arah melintang P2, P3, P4, P5

dilakukan sama seperti pengukuran di atas.

Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 42

Page 43: IUT 13 (ilmu ukur tanah

LABORATORIUM ILMU UKUR TANAHJURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

DAFTAR PUSTAKA

Wongsotjitro, Soetomo. 1980. Ilmu Ukur Tanah. Kanisius:Yogyakarta

Buku Catatan Kuliah.

Kelompok 1 Konstruksi Gedung 1B 43