JALAN RAYA
TUGAS AKHIR
Memenuhi Syarat Untuk Menempuh
Ujian Sarjana Teknik Sipil
pengontrolan di lapangan dan membutuhkan biaya yang cukup banyak.
Oleh
karena itu, perlu suatu cara untuk mengestimasi nilai parameter
kompaksi yaitu
berat isi kering maksimum (γd max) dan kadar air optimum (Wopt)
dari nilai
klasifikasi tanah dasar yang distabilisasi dengan kapur. Pada
penelitian ini akan
dibuat sampel tanah dengan tambahan 3% kapur sebanyak 30
sampel.
Sebelumnya sampel tanah asli dites parameter kompaksi dan index
propertiesnya
dahulu lalu dites kembali setelah ditambah 3% kapur.
Sampel berasal dari PT. Perkebunan Nusantara II Kecamatan
Patumbak
Provinsi Sumatera Utara. Sampel tanah dibatasi nilai PI > 10 %.
Rentang dari
pengujian tanah untuk batas cair (LL) adalah 41,12 % - 41,67 %
dengan rata-rata
41,48 %, untuk persen butiran halus (Fines) adalah 48,19 % -53,17 %
dengan
rata-rata 50,68 %, untuk berat isi kering maksimum (γd max) adalah
1,523 gr/cm 3 –
1,536 gr/cm 3 dengan rata-rata
1,529 gr/cm
adalah 12,15 % - 21,95 % dengan rata-rata 21,57 %. Sedangkan
rentang dari
pengujian tanah ditambah kapur untuk batas cair (LL) adalah 30,44 %
- 40,90 %
dengan rata-rata 34,85 %, untuk persen butiran halus (Fines) adalah
46,65 % -
58,82 % dengan rata-rata 53,36 %, untuk berat isi kering maksimum
(γd max)
adalah 1,306 gr/cm 3 – 1,437 gr/cm
3 dengan rata-rata
kadar air optimum (Wopt) adalah 23,43 % - 25,94 % dengan rata-rata
24,87 %.
Dengan menggunakan persamaan Goswami dalam mengestimasi nilai
parameter kompaksi diperoleh persamaan γd max = -0,1686LogG +
1,8434 dan
Wopt = 2,9178logG + 17,086.
Kata kunci : subgrade, index properties, kompaksi, berat isi kering
maksimum,
kadar air optimum, batas cair, persen butiran halus, stabilisasi
tanah-kapur
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kesehatan
dan
kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Penulisan
Tugas Akhir yang berjudul “ESTIMASI NILAI PARAMETER KOMPAKSI
BERDASARKAN NILAI KLASIFIKASI TANAH YANG DISTABILISASI
DENGAN KAPUR” ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat
penyelesaian
Pendidikan Sarjana di Bidang Studi Struktur Departemen Teknik Sipil
Fakultas
Teknik Universitas Sumatera Utara.
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak yang berperan
yaitu:
1. Bapak Ir. Zulkarnain A.Muis, M.Eng, Sc., selaku Pembimbing yang
telah
banyak meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga untuk memberikan
arahan
dan bimbingan dalam penyelesaian tugas akhir ini.
2. Ibu Adina Sari Lubis, S.T., M.T., selaku Co Pembimbing yang
telah banyak
meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga untuk memberikan arahan
dan
bimbingan dalam penyelesaian tugas akhir ini.
3. Bapak Medis S. Surbakti, S.T, MT, sebagai Ketua Departemen
Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Ir. Andy Putra Rambe MBA, sebagai Sekretaris Departemen
Teknik
Sipil Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Ir. Indra Jaya Pandia, MT dan Bapak Medis S. Surbakti,
S.T, MT.,
sebagai Dosen Pembanding dan Penguji Departemen Teknik Sipil
Fakultas
Teknik Universitas Sumatera Utara.
6. Bapak Ir. Indra Jaya Pandia, MT sebagai Kepala Laboratorium
Jalan Raya,
atas bimbingan kepada penulis selama menjadi asisten Laboratorium
Jalan
Raya.
7. Ibu Ika Puji Hastuty, ST. MT., sebagai Kepala Laboratorium
Mekanika
Tanah, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Sumatera
Utara.
iii
8. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen staf pengajar Departemen Teknik
Sipil
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing
dan
memberikan pengajaran kepada penulis selama menempuh masa studi
di
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera
Utara.
9. Seluruh staf pegawai Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas
Sumatera Utara.
10. Teristimewa kepada kedua orang tua saya Ayahanda A.R Simbolon
dan
Ibunda K.Simamora, yang tak pernah berhenti memberikan doa,
dukungan,
motivasi, kasih sayang dan segalanya selama ini. Abang saya
Brevi
Simbolon, Kakak-kakak saya Seprina Simbolon, Monalisa Simbolon,
dan
Adik-adik saya Maria Simbolon dan Frans Simbolon yang selalu
memberi
dukungan dan materil serta seluruh keluarga besar saya yang
selalu
mendukung dan membantu dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
11. Seluruh teman-teman mahasiswa Teknik Sipil 2013 dan 2016 dan
Abang
kakak 2010 dan 2011 yang telah banyak membantu penulis mulai dari
awal
proses pengerjaan Tugas Akhir hingga selesai, khususnya:
TOP11
(RizkaAmal, Soraya, Maylisa, Artika, Dea, Asafin, Elisa,
RizkaMeylani,
Regina, Margaret), Kak Fanny Siregar (010), Abangda Imam
(011),
Abangda Iqbal (010), Abangda Derry (010), Novra, Alby,
Benedictus,
Agung, Ivan, Mery, Angel dan Angkatan 2013 lainya, juga Teman
SMA
(Andin, Icha, Dewi, Tira) terima kasih atas semangat dan
bantuannya
selama ini.
12. Seluruh Asisten Laboratorium Jalan Raya Departemen Teknik Sipil
FT
USU ( Rijal, Akmal, Zaky, Irpan, bang BJ, bang Wendy, bang Suryadi,
bg
Kevin)
13. Seluruh Staf Laboratorium Mekanika Tanah Departemen Teknik
Sipil FT
USU dan PTPN 2 Patumbak.
14. Segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu disini,
terimakasih
atas jasa-jasanya dalam mendukung dan membantu penulis dari
segi
apapun, sehingga Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dengan
baik.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih
jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan
saran yang
membangun dalam penyempurnaan Tugas Akhir ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga Tugas Akhir
ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Medan, 2017
2.2. Pemeriksaan/Pengujian Material Subgrade
...................................................... 8
2.3. Pemadatan Tanah
............................................................................................
14
2.3.1. Jenis-Jenis Pemadatan
...............................................................
16
2.3.3 Energi Pemadatan
......................................................................
25
2.4. Stabilisasi Tanah
............................................................................................
26
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.5. Hubungan Parameter Kompaksi dengan Index Properties
............................ 31
2.6. Penelitian Terdahulu
.......................................................................................
33
BAB III METODE PENELITIAN
3.2. Sampel
.............................................................................................................
39
3.6. Tahap Pengolahan Data
..................................................................................
41
3.7. Estimasi Hubungan Parameter Kompaksi dengan Indeks Properties
............. 42
3.8. Analisa Hasil Estimasi
....................................................................................
42
BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA
4.1. Hasil Penelitian
...............................................................................................
44
4.1.3. Hasil Estimasi Hubungan Parameter Kompaksi
dengan Nilai indeks Propertis
..................................................49
5.1. Kesimpulan
................................................................................................
62
5.2. Saran
...........................................................................................................
63
DAFTAR PUSTAKA
...........................................................................................
64
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 2.2 Klasifikasi Tanah Sistem AASHTO
.................................................... 13
Tabel 2.3 Klasifikasi Tanah Sistem Unified Soil Classification
System ............... 14
Tabel 2.4 Defenisi-defenisi dari parameter pemadatan (Kompaksi)
.................... 15
Tabel 2.5 Petunjuk awal untuk pemilihan metode stabilisasi
............................... 28
Tabel 2.6 Pengaruh kadar kapur terhadap plastisitas
............................................ 31
Tabel 2.7 Penentuan Nilai F
..................................................................................
32
Tabel 2.8 Sampel tanah yang digunakan dalam membentuk
persamaan
(Blozt, 1998 dalam Nendi, 2010)
.......................................................... 34
Tabel 2.9 Statistik hasil pengujian (Ugbe 2012)
................................................... 36
Tabel 2.10 Tipe binder dan persen bahan tambah untuk jalan
beraspal
(Australia Stabilisation Industry Association (AustStab)
............................. 38
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Tanah Asli di Laboratorium
........................................ 44
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Atterberg Limits
......................................................... 45
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Persen Butiran Halus
................................................. 46
Tabel 4.4 Hasil Pengujian Kompaksi
...................................................................
46
Tabel 4.5 Rangkuman Hasil Pengujian di Laboratorium
...................................... 47
Tabel 4.6 Berat Isi Kering Maksimum Estimasi Model Goswami
....................... 51
Tabel 4.7 Kadar Air Optimum Estimasi Model Goswami
.................................... 52
Tabel 4.8 Hasil Estimasi Parameter Kompaksi Model Goswami
......................... 53
Tabel 4.9 Perhitung t hitung dan t tabel Berat Isi Kering
.................................... 55
Tabel 4.10 Perhitung t hitung dan t tabel Kadar Air Optimum
............................. 56
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 2.2 Smooth wheeled roller
.......................................................................
17
Gambar 2.3 Pneumatic-tired rollers
......................................................................
17
Gambar 2.4 Vibratory rollers
................................................................................
18
Gambar 2.5 Vibrating plate compactors
................................................................
19
Gambar 2.6 Perbandingan Alat Uji Standar dengan Alat Uji Modified
................ 20
Gambar 2.7 Hubungan kadar air optimum dengan berat isi kering
maksimum .... 23
Gambar 2.8 Hubungan antara kadar air dan berat isi kering
dengan
beberapa jenis tanah yang dipadatkan
................................................ 26
Gambar 2.9 Pengaruh kadar kapur terhadap berat volume
kering......................... 30
Gambar 2.10 MDD Prediksi vs MDD lab
.............................................................
35
Gambar 2.11 OMC Prediksi vs OMC lab
..............................................................
35
Gambar 3.1 Sampel tanah yang akan diuji
...........................................................
41
Gambar 3.2 Diagram alir penelitian
......................................................................
43
Gambar 4.1 Hubungan berat isi kering maksimum dengan Log G
....................... 49
Gambar 4.2 Hubungan kadar air optimum dengan Log G
..................................... 49
Gambar 4.3 Hubungan berat isi kering laboratorium dengan
berat isi kering estimasi
.....................................................................
56
Gambar 4.4 Hubungan kadar air optimum laboratorium dengan
kadar air optimum estimasi
................................................................
57
Gambar 4.5 Pengaruh penambahan kapur terhadap nilai Indeks
Plastisitas (IP)
tanah
...................................................................................................
58
tanah
...................................................................................................
58
γdmaks # = Berat isi kering maksimum estimasi model Goswami
w = Kadar air
SG = Specific gravity (berat jenis)
LL = Liquid limit (batas cair)
PL = Plastic Limit (batas plastis)
PI = Properties index (indeks properties)
FINES = Shirve analisys (analisa saringan)
Y = Berat isi kering maksimum atau kadar air optimum
m = Kemiringan kurva
G = Konstanta gradasi
k = Konstanta perpotongan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran II Data Hasil SPSS
Lampiran III Tabel T
Lampiran IV Dokumentasi Penelitian
bergantung pada nilai kepadatan lapisan tanah dasar tersebut.
Kepadatan
Laboratorium ditentukan dengan melakukan Proctor Compaction Test
pada
beberapa contoh tanah dengan kadar air yang bervariasi. Hasil yang
diperoleh
berupa Nilai Parameter Kompaksi yaitu Berat Isi Kering Maksimum
(γdmaks) pada
saat Kadar Air Optimum (wopt). Sedangkan kepadatan lapangan
diperoleh dengan
Sand Cone Test atau Dynamic Cone Penetrometer Test yang
menghasilkan nilai
Berat Isi Kering Maksimum (γdmaks) lapangan (Bowles, 1989).
Pada beberapa jenis tanah, diperlukan stabilisasi untuk menaikkan
nilai
daya dukungnya. Stabilisasi adalah pencampuran tanah dengan bahan
tertentu,
guna memperbaiki sifat-sifat teknis tanah. Proses stabilisasi tanah
meliputi
pencampuran tanah dengan tanah lain untuk memperoleh gradasi yang
diinginkan,
atau pencampuran tanah dengan bahan tambah buatan pabrik sehingga
sifat-sifat
teknis semakin baik. Salah satu bahan tambah yang sering dipakai
pada stabilisasi
tanah adalah kapur (CaO) dengan syarat tanah yang cocok untuk
distabilisasi
dengan menggunakan kapur (CaO) memiliki nilai indeks plastisitas
≥10%.
Kriteria perancangan campuran tanah-kapur untuk keperluan
penelitian ini adalah
untuk memodifikasi sifat-sifat tanah, yaitu perbaikan tanah yang
basah agar
mudah dikerjakan, mengurangi plastisitas sehingga diperoleh
material yang lebih
stabil/kuat dan mempercepat kenaikan kapasitas dukung tanah
lempung.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
mengatakan bahwa penambahan kapur sebanyak 3% sudah cukup memadai
untuk
memodifikasi sifat-sifat tanah, yaitu untuk mengurangi plastisitas
dan menambah
mudah dikerjakan. Killaney Road Trial juga mengatakan variasi kapur
3% sampai
4% sudah memuaskan untuk stabilisas Indeks Plastisitas (PI) tanah.
Tanah yang
sudah menjadi material modifikasi tidak akan retak.
Proses penentuan Berat Isi Kering Maksimum (γdmaks) dan Kadar
Air
Optimum (wopt) di laboratorium memerlukan bahan yang cukup banyak,
operator
laboratorium yang handal serta menyita waktu. Sementara spesifikasi
juga
mengisyaratkan program rutin kontrol kualitas untuk penentuan
Indeks Plastis dan
gradasi yang relatif memerlukan bahan yang lebih sedikit dan
menghasilkan
klasifikasi tanah/bahan tertentu. Jika hasil klasifikasi ini bisa
digunakan untuk
mengestimasi Berat Isi Kering Maksimum (γdmaks) dan Kadar Air
Optimum (wopt)
material subgrade yang ditambah dengan kapur maka dapat menghemat
waktu,
tenaga dan biaya pada pelaksanaan pekerjaannya. Hal ini juga
merupakan
klarifikasi (cross check) terhadap pekerjaan yang dilakukan teknisi
di
laboratorium (Muis, Z.A., 1998).
Dalam penelitian ini akan diestimasi nilai parameter kompaksi
suatu
material subgrade pada proyek jalan raya berdasarkan data
klasifikasi tanah yang
distabilisasi dengan kapur.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pada proyek jalan raya berdasarkan data klasifikasi tanah yang
distabilisasi
dengan kapur?
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengestimasi parameter
kompaksi
yaitu Berat Isi Kering Maksimum (γdmaks) dan Kadar Air Optimum
(wopt) suatu
material subgrade pada proyek jalan raya berdasarkan data nilai
klasifikasi tanah
yang distabilisasi dengan kapur.
didalam mempersingkat waktu, tenaga dan biaya kontrol bahan
timbunan atau
galian untuk lapisan subgrade yang distabilisasi dengan kapur pada
proyek jalan
raya.
Adapun yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini
adalah:
1. Sampel tanah berasal dari daerah PT. Perkebunan Nusantara II
Kecamatan
Patumbak Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara.
2. Pengujian Laboratorium meliputi pemeriksaan tanah (Index
Properties
Tanah) dan Pengujian Kompaksi dilaksanakan di Laboratorium
Mekanika
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Utara.
3. Kapur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kapur bubuk
(CaO) yang
dibeli di toko material. (Hardiyatmo,2010)
4. Jumlah sampel yang akan diteliti adalah 30 sampel. (Cohen,
et.al, 2007)
5. Metode pengujian pemadatan di laboratorium adalah Pemadatan
Standar
(ASTM D-698, AASHTO T-99)
6. Penambahan kapur yang akan dicampur dengan tanah pada penelitian
ini
adalah sebanyak 3% dari berat kering tanah. (Australia
Stabilisation
Pavement Recycling And Stabilisation Association )
1.6 Sistematika Penulisan
Untuk memperjelas tahapan yang dilakukan dalam studi ini,
penulisan
tugas akhir ini dikelompokkan ke dalam 5 (lima) bab dengan
sistematika
pembahasan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
latar belakang, perumusan masalah penelitian, tujuan penelitian,
manfaat
penelitian, pembatasan masalah dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Merupakan kajian literatur yang terkait dalam penelitian ini yaitu
mengenai
subgrade, stabilisasi tanah dengan kapur, pengujian index
properties tanah (kadar
air, berat jenis, atterberg limit, analisa butiran dan klasifikasi
tanah), pengujian
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5
pemadatan tanah (berat isi kering maksimum dan kadar air optimum),
serta
literatur mengenai penelitian terdahulu yang terkait.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang metode yang dipakai dalam penelitian
ini,
dimulai dari pengambilan sampel, tahap pengumpulan data
(pemeriksaan tanah
dan pengujian sampel di laboratorium), tahap pengolahan data hasil
laboratorium,
tahap melakukan estimasi terhadap parameter kompaksi dan analisa
data.
BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA
Berisikan pemaparan hasil pengujian sampel di laboratorium dan
hasil
estimasi parameter kompaksi serta analisa kedua hasil
tersebut.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Merupakan penutup yang berisikan tentang kesimpulan yang telah
diperoleh
dari pembahasan pada bab sebelumnya, serta saran mengenai hasil
penelitian yang
dapat dijadikan masukan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Subgrade adalah tanah dasar di bagian paling bawah lapis
perkerasan
jalan. Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan
jika tanah
aslinya baik atau tanah urugan yang didatangkan dari tempat lain
atau tanah yang
distabilisasi dan lain lain.
menentukan kualitas perkerasan jalan. Kekuatan dan keawetan
konstruksi
perkerasan jalansangat tergantung pada sifat-sifat dan daya dukung
tanah dasar
Gambar 2.1. Susunan Jenis Lapisan Perkerasan Jalan Raya
Pada prosedur pekerjaan lapisan subgrade, sebelum kegiatan
penghamparan perkerasan dilakukan, bagian lapisan subgrade harus
sudah dalam
keadaan siap (kuat, padat, bersih dan dibentuk sesuai rencana).
Adapun langkah-
langkah pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
1. Apabila tanah eksisting lebih tinggi dari elevasi rencana, maka
dilakukan
pekerjaan galian. Sedangkan apabila tanah eksisting lebih rendah
dari elevasi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pekerjaan galian dimaksudkan untuk mendapatkan bagian tanah
dasar
(subgrade) yang akan menentukan kekuatan dari susunan perkerasan
di
atasnya yang sesuai dengan rencana struktur.
Pada pekerjaan timbunan, bagian-bagian yang harus ditimbun
sampai
mencapai ketinggian yang ditentukan, harus ditimbun menggunakan
tanah
timbunan yang cukup baik, bebas dari sisa (rumput/akar-akar
lain-lainya).
Penimbunan harus dilakukan lapis demi lapis. Tebal maksimal
hamparan
30 cm setiap lapisan. Kemudian tanah tersebut dilembabkan
sebelum
dilakukan pemadatan.
2. Pemadatan lapisan subgrade menggunakan Vibrator Roller atau
Static Roller
(sambil diberi air secukupnya untuk mencapai kadar air
optimum).
3. Setelah pemadatan tanah dasar selesai, lalu dilakukan perataan
menggunakan
Motor Grader.
Lapisan subgrade harus sesuai dengan spesifikasi perencanaan jalan
raya
yang telah diatur didalam Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan
Jembatan Divisi 3
mengenai pekerjaan tanah yang diterbitkan oleh binamarga.
Spesifikasi tersebut
menjelaskan tentang parameter bahan yang bisa digunakan untuk
sebagai syarat
bahan lapisan subgrade. Disamping bahan yang digunakan, perlu
diperhatikan
proses pemadatan dilapangan yang menggunakan alat-alat berat.
Sementara itu spesifikasi umum bidang jalan dan jembatan
memberikan
syarat bahan/material untuk digunakan sebagai bahan subgrade adalah
sebegai
berikut :
1. OL, OH, Pt tidak boleh digunakan.
2. GW, GP, GM, GC, SW, SP, SM, SC bisa digunakan dengan
syarat
harus keras dan tidak memiliki sifat khas.
3. CH, MH dan A-7-6 tidak untuk dipergunakan 30 cm dibawah
dasar
perkerasan , kecuali mencapai CBR 6% setelah perendaman 4 hari
bila
dipadatkan 100% kepadatan kering maksimum.
4. Tanah ekspansif dengan nilai aktif >1,25 tidak boleh
digunakan.
2.2. Pemeriksaan/Pengujian Material Subgrade
Secara umum ada lima pemeriksaan di laboratorium terhadap
material
subgrade sebelum melaksanakan pengujian Kompaksi (Bowles, J.E.,
1993), yaitu
pemeriksaan Kadar Air (Water Content Test), Berat Jenis (Specific
Gravity Test),
Konsistensi Atterberg (Atterberg Limit Test) dan Analisa Saringan
(Sieve Analysis
Test) serta Klasifikasi Tanah (USCS dan AASHTO):
A. Pemeriksaan Kadar Air (Water Content Test)
Pemeriksaan ini dilakukan mengacu pada ASTM D 2216-92, Test
Method
for Laboratory Determination of Water (Moisture) Content of Soil
and Rock”
untuk mendapatkan besaran kadar air (w). Kadar air tanah (w)
didefinisikan
sebagai perbandingan antara berat air (Ww) dengan berat butiran
(Ws) dalam
tanah tersebut yang dinyatakan dalam satuan persen. Kadar air tanah
(w) dapat
dinyatakan dalam persamaan:
Cara memperolehnya, contoh tanah basah mula-mula ditimbang,
kemudian
dikeringkan di dalam oven pada suhu 230° F (110° C) hingga mencapai
berat
konstan. Berat contoh setelah dikeringkan adalah berat partikel
solid. Perubahan
berat yang terjadi selama proses pengeringan setara dengan berat
air. Untuk tanah
organik, terkadang disarankan untuk menurunkan suhu pengeringan
hingga
mencapai 140° F (60° C). Kadar Air (w) diperlukan untuk menentukan
properties
tanah dan dapat dikorelasikan dengan parameter-parameter
lainnya.
B. Pemeriksaan Berat Jenis (Specific Gravity Test)
Pemeriksaan ini dilakukan berdasarkan ASTM D 854-92, “Standard
Test
Method for Specific Gravity of Soils”. Metoda ini digunakan pada
contoh tanah
dengan komposisi ukuran partikel lebih kecil daripada saringan No.
4 (4.75 mm).
Untuk partikel dengan ukuran lebih besar dari saringan tersebut,
prosedur
pelaksanaan mengacu pada “Test Method Specific Gravity and
Absorptionof
Coarse Aggregate (ASTM C 127-88)”.
Berat jenis tanah (Gs), didefinisikan sebagai perbandingan massa
volume
partikel tanah di udara dengan massa volume air pada suhu kamar
(umumnya
( ) ( ) ( )
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
w4 = Berat piknometer + air suling
w4’ = w4 x factor koreksi suhu [k]
Berat jenis tanah (Gs) ditentukan berdasarkan jumlah dari
pycnometer yang
sudah dikalibrasi, dimana massa dan suhu dari contoh tanah
deaerasi/air distilasi
diukur. Specific gravity dari tanah diperlukan untuk menentukan
hubungan antara
berat dan volume tanah, dan digunakan untuk perhitungan test
Laboratorium
lainnya.
Pemeriksaan ini dilakukan sesuai dengan ASTM D 4318-95, ”Test
Method
for Liquid Limit, Plastic Limit and Plasticity Index of
Soils”.
Kadar air pada saat Batas Cair (Liquid Limit=LL) diperoleh dengan
cara
meletakkan pasta tanah dalam mangkuk kuningan kemudian digores
tepat
ditengahnya dengan alat penggores standar. Kemudian engkol
pemutar
digerakkan, sehingga mangkuk naik turun dari ketinggian 0.4 inci
(10 mm)
dengan kecepatan 2 drop/detik. Liquid limit dinyatakan sebagai
kadar air dari
tanah yang dibutuhkan untuk menutup goresan yang berjarak 0.5 inci
(13 mm)
sepanjang dasar contoh tanah dalam mangkuk sesudah 25
pukulan.
Kadar air pada saat Batas Plastis (Plastic Limit=PL) ditentukan
dengan
mengetahui secara pasti kadar air terkecil, dimana pasta tanah
dapat digulung
hingga diameter 0.125 inci (3.2 mm) tanpa mengalami keretakan.
Sedangkan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
11
Indeks Plastisitas (Plasticity Index=PI) diperoleh dari selisih
nilai kadar air pada
saat Batas Cair (LL) dengan nilai kadar air pada saat Batas Plastis
(PL).
D. Pemeriksaan Analisa Saringan (Sieve Analysis Test)
Prosedur pelaksanaan pemeriksaan ini mengacu pada ASTM C 136-
95a,”Method for sieve Analysis of Fine and Coarse
Aggregates”.
Pengujian ini dilakukan dengan cara menyaring sejumlah sampel
tanah
dengan satu unit saringan berukuran 4,75mm (no.4) hingga 0,0075mm
(no.200).
Saringan tersebut lalu digetarkan dengan menggunakan sieve shaker
machine.
Setelah itu, berat sampel yang tertahan pada tiap-tiap saringan
ditimbang
beratnya. Lalu akan didapatkan persentase butiran yang lolos dari
tiap-tiap
saringan.
E. Pemeriksaan Klasifikasi Tanah (USCS dan AASHTO)
Dari uji indeks properties tanah, grain size analysis dan atterberg
limit
dapat digunakan dalam mengklasifikasikan tanah. Sistem klasifikasi
tanah yang
digunakan dalam penelitiaan ini adalah AASHTO (American Association
of State
Highway Transportation Official) dan USCS (Unified Soil
Classification System).
AASHTO (American Association of Highway and Transportation
Officials) memberikan standar kriteria tanah subgrade sebagaimana
pada Tabel
2.1.
Sumber : Bowles, J.E., 1993
Official) berguna untuk menentukan kualitas tanah dalam perencanaan
timbunan
jalan subbase dan subgrade. Sistem AASHTO membagi tanah ke dalam
7
kelompok, A-1 sampai dengan A-7 (seperti terlihat pada Tabel 2.2).
Tanah dalam
tiap kelompok dievaluasi terhadap indeks kelompoknya yang dihitung
dalam
rumus empiris. Pengujian yang digunakan hanya berupa analisa
saringan dan nilai
batas-batas Atterberg.
Sumber : Bowles, J.E., 1993
Pada Unified Soil Clasification System (USCS), suatu tanah
diklasifikasikan
ke dalam tanah berbutir kasar (kerikil dan pasir) jika kurang dari
50% lolos
saringan nomor 200 dan diklasifikasikan sebagai tanah berbutir
halus (lanau dan
lempung) jika lebih dari 50% lewat saringan nomor 200.
Simbol-simbol yang
digunakan dalam sistem klasifikasi ini diantaranya: kerikil
(gravel/G), pasir
(sand/S), lempung (clay/C), lanau (silt/M), lanau atau lempung
organic (organic
silt or clay/O), bergradasi baik (well-graded/W), bergradasi buruk
(poor-
graded/P), plastisitas rendah (low-plasticity/L), plastisitas
tinggi (high-
plasticity/H), sebagaimana terlihat pada Tabel 2.3.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Sumber : Bowles, J.E., 1993
Pemadatan tanah (earthwoks compaction) adalah proses mekanis
dimana
sejumlah tanah yang terdiri dari partikel padat (solid particles),
air dan udara
direduksi volumenya dengan menggunakan beban. Beban tersebut dapat
berupa
beban yang bergerak (rolling), beban yang dipukulkan (tamping)
maupun beban
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
antara butiran tanah dimana proses ini merupakan kebalikan dari
proses
konsolidasi yang merupakan keluarnya air dari antara butir-butir
tanah.
Lapisan tanah dasar pada konstruksi jalan raya harus dipadatkan
dimana
kekuatan dan keawetan perkerasan jalan itu sangat tergantung pada
sifat-sifat dan
daya dukung tanah dasar. Tujuan pemadatan adalah untuk
meningkatkan
kepadatan (density), meningkatkan stabilitas, meningkatkan kekuatan
tahanan
(bearing strength) subgrade, mengurangi sifat kemudahan ditembus
oleh air
(permeability), mengurangi potensi likuifaksi dan mencegah
erosi.
Tabel 2.4 Defenisi-definisi dari parameter pemadatan
(kompaksi)
Istilah Defenisi
dengan cara mekanis
Kadar air optimum (OMC) Kadar air yang menghasilkan nilai
kepadatan maksimum (γd max)
mengandung udara sama sekali
sehingga tercapai berat volume
A. Pemadatan di Lapangan
Untuk pekerjaan pelaksanaan pemadatan di lapangan kita perlu
memilih alat
pemadat yang digunakan. Pemadatan di lapangan umumnya menggunakan
alat-
alat berat seperti, Three Wheel Roller, Tandem Roller, Pneumatik
Tired Roller
(PTR) dan lain-lain. Untuk pemadatan tanah sebagai badan
jalan/subgrade maka
pada umumnya digunakan vibratory roller (Surendro B, 2014). Alat
ini cocok
digunakan untuk pemadatan granular material (material berbutir).
Selain vibratory
roller ada beberapa alat yang dipakai untuk memadatkan tanah maupun
batu-
batuan. Secara garis besar alat pemadat dibagi menjadi 3
group:
1. Rollers, termasuk didalamnya smooth-wheeled, pneumatic-tired,
tamping
rollers juga pemadatan oleh beban lalu lintas kendaraan.
2. Vibrators, termasuk didalamnya rollers dan plates.
3. Rammers, termasuk didalamnya power rammers, tampers dan falling
weight.
Smooth-wheeled rollers (Gambar 2.2) memiliki 3 roda dari drum besi
atau
tandem dibagian belakang. Alat ini juga memiliki roda besi tunggal
berbentuk
drum dibagian depan. Beratnya antara 1.7-17 ton dan dapat
diperberat lagi dengan
mengisi pasir atau air di roda besinya. Beban yang terpakai dibagi
selebar
rodanya. Kecepatan bergeraknya antara 2.5-5 km/jam.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pneumatic-tired rollers (Gambar 2.3), mempunyai 2 sumbu dengan
roda
dari karet, dimana jumlah roda depan dan belakang berselisih satu
dan letak roda
depan belakang berselang seling hingga yang tidak terinjak oleh
roda depan dapat
terinjak oleh roda belakang demikian sebaliknya. Kecepatan
bergeraknya berkisar
1.6 hingga 24 km/jam.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Menurut Djatmiko Soedarmo (1993) Vibratory rollers (Gambar 2.4)
atau
sering disebut vibro saja, mempunyai kisaran berat 0.5-17 ton, yang
mempunyai
sumbu tunggal (1 roda) biasanya ditarik traktor sedangkan yang
mempunyai
mempunyai sumbu ganda menggunakan mesin sendiri untuk bergerak.
Frekuensi
getarannya tergantung pabrik pembuatnya namun untuk yang besar
berkisar
antara 20-35 Hz dan 40-75 Hz untuk vibratory roller yang kecil.
Pada umumnya
alat bisa diatur getarannya menjadi 3 posisi: kecil, menengah dan
besar. Untuk
alat yang ditarik traktor kecepatannya 1.5-2.5 km/jam sedangkan
untuk alat yang
bergerak sendiri kecepatannya 0.5-1 km/jam. Apabila sedang
menggetarkan
rodanya maka kecepatannya semakin rendah.
Gambar 2.4 Vibratory rollers (Surendro B, 2014)
Vibrating plate compactors (Gambar 2.5) sering disebut
stamper.
Mempunyai kisaran berat 100 kg- 2 ton dan luasan pelat antara
0.16-1.6 m2. Alat
ini cocok untuk memadatkan luasan yang kecil atau tempat yang
terbatas untuk
dipadatkan seperti daerah pinggiran perkerasan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
B. Pemadatan di Laboratorium
(Modified Proctor Test).
Pada Uji Pemadatan Standar, tanah dipadatkan dalam sebuah
cetakan
silinder bervolume 12,400 ft-lbf/ft³. Diameter cetakan silinder
tersebut 4 in
(=10,16 cm). Selama percobaan di laboratorium, cetakan itu dikelam
pada sebuah
pelat dasar dan di atasnya diberi perpanjangan. Tanah dicampur air
dengan kadar
yang berbeda-beda dan kemudian dipadatkan dengan menggunakan
penumbuk
khusus. Berat penumbuk 5,5lb (= 2,5 kg) dan tinggi jatuh 12 in.
(=30,48 cm).
Jumlah tumbukan tiap lapisan sebanyak 25 kali. Prosedur pelaksanaan
pemadatan
ini dilakukan untuk 3 (tiga) lapisan. Uji Pemadatan Standar mengacu
pada ASTM
D-698 dan AASHTO T-99.
cetakan silinder bervolume 56,000 ft-lbf/ft³. Diameter cetakan
silinder tersebut 4
in (=10,16 cm). Selama percobaan di laboratorium, cetakan itu
dikelam pada
sebuah pelat dasar dan di atasnya diberi perpanjangan. Tanah
dicampur air dengan
kadar yang berbeda-beda dan kemudian dipadatkan dengan
menggunakan
penumbuk khusus. Berat penumbuk 10lb (= 4,5 kg) dan tinggi jatuh 18
in.
(=45,72 cm). Jumlah tumbukan tiap lapisan sebanyak 25 kali.
Prosedur
pelaksanaan pemadatan ini dilakukan untuk 5 (lima) lapisan. Uji
Pemadatan
Standar mengacu pada ASTM D-698 dan AASHTO T-99.
Perbandingan alat Uji Pemadatan Standar dengan Uji Pemadatan
Modified
dapat dilihat pada Gambar 2.6.
Gambar 2.6 Perbandingan alat Uji Pemadatan Standar dengan Uji
Pemadatan Modified
Pengujian pemadatan tanah baik Uji Pemadatan Standar maupun
Uji
Pemadatan Modified memiliki dua parameter penting, yaitu Berat Isi
Kering
Maksimum (γdmaks) dan Kadar Air Optimum (wopt).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RR Proctor (1993) dalam Kamarudin F.B (2005) mengatakan untuk
suatu
jenis tanah yang dipadatkan dengan daya pemadatan tertentu,
kepadatan yang
dicapai tergantung pada banyaknya air (kadar air) tanah tersebut.
Besarnya
kepadatan tanah, biasanya dinyatakan dalam nilai berat isi kering
(d) nya.
Apabila tanah dipadatkan dengan adanya pemadatan yang tetap pada
kadar
air yang bervariasi, maka pada nilai kadar air tertentu akan
tercapai kepadatan
maksimum (γdmaks). Kadar air yang menghasilkan kepadatan maksimum
disebut
kadar air optimum (wopt).
Derajat kepadatan tanah dinyatakan dalam istilah berat isi kering
(γd),
yaitu perbandingan berat butiran tanah dengan volume total tanah.
Berat Volume
Tanah dapat dinyatakan dalam persamaan:
( )
1 + = kadar air tanah (%)
pengurangan nilai kepadatan kering tergantung kepada kadar air
dalam sampel
tanah, berat pemadatan dan tenaga pemadatan.
Craig, 1993 dalam Nendi (2010) mengatakan pada umumnya
penambahan
air akan memenuhi ruang antar partikel yang sebelumnya dipenuhi
udara.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
22
Disamping itu, air juga akan merespon dengan partikel tanah dan
menambah
kemampuan tanah. Peningkatan kemampuan tanah akan mengurangi sifat
kaku
tanah untuk dipadatkan dan menghasilkan berat isi kering (γd) yang
lebih tinggi.
Sedangkan penambahan volume air yang terlalu besar akan
menyebabkan
sebagian volume tanah akan dipenuhi air dan akan mengurangi berat
isi kering
tanah (γd).
Selain persamaan (2.3) juga terdapat persamaan lain dalam
mengontrol
berat isi kering tanah (γd) pada kondisi tanpa rongga udara (zero
air void/ZAV)
yaitu:
Gs = Berat jenis tanah
1+ wGs = kadar air
Menurut Dandung Novianto (2012), untuk suatu kadar air tertentu,
berat isi
kering maksimum (dmax) secara teoritis didapat bila pada pori-pori
tanah sudah
hamper tidak ada udara lagi, yaitu pada saat dimana derajat
kejenuhan tanah sama
dengan 100%. Kondisi ini disebut Zero Air Voids (ZAV).
B. Kadar Air Optimum (wopt)
Menurut Bambang Surendro (2014) suatu tanah yang kohesif
(lempung)
dalam keadaan kering keras dan berbongkah-bongkah, sangat sukar
dipadatkan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
basah tanah akan mudah dihancurkan. Namun, bila terlalu basah
akan
menghasilkan tanah yang kurang padat.
Dengan peningkatan kadar air, partikel tanah memiliki lapisan
air
disekelilingnya, sehingga lapisan air ini menjadi pelicin/pelumas,
sehingga lebih
mudah untuk digerakkan. Kepadatan maksimum akan diperoleh pada saat
tanah
memiliki kondisi kadar air optimum (wopt) yakni pada saat berai isi
kering
maksimum (dmax). Hubungan antara kadar air optimum dengan berat isi
kering
tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.7.
Gambar 2.7 Hubungan kadar air optimum dengan berat isi kering
maksimum.
Untuk memastikan apakah pemadatan dilapangan sudah sesuai
dengan
spesifikasi maka perlu diuji di lapangan, kemudian sampel dibawa
ke
laboratorium agar dapat diketahui nilai kepadatannya. Menurut
spesifikasi umum
kepadatan dilapangan harus mencapai 100% dari pemadatan di
laboratorium dan
95% untuk material granural. Jika kondisi tersebut tidak tercapai
maka pemadatan
dinyatakan gagal atau tidak memenuhi syarat.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dalam pemadatan tanah, ada 4 faktor yang mempengaruhi kontrol
pemadatan, yaitu : tipe tanah dan gradasi, kadar air optimum
(wopt), berat isi
kering (γd), energi pemadatan (compaction effort).
Pemadatan tanah merupakan fungsi dari kadar air, karena pada saat
ini air
berperan sebagai pelembut (softening agent) atau lubrikasi pada
partikel tanah
yang akan membantu menyusun partikel tanah mengisi rongga udara
menjadi
lebih padat. Namun, kelebihan air tidak akan membantu tanah
mencapai densitas
yang padat, karena rongga udara telah terisi oleh air yang bersifat
inkompresibel
yang membuat partikel tanah akan mengalir atau kehilangan friksi
dan energi
pamadatan langsung diterima oleh air.
Tipe tanah serta gradasi juga akan mempengaruhi kurva
pemadatan.
Umumnya tanah yang dominan berbutir halus atau fine grain akan
membutuhkan
kadar air lebih untuk mencapai pemadatan optimum, sebaliknya tanah
dominan
berbutir kasar atau coarse grain membutuhkan sedikit kadar air
untuk mencapai
kadar air pemadatan optimum. Hal ini juga terkait pada sifat
plastisnya dimana
tanah berbutir halus atau fine grain seperti lempung kelanauan
memiliki sifat
plastis dibanding tanah berbutir kasar seperti pasir kelanauan yang
memiliki
indeks plastis rendah.
menahan gaya geser (shearing force) akan semakin rendah
penurunannya. Namun
demikian, Capper dan Cassie (1969) dalam Surendro B. (2016)
menyatakan
bahwa apabila dibandingkan kekuatan geser dan kadar air tanah pada
kondisi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kepadatan tertentu, akan diperoleh nilai kekuatan geser tertinggi
dicapai pada saat
kadar air dibawah kondisi optimum pada pemadatan yang
maksimum.
2.3.3 Energi Pemadatan
Proses pemadatan dipengaruhi oleh hubungan antara Kadar Air
(wopt)
dengan Berat Isi Kering (γdmaks). Energi pemadatan yang lebih besar
akan
menghasilkan kondisi tanah yang lebih padat. Energi pemadatan
bergantung
kepada beberapa faktor seperti berat penumbuk, tinggi jatuh
penumbuk, jumlah
tumbukan perlapisan dan jumlah lapisan.
Hubungan antara energi pemadatan (E) untuk Proctor Standard
dengan
factor-faktor yang yang mempengaruhinya dapat ditulis sebagai
berikut:
( ) ( ) ( ) ( )
pemadatan, dimana semakin besar energi pemadatan yang diterima
tanah maka
efek densifikasinya akan semakin besar, sehingga nilai kadar air
optimum (wopt)
akan bergeser lebih kecil namun akan diperoleh nilai berat isi
kering maksimum
(γdmaks) yang lebih besar. Hubungan kadar air optimum (wopt) dan
berat isi kering
maksimum (γdmaks) sebagai berikut :
26
Gambar 2.8. Hubungan antara kadar air dan berat isi kering dengan
beberapa jenis tanah yang
telah dipadatkan (HoltzandKovacs,1981, Das,1998)
memperbaiki sifat-sifat teknis tanah, atau dapat pula, stabilisasi
tanah adalah
usaha untuk merubah atau memperbaiki sifat-sifat teknis tanah agar
memenuhi
syarat teknis tertentu.
Dalam pembangunan perkerasan jalan, stabilisasi tanah
didefinisikan
sebagai perbaikan material jalan lokal yang ada, dengan cara
stabilisasi mekanis
atau dengan cara menambahkan suatu bahan tambah (additive) ke dalam
tanah.
2.4.1 Tipe-Tipe Stabilisasi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1. Stabilisasi mekanis, dilakukan dengan cara mencampur atau
mengaduk dua
macam tanah atau lebih yang bergradasi berbeda untuk memperoleh
material
yang memenuhi syarat kekuatan tertentu. Pencampuran tanah ini
dapat
dilakukan di lokasi proyek, di pabrik, atau di tempat pengambilan
bahan
timbunan (borrow area). Material yang telah dicampur ini,
kemudian
dihamparkan dan dipadatkan di lokasi proyek. Stabilisasi mekanis
dapat juga
dilakukan dengan cara menggali tanah buruk ditempat dan
menggantinya
dengan material granuler dari tempat lain.
2. Stabilisasi dengan bahan tambah, bahan tambah (additives) adalah
bahan
hasil olahan pabrik yang bila ditambahkan kedalam tanah
dengan
perbandingan yang tepat akan memperbaiki sifat-sifat teknis tanah,
seperti
kekuatan, tekstur, kemudahan dikerjakan (workability), dan
plastisitas.
Contoh-contoh bahan tambah adalah kapur, semen portland, abu
terbang (fly
ash), aspal (bitumen), dan lain-lain.
2.4.2 Pemilihan Bahan Tambahan
Facilities Research & Technology Transfer mengusulkan petunjuk
cara pemilihan
bahan stabilisasi seperti ditunjukkan dalam Tabel 2.5. Dalam metode
ini,
distribusi ukuran butiran dan batas-batas atterberg digunakan
sebagai dasar
penilaian macam stabilisasi yang akan digunakan. Petunjuk dalam
Tabel 2.5
hanya sebagai pertimbangan awal dan dapat digunakan untuk maksud
modifikasi
tanah, seperti stabilisasi dengan kapur untuk membuat material
lebih kering dan
mengurangi plastisitasnya.
Indeks Plastisitas ≤ 10 10-20 ≥ 20
≤ 6 (PI x
Ragu Cocok Cocok
Cocok Cocok Ragu Cocok
Lain-lain campuran Tidak
Cocok Cocok Tidak
2.4.3 Stabilisasi Tanah Kapur
Kapur adalah kalsium oksida (CaO) yang dibuat dari batuan karbonat
yang
dipanaskan pada suhu sangat tinggi. Kapur tersebut umumnya berasal
dari batu
kapur (limestone) atau dolomite. Kapur yang sering dipakai untuk
bahan
stabilisasi adalah kapur tohor (CaO). Penambahan kapur dalam tanah
akan
merubah tekstur tanah. Tanah lempung yang dicampur dengan
kapur
memperlihatkan pengurangan secara signifikan partikel berukuran
lempung
(<0,002 mm) dibandingkan dengan lempung aslinya. Kapur juga
memiliki sifat
mengikat sehingga campuran tanah lempung merah dan kapur dapat
meningkat
kekuatannya. Selain itu kapur dapat menurunkan nilai
plastisitasnya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
plastisitas, menambah mudah dikerjakan, menambah diameter butiran
dan
lain-lain. Di sini, kriteria untuk stabilisasi campuran secara
mekanik
diterapkan.
2. Kapur ditujukan untuk stabilisasi tanah secara permanen. Untuk
hal ini,
kriteria didasarkan pada kapasitas dukung, keawetan dan
sebagainya.
Maksud dari tujuan stabilisasi pada penelitian ini adalah untuk
memodifikasi
sifat-sifat tanah yakni merubah sifat-sifat tanah pada kadar kapur
minimal yang
dapat mempertahankan daya tahannya sampai ke tingkat tertentu yang
diinginkan.
Neubauer dan Thomson (1972) dalam Hardiyatmo (2010)
memperlihatkan
bahwa campuran tanah-kapur yang dipadatkan pada usaha pemadatan
tertentu,
akan mempunyai berat volume kering maksimum (γd-mak) yang lebih
rendah
dibandingkan dengan tanah asli tanpa kapur. Selain itu, kadar air
optimum (Wopt)
juga bertambah dengan naiknya kadar kapur (Gambar 2.9). Demikian
pula, jika
campuran tanah-kapur diberi waktu untuk terjadinya sementasi, maka
kepadatan
akan berkurang dan kadar air optimum bertambah.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
30
Gambar 2.9 Pengaruh kadar kapur terhadap berat volume kering
(Nubauer dan Thompson, 1972).
a)Lempung Vickdburg Buckshot;b) Ava B (1 pcf=0,16 KN/m 3 )
Umumnya, tanah yang mempunyai kadar lempung yang tinggi atau
tanah
dengan PI tinggi, membutuhkan kadar kapur yang lebih banyak, untuk
berubah
menjadi tidak plastis.pada awal pencampuran tanah dengan kapur,
reduksi
plastisitas sangat menonjol. Namun, jika kapur ditambahkan terus,
reduksi
plastisitasnya menjadi tidak signifikan. Thompson (1967)
memperlihatkan
pengaruh kadar kapur terhadap plastisitas campuran lempung-kapur,
seperti yang
ditunjukkan dalam Tabel 2.6.
Sumber : Thompson, 1967
Beberapa penelitian dalam memprediksi nilai kompaksi tanah (berat
isi
kering maksimum dan kadar air optimum) telah banyak
dikembangkan.
Penelitian-penelitian tersebut menggunakan beberapa parameter
geoteknik, seperti
batas plastis (plastic limit), batas cair (liquid limit), specific
gravity, energi
kompaksi (compaction energy), analisa distribusi butiran (Grain
Size
Distribution) dan klasifikasi tanah. Penelitian untuk mengetahui
hubungan antara
parameter kompaksi dilakukan pertama kali oleh Johnson dan Sallberg
(1962).
Nilai-nilai tersebut dihubungkan dengan cara regresi linear
berdasarkan nilai
indeks properties (Siagian, D.W dan Muis, Z.A., 2013).
Besaran prediksi berat isi kering maksimum (γdmaks) dan kadar air
optimum
(wopt) juga dapat dihitung dari model yang disarankan oleh Goswami
(Muis, Z.A.,
1998) dengan persamaan sebagai berikut:
Y = m Log G + k (2.6)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
32
dimana:
Y = Berat isi kering maksimum (dmax) dan kadar air optimum
(wopt)
m = Kemiringan kurva
X1 = % berat tertahan saringan 4,75 mm
X2 = % berat saringan 4,75 mm dan tertahan saringan 0,075 mm
X3 = % berat saringan lewat 0,075 mm
A, B, C = Konstanta nomor saringan
F = % butiran halus
Konstanta m dan k diperoleh dari grafik hubungan antara Log G
dengan
nilai berat isi kering maksimum serta nilai kadar air optimum dari
hasil percobaan
di laboratorium. Sedangkan F merupakan % butiran halus yang
ditentukan
berdasarkan persen lewat saringan 0,075 mm dan nilai Indeks
Plastisitas (IP).
Tabel 2.7 Penentuan Nilai F
% Lewat Saringan 0,075
di Irak dan Amerika, untuk memperoleh persamaan-persamaan
parameter
kompaksi yaitu berat isi kering maksimum (Maximum Dry Density=MDD)
dan
kadar air optimum (Optimum Mouisture Content=OMC). Al-Khafaji
merumuskan
hubungan antara nilai kompaksi dengan nilai batas-batas Atterberg
(LL dan PL).
Untuk tanah di Irak,
Untuk tanah di Amerika,
OMC = 0.14LL + 0.54PL (2.10)
Blotz, et.al (1998) dalam Nendi (2010), mencoba untuk
memperoleh
persamaan yang diperoleh dari memplot 22 sampel tanah (Tabel 2.8)
yang
menyatakan bahwa hubungan linear antara berat isi kering maksimum
(γdmax)
dengan energi pemadatan (E). Hasil dari korelasi dinyatakan melalui
persamaan
regresi linear sebagai berikut:
MDD= (2.27 log LL – 0.94) Log E – 0.16 LL+ 17.02 (2.11)
OMC = (12.39 – 12.21 log LL) log E + 0.67 LL + 9.21 (2.12)
Walaupun demikian standar deviasi yang dibuat menunjukkan
persen
kesalahan yang tinggi. Untuk OMC persen kesalahan maksimum dan
minimum
masing-masing adalah 1,11 % dan 1,7 %. Standar untuk OMC adalah
1,03 % .
Sementara untuk MDD, persen kesalahan maksmimum dan minimum
masing-
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
sampai 1,2 kN/m 3 dan standar deviasinya adalah 0,94
kN/m 3 . Oleh karena persen kesalahan tersebut beliau mengusulkan
agar
persamaan tersebut hanya digunakan bagi tanah yang mempunyai nilai
batas cair
17 LL 70.
Sumber : Blotz,1998 dalam Nendi, 2010
Metacalf, J.B dan Romanoschi, S.A. (2008), memprediksi nilai berat
isi
kering maksimum dan kadar air optimum dengan menggunakan
metode
persaamaan regresi linear dengan persamaan:
MDD (t/m 3 ) = 2,0513 – 0,0513*PL – 0,000016*PM + 0,2901*GR2
(2.13)
R 2
OMC (%) = 9,4169 + 0,0041*PM – 0,3095*GC + 0,3107*PL (2.14)
R 2
GR2 = P0.075/P0.425 (%lolos ayakan diameter 0.075/ % lolos
ayakan
diameter 0.425)
GC = Koefisien Gradien = P4.75*(P.26 – P2) / 100
Gambar 2.10. MDD Prediksi vs MDD lab (Metacalf, J.B dan Romanoschi,
S.A. (2008)
Gambar 2.11. OMC Prediksi vs OMC lab (Metacalf, J.B dan Romanoschi,
S.A. (2008)
Kemudian Ugbe (2012) mengusulkan persamaan dalam memprediksi
berat
isi kering maksimum (γd) dan kadar air optimum (wopt) dengan
mengunakan nilai
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
36
index properties (persentase butiran halus, batas cair dan berat
jenis). Ugbe
mengambil 152 sampel tanah dari Delta Negara Nigeria, kemudian
melakukan
pengujian index properties dan menghasilkan statistik data tanah
(Tabel 2.9).
Tabel 2.9 Statistik hasil pengujian
Sumber : Ugbe (2012)
pemadatan dikehadiran variabel lain.
optimum) digunakan sebagai dependent variabel sementara persentase
butiran
halus, berat jenis padatan danbatas cair digunakan sebagai variabel
independent.
Adapun dari hasil regresi Ugbe (2012) diperoleh persamaan sebagai
berikut:
MDD = 15.665SG + 1.526LL-4.313F + 2011.960 (2.15)
R 2
OMC = Moisture Content (Kadar air optimum)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Ugbe (2012) menggunakan 3 variabel, sehingga dianggap dapat
mewakili
semua data indeks properties tanah. Disamping itu pengujian
keakuratan korelasi
yang digunakan Ugbe (2012) memiliki rentang yang cukup besar yakni
mencapai
angka 80% untuk MDD dan 90% untuk OMC.
Kemudian Australia Stabilisation Industry Association
(AustStab)
melakukan suatu project yang membahas studi lapangan dan
pengembangan
desain berbahan campuran yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja
jangka
panjang dari jalan terbuka melalui stabilisasi bahan subgrade
jalan. Ini
menjelaskan desain campuran dan kriteria bahan tambahan
pengikat.
Lokasi percobaan yang diusulkan adalah di 4 kota yang berada di
barat
daya New South Wales yaitu Kota Griffith, Wombat, Jerilderie
dan
Temora.Tujuan dari stabilisasi pada percobaan ini adalah untuk
membentuk ikatan
material yang ringan (unbound material) setelah stabilisasi. Hasil
yang diperoleh
pada test kebutuhan kapur dilakukan pada awal program mix design
laboratorium
untuk memberikan tanda jika kadar minimum atau dasar dari kapur
terhidrasi
sebesar 3% cukup untuk stabilisasi jangka panjang.
Tabel berikut menjelaskan tipe binder dan persen bahan tambah
yang
dipilih untuk konstruksi pada lokasi percobaan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
38
Tabel 2.10 Tipe binder dan persen bahan tambah untuk jalan
beraspal
Nama Jalan Kota Tipe Binder Persen Aplikasi
Barber Rd Griffith Kapur hidrasi 3%
Woodlands Rd Wombat Semen/slag
PR11L
3%
2%
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yaitu
melakukan
pengujian tanah sampel subgrade yang dicampur dengan kapur di
Laboratorium
Mekanika Tanah, Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera
Utara.
3.2 Sampel
dari PT. Perkebunan Nusantara II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli
Serdang
Provinsi Sumatera Utara.
Menurut Cohen, et.al, (2007) semakin besar sampel maka semakin
baik,
akan tetapi ada jumlah batas minimal yang harus diambil oleh
peneliti yaitu
sebanyak 30 sampel. Sebagaimana dikemukakan oleh Baley dalam
Mahmud
(2011) yang menyatakan bahwa untuk penelitian yang menggunakan
analisis data
statistik maka ukuran sampel minimum adalah 30. Senada dengan
pendapat
tersebut, Roscoe dalam Sugiono (2012) menyarankan tentang ukuran
sampel
untuk penelitian adalah sebagai berikut:
Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30
sampai
dengan 500.
Bila sampel dibagi dalam kategori maka jumlah anggota sampel
setiap
kategori minimal 30.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(korelasi atau regresi ganda misalnya), maka jumlah anggota
sampel
minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti. Misalnya
variable
penelitiannya ada 5 (independen + dependen), maka jumlah
anggota
sampel = 10 x 5 = 50
Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota
sampel masing-masing antara 10 s/d 20.
Pada penelitian ini jumlah sampel yang akan diuji adalah sebanyak
30 sampel.
3.3 Tahap Persiapan
Pada tahap ini dipersiapkan material yang akan diuji dan alat
pengujian yang akan
digunakan di Laboratorium. Material yang dipersiapkan adalah
:
1. Tanah, diambil secara acak dari quarry Patumbak Sumatera Utara,
harus
tidak mengandung akar-akar tanaman dan humus. Tanah yang akan
digunakan sebagai sampel harus memiliki persyaratan IP > 10.
Oleh
karena itu terlebih dahulu dilakukan permeriksaan Atterberg Limits
yang
dilakukan pada tahap ini. Satu sampel bahan uji membutuhkan
berat
kurang lebih 11 kg.
2. Kapur, merupakan kapur bubuk (CaO) yang dibeli di toko
material,
sebanyak 50 kg dan harus lolos ayakan No.200.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
41
Gambar 3.1 Kanan : Sampel Tanah yang akan diuji ; Kiri : Kapur yang
diayak menggunakan
ayakan No.200
3.4 Tahap Pembuatan Benda Uji
Benda uji adalah campuran tanah dengan 3% kapur sebanyak 30
sampel.
3.5 Tahap Pengujian Benda Uji
Pada tahap ini dilakukan pengujian laboratorium yang terdiri dari
pengujian
sifat fisik (index properties) meliputi:
1. Water Content Test (ASTM D 2216-92)
2. Sieve Analysis Test (ASTM C 136-95a,AASTHO T-27)
3. Atterberg Limit Test (ASTM D 4318-95,AASTHO T-89 &
-90)
4. Specific Gravity Test (ASTM D 854-92, AASTHO T-100)
5. Compaction Test Standar Proctor (AASTHO T 99)
3.6 Tahap Pengolahan Data
Dari hasil pengujian di Laboratorium diperoleh nilai-nilai
indeks
properties tanah yang dicampur dengan kadar kapur 3% , juga
diperoleh nilai-nilai
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.7 Tahap Estimasi Hubungan Parameter Kompaksi dengan Indeks
Properties
pencampuran kapur dilakukan dengan menggunakan model Goswami.
Pada tahap estimasi dengan menggunakan model Goswami data
yang
diperlukan adalah persen butiran halus saja. Kemudian masing-masing
hasil
estimasi tersebut dapat dikelompokkan berdasarkan nilai klasifikasi
tanahnya.
3.8 Tahap Analisa Hasil Estimasi
Menganalisa hasil estimasi dengan model Goswami, dimana
persamaan
yang diperoleh menunjukkan hubungan parameter kompaksi dengan nilai
fines
(persen butiran halus) saja. Kemudian dilihat tingkat kepercayaan
dengan cara
validasi, yakni untuk mendapatkan korelasi positif tingkat
kepercayaannya.
Nilai parameter kompaksi estimasi yang diperoleh dengan model
Goswami tersebut kemudian diperbandingkan dengan nilai parameter
kompaksi
yang diperoleh dari Laboratorium. Nilai parameter kompaksi estimasi
juga
dianalisa berdasarkan klasifikasi tanah yang diperoleh.
Keseluruhan tahapan diatas dapat dilihat pada Bagan Alir pada
Gambar 3.2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tahap Persiapan
Tahap Pengujian
di Laboratorium
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
laboratorium dan hasil estimasi parameter kompaksi.
4.1.1 Hasil Pengujian Tanah Asli di Laboratorium
Pengujian tanah yang dilakukan di laboratorium bertujuan
untuk
menentukan indeks propertis dan parameter kompaksi tanah pada
kondisi awal.
Sampel tanah yang diuji sebanyak 3 sampel untuk setiap pengujian
agar data
yang diperoleh lebih akurat. Dari pengujian di laboratorium
diperoleh hasil
sebagaimana terlihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Indeks Tanah Asli di Laboratorium
Sampel Tanah Asli 1 2 3 Rata-rata
Water content (%) 33,15 33,24 34,46 33,87
Specific Gravity (SG) 2,65 2,65 2,65 2,65
Liquid Limit (LL) (%) 38,26 41,64 40,97 40,29
Plastic Limit (PL) (%) 20,11 22,81 25,73 22,88
Plasticity Index (PI) (%) 18,15 18,83 15,24 17,41
Fines (Passing No.200) (%) 48,19 52,59 50,63 50,39
AASHTO A-6 (5) A 7-6 (7) A 7-6 (5) A-6 (6)
USCS SC ML CL CL
Maximum Dry Density (γdmax)(gr/cm 3 ) 1,529 1,536 1,523 1,529
Optimum Moisture Content (Wopt) (%) 21,95 21,61 21,15 21,57
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Hasil pengujian Indeks Propertis di laboratorium terhadap tanah
yang
dicampur dengan 3% kapur dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan Tabel
4.3.
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Atterberg Limit
No. LL (%) PL (%) IP (%)
1 37,19 25,33 11,86
2 35,52 24,69 10,83
3 37,17 24,12 13,05
4 35,55 24,71 10,84
5 34,27 24,37 9,90
6 35,86 24,77 11,09
7 34,30 24,23 10,07
8 30,44 24,39 6,05
9 34,23 23,25 10,98
10 36,06 24,05 12,01
11 34,72 24,41 10,31
12 36,72 23,50 13,22
13 34,27 24,04 10,23
14 32,83 22,28 10,55
15 32,24 22,41 9,83
16 33,10 22,86 10,24
17 40,90 26,52 14,38
18 34,02 22,56 11,46
19 34,50 21,68 12,82
20 39,25 23,27 15,98
21 33,40 24,30 9,10
22 33,95 22,43 11,52
23 33,21 23,18 10,03
24 35,16 22,59 12,57
25 32,89 22,40 10,49
26 33,16 22,27 10,89
27 34,05 23,74 10,31
28 33,33 22,42 10,91
29 38,78 22,42 16,36
30 34,32 24,18 10,14
Sedangkan hasil pengujian kompaksi di laboratorium terhadap tanah
yang
dicampur dengan 3% kapur dapat dilihat pada Tabel 4.4. Rangkuman
hasil
keseluruhan pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.4 Hasil Pengujian Kompaksi
No. γmax(gr/cm 3 ) wopt (%) No. γmax(gr/cm
3 ) wopt (%)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
No. Sampel LL (%) PL (%) PI (%) FINES (%) γmax (gr/cm 3 ) wopt
(%)
1 1 37,19 25,33 11,86 49,52 1,415 24,02
2 2 35,52 24,69 10,83 52,29 1,423 24,21
3 3 37,17 24,12 13,05 54,23 1,332 25,16
4 4 35,55 24,71 10,84 53,44 1,349 25,51
5 5 34,27 24,37 9,90 53,10 1,356 25,53
6 6 35,86 24,77 11,09 52,25 1,373 25,32
7 7 34,30 24,23 10,07 47,99 1,402 24,92
8 8 30,44 24,39 6,05 46,65 1,412 23,97
9 9 34,23 23,25 10,98 48,38 1,404 24,71
10 10 36,06 24,05 12,01 53,13 1,387 25,94
11 11 34,72 24,41 10,31 56,06 1,428 23,43
12 12 36,72 23,50 13,22 55,07 1,421 24,53
13 13 34,27 24,04 10,23 54,92 1,422 24,38
14 14 32,83 22,28 10,55 53,27 1,383 25,16
15 15 32,24 22,41 9,83 55,06 1,370 25,15
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
No. Sampel LL (%) PL (%) PI (%) FINES (%) γmax (gr/cm 3 ) wopt
(%)
16 16 33,10 22,86 10,24 52,24 1,396 25,69
17 17 40,90 26,52 14,38 50,61 1,416 24,66
18 18 34,02 22,56 11,46 56,45 1,410 24,66
19 19 34,50 21,68 12,82 56,65 1,437 24,61
20 20 39,25 23,27 15,98 56,09 1,412 24,67
21 21 33,40 24,30 9,10 52,65 1,306 25,69
22 22 33,95 22,43 11,52 55,67 1,436 24,63
23 23 33,21 23,18 10,03 51,37 1,393 25,09
24 24 35,16 22,59 12,57 50,88 1,394 25,04
25 25 32,89 22,40 10,49 56,36 1,428 24,53
26 26 33,16 22,27 10,89 55,61 1,334 15,46
27 27 34,05 23,74 10,31 53,51 1,392 25,20
28 28 33,33 22,42 10,91 58,82 1,435 23,69
29 29 38,78 22,42 16,36 52,52 1,367 25,34
30 30 34,32 24,18 10,14 56,12 1,377 25,19
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Propertis
Berdasarkan grafik hubungan Berat Isi Kering Maksimum
laboratorium
dengan Log G diperoleh konstanta m dan k untuk persamaan Goswami
(Pers 2.6).
Dari Gambar 4.1 diperoleh nilai m = -0,1686 dan nilai k =
1,8434.
Gambar 4.1 Hubungan Berat Isi Kering Maksimum (γdmaks) dengan Log
G
Begitu pula untuk hubungan Kadar Air Optimum laboratorium dengan
Log
G diperoleh konstanta m = 2,9178 dan k = 17,086 sebagaimana
terlihat pada
Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Hubungan Kadar Air Optimum (wopt) dengan Log G
y = -0,1686x + 1,8434
γd m
w o
p t (%
Sebagaimana diketahui besaran nilai G merupakan konstanta gradasi
yang
dipengaruhi oleh besaran nilai fines (F) dan % berat tertahan pada
saringan
tertentu. Besaran nilai F diambil = 1 karena semua sampel memiliki
nilai indeks
plastisitas (IP) > 10% dan % lewat saringan 0,075 mm diantara
41-60.
Kemudian, nilai m dan k serta nilai parameter kompaksi
laboratorium
digunakan pada persamaan model Goswami untuk memperoleh Berat Isi
Kering
Maksimum estimasi (γdmax # ) sebagaimana terlihat pada Tabel 4.6
dan Kadar Air
Optimum Estimasi (wopt # ) sebagaimana terlihat pada Tabel
4.7.
Selanjutnya dapat ditentukan jenis tanah sampel, dimana
menurut
klasifikasi AASTHO tanah termasuk golongan A4, A6 dan A7 dan
menurut
Klasifikasi USCS tanah termasuk golongan SL, ML dan CL.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
NO X1 X2 X3 G Log G γdmaks(gr/cm 3 ) γdmax
# (gr/cm
3 )
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
NO X1 X2 X3 G Log G wopt (%) wopt # (%)
1 0,00 100,96 99,04 501,988 2,70 24,02 25,84
2 0,00 95,42 104,58 476,089 2,68 24,21 25,78
3 0,00 91,54 108,46 457,950 2,66 25,16 25,73
4 0,00 93,12 106,88 465,336 2,67 25,51 25,75
5 0,00 93,8 106,2 468,515 2,67 25,53 25,76
6 0,00 95,5 104,5 476,463 2,68 25,32 25,78
7 0,00 104,02 95,98 516,294 2,71 24,92 25,88
8 0,00 106,7 93,3 528,823 2,72 23,97 25,91
9 0,00 103,24 96,76 512,647 2,71 24,71 25,87
10 0,00 93,74 106,26 468,235 2,67 25,94 25,76
11 0,00 87,88 112,12 440,839 2,64 23,43 25,68
12 0,00 89,86 110,14 450,096 2,65 24,53 25,71
13 0,00 90,16 109,84 451,498 2,66 24,38 25,71
14 0,00 93,46 106,54 466,926 2,67 25,16 25,75
15 0,00 89,88 110,12 450,189 2,65 25,15 25,71
16 0,00 95,52 104,48 476,556 2,68 25,69 25,78
17 0,00 98,78 101,22 491,797 2,69 24,66 25,82
18 0,00 87,1 112,9 437,193 2,64 24,66 25,67
19 0,00 86,7 113,3 435,323 2,64 24,61 25,66
20 0,00 87,82 112,18 440,559 2,64 24,67 25,68
21 0,00 94,7 105,3 472,723 2,68 25,69 25,77
22 0,00 88,66 111,34 444,486 2,65 24,63 25,69
23 0,00 97,26 102,74 484,691 2,69 25,09 25,80
24 0,00 98,24 101,76 489,272 2,69 25,04 25,81
25 0,00 87,28 112,72 438,034 2,64 24,53 25,67
26 0,00 88,78 111,22 445,047 2,65 25,46 25,69
27 0,00 92,98 107,02 464,682 2,67 25,20 25,75
28 0,00 82,36 117,64 415,033 2,62 23,69 25,60
29 0,00 94,96 105,04 473,938 2,68 25,34 25,77
30 0,00 87,76 112,24 440,278 2,64 25,19 25,68
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 4.8 Hasil Estimasi Parameter Kompaksi Model Goswami
No Sampel AASHTO USCS LL(%) PL(%) PI(%) FINES(%) γdmax(gr/cm 3 )
γdmax
# (gr/cm
3 )
# (%)
1 1 A-6 (3) SM 37,19 25,33 11,86 49,52 1,415 1,388 24,02
25,84
2 2 A-6 (3) ML 35,52 24,69 10,83 52,29 1,423 1,392 24,21
25,78
3 3 A-6 (5) CL 37,17 24,12 13,05 54,23 1,332 1,395 25,16
25,73
4 4 A-6 (4) ML 35,55 24,71 10,84 53,44 1,349 1,394 25,51
25,75
5 5 A-4 (3) ML 34,27 24,37 9,90 53,10 1,356 1,393 25,53 25,76
6 6 A-6 (3) ML 35,86 24,77 11,09 52,25 1,373 1,392 25,32
25,78
7 7 A-4 (2) SM 34,30 24,23 10,07 47,99 1,402 1,386 24,92
25,88
8 8 A-4 (1) SM 30,44 24,39 6,05 46,65 1,412 1,384 23,97 25,91
9 9 A-6 (3) SC 34,23 23,25 10,98 48,38 1,404 1,387 24,71
25,87
10 10 A-6 (4) CL 36,06 24,05 12,01 53,13 1,387 1,393 25,94
25,76
11 11 A-4 (4) ML 34,72 24,41 10,31 56,06 1,428 1,398 23,43
25,68
12 12 A-6 (5) CL 36,72 23,50 13,22 55,07 1,421 1,396 24,53
25,71
13 13 A-4 (4) ML 34,27 24,04 10,23 54,92 1,422 1,396 24,38
25,71
14 14 A-6 (3) CL 32,83 22,28 10,55 53,27 1,383 1,393 25,16
25,75
15 15 A-4 (3) CL 32,24 22,41 9,83 55,06 1,370 1,396 25,15
25,71
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
No Sampel AASHTO USCS LL(%) PL(%) PI(%) FINES(%) γdmax(gr/cm 3
)
γdmax # (gr/cm
wopt(%) wopt # (%)
16 16 A-4 (3) CL 33,10 22,86 10,24 52,24 1,396 1,392 25,69
25,78
17 17 A7-6 (5) ML 40,90 26,52 14,38 50,61 1,416 1,390 24,66
25,82
18 18 A-6 (4) CL 34,02 22,56 11,46 56,45 1,410 1,398 24,66
25,67
19 19 A-6 (5) CL 34,50 21,68 12,82 56,65 1,437 1,399 24,61
25,66
20 20 A-6 (7) CL 39,25 23,27 15,98 56,09 1,412 1,398 24,67
25,68
21 21 A-4 (3) ML 33,40 24,30 9,10 52,65 1,306 1,393 25,69
25,77
22 22 A-6 (4) CL 33,95 22,43 11,52 55,67 1,436 1,397 24,63
25,69
23 23 A-4 (3) CL 33,21 23,18 10,03 51,37 1,393 1,391 25,09
25,80
24 24 A-6 (4) CL 35,16 22,59 12,57 50,88 1,394 1,390 25,04
25,81
25 25 A-4 (4) CL 32,89 22,40 10,49 56,36 1,428 1,398 24,53
25,67
26 26 A-6 (4) CL 33,16 22,27 10,89 55,61 1,334 1,397 15,46
25,69
27 27 A-4 (3) CL 34,05 23,74 10,31 53,51 1,392 1,394 25,20
25,75
28 28 A-6 (4) CL 33,33 22,42 10,91 58,82 1,435 1,402 23,69
25,60
29 29 A-6 (6) CL 38,78 22,42 16,36 52,52 1,367 1,392 25,34
25,77
30 30 A-4 (4) ML 34,32 24,18 10,14 56,12 1,377 1,398 25,19
25,68
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pengujian rentang kepercayaan dapat dilakukan dengan
menghitung
koefisien korelasi berdasarkan distribusi data untuk menguji
hipotesa Ho : u = 0
lawan H1 : u ≠ 0. Dari hasil uji rentang kepercayaan untuk kedua
parameter
kompaksi estimasi diketahui sebagai berikut :
a) Nilai berat isi kering maksimum estimasi (γdmax # ) model
Goswami
berdasarkan data Tabel 4.8 untuk rentang kepercayaan 95%
diperoleh
korelasi positif yang nyata dengan Berat Isi Kering Maksimum
(γdmax)
laboratorium. Ho ditolak dan H1 diterima, t hitung > t tabel
atau nilai
signifikansi <0,05. Rentang kepercayaan 95% diperoleh dari
100%-95% =
5% (=0,05). Nilai signifikansi yang didapat sebesar 0,002 pada
tingkat
signifikansi 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa 0,002 < 0,05
maka
H1 diterima. Untuk melihat hubungan berat isi kering laboratorium
(γdmax)
dengan berat isi kering maksimum estimasi (γdmax # ) dapat dilihat
pada
Gambar 4.3.
Tabel 4.9 Perhitungan t hitung dan t tabel berat isi kering Model
Goswami
Klasifikasi A4, A-6 dan A-7
Koefisien Korelasi 0,306
t hitung 3,514
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 4.3.
Hubungan berat isi kering laboratorium (d) dengan berat isi kering
estimasi model Goswami (d # )
b) Nilai kadar air optimum estimasi(wopt # ) model Goswami
berdasarkan data
Tabel 4.8 diperoleh rentang kepercayaan 95% didapat korelasi
positif yang
nyata dengan Kadar Air Optimum (Wopt) hasil laboratorium. Ho
ditolak
dan H1 diterima, t hitung > t tabel atau nilai signifikansi
<0,05. Rentang
kepercayaan 95% diperoleh dari 100%-95% = 5% (=0,05). Nilai
signifikansi yang didapat sebesar 0,005 pada tingkat signifikansi
0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa 0,005 < 0,05 maka H1 diterima.
Untuk
melihat hubungan kadar air optimum laboratorium (wopt) dengan kadar
air
optimum estimasi (wopt # ) dapat dilihat pada Gambar 4.4.
Tabel 4.10 Perhitungan t hitung dan t tabel kadar air optimum Model
Goswami
Klasifikasi A-4, A-6 dan A-7
Koefisien Korelasi 0,252
t hitung 3,068
1,380
1,385
1,390
1,395
1,400
1,405
1,28 1,3 1,32 1,34 1,36 1,38 1,4 1,42 1,44 1,46
d (g
Gambar 4.4.
Hubungan kadar air optimum laboratorium (wopt ) dengan kadar air
optimum estimasi (wopt # )
4.2 Analisa
kapur sebanyak 3% mengakibatkan perubahan indeks propertis tanah,
yaitu
penurunan indeks plastisitas (IP) sebesar 17,41% menjadi 10,27%,
penurunan
Batas Cair (LL) dari 40,29% menjadi 34,85%, dan penurunan nilai
Berat Isi
Kering Maksimum dari 1,529gr/cm 3 menjadi 1,394gr/cm3.
Kebalikannya, Batas
Plastis (PL) meningkat dari 22,88% menjadi 23,56%, persen butiran
halus
meningkat dari 50,39% menjadi 53,36% dan Kadar Air Optimum
meningkat dari
21,57% menjadi 24,87%. Hal ini membuktikan pernyataan Neubauer
dan
Thomson (1972) serta penelitian Australia Stabilisation Pavement
Recycling And
Stabilisation Association memiliki hasil yang sama. Pengaruh
penambahan 3%
kapur terhadap nilai indeks plastisitas dapat dilihat pada Gambar
4.5 dan pengaruh
terhadap parameter kompaksi dapat dilihat pada Gambar 4.6.
25,55
25,60
25,65
25,70
25,75
25,80
25,85
25,90
25,95
w o
p t(
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 4.5 Pengaruh penambahan kapur terhadap nilai Indeks
Plastisitas(IP) tanah
Gambar 4.6 Pengaruh penambahan kapur terhadap parameter kompaksi
tanah
Dari hasil penelitian juga didapat tingkat akuransi untuk
rentang
kepercayaan 95% terhadap model Goswami memberikan hasil korelasi
positif
yang nyata, namun model ini hanya digunakan pada tanah untuk tanah
golongan
A-4, A-6, dan A-7 atau SL, ML dan CL dan untuk penambahan kapur 3%
saja.
Kemudian, untuk hasil estimasi menggunakan model Goswami dengan
hasil
penelitian terkait diperoleh hasil yang cukup relatif sama dan
tidak jauh beda.
Hanya dalam penelitian terkait melakukan pengujian dengan nilai
Atterberg Limit
0 2 4 6 8
10 12 14 16 18 20
IP (%
) IP
1
1,1
1,2
1,3
1,4
1,5
1,6
10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
γd (
dan persen butiran halus (Fines), sedangkan dalam penelitian ini
hanya
menggunakan nilai persen butiran halus (Fines). Berikut ini adalah
metode-
metode yang digunakan dalam penelitian terkait:
Penelitian Al-Khafaji (1993) melakukan pengujian yntuk
memprediksi
nilai kompaksi dengan nilai pemadatan. Dimana metode yang
dihasilkan
yaitu:
Penelitian B Metacalf et.al (2008) melakukan pengujian untuk
memprediksi nilai kompaksi dengan nilai batas plastis, dan
modulus
plastis. Dimana metode yang dihasilkan metode yang dihasilkan
yaitu:
MDD (t/m 3 ) = 2,0513 – 0,0513*PL – 0,000016*PM + 0,2901*GR2
R 2
OMC (%) = 9,4169 + 0,0041*PM – 0,3095*GC + 0,3107*PL
R 2
= 0,78; Standard Error = 2,46 (%)
Dalam penelitian ini R 2 adalah sebagai acuan tingkat kepercayaan
dimana
MDD menghasilkan nilai R 2 0,81 dan OMC menghasilkan nilai R
2 0,78.
Penelitian Blotz, et.al (1998) melakukan pengujian untuk
memprediksi
nilai kompaksi dengan nilai pemadatan. Dimana metode yang
dihasilkan
yaitu:
MDD= (2.27 log LL – 0.94) Log E – 0.16 LL+ 17.02
OMC = (12.39 – 12.21 log LL) log E + 0.67 LL + 9.21
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
60
Metode ini hanya digunakan pada tanah pada nilai Plastic Limit 17
dan
Liquid Limit 70.
Penelitian Ugbe (2012) melakukan pengujian untuk memprediksi
nilai
kompaksi dengan nilai persentase butiran halus, batas cair dan
berat jenis.
Dimana metode yang dihasilkan metode yang dihasilkan yaitu:
MDD = 15.665SG + 1.526LL-4.313F + 2011.960
Penelitian yang digunakan Ugbe (2012) memiliki range yang cukup
besar
yakni mencapai angka 80% untuk MDD dan 90% untuk OMC.
Dari hubungan diatas dapat disimpulkan indeks properties
sangat
signifikan dapat mempengaruhi parameter kompaksi. Guerrero
(2001)
mangatakan bahwa jenis tanah dalam bentuk distribusi ukuran
butiran, bentuk dari
butiran, persentase dari butiran halus, memberikan pengaruh yang
besar terhadap
parameter kompaksi.
adanya sebuah metode yang mudah dalam memprediksi nilai parameter
kompaksi
(berat isi kering maksimum dan kadar air optimum). Analisa hubungan
tersebut
dapat berupa sebuah regresi linier atau hubungan berupa kurva
kompaksi. Dengan
itu penelitian-penelitian ini sangat signifikan dan sangat berguna
untuk keperluan
proyek jalan.
menghasilkan nilai kompaksi, sedangkan untuk model Goswami
hanya
menggunakan satu variable yaitu persen butiran halus (Fines). Jelas
terlihat dalam
penelitian terkait dengan pengujian model Goswami memiliki tujuan
yang sama,
namun dalam efisiensi waktu pengujian dengan model Goswami adalah
pengujian
tercepat dibanding penelitian terkait. Namun, akurasi penelitian
ini adalah sangat
tergantung kepada kualitas data serta jumlah data yang
diambil.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dari hasil analisa berdasarkan hubungan antara berat isi kering
maksimum
(γdmax) dan kadar air optimum (wopt) dengan nilai klasifikasi tanah
(persen butiran
halus) yang distabilisasi dengan 3 % kapur diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
1. Nilai kadar air optimum, batas plastis, dan persen butiran halus
meningkat
setelah ditambahkan kapur sedangkan nilai berat isi kering
maksimum,
batas cair, dan indeks plastisitas menurun setelah ditambahkan 3 %
kapur.
2. Estimasi dengan Model Goswami menunjukkan hubungan Log G
dengan
berat isi kering maksimum (γdmax) menghasilkan konstanta m dan k,
yaitu
m = -0,1686 dan k = 1,8434.
3. Estimasi dengan Model Goswami menunjukkan hubungan Log G
dengan
kadar air optimum (wopt) menghasilkan konstanta m dan k, yaitu m
=
2,9178 dan k = 17,086.
4. Estimasi dengan Model Goswami jelas terlihat lebih mudah dan
lebih
efektif karena hanya membutuhkan nilai persen butiran halus
(Fines).
5. Berdasarkan nilai klasifikasi diperoleh jenis tanah A4, A6 dan
A7.
6. Dari hubungan berat isi kering maksimum (γdmax) dengan berat isi
kering
maksimum estimasi (γdmax*) memberikan korelasi positif yang nyata
untuk
rentang kepercayaan 95%.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
63
7. Dari hubungan kadar air optimum (wopt) dengan kadar air
optimum
estimasi (wopt*) memberikan korelasi positif yang nyata untuk
rentang
kepercayaan 95%.
8. Berat isi kering maksimum (γdmax) dan kadar air optimum (wopt)
memiliki
hubungan yang signifikan terhadadap persen butiran halus
(Fines).
5.2 Saran
1. Nilai korelasi dapat ditingkatkan dengan cara menambah jumlah
data yang
akan diteliti dan mewakili kondisi yang sebenarnya
dilapangan.
2. Bahan stabilisasi tanah dicoba menggunakan aspal, fly ash atau
bahan-
bahan additive lainnya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Bowles, J.E., 1993. Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis, Edisi Kedua,
Erlangga,
Jakarta.
ASTM D-2216. 1992. Standard Test Method for Laboratory
Determination of
Water (Moisture) Content of Soil and Rock by Mass.
ASTM D-854. 1992. Standard Test Methods for Specific Gravity of
Soil Solids by
Water Pycnometer.
ASTM D-4318. 1995. Standard Test Methods for Liquid Limit, Plastic
Limit, and
Plasticity Index of Soils.
ASTM C-136-95A. 1995. Standard Test Method for Sieve Analysis of
Fine and
Coarse Aggregates.
Laboratory Investigation report for the insitu stabilisation of
unsealed
road trials using lime, cementious, and poyimers binders.
Nendi, A.M. 2010. Korelasi Antara Hasil Ujian Mampatan Dengan
Had
Atterberg. Skripsi Sarjana. Fakultas Teknik Sipil. Universitas
Teknologi
Malaysia.
Kamarudin, F.B. 2005. Estimation Of Soil Compaction Parameter Based
On
Atterberg Limits. Skripsi Sarjana. Fakultas Teknik Sipil.
Universitas
Teknologi Malaysia.
Matcalf, J.B., dan Romanoschi, S.A. 2007. Prediction Od Maximum Dry
Density
And Optimum Moisture Content From Simple Material Properties.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
65
Muis, Z.A., dan Siagian D. 2013. Estimasi Nilai Parameter Kompaksi
Bahan
Subgrade Berdasarkan Nilai Index Properties Pada Proyek Jalan
Raya.
Teknik Sipil USU.
Muis, Z.A., 1998. Penentuan Berat Isi Kering Maksimium Bahan
Aggeragat Base
Berdasarkan Data Klasifikasi Tanah Pada Proyek Jalan Raya.
Teknik
Sipil USU.
Terzaghi, K and Peck,R.B. 1967. Soil Mechanics in Engineering
Practice: John
Willey, New York.
Lempung Di Daerah Martajasah Bangkalan Terhadap Nilai
California
Bearing Ratio (Cbr) Test. Teknik Sipil Universitas Negeri
Surabaya.
Hardiyatmo, Hari Chrisdaty. 2010. Stabilisasi Tanah Untuk
Perkerasaan jalan
Raya. UGM Press. Yogjakarta.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA