UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK...

93
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK DAN KOMPONEN KIMIA EMULSI MINYAK BIJI JINTEN HITAM (Nigella sativa L.) TIPE MINYAK DALAM AIR DENGAN PENAMBAHAN ANTIOKSIDAN α-TOCOPHEROL MENGGUNAKAN GCMS SKRIPSI YULIA NURBAITI RAIHANA 1111102000023 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA OKTOBER 2015

Transcript of UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK...

Page 1: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

UJI STABILITAS FISIK DAN KOMPONEN KIMIA EMULSI

MINYAK BIJI JINTEN HITAM (Nigella sativa L.) TIPE

MINYAK DALAM AIR DENGAN PENAMBAHAN

ANTIOKSIDAN α-TOCOPHEROL MENGGUNAKAN GCMS

SKRIPSI

YULIA NURBAITI RAIHANA

1111102000023

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

OKTOBER 2015

Page 2: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

1

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

UIN SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

UJI STABILITAS FISIK

DAN KOMPONEN KIMIA

EMULSI MINYAK BIJI

JINTEN HITAM (Nigella

sativa L.) TIPE MINYAK

DALAM AIR DENGAN

PENAMBAHAN

ANTIOKSIDAN α-

TOCOPHEROL

MENGGUNAKAN GCMS

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Farmasi

YULIA NURBAITI RAIHANA

1111102000023

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN

DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

OKTOBER 2015

Page 3: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter
Page 4: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter
Page 5: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter
Page 6: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

v

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

ABSTRAK

Nama : Yulia Nurbaiti Raihana

NIM : 1111102000023

Program Studi : Farmasi

Judul Skripsi : “Uji Stabilitas Fisik dan Komponen Kimia Emulsi Minyak

Biji Jinten Hitam (Nigella sativa L.) Tipe Minyak dalam

Air dengan Penambahan Antioksidan α-Tocopherol

Menggunakan GCMS”

Minyak biji jinten hitam (Nigella sativa L.) memiliki potensi aktivitas

farmakologis yang baik. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk

membuat dan mengevaluasi stabilitas fisik dan kimia dari emulsi minyak biji

jinten hitam. Emulsi sampel (dengan penambahan α-tocopherol) dan emulsi

kontrol (tanpa α-tocopherol) dibuat untuk perbandingan. Evaluasi fisik emulsi

meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter globul, uji sentrifugasi, dan

uji tipe emulsi. Evaluasi kimia dilakukan menggunakan GCMS. Uji stabilitas

dilakukan selama 21 hari. Hasil evaluasi fisik dan kimia menunjukkan bahwa

emulsi sampel (dengan penambahan α-tocopherol) memiliki stabilitas yang lebih

baik daripada emulsi kontrol (tanpa α-tocopherol). Hal ini menunjukkan bahwa

antioksidan α-tocopherol memiliki pengaruh untuk menjaga stabilitas emulsi lebih

baik daripada tanpa menggunakan antioksidan.

Kata kunci: Stabilitas, minyak biji jinten hitam, emulsi, α-tocopherol dan

thymoquinone

Page 7: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

vi

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

ABSTRACT

Name : Yulia Nurbaiti Raihana

Major Study : Pharmacy

Title : Physical Stability Testing and Chemical Components in

Black Cumin Seed Oil (Nigella sativa L.) Emulsion O/W

with α-Tocopherol Addition Using GCMS

Black cumin seed oil (Nigella sativa L.) have a great potential pharmacological

activity. Hence, the objective of this study is to prepare and evaluate the physical

ang chemical stability of black cumin seed oil emulsion. Sample emulsion (with

α-tocopherol addition) and control emulsion (without α-tocopherol) were

produced for comparison purposes. Emulsions were characterized physically by

organoleptic, pH value, viscosity, diameter of globules, centrifugation test, and

emulsion type test. Chemical compound was analyzed using GCMS. Stability

studies were performed for 21 days. Physical and chemical characteristics showed

that sample emulsion (with α-tocopherol addition) had better stability than control

emulsion (without α-tocopherol). It indicated that antioxidant α-tocopherol had an

influence to keep the emulsion stability better than without any antioxidant.

Keywords:Stability, black cumin seed oil, emulsion, α-tocopherol, and

thymoquinone

Page 8: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

vii

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrohmaanirrohiim.

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan

skripsi yang berjudul “Uji Stabilitas Fisik dan Komponen Kimia Emulsi

Minyak Biji Jinten Hitam (Nigella sativa L.) Tipe Miyak dalam Air dengan

Penambahan Antioksidan α-Tocopherol Menggunakan GCMS”. Skripsi ini

disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan

tingkat Strata 1 (S1) pada Program Studi Farmasi. Penulis menyadari bahwa

dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud dan berjalan

jalan lancar tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam

kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Arief Sumantri, S.KM., M.KM. selaku Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Yardi, Ph.D., Apt. selaku Ketua Program Studi Farmasi FakultasKedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta danpembimbing

akademik mahasiswa 2011 A.

3. Ibu Ofa Suzanti Betha, M.Si, Apt. dan Ibu Ismiarni Komala, M.Sc., Ph.D.,

Apt. selaku pembimbing yang telah memberikan waktu, tenaga, pikiran, serta

bimbingan kepada penulis selama penelitian.

4. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan sehingga

penulis dapat menyelesaikan studi di program studi Farmasi FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

5. Muhammad Reza, Indriyani, Syahid Ali, Aziz, Sutar, Mida, Haidar Ali, dan

teman-teman dalam satu Laboratorium Analisis Obat dan Pangan Halal yang

telah membantu penulis dan tim dalam menyelesaikan penelitian dan skripsi

ini.

6. Laboran Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Kak Walid, Kak Tiwi, Kak

Eris, Kak Lisna, dan Mba Rani yang telah memberikan bantuan selama

penelitian.

Page 9: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

viii

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

7. Tim penelitian Wafa dan Nicky Annisiana Fortunita yang telah memberikan

semangat, bantuan, serta kebersamaan selama penelitian.

8. Drs. H. Sugiarto, M.Pd. (alm.) dan Ibu Hj. Nadjuwati selaku orang tua dan

Nur Dian Fitriana, S.E dan Muhammad Rijalul Haq, S.T sebagai kakak yang

selalu memberikan do’a dan dukungan kepada penulis.

9. Sahabat-sahabat tersayang, Crystal Beckx, Nesya Febi R, Cynthia Damayanti,

Intan Alinnindya, Ratih Wijayanti, Annisa Yeskasafitri, Fakhrizal Farhan,

Muhammad Jayus Abror, Senny Aprian, Vanya Febiwindyah, Vania Thufaila,

dan Rania Tirzi yang telah memberikan do’a, semangat dan motivasi kepada

penulis.

10. Sahabat-sahabat Farmasi UIN, Dana Yusshiammanti, Novila Tari, Wafa,

Rika Chaerunisa, Nurul Hikmah Tanjung, Firda Khanifah, Khabbatun

Ni’mah, Resky Yuliandari, Fathiyah, Qurry Mawaddana yang selalu

memberikan semangat dan juga memberikan bantuan ilmu kepada penulis.

11. Adik-adik tersayang, Nita Fitriani, Annesha Shavira, Pramiswari Kenratri,

Fathan, yang telah memberikan do’a serta dukungan kepada penulis.

12. Teman-teman Treaccel, Smoockler, dan Farmasi 2011 atas persaudaraan dan

kebersamaan yang telah banyak membantu dan memotivasi penulis.

13. Semua pihak yang telah membantu selama penelitian dan penyelesaian

skripsi baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis

sebutkan satu per satu.

Semoga kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dicatat sebagai

amal ibadah dan dibalas oleh Allah SWT dengan berlipat ganda. Semoga

penelitian ini dapat bermanfaaat bagi penulis serta pembaca pada umumnya.

Aaamiin Yaa Robbal’aalamiin.

Ciputat, 19 September 2015

Penulis

Page 10: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter
Page 11: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

x

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv

ABSTRAK ......................................................................................................... v

ABSTRACT ...................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ...................................................................................... vii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS

AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK ........................................ ix

DAFTAR ISI ...................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.2 Batasan Masalah .................................................................................. 2

1.3 Rumusan Masalah ................................................................................ 3

1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................. 3

1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 4

2.1 Emulsi .................................................................................................. 4

2.1.1 Formula Emulsi ......................................................................... 5

2.1.2 Evaluasi Sediaan Emulsi ........................................................... 11

2.1.3 Stabilitas Sediaan Emulsi .......................................................... 11

2.1.4 Sifat Fisik Emulsi yang Baik ..................................................... 12

2.2 Penguraian dan Penstabilan Bahan Obat ............................................ 13

2.2.1 Reaksi Hidrolisis ....................................................................... 13

2.2.2 Reaksi Oksidasi ......................................................................... 14

2.2.3 Reaksi Isomerisasi ..................................................................... 14

2.3 Demulsifikasi ....................................................................................... 15

2.4 Ekstraksi Cair-Cair .............................................................................. 17

2.5 Gas Chromatography – Mass Spectrometry (GCMS) ........................ 18

2.5.1 Kromatografi Gas ...................................................................... 18

2.5.2 Spektrometri Massa ................................................................... 19

2.6 Tanaman Jinten Hitam (Nigella sativa L.) .......................................... 19

2.6.1 Morfologi Tanaman Jinten Hitam (Nigella sativa L.) ............... 19

2.6.2 Bagian Tanaman yang Digunakan ............................................. 20

2.6.3 Kandungan Kimia Biji Jinten Hitam (Nigella sativa L.) ........... 21

2.6.4 Aktivitas Farmakologi Minyak Biji Jinten Hitam ..................... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 24

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 24

3.2 Alat dan Bahan .................................................................................... 24

Page 12: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

xi

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

3.3 Prosedur Penelitian .............................................................................. 25

3.3.1 Penyiapan Sampel Minyak Biji Jinten Hitam ........................... 25

3.3.2 Pembuatan Emulsi Minyak Biji Jinten Hitam ........................... 25

3.3.3 Evaluasi Fisik Emulsi MBJH Sebelum dan Setelah

Penyimpanan ............................................................................. 27

3.3.4 Analisis Komponen Kimia Minyak Emulsi Minyak Biji

Jinten Hitam Sebelum dan Setelah Penyimpanan ..................... 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 30 4.1 Pembuatan Emulsi Minyak Biji Jinten Hitam ..................................... 30

4.2 Evaluasi Fisik Emulsi Minyak Biji Jinten Hitam Sebelum dan

Setelah Penyimpanan .......................................................................... 30

4.2.1 Pengamatan Organoleptis Emulsi Minyak Biji Jinten Hitam

Sebelum dan Setelah Penyimpanan .......................................... 30

4.2.2 Pengujian Tipe Emulsi Minyak Biji Jinten Hitam Sebelum

dan Setelah Penyimpanan ......................................................... 34

4.2.3 Pengukuran Nilai Rata-rata pH Emulsi Minyak Biji Jinten

Hitam Sebelum dan Setelah Penyimpanan ............................... 35

4.2.4 Pengukuran Nilai Rata-rata Viskositas Emulsi Minyak Biji

Jinten HitamSebelum dan Setelah Penyimpanan ..................... 36

4.2.5 Pengukuran Nilai Rata-rata Diameter Globul Emulsi Minyak

Biji Jinten Hitam Sebelum dan Setelah Penyimpanan ............. 38

4.2.6 Uji Sentrifugasi Emulsi Minyak Biji Jinten Hitam ................... 39

4.3 Evaluasi Komponen Kimia Minyak Emulsi Minyak Biji Jinten

Hitam Sebelum dan Setelah Penyimpanan .......................................... 40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 44

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 45

LAMPIRAN ....................................................................................................... 49

Page 13: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

xii

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tanaman dan Biji Jinten Hitam (Nigella sativa L.) ........................ 20

Gambar 4.1 Hasil Pengamatan Organoleptis Emulsi Kontrol 1

(Tanpa α-tocopherol) ...................................................................... 31

Gambar 4.2 Hasil Pengamatan Organoleptis Emulsi Kontrol 2

(Tanpa α-tocopherol) ...................................................................... 31

Gambar 4.3 Hasil Pengamatan Organoleptis Emulsi Sampel 1

(Dengan Penambahan α-tocopherol) .............................................. 32

Gambar 4.4 Hasil Pengamatan Organoleptis Emulsi Sampel 2

(Dengan Penambahan α-tocopherol) .............................................. 33

Gambar 4.5 Grafik Perbandingan Nilai Rata-rata pH Emulsi Kontrol dan

Emulsi Sampel Minyak Biji Jinten Hitam Sebelum dan Setelah

Penyimpanan ................................................................................... 35

Gambar 4.6 Grafik Perbandingan Nilai Rata-rata Viskositas Emulsi Kontrol

dan Emulsi Sampel Minyak Biji Jinten Hitam Sebelum dan

Setelah Penyimpanan ...................................................................... 37

Gambar 4.7 Grafik Perbandingan Nilai Rata-rata Diameter Globul Emulsi

Kontrol dan Emulsi Sampel Minyak Biji Jinten Hitam Sebelum

dan Setelah Penyimpanan ............................................................... 38

Gambar 4.8 Hasil Uji Sentrifugasi Emulsi Minyak Biji Jinten Hitam ............... 40

Gambar 4.9 Perbandingan Kandungan Senyawa Thymoquinone Emulsi

Minyak Biji Jinten Hitam Sebelum dan Setelah

Penyimpanan ................................................................................... 42

Page 14: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

xiii

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Komposisi Senyawa Kimia Minyak Atsiri Biji Jinten Hitam

(Nigella sativa L.) ............................................................................. 21

Tabel 2.2 Komposisi Senyawa Asam Lemak Minyak Statis Biji Jinten Hitam

(Nigella sativa L.) ............................................................................ 21

Tabel 3.1 Formula Emulsi Kontrol Minyak Biji Jinten Hitam

(Tanpa α-tocopherol) ........................................................................ 25

Tabel 3.2 Formula Emulsi Sampel Minyak Biji Jinten Hitam

(Dengan Penambahan α-tocopherol)................................................. 26

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Organoleptis Emulsi Kontrol Minyak Biji

Jinten Hitam (Tanpa α-tocopherol) ................................................... 30

Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Organoleptis Emulsi Sampel Minyak Biji

Jinten Hitam (Dengan Penambahan α-tocopherol) ........................... 32

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Tipe Emulsi Kontrol (Tanpa α-tocopherol) ............ 34

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Tipe Emulsi Sampel (Dengan penambahan

α-tocopherol) ..................................................................................... 34

Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Nilai Rata-rata pH Emulsi Kontrol Minyak Biji

Jinten Hitam (Tanpa α-tocopherol) ................................................... 35

Tabel 4.6 Hasil Pengukuran Nilai Rata-rata pH Emulsi Sampel Minyak Biji

Jinten Hitam (Dengan Penambahan α-tocopherol) ........................... 35

Tabel 4.7 Hasil Pengukuran Nilai Rata-rata Viskositas Emulsi Kontrol

Minyak Biji Jinten Hitam (Tanpa α-tocopherol) .............................. 36

Tabel 4.8 Hasil Pengukuran Nilai Rata-rata Viskositas Emulsi Sampel

Minyak Biji Jinten Hitam (Dengan Penambahan α-tocopherol) ....... 36

Tabel 4.9 Hasil Pengukuran Nilai Rata-rata Diameter Globul Emulsi

Kontrol Minyak Biji Jinten Hitam (Tanpa α-tocopherol) ................. 38

Tabel 4.10 Hasil Pengukuran Nilai Rata-rata Diameter Globul Emulsi

Sampel Minyak Biji Jinten Hitam (Dengan Penambahan

α-tocopherol) ..................................................................................... 38

Tabel 4.11 Hasil Uji Sentrifugasi Emulsi Kontrol Minyak Biji Jinten

Hitam (Tanpa α-tocopherol) ............................................................. 39

Tabel 4.12 Hasil Uji Sentrifugasi Emulsi Sampel Minyak Biji Jinten

Hitam (Dengan Penambahan α-tocopherol)...................................... 39

Tabel 4.13 Kandungan Senyawa Antioksidan Emulsi Kontrol

(Tanpa α-tocopherol) Sebelum dan Setelah Penyimpanan ............... 41

Tabel 4.14 Kandungan Senyawa Antioksidan Emulsi Sampel (Dengan

Penambahan α-tocopherol) Sebelum dan Setelah

Penyimpanan ..................................................................................... 41

Tabel 4.15 Perubahan Persen (%) Area Kandungan Senyawa Kimia

Antioksidan Emulsi Minyak Biji Jinten Hitam ................................. 42

Page 15: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

xiv

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kerangka Penelitian...................................................................... 49

Lampiran 2. Perhitungan Bahan........................................................................ 50

Lampiran 3. Perhitungan Diameter Rata-rata Globul Emulsi Minyak Biji

Jinten Hitam Sebelum dan Setelah Penyimpanan ........................ 51

Lampiran 4. Dokumentasi Alat dan Bahan Penelitian ...................................... 61

Lampiran 5. Hasil Kromatogram GCMS .......................................................... 62

Lampiran 6. Sertifikat Analisa Minyak Biji Jinten Hitam ................................ 72

Lampiran 7. Sertifikat Analisa Tragakan ........................................................... 73

Lampiran 8. Sertifikat Analisa Natrium Benzoat .............................................. 74

Lampiran 9. Sertifikat Analisa Sukrosa ............................................................ 75

Lampiran 10. Sertifikat Analisa α-tocopherol .................................................... 76

Lampiran 11. Sertifikat Analisa n-Heksan .......................................................... 77

Page 16: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

1

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jinten hitam (Nigella sativa L.) merupakan tanaman herbal

berbunga tahunan yang banyak ditanam di negara Mediterania, Timur

Tengah, Eropa Timur, dan Asia Barat. Di Timur Tengah, Afrika Utara,

dan India biji jinten hitam telah lama digunakan secara tradisional selama

berabad-abad untuk pengobatan asma, batuk, bronkitis, sakit kepala,

rematik, demam, influenza dan eksim serta sebagai antihistamin,

antidiabetes, antiinflamasi, antioksidan, dan meningkatkan sistem imun

(Burits and Bucar, 2000; Paarakh, 2010).

Minyak biji jinten hitam yang berada di pasaran umumnya berupa

sediaan minyak yang dikemas dalam botol, dalam bentuk soft kapsul, dan

dalam bentuk serbuk yang dicampur dengan minyak zaitun, sari kurma,

serta madu. Selain itu pada penelitian sebelumnya telah dilakukan

formulasi minyak biji jinten hitam yang dikombinasi dengan olive oil

dalam bentuk sediaan mukoadhesif untuk pengobatan infeksi pada vagina.

(Sangi, et al., 2011).

Senyawa marker aktif dalam minyak atsiri jinten hitam adalah

thymoquinone yang merupakan senyawa yang bertanggung jawab terhadap

aktivitasnya (El-Tahir, et al., 1993). Thymoquinone merupakan senyawa

fitokimia berbasis benzoquinone yang larut minyak yang menunjukkan

aktivitas antioksidan dan antikanker yang luar biasa, tetapi thymoquinone

memiliki kelarutan yang buruk dalam air (Tubesha, et al., 2013).

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Indayanti,

2014, telah dibuat emulsi minyak biji jinten hitam tetapi emulsi tersebut

tidak stabil secara kimia. Sediaan yang mengandung minyak rentan

terhadap oksidasi. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dibuat emulsi

minyak biji jinten hitam yang dimodifikasi dengan ditambahkan

antioksidan luar untuk menggantikan antioksidan alami yang hilang akibat

proses tertentu.

Page 17: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

2

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menunda,

memperlambat, dan mencegah proses oksidasi lipid. Dalam arti khusus,

antioksidan adalah zat yang dapat menunda atau mencegah terbentuknya

reaksi radikal bebas dalam oksidasi lipid (Dalimartha dan Soedibyo,

1999).

Dalam penelitian ini, antioksidan yang digunakan adalah α-

tocopherol atau disebut juga vitamin E. α-tocopherol adalah contoh dari

antioksidan fenolik. Beberapa molekul dengan mudah mendonasikan

hidrogen dari gugus hidroksil (-OH) pada struktur cincin kepada radikal

bebas, di mana radikal bebas tersebut akan menjadi tidak reaktif. Ketika

mendonasikan hidrogen, senyawa fenolik sendiri relatif akan menjadi

radikal bebas yang tidak reaktif karena elektron tak berpasangan pada

atom oksigen biasanya terdelokalisasi menjadi struktur cincin aromatik

yang dengan demikian meningkatkan stabilitasnya (Food and Agriculture

Organization of the United Nations, 2001).

1.2 Batasan Masalah

Dalam penelitian uji stabilitas fisik dan komponen kimia pada

emulsi minyak biji jinten hitam (Nigella sativa L.) tipe minyak dalam air

dengan penambahan antioksidan α-tocopherol menggunakan GCMS ini

masalah dibatasi pada evaluasi stabilitas fisik dan komponen kimia dari

emulsi minyak jinten hitam sebelum dan setelah penyimpanan selama 21

hari pada suhu ruang.

1.3 Rumusan Masalah

1. Bagaimana stabilitas fisik sediaan emulsi minyak biji jinten hitam tipe

minyak dalam air dengan penambahan antioksidan α-tocopherol

0,02% selama penyimpanan 21 hari dan perbandingannya dengan

emulsi tanpa antioksidan α-tocopherol?

2. Bagaimana stabilitas kimia komponen penyusun minyak atsiri biji

jinten hitam dalam formulasi sediaan emulsi tipe minyak dalam air

dengan penambahan antioksidan α-tocopherol 0,02% selama

Page 18: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

3

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

penyimpanan 21 hari dan perbandingannya dengan emulsi tanpa

antioksidan α-tocopherol?

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui stabilitas fisik sediaan emulsi minyak biji jinten

hitam tipe minyak dalam air dengan penambahan antioksidan α-

tocopherol 0,02% selama penyimpanan 21 hari dan

membandingkannya dengan emulsi tanpa antioksidan α-tocopherol.

2. Untuk mengetahui stabilitas kimia komponen penyusun minyak atsiri

biji jinten hitam dalam formulasi sediaan emulsi tipe minyak dalam

air dengan penambahan antioksidan α-tocopherol selama

penyimpanan 21 hari dan membandingkannya dengan emulsi tanpa

antioksidan α-tocopherol.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi

mengenai stabilitas senyawa aktif yang terkandung di dalam minyak biji

jinten hitam yang diformulasikan sebagai emulsi tipe minyak dalam air

dengan penambahan antioksidan α-tocopherol sebelum dan setelah

penyimpanan selama 21 hari pada suhu ruang.

Page 19: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

4

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Emulsi

Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya

terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Jika minyak

yang merupakan fase terdispersi dan larutan air merupakan fase pembawa,

sistem ini disebut emulsi minyak dalam air. Sebaliknya, jika air atau

larutan air yang merupakan fase terdispersi dan minyak atau bahan seperti

minyak merupakan fase pembawa, sistem ini disebut emulsi air dalam

minyak. Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan bahan pengemulsi

yang mencegah koalesensi, yaitu penyatuan tetesan kecil menjadi tetesan

besar dan akhirnya menjadi satu fase tunggal yang memisah. Bahan

pengemulsi (surfaktan) menstabilkan dengan cara menempati antar-

permukaan antara tetesan dan fase eksternal, dan dengan membuat batas

fisik di sekeliling partikel yang akan berkoalesensi. Surfaktan juga

mengurangi tegangan antar permukaan antara fase, sehingga meningkatkan

proses emulsifikasi selama pencampuran (FI IV).

Semua emulsi memerlukan bahan antimikroba karena fase air

mempermudah pertumbuhan mikroorganisme. Adanya pengawet sangat

penting dalam emulsi minyak dalam air karena kontaminasi fase eksternal

mudah terjadi. Karena jamur dan ragi lebih sering ditemukan daripada

bakteri, lebih diperlukan yang bersifat fungistatik dan bakteriostatik.

Bakteri ternyata dapat menguraikan bahan pengemulsi non ionik dan

anionik, gliserin, dan sejumlah bahan penstabil alam seperti tragakan dan

gom guar (FI IV).

Untuk emulsi yang diberikan secara oral, tipe emulsi minyak dalam

air memungkinkan pemberian obat yang harus dimakan tersebut

mempunyai rasa yang lebih enak walaupun yang diberikan sebenarnya

minyak yang tidak enak rasanya, dengan menambahkan pemanis dan

pemberi rasa pada pembawa airnya, sehingga mudah dimakan dan ditelan

sampai ke lambung. Ukuran partikel yang diperkecil dari bola-bola minyak

Page 20: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

5

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

dapat mempertahankan minyak tersebut agar lebih dapat dicernakan dan

lebih mudah diabsorpsi, atau jika bukan dimaksudkan untuk itu, tugasnya

juga akan lebih efektif, misalnya meningkatkan efikasi minyak mineral

sebagai katartik bila diberikan dalam bentuk emulsi (Ansel, 2008).

2.1.1 Formula Emulsi

Formula emulsi yang digunakan pada penelitian ini adalah:

a. Fase Minyak

Secara umum fase minyak dari emulsi merupakan suatu zat

aktif yang memiliki aktivitas farmakologi. Parafin cair, minyak

castor, minyak ikan, minyak wijen merupakan contoh minyak yang

biasa diformulasi menjadi emulsi untuk sediaan oral. Minyak biji

kapas, minyak kacang kedelai, dan minyak safflower biasa

digunakan sebagai emulsi untuk penggunaan infus. Minyak

turpentine dan benzyl benzoate biasa diformulasi emulsi untuk

penggunaan eksternal (Aulton and Taylor, 2001). Dalam penelitian

ini minyak yang digunakan adalah minyak biji jinten hitam dengan

konsentrasi 10% (Peter, KV, 2004).

b. Fase Air

Fase air atau pelarut yang digunakan dalam pembuatan

emulsi adalah aquademineralisata. Aquademineralisata ini

diperoleh dengan cara penyulingan, pertukaran ion, osmosis

terbalik, atau cara lain yang sesuai. Air yang digunakan harus

bebas mineral, partikel, dan mikroba (Rowey, Sheskey dan Owen,

2009).

c. Emulsifying Agent (Emulgator)

Dalam membentuk emulsi yang stabil bahan pembentuk

emulsi ini bekerja dengan menurunkan tegangan permukaan antara

fase minyak dan air atau merusak lapisan yang mengelilingi globul

emulsi (Silva, et al., 2011).

Bahan pengemulsi yang digunakan dalam penelitian ini

adalah tragakan. Tragakan 1,5% dipilih karena merupakan

Page 21: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

6

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

emulgator alam dan berdasarkan penelitian sebelumnya dihasilkan

emulsi dengan viskositas yang paling baik (Nabiela, 2013).

Tragakan tidak larut dalam air, etanol 95%, dan pelarut organik

lain. Meskipun tidak larut dalam air namun tragakan dapat

mengembang 10 atau 20 kali dari beratnya baik di dalam air panas

ataupun air dingin (Rowey, Sheskey dan Owen, 2009; Anief,

2006).

Data Preformulasi Tragakan (HOPE, 6th Edition)

Sinonim : gum tragacanth, tragacantha

Organoleptis : serbuk, berwarna putih hingga

kekuningan, tidak berbau.

Membentuk lapisan transparan

Kelarutan : praktis tidak larut dalam air,

ethanol (95%), dan pelarut organik

lain. Bisa mengembang dengan

cepat dengan sepuluh kali beratnya

dalam air baik air panas atau

dingin

Keasaman-kebasaan : pH 5-6 pada larutan terdispersi 1%

w/v

Nilai keasaman : 2-5

Kandungan air : < 15% w/w

Manfaat penggunaan : agen pensuspensi, agen peningkat

viskositas

Stabilitas dan penyimpanan : stabil pada pH 4-8 dan pada wadah

tertutup rapat dengan kondisi sejuk

dan kering

Inkompatibilitas : menurunkan efek sebagai

pengawet pada benzalkonium

klorida, klorbutanol, dan

methylparaben

Page 22: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

7

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Selain tragakan, zat pengemulsi dan penstabil untuk sistem farmasi

adalah sebagai berikut:

1. Bahan-bahan karbohidrat

Akasia (gom), tragakan, agar,

kondrus

2. Zat-zat protein Gelatin, kuning telur, dan kasein

3. Alkohol dengan bobot

molekul tinggi

Stearil alkohol, setil alkohol, dan

gliseril monostearat

4. Zat-zat pembasah, yang bisa

bersifat kationik, anionik,

dan nonionik.

Kationik: benzalkonium klorida

Nonionik: ester-ester sorbitan

dan turunan polietilen

5. Zat padat yang terbagi halus

Tanah liat koloid termasuk

bentonit,

magnesium hidroksida, dan

aluminium hidroksida [sumber: Ansel, 1989]

d. Pengawet

Pengawet yang digunakan pada penelitian ini adalah

natrium benzoat dengan konsentrasi 0,1%. Natrium benzoat dipilih

sebagai pengawet karena kompatibel dengan tragakan. Natrium

benzoat larut dalam etanol 95% (1:75), etanol 90% (1:50), dan air

(pada suhu 20oC 1:1,8 dan pada suhu 100

oC 1:1,4). Natrium

benzoat memiliki aktivitas sebagai bakteriostatik dan anti jamur

yang optimal pada pH 2-5 serta pada kondisi basa hampir tidak

memiliki efek (Rowey, Sheskey and Owen, 2009).

Data Preformulasi Natrium Benzoat (HOPE, 6th Edition)

Sinonim : sodium benzoic acid, benzoic acid

sodium salt

Organoleptis : berupa serbuk, granul, atau kristal

yang sedikit higroskopis, berwarna

putih, tidak berbau

Page 23: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

8

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Kelarutan : ethanol 95% (1 in 75), ethanol

90% (1 in 50), air (1 in 1,8; 1 in

1,4 at 100oC)

Keasaman-kebasaan : pH 8

Densitas : 1,497-1,527 g/cm3

at 24oC

Manfaat penggunaan : pengawet, lubrikan tabelt dan

kapsul

Stabilitas dan penyimpanan : penyimpanan pada wadah tertutup

rapat dengan kondisi sejuk dan

kering

Inkompatibilitas : inkompatibel dengan senyawa

kuartener, gelatin, garam Fe,

garam kalsium, logam berat seperti

merkuri, perak

e. Pemanis

Pemanis yang digunakan yaitu sukrosa. Sukrosa merupakan

pemanis yang umum digunakan dalam pembuatan sediaan oral.

Sukrosa disini berfungsi untuk menutupi rasa dari sediaan yang

kurang enak. Konsentrasi sukrosa sebagai pemanis pada sediaan

oral yaitu 50-67%. Sukrosa praktis tidak larut dalam kloroform,

larut dalam etanol (1:400), etanol 95% (1:170), propan-2-ol

(1:400), dan air (pada suhu 20oC 1:0,5 dan pada suhu 100

oC 1:0,2)

(Rowey, Sheskey and Owen, 2009).

f. Antioksidan

Autooksidasi adalah suatu oksidasi rantai radikal bebas.

Oleh karena itu, reaksi tersebut dapat dihambat dengan tidak

adanya oksigen, oleh pemecah rantai radikal bebas atau oleh suatu

zat pereduksi. Pada autooksidasi, minyak-minyak tidak jenuh,

seperti minyak nabati, menimbulkan ketengikan dengan bau,

penampilan, dan rasa yang tidak menyenangkan (Lachman, 2008).

Pemilihan suatu antioksidan khusus tergantung pada

keamanannya, dapat diterima untuk penggunaan khusus, dan

Page 24: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

9

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

kemanjurannya. Antioksidan biasa digunakan pada konsentrasi

yang berkisar dari 0,001 sampai 0,1%. Berikut bahan-bahan yang

digunakan sebagai antioksidan: (Lachman, 2008)

Asam galat

Propil galat

Asam askorbat

Askorbil palmitat

Sulfit

Antioksidan mampu menghambat terbentuknya radikal bebas pada

tahap inisiasi dan menghambat kelanjutan reaksi autooksidasi pada tahap

propagasi. Hal ini disebabkan karena antioksidan memiliki energi aktivasi

yang rendah untuk melepaskan satu atom hidrogen kepada radikal lemak,

sehingga tahap oksidasi lebih lanjut dapat dicegah. Berdasarkan

sumbernya, antioksidan dapat dibedakan dalam 2 golongan, yaitu:

a. Antioksidan alami (secara alami terdapat pada lemak nabati),

contohnya adalah α-tocopherol.

b. Antioksidan sintetis (antioksidan yang diperoleh dari hasil reaksi

kimia), contohnya adalah Buthylated Hydroxy Anisole (BHA),

Buthylated Hydroxy Toluene (BHT), Prophyl Gallate (PG).

Batas penggunaan antioksidan sintetis harus diperhatikan karena

sebagian besar antioksidan sintetis adalah senyawa-senyawa fenolik yang

dapat menyebabkan keracunan pada konsentrasi tertentu (Khamidinal, et

al., 2007).

Antioksidan yang digunakan pada penelitian ini adalah α-

tocopherol yang merupakan antioksidan fenolik yang terdapat secara alami

dalam minyak nabati dan berfungsi untuk menjaga kualitas minyak dengan

cara menghentikan radikal bebas. Molekul α-tocopherol dapat

mengganggu reaksi rantai radikal bebas dengan menangkap radikal bebas.

Gugus hidroksil bebas pada cincin aromatik bertanggung jawab terhadap

sifat antioksidan. Hidrogen dari gugus tersebut didonasikan ke radikal

bebas, menghasilkan bentuk radikal bebas yang relatif stabil dari α-

L-α-tocopherol

Hidroksitoluen terbutilasi

Hidroksianisol terbutilasi

4-hidroksimetil-2,6-di-ter-

butilfenol

Page 25: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

10

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

tocopherol. (Engin, 2009). Konsentrasi α-tocopherol merupakan faktor

penting yang dapat mempengaruhi aktivitas antioksidan. Secara umum,

aktivitas antioksidan paling baik pada konsentrasi yang lebih rendah dan

dapat meningkat atau menjadi prooksidan dalam konsentrasi yang lebih

tinggi. Konsentrasi optimal untuk α-tocopherol yaitu 0,02% (Ruben, et al.,

2007).

Preformulasi α-tocopherol (HOPE, 6th Edition)

Rumus Molekul : C29H50O2

Berat Molekul : 430,72

Organoleptis : larutan berminyak, jernih, tidak berwarna atau kuning

kecoklatan, kental

Fungsi : antioksidan

Titik didih : 235oC

Densitas : 0,947 – 0,951 g/cm3

Kelarutan : praktis tidak larut dalam air; mudah larut dalam

aseton, etanol, eter, dan minyak nabati

Stabilitas : α-tocopherol teroksidasi secara perlahan dengan

oksigen dan teroksidasi dengan cepat dengan garam

besi dan perak

Penyimpanan : disimpan dibawah gas inert, dalam wadah kedap udara

di tempat sejuk, kering, dan terhindar dari cahaya

Inkompatibilitas : inkompatibel dengan peroksida dan ion logam,

terutama besi, tembaga, dan perak. Α-tocopherol

dapat terabsorpsi ke dalam plastik.

Page 26: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

11

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2.1.2 Evaluasi Sediaan Emulsi

Evaluasi sediaan emulsi dilakukan untuk mengetahui kestabilan

dari suatu sediaan emulsi dalam jangka waktu penyimpanan tertentu.

Evaluasi sediaan emulsi ini dilakukan melalui pengamatan organoleptis

(bau dan warna), pengamatan secara fisik (viskositas, diameter globul rata-

rata, pH, dan volume creaming), serta pengamatan secara kimia (degradasi

zat aktif) (Martin, et al., 1993; Ansel, 1989; Lachman, et al., 1994).

2.1.3 Stabilitas Sediaan Emulsi

Stabilitas merupakan suatu kemampuan produk obat atau kosmetik

agar dapat mempertahankan spesifikasi yang diterapkan sepanjang periode

penyimpanan dan penggunaan untuk menjamin identitas, kekuatan,

kualitas, dan kemurnian produk (Djajadisastra, 2004).

Kestabilan dari emulsi farmasi berciri tidak adanya penggabungan

fase dalam, tidak adanya creaming, dan memberikan penampilan, bau,

warna, dan sifat-sifat fisik lainnya yang baik (Martin, et al., 1993).

Beberapa fenomena yang menjadi parameter dalam menentukan

ketidakstabilan fisik dalam emulsi yaitu:

a. Creaming

Creaming merupakan peristiwa pembentukan agregat dari

bulatan fase dalam yang memiliki kecenderungan yang lebih besar

untuk naik ke permukaan emulsi atau jatuh ke dasar emulsi

tersebut daripada partikel-partikelnya sendiri (Martin, et al., 1993).

b. Koalesen

Koalesen merupakan proses penipisan atau terganggunya

lapisan film antar droplet sehingga menyebabkan adanya fusi dari

dua atau lebih droplet yang ukurannya menjadi lebih besar dari

ukuran semula (Wiley, et al., 2013).

c. Cracking

Kerusakan yang paling besar dari emulsi adalah cracking.

Pada fenomena ini emulsi terpisah menjadi dua fase yaitu fase

Page 27: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

12

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

minyak dan fase air dan tidak dapat bercampur meskipun

dilakukan pengocokan (Ansel, 1989).

Selain uji stabilitas fisik, uji stabilitas kimia pada emulsi juga

dilakukan. Uji stabilitas kimia pada emulsi salah satunya adalah dengan

cara menganalisis perolehan kembali zat aktif yang terkandung dalam

emulsi. Stabilitas kimia dari molekul sediaan merupakan hal yang sangat

penting karena berhubungan dengan efek dan keamanan dari suatu produk

obat.

Pedoman dari FDA dan ICH menyebutkan berbagai persyaratan

untuk uji stabilitas yang bertujuan untuk mengetahui kualitas bahan obat

dan produk obat seiring dengan perubahan waktu dibawah pengaruh

berbagai kondisi lingkungan. Studi tentang stabilitas molekul membantu

untuk memilih formula yang tepat dan pengemasan yang baik sekaligus

untuk mengetahui kondisi penyimpanan serta umur simpan. Studi stabilitas

ini mencakup studi stabilitas jangka panjang, studi stabilitas dipercepat.

Studi jangka panjang dilakukan selama 12 bulan dan studi dipercepat

dilakukan dalam waktu 6 bulan. Selain itu, ada juga forced degradation

studies yang dilakukan dalam waktu yang lebih singkat, yaitu dalam

hitungan minggu. Hasil dari forced degradation studies ini dapat

digunakan untuk pengembangan indikasi dari metode yang digunakan

dalam studi jangka panjang dan dipercepat (Blessy M, et al., 2013).

2.1.4 Sifat Fisik Emulsi yang Baik

Sifat fisik emulsi yang baik meliputi: (Aulton, 2008)

1. Sediaan emulsi harus tetap homogen pada saat pengocokan dalam

wadah sampai saat penuangan dari wadah.

2. Creaming yang terjadi pada saat penyimpanan harus mudah

diredispersikan kembali.

3. Sediaan emulsi sebaiknya dibuat agak kental agar dapat menurunkan

laju pembentukan creaming globul minyak, namun viskositas sediaan

emulsi tersebut jangan terlalu tinggi karena dapat menyulitkan pada

saat penuangan.

Page 28: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

13

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

4. Terlihat dalam satu fase.

5. Ukuran globul yang dihasilkan seragam dan kecil.

2.2 Penguraian dan Penstabilan Bahan Obat

Kebanyakan penguraian bahan farmasi dapat digolongkan sebagai

hidrolisis atau oksidasi. Kebanyakan obat mengandung lebih dari satu

gugus fungsional, dan obat ini mungkin bisa terhidrolisis dan teroksidasi

bersama-sama. Reaksi lain seperti isomerisasi, epimerasi, dan fotolisis

juga dapat mempengaruhi kestabilan obat dalam berbagai produk cairan,

padatan, dan semisolid (Martin, et al., 1993).

2.2.1 Reaksi Hidrolisis

Obat dengan gugus fungsi seperti eter, amine, keton, ester, amida,

lakton atau laktam secara umum dapat mengalami degradasi yang

disebabkan hidrolisis. Air memiliki peran penting dalam terjadinya reaksi

hidrolisis. Hal ini disebabkan karena air berperan sebagai media terjadinya

interaksi (Fathima, et al., 2011; Niazi, 2007). Reaksi hidrolisis adalah

reaksi penguraian garam oleh air atau reaksi ion-ion garam dengan air.

Garam-garam yang berasal dari asam lemah atau basa lemah atau

keduanya akan terurai dalam air membentuk asam bebas dan basa bebas.

Reaksi salah satu atau kedua ion larutan garam dengan air menyebabkan

perubahan konsentrasi ion H+ maupun ion OH

- dalam larutan. Akibatnya,

larutan garam dapat bersifat asam, basa, maupun netral.

Dalam penguraian garam dapat terjadi beberapa kemungkinan:

(Sastrohamidjojo, 2005)

1. Ion garam bereaksi dengan air menghasilkan ion H+, sehingga

menyebabkan [H+] dalam air bertambah mengakibatkan [H

+] > [OH

-

] dan larutan bersifat asam.

2. Ion garam bereaksi dengan air menghasilkan ion OH-, sehingga

menyebabkan [H+] < [OH

-] dan larutan bersifat basa.

3. Ion garam tidak dengan air sehingga [H+] dalam air akan tetap sama

dengan [OH-] dan air akan tetap netral (pH=7).

Contoh: HCl + NH4OH ↔ NH4+ + Cl

- + H2O

Page 29: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

14

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2.2.2 Reaksi Oksidasi

Reaksi dekomposisi pada larutan obat yang umum terjadi pada

senyawa selain hidrolisis adalah oksidasi. Reduksi merupakan

penambahan elektron pada molekul dan oksidasi merupakan pelepasan

elektron dari molekul. Dalam kimia organik, oksidasi sering dianggap

sinonim dengan lepasnya hidrogen (dehidrogenasi). Bila suatu reaksi

melibatkan molekul oksigen biasanya disebut autooksidasi karena

biasanya terjadi secara spontan dalam keadaan normal. Oksidasi sering

melibatkan radikal bebas dan yang diikuti reaksi-reaksi berantai. Radikal

bebas adalah molekul/atom yang mengandung satu atau lebih elektron

tidak berpasangan seperti R, hidroksil bebas OH, dan molekul oksigen O-

O. Radikal ini cenderung untuk menarik elektron dari zat lain sehingga

terjadi oksidasi. Dalam kebanyakan reaksi oksidasi, laju reaksi berbanding

lurus dengan konsentrasi dari molekul pengoksidasi tetapi mungkin tidak

bergantung pada konsentrasi oksigen. Reaksi ini biasanya dikatalisis oleh

oksigen, logam berat, dan peroksida organik. Obat dengan gugus fungsi

aldehid, alkohol, fenol, alkaloid, atau yang mengandung minyak dan

lemak tak jenuh mudah mengalami reaksi oksidasi ini (Martin, et al.,

1993; Fathima, et al., 2011; Niazi, 2007).

2.2.3 Reaksi Isomerisasi

Reaksi isomerisasi merupakan proses kimia dari suatu senyawa

yang berubah menjadi bentuk senyawa isomer lainnya namun tetap

memiliki komposisi kimia yang sama dengan senyawa asalnya hanya

memiliki perbedaan pada struktur atau konfigurasi sehingga memiliki sifat

fisika dan kimia yang berbeda juga dengan senyawa asalnya. Senyawa

isomer yang terbentuk ini mungkin juga memiliki sifat farmakologi atau

toksikologi yang berbeda (Fathima, et al., 2011).

Page 30: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

15

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2.3 Demulsifikasi

Demulsifikasi adalah pemecahan emulsi sehingga sediaan terpisah

menjadi 2 fase yaitu minyak dan air dengan menurunkan stabilitas seperti

menghancurkan film interface dengan cara menaikkan suhu, pengadukan,

atau menggunakan zat lain yang dapat mengganggu kestabilan (Wasirnuri,

2008).

Menurut Pabby, et al., 2008, metode demulsifikasi dibagi menjadi

dua, yaitu metode fisika dan metode kimia dimana metode fisika dapat

dilakukan melalui beberapa cara yaitu melalui pemanasan, mekanik, dan

elektrik.

a. Metode Kimia

Pada metode ini dilakukan penambahan demulsifier pada

emulsi. Misalnya aseton, n-butanol, dan 2-propanol yang telah

terbukti berfungsi sebagai demulsifier yang efektif pada aplikasi

tertentu (Pabby, et al., 2008), juga HCl pekat untuk memecah krim

kosmetik (Rohman and Che man, 2011).

b. Metode Fisika

Beberapa metode fisika untuk demulsifikasi yaitu dengan

pemanasan, sentrifugasi, high shear, ultrasonik, disolusi pelarut,

dan medan elektrostatik bertegangan tinggi. Metode non

konvensional lainnya yang telah banyak diteliti yaitu dengan

menggunakan microwave dan membran kaca berpori (Pabby, et al.,

2008).

1. Pemanasan

Prinsip dari metode pemanasan ini adalah terjadi

penurunan viskositas serta peningkatan kelarutan dari

surfaktan. Hal ini akan mengakibatkan melemahkan lapisan

film pada sediaan (Pabby, et al., 2008). Pada jurnal Nour, et

al., 2009 yang membandingkan antara metode pemanasan

untuk demulsifikasi antara modern yang menggunakan

microwave dengan konvensional dan didapatkan hasil

Page 31: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

16

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

bahwa metode modern dengan microwave lebih efisien

dalam pemisahan emulsi air dalam minyak.

2. High Shear

Metode demulsifikasi ini menggunakan alat High

Shear. Prinsip kerja dari alat ini yaitu akan merusak

membran atau lapisan dari globul emulsi (Pabby, et al.,

2008).

3. Medan Elektrostatik Bertegangan Tinggi

Mekanisme demulsifikasi dengan metode ini belum

dapat diketahui secara keseluruhan. Secara umum dengan

adanya medan listrik akan membuat droplet mengalami

polarisasi dan elongasi, begitu juga dengan droplet yang

berada di dekatnya, sehingga mereka akan menarik satu

sama lain dan membentuk droplet yang lebih besar. Metode

ini merupakan metode demulsifikasi yang paling efisien

dan ekonomis dilihat dari peralatan yang digunakan dan

parameter pengoperasiannya (Pabby, et al., 2008).

4. Sentrifugasi

Metode pemisahan emulsi ini menggunakan alat

sentrifugasi. Prinsipnya menggunakan gaya sentrifugal

yang dipercepat untuk memisahkan dua atau lebih substansi

yang memiliki perbedaan densitas antara cairan atau antara

cairan dengan solid (El-Sayed and Mohammad, 2014).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Nour, et al., 2009

yang telah melakukan studi pemisahan emulsi minyak

dalam air Virgin Coconut oil dengan menggunakan

sentrifugasi yang memvariasikan kecepatan sentrifugasi

yaitu antara 6000-12000 rpm dengan waktu yang

divariasikan juga yaitu antara 30-105 menit didapatkan

hasil paling baik adalah dengan menggunakan kecepatan

12000 rpm selama 105 menit.

Page 32: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

17

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2.4 Ekstraksi Cair-Cair

Ekstraksi merupakan proses pemisahan dari suatu bahan berupa

padatan atau cairan. Ekstraksi merupakan salah satu teknik yang sangat

penting untuk isolasi dan pemurnian dari suatu bahan organik. Ekstraksi

dengan pelarut adalah pemisahan antar bagian dari suatu bahan

berdasarkan pada perbedaan sifat melarut dari masing-masing bagian

bahan terhadap pelarut yang digunakan. Pelarut organik yang biasa

digunakan adalah senyawa hidrokarbon pelarut lemak dan minyak seperti

alkohol dan aseton (Harborne, 1987).

Berdasarkan wujud bahannya, ekstraksi dapat dibedakan menjadi

dua cara yaitu ekstraksi padat cair dan ekstraksi cair-cair. Ekstraksi padat

cair digunakan untuk sampel yang berupa padatan dengan pelarutnya

berupa cairan. Ekstraksi cair-cair, digunakan untuk memisahkan dua zat

cair yang saling bercampur, dengan menggunakan pelarut yang dapat

melarutkan salah satu zat. Metode ekstraksi pelarut menggunakan pelarut

yang dapat bercampur dengan sampel untuk menarik senyawa target yang

berada pada sampel. Idealnya, pelarut yang dipilih memiliki polaritas yang

dekat dengan senyawa target. Pelarut mudah menguap seperti heksan,

benzen, ether, etil asetat, dan dikloro metan biasanya digunakan untuk

ekstraksi senyawa mudah menguap. Heksan cocok untuk ekstraksi

senyawa non polar seperti hidrokarbon alifatik, benzen cocok untuk

senyawa aromatik, eter dan etil asetat cocok untuk senyawa yang relatif

polar mengandung oksigen. Ekstraksi umumnya dilakukan dengan

mengocok sampel dan pelarut di dalam corong pisah. Metode ekstraksi ini

merupakan metode yang efisien namun waktu ekstraksi dengan metode ini

panjang (Handbook of Analytical Method, hal: 45-46).

Pada jurnal Venkateshwarlu, et al., 2004 disebutkan untuk

mengisolasi senyawa yang mudah menguap dapat digunakan beberapa

teknik, yaitu melalui destilasi vakum, ekstraksi dengan pelarut, static and

dynamic headspace sampling (DHS), dan solid phase microextraction

(SPME).

Page 33: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

18

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2.5 Gas Chromatography – Mass Spectrometry (GCMS)

GCMS merupakan instrumen yang digunakan untuk pemisahan

dan identifikasi. Instrumen ini merupakan gabungan antara kromatografi

gas dan spektroskopi massa. Pada GC hanya terjadi pemisahan untuk

mendapatkan komponen kimianya, sedangkan bila dilengkapi MS akan

dapat mengidentifikasi komponen tersebut, karena bisa membaca

spektrum bobot molekul pada suatu komponen, dan sekaligus dilengkapi

dengan library (reference) yang ada pada software (Day and Underwood.,

1999).

Kromatografi gas dan spektrometri massa dapat digunakan untuk

memisahkan komponen dengan memberikan waktu retensi dan puncak

elusi yang dapat dimasukkan ke dalam spektrofotometer massa untuk

memperoleh berat molekul, karakteristik dan informasi fragmentasi

(Heinrich, 2004).

2.5.1 Kromatografi Gas

Kromatografi gas digunakan untuk pemisahan suatu senyawa

sehingga sampel terpisahkan secara fisik menjadi bentuk molekul-molekul

yang lebih kecil (hasil pemisahan dapat dilihat berupa kromatogram)

(Khopkar, 1990).

Kromatografi gas merupakan metode yang dinamis untuk

pemisahan senyawa-senyawa organik yang mudah menguap dan senyawa-

senyawa gas anorganik dalam suatu campuran. Sampel yang mudah

menguap dan stabil terhadap panas akan bermigrasi melalui kolom yang

mengandung fase diam dengan suatu kecepatan yang terantung pada rasio

distribusinya. Pada umumnya solut dari ujung kolom menghantarkan ke

detektor (McNair, et al., 1998).

Komponen kromatografi gas terdiri dari kontrol dan penyedia gas

pembawa, ruang suntik sampel, kolom, dan oven (Day and Underwood.,

1999).

Page 34: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

19

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2.5.2 Spektroskopi Massa

Spektroskopi massa adalah metode analisis untuk identifikasi

senyawa. Setelah sampel mengalami pemisahan pada GC kemudian akan

diubah menjadi ion-ion, dan massa dari ion-ion tersebut dapat diukur

berdasarkan hasil deteksi berupa spektrum massa (Khopkar, 1990).

Teknik ini memungkinkan untuk mengukur berat molekul dari

senyawa dan ion molekular yang diidentifikasi, dan juga teknik ini

memungkinkan untuk mengukur ion secara akurat untuk memastikan

jumlah dari atom hidrogen, karbon, oksigen dan atom lain yang terdapat

dalam suatu molekul. Spektroskopi massa akan memberikan hasil data

berupa rumus molekul (Heinrich, 2004).

Komponen spektroskopi massa terdiri dari sumber ion, filter,

pengumpul ion, dan detektor (Day and Underwood., 1999).

2.6 Tanaman Jinten Hitam (Nigella sativa L.)

2.6.1 Morfologi Tanaman Jinten Hitam (Nigella sativa L.)

Jinten hitam merupakan jenis tanaman terna setahun berbatang

tegak. Memiliki batang berusuk dan berbulu tegak, rapat atau jarang-

jarang dengan disertai adanya bulu-bulu berkelenjar. Bentuk daun lanset,

berbentuk garis dengan panjang 1,5-2 cm. Ujung runcing dan memiliki 3

tulang daun berbulu. Memiliki daun tunggal atau majemuk yang posisinya

tersebar atau berhadapan. Daun pembalut bunga kecil. Tanaman jinten

hitam ini memiliki jumlah kelopak bunga 5 dengan bentuk bundar telur

yang ujungnya agak meruncing sampai agak tumpul. Pangkal mengecil

membentuk sudut yang pendek dan besar. Memiliki bulu pada mahkota

bunga yang jarang dan pendek dengan jumlah mahkota bunga pada

umumnya 8 dan bentuk agak memanjang namun lebih kecil dari kelopak

bunga. Bibir bunga 2, bibir bagian atas pendek, lanset, ujung memanjang

berbentuk benang dan bibir bagian bawah memiliki ujung tumpul. Benang

sari banyak dan gundul, kepala sari jorong, berwarna kuning, dan sedikit

tajam. Memiliki buahd engan bentuk bulat telur atau agak bulat. Biji

jorong bersudut 3 tidak beraturan yang sedikit membentuk kerucut,

Page 35: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

20

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

panjang 3 mm, berkelenjar, dan berwarna hitam (Materia Medika Jilid III,

1979).

Gambar 2.1 Tanaman dan Biji Jinten Hitam (Nigella sativa L.)

(Sumber: Rajsekhar, et al., 2011, telah diolah kembali)

Klasifikasi Tanaman (USDA)

Kingdom : Plantae

Sub Kindom : Tracheobionta

Super Divisi : Spermatopita

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Magnoliidae

Ordo : Ranunculales

Family : Ranunculaceae

Genus : Nigella L

Spesies : Nigella sativa L

2.6.2 Bagian Tanaman yang Digunakan

Bagian tanaman yang digunakan pada tanaman jinten hitam adalah

bagian bijinya. Biji jinten hitam mengandung minyak atsiri sampai 1,5%,

karven 45-60%, d-limonena, simena dan terpen-terpen lainnya, glukosida

saponin, glukosida beracun melantin, minyak lemak 37,5% dan zat pahit.

Penggunaan sebagai stimulan, karminatif, emenagoga, galaktatoga, dan

diaforetika (Materia Medika Jilid III, 1979).

Page 36: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

21

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2.6.3 Kandungan Kimia Biji Jinten Hitam (Nigella sativa L.)

Berdasarkan historisnya, investigasi senyawa kimia pada biji

Nigella sativa L. pertama kali dimulai pada tahun 1880 dengan kandungan

minyak 37% dan abu 4,1% (El-Din, et al., 2006). Pada minyak biji jinten

hitam mengandung minyak statis dan minyak atsiri. Komposisi senyawa

kimia minyak atsiri dan minyak statis biji jinten hitam secara umum dapat

dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2.1 Komposisi Senyawa Kimia Minyak Atsiri Biji Jinten Hitam

(Nigella sativa L.)

Senyawa Kandungan (%) Senyawa Kandungan (%)

α- thujene 2,4 Fenchone 1,1

α- pinene 1,2 Dihydrocarvone 0,3

Sabinene 1,4 Carvone 4,0

β- pinene 1,3 Thymoquinone 0,6

Myrcene 0,4 Terpinen-4-ol 0,7

p-cymene 14,8 Carvacrol 1,6

α- phellandrene 0,6 p-cymene-8-ol 0,4

Limonene 4,3 α- longipinene 0,3

γ- terpinene 0,5 Longifolene 0,7

[Sumber: Nickavar, et al., 2003, dengan pengolahan kembali]

Tabel 2.2 Komposisi Senyawa Kimia Minyak Statis Biji Jinten Hitam

(Nigella sativa L.)

Senyawa Kandungan (%)

Asam linoleat 55,6

Asam oleat 23,4

Asam palmitat 12,5

Asam linolenat 0,4

Asam stearat 3,4

Asam laurat 0,6

Asam miristat 0,5

Asam eicosadienoat 3,1

Total asam lemak 99,5

[Sumber: Nickavar, et al., 2003, dengan pengolahan kembali]

Page 37: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

22

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2.6.4 Aktivitas Farmakologi Minyak Biji Jinten Hitam

a. Antikanker

Pada jurnal Rajsekhar, et a.l, 2011 dilakukan penelitian

thymoquinone yang memiliki aktivitas penghambatan dari

antineoplastik. Minyak esensial diinjeksikan langsung ke tumor,

dalam mengurangi volume tumor, menghambat perkembangan

metastatis dan menunda kematian dari aktivitas tumor P815 pada

tumor tikus. Thymoquinone menunjukkan pertumbuhan aktivitas

penghambatan antineoplastik in vitro dan in vivo yang menjanjikan

terhadap variasi sel tumor dan aktivitas penghambatan pada

pertumbuhan sel kanker dan kemampuan untuk menginduksi

apoptosis. Thymoquinone didapatkan aktif terhadap variasi sel

kanker pada manusia yang resisten terhadap multidrug.

Thymoquinone juga menunjukkan aktivitas antineoplastik pada sel

kanker prostat yang telah dibuktikan dengan senyawanya yang

secara efektif memblok fase G1 sel kanker prostat dari memasuki

fase S dan oleh karena itu dapat digunakan dalam pengobatan

kanker prostat, khususnya dalam kasus hormon yang sulit

disembuhkan. Thymoquinone juga memproduksi destruksi selular

yang signifikan dan gangguan fungsi metabolik selular dari SW-

626 sel kanker colon pada manusia, yang mana dapat dibandingkan

dengan efek dari 5-fluorourasil.

Pada jurnal Hassan, et al., 2008, telah dilakukan penelitian

efek thymoquinone sebagai antikanker pada sel karsinoma

hepatoseluler (HepG2). Studi ini dilakukan dengan memberikan

pengobatan pada sel karsinoma hepatoseluler (HepG2) dengan

thymoquinone konsentrasi bertingkat (25-400 μM) selama 12-24

jam. Kemudian kelangsungan hidup dan proliferasi dari sel uji

dimonitor. Hasil dari studi ini dapat dilihat berdasarkan data yang

menunjukkan bahwa pengobatan sel dengan konsentrasi < 200 μM

menghasilkan penghambatan yang signifikan dari kelangsungan

hidup sel pada 12-24 jam dibandingkan dengan kontrol.

Page 38: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

23

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

b. Antioksidan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Muhamma Raza, et

al., 2006 senyawa thymoquinone yang terdapat dalam minyak atsiri

biji jinten hitam dalam bentuk minuman untuk pencegahan yang

diberikan selama 5 hari (8 mg/kg/hari p.o.) terbukti dapat

melindungi mencit dari hepatotoksisitas yang diinduksi oleh CCl4.

Efek hepatoprotektif dari thymoquinone terhadap hepatotoksisitas

yang diinduksi oleh CCl4 ditunjukkan oleh pencegahan yang

signifikan untuk peningkatan serum ALT, AST dan LDH yang

terkait dengan penghambatan yang signifikan dalam produksi

peroksida oleh lipid di hati.

c. Antimikroba

Aktivitas antimikroba telah dievaluasi menggunakan

metode disc diffusion. Minyak atsiri dengan konsentrasi 20 μg

untuk test diaplikasikan ke disc. Hasil aktivitas antimikroba dari

minyak atsiri Nigella sativa dibandingkan berdasarkan dengan

standard, efikasi minyak atsiri jauh lebih baik daripada standard.

(Rajsekhar, et al., 2011).

d. Antidiabetes

Dalam studi yang dilakukan oleh Rajsekhar, et al., 2011

melakukan penelitian tentang aktivitas antidiabetes yang dievaluasi

pada sukarelawan manusia. Biji Nigella sativa digunakan sebagai

terapi adjuvant untuk pengobatan. Sejumlah 94 pasien direkrut dan

dibagi secara acak dalam 3 grup dosis. Kapsul berisi Nigella sativa

diberikan secara oral dalam dosis 1, 2, dan 3 mg/hari selama 3

bulan. Nigella sativa pada dosis 2 mg/hari menyebabkan

penurunan yang signifikan terhadap FBG, 2hPG, dan HbA tanpa

mempengaruhi berat badan secara signifikan. Gula darah puasa

menurun, dan fungsi sel β meningkat pada 12 minggu pengobatan.

Page 39: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

24

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Analisis Obat dan Pangan

Halal, Laboratorium Penelitian I, Laboratorium Penelitian II, dan

Laboratorium Farmakognosi Fitokimia, Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dimulai

dari bulan Juni 2015.

3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Gas

Chromatography-Mass Spectrometry (GCMS) (Agilent Technologies

7890A), stand up stirrer (STIRER IKA), alat sentrifugasi, pH meter

(Horiba pH meter F-52), viskometer (HAAKE Visco Tester 6R), rotary

evaporator (Eyela), timbangan analitik (AND GH-202), mikroskop optik

(Olympus), botol sediaan (Schott Duran), corong pisah (Pyrex), gelas ukur

(Pyrex), beaker glass (Pyrex), labu erlenmeyer (Pyrex), magnetic stirrer,

hot plate, vial, cawan penguap, kaca arloji, pipet tetes, batang pengaduk,

dan spatula.

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak

biji jinten hitam (Nigella sativa, L seed oil) (CV Cipta Anugerah),

tragakan (Brataco), sukrosa (CV Cipta Anugerah), natrium benzoat (CV

Cipta Anugerah), α-tocopherol (CV Cipta Anugerah), dan aquades. Untuk

pereaksi kimia yang digunakan adalah n-heksan pro analisis (Merck) dan

HCl pekat pro analisis (Smart Lab).

Page 40: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

25

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Penyiapan Sampel Minyak Biji Jinten Hitam

Sampel minyak biji jinten hitam didapatkan dari CV Cipta Anugrah.

Dibeli sebanyak tiga liter pada tanggal 16 Desember 2014. Sampel yang

dibeli memiliki certificate of analysis (COA). Pada COA terdapat data

karakterisasi dari minyak biji jinten hitam yang meliputi:

Organoleptis : berwarna kuning pucat sampai kuning dan

kuning kehijauan, berbentuk cairan kental

Berat jenis : 0,9152 - 0,9260

Nilai asam : maksimal 10

Nilai peroksida : maksimal 45 ml oksigen dalam setiap kg

sampel

Waktu simpan : 24 bulan dalam penyimpanan yang tepat

Penyimpanan : dalam ruang gelap, dingin (tidak lebih dari

20oC), kering dan ruang berventilasi

Komponen utama : asam stearat 2-3%, asam oleat 20-30%, asam

linoleat 50-65%

3.3.2 Pembuatan Emulsi Minyak Biji Jinten Hitam

A. Formula Emulsi Minyak Biji Jinten Hitam

Formula dari emulsi minyak biji jinten hitam kontrol (tanpa α-

tocopherol) dan sampel (dengan penambahan α-tocopherol) dapat

dilihat pada tabel 3.1 berikut ini.

Tabel 3.1 Formula Emulsi Kontrol Minyak Biji Jinten Hitam (Tanpa

α-tocopherol)

Bahan Konsentrasi

Minyak Biji Jinten Hitam 10%

Tragakan 1,5%

Natrium Benzoat 0,1%

Sukrosa 25%

Aquades Ad 100%

[sumber: Indayanti, 2014, dengan pengolahan kembali]

Page 41: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

26

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Tabel 3.2 Formula Emulsi Sampel Minyak Biji Jinten Hitam (dengan

Penambahan α-tocopherol)

Bahan Konsentrasi

Minyak Biji Jinten Hitam 10%

Tragakan 1,5%

Natrium Benzoat 0,1%

Sukrosa 25%

α-tocopherol 0,02%

Aquades Ad 100%

[sumber: Indayanti, 2014, dengan pengolahan kembali]

B. Pembuatan Emulsi Kontrol Minyak Biji Jinten Hitam (Indayanti,

2014)

1. Alat dan bahan disiapkan, kemudian ditimbang bahan–

bahan yang digunakan.

2. Sukrosa dilarutkan dalam aquadest sebanyak 62,5 ml

menggunakan bantuan magnetic stirrer.

3. Natrium benzoat dilarutkan dalam 1 ml aquadest dan

diaduk menggunakan batang pengaduk.

4. Tragakan didispersikan dengan aquades sebanyak 150 ml di

dalam beaker glass kemudian dihomogenkan menggunakan

stand up stirrer dengan kecepatan 950 rpm selama 30

menit.

5. Setelah homogen kemudian tambahkan minyak biji jinten

hitam sedikit demi sedikit sambil terus dihomogenkan

hingga terbentuk korpus emulsi.

6. Kemudian ditambahkan larutan sukrosa, larutan natrium

benzoat, dan sisa aquadest sambil terus dihomogenkan

selama 35 menit dengan kecepatan 1911 rpm.

7. Emulsi yang dihasilkan kemudian ditempatkan dalam botol

bening 100 ml yang tertutup rapat dan disimpan pada suhu

ruang selama 21 hari.

Page 42: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

27

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

8. Masing-masing botol diberi label untuk membedakan hari

evaluasi. Evaluasi dilakukan pada hari ke 0, 2, 7, 14, dan

21.

9. Suhu ruang yang pada kondisi penyimpanan emulsi

berkisar 25-27oC.

C. Pembuatan Emulsi Sampel Minyak Biji Jinten Hitam (Indayanti,

2014)

Prosedur pembuatan emulsi sampel minyak biji jinten

hitam sama dengan pembuatan emulsi kontrol, perbedaannya hanya

pada nomor 5 minyak biji jinten hitam telah dicampur dengan

antioksidan α-tocopherol.

3.3.3 Evaluasi Fisik Emulsi Minyak Biji Jinten Hitam Sebelum dan Setelah

Penyimpanan

Parameter untuk uji stabilitas, yaitu:

a. Pengamatan Organoleptis Emulsi Minyak Biji Jinten Hitam (Baby,

et al., 2007)

Pengamatan organoleptis emulsi dilakukan dengan

mengamati warna, bau, dan pemisahan dari sediaan emulsi pada

hari ke 0, 2, 7, 14, dan 21.

b. Uji Tipe Emulsi Minyak Biji Jinten Hitam

Pengujian tipe emulsi dilakukan dengan metode

pengenceran dengan aquades. Emulsi ditempatkan dalam beaker

glass 100 ml, lalu ditambahkan aquades sedikit demi sedikit. Jika

bercampur maka tipe emulsi minyak dalam air (Aulton, 2011).

Pengujian tipe emulsi dilakukan pada hari ke 0, 2, 7, 14,

dan 21.

c. Pengukuran Nilai pH Emulsi Minyak Biji Jinten Hitam

Pengukuran pH emulsi dilakukan dengan menggunakan pH

meter. Pengukuran pH dilakukan pada hari ke 0, 2, 7, 14, dan 21

(Departemen Kesehatan RI, 1995).

Page 43: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

28

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

d. Pengukuran Nilai Viskositas Emulsi Minyak Biji Jinten Hitam

(Indayanti, 2014)

Pengukuran viskositas emulsi dilakukan dengan

menggunakan viskometer HAAKE ViscoTester 6R. Sediaan

ditempatkan dalam beaker glass 100 ml kemudian digunakan

spindel no.3 dengan kecepatan 60 rpm. Pengukuran viskositas ini

dilakukan pada hari ke 0, 2, 7, 14 dan 21.

e. Pengukuran Nilai Diameter Globul Rata-rata Emulsi Minyak Biji

Jinten Hitam

Diameter globul rata-rata diukur dengan menggunakan

mikroskop optik dengan cara emulsi diletakkan pada kaca objek,

kemudian diamati dengan mikroskop perbesaran 10 x 10.

Pengukuran diameter partikel rata-rata dilakukan pada hari ke 0, 2,

7, 14, dan 21 (Departemen Kesehatan RI, 1995).

f. Uji Sentrifugasi Emulsi Minyak Biji Jinten Hitam

Sediaan emulsi sebanyak 5 gram dimasukkan ke dalam

tabung sentrifugasi, kemudian dilakukan sentrifugasi pada

kecepatan 3500 rpm selama 3 menit. Hasil sentrifugasi dapat

diamati dengan adanya pemisahan atau tidak (Suraweera, 2014).

3.3.4 Analisis Komponen Kimia Minyak Emulsi Minyak Biji Jinten Hitam

Sebelum dan Setelah Penyimpanan

A. Pemilihan Kondisi Optimasi GCMS Minyak Biji Jinten Hitam

Optimasi GCMS dilakukan dengan sampel minyak biji jinten hitam

sebanyak 1 μl disuntikkan ke GCMS. Pengaturan kondisi alat GCMS

dilakukan berdasarkan jurnal Kostadinovic, et al., 2011 yang telah

dimodifikasi.

Mode split yang digunakan adalah 1 : 50, laju alir 1 ml/menit dan

suhu oven diatur 100oC ditahan 3 menit, lalu dinaikkan hingga 260

oC

dan laju kenaikan 10oC ditahan 1 menit.

Page 44: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

29

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

B. Analisis Komponen Kimia Emulsi Minyak Biji Jinten Hitam Sebelum

dan Setelah Penyimpanan

1. Preparasi Sampel

a. Demulsifikasi Emulsi Minyak Biji Jinten Hitam

Untuk memecah emulsi sehingga fase minyak dan

fase airnya terpisah dilakukan dengan cara menimbang

sampel sebanyak 20 g lalu ditempatkan di erlenmeyer dan

ditambahkan 5 ml HCl pekat dan 9 ml aquades kemudian

dikocok (Indayanti, 2014).

b. Ekstraksi Cair-cair Minyak Emulsi Minyak Biji Jinten

Hitam

Setelah dikocok kemudian sampel dipindahkan ke

corong pisah dan ditambahkan 15 ml n-heksan lalu

diekstraksi. Ekstraksi dilakukan sebanyak 3 kali. Lalu fase

n-heksan yang didapat digabung dan dievaporasi sampai

didapatkan minyak pekat (Indayanti, 2014).

2. Analisis Komponen Kimia Minyak Emulsi Minyak Biji Jinten

Hitam Sebelum dan Setelah Penyimpanan

Minyak pekat hasil pemecahan emulsi kemudian dianalisis

sebelum dan setelah penyimpanan. Analisis dilakukan pada

hari ke 0, 2, 7, 14, dan 21. Kestabilan dilihat berdasarkan pola

kromatogram dari emulsi minyak biji jinten hitam sebelum dan

setelah penyimpanan berdasarkan persen area dari beberapa

komponen senyawa aktif yang terkandung di dalam minyak

biji jinten hitam (Indayanti, 2014).

Page 45: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

30

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pembuatan Emulsi Minyak Biji Jinten Hitam

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh

Indayanti, 2014 didapatkan kondisi optimasi stand up stirrer untuk

membentuk emulsi yang homogen yaitu 950 rpm. Pembuatan emulsi

minyak biji jinten hitam ini dilakukan dengan cara mendispersikan

tragakan dalam aquadest dengan perbandingan 1:20 lalu dihomogenkan

dengan kecepatan 965 rpm selama 30 menit sampai homogen dan

berwarna putih susu. Sukrosa dilarutkan dalam aquadest dengan bantuan

magnetic stirrer untuk mempermudah pelarutan sukrosa sehingga lebih

cepat larut dan homogen, dan natrium benzoat juga dilarutkan dalam

aquadest dalam wadah yang berbeda. Setelah tragakan homogen dan

terbentuk warna putih susu, minyak jinten hitam yang telah ditambahkan

dengan antioksidan α-tocopherol dimasukkan sampai terbentuk korpus

emulsi. Selanjutnya dimasukkan larutan sukrosa dan larutan natrium

benzoat, dihomogenkan dengan kecepatan 1915 rpm selama 30 menit.

Hasil emulsi yang didapat yaitu berwarna kuning kecoklatan, memiliki bau

khas minyak biji jinten hitam, dan emulsi homogen, lalu hasil emulsi

dimasukkan ke dalam botol sediaan dan masing-masing diberi label, lalu

disimpan pada suhu ruang (25-27oC).

4.2 Evaluasi Fisik Emulsi Minyak Biji Jinten Hitam

4.2.1 Pengamatan Organoleptis Emulsi Minyak Biji Jinten Hitam Sebelum

dan Setelah Penyimpanan

Hasil dari pengamatan organoleptis emulsi minyak biji jinten hitam

sebelum dan setelah penyimpanan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Organoleptis Emulsi Kontrol Minyak Biji Jinten

Hitam

Hari

ke-

Hasil Pengamatan Organoleptis Emulsi Kontrol 1

Warna Bau Pemisahan

0 Kuning kecoklatan Khas minyak jinten hitam Homogen

2 Kuning kecoklatan Khas minyak jinten hitam Homogen

7 Kuning kecoklatan Khas minyak jinten hitam Homogen

14 Kuning kecoklatan Khas minyak jinten hitam Homogen

21 Kuning kecoklatan Khas minyak jinten hitam Sedikit terpisah

Page 46: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

31

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Hari

ke-

Hasil Pengamatan Organoleptis Emulsi Kontrol 2

Warna Bau Pemisahan

0 Kuning kecoklatan Khas minyak jinten hitam Homogen

2 Kuning kecoklatan Khas minyak jinten hitam Homogen

7 Kuning kecoklatan Khas minyak jinten hitam Sedikit terpisah

14 Kuning kecoklatan Khas minyak jinten hitam Sedikit terpisah

21 Kuning kecoklatan Khas minyak jinten hitam Sedikit terpisah

Hari Ke-0 Hari Ke-2 Hari Ke-7

Hari Ke-14 Hari Ke-21

Gambar 4.1 Hasil Pengamatan Organoleptis Emulsi Kontrol 1

Hari Ke-0 Hari Ke-2 Hari Ke-7

Hari Ke-14 Hari Ke-21

Gambar 4.2 Hasil Pengamatan Organoleptis Emulsi Kontrol 2

Page 47: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

32

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Organoleptis Emulsi Sampel Minyak Biji Jinten

Hitam

Hari

ke-

Hasil Pengamatan Organoleptis Emulsi Sampel 1

Warna Bau Pemisahan

0 Kuning kecoklatan Khas minyak jinten hitam Homogen

2 Kuning kecoklatan Khas minyak jinten hitam Homogen

7 Kuning kecoklatan Khas minyak jinten hitam Homogen

14 Kuning kecoklatan Khas minyak jinten hitam Homogen

21 Kuning kecoklatan Khas minyak jinten hitam Homogen

Hari

ke-

Hasil Pengamatan Organoleptis Emulsi Sampel 2

Warna Bau Pemisahan

0 Kuning kecoklatan Khas minyak jinten hitam Homogen

2 Kuning kecoklatan Khas minyak jinten hitam Homogen

7 Kuning kecoklatan Khas minyak jinten hitam Homogen

14 Kuning kecoklatan Khas minyak jinten hitam Homogen

21 Kuning kecoklatan Khas minyak jinten hitam Homogen

Hari Ke-0 Hari Ke-2 Hari Ke-7

Hari Ke-14 Hari Ke-21

Gambar 4.3 Hasil Pengamatan Organoleptis Emulsi Sampel 1

Page 48: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

33

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Hari Ke-0 Hari Ke-2 Hari Ke-7

Hari Ke-14 Hari Ke-21

Gambar 4.4 Hasil Pengamatan Organoleptis Emulsi Sampel 2

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa hasil organoleptis dari

kedua emulsi sampel minyak biji jinten hitam sebelum dan setelah

penyimpanan selama 21 hari tidak terjadi perubahan dari segi warna yang

masih kuning kecoklatan dari hari ke-0 sampai hari ke-21 dan bau khas

minyak jinten hitam yang tidak berubah dari hari ke-0 sampai hari ke-21.

Pemisahan juga tidak terjadi selama penyimpanan 21 hari tersebut.

Perbedaan dapat dilihat pada tabel 4.3 dan 4.4 antara emulsi kontrol

minyak biji jinten hitam dengan emulsi sampel minyak biji jinten hitam, di

mana pada emulsi kontrol 1 terjadi sedikit pemisahan pada hari ke-21 dan

pada emulsi kontrol 2 terjadi sedikit pemisahan pada hari ke 7, 14, dan 21.

Sedangkan emulsi sampel lebih stabil tidak terjadi pemisahan selama

penyimpanan 21 hari.

Page 49: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

34

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

4.2.2 Pengujian Tipe Emulsi Minyak Biji Jinten Hitam Sebelum dan

Setelah Penyimpanan

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Tipe Emulsi Kontrol

Hari

ke-

Tipe Emulsi

Kontrol 1 Kontrol 2

0 Minyak dalam Air

(M/A)

Minyak dalam Air

(M/A)

2 Minyak dalam Air

(M/A)

Minyak dalam Air

(M/A)

7 Minyak dalam Air

(M/A)

Minyak dalam Air

(M/A)

14 Minyak dalam Air

(M/A)

Minyak dalam Air

(M/A)

21 Minyak dalam Air

(M/A)

Minyak dalam Air

(M/A)

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Tipe Emulsi Sampel

Hari

ke-

Tipe Emulsi

Emulsi 1 Emulsi 2

0 Minyak dalam Air

(M/A)

Minyak dalam Air

(M/A)

2 Minyak dalam Air

(M/A)

Minyak dalam Air

(M/A)

7 Minyak dalam Air

(M/A)

Minyak dalam Air

(M/A)

14 Minyak dalam Air

(M/A)

Minyak dalam Air

(M/A)

21 Minyak dalam Air

(M/A)

Minyak dalam Air

(M/A)

Pengujian tipe emulsi dilakukan dengan metode pengenceran

dengan aquades. Ketika emulsi dimasukkan ke dalam beaker glass dan

ditambahkan aquades sedikit demi sedikit, hasilnya yaitu emulsi

bercampur dengan aquades yang menandakan bahwa emulsi tersebut

adalah emulsi minyak dalam air. Pengujian dari hari ke-0 sampai hari ke-

21 menunjukkan bahwa emulsi kontrol ataupun sampel tetap merupakan

emulsi tipe minyak dalam air.

Page 50: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

35

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

4.2.3 Pengukuran Nilai Rata-rata pH Emulsi Minyak Biji Jinten Hitam

Sebelum dan Setelah Penyimpanan

Pengukuran nilai pH emulsi dilakukan menggunakan alat pH

meter. Hasil pengukuran nilai pH dapat dilihat pada tabel dan gambar

berikut ini.

Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Nila Rata-rata pH Emulsi Kontrol Minyak Biji

Jinten Hitam

Hari ke- Nilai pH Emulsi Kontrol

Kontrol 1 Kontrol 2 Rata-rata

0 5,999 6,192 6,095

2 5,934 5,809 5,871

7 5,633 5,995 5,814

14 5,138 5,197 5,167

21 4,261 4,752 4,493

Tabel 4.6 Hasil Pengukuran Nilai Rata-rata pH Emulsi Sampel Minyak Biji Jinten

Hitam

Hari ke- Nilai pH Emulsi Sampel

Emulsi 1 Emulsi 2 Rata-rata

0 6,048 6,049 6,0485

2 5,946 5,980 5,963

7 5,935 5,941 5,938

14 5,934 5,939 5,936

21 5,332 5,935 5,633

Gambar 4.5 Grafik Perbandingan Nilai Rata-rata pH Emulsi Kontrol dan Emulsi Sampel Minyak

Biji Jinten Hitam Sebelum dan Setelah Penyimpanan

6.0485 5.963 5.938 5.936 5.633

6.095 5.871 5.814

5.167

4.493

0

1

2

3

4

5

6

7

0 2 7 14 21

Nil

ai

pH

Hari ke-

Nilai Rata-rata pH Emulsi Kontrol dan Sampel

Sampel

Kontrol

Page 51: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

36

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Berdasarkan grafik pada gambar 4.1 dapat dilihat perbandingan

antara nilai rata-rata pH emulsi kontrol dan emulsi sampel dari hari ke-0

sampai hari ke-21. Hasil nilai rata-rata pH yang diperoleh yaitu nilai pH

baik emulsi kontrol atau emulsi sampel keduanya semakin menurun

selama penyimpanan dari hari ke-0 sampai hari ke-21. Penurunan nilai pH

emulsi kontrol dan emulsi sampel masing-masing sebesar 1,602 dan

0,4155. Hasil tersebut menunjukkan bahwa emulsi sampel mengalami

penurunan pH yang lebih kecil dibandingkan dengan emulsi kontrol.

Penurunan pH yang terjadi pada sediaan oral umumnya disebabkan oleh

penguraian lemak akibat hidrolisis, adanya oksidasi, pengaruh cahaya,

serta pertumbuhan mikroorganisme (Martin, et al., 1993). Tetapi pada

penelitian ini tidak dilakukan pengujian lebih lanjut mengenai penyebab

dari penurunan pH pada sediaan emulsi.

4.2.4 Pengukuran Nilai Rata-rata Viskositas Emulsi Minyak Biji Jinten

Hitam Sebelum dan Setelah Penyimpanan

Tabel 4.7 Hasil Pengukuran Nilai Rata-rata Viskositas Emulsi Kontrol Minyak

Biji Jinten Hitam

Hari ke- Nilai Viskositas Emulsi Kontrol (cps)

Kontrol 1 Kontrol 2 Rata-rata

0 950 990 970

2 830 890 860

7 650 650 650

14 310 440 375

21 200 240 220

Tabel 4.8 Hasil Pengukuran Nilai Rata-rata Viskositas Emulsi Sampel Minyak

Biji Jinten Hitam

Hari ke- Nilai Viskositas Emulsi Sampel (cps)

Emulsi 1 Emulsi 2 Rata-rata

0 920 910 915

2 900 880 890

7 730 750 740

14 580 590 585

21 450 520 485

Page 52: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

37

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Gambar 4.6 Grafik Perbandingan Nilai Rata-rata Viskositas Emulsi Kontrol dan Emulsi Sampel

Minyak Biji Jinten Hitam Sebelum dan Setelah Penyimpanan

Berdasarkan grafik pada gambar 4.3 dapat dilihat perbandingan

nilai viskositas antara emulsi kontrol dan emulsi sampel minyak biji jinten

hitam sebelum dan setelah penyimpanan selama 21 hari. Pada grafik

terlihat bahwa nilai viskositas baik pada emulsi kontrol ataupun emulsi

sampel mengalami penurunan. Penurunan nilai rata-rata viskositas pada

emulsi kontrol dari hari ke-0 sampai hari ke-21 adalah sebesar 750 cps,

sedangkan pada emulsi sampel dari hari ke-0 sampai hari ke-21 mengalami

penurunan sebesar 430 cps.

Viskositas merupakan nilai yang menunjukkan satuan kekentalan

medium pendispersi dari suatu sistem emulsi. Pada penelitian ini terjadi

penurunan viskositas yang dapat disebabkan karena beberapa hal yaitu

faktor pencampuran atau pengadukan saat membuat emulsi, faktor

pemilihan zat pengental, konsentrasi zat pengental, dan ukuran partikel

dispersi (Anita, 2008; Budiman, 2008).

Jika suatu emulsi memiliki viskositas yang semakin tinggi, maka

semakin baik penghambatan agregasi atau penggabungan kembali droplet,

apabila viskositas menurun berarti sediaan semakin encer di mana fase

terdispersi akan mudah bergerak dalam medium pendispersi sehingga

915 890

740

585

485

970

860

650

375

220

0

200

400

600

800

1000

1200

0 2 7 14 21

Vis

ko

sita

s (c

ps)

Hari ke-

Nilai Rata-rata Viskositas Emulsi Kontrol dan Sampel

Sampel

Kontrol

Page 53: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

38

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

peluang terjadinya tabrakan antar globul akan semakin tinggi dan

menyebabkan globul tersebut cenderung bergabung menjadi partikel yang

lebih besar (Kailaku, et al., 2012; Traynor, et al., 2013).

4.2.5 Pengukuran Nilai Rata-rata Diameter Globul Emulsi Minyak Biji

Jinten Hitam Sebelum dan Setelah Penyimpanan

Tabel 4.9 Hasil Pengukuran Nilai Rata-rata Diameter Globul Emulsi Kontrol

Minyak Biji Jinten Hitam

Hari ke- Diameter Globul Rata-rata Emulsi Kontrol (μm)

Kontrol 1 Kontrol 2 Rata-rata

0 13,563 13,205 13,384

2 14,136 13,166 13,651

7 15,774 14,888 15,331

14 15,695 15,710 15,702

21 16,616 15,960 16,288

Tabel 4.10 Hasil Pengukuran Nilai Rata-rata Diameter Globul Emulsi Sampel

Minyak Biji Jinten Hitam

Hari ke- Diameter Globul Rata-rata Emulsi Sampel (μm)

Emulsi 1 Emulsi 2 Rata-rata

0 8,925 9,29 9,1075

2 9,69 9,906 9,798

7 15,85 13,72 14,785

14 14,54 16,13 15,335

21 17,52 13,96 15,74

Gambar 4.7 Grafik Perbandingan Nilai Rata-rata Diameter Globul Emulsi Kontrol dan Emulsi

Sampel Minyak Biji Jinten Hitam Sebelum dan Setelah Penyimpanan

9.1075 9.798

14.785 15.335 15.74

13.384 13.651

15.331 15.702 16.288

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

0 2 7 14 21

Dia

mete

r G

lob

ul

(μm

)

Hari ke-

Sampel

Kontrol

Page 54: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

39

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Berdasarkan grafik pada gambar 4.4 dapat dilihat perbandingan

nilai rata-rata globul antara emulsi kontrol dan emulsi sampel minyak biji

jinten hitam sebelum dan setelah penyimpanan selama 21 hari. Nilai rata-

rata diameter globul baik pada emulsi kontrol ataupun emulsi sampel

terjadi peningkatan seiring dengan lamanya waktu penyimpanan.

Peningkatan nilai rata-rata diameter globul emulsi minyak biji jinten hitam

kontrol (tanpa α-tocopherol) selama penyimpanan 21 hari sebesar 2,904

μm. Sedangkan peningkatan nilai rata-rata diameter globul pada emulsi

sampel (dengan penambahan α-tocopherol) selama penyimpanan 21 hari

sebesar 6,6325 μm. Emulgator yang tidak cukup kuat akan menyebabkan

peningkatan ukuran diameter globul, dan hal tersebut juga menyebabkan

viskositas sediaan menurun. Akan tetapi peningkatan nilai rata-rata

diameter globul kedua emulsi tersebut masih normal, di mana ukuran

diameter globul tersebut masih memenuhi persyaratan ukuran globul untuk

emulsi yang baik yaitu 0,1-50 μm (Deman J.M., 1997). Selain itu, ukuran

diameter globul dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya

emulgator yang digunakan, pencampuran, dan pengadukan (Mayawati, et

al., 2014).

4.2.6 Uji Sentrifugasi Emulsi Minyak Biji Jinten Hitam

Tabel 4.11 Hasil Uji Sentrifugasi Emulsi Kontrol Minyak Biji Jinten Hitam Sediaan Sebelum Sentrifugasi Setelah Sentrifugasi

Kontrol 1 Homogen Terjadi pemisahan 2 fase

(fase atas: minyak, fase

bawah: air)

Kontrol 2 Homogen Terjadi pemisahan 2 fase

(fase atas: minyak, fase

bawah: air)

Tabel 4.12 Hasil Uji Sentrifugasi Emulsi Sampel Minyak Biji Jinten Hitam Sediaan Sebelum Sentrifugasi Setelah Sentrifugasi

Emulsi 1 Homogen Terjadi pemisahan 2 fase

(fase atas: minyak, fase

bawah: air)

Emulsi 2 Homogen Terjadi pemisahan 2 fase

(fase atas: minyak, fase

bawah: air)

Page 55: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

40

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Kontrol 1 Kontrol 2 Sampel 1 Sampel 2

Gambar 4.8 Hasil Uji Sentrifugasi Emulsi Minyak Biji Jinten Hitam

Uji sentrifugasi dilakukan untuk mengevaluasi dan meramalkan

shelf-life dari suatu emulsi dengan mengamati pemisahan fase (Lachman,

et al., 1994). Pada tabel 4.13 dan tabel 4.14 dapat dilihat bahwa hasil uji

sentrifugasi sebelum dilakukan penyimpanan pada emulsi kontrol ataupun

emulsi sampel keduanya mengalami pemisahan menjadi 2 fase setelah

dilakukan sentrifugasi, dimana lapisan atas merupakan fase minyak dan

lapisan bawah merupakan fase air. Pembentukan suatu lapisan minyak

secara cepat setelah sentrifugasi merupakan tanda pertama untuk fenomena

ketidakstabilan yang menyebabkan umur simpan sediaan tersebut semakin

singkat (Nabiela, 2013). Oleh karena itu, dengan adanya pemisahan fase

emulsi pada saat sentrifugasi menunjukkan bahwa formula emulsi tersebut

tidak stabil dan sebaiknya dilakukan optimasi formula.

4.3 Evaluasi Komponen Kimia Minyak Emulsi Minyak Biji Jinten Hitam

Sebelum dan Setelah Penyimpanan

Uji stabilitas sediaan emulsi minyak biji jinten hitam yang telah

dibuat dilakukan melalui evaluasi fisik dan evaluasi komponen kimia

berdasarkan dari profil kromatogram GCMS sebelum dan setelah

penyimpanan selama 21 hari. Evaluasi tersebut dilakukan pada hari ke- 0,

2, 7, 14, dan 21.

Berdasarkan hasil kromatogram (terlampir) dapat dilihat puncak

dari senyawa minyak atsiri yang terkandung dalam emulsi minyak biji

jinten hitam baik sebelum dan setelah penyimpanan.

Page 56: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

41

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Berdasarkan literatur, minyak biji jinten hitam mengandung

berbagai senyawa yang memiliki aktivitas sebagai antioksidan. Senyawa-

senyawa tersebut di antaranya adalah thymoquinone, limonene, α-pinene,

terpinen-4-ol, longifolen, p-cymene, o-cymene, carvone, acid octadionic,

asam stearat, asam oleat, asam palmitat, asam miristik, dll. (Nickavar,

Bahman, et al., 2003). Pada evaluasi komponen kimia emulsi minyak biji

jinten hitam ini senyawa yang akan diamati selama penyimpanan 21 hari

yaitu thymoquinone karena senyawa ini merupakan senyawa antioksidan

utama dalam minyak biji jinten hitam. Hasil tersebut dapat dilihat pada

tabel 4.15 dan 4.16 dibawah ini.

Tabel 4.13 Kandungan Senyawa Antioksidan Emulsi Kontrol Sebelum dan

Setelah Penyimpanan

Kandungan Senyawa Antioksidan Emulsi Kontrol

No. Senyawa Area (%) Hari ke-

0 2 7 14 21

1 Thymoquinone 79,429 72,575 60,435 38,249 21,357

2 p-Cymene - 0,851 4,864 7,714 12,286

3 Terpinen 4-ol 4,830 7,086 11,635 10,363 7,879

4 Longifolen - - 0,895 1,097 1,433

Tabel 4.14 Kandungan Senyawa Antioksidan Emulsi Sampel Sebelum dan

Setelah Penyimpanan

Kandungan Senyawa Antioksidan Emulsi Sampel

No. Senyawa Area (%) Hari ke-

0 2 7 14 21

1 Thymoquinone 82,176 80,404 70,484 71,097 59,985

2 p-Cymene 4,827 4,895 3,710 3,220 5,175

3 Terpinen 4-ol 6,623 13,812 14,544 8,790 7,620

4 Longifolen - - 0,984 0,671 -

Page 57: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

42

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Gambar 4.9 Perbandingan Kandungan Senyawa Thymoquinone Emulsi Minyak Biji

Jinten Hitam Sebelum dan Setelah Penyimpanan

Tabel 4.15 Perubahan Persen (%) Area Kandungan Senyawa Kimia

Antioksidan Emulsi Minyak Biji Jinten Hitam

Thymoquinone 79,429 menjadi 21,357 (58,072) Emulsi Kontrol

(Tanpa α-

tocopherol)

p-Cymene 0,851 menjadi 12,286 (11,435)

Terpinen– 4-ol 4,830 menjadi 7,879 (3,049)

Longifolen 0,895 menjadi 1,433 (0,538)

Thymoquinone 82,176 menjadi 59,985 (22,191) Emulsi Sampel

(Dengan α-

tocopherol)

p-Cymene 4,827 menjadi 5,175 (0,348)

Terpinen– 4-ol 6,623 menjadi 7,620 (0,997)

Longifolen 0,984 menjadi 0,671 ( 0,313)

Berdasarkan tabel 4.15 dan 4.16 dapat dilihat bahwa selama

penyimpanan 21 hari terjadi penurunan persen area dari senyawa

thymoquinone pada emulsi kontrol maupun emulsi sampel minyak biji

jinten hitam. Stabilitas dari sediaan emulsi minyak biji jinten hitam

tersebut dapat dipengaruhi oleh kondisi penyimpanan seperti suhu,

kelembaban, ataupun wadah pengemasan, di mana hal-hal tersebut dapat

menyebabkan terjadinya perbedaan persen area selama penyimpanan 21

hari.

79.429 72.575

60.435

38.249

21.357

82.176 80.404

70.484 71.097

59.985

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

0 2 7 14 21

Pe

rse

n A

rea

Hari ke-

Kontrol

Sampel

Page 58: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

43

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Berdasarkan tabel, thymoquinone merupakan senyawa antioksidan

utama dengan persen area paling besar dibandingkan dengan senyawa lain

yang terdapat dalam emulsi minyak biji jinten hitam. Di mana pada tabel

4.15 dan 4.16 dapat dilihat bahwa thymoquinone tersebut mengalami

penurunan persen area selama penyimpanan 21 hari. Penurunan yang

terjadi terhadap thymoquinone pada emulsi minyak biji jinten hitam

kontrol (tanpa α-tocopherol) yaitu dari 79,429% menjadi 21,357% yang

berarti mengalami penurunan sebanyak 58,072%. Pada emulsi minyak biji

jinten hitam sampel (dengan penambahan α-tocopherol) terjadi penurunan

persen area thymoquinone dari 82,176% menjadi 59,985% yang berarti

mengalami penurunan sebanyak 22,191%. Penurunan persen area

thymoquinone yang terjadi pada emulsi sampel (dengan penambahan α-

tocopherol) lebih kecil dibandingkan dengan penurunan persen area

thymoquinone yang terjadi pada emulsi kontrol (tanpa α-tocopherol), yaitu

emulsi sampel sebesar 22,191% dan emulsi kontrol sebesar 58,072%.

Emulsi minyak biji jinten hitam sampel (dengan penambahan α-

tocopherol) menunjukkan jumlah persen area thymoquinone yang lebih

besar dibandingkan dengan emulsi kontrol (tanpa α-tocopherol). Sesuai

dengan data kelarutan α-tocopherol dari Rowey, 2009, α-tocopherol larut

dalam minyak sehingga hal tersebut menunjukkan bahwa antioksidan α-

tocopherol bekerja pada sediaan emulsi minyak biji jinten hitam sampel

(dengan penambahan α-tocopherol) dalam menjaga kestabilan

thymoquinone lebih baik dibandingkan dengan emulsi kontrol yang tidak

diberi penambahan antioksidan α-tocopherol.

Penurunan persen area yang terjadi terhadap senyawa yang terdapat

dalam emulsi jinten hitam dapat terjadi karena faktor ekstraksi. Di mana

proses ekstraksi cair-cair yang dilakukan tidak sempurna sehingga

senyawa yang diekstraksi tidak terangkat secara sempurna. Oleh karena

itu, dalam penelitian selanjutnya disarankan agar melakukan kalibrasi

metode ekstraksi yang terbaik.

Page 59: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

44

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Perubahan secara fisik terjadi pada formulasi emulsi sampel minyak

biji jinten hitam berupa pemisahan fase setelah dilakukan uji

sentrifugasi, terjadi penurunan pH, penurunan nilai viskositas, dan

kenaikan ukuran globul. Perubahan fisik secara organoleptis tidak

terjadi, dan tidak terjadi pemisahan emulsi selama penyimpanan 21

hari. Sedangkan pada emulsi kontrol terjadi penurunan pH dan

viskositas yang lebih tinggi, dan terjadi pemisahan emulsi selama

penyimpanan 21 hari.

2. Senyawa thymoquinone dalam formulasi emulsi minyak biji jinten

hitam baik kontrol maupun sampel keduanya mengalami penurunan

selama penyimpanan 21 hari. Namun, penurunan yang terjadi pada

emulsi sampel lebih kecil dibandingkan dengan emulsi kontrol.

5.2 Saran

1. Dilakukan optimasi formula untuk membuat emulsi minyak biji jinten

hitam yang lebih stabil.

2. Dilakukan penelitian lebih lanjut untuk penggunaan kombinasi

antioksidan alami dan sintetik dalam sediaan emulsi minyak biji jinten

hitam.

Page 60: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

45

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

DAFTAR PUSTAKA

Anita, Syeni Budi. 2008. Aplikasi Karaginan dalam Pembuatan Skin Lotion.

Skripsi, Departemen Teknologi Hasil Perairan, IPB.

Ansel, H. C. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi Keempat. Jakarta:

Universitas Indonesia Press.

Aulton, M. E., Kevin M. G. Taylor. 2001. Pharmaceutics: The Science of Dosage

Form Design Edisi Kedua.

Baby, André Rolim, et al. 2007. Accelerated chemical stability data of O/W fluid

emulsions containing the extract of Trichilia catigua Adr. Juss (and)

Ptychopetalum olacoides Bentham. Department of Pharmacy, School of

Pharmaceutical Sciences, University of São Paulo. Vol. 43.

Blessy, M., Ruchi D. Patel, Prajesh N. Prajapati, Y.K. Agrawal. 2013.

Development of forced degradation and stability indicating studies of

drugs-a review. Department of Pharmaceutical Analysis, Institute of

Research and Development, Gujarat, India.

Budiman, Muhammad Haqqi. 2008. Uji Stabilitas Fisik dan Aktivitas Antioksidan

Sediaan Krim yang Mengandung Serbuk Ekstrak Tomat (Solanum

lycopersicum L.). Skripsi FMIPA Universitas Indonesia.

Burits, M. and F. Bucar. 2000. Antioxidant activity of Nigella sativa essential oil.

Phytother. Res., 14: 323-328.

Deman, J.M. 1997. Kimia Makanan. Bandung: Penerbit ITB

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Materia Medika Indonesia Jilid

III. Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi

Keempat.

Engin, Kaya Nusret. 2009. Alpha-tocopherol: looking beyond an antioxidant.

Bağcılar Education and Research Hospital, Department of Ophthalmology,

Istanbul, Turkey.

Fathima, Nishath, Tirunagari Mamatha, Husna Kanwal Qureshi, Nandagopal

Anitha and Jangala Venkateswara Rao. 2011. Drug-excipient interaction

Page 61: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

46

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

and its importance in dosage form development. Journal of Applied

Pharmaceutical Science 01 (06)

Food and Agriculture Organization of The United Nations. 2001.

Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia: penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan. Penerjemah: Kosasih P., Soediro Iwang. Bandung: Penerbit

ITB

Handbook of Analytical Method, hal: 45-46

Heinrich, M. Barnes, J. Gibbons, S. Williansom, M, E. 2004. Fundamental Of

Pharmacognosy and Phytotherapy. Philadelpia: Penerbit Elsevier.

Indayanti, Deisy. 2014. Uji Stabilitas Fisik dan Komponen Kimia pada Minyak

Biji Jinten Hitam (Nigella Sativa L.) dalam Bentuk Emulsi Tipe Minyak

dalam Air Menggunakan GCMS. Skripsi, Program Studi Farmasi, UIN

Jakarta.

Kailaku, sari intan, et al., 2012. Pengaruh kondisi homogenisasi terhadap

karakteristik fisik dan mutu santan selama penyimpanan. Balai Besar

Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Jurnal Littri 18(1),

31–39, ISSN 0853-8212.

Khamidinal, Ngatidjo, Hadipranoto, dan Mudasit. 2007. Pengaruh Antioksidan

Terhadap Kerusakan Asam Lemak Omega-3 Pada Proses Pengolahan

Ikan Tongkol. Kaunia Jurnal Sains dan Teknologi Vol.III, No.2.

Kostadinovic, Sanja, Dalibor Jovanov, and Hamed Mirhosseini. 2011.

Comparative investigation of cold pressed essential oils from peel of

different Mandarin varieties. Faculty of agriculture, University Putra

Malaysia. Vol. 3 (2).

Lachman, L., Lieberman, H. A., Kanig, J. L. 1994. Teori dan Praktek Farmasi

Industri, Edisi Ketiga. Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Martin, A., Swarbrick, J., Commarata, A. 1993. Farmasi Fisik 2, Edisi Ketiga.

Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Mayawati, Eva, Pratiwi, Liza, dan Wijianto, Bambang. 2014. Uji Efektivitas

Antioksidan Ekstrak Metanol Buah Pepaya (Carica papaya L.) dalam

Formulasi Krim Terhadap DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazil).

Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura.

Page 62: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

47

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

McNair, M, H; Miller, M, J. 1998. Basic Gas Chromatography. New York: John

Wiley & Son

Nabiela, Warda. (2013). Formulasi emulsi tipe minyak dalam air minyak biji

jinten hitam (Nigella sativa L.). Skripsi, Program Studi Farmasi, UIN

Jakarta.

Nickavar, B,. Mojaba, F., Javidniab, K., dan Amolia, M.A. 2003. Chemical

composition of the fixed and volatile oils of Nigella sativa L. from Iran. Z.

Naturforsch 58c.

Nour, Abdurahman H., Mohammed, F.S., Yunus, Rosli M., dan Arman, A. 2009.

Demulsification of Virgin Coconut Oil by Centrifugation Method: A

Feasibility Study. Faculty of Chemical and Natural Resources

Engineering, Unoversity Malaysia, Pahang-UMP, Malaysia. International

Journal of Chemical Technology 1 (2).

Paarakh, Padmaa M., 2010. Nigella sativa Linn. - a comprehensive review.

Departement of Pharmacognosy, The Oxford College of

Pharmacy,Karnataka, India. Vol 1 (4).

Pabby, Anil Kumar., Syed S.H.Rizvi., Ana Maria Sastre. 2008. Handbook of

membrane separation: chemical, pharmaceutical, food and

biotechnological applications. Francis : CRC Press.

Peter, KV. 2004. Handbook of Herbs and Spices. CRC Press Boca Raton Boston

New York Washington DC. Woodhead Publishing Limited-Cambridge

England. vol.2.

Rajsekhar, Saha, Bhupendar Kuldeep. 2011. Pharmacognosy and pharmacology

of Nigella sativa-a review. India. 2(11).

Raza, Muhammad, Alghasham, Abdullah A., Alorainy, Mohammad S. dan El-

Hadiyah, Tarig M. 2006. Beneficial Interaction of Thymoquinone and

Sodium Valproate in Experimental Models of Epilepsy: Reduction in

Hepatotoxicity of Valproate. Department of Pharmacology and

Therapeutics, Saudi Arabia. Scientia Pharmaceutica (Sci. Pharm.) 74, 159-

173.

Rowey, R.C., Sheskey, P.J., dan Owen, S.C. 2009. Handbook of Pharmaceutical

Excipients Sixth Edition. London : Pharmaceutical Press.

Page 63: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

48

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Ruben, C., and Larsson, K. 2007. Relations Between Antioxidant Effect of α-

tocopherol and Emulsion Structure. Department of Food Technology,

University of Lund, Sweden. Volume 6, Issue 2.

Sangi, Sibghatullah, Sree Harsha, Sahibzada Tasleem-ur-Rasool and Afzal Haq

Asif. 2011. Formulation and evaluation of mucoadhesive Nigella Sativa

and Olive oils for vaginal infections. Department of Pharmacy

Practice, College of Clinical Pharmacy, King Faisal University, Al-Ahsa,

Saudi Arabia. ISSN 0975-5071, 3(2).

Sastrohamidjojo, Hardjono. 2005. Kimia Dasar Edisi Kedua. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

Suraweera, RK, Pasansi HGP, Sakeena MHF. 2014. Assessing The

Characterizations of Ketoprofen Loaded and Unloaded Virgin Coconut

Oil Based Creamy Nanoemulsion. Department of Pharmacy, University of

Peradeniya, Sri Lanka.

Traynor, M., Burke, R, Frias, J. M., Gaston, E. and Barry-Ryan, C. 2013.

Formation and stability of an oil in water emulsion containing lecithin,

xanthan gum and sunflower oil. International Food Research Journal 20

(5): 2173-2181.

Tubesha, Zaki, Zuki Abu Bakar, Maznah Ismail. 2013. Characterization and

stability evaluation of thymoquinone nanoemulsions prepared by high

pressure homogenization. Laboratory of Molecular Biomedicine, Institute

of Bioscience, Universiti Putra Malaysia, Selangor, Malaysia.

Page 64: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

49

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Lampiran 1. Kerangka Penelitian

Pembuatan emulsi minyak biji

jinten hitam

Emulsi Kontrol

(Tanpa α-tocopherol)

Emulsi Sampel

(Dengan penambahan α-

tocopherol)

Formulasi emulsi Penyiapan alat

dan bahan

Evaluasi Kimia

Menggunakan GCMS

Evaluasi Fisik:

1. Organoleptis

2. Uji Tipe Emulsi

3. Nilai pH

4. Viskositas

5. Diameter Globul

6. Uji Sentrifugasi

Page 65: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

50

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Lampiran 2. Perhitungan Bahan

A. Emulsi Kontrol (Tanpa α-tocopherol)

1. Minyak Biji Jinten Hitam =

x 500 gram = 50 gram

2. Tragakan =

x 500 gram = 7,5 gram

3. Natrium Benzoat =

x 500 gram = 0,5 gram

4. Sukrosa =

x 500 gram = 125 gram

5. Aquades = 500 gram – (50 + 7,5 + 0,5 + 125) gram

= 317 gram

Mendispersikan tragakan = 20 x 7,5 gram = 150 gram

Melarutkan sukrosa = 0,5 x 125 gram = 62,5 gram

Melarutkan natrium benzoat = 1,8 x 0,5 gram = 0,9 gram

Sisa aquades = 317 gram – (150 + 62,5 + 0,9)gram

= 103,6 gram

B. Emulsi Sampel (Dengan Penambahan α-tocopherol)

1. Minyak Biji Jinten Hitam =

x 500 gram = 50 gram

2. Tragakan =

x 500 gram = 7,5 gram

3. Natrium Benzoat =

x 500 gram = 0,5 gram

4. Sukrosa =

x 500 gram = 125 gram

5. α-tocopherol =

x 500 gram = 0,1 gram

6. Aquades = 500 gram – (50 + 7,5 + 0,5 + 125 + 0,1)

gram

= 316,9 gram

Mendispersikan tragakan = 20 x 7,5 gram = 150 gram

Melarutkan sukrosa = 0,5 x 125 gram = 62,5 gram

Melarutkan natrium benzoat = 1,8 x 0,5 gram = 0,9 gram

Sisa aquades = 316,9 gram – (150 + 62,5 + 0,9)

gram

= 103,2 gram

Page 66: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

51

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Lampiran 3. Perhitungan Diameter Rata-rata Globul Emulsi Minyak Biji

Jinten Hitam Sebelum dan Setelah Penyimpanan

A. Diameter Rata-rata Globul Hari Ke-0

Emulsi Kontrol (Tanpa α-tocopherol) 1

Rentang Nilai Tengah (d) Jumlah Globul (n) n.d

1,0-3,9 2,45 0 0

4,0-6,9 5,45 3 16,35

7,0-9,9 8,45 20 169

10,0-12,9 11,45 17 194,65

13,0-15,9 14,45 23 332,35

16,0-18,9 17,45 13 226,85

19,0-21,9 20,45 9 184,05

22,0-24,9 23,45 3 70,35

25,0-27,9 26,45 0 0

28,0-30,9 29,45 0 0

31,0-33,9 32,45 0 0

34,0-36,9 35,45 0 0

37,0-39,9 38,45 0 0

∑n = 88 ∑n.d = 1193,6

Ukuran Diameter Rata-rata Globul =

=

= 13,5636 µm

Emulsi Kontrol (Tanpa α-tocopherol) 2

Rentang Nilai Tengah (d) Jumlah Globul (n) n.d

1,0-3,9 2,45 0 0

4,0-6,9 5,45 3 16,35

7,0-9,9 8,45 28 236,6

10,0-12,9 11,45 79 904,55

13,0-15,9 14,45 63 910,35

16,0-18,9 17,45 35 610,75

19,0-21,9 20,45 8 163,6

22,0-24,9 23,45 1 23,45

25,0-27,9 26,45 0 0

28,0-30,9 29,45 0 0

31,0-33,9 32,45 0 0

34,0-36,9 35,45 0 0

37,0-39,9 38,45 0 0

∑n = 217 ∑n.d = 2865,65

Ukuran Diameter Rata-rata Globul =

=

= 13,20576 µm

Page 67: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

52

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Emulsi Sampel (Dengan Penambahan α-tocopherol) 1

Rentang Nilai Tengah (d) Jumlah Globul (n) n.d

1,0-3,9 2,45 3 7,35

4,0-6,9 5,45 50 272,5

7,0-9,9 8,45 97 819,65

10,0-12,9 11,45 62 709,9

13,0-15,9 14,45 15 216,75

16,0-18,9 17,45 0 0

19,0-21,9 20,45 0 0

22,0-24,9 23,45 0 0

25,0-27,9 26,45 0 0

28,0-30,9 29,45 0 0

31,0-33,9 32,45 0 0

34,0-36,9 35,45 0 0

37,0-39,9 38,45 0 0

∑n = 227 ∑n.d = 2026,15

Ukuran Diameter Rata-rata Globul =

=

= 8,925 µm

Emulsi Sampel (Dengan Penambahan α-tocopherol) 2

Rentang Nilai Tengah (d) Jumlah Globul (n) n.d

1,0-3,9 2,45 11 26,95

4,0-6,9 5,45 69 376,05

7,0-9,9 8,45 152 1284,4

10,0-12,9 11,45 114 1305,3

13,0-15,9 14,45 35 505,75

16,0-18,9 17,45 4 69,8

19,0-21,9 20,45 1 20,45

22,0-24,9 23,45 0 0

25,0-27,9 26,45 0 0

28,0-30,9 29,45 0 0

31,0-33,9 32,45 0 0

34,0-36,9 35,45 0 0

37,0-39,9 38,45 0 0

∑n = 386 ∑n.d = 3588,7

Ukuran Diameter Rata-rata Globul =

=

= 9,29 µm

Page 68: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

53

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

B. Diameter Rata-rata Globul Hari Ke-2

Emulsi Kontrol (Tanpa α-tocopherol) 1

Rentang Nilai Tengah (d) Jumlah Globul (n) n.d

1,0-3,9 2,45 0 0

4,0-6,9 5,45 1 5,45

7,0-9,9 8,45 18 152,1

10,0-12,9 11,45 39 446,55

13,0-15,9 14,45 84 1213,8

16,0-18,9 17,45 24 418,8

19,0-21,9 20,45 13 265,85

22,0-24,9 23,45 3 70,35

25,0-27,9 26,45 0 0

28,0-30,9 29,45 0 0

31,0-33,9 32,45 0 0

34,0-36,9 35,45 0 0

37,0-39,9 38,45 0 0

∑n = 182 ∑n.d = 2572,9

Ukuran Diameter Rata-rata Globul =

=

= 14,1368 µm

Emulsi Kontrol (Tanpa α-tocopherol) 2

Rentang Nilai Tengah (d) Jumlah Globul (n) n.d

1,0-3,9 2,45 0 0

4,0-6,9 5,45 6 32,7

7,0-9,9 8,45 42 354,9

10,0-12,9 11,45 68 778,6

13,0-15,9 14,45 61 881,45

16,0-18,9 17,45 35 610,75

19,0-21,9 20,45 15 306,75

22,0-24,9 23,45 1 23,45

25,0-27,9 26,45 1 26,45

28,0-30,9 29,45 0 0

31,0-33,9 32,45 0 0

34,0-36,9 35,45 0 0

37,0-39,9 38,45 0 0

Jumlah ∑n = 229 ∑n.d = 3015,05

Ukuran Diameter Rata-rata Globul =

=

= 13,166 µm

Page 69: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

54

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Emulsi Sampel (Dengan Penambahan α-tocopherol) 1

Rentang Nilai Tengah (d) Jumlah Globul (n) n.d

1,0-3,9 2,45 0 0

4,0-6,9 5,45 30 163,5

7,0-9,9 8,45 87 735,15

10,0-12,9 11,45 85 973,25

13,0-15,9 14,45 15 216,75

16,0-18,9 17,45 2 34,9

19,0-21,9 20,45 0 0

22,0-24,9 23,45 0 0

25,0-27,9 26,45 0 0

28,0-30,9 29,45 0 0

31,0-33,9 32,45 0 0

34,0-36,9 35,45 0 0

37,0-39,9 38,45 0 0

∑n = 219 ∑n.d = 2123,55

Ukuran Diameter Rata-rata Globul =

=

= 9,69 µm

Emulsi Sampel (Dengan Penambahan α-tocopherol) 2

Rentang Nilai Tengah (d) Jumlah Globul (n) n.d

1,0-3,9 2,45 1 2,45

4,0-6,9 5,45 40 218

7,0-9,9 8,45 215 1816,75

10,0-12,9 11,45 183 2095,35

13,0-15,9 14,45 46 664,7

16,0-18,9 17,45 1 17,45

19,0-21,9 20,45 0 0

22,0-24,9 23,45 0 0

25,0-27,9 26,45 0 0

28,0-30,9 29,45 0 0

31,0-33,9 32,45 0 0

34,0-36,9 35,45 0 0

37,0-39,9 38,45 0 0

∑n = 486 ∑n.d = 4814,7

Ukuran Diameter Rata-rata Globul =

=

= 9,906 µm

Page 70: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

55

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

C. Diameter Rata-rata Globul Hari Ke-7

Emulsi Kontrol (Tanpa α-tocopherol) 1

Rentang Nilai Tengah (d) Jumlah Globul (n) n.d

1,0-3,9 2,45 1 2,45

4,0-6,9 5,45 1 5,45

7,0-9,9 8,45 7 59,15

10,0-12,9 11,45 8 91,6

13,0-15,9 14,45 15 216,75

16,0-18,9 17,45 8 139,6

19,0-21,9 20,45 8 163,6

22,0-24,9 23,45 1 23,45

25,0-27,9 26,45 2 52,9

28,0-30,9 29,45 0 0

31,0-33,9 32,45 0 0

34,0-36,9 35,45 1 35,45

37,0-39,9 38,45 0 0

40,0-42,9 41,45 1 41,45

∑n = 53 ∑n.d = 831,85

Ukuran Diameter Rata-rata Globul =

=

= 15,69528 µm

Emulsi Kontrol (Tanpa α-tocopherol) 2

Rentang Nilai Tengah (d) Jumlah Globul (n) n.d

1,0-3,9 2,45 0 0

4,0-6,9 5,45 2 10,9

7,0-9,9 8,45 8 67,6

10,0-12,9 11,45 37 423,65

13,0-15,9 14,45 37 534,65

16,0-18,9 17,45 23 401,35

19,0-21,9 20,45 17 347,65

22,0-24,9 23,45 4 93,8

25,0-27,9 26,45 1 26,45

28,0-30,9 29,45 1 29,45

31,0-33,9 32,45 0 0

34,0-36,9 35,45 0 0

37,0-39,9 38,45 0 0

∑n = 130 ∑n.d = 1935,5

Ukuran Diameter Rata-rata Globul =

=

= 14,88846 µm

Page 71: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

56

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Emulsi Sampel (Dengan Penambahan α-tocopherol) 1

Rentang Nilai Tengah (d) Jumlah Globul (n) n.d

1,0-3,9 2,45 0 0

4,0-6,9 5,45 0 0

7,0-9,9 8,45 11 92,95

10,0-12,9 11,45 34 389,3

13,0-15,9 14,45 62 895,9

16,0-18,9 17,45 43 750,35

19,0-21,9 20,45 24 490,8

22,0-24,9 23,45 10 234,5

25,0-27,9 26,45 6 158,7

28,0-30,9 29,45 0 0

31,0-33,9 32,45 0 0

34,0-36,9 35,45 0 0

37,0-39,9 38,45 0 0

∑n = 190 ∑n.d = 3012,5

Ukuran Diameter Rata-rata Globul =

=

= 15,85 µm

Emulsi Sampel (Dengan Penambahan α-tocopherol) 2

Rentang Nilai Tengah (d) Jumlah Globul (n) n.d

1,0-3,9 2,45 0 0

4,0-6,9 5,45 5 27,25

7,0-9,9 8,45 31 261,95

10,0-12,9 11,45 76 870,2

13,0-15,9 14,45 88 1271,6

16,0-18,9 17,45 31 540,95

19,0-21,9 20,45 14 286,3

22,0-24,9 23,45 8 187,6

25,0-27,9 26,45 2 52,9

28,0-30,9 29,45 0 0

31,0-33,9 32,45 0 0

34,0-36,9 35,45 0 0

37,0-39,9 38,45 0 0

∑n = 255 ∑n.d = 3498,75

Ukuran Diameter Rata-rata Globul =

=

= 13,72 µm

Page 72: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

57

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

D. Diameter Rata-rata Globul Hari Ke-14

Emulsi Kontrol (Tanpa α-tocopherol) 1

Rentang Nilai Tengah (d) Jumlah Globul (n) n.d

1,0-3,9 2,45 0 0

4,0-6,9 5,45 2 10,9

7,0-9,9 8,45 7 59,15

10,0-12,9 11,45 23 263,35

13,0-15,9 14,45 26 375,7

16,0-18,9 17,45 28 488,6

19,0-21,9 20,45 15 306,75

22,0-24,9 23,45 7 164,15

25,0-27,9 26,45 2 52,9

28,0-30,9 29,45 1 29,45

31,0-33,9 32,45 0 0

34,0-36,9 35,45 0 0

37,0-39,9 38,45 0 0

∑n = 111 ∑n.d = 1750,95

Ukuran Diameter Rata-rata Globul =

=

= 15,7743 µm

Emulsi Kontrol (Tanpa α-tocopherol) 2

Rentang Nilai Tengah (d) Jumlah Globul (n) n.d

1,0-3,9 2,45 0 0

4,0-6,9 5,45 1 5,45

7,0-9,9 8,45 4 33,8

10,0-12,9 11,45 36 412,2

13,0-15,9 14,45 34 491,3

16,0-18,9 17,45 17 296,65

19,0-21,9 20,45 13 265,85

22,0-24,9 23,45 8 187,6

25,0-27,9 26,45 3 79,35

28,0-30,9 29,45 2 58,9

31,0-33,9 32,45 0 0

34,0-36,9 35,45 0 0

37,0-39,9 38,45 1 38,45

∑n = 119 ∑n.d = 1869,55

Ukuran Diameter Rata-rata Globul =

=

= 15,7105 µm

Page 73: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

58

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Emulsi Sampel (Dengan Penambahan α-tocopherol) 1

Rentang Nilai Tengah (d) Jumlah Globul (n) n.d

1,0-3,9 2,45 0 0

4,0-6,9 5,45 2 10,9

7,0-9,9 8,45 9 76,05

10,0-12,9 11,45 64 732,8

13,0-15,9 14,45 45 650,25

16,0-18,9 17,45 47 820,15

19,0-21,9 20,45 19 388,55

22,0-24,9 23,45 3 70,35

25,0-27,9 26,45 0 0

28,0-30,9 29,45 0 0

31,0-33,9 32,45 0 0

34,0-36,9 35,45 0 0

37,0-39,9 38,45 0 0

∑n = 189 ∑n.d = 2749,05

Ukuran Diameter Rata-rata Globul =

=

= 14,54 µm

Emulsi Sampel (Dengan Penambahan α-tocopherol) 2

Rentang Nilai Tengah (d) Jumlah Globul (n) n.d

1,0-3,9 2,45 0 0

4,0-6,9 5,45 1 5,45

7,0-9,9 8,45 7 59,15

10,0-12,9 11,45 35 400,75

13,0-15,9 14,45 60 867

16,0-18,9 17,45 50 872,5

19,0-21,9 20,45 30 613,5

22,0-24,9 23,45 7 164,15

25,0-27,9 26,45 3 79,35

28,0-30,9 29,45 1 29,45

31,0-33,9 32,45 1 32,45

34,0-36,9 35,45 0 0

37,0-39,9 38,45 1 38,45

∑n = 196 ∑n.d = 3162,2

Ukuran Diameter Rata-rata Globul =

=

= 16,13 µm

Page 74: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

59

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

E. Diameter Rata-rata Globul Hari Ke-21

Emulsi Kontrol (Tanpa α-tocopherol) 1

Rentang Nilai Tengah (d) Jumlah Globul (n) n.d

1,0-3,9 2,45 0 0

4,0-6,9 5,45 0 0

7,0-9,9 8,45 1 8,45

10,0-12,9 11,45 7 80,15

13,0-15,9 14,45 18 260,1

16,0-18,9 17,45 16 279,2

19,0-21,9 20,45 7 143,15

22,0-24,9 23,45 2 46,9

25,0-27,9 26,45 3 79,35

28,0-30,9 29,45 0 0

31,0-33,9 32,45 0 0

34,0-36,9 35,45 0 0

37,0-39,9 38,45 0 0

∑n = 54 ∑n.d = 897,3

Ukuran Diameter Rata-rata Globul =

=

= 16,6166 µm

Emulsi Kontrol (Tanpa α-tocopherol) 2

Rentang Nilai Tengah (d) Jumlah Globul (n) n.d

1,0-3,9 2,45 0 0

4,0-6,9 5,45 1 5,45

7,0-9,9 8,45 11 92,95

10,0-12,9 11,45 26 297,7

13,0-15,9 14,45 34 491,3

16,0-18,9 17,45 40 698

19,0-21,9 20,45 23 470,35

22,0-24,9 23,45 10 234,5

25,0-27,9 26,45 1 26,45

28,0-30,9 29,45 1 29,45

31,0-33,9 32,45 0 0

34,0-36,9 35,45 0 0

37,0-39,9 38,45 0 0

∑n = 147 ∑n.d = 2346,15

Ukuran Diameter Rata-rata Globul =

=

= 15,9602 µm

Page 75: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

60

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Emulsi Sampel (Dengan Penambahan α-tocopherol) 1

Rentang Nilai Tengah (d) Jumlah Globul (n) n.d

1,0-3,9 2,45 0 0

4,0-6,9 5,45 0 0

7,0-9,9 8,45 0 0

10,0-12,9 11,45 11 125,95

13,0-15,9 14,45 36 520,2

16,0-18,9 17,45 40 698

19,0-21,9 20,45 22 449,9

22,0-24,9 23,45 8 187,6

25,0-27,9 26,45 5 132,25

28,0-30,9 29,45 2 58,9

31,0-33,9 32,45 0 0

34,0-36,9 35,45 0 0

37,0-39,9 38,45 0 0

∑n = 124 ∑n.d = 2172,8

Ukuran Diameter Rata-rata Globul =

=

= 17,52 µm

Emulsi Sampel (Dengan Penambahan α-tocopherol) 2

Rentang Nilai Tengah (d) Jumlah Globul (n) n.d

1,0-3,9 2,45 0 0

4,0-6,9 5,45 0 0

7,0-9,9 8,45 13 109,85

10,0-12,9 11,45 43 492,35

13,0-15,9 14,45 39 563,55

16,0-18,9 17,45 27 471,15

19,0-21,9 20,45 6 122,7

22,0-24,9 23,45 3 70,35

25,0-27,9 26,45 0 0

28,0-30,9 29,45 0 0

31,0-33,9 32,45 0 0

34,0-36,9 35,45 0 0

37,0-39,9 38,45 0 0

∑n = 131 ∑n.d = 1829,95

Ukuran Diameter Rata-rata Globul =

=

= 13,96 µm

Page 76: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

61

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Lampiran 4. Dokumentasi Alat dan Bahan Penelitian

Minyak Biji Jinten

Hitam

Natrium Benzoat

Tragakan

Sukrosa

Aquades

α-tocopherol

Stand Up Stirrer

pH Meter

Viskometer

Mikroskop Optik

Sentrifugasi

GCMS

Evaporator

Botol Sediaan

Page 77: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

62

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Lampiran 5. Hasil Kromatogram GCMS

A. Minyak Jinten Hitam

Page 78: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

63

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

B. Emulsi Kontrol (Tanpa α-tocopherol)

Kontrol 1 Hari Ke-0

Kontrol 2 Hari Ke-0

thymoquinone

thymoquinone

Page 79: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

64

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Kontrol 1 Hari Ke-2

Kontrol 2 Hari Ke-2

thymoquinone

thymoquinone

Page 80: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

65

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Kontrol 1 Hari Ke-7

Kontrol 2 Hari Ke-7

thymoquinone

thymoquinone

Page 81: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

66

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Kontrol 1 Hari Ke-14

Kontrol 2 Hari Ke-14

thymoquinone

thymoquinone

Page 82: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

67

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Kontrol 1 Hari Ke-21

Kontrol 2 Hari Ke-21

thymoquinone

thymoquinone

Page 83: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

68

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

C. Emulsi Sampel (Dengan Penambahan α-tocopherol)

Sampel 1 Hari Ke-0

Sampel 2 Hari Ke-0

thymoquinone

thymoquinone

Page 84: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

69

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Sampel 1 Hari Ke-2

Sampel 2 Hari Ke-2

thymoquinone

thymoquinone

Page 85: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

70

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Sampel 1 Hari Ke-7

Sampel 2 Hari Ke-7

thymoquinone

Page 86: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

71

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Sampel 1 Hari Ke-14

Sampel 2 Hari Ke-14

thymoquinone

thymoquinone

Page 87: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

72

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Sampel 1 Hari Ke-21

Sampel 2 Hari Ke-21

thymoquinone

Page 88: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

73

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Lampiran 6. Sertifikat Analisa Minyak Biji Jinten Hitam

Page 89: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

74

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Lampiran 7. Sertifikat Analisa Tragakan

Page 90: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

75

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Lampiran 8. Sertifikat Analisa Natrium Benzoat

Page 91: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

76

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Lampiran 9. Sertifikat Analisa Sukrosa

Page 92: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

77

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Lampiran 10. Sertifikat Analisa α-tocopherol

Page 93: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI STABILITAS FISIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37936/1/YULIA... · meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter

78

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Lampiran 11. Sertifikat Analisa n-Heksan