Tumor Marker
-
Upload
elvita-rizky-soeriatmadja -
Category
Documents
-
view
767 -
download
2
description
Transcript of Tumor Marker
AFP (Alpha-fetoprotein)A. Pengertian
Alpha-fetoprotein (AFP, α-fetoprotein, alpha-
1-fetoprotein, alpha-fetoglobulin, atau alpha fetal
protein) adalah suatu protein yang pada kondisi
normal diproduksi oleh hati (liver) dan kantung
kuning telur (yolk sac) ketika terjadi pembentukan
bayi selama proses kehamilan. Pengukuran AFP di
dalam tubuh manusia umumnya dilakukan untuk
membantu mendeteksi adanya kelainan atau
penyakit hati, pemantauan terapi atau pengobatan beberapa jenis kanker, dan juga uji saring
kelainan pada perkembangan bayi selama masa kehamilan.
B. Fungsi
Pengukuran kadar AFP memiliki manfaat besar sebagai indeks kekambuhan penyakit.
Pada pasien karsinoma hepatoselular yang diterapi, hilangnya AFP mengisyaratkan eliminasi
sel-sel ganas, dan peningkatan kadar mencerminkan rekurensi kanker.
Setelah intervensi terapeutik, pengukuran AFP sebaiknya diulang setiap satu bulan untuk
memberikan waktu agar AFP yang sudah ada dapat dibersihkan dari sirkulasi.
Menetapnya AFP setelah interval tersebut mengisyaratkan sintesis yang berkelanjutan
oleh tumor , karena kadar AFP serum proporsional dengan massa tumor.
Penderita dengan sirosis atau hepatitis B kronis, sebaiknya dimonitor AFP nya
secara reguler karena mempunyai resiko menjadi kanker hati . Jika penderita sudah
terdiagnosa sebagai kanker hepato seluler AFP harus diperiksa secara periodik untuk
membantu mengetahui respon terapinya.
Disamping berperan sebagai suatu petanda yang bermanfaat untuk kanker hati, AFP
juga berperan sebagai petanda adanya kanker testikular, dan tumor-tumor sel germinal
tertentu pada ovarium. AFP juga meningkat pada penyakit hati jinak dan dalam persentase
yang kecil dari kanker paru dan gastrointestinal.
C. Jenis AFP
AFP pada kehamilan
Protein ini mulai terbentuk di plasma saat janin (fetus) berusia empat minggu dan
dihasilkan paling banyak pada usia kandungan mencapai 12-16 minggu. Setelah melahirkan,
AFP umumnya tidak terdeteksi di dalam darah. Untuk membantu memperkirakan adanya
kelainan pada janin, seperti sindrom down (kelainan genetik), sindrom turner, dan spina
bifida, pemeriksaan AFP biasanya dilakukan terhadap wanita dengan usia kandungan 16-22
minggu. Jumlah AFP di dalam darah juga dapat meningkat bila pasien sedang mengandung
bayi kembar. Umumnya, pemeriksaan AFP juga harus dilengkapi dengan pemeriksaan
hormon estriol dan HCG, serta pemeriksaan USG (ultrasonografi).
AFP pada kanker
Pada pasien penderita kanker testis, kanker pankreas, kanker hati, kanker ovarium, dan
kanker saluran empedu, kadar AFP di dalam tubuh pasien akan meningkat. Selain kanker
atau tumor, kadar AFP yang meningkat di dalam darah juga dapat disebabkan oleh beberapa
penyakit sebagai berikut : infeksi virus hepatitis dan sirosis hati. Pemeriksaan AFP tidak
boleh dilakukan pada populasi umum, tetapi sebaiknya hanya dilakukan bila ada gejala atau
hasil pemeriksaan lain menunjang kecurigaan ke arah kanker tertentu. Sebagai penanda
tumor, AFP bukanlah protein yang spesifik terhadap keganasan penyakit tertentu dan nilanya
dapat berbeda apabila diukur dengan metode yang berbeda antarlaboratorium. Oleh karena itu
diperlukan pendampingan dokter dalam menerjemahkan hasil AFP pasien.
D. Cara Pemeriksaan
Gambar : Chemiluminescent Microparticle Immunoassay (CMIA)
Pemeriksaan AFP (Alpha-fetoprotein) dilakukan dengan menggunakan
Chemiluminescent Microparticle Immunoassay (CMIA) dengan menggunakan sampel uji berupa
serum atau plasma dengan antikoagulan sodium heparin, lithium heparin atau EDTA. Sampel uji
berupa serum atau plasma tersebut dapat bertahan 7 hari pada suhu 2-80C atau bisa lebih dari 7 hari
apabila dibekukan pada suhu -200C atau lebih rendah. Sebelum melakukan pemeriksaan tidak ada
persiapan khusus untuk pasien.
Interpretasi Hasil
Kadar normal dari AFP adalah di bawah 10 ng/ml.
Kenaikan sedang sampai 500 ng/ml dapat terjadi pada penderita hepatitis kronik.
Sedangkan kadar di atas 500 ng/ml hanya terdapat pada :
1. Kanker hati
2. Kanker testis dan ovarium
3. Proses penyebaran kanker yang telah mencapai hati
Hal-hal yang dapat mempengaruhi hasil tes :
Kontaminasi dari darah fetus,yang dapat terjadi saat ammiocentesis.
Perokok.
Gestational diabetes.
Jika pernah melakukan tes medis yang menggunakan radio aktif dalam waktu 2
minggu sebelumnya.
Keadaan abnormal yang sering dijumpai :
§ Peningkatan kadar serum AFP maternal dijumpai pada :
Neural tube defects ( omphalocele )
Kehamilan multipel
Fetal distres
Fetal death
§ Kadar AFP maternal yang rendah :
Trisomy 21 ( Down syndrome )
§ Peningkatan kadar AFP non maternal dijumpai pada :
Kanker hepatoselular primer ( hepatoma )
Adanya metastase kanker di hati
Kanker sel germinal atau yolk sac dari ovarium
Tumor sel embrional atau sel germinal dari testis
Kanker lain seperti : stomach, colon, lung, breast dan lymphoma
Nekrosis sel hati ( sirhosis, hepatitis )
PETANDA TUMOR YANG LAZIM UNTUK UJI SARING, DIAGNOSIS
DAN PROGNOSIS (BETA HCG)
Definisi
Human Chorionic Gonadotropin (hCG), juga dikenl sebagai beta-HCG(β-human
chorionic gonadotrophin) merupakan hormon glikoprotein dari keluarga gonadotropin
yang awalnya disintesis oleh embrio manusia, dan kemudian dilanjutkan oleh
syncytiotrophoblast, bagian dari plasenta, selama masa kehamilan dan juga merupakan
petanda tumor.
hCG mempunyai kesamaan struktural dan fungsional dengan LH (luteinizing
hormone). Kedua hormon ini mempunyai segmen beta yang berbeda dan sub unit alfa yang
identik. Dengan demikian, assay untuk hCG biasanya menggunakan antibodi monoklonal
yang spesifik untuk sub unit beta untuk menghindarkan reaktivitas silang dengan LH.
Adanya hCG dapat di identifikasi dengan reaksi imunoperoksidase.
Aplikasi dan diagnose penyakit
Aplikasi hCG yang paling umum pada onkologi ginekologi adalah dalam mendiagnose
dan manajemen penyakit trofoblastik kehamilan (GTD).
Kadarnya meningkat pada pasien dengan jenis kanker testis, ovarium, dan
choriocarcinoma. Pada koriokarsinoma, beta-hCG yang diproduksi oleh
sinsitiotrofoblas.
Petanda ini juga meningkat pada lebih kurang 70% kanker testikular non seminomatous
dan kadang-kadang pada penyakit gastrointestinal jinak.
Disgerminoma merupakan tumor ganas sel germinal ovarium yang tersering. Pada
disgerminoma kadang-kadang didapatkan peningkatan kadar hCG.
Karsinoma embrional memiliki sinsitiotrofoblas dan menghasilkan hCG.
Peningkatan kadar hCG juga ditemukan pada kanker paru .
Fungsi
Kadar hCG ini dapat membantu diagnosis, monitoring terapi juga mendeteksi
berulangnya kanker pasca terapi.
hCG juga dapat dilakukan ketika mendiagnosis atau pemantauan tumor sel kuman dan
penyakit trofoblas gestasional.
Kadar HCG juga bisa digunakan untuk follow up perawatan pada kehamilan molar
untuk memastikan tidak adanya penyakit trophoblastik seperti kariokarsinoma.
beta-HCG (subunit beta human chorionic gonadotropin) untuk mendiagnosis kehamilan.
Produksi
Sinsitiotrofoblas plasenta mensekresikan suatu glikoprotein heterodimer dengan berat
molekul 36.700. Glikosilasi peptida tulang belakang berperan untuk menstabilkan molekul
tersebut dan memperpanjang masa hidup dalam serum. Sebagai tambahan, produksi
ektopik sejumlah kecil hCG oleh kanker yang timbul dari sel-sel yang secara normal tidak
memproduksi hormon ini akan dapat terjadi. Hampir 2-5% dari wanita yang tidak hamil
menunjukan tes kehamilan positif dan hCG yang dihasilkan dapat diisolasi dari sel
sinsitiotrofoblast didalam tumor.
Pemeriksaan
Pada pemeriksaan ini sampel yang digunakan adalah urin, sampel yang dianjurkan
untuk digunakan adalah sampel urine pagi, urine sewaktu dan urine 24 jam. Namun sampel
urin yang paling baik digunkan adalah urine pagi karena di urine pagi konsentrasi hcgnya
paling tinggi.
1. Pemeriksaan HCG dengan menggunakan HCG Pregnancy Lateks
Didasarkan atas reaksi aglutinasi yang terjadi secara imunologis antara partikel Latex
yang diselubungi oleh antibodi anti-hCG sebagai antibodi dengan hCG dalam urine
pasien sebagai antigen. Sebelum pemeriksaan dilakukan semua komponen pemeriksaan
harus di suhu ruangkan terlebih dahulu untuk mengoptimalkan reaksi imunologis yang
terjadi. Dilanjutkan dengan pembuatan kontrol positif dan negatif sebagai pembanding
hasil test. Kemudian barulah dilakukan pemeriksaan kualitatif terhadap sampel urine.
Reagen hcg pregnancy latex dihomogenkan kemudian diteteskan sebanyak 1 tetes pada
slide test dengan background hitam,untuk memperjelas hasil aglutinasi sebab reagen
lateks berwarna putih. Kemudian diteteskan 1 tetes sampel urine. Diusahakan agar
penetesan reagen dan sampel urine tidak bercampur terlebih dahulu untuk menghindari
terjadinya reaksi aglutinasi awal yang menyebabkan terjadinya hasil positif palsu.
Sampel urine dan reagen dihomogenkan dengan pipet disposible dan slide diputar /
digoyangkan selama 2 menit. Pembacaan hasil harus dilakukan ditempat terang dan
pembacaan tidak boleh dilakukan lebih dari 2 menit karena dapat menimbulkan positif
palsu. Apabila hasil positif, akan terbentuk aglutinasi yang tampak seperti butiran pasir.
Aglutinasi yang timpul pada test ini menunjukkan kadar hcg dalam sampel lebih dari
atau sama dengan 200 mIU/ml sedangkan bila negatif atau tidak terjadi aglutinasi kadar
hcg didalam sempel 200 mIU/ml.
Kelebihan pemeriksaan ini :
1. Metode pemeriksaannya sederhana, cepat, dan mudah dilakukan.
2. Hasil pemeriksaan dapat dengan cepat diketahui.
3. Merupakan pemeriksaan yang sensitive untuk mendeteksi adanya hormone hcg
Kekurangan pemeriksaan ini :
1. Tidak efisien untuk melakukan uji sendiri di rumah
2. Dibaca lebih dari 2 menit menimbulkan hasil positif palsu.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan hcg
pregnancy latex adalah:
1. Semua komponen harus disuhu ruangkan terlebih dahulu sebelum digunakan.
2. Reagen harus dikocok terlebih dahulu untuk menghomogenkan partikel-
partikelnya.
3. Selalu perhatikan e.d reagen.
4. Suhu penyimpanan reagen adalah 2-80C dan tidak boleh dibekukan.
5. Sampel yang digunakan adalah sampel urine (urine pagi, urine sewaktu, urine 24
jam) yang bebas dari sel darah, tidak terkontaminasi mikroba, dan jika ditampung
harus ditampung menggunakan cup yang bebas kontaminan.
6. Urine yang keruh sebaiknya dicentrifuge terlebih dahulu sebelum digunakan.
Urine dapat disimpan pada suhu 2-80C selama 72 jam sebelum digunakan.
7. Interpretasi tidak boleh dilakukan lebih dari 2 menit karena dapat menyebabkan
reaksi positif palsu.
2. Pemeriksaan dengan Metode Imunokromatografi
Dilakukan dengan menggunakan sebuah strip tes dimana ketika test strip dicelupkan
ke dalam sejumlah sampel urine yang mengandung hormon hcg akan bereaksi dengan
konjugat yang dilapisis partikel koloidal emas pada strip pencelupan, kemudian
bermigrasi secara kromatografi dengan bantuan gaya kapilaritas menuju daerah test
yang mengandung antibodi spesifik anti hcg sehingga membentuk komplek antigen-
antibodi yang menimbulkan reaksi warna. Sedangkan sisa konjugat akan menuju
daerah c yang mengandung antibodi poliklonal dan koloidal emas, sehingga akan
selalu membentuk reaksi warna pula apabila prosedur yang dilakukan telah valid dan
migrasi berjalan dengan baik. Pada pemeriksaan dengan menggunakan strip test ini
mula-mula semua komponen di suhu ruangkan terlebih dahulu, kemudian strip test
yang tlah dibuka sesegera mungkin digunakan. Strip test dicelupkan kedalam sampel
urine dengan tanda panah mengarah kebawah dan saat pencelupan urine tidak boleh
melewati garis maksimal dari strip test. Pencelupan dilakukan selama 10 sampai 15
detik kemudian diangkat dan diletakkan di tempat yang datar serta kering untung
menghindari kontaminasi yang dapat mempengaruhi hasil. Hasil test diinterpretasikan
dalam selang waktu 3 menit. Hasil test yang dibaca lebih dari 3 menit dapat
menimbulkan positif palsu.
Kelebihan pemeriksaan ini :
1. Bisa dilakukan sendiri di rumah
2. Prosedur pengujian yang mudah dilakukan,
3. Harga strip yang relative murah
4. Jenis alat tes bervariasi
5. Akurasi hasil uji yang tinggi (97 – 99%), serta dapat mendeteksi kehamilan lebih
dini.
Kekurangan pemeriksaan ini :
1. Strip telah kadaluarsa
2. Strip disimpan di tempat yang panas dan lemba
3. Cara pengunaan yang salah
4. Kadar hcg yang kurang memadai
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan hcg rapid test
adalah :
1. Semua komponen harus disuhu ruangkan terlebih dahulu sebelum digunakan.
2. Suhu penyimpanan kit adalah 2-80C dan tidak boleh dibekukan.
3. Sampel yang digunakan adalah sampel urine yang bebas kontaminan dan
ditampung menggunakan penampung yang bersih. Urine yang boleh digunakan
adalah urine pagi, urine sewaktu, dan urine 24 jam namun yang paling baik
digunakan adalah urine pagi.
4. Apabila sampel tidak segera digunakan, sampel urine disimpan pada suhu 2-80C
selama 48 jam, bila tidak digunakan dalam waktu lama, urine harus dibekukan
pada suhu -200C. Sampel sebelum digunakan sebaiknya dihomogenkan terlebih
dahulu.
5. Interpretasi tidak boleh dilakukan lebih dari 3 menit karena dapat menyebabkan
reaksi positif palsu.
(CA 15-3 dan MCA)
Petanda tumor adalah suatu substansi yang dapat ditemukan dalam tubuh karena
adanya kanker, biasanya ditemukan dalam darah atau urine, yang diproduksi langsung oleh
sel-sel kanker atau tubuh sendiri sebagai respon terhadap adanya kanker atau kondisi lain.
Mayoritas petanda tumor adalah protein.
Petanda tumor ini ada beberapa macam. Beberapa hanya terdapat dalam satu jenis kanker,
lainnya bisa terdapat dalam beberapa jenis kanker. Marker ini didapatkan dengan memeriksa
darah atau urine menggunakan antibodi manusia yang akan bereaksi dengan protein spesifik
dari tumor tersebut.
Petanda tumor ini sangat berguna untuk skrining dan deteksi awal kanker. Skrining digunakan
pada pasien sehat yang tidak memiliki keluhan maupun gejala klinis. Sedangkan deteksi awal
berarti menemukan kanker pada stadium awal, sebelum penyebaran dan masih berespon baik
terhadap pengobatan. Manfaat kedua dari petanda tumor adalah membantu menentukan jenis
kanker dan membantu diagnosis penyebaran tumor ketika tumor primer (asal)nya belum
diketahui. Petanda tumor biasanya tidak digunakan untuk mendiagnosis kanker, pada banyak
kasus, kanker hanya didiagnosis dengan biopsi. Petanda tumor juga dapat digunakan untuk
menunjukkan agresivitas kanker seseorang atau seberapa baik responnya terhadap obat
tertentu. Hal ini mengingat beberapa jenis kanker menyebar lebih cepat dibanding kanker
yang lain.
CA 15-3
CA 15-3 yang merupakan glikoprotein BM 300.000 – 450.000 dalton pada permukaan sel
tumor telah dievaluasi mempunyai kemampuan sebagai alat diagnosa, prognosa, monitor
terapi dan memprediksi kekambuhan pasca operasi dan kemoterapi. Nilai CA 15-3 meningkat
sesuai dengan derajat klinis kanker payudara, tertinggi bilamana ada metastasis.
Petanda tumor CA 15-3mempunyai sensitivitas dan spesifitas yang rendah pada tahap awal
penyakit dan akan meningkat sejalan dengan semakin lanjutnya perjalanan penyakit.
Berbagai penelitian menunjukkan peningkatan kadar CA 15-3 pada kanker payudara stadium
I hanya sekitar 10% pasien, stadium II sekitar 20% pasien, stadium III sekitar 40% pasien,
dan 75% pasien pada stadium IV. Pemeriksaan kadar CA 15-3 serial selama masa
pemantauan pasca terapi memberikan informasi prognostik yang lebih baik. Peningkatan CA
15-3 juga ditemukan pada pasien sirosis, hepatitis, kelainan Autoimun dan kelainan kelenjar
ovarium.
Pada kanker payudara, peranan serum marker belum banyak dibuktikan. Serum marker yang
paling banyak dipakai adalah Ca 15-3 dan Carcinoembryonic Antigen (CEA), sementara
marker lain yang belum begitu banyak dipakai antara lain BR 29.29 (Ca 27.29), Tissue
Polypeptide Antigen (TPA), Tissue Polypeptide Specific Antigen (TPS) dan Her-2. Tujuan
review ini adalah untuk mengevaluasi kegunaan klinis serum tumor marker pada kanker
payudara, yaitu dalam diagnosis dini, prognosis, respon terhadap terapi, pengawasan setelah
pengobatan primer, dan monitor respon pada penyakit tahap lanjut. Review terutama akan
difokuskan pada Ca 15-3 karena Ca 15-3 merupakan yang paling luas dipakai pada kanker
payudara.
Fungsi pemeriksaan CA 15-3 :
1. Membantu Diagnosis Dini
Di antara semua serum marker yang ada, tidak ada satupun yang memiliki
sensitivitas dan spesifisitas yang cukup baik untuk diagnosis dini kanker payudara. Ca
15-3 misalnya meningkat pada 10 pasien kanker payudara stadium I, 20 % pasien
stadium II, 40 % pasien stadium III, dan 75 % pasien stadium IV. Selain
sensitivitasnya yang kurang baik, Ca 15-3 juga kurang spesifik, dan dapat ditemukan
pada orang normal (~5%), pada beberapa penyakit non-keganasan seperti penyakit
hati, dan pada adenocarcinoma lain. Oleh sebab itu, diagnosis dini kanker payudara
masih akan banyak bergantung pada mammography dan histopathology.
2. Menentukan Prognosis
Kebanyakan faktor prognosis yang telah ada (mis. ukuran tumor, status lymph
node, dll) memerlukan jaringan tumor dengan operasi atau biopsi. Oleh sebab itu,
diperlukan suatu marker prognosis dalam darah. Beberapa serum marker yang telah
dipelajari antara lain Ca 15-3, serum Her-2, dan CEA. Berbagai studi telah
menunjukkan bahwa kadar Ca 15-3 pada awal penyakit yang tinggi (dengan cut off
berkisar antara 25-40 KiloUnit/L) dapat memprediksikan outcome yang buruk. Kadar
Ca 15-3 selama follow up juga dapat memberikan informasi prognosis.
Tampellini, et al. melaporkan bahwa pasien dengan Ca 15-3 < 30 KU/L pada saat
kekambuhan pertama, akan memiliki masa bertahan hidup lebih panjang daripada
pasien dengan kadar yang lebih tinggi. Penemuan-penemuan ini menyatakan bahwa
Ca 15-3 merupakan faktor prognosis yang baik.
Selain Ca 15-3, Her-2 dan CEA juga dapat dijadikan faktor prognosis.
Konsentrasi Her-2 yang tinggi dapat memprediksi outcome yang buruk (seperti: waktu
pengembangan penyakit yang lebih cepat, masa bebas penyakit yang lebih pendek dan
kesembuhan keseluruhan yang rendah). Walaupun belum banyak dipelajari, kadar
CEA pre/post operasi juga dikaitkan dengan prognosis kanker payudara yang buruk.
3. Prediksi Respon terhadap Terapi
Seperti faktor-faktor prognosis, marker-marker prediksi keberhasilan terapi yang
telah ada juga memerlukan jaringan tumor untuk dianalisis. Beberapa penemuan awal
menunjukkan bahwa serum Her-2 yang tinggi dapat dikaitkan dengan respon yang
buruk terhadap terapi endokrin dan kemoterapi berbasis cyclophosphamide-
methotrexate-5-fluorourocil, tapi dapat memprediksi hasil yang baik dengan terapi
kombinasi trastuzumab (herceptin) dan kemoterapi.
Ca 15-3 dan marker terkait MUC-1 lainnya juga dapat dijadikan faktor prediksi
respon terapi. Overekspresi MUC-1 (antigen yang dideteksi oleh assay Ca 15-3 dan
BR29.79) pada tikus menunjukkan resistensi terhadap cis-platinum. Studi lebih lanjut
masih harus dilakukan untuk menentukan apakah kadar marker terkait MUC-1 dapat
memprediksi respon/resistensi pada pasien yang menjalani terapi berbasis platinum.
4. Pengawasan setelah Pengobatan Primer
Pengawasan pasien setelah pengobatan primer dengan pemeriksaan klinis,
radiologi, dan tes biokimia sekarang umum dilakukan, berdasarkan asumsi bahwa
deteksi awal kekambuhan atau metastasis panyakit akan meningkatkan kesempatan
untuk sembuh. Meskipun sebenarnya, data-data yang ada saat ini tidak menunjukkan
bahwa follow up intensif menggunakan tes biokimia standar dan radiologi setelah
pengobatan primer dapat bermanfaat. Sebaliknya, keberhasilan follow up akan sangat
bergantung pada sensitivitas dan spesifisitas tes diagnosis yang digunakan.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk melihat apakah penggunaan Ca 15-3
sebagai dasar memulai pengobatan awal setelah pembedahan dapat meningkatkan
kesembuhan atau kualitas hidup pasien. Studi oleh Jager dilakukan pada pasien dengan
kadar Ca 15-3 atau CEA yang meningkat, tapi tanpa adanya bukti metastasis penyakit.
Sebagian pasien (n=21) diberikan pengobatan medroxyprogesterone acetate,
sementara sebagian lain (n = 26) tidak. Untuk pasien yang tidak diobati, interval waktu
hingga metastasis terdeteksi adalah 4 bulan, sementara untuk kelompok pasien yang
diobati, interval waktu mencapai > 36 bulan.
Dua studi lain juga menunjukkan bahwa pengobatan awal yang hanya didasarkan
pada peningkatan nilai marker (Ca 15-3, CEA, atau mammary cancer antigen),
meskipun pada pasien asimtomatis, dapat memberikan outcome yang lebih baik,
daripada jika pengobatan didasarkan pada radiologi atau yang lain.
Ketiga studi, walaupun menunjukkan hasil yang bagus, hanya dilakukan pada
pasien yang relatif sedikit, sehingga tidak cukup kuat untuk melakukan suatu
perubahan dalam praktek klinis, misalnya untuk merekomendasikan pasien
asimtomatis dengan tumor marker meningkat untuk memulai suatu terapi baru.
5. Monitor Respon terhadap Terapi pada Pasien Tahap Lanjut
Kriteria yang telah dipakai untuk mengukur respon terhadap terapi pada kanker
payudara tahap lanjut adalah International Union against Cancer Criteria (UICC) yang
mencakup pemeriksaan fisik, pengukuran luka, radiologi dan isotope scanning.
Beberapa studi telah dilakukan untuk mempelajari penggunaan serum marker dalam
hal ini. Penggunaan serum marker memiliki beberapa keuntungan termasuk
sensitivitas yang lebih baik, pengukuran yang lebih objektif dan kenyamanan bagi
pasien.
Dari 11 studi yang dilakukan, didapatkan bahwa 66 % dari pasien membaik
setelah kemoterapi, menunjukkan penurunan konsentrasi marker, 73 % dari pasien
dengan penyakit yang stabil tidak menunjukkan perubahan konsentrasi marker yang
signifikan, dan 80 % dari pasien dengan penyakit yang bertambah parah menunjukkan
peningkatan konsentrasi marker. Dalam sebagian besar studi-studi ini, yang dimaksud
perubahan konsentrasi adalah perubahan kadar Ca 15-3 > 25 %.
Hasil penelitian CEA menunjukkan hasil serupa. 82 % dari pasien memiliki
konsentrasi CEA yang menurun dan respon penyakit, sedangkan 74 % memiliki
konsentrasi yang tinggi dan penyakit yang memburuk.
Walaupun data-data yang telah ada menunjukkan korelasi yang baik antara tumor
marker dengan respon terapi pada penyakit tahap lanjut, ASCO (American Society of
Clinincal Oncology) tidak menganjurkan penggunaan rutin Ca 15-3 atau CEA dalam
hal ini. ASCO hanya menyarankan pengunaan keduanya pada kondisi khusus, dimana
evaluasi klinis sulit dilakukan, dan baik Ca 15-3 maupun CEA tidak dapat berdiri
sendiri dalam menentukan respon terapi pada keadaan apapun.
Selain Ca 15-3 dan CEA, serum Her-2 juga dapat digunakan untuk memonitor
respon pada terapi, terutama pada berbasis trastuzumab. Dalam suatu studi dengan 99
pasien tahap lanjut yang diberi terapi berbasis trastuzumab, didapatkan bahwa korelasi
antara status klinis dengan serum Her-2 adalah 0.793, sementara dengan Ca 15-3
adalah 0.627. Jika kedua marker dikombinasi, didapatkan korelasinya dengan status
klinis adalah 0.83.
Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam Penggunaan Tumor Marker pada Kanker
Payudara :
Tidak ada satupun tumor marker yang meningkat pada semua pasien kanker
payudara, bahkan pada penyakit tahap lanjut.
Marker-marker yang telah ada paling sensitif dalam mendeteksi metastasis dan
kurang berguna dalam diagnosis kekambuhan locoregional.
Besarnya perubahan konsentrasi antar pengukuran masih belum jelas. Perbedaan
merupakan akibat dari CV analitis dan variasi biologis. Jika CV analitis untuk Ca
15-3, CEA, dan TPA diasumsikan 11.2 %, 9.5 %, dan 11 %, maka perbedaan
konsentrasi antar pengukuran adalah 30 % untuk Ca 15-3, 31 % untuk CEA, dan
72 % untuk TPA.
Pola paradoks konsentrasi tumor marker pada awal kemoterapi dapat terjadi.
Suatu studi menunjukkan bahwa terjadi peningkatan tajam kadar Ca 15-3 atau
CEA pada 7 dari 16 pasien yang menjalani kemoterapi. Peningkatan terjadi
selama 31 ?101 hari awal kemoterapi dan kemudian kembali ke konsentrasi pra
pengobatan. Semua pasien yang mengalami peningkatan tajam ini menunjukkan
penyakit yang membaik atau stabil.
Beberapa penyakit non-keganasan dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi
tumor marker. Hepatitis aktif kronis, sirosis hati, sarcoidosis, hipotiroidisme, dan
megablastic anemia dilaporkan dapat meningkatkan konsentrasi Ca 15-3.
Kesimpulan :
Kekurangan utama dari serum tumor marker yang ada saat ini adalah sensitivitas dan
spesifisitas yang kurang baik. Akibatnya semua serum marker yang telah ada tidak dapat
dipakai untuk skrining maupun diagnosis awal kanker payudara. Walaupun demikian, Ca 15-3
merupakan marker prognosis yang baik. Konsentrasi Ca 15-3 pre operasi dapat digabungkan
dengan faktor prognosis lain untuk menentukan perlunya kemoterapi pada pasien Lymph
node negatif. Tumor marker juga telah banyak dipakai dalam follow up pasien setelah
pengobatan, namun karena belum adanya data dari studi yang cukup besar dan acak,
kegunaannya dalam hal ini masih belum jelas. Dalam hal monitor terapi pada penyakit tahap
lanjut, tumor marker sangat berguna, terutama pada pasien yang tidak dapat diperiksa dengan
kriteria standar.
MCA (Mucin-like Carcinoma-associated Antigen)
MCA dihubungkan dengan berbagai kanker payudara. Berbagai penelitian
membuktikan bahwa pasien kanker payudara mengalami kenaikan kadar MCA. Walaupun
MCA bukan merupakan petanda tumor yang specifik, akan tetapi MCA bermanfaat untuk
penilaian faktor prognosis dan pemantauan metastasis (penyebaran) kanker payudara.
MCA adalah sebuah glikoprotein yang termasuk dalam kelompok Mucin. MCA
didefinisikan sebagai Antibodi monoklonal b-12. Mucin mewakili sebuah kelompok petanda
tumor yang secara luas digunakan untuk memonitor pengobatan pada pasien kanker. Molekul-
molekul ini memperlihatkan derajat jarinngan yang sudah pasti adalah kanker secara spesifik.
MCA adalah senyawa dihubungkan dengan kanker payudara. Beberapa peneliti mengatakan
bahwa pasien dengan kanker payudara mempunyai level MCA yang tinggi pada serumnya.
Cancer Antigen 19-9 (Ca 19-9)Pankreas adalah organ dalam perut yang terletak secara horisontal di belakang bagian
bawah lambung. Di dalam pankreas, sel eksokrin pankreas menghasilkan cairan pencernaan,
sedangkan sel endokrin pankreas menghasilkan hormon insulin dan glukagon , yang mengatur
tingkat gula darah dalam tubuh.
Cancer antigen 19-9 (Ca 19-9) adalah antigen kanker yang dideteksi untuk membantu
menegakkan diagnosis, keganasan pankreas, saluran hepatobiliar, lambung dan usus besar.
Kadar Ca 19-9 meningkat pada 70 – 75% kanker pankreas dan 60 – 65% kanker hepatobiliar.
Pada peningkatan ringan, kadar Ca 19-9 dapat dijumpai pada radang seperti pankreatitis,
sirosis hati, radang usus besar. Kanker pankreas merupakan penyakit dimana sel yang bersifat
kanker terbentuk di dalam pankreas. Pada umumnya kanker pankreas berawal dari sel-sel
eksokrin.
Di Amerika Serikat, kanker pankreas merupakan penyebab kematian akibat kanker ke-
4 paling umum. Aktor, Patrick Swayze dan baru-baru ini, pendiri Apple, Steve Jobs,
keduanya meninggal akibat kanker pankreas. Di Singapura, terjadi peningkatan kanker
pankreas selama 40 tahun belakangan ini. Dari tahun 2003 hingga 2007, terdapat sekitar 1000
kasus dengan diagnosa kanker pankreas. Walaupun kanker pankreas tidak termasuk di dalam
urutan 10 besar kanker yang paling umum di Singapura, kanker tersebut menjadi penyebab
ke-6 dan ke-7 kematian akibat kanker untuk pria dan wanita di Singapura.
A. Apa penyebab Cancer 19-9
Yang menjadi penyebab kanker pankreas masih belum jelas. Namun orang-orang
dengan faktor resiko tertentu memiliki kemungkinan besar untuk terkena kanker pankreas.
Faktor-faktor resiko tersebut meliputi:
Merokok: Merokok tembakau adalah faktor resiko utama untuk kanker pankreas. Perokok
berat memiliki resiko terbesar
Diabetes: Mereka dengan diabetes memiliki kemungkinan besar untuk terkena kanker
pankreas.
Faktor genetik: memiliki anggota keluarga terdekat dengan riwayat kanker pankreas,
meningkatkan resiko terkena kanker.
Pancreatitis (radang/infeksi pada pankreas):Peradangan/infeksi pada pankreas untuk
waktu yang cukup lama dapat meningkatkan resiko terkena kanker pankreas.
Obesitas: Mereka yang memiliki kelebihan berat badan memiliki kemungkinan sedikit
lebih banyak daripada orang lain untuk terkena kanker pankreas.
B. Apa saja yang menjadi gejala kanker pankreas?
Gejala-gejala yang timbul sangatlah samar dan karena pankreas terletak di belakang
organ tubuh lain, seringkali kanker pankreas terdiagnosa pada stadium yang sudah lanjut.
Hilangnya berat badan bisa dikatakan merupakan gejala paling awal dan rasa sakit pada perut
bagian atas atau tengah merupakan gejala yang datang belakangan pada kanker pankreas ini.
Sebenarnya Ca 19-9 dikembangkan untuk kanker kolorectal, tapi ternyata lebih sensitif
terhadap kanker pankreas. Kadar normal <37 U/ml, kadar yang tinggi pada awal diagnosis
menunjukkan stadium lanjut dari kanker.
Gejala lain yang mungkin timbul adalah gangguan pencernaan, pembengkakan dan
gerakan usus yang berminyak dapat terjadi bila petumbuhan kanker menghalangi saluran
pankreas sehingga enzim pencernaan tidak dapat disalurkan ke dalam saluran usus. Sakit
kuning – di mana mata dan kulit menjadi kuning – bisa jadi peringatan adanya tumor yang
menghalangi saluran empedu.
C. Bagaimana cara mendiagnosa kanker pankreas?
Bila ada dugaan terkena kanker pankreas, scan CT pada bagian perut perlu dilakukan.
Scan MRI juga mungkin dilakukan untuk membantu dokter melihat pankreas dalam bentuk
visual, sehingga dapat membantu memutuskan prosedur pengobatan. Juga pemeriksaan
pendukung : CEA, Bilirubin, Fungsi Liver.
Prosedur ERCP (endoscopic retrograde cholangio pancreatography) biasanya
dilakukan apabila kanker pankreas sudah terdiagnosa positif. Prosedur ini menggunakan
kamera fiberoptik untuk melihat ke dalam lambung dan usus kecil di mana terdapat saluran
yang mengarah kepada pankreas. Cairan X-Ray disuntikkan ke dalam saluran pankreas
sehingga organ tersebut dapat diambil gambarnya, sehingga keabnormalan saluran pankreas
dapat diidentifikasi. Selama prosedur ECRP, sebagian jaringan akan diangkat untuk keperluan
biopsi.
Metode lain yang tersedia adalah endoscopic ultrasound (EUS) yang menggunakan
alat ultrasound untuk mengambil gambar pankreas dari dalam perut. Alat ultrasound
dimasukkan melalui selang serat optik melalui kerongkongan ke dalam perut untuk
memperoleh gambar pankreas. Prosedur ini juga memungkinkan untuk mengambil sample
jaringan sel untuk keperluan biopsi. Suatu biopsi adalah satu-satunya cara yang pasti untuk
dokter untuk mengetahui apakah kanker hadir. Pada suatu biopsi, dokter mengangkat
beberapa jaringan-jaringan dari pankreas. Mereka diperiksa dibawah sebuah mikroskop oleh
seorang ahli patologi, yang memeriksa untuk sel-sel kanker. Satu cara untuk mengangkat
jaringan adalah dengan suatu jarum yang panjang yang dimasukkan melalui kulit kedalam
pankreas. Ini disebut suatu biopsi jarum. Dokter-dokter menggunakan x-rays atau ultrasound
untuk membimbing penempatan jarum. Tipe biopsi lain adalah suatu biopsi sikat. Ini
dilakukan sewaktu ERCP. Dokter memasukkan suatu sikat yang sangat kecil melalui
endoscope kedalam saluran empedu untuk menyeka sel-sel untuk diperiksa dibawah sebuah
mikroskop.
Adakalanya suatu operasi yang disebut suatu laparotomy mungkin diperlukan. Selama
operasi ini, dokter dapat memperhatikan organ-organ dalam perut dan dapat mengangkat
jaringan. Laparotomy membantu dokter menentukan keadaan atau luasnya penyakit.
Mengetahui keadaan membantu dokter merencanakan perawatan. Contoh-contoh jaringan
yang diperoleh dengan suatu macam biopsi mungkin tidak memberikan suatu diagnosis yang
jelas, dan biopsi mungkin perlu diulang menggunakan suatu metode yang berbeda.
D. Pengobatan & perawatan
Bagaimana metode pengobatan kanker pankreas? Kanker pankreas dapat diobati
dengan menggunakan beberapa metode dengan operasi, terapi radiasi, atau kemoterapi.
Peneliti-peneliti juga sedang mempelajari terapi biologi untuk melihat apakah ia bermanfaat
dalam merawat penyakit ini. Adakalanya beberapa metode-metode digunakan, dan pasien
dirujuk pada dokter-dokter yang berspesialisasi dalam perawatan kanker yang berbeda-beda
macamnya.Kanker pankreas pada tahap dini umumnya dapat diobati dan disembuhkan
melalui pembedahan. Setelah pembedahan, pengobatan lanjutan, atau adjuvant therapy, sangat
umum direkomendasikan.
Kebanyakan pasien terdiagnosa kanker pankreas stadium lanjut sehingga prosedur
pembedahan tidak dimungkinkan. Untuk itu, pengobatan yang dapat dilakukan adalah
radioterapi, kemoterapi atau kombinasi keduanya guna menyusutkan kanker yang ada,
meredakan gejala, dan memperpanjang hidup.
Operasi mungkin dilakukan untuk mengangkat semua atau sebagian dari pankreas.
Adakalanya juga perlu untuk mengangkat sebagian dari lambung, duodenum, dan jaringan-
jaringan lain yang berdekatan. Operasi ini disebut suatu prosedur Whipple. Pada kasus-kasus
dimana kanker dalam pankreas tidak dapat diangkat, ahli bedah mungkin mampu untuk
menciptakan suatu bypass disekitar common bile duct atau duodenum jika salah satunya
terblokir.
Terapi radiasi (juga disebut radioterapi) menggunakan sinar-sinar berkekuatan tinggi
untuk merusak/menghancurkan sel-sel kanker dan menghentikan pertumbuhan mereka.
Radiasi biasanya diberikan 5 hari setiap minggu untuk 5 sampai 6 minggu. Jadwal ini
membantu melindungi jaringan yang sehat dengan menyebarkan keluar total dosis radiasi.
Pasien tidak perlu diopname untuk terapi radiasi. Radiasi juga sedang dipelajari sebagai suatu
cara untuk membasmi sel-sel kanker yang tertinggal pada area setelah operasi. Sebagai
tambahan, terapi radiasi dapat membantu menghilangkan sakit/nyeri atau persoalan-persoalan
pencernaan ketika common bile duct atau duodenum terblokir.
Kemoterapi menggunakan obat-obat untuk membasmi sel-sel kanker. Dokter mungkin
menggunakan hanya satu obat atau suatu kombinasi. Kemoterapi mungkin diberikan dengan
cara oral (melalui mulut) atau dengan suntikan kedalam suatu otot atau vena. Obat-obat
memasuki aliran darah dan berjalan keseluruh tubuh. Kemoterapi biasanya diberikan dalam
siklus; suatu periode perawatan diikuti oleh suatu periode recovery, kemudian periode
perawatan lainnya, dan seterunya.
PENANDA TUMOR Ca-125
Ca-125
merupakan antigen permukaan sel yang diekspresikan oleh sel turunan epitel coelomik
(termasuk endometrium) yang ditetapkan sebagai penanda untuk memantau kondisi para
wanita penderita kanker ovarium. Kadar CA-125 seringkali meningkat pada para wanita
penderita endometriosis tingkat lanjut. Akan tetapi kenaikan kadar juga dapat diamati di tahap
awal kehamilan selama menstruasi normal, dan pada para wanita dengan penyakit radang
pelvik akut atau leiomyoma. Kadar CA-125 serum bervariasi hingga terkadang melewati
siklus menstruasi. Secara umum, CA-125 serum mencapai kadar paling tinggi selama fase
menstruasi dan paling rendah pada fase midfolikuler dan periovulatori. Akan tetapi, penelitian
seputar sensitivitas dan kemampuan pengulangan uji menghasilkan hasil yang berlawanan
sehingga tidak diketahui waktu terbaik untuk melakukan uji. CA-125 serum telah dianjurkan
sebagai uji selektif bagi diagnosis endometriosis. Akan tetapi meta-analisis yang meliputi 23
penelitian terpisah menggunakan penyakit terdiagnosis dengan operasi sebagai standar emas,
mengarahkan pada kesimpulan bahwa penanda yang digunakan terlalu sedikit. Cut off value
yang memberikan 90% spesifisitas mempunyai sensitivitas kurang dari 30%, dan jika
disesuaikan dapat mencapai sensitivitas 50% dengan spesifisitas 70%. Sebagai uji selektif
bagi tahap endometriosis lanjutan, nilai-nilai yang berkaitan dengan spesifisitas 90%
mempunyai sensitivitas kurang dari 50%. Secara umum, sensitivitas uji CA-125 terlalu
rendah sebagai uji seleksi yang efektif bagi diagnosis endometriosis.
Kadar CA-125 serum dapat mempunyai beberapa nilai dalam evaluasi praoperatif para
wanita yang diketahui atau dicurigai menderita penyakit endometriosis tahap lanjut. Sebuah
penelitian telah mengacu pada dugaan bahwa preparasi usus praoperatif mungkin harus
dilakukan dengan hati-hati pada para wanita dengan kadar CA-125 serum di atas 65 IU/mL
(di atas batas normal, yaitu 35 IU/mL), sebab kondisi tersebut dapat disertai adhesi omental,
peluruhan endometrioma, atau hilangnya cul-de-sac. Kadar CA-125 serum juga berguna
untuk membedakan endometrioma ovarium dari kista jinak lainnya, khususnya ketika
dikombinasikan dengan ultrasonografi (USG) transvagina. Ketika respon terhadap pengobatan
diperhatikan, kenaikan CA-125 serum postoperatif yang tetap, mengacu pada prediksi
prognosis yang rendah, tetapi kadar tersebut umumnya bukan suatu prediktor terpercaya
terhadap efektivitas terapi medis.
Pencegahan
Tidak ada cara yang dikenal untuk mencegah kanker ovarium.Tapi hal-hal dapat
menurunkan kesempatan Anda untuk mendapatkan kanker ovarium:
Setelah digunakan pil KB selama lebih dari lima tahun.
Deteksi Dini
Pemeriksaan panggul rektovaginal, USG transvaginal, atau CA-125 tes darah jika:
CA-125 Tes Darah
Ini adalah tes untuk mengukur tingkat CA-125 dalam darah, sebagai indikator dari kanker
ovarium. CA-125 tingkat sering meningkat ketika kanker indung telur hadir, tapi kondisi
lain juga dapat menyebabkan peningkatan kadar, termasuk kehamilan, menstruasi dan
beberapa non-kanker ovarium. Tes tidak membedakan antara tumor ganas dan jinak dan
yang terbaik digunakan dengan penanda tumor kanker lainnya.
Diagnosa
Pemeriksaan fisik: Dokter memeriksa tanda-tanda umum dari kesehatan. Dokter Anda
mungkin menekan perut Anda untuk memeriksa tumor atau penumpukan abnormal cairan
(asites). Sebuah sampel cairan dapat diambil untuk mencari sel-sel kanker ovarium.
Pemeriksaan panggul: Dokter Anda merasa ovarium dan organ terdekat untuk benjolan
atau perubahan lain dalam bentuk atau ukuran. Tes Pap ini merupakan bagian dari
pemeriksaan panggul normal, tetapi tidak digunakan untuk mengumpulkan sel-sel
ovarium. Tes Pap dapat mendeteksi kanker serviks. Tes Pap tidak digunakan untuk
mendiagnosa kanker ovarium.
Tes darah: Dokter Anda mungkin agar tes darah. Lab mungkin memeriksa tingkat zat,
termasuk CA-125. CA-125 adalah zat yang ditemukan pada permukaan sel kanker ovarium
dan pada beberapa jaringan normal. Tingkat CA-125 yang tinggi bisa menjadi tanda
kanker atau kondisi lain. CA-125 tes tidak digunakan sendiri untuk mendiagnosa kanker
ovarium. Tes ini disetujui oleh Administrasi Makanan dan Obat untuk pemantauan respon
wanita untuk pengobatan kanker ovarium dan untuk mendeteksi kembali setelah
pengobatan.
Ultrasound: Perangkat USG menggunakan gelombang suara yang orang tidak dapat
mendengar. Perangkat bertujuan gelombang suara pada organ-organ di dalam panggul.
Gelombang memantul dari organ. Sebuah komputer menciptakan gambar dari gema.
Gambar dapat menunjukkan tumor ovarium. Untuk tampilan yang lebih baik dari indung
telur, perangkat mungkin akan dimasukkan ke dalam vagina (USG transvaginal).
Biopsi: Biopsi adalah pengangkatan dari jaringan atau cairan untuk mencari sel-sel kanker.
Pembedahan biasanya diperlukan untuk mendiagnosis kanker ovarium.
CA-125, kanker antigen-125, adalah protein yang ditemukan pada tingkat sel-sel kanker
ovarium yang paling tinggi dibandingkan dengan sel normal. CA-125 diproduksi pada
permukaan sel dan dilepaskan dalam aliran darah.
CA 125 adalah penanda tumor untuk kanker ovarium dan kadangkala juga kanker rahim,
karena CA 125 akan diproduksi oleh sel kanker dari ovarium (indung telur) dan rahim, dan
masuk ke dalam darah, sehingga bisa terdeteksi dari pemeriksaan laboratorium.
Sensitifitas dan spesifisitas dari tes CA-125 terhadap Kanker ovarium (indung telur) memiliki
keterbatasan.
Untuk spesifisitas, peningkatan CA-125 selain pada kanker ovarium, juga dapat ditemukan
pada jenis kanker lainnya, seperti kanker endometrium, saluran indung telur, paru,
payudara, dan pencernaan. CA-125 dapat juga meninggi pada keadaan endometriosis,
menstruasi, dan hamil, atau penyakit peradangan di sekitar organ produksi.
Untuk sensitifitas, juga ada keterbatasan, karena sekitar 20% kasus kanker ovarium tidak
terjadi peningkatan CA-125 dan hanya 50% dari kasus kanker ovarium tahap awal
mengalami peningkatan CA-125.
Namun tes CA-125 ini dapat dipakai untuk memprediksi adanya suatu kelainan yang
dibutuhkan pemeriksaan lebih lanjut. Jadi bila tes CA-125 mengalami peningkatan,
sebaiknya dicari tahu apa penyebabnya.
Nilai normal CA-125 : 0 – 35 U / mL
Penanda Tumor ini digunakan untuk skrining dan deteksi awal kanker. Sementara skrining
digunakan untuk memeriksa pasien yang tidak mempunyai gejala klinis. Deteksi Awal
dilakukan untuk menemukan kanker apda stadium awal, sebelumnya terjadi penyebaran, dan
masih berespons baik dengan terapi.
“ Penanda tumor yang sudah sangat dikenal yakni dengan pemeriksaan prostate-spesific
antigen ( PSA ) dalam darah yang digunakan ( bersama dengan colok dubur ) untuk skrining
kanker prostat, “ kata dr. Kismardhani.
Menurutnya, penanda tumor biasanya tidak digunakan untuk mendiagnosis kanker. Pada
banyak kasus, kanker hanya didiagnosis dengan biopsi. Namun demikian, penanda tumor
dapat membantu menentukan jenis Kanker dan membantu mendiagnosis penyebaran tumor
ketika tumor primernya belum diketahui. Misal, seorang wanita dengan kanker pelvis dan
abdomen, didapatinya penanda tumor CA 125 dengan kadar tinggi sangat menyokong dugaan
kanker ovarium, walaupun tindakan pembedahan tidak dapat mengidentifikasi sumbernya.
Hal ini menjadi sangat penting karena dapat menentukan terapi untuk jenis kanker ini.
TUMOR MARKER CEA (Carsinoembryonic
Antigen)Petanda tumor adalah substansi biologi yang diproduksi oleh sel sel tumor, masuk
dalam aliran darah, dan dapat dideteksi jumlah/nilainya dengan pemeriksaan. Petanda-petanda
tumor, idealnya mempunyai potensi untuk membantu ahli klinik dengan cara memberi sinyal
aktivitas penyakit dalam keadaan tidak adanya manifestasi klinik, sehingga dengan demikian
memberikan suatu metode skrining untuk penyakit preklinik, memantau status tumor selama
pengobatan, dan mendeteksi kekambuhan dini.
Karena kemajuan dalam teknologi antibodi monoklonal, banyak petanda tumor
sekarang dapat terdeteksi dalam sampel cairan tubuh yang sedikit misalnya serum, urin, atau
asites. Untuk dapat dipakai secara klinik maka petanda tumor harus memiliki sensitivitas dan
spesifitas tertentu, tetapi yang menjadi masalah pada pemakaian klinis suatu petanda tumor
adalah spesifitas.
Dalam teori, petanda tumor yang “ideal” harus mempunyai beberapa atribut:
1. Petanda tumor harus dibuat oleh tumor tersebut dan tidak terdapat pada individu sehat
atau pada individu yang mengalami kelainan non neoplastik.
2. Petanda tumor disekresikan kedalam sirkulasi dalam jumlah banyak sehingga kadar
dalam serum meningkat dalam keadaan adanya sejumlah relatif kecil sel-sel yang
bersifat kanker.Kadar petanda tumor akan seusuai dengan volume dan luasnya
neoplasia sehingga kadar serialnya secara akurat akan mencerminkan perkembangan
klinis penyakit dan regresi ke kadar normal akan terkait dengan kesembuhan.
Klasifikasi lain dari petanda tumor berdasarkan :
1. Produk yang dihasilkan oleh sel tumor itu sendiri (tumor – derived
product). Berupa antigen onkofetal, yang terdiri dari senyawa-senyawa yang
dihasilkan oleh sel embrio dan sel tumor. Senyawa ini juga dihasilkan oleh sel normal
yang ”undifferentiated” tetapi dalam jumlah yang sangat kecil. Dan kadar senyawa ini
akan meningkat secara bermakna pada penderita kanker. Contoh : -
Carcinoembryonic Antigen (CEA) - Alfa – Fetoprotein (AFP)
2. Produk yang menyertai proses keganasan(tumor – associated product).Produk ini
merupakan senyawa yang dibentuk secara sekunder sebagai akibat dari proses
keganasan, dan kadarnya juga akan meningkat secara bermakna pada penderita
kanker.Contoh :- Carbohydrate Antigen 19 – 9 (CA 19 – 9)- Cancer Antigen 125
(CA 125)- Ferritin- B2MicroglobulinNILAI “CUT - OFF values “. Penentuan batas
(Cut – Off) pada penggunaan petanda tumor, baik untuk diagnosis ujisaring, prognosis
maupun pemantauan terapi sangat mempengaruhi interpretasi hasil pemeriksaan.
Karena penentuan cut-off akan menentukan sensitivitas dan spesifisitas diagnosis yang
kita kehendaki.
Petanda Tumor Onkologi Ginekologi
Sejumlah petanda tumor telah memperoleh pengakuan dalam praktek onkologi
ginekologi. Beberapa petanda lain telah teridentifikasi dan berada dalam penyelidikan
untuk menentukan kegunaanya. Kebanyakan petanda yang ditetapkan merupakan antigen2
jaringan, tetapi antigen fetus, hormon, dan enzim2 telah menjanjikan dengan
baik. Antigen Fetus :
a. Alfafetoprotein
b. Antigen Karsinoembrionik
CEA (carsinoembryonic antigen / antigen karsinoembrionik)
Antigen karsinoembrionik adalah glikoprotein keluarga imunoglobulin dengan 29
berkas genetik yang berperan dalam adhesi sel, 18 di antaranya
merupakan ekspresi normal(W). Sedangkan menurut Sacher(2004), Glikoprotein ini adalah
suatu antigen onkofetal, yaitu dalam keadaan normal banyak ditemukan pada masa janin,
tetapi tidak ada atau sangat berkurang konsentrasinya pada orang dewasa kecuali secara
spesifik disintesis oleh sel-sel yang berproliferasi abnormal (Sacher, 2004). Ini dikarenakan
CEA diproduksi pada masa embrio dan terhenti sebelum masa kelahiran(W). Pertama kali
teridentifikasi pada tahun 1965 pada pasien-pasien penderita adenokarsinoma kolon.
Selanjutnya, CEA ditemukan diekspresikan pada usus, hati, dan pankreas fetus. CEA
merupakan suatu glikoprotein membran permukaan sel dengan berat molekul 200.000.
Antigen karsinoembrionik (CEA) terdeteksi dalam jumlah yang besar pada pasien
dengan keganasan saluran cerna (termasuk pankreas), paru, payudara, dan ovarium. Dengan
demikian, antigen ini tidak spesifik-tumor; konsentrasinya dalam serum juga bergantung pada
berbagai faktor misalnya peradangan dan apakah pasien perokok (kadar lebih tinggi). Karena
perbedaan antara keganasan dan penyakit jinak tidak dapat dibuat hanya berdasarkan kadar
CEA, prosedur ini tidak dianjurkan untuk pemeriksaan penapisan kanker. Namun, setiap
peningkatan kadar yang berlebihan seyogyanya menimbulkan kecurigaan dan mungkin perlu
ditindak-lanjuti dengan evaluasi diagnostik yang lebih mendalam (Sacher, 2004).
Ekspresi CEA jaringan dapat diperlihatkan secara imunohistokimiawi pada banyak
keganasan ginekologi tetapi kadar serum sangat bervariasi. Sebagai konsekuensi dari tidak
adanya korelasi antara volume tumor dan kadar serum, CEA tidak terbukti merupakan suatu
alat skrining yang bermanfaat. Namun, pada pasien-pasien individual, CEA dapat merupakan
suatu petanda yang sensitif. Peningkatan kadar CEA sesudah remisi awal bersifat sangat
indikatif untuk terjadinya kekambuhan tumor dan dapat mengakibatkan pelembagaan dini
untuk pengobatan sekunder(Unk). Kadar CEA mungkin cukup bernilai untuk mengikuti
perjalanan klinis pasien-pasien dengan keganasan untuk mendeteksi bukti-bukti kekambuhan
sebelum dapat dideteksi secara klinis(Schwartz, 2000).
Untuk karsinoma kolorektum, CEA sudah menjadi parameter pemantau utama untuk
deteksi dini kekambuhan atau relaps setelah pangangkatan tumor secara bedah, radiasi, atau
kemoterapi. Setelah reseksi bedah karsinoma kolon, maka CEA plasma yang semula
meningkat seharusnya turun ke normal setelah 4 sampai 6 minggu. Peningkatan yang menetap
mungkin mengisyaratkan reseksi yang tidak tuntas atau adanya metastasis. Sebagian
keganasan kolorektum yang berdiferensiasi buruk mungkin tidak memperlihatkan
peningkatan CEA, dan dengan demikian diperlukan suatu kadar basal untuk menentukan
apakah setiap tumor pasien merupakan kandidat untuk tipe pemantauan ini. Tipe tumor lain
yang sering menghasilkan CEA juga harus dievaluasi secara individual untuk menentukan
apakah pemantauan CEA dapat diterapkan(Sacher, 2004).
Salah satu aspek teknis yang perlu dicatat adalah bahwa immunoassay dari produsen
yang berbeda menggunakan antibodi yang reaktivitasnya terhadap CEA sedikit berbeda-beda,
sehingga kadang-kadang dijumpai ketidakcocokan antara hasil-hasil pemeriksaan. Dengan
demikian, agar pemantauan bermanfaat maka pasien harus menjalani pengukuran serial CEA
di laboratorium yang sama dengan tempat pengukuran dimulai. Yang menarik, struktur
kimiawi CEA dengan residu-residu asam sialatnya bereaksi dengan kalsium sedemikian rupa
sehingga terjadi sedikit perubahan rektivitas antigen. Dengan demikian, spesimen dari pasien
yang sama yang diambil sebagai serum atau dimasukkan ke EDTA (yang mengikat kalsium)
diperkirakan memberikan hasil kadar CEA yang sedikit berbeda(Sacher, 2004).
Baru-baru ini, the American Society of Clinical Oncology (ASCO) mengembangkan petunjuk
untuk pemakaian penanda tumor pada kanker payudara dan kolorektum (Sacher, 2004):
CEA seyogyanya tidak digunakan sebagai uji penapisan untuk kanker kolorektum
CEA dapat diperiksa praoperasi pada pasien dengan karsinoma kolorektum apabila hal
ini membantu menentukan stadium dan merencanakan pengobatan
CEA dapat diperiksa setiap 2 sampai 3 bulan pascaoperasi apabila akan diindikasikan
reseksi metastasis hati
CEA dapat diperiksa untuk memantau pengobatan metastasis
Walaupun menyatakan bahwa CEA adalah penanda pilihan untuk memantau kanker
kolorektum, namun petunjuk-petunjuk ini juga menekankan sifat nonspesifisitas relatif CEA
untuk keganasan tersebut (versus keganasan lain, penyakit hati, penyakit ginjal, efek terapi,
dsbnya), tidak adanya terapi efektif untuk banyak kasus dengan peningkatan kadar CEA
(walaupun peningkatan kadar secara tepat memperkirakan prognosis yang buruk), dan
besarnya biaya untuk pemeriksaan yang ekstensif. Bagaimanapun, pemantauan pasien kanker
kolorektum dengan CEA sudah menjadi praktik standar di banyak daerah(Sacher, 2004).
Petunjuk ASCO tidak menganjurkan CEA untuk pemeriksaan penapisan, diagnosis,
penentuan stadium, atau surveilans rutin pada pasien dengan kanker payudara setelah terapi
awal, juga tidak untuk memantau respon penyakit metastasis terhadap pengobatan. Namun,
peningkatan kadar CEA dapat digunakan untuk mendeteksi rekurensi apabila tidak ada
parameter penyakit yang lain(Sacher, 2004).
Pemeriksaan CEA
Deskripsi : Carcinoembryonic Antigen (CEA) merupakan penanda berbagai jenis
kanker yang dikombinasikan dengan penanda tumor lainnya.
Manfaat
Pemeriksaan
: (1) Bersama dengan penanda tumor lain untuk mendeteksi karsinoma
saluran cerna (CA 19-9), kanker payudara (CA 15-3), kanker ovarium
(CA 125), kanker paru (NSE), kanker pankreas, kanker usus halus, dan
kanker lambung; (2) Prognosis dan follow up kanker kolorektal; (3)
Pemeriksaan pasca operasi dan pemantauan prognosis kanker.
Persyaratan &
Jenis Sampel
: 0,5 (0,25) mL Serum
Stabilitas
Sampel
: 2-8 °C : 48 jam, <= -20 °C : > 48 jam
Prosedur : -Ambil 10 mL darah vena dan masukkan ke dalam tabung tertutup merah
atau jingga muda. Hindari hemolisis
-Heparin sebaiknya tidak diberikan selama 2 hari sebelum pemeriksaan
karena mempengaruhi hasil
-Tidak perlu pembatasan makan dan cairan
Nilai Rujukan : Dewasa: tidak merokok: <2,5 ng/ml; Merokok: <3,5 ng/ml
Gangguan inflamasi akut: 10 ng/dl; Neoplasma: 12 ng/dl
Catatan : Kriteria penolakan sampel : Hemolisis : Mutlak; Beku ulang : Mutlak.
Sampel tidak boleh mengandung fibrin, sel darah merah atau partikel lain.
COLON ALBUMIN
Angka kejadian kanker kolorektal sebagai penyakit keganasan menduduki urutan
kedua setelah kanker payudara pada wanita dan kanker paru pada pria.
Karsiona pada daerah kolon asenden dan transverus biasanya menyebabkan perdarahan
sedikit demi sedikit dan tidak dapat dideteksi oleh mata serta tidak menyebabkan rasa sakit.
Tes kolon albumin merupakan tes imunokimia pertama untuk menentukan adanya
albumin yang berasal dari darah pada penyakit kolorektal dan tes ini tidak memerlukan
persiapan diet. Sampai saat ini pemeriksaan darah samar dalam tinja masih banyak
menggunakan bensidin, α-tolidin, guaiak, tetapi untuk pemeriksaan dengan cara tersebut
banyak kendalanya.
Dalam penelitian ini dilaporkan hasil penelitian banding kedua pemeriksaan di atas
terhadap 10 tinja penderita dengan suspek keganasan kolorektal. Bahan penelitian diambil
dari 11 orang laki-laki dan 7 orang perempuan yang berusia antara 21-54 tahun. Dilakukan
pula uji diagnostic dengan memakai control pasangan penderita. Dengan table kontingensi 2
x 2 diperoleh sensitivitas 100%, spesifisitas 93,7% dan akurasi 96,7%
Akhir-akhir ini diperkenalkan suatu tes baru untuk membuktikan adanya perdarahan
kolorektal dengan mendeteksi albumin dari tinja yang secara tidak langsung juga
membuktikan adanya darah dalam tinja tersebut. Pemeriksaan tersebut berdasarkan prinsip
imunologi menggunakan antibody monoclonal terhadap albumin dan disebut tes kolon
albumin. Tes ini cara kerjanya mudah, spesifik untuk albumin manusia. Tes darah samar tinja
merupakan tes yang sangat sensitive tetapi tidak spesifik.
Pemeriksaan untuk mendeteksi adanya albumin dalam tinja yang digunakan untuk
mengetahui adanya perdarahan. Albumin serum manusia di tinja merupakan indikator
perdarahan kolorektal seperti pada beberapa penyakit saluran cerna yang merupakan
keganasan. Pemeriksaan cara ini dikenal dengan nama tes kolon albumin. Tes kolon albumin
merupakan tes imunokimia pertama untuk menentukan adanya albumin yang berasal dari
darah pada penyakit kolorektal. Tes ini digunakan untuk medeteksi secara dini kanker
kolorektal. Pada cara ini penderita tidak membutuhkan diet bebas daging maupun vitamin C
sebelum pemeriksaan. Pada pemeriksaan ini digunakan antibodi monoklonal terhadap serum
albumin manusia sehingga spesifisitasnya tinggi. Antibodi monoklonal yang sudah diikat
dengan enzim B-galaktosidase akan berikatan dengan albumin serum manusia membentuk
suatu kompleks. Kompleks ini akan bereaksi dengan substrat B-galaktosidase dan
menghasilkan warna merah.
Prinsip pemeriksaanya adalah Antibodi monoklonal yang sudah diikat dengan enzim
B-galaktosidase akan berikatan dengan albumin serum manusia membentuk suatu kompleks.
Kompleks ini akan berikatan dengan substrat klorofenol B-galaktosidase yang berwarna
merah. Reaksi antara enzim dengan substrat terjadi pada medan pembacaan yang
menghasilkan produk berwarna merah. Bahan dan reagen terdiri dari stool application slide,
tes strip, cairan developer, dan spatula. Cara pemeriksaan dengan meletakkan sedikit tinja
pada suatu stool application slide, kemudian tes strip dimasukkan ke dalamnya dan
tambahkan suatu cairan pengelusi. Hasilnya dilihat dalam waktu 5 sampai 15 menit. Jika
terdapat 5 mg albumin manusia serum perliter (0,5% darah dalam tinja) akan menimbulkan
warna merah yang berarti positif. Hasil dilaporkan negatif bila pada medan pembacaan
terdapat warna kuning.
Tes ini sebaiknya dilakukan setiap tahun untuk umur diatas 40 tahun.
Tumor Marker Human Papilloma Virus (HPV)
Human Papilloma Virus (HPV) adalah salah satu contoh virus DNA atau virus yang
hanya memiliki asam deoksiribonukleat, dan termasuk ke dalam famili Papovaviridae.
Papovavirus yang termasuk dalam famili Papovaviridae yang mempunyai kapsid ikosahedral
yang tidak berselubung, berukuran kecil dengan diameter antara 45-55 nm, tahan panas dan
resisten terhadap eter. Virus ini mengandung genom beruntai ganda atau double stranded
DNA dengan gulungan genom melingkar berukuran 8.000 dalton, berbentuk simetri kubikal
diliputi oleh 2 protein kapsid, yaitu L1 dan L2, serta memiliki 72 kapsomer. Kapsid ini
berperan sebagai tempat infeksi pada sel.
Berbagai tipe HPV yang dapat menginfeksi manusia, antara lain HPV tipe 1,2, dan 4
merangsang proliferasi papillomata yang jinak dan tidak berkembang ganas. Sedangkan HPV
tipe 5 yang mempunyai sifat khas membentuk kutil pada kulit cenderung untuk berkembang
menjadi ganas. Demikian juga halnya HPV tipe 6 dan HPV tipe 11 yang diduga penyebab
kondiloma akuminata dapat berkembang dari papilloma yang jinak menjadi karsinoma yang
ganas. Papilloma laring pada manusia terjadi akibat proliferasi mukosa yang dirangsang oleh
Papilloma virus tipe 11 yang dapat berkembang menjadi ganas sesudah melewati masa laten
yang berlangsung sekitar 30 tahun atau lebih. Karsinoma leher rahim yang ganas pada
manusia diduga terjadi akibat rangsangan oleh HPV tipe 16 dan HPV tipe 18.
Virus HPV (Human Papilloma Virus) adalah virus yang menjadi pelaku perusakan sel
– sel tubuh dan menjadi faktor utama pada beberapa jenis penyakit kanker. Kanker adalah
kondisi kelainan pada jaringan organ tubuh berupa tumbuhnya sel – sel abnormal secara
cepat, dan akhirnya mengganggu kinerja sel – sel normal. Virus HPV disebut sebagai virus
yang menyebabkan 97% kasus Karsinoma Skuamosa. Terdapat lebih dari 138 varian HPV,
tetapi hanya 4 tipe yang telah diketahui secara positif mengganggu wilayah alat kelamin
manusia. HPV 16 dan HPV 18 dinyatakan positif menyebabkan hampir 70% kasus kanker
leher rahim. Sedangkan dua varian lain, yaitu HPV 6 dan HPV 11 adalah penyebab
munculnya kutil kelamin yang berpotensi berkembang menjadi tumor. HPV dapat ditularkan
melalui hubungan seks. Bahkan pada orang yang melakukan seks oral, HPV 6 dan 11 dapat
berpindah ke tenggorokannya dan menimbulkan kutil pada jaringan lunak sekitar rongga
mulut, dan berpotensi terserang kanker mulut dan kanker tenggorokan.
Human Papillomavirus (HPV) merupakan agen menular seksual paling luar biasa di
dunia. Tingginya tingkat penyebaran HPV telah dilaporkan, terutama di kalangan orang muda
yang aktif secara seksual. Infeksi persisten dengan jenis HPV onkogenik, dalam HPV 16
tertentu, disebabkan oleh yang berkaitan dengan perkembangan lesi anogenital seperti serviks
neoplasia intra-epitel (CIN), vulva intraepithelial neoplasia (VIN), dan anal intraepithelial
neoplasia (AIN), serta perkembangan selanjutnya adalah karsinoma sel skuamosa. Infeksi
HPV adalah asimtomatik pada sebagian besar individu imunokompeten, dan sebagian kecil
pada pria dan wanita yang gagal untuk mengontrol infeksi virus dan mengembangkan kanker
terkait HPV.
Diagnosa Human Papilloma Virus
Dasar diagnosa secara klinis diperkuat oleh pemeriksaan adanya DNA papillomavirus
yang spesifik yang ditemukan pada sel tumor melalui pemeriksaan imunologik dan uji
Hibridisasi Molekuler. Tipe virus ditetapkan dengan analisis enzim terhadap DNA
papillomavirus yang telah dilemahkan.
Tidak ada pemeriksaan menggunakan darah pada HPV tetapi beberapa pemeriksaan
membantu dalam diagnosa virus tersebut. Diantaranya :
Pap Test – selama pemeriksaan ini diagnosa ditegakkan dengan mengambil sampel
dari servik yang berupa pengelupasan sel dan specimen biopsi. Diantaranya adalah sel
epitel skuamosa yang menunjukkan perinuklear yang jelas dan peningkatan kepadatan
yang mengelilingi sitoplasma. Sel tersebut diperiksa dibawah mikroskop untuk
melihat adanya perubahan didalam sel, walau tanpa adanya kutil pada bagian genital.
Colposcopy – Pemeriksaan klinik tidak sensitif untuk mendeteksi infeksi laten
subklinikal genital HPV. Tes ini menggunakan semacam alat yang disebut
colposcope. Sinarnya terang dan memberikan tampilan yang baik pada serviks. Lesi
pada servik akan nampak jika dikombinasikan dengan larutan asam asetat. Larutan
asam asetat dimasukkan ke dalam serviks, larutan tersebut akan merubah sel abnormal
yang terinfeksi HPV menjadi putih. Sehingga mudah untuk dilihat. Pemeriksaan akan
relatif memakan waktu dan juga mahal. Lesi tingkat tinggi bisa lolos dari deteksi
menggunakan biopsy langsung colposcopy mencapai 3% wanita dengan smear yang
abnormal. Sebagai tambahan biopsi langsung colposcopy dapat gagal untuk
mendeteksi lesi tingkat tinggi dan mikro-invasif karsinoma.
HPV DNA Test – pemeriksaan ini digunakan untuk melihat secara langsung material
genetic atau DNA dari HPV dari sel sampel. Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk
mendeteksi tipe HPV yang berkaitan dengan kanker servik. Sampel yang digunakan
dalam pemeriksaan ini biasanya diambil secara bersamaan dengan pap test.
Deteksi antigen dengan Imuniositikimia – menggunakan antibodi poliklonal yang
direaksikan dengan struktur protein L didalam biopsi yang menandakan adanya HPV
yang ditandai dengan adanya perubahan morfologi sel, tetapi tes ini relative tidak
sensitif sehingga digantian dengan hibridisasi In Situ.
Hibridisasi In Situ – biopsy hibridisasi in situ dihubungkan dengan deteksi HPV-
DNA dengan histopatologi. Adanya HPV pada lesi histopalogi yang samara atau
kurang jelas didalam biopsy dapat dapat diketahui dengan hibridisasi in situ. Karena
hibridisasi in situ mendeteksi 25 salinan HPV-DNA atau lebih per sel, lesi tingkat
tinggi yang mengandung jumlah HPV-DNA virus yang sedikit.
Hybrid Capture Sistem – suatu metode pemeriksaan yang diakui secara internasional
oleh badan makanan dan obat Amerika Serikat untuk mendeteksi HPV pada sel yang
mengelupas. Tes ini dapat digunakan untuk mendeteksi DNA dalam jumlah kecil
dibandingkan dengan metode langsung.
NSENSE merupakan salah satu dari tiga bentuk enolase, sebuah enzim yang terdapat di lintasan
glikolisis. Walaupun cukup spesifik di neuron, NSE juga dapat ditemukan di kultur sel
neuroendokrin dan bentuk sel kanker terkait.
Deskripsi : Neuron Spesific Enolase merupakan isoenzim glikolitik enolase
yang memiliki tiga sub unit yaitu alfa, beta dan gamma.
Manfaat
Pemeriksaan
: (1) Diagnosis dan pemantauan terapi Small Cell Lung Carcinoma
(SCLC); (2) Diagnosis dan pemantauan neuroblastoma.
Persyaratan & Jenis
Sampel
: 0.5 (0.3) mL serum
Stabilitas Sampel : 15-25 °C : 6 jam, 2-8 °C : 24 jam, -20 °C : 3 bulan
Persiapan Pasien : -
Hari Kerja : Kamis (08.00, 13.00, 15.00)
Metode : ECLIA
Nilai Rujukan : < 16.3 ng/mL
Tempat Rujukan : Prodia Jakarta Kramat
Catatan : Kriteria penolakan sampel : Hemolisis : Mutlak; Lipemik : Tidak
Mutlak; Beku ulang : Mutlak.
Neuron Spesific Enolase subunit γ terdapat dalam konsentrasi tinggi pada sel neuron,
sel neuroendokrin dan tumor neurogenik. Selain itu,juga terdapat pada jaringan otot polos,
trombosit, sel epitel Henle, sel macula densa ginjal, sel epitel bronkhus dan pneumocyte tipe
2. Peningkatan kadar NSE dalam serum ditemukan pada 75% kasus SCLC dan 14% kasus
NSCLC. Pemantauan kadar NSE serum secara berkala selama dan setelah pengobatan dapat
memberikan gambaran perkembangan kanker atau kekambuhan.
Konsentrasi NSE di dalam CSF akan meningkat seiring terjadinya stroke iskemik dan
sejumlah cedera otak lain seperti subarachnoid hemorrhage, ICH, dan lain-lain, hingga mulai
dapat dideteksi setelah 4-8 jam setelah terjadinya serangan. Konsentrasi tertinggi setelah
terjadi stroke iskemik memiliki korelasi dengan nilai pada skala stroke NIH.
SCCKarsinoma Sel Skuamosa adalah jenis kanker kulit non-melanoma yang dimulai dari
sel epitel gepeng. Merupakan jenis kanker kulit non-melanoma kedua yang paling sering
terjadi, lebih sering terjadi pada orang berusia setengah baya, orang tua atau orang yang
berkulit kuning langsat. Sel epitel gepeng terletak di bawah permukaan kulit terluar.
Karsinoma sel gepeng berkembang karena proliferasi dari sel-sel tersebut yang tidak
terkendali. Hal ini juga dapat terjadi akibat rusaknya DNA yang berfungsi untuk mengatur
pertumbuhan sel.
Kebanyakan karsinoma sel gepeng merupakan akibat dari paparan jangka panjang dari
radiasi ultraviolet (UV), baik dari sinar matahari atau dari ranjang mesin penyamak kulit atau
dari lampu. Karsinoma sel gepeng pertama kali dimulai sebagai keratosis aktinik
(pertumbuhan pre-kanker) yang biasanya disebabkan oleh paparan sinar matahari. Kondisi ini
sering muncul sebagai bercak merah, bersisik dan kemudian berkembang menjadi permukaan
yang menyerupai kutil yang keras. Apabila tidak dirawat, beberapa dari kondisi ini dapat
berkembang menjadi karsinoma sel gepeng. Karsinoma sel gepeng yang berat dapat merusak
jaringan yang sehat di sekeliling tumor, menyebar ke kelenjar getah bening atau organ lain,
dan seringkali berakibat fatal. Komplikasinya antara lain penyebaran lokal dari tumor atau
penyebaran ke sisi yang lebih jauh tetapi keduanya relatif jarang dan perlahan (tetapi lebih
besar daripada karsinoma sel basal).
Salah satu sarana yang saat ini dapat digunakan adalah penggunaan pertanda tumor
dan untuk kanker serviks adalah petanda tumor antigen Squamous Cell Carcinoma (SCC).
Squamous Cell Carsinoma pertama kali ditemukan oleh Torigoe dan Kato pada tahun 1977
dengan nama TA-4, pada karsinoma sel skuamous. Selain dipakai sebagai petanda tumor
untuk diagnosis kanker serviks, menurut Fisbach, Antigen SCC terbukti sangat bermanfaat
untuk diagnosis dan pemantauan terapi. Nilai batas (cut off value) SCC adalah 2,0 ng/ml.
Kadar antigen SCC meningkat pada hampir semua karsinoma serviks stadium lanjut.
Klasifikasi Histopatologi
Secara histopatologi, Karsinoma serviks terdiri dari beberapa jenis. Paling sering
ditemukan jenis karsinoma sel skuamous sekitar 80-95 %, sedang jenis adenokarsinoma
ditemukan 10-15 %. Beberapa tipe lain yang sangat jarang ditemukan adalah karsinoma
glassy cell, karsinoma adenokuamosa dan karsinoma adenoid kistik.
Karsinoma sel skuamous terjadi pada SSK dan hampir seluruhnya tanpa keratinisasi.
Hal ini disebabkan epitel berlapis serviks dan epitel torak selapis endoserviks merupakan
epitel yang tidak berkeratin. Sel tumor bentuk pleimorf, rasio inti sitoplasma meninggi.
Inti hiperkromatik, membran inti kasar dan aktivitas mitosis dapat ditemukan. Secara
makroskopik pada tingkat lanjut dapat ditemukan bentuk yang khas menyerupai bunga kubis
dikenal sebagai bentuk eksofitik dan juga ditemukan adanya ulkus. Berdasarkan derajat
diferensiasi sel dibagi dalam 3 jenis, yaitu diferensiasi baik diferensiasi sedang dan
diferensiasi buruk.
Adenokarsinoma berasal dari pertumbuhan ganas epitel kelenjar endoserviks. Pada
pemeriksaan mikroskopik terlihat susunan kelenjar yang tidak teratur dengan inti yang
hiperkromatik, besar, ireguler dan basofilik. Pada tingkat lanjut kelenjar tersusun lebih
berdekatan, inti hiperkromatik, kasar, ireguler dan eosinofilik. Sel tumor telah menembus
membrana basalis dan menginfiltrasi stroma sekitarnya, struktur tersebut berdifferensiasi baik.
Differensiasi jelek dimana struktur kelenjar sama sekali tidak teratur sehingga sulit
menentukan jenisnya.
Stadium Klinik Kanker Serviks (Sistem FIGO) 1994
Stadium 0 Karsinoma in situ. Intraepitelial karsinoma
Stadium I Karsinoma terbatas pada serviks (terlibatnya korpus uteri dapat diabaikan)
IA Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan mikroskopis (invasi stroma dini)
IA1 Invasif pada stroma dini
1A2 Kedalaman invasi < 5 mm, diameter lesi < 7 mm
1B2 Lesi lebih besar dari 1 A2 dan secara klinis dapat atau tidak dapat terlihat
Stadium II Karsinoma meluas keluar uterus, tetapi belum mencapai dinding panggul
atau 1/3 distal vagina
IIA Proses belum mencapai parametrium
IIB Telah mencapai parametrium
Stadium III Proses mencapai 1/3 distal vagina, atau telah mengganggu fungsi ginjal atau
ditemukan hidronefrosis
IIIA Telah mencapai 1/3 distal vagina, belum mencapai dinding panggul
IIIB Telah mencapai dinding panggul atau telah terdapat kelainan fungsi ginjal dan
hidronefrosis
Stadium IV Karsinoma meluas keluar rongga panggul, atau secara klinis telah meliputi
mukosa kandung kemih atau rectum
IVA Proses telah mencapai organ lain, vesika urinaria dan rektum, hasil biopsi dari
organ positif
IVB Telah terjadi metastasis jauh
PETANDA TUMOR
Petanda tumor adalah zat-zat yang secara khusus diproduksi oleh sel kanker dan dilepaskan ke
dalam darah atau cairan tubuh dalam jumlah yang dapat dideteksi. Antigen sebagai petanda
tumor ini dapat diukur dengan pemeriksaan imunologik dan secara hipotetik kadarnya
sebanding dengan populasi sel ganas atau besarnya massa tumor. Sampai batas tertentu,
petanda tumor ini dapat dipakai untuk penapis diagnosis, penentuan prognosis, penentuan
stadium dan klasifikasi tumor.
Sintesis dan Sekresi Petanda Tumor
Petanda tumor merupakan produk sel-sel tubuh sebagai respons terhadap proses keganasan.
Setelah disintesis dan diproduksi, petanda tumor ini akan dilepaskan ke dalam peredaran
darah, cairan dan jaringan tubuh sehingga secara kuantitatif (biokimiawi maupun
imunokimiawi) kadarnya dapat diperiksa.
Kegunaan Petanda Tumor
Dengan perkembangan metodologi pemeriksaan dan makin spesifiknya antibodi monoklonal
yang dipakai, dewasa ini telah banyak petanda tumor yang ditemukan. Petanda tumor ini
dapat digunakan untuk:
1. Deteksi dini atau uji saring untuk kanker primer
2. Diagnosis
3. Menentukan tingkat keganasan sebelum dilakukan terapi
4. Deteksi adanya kekambuhan dan metastasis
5. Evaluasi prognosis
6. Pemantauan respons terhadap terapi
Waktu Pemeriksaan Petanda Tumor
Dewasa ini pemeriksaan petanda tumor telah diterima secara luas sebagai piranti yang
sangat penting untuk pemantauan terapi maupun untuk menentukan adanya kekambuhan.
Untuk memperoleh hasil yang optimal pada penggunaan petanda tumor, maka
pemeriksaan harus ditentukan tepat waktu secara klinis dan diperiksa dengan memakai
metode yang mempunyai koefisien variasi (KV) yang cukup kecil, sehingga pada waktu
diagnosis maupun pemantauan terapi, dimana diperlukan pemerikasaan secara seri, dapat
diandalkan artinya kenaikan atau penurunan hasil dapat menggambarkan keberhasilan terapi
atau menunjukkan adanya kekambuhan dan bukan karena variasi hasil pemeriksaan itu
sendiri.
Pemeriksaan pertama harus dilakukan sebelum operasi atau sebelum terapi dimulai
dan pemeriksaan berikutnya harus dilakukan sebelum penderita meninggalkan rumah sakit.
Sebab penanganan selanjutnya tergantung dari hasil pemeriksaan ini.
Jenis Petanda Tumor
Adanya keterbatasan sensitivitas dan spesifitas petanda tumor menyebabkan orang
berusaha meningkatkannya dengan menggunakan kombinasi petanda tumor (panel petanda
tumor) dan banyak penelitian telah membuktikan adanya peningkatan sensitivitas dengan
kombinasi ini.
Disamping itu interpretasi petanda tumor tunggal amat sulit, mengingat fakta bahwa pada tipe
histologik yang berbeda maupun organ yang berbeda, suatu tumor bervariasi dalam
mengeluarkan produknya atau yang berkaitan dengan proses keganasan.
Antigen Squamous Cell Carsinoma (SCC)
Antigen Squamous Cell Carsinoma (SCC) pertama kali dilaporkan oleh Kato dan
Torigoe pada tahun 1977 yang merupakan sub fraksi dari tumor antigen TA-4 yang diambil
dari 4 tahap pemurnian antigen tumor ini dari karsinoma sel skuamous pada serviks uteri
dengan berat molekul 48.000 dalton yang berlokasi pada sitoplasma epitel skuamous.
Pada karsinoma serviks antigen SCC digunakan untuk :
1. Diagnosis : dengan nilai batas normal 2 ng/ml, maka sensitivitas diagnosisnya 51%
2. Meramalkan prognosis : Kadar yang tinggi pada saat diagnosis menunjukkan
prognosis yang kurang baik. Pemeriksaan sebelum terapi bermanfaat untuk
menentukan pasien yang berisiko tinggi untuk kambuh sehingga dapat pemantauan /
terapi yang intensif.
Lemier dkk, melaporkan 10 dari 11 pasien mengalami respon komplit/parsial terhadap
kemoterapi mempunyai kadar Antigen SCC yang menurun.
3. Deteksi kekambuhan : sensitivitasnya 83%
4. Keparahan penyakit : Jumlah kasus dengan kadar antigen SCC di atas normal
tergantung stadium. Makin tinggi stadium makin banyak jumlah kasus dengan antigen
SCC yang positif. Pada stadium I : 20,4%, Stadium II : 73,1%, Stadium III : 96% dan
Stadium IV : 100% (Penelitian Kato).
Kadar antigen SCC meningkat pada hampir semua karsinoma serviks stadium lanjut. Akan
tetapi sebaliknya petanda tumor tidak bermanfaat untuk mendeteksi penyakit pra kanker /
karsinoma in situ atau karsinoma pra invasif.
PSA (PROSTATE SPESIFIC ANTIGEN )
Prostat adalah kelenjar seks pada pria, terletak di bawah kandung kemih dan
mengelilingi saluran kencing. PSA adalah enzim yang dikeluarkan oleh kelenjar prostat yang
berfungsi untuk mengencerkan cairan ejakulasi sehingga memudahkan pergerakan sperma.
Pada keadaan normal, hanya sedikit PSA yang masuk ke dalam aliran darah tetapi bila terjadi
peradangan atau kerusakan jaringan prostat maka kadar PSA dalam darah meningkat. Jadi
peningkatan kadar PSA bukan hanya disebabkan oleh kanker prostat tetapi dapat juga
disebabkan oleh BPH.
Dalam darah, PSA ditemukan dalam keadaan bebas (free-PSA) dan sebagian besar diikat
oleh protein (disebut c-PSA atau complexed-PSA). Pada BPH (pembesaran prostate yang
jinak ) konsentrasi free PSA lebih dominan sedangkan pada kanker prostat peningkatan c-
PSA yang lebih dominan.
Kanker prostat adalah penyakit kanker yang menyerang kelenjar prostat, dimana sel-sel
kelenjar prostat tumbuh secara abnormal tak terkendali sehingga mendesak dan merusak
jaringan sekitarnya. Pada pria berusia lanjut > 60 tahun hasil PSA bisa membuat rancu apakah
pembesaran prostate jinak/ BPH yang sering terjadi pada pria berusia lanjut atau
keganasan .Untuk membedakan apakah peningkatan kadar PSA disebabkan oleh BPH atau
kanker prostat maka dianjurkan pemeriksaan rasio free-PSA/PSA total atau rasio c-PSA/PSA
total terutama bagi mereka yang kadar PSA totalnya antara 2.6-10 ng/ml.
Penyebab kanker prostat belum diketahui secara pasti, namun penelitian telah menemukan
beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena kanker prostat, yaitu :
Usia
Risiko kanker prostat akan meningkat setelah usia 50 tahun.
Ras/Etnis
Orang berkulit hitam memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker prostat dibandingkan
orang berkulit putih.
Riwayat Keluarga
Jika Ayah atau saudara laki-laki Anda menderita kanker prostat, maka risiko Anda
akan meningkat lebih dari dua kali lipat. Risiko akan semakin tinggi jika Anda
memiliki kerabat yang terdiagnosa kanker prostat di bawah usia 65 tahun.
Diet
Diet tinggi lemak dan obesitas (kegemukan) akan meningkatkan risiko kanker prostat.
GEJALA KANKER PROSTAT
Gejala yang biasa muncul menyerupai gejala BPH (Benign Prostatic
Hyperplasia/penyakit pembesaran prostat jinak) yang sering dijumpai pada pria lanjut usia.
Akibatnya, kedua penyakit ini sulit dibedakan sehingga diperlukan pemeriksaan yang dapat
mendeteksi dini dan sekaligus membedakan antara kanker prostat dan BPH.
Gejala yang umum terjadi pada Kanker Prostat & BPH :
a. Sering atau bahkan sulit berkemih
b. Nyeri saat berkemih
c. Urine (air kencing) berdarah
d. Nyeri saat ejakulasi
f. Cairan ejakulasi berdarah
g. Gangguan ereksi
h. Nyeri pinggul atau punggung
i. Kaki bengkak dan rasa tidak nyaman di daerah panggul (bila telah menyebar ke kelenjar
getah bening)
j. Kejang dan gejala neurologis lainnya
TES PSA (Prostate-Specific Antigen - Antigen Khusus Prostat)
Tes ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya kanker prostat pada prostat . Bila hasil
pemeriksaan PSA sedikit meningkat, perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan free-PSA untuk
menentukan nilai rasio free-PSA/PSA total.
Manfaat Tes PSA :
a. Untuk skrining (PSA total)
b. Untuk Diagnosis (PSA total dan rasio free-PSA/PSA total atau rasio c-PSA/PSA total)
c. Untuk pemantauan penyakit dan pemantauan pengobatan serta pemantauan setelah
pengangkatan prostat
Macam – macam tes PSA :
1. Pemeriksaan colok dubur (Digital Rectal Examination/DRE)
Dengan menggunakan sarung tangan, dan jari yang diberi pelumas, dokter akan
memeriksa prostat anda, apakah membesar dan ada benjolan. Prosedur pemeriksaan
colok dubur ini mungkin menimbulkan rasa tidak enak sedikit, namun ini merupakan
pemeriksaan yang cepat dan mudah.
2. Tes PSA (Prostate-Specific Antigen/antigen khusus prostat)
Tes darah ini bertujuan untuk mengukur kadar protein yang dikeluarkan oleh kelenjar
prostat. Bila kadarnya tinggi mengindikasikan kanker prostat. Namun peningkatan kadar
PSA kadang juga dapat disebabkan oleh pembesaran prostat, infeksi atau peradangan
prostat.
Diagnosis Kanker Prostat
Diagnosis kanker prostat dipastikan setelah dilakukan beberapa pemeriksaan untuk
menunjang diagnosis yaitu :
Riwayat keluarga dan pemeriksaan fisik (termasuk DRE)
Pemeriksaan darah yaitu PSA total, dan bila perlu ditambahkan pemeriksaan rasio
free-PSA/PSA total (atau c-PSA(2)/PSA total) untuk membedakan kanker prostat dan
BPH terutama bagi pasien dengan hasil PSA total antara 2.6-10 ng/ml
Biopsi yang dipandu dengan TRUS ( Transrectal ultrasonography) untuk mendapatkan
jaringan prostat. Selanjutnya, jaringan diperiksa di bawah mikroskop untuk
mendeteksi ada tidaknya sel kanker.