Revisi Draft

38
KINETIKA INHIBISI ENZIM α-GLUKOSIDASE SECARA IN VITRO OLEH EKSTRAK DAUN Aquilaria malaccensis SEBAGAI ANTIHIPERGLIKEMIK AMIMA AQMARINA DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

description

Revisi draft

Transcript of Revisi Draft

Page 1: Revisi Draft

KINETIKA INHIBISI ENZIM α-GLUKOSIDASE SECARA IN VITRO OLEH EKSTRAK DAUN Aquilaria malaccensis

SEBAGAI ANTIHIPERGLIKEMIK

AMIMA AQMARINA

DEPARTEMEN KIMIAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR

2015

Page 2: Revisi Draft

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kinetika Inhibisi Enzim α-Glukosidase secara In Vitro oleh Ekstrak Daun Aquilaria malaccensis sebagai Antihiperglikemik adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2015Amima AqmarinaNIM G44100112

Page 3: Revisi Draft

2

ABSTRAK

AMIMA AQMARINA. Kinetika Inhibisi Enzim α-Glukosidase secara In Vitro oleh Ekstrak Daun Aquilaria malaccensis sebagai Antihiperglikemik. Dibimbing oleh HENNY PURWANINGSIH dan HILMAN AFFANDI.

Diabetes atau hiperglikemia merupakan penyakit disebabkan oleh menurunnya fungsi insulin yang menyebabkan naiknya kadar gula dalam darah. Naiknya gula dalam darah dapat dicegah dengan inhibitor enzim α-glukosidase yang mengatalis pembentukan gula dalam tubuh. Daun Aquilaria malaccensis atau yang dikenal dengan nama gaharu memiliki potensi sebagai antihiperglikemik. Ekstrak tanaman ini diteliti daya inhibisinya terhadap aktivitas enzim α-glukosidase dan kinetika inhibisinya secara in vitro. Penelitian dilakukan menggunakan ekstrak yang dimaserasi dengan etanol PA 96% selama 8 jam dengan konsentrasi 5, 10, 20, dan 25 ppm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak A. malaccensis memiliki potensi sebagai antihiperglikemik dengan nilai IC50 sebesar 16.8644 ppm dengan persentase inhibisi tertinggi sebesar 72.035% pada konsentrasi 25 ppm.

Kata Kunci: α-glukosidase, antihiperglikemik, Aquilaria malaccensis, inhibisi

ABSTRACT

AMIMA AQMARINA. Kinetic of α-Glukosidase Inhibition In Vitro by Leaf Extract of Aquilaria malaccensis as Antihyperglycemic. Supervised by HENNY PURWANINGSIH SUYUTI and HILMAN AFFANDI.

Diabetes is a disorder due to the deficiency or resistance of insulin causing hyperglycemia or the increasing of glucose level in blood. Hyperglycemia can be prevented by the α-glucosidase enzyme inhibitior. This enzyme act as catalyst in glucose production. Aquilaria malaccensis leaf or usually called agarwood leaf has a potential as antihyperglycemic. The aim of this research is to determine the inhibition and kinetics of Aquilaria malaccensis toward α-glucosidase enzyme activity. This research was done with the extracts which macerated with ethanol PA 96% for 8 hours with 5, 10, 20, and 25 ppm of concentration. The result showed that the A. malaccensis extract has potential as antihypergycemic with 16.8644 ppm of IC50 and 72.035% as the highest percentage of inhibition on 25 ppm of concentration.

Key word: α-glucosidase, antihyperglycemic, Aquilaria malaccensis, inhibition

Page 4: Revisi Draft

3

KINETIKA INHIBISI ENZIM α-GLUKOSIDASE SECARA IN VITRO OLEH EKSTRAK DAUN Aquilaria malaccensis

SEBAGAI ANTIHIPERGLIKEMIK

AMIMA AQMARINA

SkripsiSebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada

Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR

2015

Page 5: Revisi Draft

Judul Skripsi : Kinetika Inhibisi Enzim α-Glukosidase Secara In Vitro oleh Ekstrak Daun Aquilaria malaccensis sebagai Antihiperglikemik

Nama : Amima AqmarinaNIM : G44100112

Disetujui oleh

Dr Henny Purwaningsih, M Si

Pembimbing IDr Hilman Affandi

Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Dra Purwantiningsih Sugita, MSKetua Departemen

Tanggal lulus:

Page 6: Revisi Draft

2

Page 7: Revisi Draft

3

PRAKATA

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya yang berlimpah penulis dapat menyelesaikan laporan hasil penelitian yang berjudul Kinetika Inhibisi Enzim α-Glukosidase secara In Vitro oleh Ekstrak Daun (Aquilaria malaccensis) sebagai Antihiperglikemik sebagai salah satu syarat unutk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan laporan ini. Terima Kasih kepada Ibu Dr Henny Purwaningsih Suyuti, M Si, dan Bapak Dr Hilman Affandi selaku pembimbing, dan Bapak Rojak selaku laboran yang telah memberi bimbingan dan dukungan kepada penulis. Ucapan terima kasih tak terhingga penulis sampaikan kedua orang tua, Bapak Mohammad Ali dan Ibu Secha Afifah, dan sanak saudara Syarif Husein yang telah memberi dukungan moril, semangat, doa, dan pengertiannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih juga kepada teman-teman kimia angkatan 47, khususnya Ibna Anggi Meinar, Cempaka Mayang Nastiti, Nanda Adrian Yuditya, Ahmad Hawari Assufi, dan M Sholehuddin Malik Ibrohim, atas semangat, kebersamaan, dan persahabatannya.

Semoga laporan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.

Bogor, Maret 2015Amima Aqmarina

Page 8: Revisi Draft

4

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

BAHAN DAN METODE 1

Bahan dan Alat 1

Metode Penelitian 1

Pembuatan Ekstrak Daun Gaharu 1

Preparasi Larutan Bahan Uji 1

Preparasi Larutan Sampel 1

Pengujian Aktivitas Inhibisi Enzim α-Glukosidase secara In Vitro 1

Evaluasi Kinetika Inhibisi Enzim α-Glukosidase 1

HASIL DAN PEMBAHASAN 1

Ekstrak Aquilaria malaccensis 1

Inhibisi Enzim α-Glukosidase 1

Kinetika Inhibisi Enzim α-Glukosidase 1

SIMPULAN DAN SARAN 1

Simpulan 1

Saran 1

DAFTAR PUSTAKA 1

LAMPIRAN 1

RIWAYAT HIDUP 1

Page 9: Revisi Draft

5

DAFTAR TABEL

1 Inhibisi enzim α-glukosidase oleh beberapa ekstrak tanaman 7

DAFTAR GAMBAR

1 Reaksi hidrolisis polisakarida (glikogen) menjadi glukosa oleh enzimα-glukosidase 6

2 Reaksi hidrolisis p-NPG oleh enzim α-glukosidase menjadi p-nitrofenoldan glukosidase 6

3 Daya inhibisi enzim α-glukosidase oleh ekstrak Aquilaria malaccensis 7

4 Plot Michaelis-Menten larutan kontrol berdasarkan teoritis ( ) dan hasil percobaan ( ) 9

5 Plot Eadie-Hofstee analisis kinetika inhibisi enzim α-glukosidase kontrol() dan dengan ekstrak A. malaccensis () 10

6 Plot Hanes-Woolf analisis kinetika inhibisi enzim α-glukosidase kontrol() dan dengan ekstrak A. malaccensis () 10

7 Plot Lineweaver-Burk analisis kinetika inhibisi enzim α-glukosidase Kontrol () dan dengan ekstrak A. malaccensis () 11

DAFTAR LAMPIRAN1 Diagram alir penelitian 14

2 Grafik penentuan panjang gelombang maksimum 14

3 Persentase daya inhibisi ekstrak A. malaccensis terhadap enzim α-glukosidase 14

4 Data kinetika inhibisi enzim α-glukosidase 15

5 Data nilai Km dan Vmax berdasarkan plot Lineweaver-Burk 15

6 Data nilai Km dan Vmax berdasarkan plot Hanes-Woolf 15

7 Data nilai Km dan Vmax berdasarkan plot Eadie-Hofstee 16

Page 10: Revisi Draft

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Akhir-akhir ini, menurut International Diabetes Federation (2014), diperkirakan sebanyak 387 juta orang di dunia menderita penyakit diabetes pada tahun 2014 dan diramalkan akan meningkat sampai 592 juta orang pada tahun 2035 mendatang. Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (2006), pada tahun 2003 di Indonesia terdapat sejumlah 8,2 juta orang di daerah urban dan 5,5 juta orang di daerah rural yang menderita diabetes. Telah diramalkan juga pada tahun 2030 di Indonesia yang menderita diabetes sebesar 12 juta di daerah urban dan 8,1 juta di daerah rural.

Diabetes melitus merupakan penyakit gangguan metabolisme yang menyebabkan kadar glukosa darah melebihi normal (Katzung et al. 2009). Pada umumnya, diabetes melitus dibagi menjadi dua tipe, yaitu diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2. Diabetes tipe 2 merupakan tipe yang lebih banyak diderita orang, yaitu sekitar 80 sampai 90% dari seluruh kasus diabetes yang ada (Goldstein dan Müller-Wieland 2008). Diabetes melitus tipe 2 adalah sindrom yang disebabkan akibat kekurangan insulin atau adanya resistensi terhadap insulin pada tingkat sel yang mengakibatkan munculnya hiperglikemia dan glikosuria (Satyanaryana dan Chakrapani 2006).

Insulin adalah hormon peptida yang dihasilkan oleh sel-ß pada pankreas yang berfungsi sebagai pengontrol kadar gula dalam darah (Lipson et al. 2006). Insulin dapat digunakan sebagai agen hipoglikemik pada diabetes melitus tipe 2 (Hu et al. 2006). Resistensi atau gangguan insulin merupakan suatu kelainan metabolisme dan memicu terjadinya hiperglikemia. Hal ini menyebabkan naiknya sekresi insulin dari pankreas untuk menanggulangi gangguan insulin dari jaringan–jaringan tersebut. Hiperinsulemia yang terjadi membuat fungsi sel-ß menjadi menurun dan menyebabkan hiperglikemia atau yang biasa disebut diabetes melitus tipe 2 (Goldstein dan Muller-Weiland 2008). Pada diabetes melitus tipe 2, kadar glukosa darah meningkat dan ketika konsentrasi lebih tinggi dari 180-200 mg dl/l, maka gejala seperti haus dan lapar yang berlebihan, buang air kecil yang berlebihan, dan penurunan berat badan terjadi. Diabetes dikaitkan dengan morbiditas dan kematian dini akibat komplikasi sistem kardiovaskular termasuk stroke pembuluh darah (Polikandrioti dan Dokoutsidou 2009). Diabetes melitus tipe 2 juga dapat menyebabkan gangguan pada proses belajar, daya ingat, dan kognitif pada penderita (Mehrdad et al. 2009).

Enzim α-glukosidase adalah enzim yang berperan sebagai katalis dalam pemutusan ikatan glikosidik dalam proses pencernaan karbohidrat (Park et al. 2008). Enzim ini dihasilkan di usus kecil. Adanya inhibitor dari kerja enzim ini dapat menghambat penyerapan glukosa ke dalam darah. Hal ini dapat mengurangi kadar gula dalam darah (Cheng dan Josse 2004).

Pengobatan diabetes melitus dapat dilakukan dengan pengobatan oral menggunakan obat sintetik maupun herbal. Agen antidiabetes yang telah digunakan, seperti acarbose, voglibose, dan miglitol, menginhibisi enzim α-glukosidase secara kompetitif di dalam usus halus sehingga menghambat hidrolisis karbohidrat dan mengurangi terjadinya hiperglikemia. Bagaimanapun

Page 11: Revisi Draft

2

juga, penggunaan agen ini secara terus menerus pada jangka panjang dapat menyebabkan beberapa efek samping seperti diare, mual, kembung, dan hepatotoksisitas. Oleh karena itu, obat diabetes masih dikembangkan lebih lanjut. Beberapa inhibitor kerja enzim α-glukosidase sedang dikembangkan dan diteliti sebagai alternatif pengobatan dari agen-agen tersebut (Liu et al. 2011).

Beberapa tanaman di Indonesia yang sudah diteliti sebagai obat diabetes yaitu sambiloto (Andrographis paniculata) (Ahmad et al. 2006), brotowali (Tinospora crispa) (Noor et al. 1989), dan daun kelor (Molinga oliefera) (Moussa et al. 2007). Gaharu (Aquilaria malaccensis) memiliki potensi sebagai antihiperglikemik dan antioksidan yang dapat digunakan sebagai obat diabetes melitus.

Tumbuhan Aquilaria malaccensis banyak ditemukan di Sumatera (Sibolangit, Bangka, Jambi, Riau, dan Sumatera Selatan), Kalimantan, Sulawesi, Ambon, dan Papua. Tinggi tanaman yang memiliki sinonim Aquilaria agallocha Roxb. ini bisa mencapai 20-40 m dengan diameter 60 cm dan memiliki ukuran lebar daun sebesar 3.0-3.5 cm serta panjang 6-8 cm (Adelina 2004). Aquilaria malaccensis yang tergolong ke dalam famili Thymelaeaceae dan kelas Magnoliopsida banyak ditemui di Malaysia, Indonesia, Bangladesh, Bhutan, Iran, Filipina, Singapura, Thailand, Myanmar, dan India (Akter et al. 2013; Khalil et al. 2013).

Menurut Adelina (2004), Aquilaria malaccensis mengandung lebih dari 12 komponen kimia yang dapat diekstrak dan secara luas digunakan dalam dunia medis. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Khalil et al. (2013), ekstrak metanol dari daun Aquilaria maleccensis memiliki beberapa kandungan senyawa fitokimia, yaitu alkaloid, saponin, dan senyawa fenolik (flavonoid, terpenoid, dan tanin). Senyawa fitokimia yang terkandung di dalamnya menjadikan tanaman ini berpotensi terhadap kesehatan manusia. Adanya metabolit sekunder di dalam ekstrak daun Aquilaria malaccensis dapat dimanfaatkan untuk menangani beberapa masalah kesehatan (Khalil et al. 2013).

Penelitian yang telah dilakukan oleh Dash et al. (2008) menunjukkan bahwa ekstrak metanol daun Aquilaria agallocha memiliki kandungan karbohidrat, asam amino, alkaloid, tanin, glikosida, dan terpenoid. Ekstrak tersebut memiliki aktivitas sebagai antibakteri berdasarkan pengujian yang dilakukan terhadap S. flexneri dan P. aeruginosa. Ekstrak metanol dari daun menunjukkan efek inihibisi terhadap B. subtilis. Keberadaan senyawa fitokimia di dalam Aquilaria agallocha mengindikasikan bahwa tanaman tersebut berpotensi sebagai sumber obat-obatan yang bermanfaat.

Aktivitas enzim memiliki beberapa parameter kinetika yang dapat diamati. Kinetika inhibisi enzim dapat diukur dengan mereaksikan enzim dengan substrat dengan beberapa konsentrasi substrat yang divariasikan. Analisa data untuk memeroleh mekanisme inhibisi dapat dilakukan dengan menggunakan metode Lineweaver-Burk, Eadie-Hofstee, Hanes-Woolf, dan beberapa plot lainnya sehingga diperoleh konstanta Michaelis-Menten (Km) (Murray et al. 2009).

Potensi antihiperglikemik yang terdapat pada ekstrak daun Aquilaria malaccensis diteliti secara in vitro melalui proses penghambatan enzim α-glukosidase menjadi fokus pada penelitian ini. Penelitian ini bertujuan mengetahui kinetika inhibisi enzim α-glukosidase oleh ekstrak daun A. malaccensis yang

Page 12: Revisi Draft

3

memiliki potensi sebagai antihiperglikemik berdasarkan pengujian yang dilakukan secara in vitro.

BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan adalah ekstrak kasar daun A. malaccensis, bufer fosfat pH 7.0, etanol PA 96%, n-heksana, etil asetat, bovine serum albumin (BSA), α-glukosidase, p-nitrofenil-α-D-glukopiranosida (p-NPG), dan natrium karbonat (Na2CO3). Alat-alat yang digunakan adalah spektrofotometer ultraviolet-tampak (UV-Vis) Beckman Coulter DU 530, rotary evaporator, dan neraca analitik Mettler Toledo.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu ekstraksi sampel, preparasi larutan bahan uji, preparasi larutan ekstrak, pengujian aktivitas inhibisi terhadap enzim α-glukosidase, dan analisis kinetika inhibisi enzim α-glukosidase (Lampiran 1).

Pembuatan Ekstrak Daun Gaharu

Daun gaharu diambil setiap 5 helai daun dari subterminal atau pucuk. Daun gaharu dikeringudarakan, dihaluskan, lalu ditimbang sebanyak 100 g. Daun gaharu kering dimaserasi dengan pelarut etanol, etil asetat, dan n-heksana masing-masing selama 1 jam, 4 jam, dan 8 jam, lalu disaring dengan penyaringan gravitasi. Ekstrak dipekatkan dengan rotary evaporator. Ekstrak dikeringudarakan sampai kering.

Preparasi Larutan Bahan Uji

Larutan stok enzim α-glukosidase 0.6 U/mL dibuat dengan melarutkan enzim α-glukosidase sebanyak 1 mg dalam 100 mL bufer fosfat pH 7.0 yang mengandung 200 mg BSA. Selanjutnya enzim yang akan digunakan dalam pengujian diencerkan terlebih dahulu dengan cara sebanyak 3,3 mL larutan stok enzim α-glukosidase dilarutkan dalam 10 mL bufer fosfat pH 7.0 yang mengandung 20 mg BSA sehingga diperoleh larutan enzim α-glukosidase 0.2 U/mL.

Larutan p-NPG 0.75 mM dibuat dengan cara sebanyak 2.4 mg serbuk p-NPG ditimbang dan dilarutkan dalam 10 mL bufer fosfat (pH 7.0). Larutan p-NPG 0.5 mM dibuat dengan cara sebanyak 1.6 mg serbuk p-NPG ditimbang dan dilarutkan dalam 10 mL bufer fosfat (pH 7.0). Larutan p-NPG 1 mM dibuat dengan cara sebanyak 3.2 mg serbuk p-NPG ditimbang dan dilarutkan dalam 10 mL bufer fosfat (pH 7.0). Larutan p-NPG 1.25 mM dibuat dengan cara sebanyak 4 mg serbuk p-NPG ditimbang dan dilarutkan dalam 10 mL bufer fosfat (pH 7.0).

Page 13: Revisi Draft

4

Larutan Na2CO3 0.2 M dibuat dengan cara sebanyak 5.3 g serbuk Na2CO3

ditimbang dan dilarutkan dalam 250 mL akuades.

Preparasi Larutan Sampel

Ekstrak kasar daun A. malaccensis ditimbang sebanyak 250 mg dan dilarutkan dalam 50 mL etanol sehingga diperoleh larutan stok ekstrak 5000 ppm. Larutan stok ekstrak dipipet sebanyak 1 mL dan diencerkan dalam 10 mL bufer fosfat pH 7.0 sehingga diperoleh larutan ekstrak dengan konsentrasi 500 ppm. Larutan tersebut kemudian diencerkan kembali untuk memperoleh larutan sampel uji dengan konsentrasi 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm, dan 25 ppm.

Pengujian Aktivitas Inhibisi Enzim α-Glukosidase secara In Vitro (Modifikasi Metode Sancheti et al. 2009)

Aktivitas inhibisi α-glukosidase diuji dengan menggunakan metode Sancheti et al. (2009) dengan sedikit modifikasi pada komposisi campuran dan berbagai macam konsentrasi sampel. Sampel dipipet sebanyak 0.1 mL dan dicampurkan dengan 0.5 mL bufer fosfat 0.1 M (pH 7.0), 0.25 mL p-NPG 0.75 mM, kemudian campuran diaduk hingga homogen. Setelah campuran homogen, sebanyak 0.75 mL larutan enzim α-glukosidase ditambahkan dan diinkubasi selama 2 hari dengan suhu kamar. Reaksi tersebut dihentikan dengan menambahkan 1 mL Na2CO3 0.2 M. Selanjutnya absorbansi larutan diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 403 nm sebagai absorbansi sampel (As).

Larutan blanko sampel dibuat dengan cara menyampurkan 0.1 mL larutan sampel, 0.25 mL p-NPG 0.75 mM, dan 1 mL bufer fosfat 0.1 M (pH 7.0) dan diaduk hingga homogen. Reaksi tersebut dihentikan dengan menambahkan 1 mL Na2CO3 0.2 M. Selanjutnya absorbansi larutan diukur dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 403 nm sebagai absorbansi blanko (Ab1).

Kontrol dibuat dengan cara menyampurkan 0.1 mL etanol PA 96%, 0.25 mL p-NPG 0.75 mM, dan 0.5 mL bufer fosfat 0.1 M (pH 7.0) hingga homogen. Setelah itu, campuran ditambahkan 0.75 mL enzim dan diinkubasi selama 2 hari dengan suhu kamar. Reaksi tersebut dihentikan dengan menambahkan 1 mL Na2CO3 0.2 M. Selanjutnya absorbansi larutan diukur dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 403 nm sebagai absorbansi kontrol (Ac).

Larutan blanko kontrol dibuat dengan cara menyampurkan 0.1 mL etanol PA 96%, 0.25 mL p-NPG 0.75 mM, dan 1 mL bufer fosfat 0.1 M (pH 7.0) hingga homogen. Setelah itu, masing-masing campuran diinkubasi selama 2 hari dengan suhu kamar. Reaksi tersebut dihentikan dengan menambahkan 1 mL Na2CO3 0.2 M. Selanjutnya absorbansi larutan diukur dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 403 nm sebagai absorbansi blanko (Ab2).

Penghambatan aktivitas enzim α-glukosidase ditentukan dengan rumus:

Inhibisi (%) = ( Ac−Ab2 )−( As−Ab1)

( Ac−Ab2)×100 %

Keterangan:

Page 14: Revisi Draft

5

Ac : Absorbansi kontrolAb1 : Absorbansi blanko kontrolAs : Absorbansi sampelAb2 : Absorbansi blanko sampel

Evaluasi Kinetika Inhibisi Enzim α-Glukosidase (Mayur et al. 2010)

Pengujian kinetika inhibisi enzim α-glukosidase dilakukan dengan menggunakan metode Mayur et al. (2010). Sampel dengan aktivitas inhibisi tertinggi dipipet sebanyak 0.1 mL dan dicampurkan dengan 0.5 mL bufer fosfat 0.1 M (pH 7.0), 0.25 mL p-NPG 0.5 mM, kemudian campuran diaduk hingga homogen. Setelah campuran homogen, sebanyak 0.5 mL larutan enzim α-glukosidase ditambahkan. Campuran diinkubasi dengan suhu kamar. Reaksi kemudian dihentikan dengan menambahkan 1 mL Na2CO3 0.2 M. Selanjutnya absorbans (V) larutan diukur dengan spektrofotometer UV-Vis. Pengujian dilakukan kembali dengan menggunakan konsentrasi p-NPG [S] yang berbeda, yaitu 0.5 mM, 0.75 mM, 1 mM, dan 1.25 mM.

Data perolehan yang dikalkulasikan berdasarkan hasil terhadap kinetika Michaelis-Menten dibuat menjadi tiga plot berbeda, yaitu plot Lineweaver-Burk dengan 1/[S] sebagai sumbu x dan 1/V sebagai sumbu y, plot Hanes-Woolf dengan [S] sebagai sumbu x dan [S]/V sebagai sumbu y, dan plot Eadie-Hofstee dengan V/[S] sebagi sumbu x dan V sebagai sumbu y. Setelah itu, plot dengan nilai R2 tertinggi digunakan untuk menentukan tipe inhibisi enzim.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ekstrak Aquilaria malaccensis

Ekstrak sampel yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari daun gaharu jenis Aquilaria malaccensis yang didapat dari Laboratorium Natural Product SEAMEO BIOTROP. Daun pertama-tama dikeringkan lalu dihaluskan, setelah itu diekstrak menggunakan 3 pelarut berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya selama 1, 4, dan 8 jam. Pelarut yang digunakan yaitu n-heksana, etil asetat, dan etanol PA 96%. Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan senyaa yang tidak tahan panas. Setelah dimaserasi, ekstrak diuapkan dengan rotary evaporator dan dikeringudarakan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Khalil et al. (2013), ekstrak metanol dari daun Aquilaria maleccensis memiliki beberapa kandungan senyawa fitokimia, yaitu alkaloid, saponin, dan senyawa fenolik (flavonoid, terpenoid, dan tanin). Berdasarkan beberapa penelitian, enzim α-glukosidase dapat dihambat oleh beberapa senyawa fitokimia seperti alkaloid (Patel et al. 2012), triterpene (Lai et al. 2012), dan flavonoid (Wang et al. 2012). Senyawa fitokimia yang terkandung di dalamnya menjadikan tanaman ini berpotensi terhadap kesehatan manusia.

Berdasarkan penelitian Affandi et al. (2013), ekstrak Aquilaria malaccensis yang menghasilkan daya antioksidan tertinggi adalah ekstrak dengan pelarut

Page 15: Revisi Draft

6

etanol PA 96% selama 8 jam dengan nilai IC50 sebesar 10.6258 ppm. Dalam penelitian ini, ekstrak etanol tersebut selanjutnya dilakukan pengujian antihiperglikemik dan kinetika inhibisinya.

Inhibisi Enzim α-Glukosidase

Enzim α-glukosidase adalah enzim yang menghidrolisis disakarida menjadi glukosa dan monosakarida lainnya (Goldstein dan Muller-Weiland 2008). Enzim α-glukosidase memecah disakarida pada cabang ikatan α-1,6-glikosidik menghasilkan glukosa. Glukosa yang dihasilkan akan digunakan sebagai sumber energi (Berg et al. 2002).

Gambar 1 Reaksi hidrolisis disakarida menjadi glukosa oleh enzim α-glukosidase (Berg et al. 2002)

Inhibitor α-glukosidase merupakan sakarida yang berperan sebagai inhibitor kompetitif yang dibutuhkan untuk mencerna karbohidrat. Inhibitor ini menginhibisi enzim α-glukosidase yang berada di dalam usus halus (Venable dan Aschenbrenner 2005). Inhibitor α-glukosidase dapat berperan sebagai inhibitor kompetitif akibat adanya afinitas yang tinggi terhadap α-glukosidase (Goldstein dan Muller-Weiland 2008).

Hasil uji yang didapatkan berupa absorbansi yang nilainya bergantung pada penambahan ekstrak dan konsentrasi p-nitrofenol yang terbentuk dari reaksi. Menurut Sugiwati et al. (2009), senyawa p-nitrofenol yang terbentuk memberikan warna yang intensitasnya dapat diketahui dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang sekitar 400 nm.

α-glukosidase

α-glukosidase

Page 16: Revisi Draft

7

Gambar 2 Reaksi hidrolisis p-NPG oleh enzim α-glukosidase menjadi p-nitrofenol dan glukosa (Sugiwati et al. 2009)

Panjang gelombang maksimum ditentukan terlebih dahulu menggunakan larutan kontrol pada panjang gelombang 350-490 nm. Hasil panjang gelombang dengan serapan terbesar yaitu pada 403 nm (Lampiran 2). Panjang gelombang ini selanjutnya digunakan untuk pengujian daya inhibisi ekstrak A. malaccensis terhadap enzim.

Daya inhibisi dapat ditentukan dengan mengujikan substrat dan enzim dengan ekstrak sampel yang konsentrasinya divariasikan dengan metode Sancheti et al. (2009) yang dimodifikasi. Semakin besar konsentrasi ekstrak A. malaccensis (inhibitor), semakin besar pula daya inhibisinya, namun semakin rendah absorbansi yang dihasilkan.

0 5 10 15 20 25 300

1020304050607080

f(x) = 2.71184549954682 x + 4.26688977201423R² = 0.955678959739385

Konsentrasi Ekstrak (ppm)

%in

hibi

si

Gambar 3 Daya inhibisi enzim α-glukosidase oleh ekstrak Aquilaria malaccensis

Hasil persentase daya inhibisi yang didapat semakin besar seiring bertambahnya konsentrasi ekstrak, sehingga daya inhibisi terbesar pada penelitian ini terdapat pada konsentrasi ekstrak 25 ppm, yaitu 72.035%. Setelah daya inhibisi dihitung, nilai IC50 ditentukan. Dari nilai IC50 yang didapat, aktivitas inhibitor yang menginhibisi sebanyak 50%, terjadi pada konsentrasi inhibitor sebesar 16.8644 ppm. Nilai tersebut menunjukkan bahwa ekstrak A. malaccensis dapat berpotensi sebagai antihiperglikemik karena masih berada di bawah 100 ppm (Dewiyanti et al. 2012) dan daya inhibisi yang dimiliki sampel cukup baik karena dibutuhkan konsentrasi 16.8644 ppm saja untuk menginhibisi enzim dalam proses pembentukan glukosa.

Tabel 1 Inhibisi enzim α-glukosidase oleh beberapa ekstrak tanamanSampel IC50 (ppm)

Daun Aquilaria malaccensisa

Daun Aquilaria filariab16.8644

26Gracilaria edulisc 46Ulva lactucac 53Daun Catharanthus roseus L. G. Dond 36.08Daun Basella albad 493.47Daun Azadirachta Indica A. Jussd 21.94Daun Tinospora crispa Miers.d 68.06Kuersetine 10.20

Page 17: Revisi Draft

8

Keterangan: aSampel yang digunakan; bSumber: Meinar (2015) cSumber: Kumar dan Sudha (2012); dSumber: Mun’im et al. (2013); eSumber: Dewiyanti et al. (2012)

Bila dibandingkan dengan ekstrak daun gaharu jenis lain, yaitu Aquilaria filaria yang telah diuji oleh Meinar (2015) (Tabel 1), nilai IC50 ekstrak Aquilaria malaccensis lebih rendah. Beberapa ekstrak tanaman lain seperti yang telah diuji oleh Kumar dan Sudha (2012) dan Mun’im et al. (2013) (Tabel 1), daun Aquilaria malaccensis yang dijadikan sampel dalam penelitian memiliki nilai IC50 yang lebih rendah. Hal ini menunjukkan kemampuan sampel dalam menginhibisi kerja enzim α-glukosidase lebih baik dan diduga sampel memliki kandungan aktif antihiperglikemik yang lebih tinggi dari tanaman-tanaman tersebut. Adanya kandungan senyawa fitokimia dalam Aquilaria malaccensis, seperti alkaloid, saponin, dan senyawa fenolik (flavonoid, terpenoid, dan tanin) (Khalil et al. 2013) dapat menjadi salah satu faktor sampel berpotensi sebagai antihiperglikemik.

Kinetika Inhibisi Enzim α-Glukosidase

Kinetika kimia adalah studi tentang reaksi kimia yang berkataliskan enzim. Dengan mempelajari kinetika enzim, kita dapat menentukan mekanisme kerja enzim dan perannya dalam proses metabolisme, mekanisme obat yang menghambat enzim, dan bagaimana enzim bekerja. Parameter yang diujikan dalam kinetika kimia ini adalah Km dan Vmaks. Penentuan parameter ini apat dilakukan dengan membuat plot hubungan antara konsentrasi substrat [S] dengan laju reaksi enzim (V). Laju reaksi enzim semakin naik secara linear terhadap konsentrasi substrat dan mulai berhenti naik (menjadi konstan) dan mendekati maksimum pada konsentrasi substrat tertentu. Kondisi saat laju reaksi enzim tidak dapat naik lagi disebut Vmaks.

Mekanisme Michaelis-Menten menghitung nilai Vmaks dimana enzim sudah tidak bekerja terhadap substrat lagi karena enzim terjenuhkan oleh substrat. Berikut adalah persamaan Michaelis-Menten:

V= Vmax

1+ Km[ S ]

dimana Km adalah tetapan Michaelis, yaitu konsentrasi substrat pada laju reaksi 50% dari Vmaks (Atkins dan Paula 2006).

Percobaan ini dilakukan dengan mereaksikan enzim, p-NPG sebagai substrat, dan ekstrak A. malaccensis sebagai inhibitor. Konsentrasi inhibitor yang digunakan tetap, yaitu inhibitor dengan konsentrasi tertinggi (25 ppm). Konsentrasi yang divariasikan adalah konsentrasi p-NPG, yaitu 0.5 mM, 0.75mM, 1 mM, dan 1.25 mM. Hasil yang didapat dibuat menjadi plot Michaelis-Menten.

Page 18: Revisi Draft

9

Gambar 4 Plot Michaelis-Menten larutan kontrol berdasarkan teoritis ( ) dan hasil percobaan ( )

Plot ini menunjukkan bahwa aktivitas enzim α-glukosidase meningkat seiring bertambahnya konsentrasi p-NPG (substrat) dan mencapai kecepatan maksimum pada konsentrasi p-NPG tertentu. Setelah itu, pengujian dilakukan dengan membuat plot Eadie-Hofstee, Hanes-Woolf, dan Lineweaver-Burk menggunakan data kinetika yang telah didapat (Lampiran 3). Plot yang menghasilkan nilai R2 tertinggi (mendekati satu) digunakan untuk menentukan mekanisme kerja enzim. Nilai R2 pada plot Eadie-Hofstee sebesar 0.4940 untuk kontrol dan 0.8063 untuk ekstrak (Gambar 5). Nilai R2 yang dihasilkan dari plot Hanes-Woolf sebesar 0.6625 untuk kontrol dan 0.6376 untuk ekstrak (Gambar 6). Nilai R2 yang dihasilkan dari plot Lineweaver-Burk sebesar 0.9418 untuk kontrol dan 0.9712 untuk ekstrak (Gambar 7). Dari hasil nilai R2 untuk setiap plot, nilai R2

tertinggi dihasilkan dari plot Lineweaver-Burk, sehingga plot yang digunakan untuk menentukan mekanisme inhibisi enzim tersebut adalah plot Lineweaver-Burk.

Gambar 5 Plot Eadie-Hofstee analisis kinetika inhibisi enzim α-glukosidase kontrol (●) dan dengan ekstrak A. malaccensis (■)

0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 1.1 1.2 1.30.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

[S]

V

1.20 1.40 1.60 1.80 2.00 2.20 2.40 2.60 2.800.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00f(x) = 2.34074054906448 x − 2.25317438997906R² = 0.806330805837156

f(x) = − 1.30146800096316 x + 4.67112415869242R² = 0.494010883869993

V/S

V

Page 19: Revisi Draft

10

0.40 0.50 0.60 0.70 0.80 0.90 1.00 1.10 1.20 1.300.000.100.200.300.400.500.600.700.80

f(x) = − 0.273949621584058 x + 0.889950635386007R² = 0.637628974780834

f(x) = 0.140699505895647 x + 0.342806770610127R² = 0.662534287551816

[S]

[S]/V

Gambar 6 Plot Hanes-Woolf analisis kinetika inhibisi enzim α-glukosidase kontrol (●) dan dengan ekstrak A. malaccensis (■)

0 2 40

1

2

f(x) = 0.870194939858593 x − 0.249566438499987R² = 0.971208125606755

f(x) = 0.29917360636325 x + 0.193376109751538R² = 0.941836992188088

1/[S]

1/V

Gambar 7 Plot Lineweaver-Burk analisis kinetika inhibisi enzim α-glukosidase kontrol (●) dan dengan ekstrak A. malaccensis (■)

Plot Lineweaver-Burk menunjukkan nilai Km dan Vmaks pada aktivitas inhibisi enzim. Nilai Km menunjukkan afinitas antara enzim dan substrat. Dari nilai Km dan Vmaks yang didapat (Lampiran 5), dapat dilihat bahwa nilai terjadi penurunan nilai Km dari 1.5470 menjadi -3.4863 dan Vmaks dari 5.1706 menjadi -4.0064 setelah adanya penambahan ekstrak sampel 25 ppm dalam percobaan. Namun, hasil penentuan nilai Km dan Vmaks yang bernilai negatif pada percobaan menggunakan ekstrak sampel 25 ppm menunjukkan bahwa penentuan tipe inhibisi enzim tidak dapat dilakukan dengan menggunakan plot Lineweaver-Burk. Nilai Km dan Vmaks juga menunjukkan nilai yang negatif berdasarkan penghitungan menggunakan plot Hanes-Woolf (Lampiran 6) dan Eadie-Hofstee (Lampiran 7) pada percobaaan menggunakan sampel 25 ppm, sehingga penentuan tipe inhibisi tidak bisa ditentukan pula menggunakan kedua plot tersebut. Hal ini disebabkan karena ekstrak kasar mengandung lebih dari satu senyawa metabolit sekunder yang berpotensi sebagai inhibitor enzim α-glukosidase. Pendekatan kajian kinetika dengan menggunakan ketiga plot tersebut akan lebih tepat bila

Page 20: Revisi Draft

11

digunakan pada pengujian menggunakan inhibitor berupa senyawa hasil isolasi atau senyawa murni yang strukturnya menyerupai substrat atau dapat berikatan pada tapak aktif enzim, seperti yang dilakukan oleh Dewiyanti et al. (2012) yang menggunakan kuersetin sebagai inhibitor enzim α-glukosidase. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan lain untuk menentukan tipe inhibisi dari percobaan menggunakan ekstrak kasar.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Ekstrak etanol Aquilaria malaccensis dapat berperan sebagai antihiperglikemik yang cukup baik dengan nilai IC50 di bawah 100 ppm. Namun, mekanisme inhibisi enzim α-glukosidase oleh ekstrak kasar sampel belum dapat ditentukan menggunakan pendekatan plot Lineweaver-Burk, Hanes-Woolf, ataupun Eadie-Hofstee.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui senyawa spesifik yang memengaruhi daya inhibisi terhadap aktivitas enzim α-glukosidase. Penentuan total fenol juga perlu dilakukan untuk lebih memastikan adanya gugus fenolik di dalam ekstrak tersebut.

Pendekatan kinetika yang sesuai untuk menjelaskan mekanisme inhibisi enzim α-glukosidase harus ditelaah kembali dan perlu ditelusur lebih lanjut senyawa spesifik yang memengaruhi daya inhibisi ekstrak terhadap aktivitas enzim α-glukosidase, serta tingkat keamanan penggunaan ekstrak. Selain itu, dapat pula dilakukan uji lanjutan (in vivo) untuk melihat pengaruh ekstrak terhadap mekanisme absorpsi, metabolisme, dan ekskresi dalam tubuh.

DAFTAR PUSTAKA

[Perkumpulan Endokrinologi Indonesia]. 2006. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta (ID): PB. Perkeni.

Adelina N. 2004. Aquilaria malaccensis Lam. Di dalam: Fransiskus Harum, Lars Schmidt, Dorthe Jøker, editor. Forest and Landscape Denmark, Seed Leaflet No. 103 [Terhubung Berkala] https://ign.ku.dk/english/employees/forest-nature-biomass/?pure=en%2Fpublications%2Faquilaria-malaccensis-lam(3a7d20c0-a1be-11dd-b6ae-000ea68e967b)%2Fexport.html. (16 Januari 2015).

Affandi H, Arif N, Maya M, Rojak. 2013. Potensi Antioksidan dan Antidiabetes daun gaharu (Aquilaria malaccensis) dengan variasi proses ekstraksi. [laporan akhir]. Bogor: SEAMEO Biotrop

Ahmad M, Razak A, Akowuah GA, Asmawi Z, Zhari I. 2007. HPLC profile and

Page 21: Revisi Draft

12

antihyperglycemic effect of ethanol normal and streptozotocin-induced diabetic rats. J Nat Med. 61:422-429.

Akter S, Md Tanvir I, Mohd Z, Sirajul IK. 2013. Agarwood production-a multidisciplinary field to be explored in Bangladesh. Int J Pharm Life Sci. 2(1):22-32.

Atkins PW, Paula J. 2006. Physical Chemistry. Oxford (EN): Oxford University Press.

Berg JM, Tymoczko JL, Stryer L. 2002. Biochemistry. Ed ke-5. New York (US): WH Freeman.

Campbell MK, SO Farrell. 2009. Biochemistry. Ed ke-6. Pacific Grove (CA): Thomson Brooks/ Cole.

Cheng AYY, Josse RG. 2004. Intestinal absorption inhibitors for type 2 diabetes mellitus: prevention and treatment. Drug Discovery Today: Therapeutic Strategies. 1(2):201–206.

Dash M, Jayanta KP, Prasanna PP. 2008. Phytochemical and antimicrobial screening of extracts of Aquilaria agallocha Roxb. Afr J Biotech. 7(20):3531-3534.

Dewiyanti ID, Euis F, Megawati, Tri Y. 2012. The antidiabetic activity of ‘cocor bebek leaves’ (Kalanchoe pinnata Lam.Pers.) ethanolic extract from various areas. J Trop Life Science. 2(2):37-39.

Goldstein BJ, Muller-Weiland D. 2008. Diabetes: Principles and Practice Second Edition. New York (US): Informa HealthCare.

[IDF] International Diabetes Federation. 2014. Diabetes: Facts and figures. [Terhubung Berkala] http://www.idf.org/worlddiabetes day/toolkit/gp/facts-figures. (24 Maret 2015).

Katzung BG, Masters S, Trevor AJ. 2009. Basic and Clinical Pharmacology. New York (US): McGraw-Hill Medical.

Khalil AS, Rahim AA, Taha KK, Abdallah KB. 2013. Characterization of methanolic extracts of Agarwood leaves. J Appl Indust Sci. 1(3):78-88.

Kumar PS, S Sudha. 2012. Evaluation of alpha-amylase and alpha-glucosidase inhibitory properties of selected seaweeds from gulf of mannar. Int Res J Pharm. 3(8):129-130.

Lai YC, Chen CK, Tsai SF, Lee SS. 2012. Triterpenes as α-glucosidase inhibitors from Fagus hayatae. Phytochemistry. 74:206-211.

Mayur B, Sancheti S, S Shruti, Seo SY. 2010. Antioxidant and α-glucosidase inhibitory prpoperties of Carpesium abrotanoides L. J Med Plant Res. 4(15):1547-1553.

Meinar, IA. 2015. Kinetika inhibisi enzim α-glukosidase secara in vitro oleh ekstrak daun Aquilaria filaria sebagai antihiperglikemik [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Mitra R, John O, Morley SM. 2007. Medicinal plants of Malaysia. APBN. 11(2):105-110.

Moussa N et al. 2007. Effects of oral administration of Moringa oleifera Lam on glucose tolerance in goto-kakizaki and wistar rats. J Clin Bioche Nutr. 40:229-

Page 22: Revisi Draft

13

233.

Mun’im A, Katrin, Azizahwati, A Andriani, KF Mahmudah, M Mashita. 2013. Screening of α-glucosidase inhibitory activity of some Indonesian medicinal plants. J Med Arom Plants. 2(2):144-150.

Murray, Robert K, Daryl KG, Victor WR. 2009. Biokimia Harper Edisi 27. Brahm U, penerjemah. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Terjemahan dari : Harper’s Biochemistry 27th.

Noor H, Hammonds P, Sutton R, Ashcroft SJH. 1989. The hyperglycemic and insulinotropic activity of Tinospora crispa: studies with human and rat islets and HIT-T15 B cells. Diabetologia. 32:354-359.

Patel MB, Mishra SM. 2012. Magnoflorine from Tinospora cordiofola stem inhibits α-glycosidase and is antiglycemic in rats. J Funct foods. 4:79-86.

Sancheti S, Sandesh S, Sung YS. 2009. Chaenomeles sinensis: A potent α-and β-glucosidase inhibitor. Am J Pharm Toxicol. 4 (1): 8-11.

Sugiwati S, Setiasih S, Afifah E. 2009. Antihyperglycemic activity of mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.)Boerl.) leaf extracts as an alpha-glucosidase inhibitor. Makara kesehatan. 13(2):74-78.

Venable SJ, Aschenbrenner DS. 2005. Drug Therapy in Nursing. Hagerstown: Lippincott Williams & Wilkins.

Wang H, Du YJ, Song HC. 2010. Alpha-glycosidase and α-amylase inhibitory activities of guava leaves. Food Chem. 123:6-13.

LAMPIRAN

Lampiran 1 Diagram Alir Penelitian

Lampiran 2 Grafik penentuan panjang gelombang maksimum

Ekstraksi Sampel

Preparasi Larutan Uji

Preparasi Larutan Ekstrak

Pengujian Inhibisi terhadap Aktivitas Enzim α-Glukosidase

Analisis Kinetika Inhibisi Enzim α-Glukosidase

Page 23: Revisi Draft

14

340 360 380 400 420 440 4600.00

0.05

0.10

0.15

0.20

0.25

0.30

0.35

0.40

Panjang Gelombang (nm)

Abs

orba

nsi

Panjang gelombang maksimum 403 nm

Lampiran 3 Persentase daya inhibisi ekstrak A. malaccensis terhadap enzim α-glukosidase

Konsentrasi ekstrak (ppm) Absorbansi Inhibisi (%)0 2.049 0.0005 1.711 16.49610 1.211 40.89815 1.087 46.95020 0.971 52.61125 0.573 72.035

Contoh perhitungan:

Inhibisi (%) =

= 2.049-0.5732.049 ×100%

= 72.035%

y = 2.7118x + 4.2669

IC50 = 50 .0000 -4.26692.7118

= 16.8644 ppm

Lampiran 4 Data kinetika inhibisi enzim α-glukosidase[S] 1/[S] V1 V2 1/V1 1/V2 S/V1 S/V2 V1/S V2/S0.5000

2.0000

1.3020

0.6850

0.7680

1.4599

0.3840

0.7299

2.6040

1.3700

0.7500

1.3333

1.5630

0.9880

0.6398

1.0121

0.4798

0.7591

2.0840

1.3173

1.0000

1.0000

1.9690

1.8660

0.5079

0.5359

0.5079

0.5359

1.9690

1.8660

Page 24: Revisi Draft

15

1.2500

0.8000

2.5410

2.1700

0.3935

0.4608

0.4919

0.5760

2.0328

1.7360

Keterangan:S : konsentrasi p-NPG (mM)V1 : Absorbans kontrolV2 : Absorbans A. malaccensis 25 ppm

Lampiran 5 Data nilai Km dan Vmaks berdasarkan plot Lineweaver-BurkLarutan a b R2 Km Vmax

Kontrol 0.2992 0.1934 0.9418 1.5470 5.1706Dengan ekstrak 25 ppm 0.8702 -0.2496 0.9712 -3.4863 -4.0064Contoh perhitungan:y=ax+b1V

= KmVmaks

1[ S ]

+ 1Vmaks

0.1934 = 1

Vmaks

Vmaks = 5.1706

0.2992 = Km

Vmaks

Km = 0.2992 × 5.1706Km = 1.5470

Lampiran 6 Data nilai Km dan Vmaks berdasarkan plot Hanes-WoolfLarutan a b R2 Km Vmax

Kontrol 0.1407 0.3428 0.6625 2.4364 7.1073Dengan ekstrak 25 ppm -0.2739 0.89 0.6376 -3.2494 -3.6510Contoh perhitungan:y=ax+b[S ]V

= 1Vmaks

[S ]+ KmVmaks

0.1407 = 1

Vmaks

Vmaks = 7.1073

0.3428 = Km

Vmaks

Km = 0.3428 × 7.1073Km = 2.4364

Lampiran 7 Data nilai Km dan Vmaks berdasarkan plot Eadie-HofsteeLarutan a b R2 Km Vmax

Kontrol -1.3015 4.6711 0.4940 1.3015 4.6711Dengan ekstrak 25 ppm 2.3407 -2.2532 0.8063 -2.3407 -2.2532Contoh perhitungan:

Page 25: Revisi Draft

16

y=ax+b

V=−Km V[ S ]

+Vmaks -1.3015 = -Km

Km = 1.3015

Vmaks = 4.6711

Page 26: Revisi Draft

17

Page 27: Revisi Draft

18

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Semarang pada tanggal 27 Maret 1992 dari ayah Mohammad Ali dan ibu Secha Afifah. Penulis adalah putri kedua dari dua bersaudara. Tahun 2007 penulis lulus dari SMPN 1 Bogor. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Bogor dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SNMPTN dan diterima di Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis bekerja sebagai guru piano di Yamaha Bogor Musik dari tahun 2011. Pada bulan Juli sampai Agustus 2014 penulis melaksanakan Praktik Lapangan di SEAMEO BIOTROP dengan judul Uji Aktivitas Antioksidan 1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil (DPPH) pada Ekstrak Aquilaria malaccensis dengan Spektrofotometer.

Page 28: Revisi Draft

19