PRODUKSI ENZIM HIDROLISIS α-AMILASE DAN β …

15
1 PRODUKSI ENZIM HIDROLISIS α-AMILASE DAN β-GLUKOSIDASE DARI Aspergillus niger DALAM SUBSTRAT SEKAM PADI, BAGAS DAN TONGKOL JAGUNG DENGAN METODE FERMENTASI SOLID Heri Hermansyah dan Rizky Ramadhani Program Studi Teknologi Bioproses, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia Rekayasa Bioproses, Departemen Teknik Kimia E-mail: [email protected] Abstrak Hidrolisis enzim seperti α-amilase dan β-glukosidase dapat diproduksi dari jamur Aspergillus niger dan menggunakan metode fermentasi padat. Dalam penelitian ini dilakukan proses fermentasi dari jamur A. niger dengan berbagai jenis substrat seperti sekam padi, bagasse tebu dan tongkol jagung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan enzim hidrolisis yaitu α-amilase dan β-glukosidase menggunakan limbah agro- industri. Berdasarkan hasil penelitian, waktu optimum untuk fermentasi untuk setiap substrat dan jenis enzim adalah 6 hari atau 144 jam. Unit aktivitas tertinggi untuk enzim α-amilase adalah 81,86 U / ml dari hasil fermentasi menggunakan substrat jagung tongkol. Untuk β-glukosidase, unit aktivitas tertinggi adalah 95,02 U / ml dari hasil fermentasi menggunakan substrat jagung tongkol. Enzim ekstrak kasar cair kemudian dikeringkan dengan menggunakan metode spray dryer dengan menggunakan penyalut susu skim. Enzim ekstrak kering yang dihasilkan memiliki retensi enzim 85-98% dibandingkan dengan ekstrak cair. Unit aktivitas untuk kering α- amilase adalah 73,94 U / ml dan untuk kering β-glukosidase adalah 82,35 U / ml. Enzim ini stabil digunakan untuk proses hidrolisis pada suhu 30-50 o C. Abstract Hydrolysis enzyme such as α-amylase and β-glucosidase can be produced from fungi Aspergillus niger and using solid state fermentation method. This research is doing fermentation process from fungi A. niger with different variety of the substrate such as rice husk, sugarcane bagasse and corn cob. The purpose of this researches is to produce hydrolysis enzyme which is α-amylase and β-glucosidase using agro-industry waste. Based on research result, Optimum time for fermentation for each substrat is 6 days or 144 hours. The highest activity unit for α- amylase is 81,86 U/ml from fermentation using substrat corn cob with 6 days fermentation. For β-glucosidase, activity unit is 95,02 U/ml from fermentation using substrat corn cob with 6 days fermentation. Liquid crude enzyme dried using spray dryer with matrix skim milk will produce dry crude enzyme with enzyme retention 85- 98% compared to liquid crude enzyme. Activity unit for dry α-amylase is 73,94 U/ml and for dry β-glucosidase is 82,35 U/ml. This enzyme is stable for hydrolysis process at temperature 30-50 o C. Key words: Solid state Fermentation, α-Amylase, β-Glucosidase, Aspergillus niger, Biomass 1. Pendahuluan Indonesia merupakan negara agraris sehingga Sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, serta industri-industri pengolahannya merupakan penghasil limbah biomassa yang sangat besar. Pada tahun 2012, pertanian tebu menghasilkan 2600,35 ton dan limbah pertanian tebu misalnya bagas mencapai 780.105 ton (BPS, 2013). Limbah biomassa tersebut umumnya tidak diolah dan dimanfaatkan secara optimal dan bahkan cenderung menimbulkan masalah lingkungan serta kesehatan karena dibiarkan menumpuk tanpa ditangani dengan baik dan Produksi Enzim..., Rizky Ramadhani, FT UI, 2014

Transcript of PRODUKSI ENZIM HIDROLISIS α-AMILASE DAN β …

Page 1: PRODUKSI ENZIM HIDROLISIS α-AMILASE DAN β …

1

PRODUKSI ENZIM HIDROLISIS α-AMILASE DAN β-GLUKOSIDASE DARI Aspergillus niger DALAM SUBSTRAT SEKAM PADI, BAGAS

DAN TONGKOL JAGUNG DENGAN METODE FERMENTASI SOLID

Heri Hermansyah dan Rizky Ramadhani

Program Studi Teknologi Bioproses, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia

Rekayasa Bioproses, Departemen Teknik Kimia

E-mail: [email protected]

Abstrak Hidrolisis enzim seperti α-amilase dan β-glukosidase dapat diproduksi dari jamur Aspergillus niger dan menggunakan metode fermentasi padat. Dalam penelitian ini dilakukan proses fermentasi dari jamur A. niger dengan berbagai jenis substrat seperti sekam padi, bagasse tebu dan tongkol jagung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan enzim hidrolisis yaitu α-amilase dan β-glukosidase menggunakan limbah agro-industri. Berdasarkan hasil penelitian, waktu optimum untuk fermentasi untuk setiap substrat dan jenis enzim adalah 6 hari atau 144 jam. Unit aktivitas tertinggi untuk enzim α-amilase adalah 81,86 U / ml dari hasil fermentasi menggunakan substrat jagung tongkol. Untuk β-glukosidase, unit aktivitas tertinggi adalah 95,02 U / ml dari hasil fermentasi menggunakan substrat jagung tongkol. Enzim ekstrak kasar cair kemudian dikeringkan dengan menggunakan metode spray dryer dengan menggunakan penyalut susu skim. Enzim ekstrak kering yang dihasilkan memiliki retensi enzim 85-98% dibandingkan dengan ekstrak cair. Unit aktivitas untuk kering α-amilase adalah 73,94 U / ml dan untuk kering β-glukosidase adalah 82,35 U / ml. Enzim ini stabil digunakan untuk proses hidrolisis pada suhu 30-50oC.

Abstract Hydrolysis enzyme such as α-amylase and β-glucosidase can be produced from fungi Aspergillus niger and using solid state fermentation method. This research is doing fermentation process from fungi A. niger with different variety of the substrate such as rice husk, sugarcane bagasse and corn cob. The purpose of this researches is to produce hydrolysis enzyme which is α-amylase and β-glucosidase using agro-industry waste. Based on research result, Optimum time for fermentation for each substrat is 6 days or 144 hours. The highest activity unit for α-amylase is 81,86 U/ml from fermentation using substrat corn cob with 6 days fermentation. For β-glucosidase, activity unit is 95,02 U/ml from fermentation using substrat corn cob with 6 days fermentation. Liquid crude enzyme dried using spray dryer with matrix skim milk will produce dry crude enzyme with enzyme retention 85-98% compared to liquid crude enzyme. Activity unit for dry α-amylase is 73,94 U/ml and for dry β-glucosidase is 82,35 U/ml. This enzyme is stable for hydrolysis process at temperature 30-50oC. Key words: Solid state Fermentation, α-Amylase, β-Glucosidase, Aspergillus niger, Biomass

1. Pendahuluan

Indonesia merupakan negara agraris sehingga Sektor pertanian, perkebunan, kehutanan,

serta industri-industri pengolahannya merupakan penghasil limbah biomassa yang sangat

besar. Pada tahun 2012, pertanian tebu menghasilkan 2600,35 ton dan limbah pertanian tebu

misalnya bagas mencapai 780.105 ton (BPS, 2013). Limbah biomassa tersebut umumnya

tidak diolah dan dimanfaatkan secara optimal dan bahkan cenderung menimbulkan masalah

lingkungan serta kesehatan karena dibiarkan menumpuk tanpa ditangani dengan baik dan

Produksi Enzim..., Rizky Ramadhani, FT UI, 2014

Page 2: PRODUKSI ENZIM HIDROLISIS α-AMILASE DAN β …

2

benar. Limbah pertanian yang merupakan limbah organik dapat menghasilkan gas metana dan

apabila dilepaskan ke lingkungan memiliki dampak yang jauh lebih besar dibandingkan

dengan gas karbodioksida yang dilepaskan ke lingkungan.

Ancaman krisis energi mulai mengancam Indonesia, sehingga mendorong kebutuhan

energi yang renewable. Biomassa sebagai sumber energi dinilai sangat potensial di masa

depan karena tak perlu berkompetisi dengan hasil pertanian tanaman pangan seperti tebu,

singkong atau minyak sawit. Biomassa yang berasal dari limbah pertanian mengandung

sumber karbon yang masih cukup besar. Kandungan karbon dalam biomassa seperti sekam

padi masih sebanyak 48.9% (Wannapeera & Pipatmanormai, 2008), sehingga masih dapat

untuk dimanfaatkan sebagai subsrat untuk proses produksi enzim.

Enzim yang dihasilkan adalah enzim hidrolisis dimana, enzim ini berguna untuk memecah

ikatan dalam polisakarida menjadi gula-gula sederhana yang dapat dimanfaatkan dalam

produksi bioetanol. Hidrolisis enzimatik dapat dilakukan pada kondisi mild (suhu 30-50oC

dan pH 5) sehingga tidak membutuhkan energi yang besar (Taherzadeh & Karimi, 2007).

Proses hidrolisis enzimatik menggunakan enzim hidrolisis seperti enzim amilase dan

glukosidase. Enzim amilase dan enzim glukosidase dapat diperoleh dari mikroorganisme yang

dapat menghasilkan enzim, seperti bakteri, fungi dan yeast.

Penelitian ini berfokus pada proses produksi enzim hidrolisis yaitu enzim α-amilase dan

β-glukosidase dan membandingkan pengaruh jenis subsrat yang digunakan terhadap hasil

enzim yang dihasilkan dengan memperhatikan nilai aktivitas enzim. Penelitian ini dilakukan

dengan memanfaatkan mikroorganisme penghasil enzim dari jenis kapang yaitu Aspergillus

niger. A. niger mampu memproduksi enzim α-amilase dan β-glukosidase. Pada penelitian ini

memanfaatkan biomassa pertanian sebagai substrat untuk proses fermentasi seperti batang

tebu bagas, tongkol jagung dan sekam padi. Limbah pertanian tidak hanya dimanfaatkan

sebagai substrat fermentasi akan tetapi dapat menjadi support untuk tumbuhnya

mikroorganisme penghasil enzim, dalam penelitian ini adalah A. niger. Hasil enzim yang

dihasilkan kemudian dianalisis aktivitas enzimnya dengan metode Miller (1959) dan

membandingkannya untuk menentukan jenis substrat fermentasi yang paling optimal

digunakan untuk proses produksi enzim.

2. Eksperimental

2.1 Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah PDA (Potato Dextrose Agar),

(NH4)2SO4, KH2PO4, K2HPO4, MgSO4.7H2O, laktosa, maltose, buffer fosfat, DNS

Produksi Enzim..., Rizky Ramadhani, FT UI, 2014

Page 3: PRODUKSI ENZIM HIDROLISIS α-AMILASE DAN β …

3

(dinitrosalicylic acid), NaOH, KNaC4H4O6. 4H2O, tepung dan akuades. Substrat yang

digunakan adalah tongkol jagung, sekam padi, dan bagasse. Mikroorganisme yang digunakan

adalah Aspergillus niger.

2.2 Persiapan substart fermentasi

Substrat yang digunakan dalam proses produksi enzim ini adalah biomassa tongkol

jagung, sekam padi, dan bagasse. Substrat dipotong hingga menjadi ukuran ≤ 1 cm kemudian

dikeringkan menggunakan oven pada suhu 70oC selama 24 jam. Untuk sebelumnya bagasse

diperlukan pemanasan dalam autoclave pada suhu 121oC selama 15 menit. Pemanasan

dilakukan untuk menghilangkan senyawa lignin yang masih terkandung di dalamnya. Setiap

fermentasi dibutuhkan 30 gr substrat dan mencampurnya dengan beberapa nutrisi

pertumbuhan seperti 0.6 g (NH4)2SO4, 0.18 g (KH2PO4), 0.18 g (K2HPO4), 0.03g

(MgSO4.7H2O), karbon inducer yaitu maltose dan laktosa sebanyak 1.00 gram dan 60 ml

H2O. Kemudian mensterilisasi substrat yang telah mengandung nutrisi selama 15 menit pada

suhu 121oC.

2.3 Fermentasi padat

Fermentasi dilakukan dengan menggunakan SSF dari substrat tongkol jagung, sekam padi

dan bagasse masing-masing sebanyak 30 g dan ditambahkan nutrisi. Rasio penambahan

nutrisi dan substrat adalah 1:15 dalam 250 mL erlenmeyer. Larutan inoculum dipindahkan

dalam medium sebanyak 3% (v/v). Inkubasi selama 72, 96, 120 dan 144 jam pada kondisi

suhu 30oC dan pH 7.0.

2.4 Ekstraksi Enzim

Ekstraksi enzim dilakukan dengan menambahkan buffer fosfat 0.1 M pH 7.0 dengan

perbandingan 1:2 (w/v). Larutan tersebut dicampur dan dikocok (shaker) selama 30 menit

kemudian disaring dengan menggunakan muslin cloth. Ekstrak kemudian disentrifugasi pada

8000 rpm selama 20 menit.

2.5 Analisa Aktivitas Enzim

Analisa aktivitas enzim dilakukan dengan menggunakan metode penurunan jumlah

glukosa dengan menggunakan larutan DNS (3,5-dinitrosalicylic acid reagent) (Miller, 1959).

Satu unit enzim (U) didiefinisikan dengan jumlah enzim yang dibutuhkan untuk memproduksi

1 satu µmol glukosa per menit.

Produksi Enzim..., Rizky Ramadhani, FT UI, 2014

Page 4: PRODUKSI ENZIM HIDROLISIS α-AMILASE DAN β …

4

Aktivitas enzim (U/ml) = ∆!  !  !"∆!  !"  !  !"  !  !

Keterangan:

∆E = Absorbansi pada 540 nm

Vf = Volume akhir termasuk larutan DNS (mL)

Vs = Volume enzim yang digunakan (mL)

∆t = Waktu hidrolisis

Σ = Koefisien ekstingsi

d = diameter kuvet (1 cm)

Pengujian dilakukan dengan menambahkan 0.5 ml sampel enzim dan ditambahkan

larutan pati 1% sebanyak 0.5 ml. Kemudian inkubasi selama 5 menit untuk proses hidrolisis

pada suhu 30oC. Penambahan 1 ml reagen DNS untuk menghentikan reaksi hidrolisis.

Kemudian panaskan pada suhu 90oC selama 5 menit agar terjadi reaksi antara glukosa dengan

DNS. Pengukuran nilai absorbansi dengan spektofotometri UV-Vis dengan panjang

gelombang 540 nm.

2.6 Pengeringan

Pengeringan dilakukan untuk menjaga agar enzim yang terbentuk tetap memiliki

kualitas yang tetap stabil. Metode pengeringan yang dilakukan ada dua yaitu metode dengan

freeze drying yang dilakukan di BPPT Serpong dan metode spray drying yang dilakukan di

LIPI Cibinong. Pengeringan dengan freeze drying dengan penambahan kasein 0,05% (w/v)

dan spray dryer dengan penyalut susu skim 12% (w/v). Pengeringan spray dilakukan dengan

suhu inlet 130 oC dan suhu outlet sebesar 60-70 oC dengan laju alir larutan 1,45 m3/min.

3. Hasil dan Pembahasan

3.1 Pengaruh waktu fermentasi terhadap produksi enzim

Fermentasi dilakukan dengan massa substrat yang sama dan dilakukan dengan waktu

inkubasi yang berbeda-beda dengan kondisi operasi yang sama. Fermentasi dilakukan untuk

masing-masing enzim yaitu α-amilase dan β-glukosidase yaitu dengan variasi waktu inkubasi

sebagai berikut, 72, 96, 120 dan 144 jam.

Berdasarkan data yang didapatkan menyatakan bahwa yang memiliki enzim α-amilase

aktivitas tertinggi pada hari keenam atau 144 jam. Pada fermentasi pada substrat sekam padi

aktivitas enzim α-amilase pada hari ke-6 sebesar 65,95 U/ml. Pada substrat tongkol jagung

aktivitas enzim α-amilase pada hari ke-6 sebesar 81.86 U/ml. Sedangkan pada substrat

Produksi Enzim..., Rizky Ramadhani, FT UI, 2014

Page 5: PRODUKSI ENZIM HIDROLISIS α-AMILASE DAN β …

5

bagasse aktivitas enzim α-amilase pada hari ke-6 sebesar 75.35 U/ml. Gambar 1

memperlihatkan pengaruh lama fermentasi terhadap enzim yang dihasilkan berdasarkan nilai

aktivitas enzimnya. Terlihat dari grafik bahwa nilai aktivitas enzim meningkat dengan

bertambahnya waktu fermentasi. Hingga waktu fermentasi hari ke-6 atau selama 144 jam

belum terlihat adanya penurunan nilai aktivitas enzim.

Gambar 1 Nilai aktivitas enzim amilase terhadap variasi lama fermentasi

Berdasarkan data yang didapatkan bahwa yang memiliki enzim β-glukosidase

aktivitas tertinggi pada hari keenam atau 144 jam. Pada fermentasi pada substrat sekam padi

aktivitas enzim β-glukosidase pada hari ke-6 sebesar 31.91 U/ml. Pada substrat tongkol

jagung aktivitas enzim β-glukosidase pada hari ke-6 sebesar 85.01 U/ml. Sedangkan pada

substrat bagasse aktivitas enzim β-glukosidase pada hari ke-6 sebesar 91.67 U/ml. Gambar 2

berikut memperlihatkan pengaruh lama fermentasi terhadap enzim yang dihasilkan

berdasarkan nilai aktivitas enzimnya. Terlihat dari grafik bahwa nilai aktivitas enzim

meningkat dengan bertambahnya waktu fermentasi. Hingga waktu fermentasi hari ke-6 atau

selama 144 jam belum terlihat adanya penurunan nilai aktivitas enzim.

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00

100.00

2 3 4 5 6 7

AK

TIV

ITA

S EN

ZIM

(U/M

L)

FERMENTASI (HARI)

Sekam Padi Bonggol Jagung Bagasse

Produksi Enzim..., Rizky Ramadhani, FT UI, 2014

Page 6: PRODUKSI ENZIM HIDROLISIS α-AMILASE DAN β …

6

Gambar 2 Nilai aktivitas enzim glukosidase terhadap variasi lama fermentasi

Berdasarkan penelitian Khan (2011) pertumbuhan kinetik Aspergillus niger mencapai

fasa stasioner antara hari ke-4 hingga ke-5 pada medium potato dextrose agar (PDA) (Khan

& Yadav, 2011). Pada penelitian ini pertumbuhan A. niger dilakukan dalam medium

fermentasi limbah biomassa, dimana biomassa menggandung sejumlah zat seperti lignin,

selulosa dan hemiselulosa yang tidak dapat langsung diolah oleh organisme tersebut.

3.2 Pengaruh variasi substrat fermentasi terhadap produksi enzim

Pada penelitian ini juga melakukan perbandingan dalam proses fermentasi dengan

solid state dengan menggunakan beberapa macam jenis substrat. Substrat fermentasi ini

berfungsi sebagai sumber karbon untuk mikroorganisme yaitu, Aspergillus niger,

berkembangbiak. Pemilihan jenis substrat yang digunakan berdasarkan potensi jumlah limbah

biomassa di Indonesia yang belum banyak diolah. Berdasarkan jumlah sumber karbon dalam

setiap jenis substrat terlihat bahwa sekam padi memiliki sumber karbon yang lebih banyak

dibandingkan dengan jenis substrat lainnya, bagasse dan tongkol jagung. Berdasarkan data

yang telah dihasilkan terlihat bahwa substrat tongkol jagung dan bagasse mampu

memproduksi enzim yang lebih banyak dari pada substrat sekam padi. Pada proses produksi

baik untuk enzim α-amilase maupun enzim β-glukosidase.

Berdasarkan data yang didapatkan bahwa pada fermentasi dalam substrat sekam padi

aktivitas enzim α-amilase pada hari ke-6 sebesar 65.95 U/ml. Pada substrat tongkol jagung

aktivitas enzim α-amilase pada hari ke-6 sebesar 81.86 U/ml. Sedangkan pada substrat

bagasse aktivitas enzim α-amilase pada hari ke-6 sebesar 75.35 U/ml. Dari data diatas dapat

digambarkan dalam grafik pada Gambar 3 dibawah ini bahwa pada enzim α-amilase aktivitas

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

2 3 4 5 6 7

AK

TIV

ITA

S EN

ZIM

(U/M

L)

FERMENTASI (HARI)

Sekam Padi Bonggol Jagung Bagasse

Produksi Enzim..., Rizky Ramadhani, FT UI, 2014

Page 7: PRODUKSI ENZIM HIDROLISIS α-AMILASE DAN β …

7

enzim tertinggi dihasilkan pada enzim yang dihasilkan dari proses fermentasi menggunakan

substrat tongkol jagung dengan nilai aktivitas enzim sebesar 81.86 U/ml.

Gambar 3 Nilai aktivitas enzim amilase terhadap variasi jenis substrat fermentasi

Fermentasi enzim β-glukosidase pada substrat sekam padi aktivitas enzim β-

glukosidase pada hari ke-6 sebesar 31.91 U/ml. Pada substrat tongkol jagung aktivitas enzim

β-glukosidase pada hari ke-6 sebesar 95.02 U/ml. Sedangkan pada substrat bagasse aktivitas

enzim β-glukosidase pada hari ke-6 sebesar 91.67 U/ml. Gambar 4 dibawah menunjukkan

bahwa pada enzim β-glukosidase aktivitas enzim tertinggi dihasilkan pada enzim yang

dihasilkan dari proses fermentasi menggunakan substrat tongkol jagung dengan nilai aktivitas

enzim sebesar 95.02 U/ml.

Gambar 4 Nilai aktivitas enzim glukosidase terhadap variasi jenis substrat fermentasi

Apabila dilihat dari sumber karbon untuk masing-masing substrat yang digunakan

sumber kabon tidak terlihat banyak perbedaan sehingga tidak menunjukkan suatu pengaruh

yang berarti. Pada sekam padi jumlah sumber karbonnya mencapai 48.9% (Wannapeera &

Pipatmanormai, 2008). Pada bagasse jumlah sumber karbonnya mencapai 45.5% (Arsène,

2013). Pada tongkol jagung sumber karbonnya mencapai 46.8 % (Wannapeera &

Pipatmanormai, 2008).

0.00 20.00 40.00 60.00 80.00

100.00

1 Akt

ivita

s Enz

im (U

/ml)

Jenis Substrat

Sekam Padi

Bonggol Jagung

Bagasse

0.00 20.00 40.00 60.00 80.00

100.00

1

Akt

ivita

s Enz

im (U

/ml)

Jenis Substrat

Sekam Padi

Bonggol Jagung

Bagasse

Produksi Enzim..., Rizky Ramadhani, FT UI, 2014

Page 8: PRODUKSI ENZIM HIDROLISIS α-AMILASE DAN β …

8

Beberapa faktor lain yang mempengaruhi produksi enzim dalam sistem fermentasi

solid antara lain adalah substrat yang cocok untuk mikroorganisme, proses pre-treatment

substrat, ukuran partikel, kandungan air (moisturase), dan jenis dan ukuran inokulum (Pandey

A. , 1999). Kandungan air dan jenis dan ukuran inoculum bukan merupakan parameter yang

mempengaruhi dalam penelitian ini karena merupakan variable tetap. Kandungan air dalam

setiap fermenter adalah 1:2 (v/v) dan jumlah inoculum adalah 3% (v/w) untuk setiap

fermentasi yang dilakukan.

Hal yang mungkin menyebabkan perbedaan enzim yang dihasilkan dalam penelitian

ini adalah kecocokan jenis substrat dan ukuran partikel substrat. Substrat sekam padi tidak

mampu menghasilkan enzim dengan aktivitas yang tinggi dimungkinakan karena sekam padi

memiliki luas permukaan yang lebih kecil dibanding dengan kedua jenis substrat lainnya,

tongkol jagung dan bagasse. Karena ukuran sekam padi yang lebih kecil, sekitar kurang dari

0,5 cm, memungkinkan adanya kekurangan aerasi di dalam fermentor sehingga berdampak

pada pertumbuhan Aspergillus niger dan mempengaruhi hasil enzim yang dihasilkan.

Sedangkan pada substrat jenis lain, tongkol jagung dan bagasse, memiliki ukuran partikel

yang lebih besar sehingga ketika dilakukan fermentasi dalam tabung erlenmeyer masih

dimungkinkan sedikit ruang untuk aerasi.

Masih rendahnya nilai aktivitas enzim pada hasil ekstrak kasar enzim baik untuk

enzim α-amilase dan β-glukosidase kemungkinan dikarenakan karena terjadinya kerusakan

enzim. Penyebab kerusakan enzim baik untuk enzim α-amilase dan β-glukosidase hasil

fermentasi antara lain adalah enzim seharusnya disimpan dalam suhu 4oC, baik setelah ekstrak

enzim didapatkan maupun dalam proses ekstraksi. Dalam proses ekstraksi, terutama pada

proses sentrifugasi, diharuskan dilakukan pada suhu 4oC.

3.3 Pengaruh bentuk enzim terhadap aktivitas enzim

Enzim memiliki kekurangan karena mampu terdeaktifasi dengan suhu tinggi atau

adanya perubahan struktur enzim. Pengeringan enzim dilakukan agar mampu meningkatkan

stabilitas enzim. Proses pengeringan itu sendiri memungkinkan terjadinya penurunan aktivitas

enzim tersebut atau mungkin terjadi inaktivasi pada enzim (Pilosof & Sanchez, 2006).

Metode pengeringan yang biasa digunakan adalah metode spray drying dan freeze

drying. Dalam proses pengeringan enzim perlu diperhatikan karakteristik enzim dan

parameter proses pengeringan sehingga tidak merusak atau mengurangi aktivitas enzim

tersebut. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pengeringan enzim secara spray drying

adalah retensi aktivitas enzim. Retensi aktivitas enzim harus mendekati 100% setelah

Produksi Enzim..., Rizky Ramadhani, FT UI, 2014

Page 9: PRODUKSI ENZIM HIDROLISIS α-AMILASE DAN β …

9

dilakukan pengeringan sehingga masa hidup dari enzim kering ini mampu bertahan lebih lama

(Pilosof & Sanchez, 2006). Retensi enzim adalah enzim yang masih aktif setelah dilakukan

proses pengeringan. Retensi enzim dapat dihitung dengan membandingkan nilai aktivitas

enzim sebelum dan sesudah dilakukan proses pengeringan enzim.

Pada proses pengeringan dengan metode spray drying harus dilakukan kontrol pada

suhu inlet dan outlet yang optimal sehingga dapat memiliki retensi yang masih tinggi aktivitas

enzim. Terlebih lagi suhu outlet yang lebih tinggi dari suhu stabil enzim mengakibatkan

terjadinya denaturasi enzim (Yoshii, 2008).

Pengeringan dengan metode beku menghasilkan enzim kering sekitar 0,03 gr/ml

ekstrak cair. Retensi aktivitas enzim berdasarkan Tabel 1 mulai dari 85% hingga 98%. Retensi

aktivitas enzim harus mendekati 100% setelah dilakukan pengeringan (Pilosof & Sanchez,

2006).

Tabel 1 Nilai aktivitas enzim kering dengan metode freeze drying

Jenis Enzim Retensi Enzim

(%) Amilase Sekam Padi 84,8%

Tongkol Jagung 87,9%

Bagasse 98,1% Glukosidase Sekam Padi 86,5%

Tongkol Jagung 95,0%

Bagasse 89,8%

Hasil pengeringan enzim dengan metode spray drying menghasilkan enzim kering

sekitar 0,05 gramml enzim ekstrak cair. Retensi aktivitas enzim sekitar 90-96%. Hasil

pengeringan ini dapat menjadi pertimbangan untuk memproduksi enzim kering untuk skala

yang lebih besar.

Tabel 2 Nilai aktivitas enzim kering dengan metode spray drying

Jenis Enzim Retensi Enzim

(%)

Amilase Bagasse 96.04

Glukosidase Bagasse 91,64

Produksi Enzim..., Rizky Ramadhani, FT UI, 2014

Page 10: PRODUKSI ENZIM HIDROLISIS α-AMILASE DAN β …

10

3.4 Stabilitas Enzim pada Variasi Suhu Hidrolisis

Reaksi hidrolisis umunya digunakan untuk berbagai jenis industri misalnya untuk

industri gula, tekstil, makanan dan industri lainnya. Proses hidrolisis secara enzimatik

biasanya terjadi pada kondisi operasi mild, suhu rendah hingga 100oC, tekanan normal, pH

sekitar 6-8 (Kolusheva & Marinova, 2007). Untuk mengetahui apakah enzim hidrolisis yang

dihasilkan baik untuk enzim α-amilase dan β-glukosidase memiliki kestabilan dalam reaksi

hidrolisis bagi berbagai kondisi suhu reaksi diperlukan pengujian nilai aktivitas enzim pada

berbagai variasi suhu. Pada pengujian kestabilan enzim terhadap suhu hidrolisis, variasi suhu

yang digunakan antara lain adalah suhu 20oC, 30oC, 50 oC dan 70 oC.

Pada data yang dihasilkan terlihat bahwa enzim α-amilase memiliki aktivitas tertinggi

pada suhu hidrolisis 30oC dan aktivitas terendah pada suhu 20oC dan 70oC. Pada ekstrak

enzim α-amilase dari substrat tongkol jagung, ketika dilakukan reaksi hidrolisis pada suhu

30oC nilai aktivitas enzimnya sebesar 84.02 U/ml. Kemudian ketika dilakukan hidrolisis pada

suhu 50oC terjadi penurunan nilai aktivitas enzimnya menjadi 29.24 U/ml dan ketika pada

suhu 70oC nilai aktivitas enzimnya menjadi 26.76 U/ml. Berdasarkan data tersebut ekstrak

enzim α-amilase yang dihasilkan optimal digunakan pada reaksi hidrolisis pada suhu 30-50oC

dan enzim α-amilase tidak memiliki ketahanan pada suhu rendah (≤ 20 oC ) dan suhu yang

tinggi (≥ 70 oC).

Gambar 5 Kurva kestabilan enzim amilase pada proses hidrolisis dalam variasi suhu hidrolisis

Pada enzim β-glukosidase memiliki kesabilan yang mirip dengan hasil enzim α-

amilase. Suhu optimal yang digunakan untuk reaksi hidrolisis adalah pada suhu 30-50oC dan

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00

100.00

10 20 30 40 50 60 70

AK

TIV

ITA

S EN

ZIM

(U/M

L)

SUHU HIDROLISIS (OC)

Sekam Padi

Bonggol Jagung

Bagasse

Produksi Enzim..., Rizky Ramadhani, FT UI, 2014

Page 11: PRODUKSI ENZIM HIDROLISIS α-AMILASE DAN β …

11

enzim β-glukosidase tidak memiliki ketahanan pada suhu rendah (≤ 20 oC ) dan suhu yang

tinggi (≥ 70 oC).

Gambar 6 Kurva kestabilan enzim glukosidase pada proses hidrolisis dalam variasi suhu hidrolisis

3.5 Scale Up Produksi Enzim α-amilase dan β-Glukosidase

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memproduksi enzim hidrolisis yang dapat

digunakan untuk proses hidrolisis polisakarida menjadi gula sederhana atau monosakarida.

Gula sederhana yang terbentuk ini akan digunakan untuk proses fermentasi pada proses

sintesis bioethanol. Karena kebutuhan akan enzim hidrolisis ini sangat banyak, sehingga

dalam penelitian ini dilakukan produksi enzim hidrolisis dalam skala yang lebih besar atau

skala pilot. Limbah agro-industri telah banyak dilaporkan dapat menjadi substrat yang baik

dalam produksi enzim α-amilase maupun β-glukosidase. Serta spesies fungi juga telah banyak

dipelajari untuk produksi enzim enzim α-amilase maupun β-glukosidase. Penggunaan

keduanya yaitu substrat limbah agro-industri dan fungi, akan mengurangi biaya produksi

(Rajasekar, 2013).

3.5.1 Proses Fermentasi

Metode fermentasi solid state (SSF) dalam produksi enzim merupakan metode yang

rendah biaya dengan produktivitas yang tinggi serta proses downstream yang mudah

dilakukan. Hasil ekstrak kasar enzim yang dihasilkan dengan menggunakan metode SSF

mampu digunakan secara langsung (Kumar, Lakshmi, & Sridevi, 2013). Dilihat dari hasil

penelitian, substrat fermentasi yang paling optimal dalam produksi enzim adalah substrat

tongkol jagung dengan nilai aktivitas enzim yang mencapai 81.86 U/ml untuk enzim α-

amilase dan 95.02 U/ml untuk enzim β-glukosidase. Substrat yang memiliki nilai aktivitas

terbanyak setelah tongkol jagung adalah bagasse dengan nilai aktivitas enzim sebesar 75.35

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00

100.00

10 20 30 40 50 60 70

AK

TIV

ITA

S EN

ZIM

(U/M

L)

SUHU HIDROLISIS (OC)

Sekam Padi

Bonggol Jagung

Bagasse

Produksi Enzim..., Rizky Ramadhani, FT UI, 2014

Page 12: PRODUKSI ENZIM HIDROLISIS α-AMILASE DAN β …

12

U/ml untuk enzim α-amilase dan 91.67 U/ml untuk enzim β-glukosidase. Akan tetapi dalam

proses produksi dengan skala yang lebih besar, peneliti menggunakan substrat bagasse, karena

proses pre-treatment yang lebih mudah dibandingkan dengan tongkol jagung. Dalam proses

produksi dalam skala besar membutuhkan substrat yang cukup banyak sehingga akan lebih

efisien apabila menggunakan substrat bagasse. Terlebih lagi dilihat dari aktivitas enzim yang

dihasilkan dari bagasse dan tongkol jauh tidak terlihat cukup jauh perbedaannya. Sehingga

peneliti memutuskan untuk menggunakan substrat bagasse untuk proses fermentasi.

Berdasarkan hasil proses pengeringan ekstrak kasar enzim yang dihasilkan massa rata-rata

dari hasil spray drying sekitar ± 0,05 gram/ml ekstrak kasar enzim. Maka untuk menghasilkan

enzim kering sebanyak 100 gram untuk masing-masing enzim maka diperlukan ekstrak kasar

enzim sebanyak 2000 ml untuk masing-masing enzim. Untuk menghasilkan enzim sebanyak

ini dibutuhkan substrat sebesar 600 gram untuk masing-masing enzim.

Enzim α-amylase dan β-glukosidase dihasilkan dengan melakukan scale up dengan

menggunakan tray atau baki untuk proses fermentasi. Fermentasi dilakukan selama 6 hari.

Substrat yang telah distresilisasi dan ditambahkan nutrisi dan inducer kemudian dimasukkan

dalam fermentor ini.

3.5.2 Proses Ekstraksi Enzim

Proses ekstraksi enzim dilakukan dengan menambahkan buffer fosfat sebanyak 1:2

(v/v). Ekstraksi dilakukan dalam mixing tank dengan menggunakan marine blade berdiameter

10 cm selama 30 menit. Proses mixing dilakukan dengan putaran 2000 rpm selama 30 menit.

Penggunanan marine blade ini akan menghasilkan aliran aksial dan radial sevara langsung.

Tetapi tidak mampu menghasilkan putaran yang besar.

3.5.3 Proses Separasi Enzim

Proses separasi terdapat dua tahapan, tahapan pertama adalah proses separasi untuk

memisahkan ekstrak enzim dengan substrat fermentasi dengan proses filtrasi dan tahapan

kedua adalah proses pemisahan spora Aspergillus niger dengan ekstrak enzim denngan

menggunakan sentrifugasi10.000 rpm selama 5 menit.

3.5.4 Pengeringan Ekstrak Enzim

Ekstrak enzim yang telah didapatkan kemudian dilakukan pengeringan dengan

menggunakan metode spray drying. Sebelum dilakukan pengeringan, peneliti melakukan

sedikit penelitian untuk menentukan matriks atau bahan penyalut yang baik untuk proses

pengeringan melalui metode spray drying. Penentuan penyalut ini dilakukan untuk

mengurangi kerusakan enzim saat proses pengeringan. Beberapa penyalut yang digunakan

Produksi Enzim..., Rizky Ramadhani, FT UI, 2014

Page 13: PRODUKSI ENZIM HIDROLISIS α-AMILASE DAN β …

13

dalam pengujian ini adalah maltodextrin, dextrin, skim milk, dan kasein. Beberapa penelitian

telah untuk mengetahui jenis matriks yang baik digunakan untuk proses pengeringan. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa untuk menghasilkan bubuk enzim kering yang baik

menggunakan bahan penyalut berupa susu skim tanpa gula sebanyak 12%.

4. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian ini disimpulkan bahwa waktu fermentasi selama 6 hari atau

144 jam masih mengalami kenaikan nilai aktivitas enzim baik untuk enzim α-amilase dan β-

glukosidase dengan menggunakan berbagai jenis substrat fermentasi. Jenis substrat fermentasi

terlihat bahwa enzim α-amilase dan β-glukosidase adalah tongkol jagung sebesar 95.02 U/ml.

Hasil pengeringan enzim memiliki retensi aktivitas enzim sekitar 85-98% setelah dilakukan

proses pengeringan. Enzim ini memiliki suhu optimal untuk proses hidrolisis pada suhu 30-

50oC. Untuk menghasilkan 100 gram enzim kering dibutuhkan 600 gram substrat fermentasi.

Referensi

Arsène, M.-A. (2013). Treatments of non-wood plant fibres used as reinforcement in

composite materials. Materials Research vol 16.

BPS. (2013). Produksi Padi, Jagung, dan Kedelai. Jakarta: BPS.

Khan, J. A., & Yadav, S. K. (2011). Production Of Alpha Amylases By Aspergillus Niger

Using Cheaper Substrates Employing Solid State Fermentation. International Journal

of Plant, Animal and Environmental Sciences, 101-108.

Khan, J. A., & Yadav, S. K. (2011). Production of Alpha Amylases by Aspergillus niger

Using Cheaper Substrates Employing Solid State Fermentation . International Journal

of Plant, Animal and Environment Science, 5.

Kolusheva, T., & Marinova, A. (2007). A STUDY OF THE OPTIMAL CONDITIONS FOR

STARCH HYDROLYSIS THROUGH THERMOSTABLE α - AMYLASE. Journal

of the University of Chemical Technology and Metallurgy, 93-96.

Kumar, M. S., Lakshmi, C., & Sridevi, V. (2013). Production and optimization of

Glucoamylase from wheat bran by Aspergillus oryzae NCIM 1212 under Solid State

Fermentation. International Journal of Application or Innovation in Engineering &

Management (IJAIEM), Volume 2, Issue 10, 318.

Pandey, A. (1999). Solid state fermentation for production of industrial enzymes. Current

Science Vol 77, 149-162.

Produksi Enzim..., Rizky Ramadhani, FT UI, 2014

Page 14: PRODUKSI ENZIM HIDROLISIS α-AMILASE DAN β …

14

Pandey, A., Ashakumary, L., & Selvakumar, P. (1995). Copra waste-a novel substrate for

solid state fermentation. Biores. Technol., 51, 217-220.

Pilosof, A., & Sanchez, V. (2006). Drying of Enzymes. In A. Mujumdar, Handbook of

Industrial Drying, Third Edition (pp. 981-990). Singapore: CRC Press.

Rajasekar, A. (2013). Production and Optimazation of Amylases Using Aspergillus niger.

International Journal of Scientific & Engineering Research, Volume 4, Issue 7, 2497.

Roses, R. P., & Guerra, N. P. (2009). Optimization of amylase production by Aspergillus

niger in solid-state fermentation using sugarcane bagasse as solid support material.

World J Microbiol Biotechnol, 1929–1939.

Sa’adah, Z. (2010). Produksi Enzim Selulase oleh Aspergillus niger Menggunakan Substrat

Jerami dengan Sistem Fermentasi Padat. Semarang: Universitas Diponegoro

Semarang.

Saida, L., & Oberoi, H. S. (2013). Studies on Cellulase Production by Solid state

Fermentation using Sweet Sorghum bagasse. Helix Vol. 1, 261-266.

Sandhu, S., & Maiti, T. K. (2013). Cellulase Production by Bacteria: A Review. British

Microbiology Research Journal 3(3), 235-258.

Sharada, R. (2013). PRODUCTION OF CELLULASE – A REVIEW. INTERNATIONAL

JOURNAL OF PHARMACEUTICAL, CHEMICAL AND BIOLOGICAL SCIENCES,

1070-1090.

Singh, P., & Pandey, A. (2009). Solid-State Fermentation Technology for Bioconversion of

Biomass and Agricultural Residues. In P. Singh, & A. Pandey, Biotechnology for

Agro-Industrial Residues Utilisation (pp. 198-216). Northern Ireland: Springer

Science.

Sloth, J. (2007). Formation of Enzyme Containing Particles by Spray Drying. Denmark:

Novozymes Bioprocess Academy.

Taherzadeh, M. J., & Karimi, K. (2007). Enzyme Based Hydrolysis Processes for Bioethanol

from Lignocellulasic Material: A Review. Bioresources 2(4), 707-738.

Verardi, A., & De Bari, I. (2012). Hydrolysis of Lignocellulosic Biomass: Current Status of

Processes and Technologies and Future Perspective. In M. Lima , & A. Natalense,

Bioethanol (pp. 100-101). Brazil: InTech.

Wang, C., & Chen, C. (2010). High Production of β-Glucosidase by Aspergillus niger on

Corncob. Appl Biochem Biotechnol.

Produksi Enzim..., Rizky Ramadhani, FT UI, 2014

Page 15: PRODUKSI ENZIM HIDROLISIS α-AMILASE DAN β …

15

Wannapeera, J., & Pipatmanormai, S. (2008). Product yields and characteristics of rice husk,

rice straw and corncob during fast pyrolysis in a drop-tube/fixed-bed reactor.

Songklanakarin J. Sci. Technol. 30, 393-404.

Yoshii, h. (2008). Effects of protein on retention of ADH enzyme activity encapsulated in

trehalose matrices by spray drying. Journal of Food Engineering 87 , 34–39.

Zulfatus, S., & Noviana, I. S. (2010). Produksi Enzim Selulase oleh Aspergillus niger

Menggunakan Substrat Jerami dengan Sistem Fermentasi Padat. Semarang:

Universitas Diponegoro.

Produksi Enzim..., Rizky Ramadhani, FT UI, 2014