POLA KERUNTUHAN SCREW- PILE DAN ESTIMASI DAYA DUKUNG ...
Transcript of POLA KERUNTUHAN SCREW- PILE DAN ESTIMASI DAYA DUKUNG ...
November
24-25, 2015
Pertemuan Ilmiah Tahunan PIT HATTI-XIX Hotel BIDAKARA JAKARTA
HIMPUNAN AHLI TEKNIK TANAH INDONESIA
1
POLA KERUNTUHAN SCREW- PILE DAN ESTIMASI DAYA DUKUNG
DENGAN P-δ CURVE METODE PEMBEBAN TARIK IN SITU BEBAN
KONTINYU PADA TANAH LEMPUNG TROPIS ACEH
Munirwansyah1), Marwan, Banta Chairullah, Reza P. Munirwan2), Mardiana 3)
1). Guru Besar Jurusan T.Sipil-KBK.Geoteknik, Ketua Laboratorium Mekanika Tanah Fak.Teknik
Universitas Syiah Kuala-B.Aceh 2). Dosen Jurusan T.Sipil – KK. Geoteknik, Fak.Teknik
Universitas Syiah Kuala-B.Aceh 3). Mahasiswa S1, Jurusan T.Sipil, Fak.Teknik
Universitas Syiah Kuala, Darussalam B.Aceh e-mail: [email protected]; [email protected].
Abstrak Penelitian ini berguna untuk persoalan kelongsoran lereng tanah, pekerjaan talud galian dan
timbunan. Penyebab kelongsoran di lapangan diantaranya dipengaruhi oleh faktor storie index,
mengalami lost of strength akibat perubahan cuaca, ekploitasi hutan dan faktor cuaca.
Beberapa indek sejarah yang dominan adalah; climate, topografy, land vegetations, soil and
man. Dalam pandangan penulis, kelongsoran sering terjadi pada formasi lapisan keras dangkal
berbentuk interface, seperti cadas atau tanah dengan CPT > 100 kg/cm2 dengan pola miring.
Teknologi penanganan kelongsoran yang efektif sudah banyak diteliti di laboratorium maupun
dengan skala 1:1. Teknologi geo-slope dengan pengangkuran, penggunaan geosintetik, wire
mash diangkur sudah cukup luas dipublikasi, tetapi masih disayangkan bila dilihat dalam
penerapan di lapangan pada pekerjaan talud galian dan timbunan ternyata masih dilakukan
dengan cara-cara konvensional. Sehingga bencana kelongsoran masih terjadi di mana-mana,
yang menyebabkan kerugian harta benda dan nyawa manusia. Penelitian ini menggunakan
screw-pile yang mempelajari tentang masalah interaksi tanah-struktur dan mekanisme transfer
beban, carrying capaasity screw-pile serta mencermati pola keruntuhan. Penelitian ini
dilakukan pada formasi tanah lempung, jenis pembebanan tarik dengan diameter yang
bervariasi dari 10, 15 sampai 20 cm. Beban tarik diberikan secara kontintu dari beban
kecil hingga mencapai maksimum, diukur dengan menggunakan pressure-gauge sampai
tanah disekeliling screw-pile mengalami runtuh (failure) dan saat dua kali pembacaan
mempunyai nilai yang sama. Pada setiap pengujian dicatat besar beban (P) hingga screw pile
mengalami keruntuhan, besarnya deformasi (δ) yang terjadi dan waktu pembebanan (T).
Hasil pengujian digambarkan dalam grafik-grafik hubungan antara: beban–deformasi (P-δ)
curve seperti diperlihatkan dalam Gambar (3.1). Untuk screw-pile diameter (Ø) 10 cm
diperoleh ultimate carrying capacity maksimum Pmak= 2,85 ton dan deformasi maksimum
δ = 7,30 cm. Hubungan P dan δ yang diizinkan untuk masing-masing diameter 10, 15 dan 20
cm adalah; Pizin=1.90 ton dengan deformasi izin δ = 1.20 cm, untuk 15 diperoleh izinP = 2,08
ton dan deformasi izin = 2.40 cm dan untuk screw-pile 20 cm diperoleh izinP = 2,31 ton
dan deformasi = 2.6 cm.
Kata Kunci: Kelongsoran, screw-pile, deformasi, ultimate, carrying capacity, slip plane.
2
1. PENDAHULUAN.
Dalam artikel ini disampaikan hasil
penelitian tentang salah satu teknik
pengujian perkuatan tanah lereng dengan
menggunakan angker (screw) dan
melakukan pengujian kuat tarik angkur
untuk memperoleh kapasitas angker dalam
menerima gaya tarik.
ASTM (2002), metode pembebanan
menerapkan sistem pembebanan kontinyu.
Lokasi dan objek penelitian dilakukan pada
pada formasi tanah lempung. Parameter
design interest lainnya adalah diameter
angkur, jumlah lapisan lembar angkur dan
kedalaman pengangkuran masing-masing
0,6 m, 0,8 m, 1 m. Metode analisis capaian
stabilitas lereng dilakukan dengan sistem
memunculkan beban tarik dengan
keseimbangan momen pada H-beam.
Abramson, L.W., et. al., (1996), penentuan
keruntuhan yang digunakan adalah metode
Swedish Methode of Slides yang diambil
dari metode Swedish Geotechnical Institute
sesuai Fellenius (1905).
Artikel yang ditulis dari hasil
penelitian ini bertujuan untuk melihat
mekanisme transfer beban tarik angkur
terhadap komponen sistem konstruksi
screw pile untuk dapat diterapkan pada
pekerjaan stabilisasi lereng. Sistem
perkuatan ini dapat dikembangkan di
lapangan dengan menggunakan tiga
komponen utama perkuatan, yaitu; stang
angkur (screw pile depth), jumlah lembar
angkur (n screw-strip) sebagai elemen-
elemen perkuatan, geosintetik sebagai
elemen pengekang (surface confining
element) dan tanah sebagai material
pembentuk lereng.
Bowles, J. E., (1993), mekanisme yang
terjadi pada sistem ini adalah massa tanah
yang terangkat yang dikaji hingga
mencapai keruntuhan dengan bidang
runtuhnya (slipe line failure) yang dikaji
dengan melakukan penggalian.
Munirwansyah dan Mardiana (2012),
yang dikutip dari hasil penelitian kuat
tarik, angkur yang akan mengalami gaya
tarik keluar (up load) ditahan
oleh kombinasi gaya gesek (τ) pada
slipe line dan tekanan tanah pasif
(pasive force) yang terbentuk dari blok
tanah pasif yang terjadi diluar slipe
plane failure.
ASTM (2002). pembebanan in situ
dilakukan dengan sistem uji beban menurut
standard American Society for Testing
Materials (ASTM).
Data yang diperoleh dari hasil pengujian
dibuat dalam bentuk grafik hubungan
antara beban tarik (P) – deformasi ,
pada kasus lain dapat juga disertakan
hasil-hasil hubungan antara; beban–waktu
dan waktu–deformasi untuk kemudian
dilakukan analisis lebih lanjut
sesuai dengan tujuan penelitian masing-
masing.
3
2. KAPASITAS ANGKER
Das, B. M., (1995; 2006), kapasitas
angkur sangat dipengaruhi oleh luas blade
angkur yang dimasukkan ke dalam tanah
(baik berupa tanah lereng atau tanah
datar). Untuk menghitung ultimate
carrying capacity, faktor friksi
disepanjang batang tidak diperhitungkan.
Pengaruh friksi atau adhesi pada tiang
screw pile akan diperhitungakan jika
diameter di atas 3.50 inch (8,9 cm) dengan
blok massa tanah runtuh besar. Persamaan
(2.1) dapat digunakan untuk menghitung
ultimate carrying capacity.
qhh NqcAQ .9 ........(2.1)
dengan :
hQ = kapasitas angkur tunggal
hA = luas efektif angkur
c = kohesi tanah
qN = kapasitas daya dukung angkur
9 = konstanta
Model angkur yang digunakan pada
penelitian dilapangan yaitu tiang angkur
dengan baja padat. Pada angkur padat
tahanan ujung dan friksi disepanjang
bagian tiang tidak bisa termobilisasi secara
langsung. Sehingga tahanan statik ultimit
ditentukan berdasarkan jumlah kapasitas
( hQ ) dari sebuah angkur padat biasanya
ujung ultmit dan friksi ultimit pada daerah
permukaan angkur dan pada slip plane.
Tekanan efektif tanah ditentukan dengan
menggunakan kurva meyerhof. kapasitas
total angkur, diperhitungkan dengan
persamaan (2.2) dan (2.3).
fht QQQ ...............(2.2)
Untuk tanah kohesif :
ff LCDQ ... ........(2.3)
dengan :
D = diameter angkur
fL = luas selimut angkur
C = kohesi tanah
= 3,14
Qt = kapasitas total angkur
Qf = kapasitas friksi angkur
3. KELONGSORAN
Munirwansyah ((2012)), peristiwa
tanah longsor atau dikenal sebagai gerakan
massa tanah, batuan atau kombinasinya,
sering terjadi pada lereng-lereng alam atau
buatan, dan sebenarnya merupakan
fenomena alam. Peristiwa kelongsoraan
terjadi, karena alam mencari keseimbangan
baru akibat adanya gangguan atau faktor
yang mempengaruhinya dan menyebabkan
4
terjadinya pengurangan kuat geser serta
peningkatan tegangan geser tanah, kasus
seperti itu diantaranya diperlihatkan dalam
Gambar. (3.1).
Gambar 3.1. Crossection lapisan tanah
dari hasil interpretasi sondir
S0-1 s/d S0-3.
Munirwansyah (2004), kasus
kelongsoran seperti yang diperlihatkan
dalam Gambar (3.1), dapat diperkuat
dengan menmggunakan perkuatan angker
(screw pile) yang diuraikan dalam
artikel ini.
Munirwansyah (2013; 2014), ada
beberapa faktor yang dapat menyebabkan
longsor, diantaranya karena bertambah
berat beban pada lereng yang berasal dari
peristiwa alam itu sendiri, air hujan yang
berinfiltrasi ke dalam tanah di bagian
lereng yang terbuka (tanpa penutup
vegetasi) yang menyebabkan kandungan air
dalam tanah meningkat sehingga tanah
menjadi jenuh, berat volume tanah
bertambah tegangan efektif tanah mengecil
dan beban pada lereng semakin berat.
Arief, S., (2007), pengangkuran
harus dilakukan hingga mencapai
kedalaman tanah pasif, maka untuk itu
perlu diketahui letak slipe failure yang
merupakan batas antara tanah pasif dan
tanah aktif yang saling bergeser.
Brinkgreve, RBJ., Vermeer, PA.,
(1998), memberikan metode komputasi
yang cukup baik hasilnya yaitu metode
finite element menggunakan soft ware
plaxis, sehingga penanaman panjang
angker dapat dengan mudah direncanakan,
salah satu kasus perhitungan deformasi
lereng seperti diperlihatkan dalam
Gambar (3.2).
Menurut Highway Research Board
(1978), secara rinci mengemukakan pula
beberapa hal penyebab kelongsoran
yaitu lereng:
a) Berkurangnya daya dukung lereng
yang disebabkan oleh:
1. Erosi,
baik yang disebabkan oleh aliran air
sungai, hujan maupun perubahan
suhu yang sangat drastis;
2. Pergerakan,
Gerakan alami dari lereng akibat
pergeseran bidang longsor maupun
penurunan;
5
3. Aktifitas manusia;
a. Penggalian dasar lereng yang dapat
mempertajam kemiringan lereng;
b. Penggeseran terhadap struktur
penahan tanah yang ada;
c. Penurunan seketika tinggi muka air
pada lereng; dan
d. Penggundulan permukaan lereng.
Gambar 3.2. Hasil komputasi plaxis
untuk mengidentifikasi
slip plane dan penentuan
panjang tiang angker.
b). Penambahan beban pada lereng
1. Kondisi alam;
2. Aktifitas manusia.
c) Metode Broms, Wrong (1991)
1. Metode Geometri (Geometric
Methods);
Cara ini dilakukan dengan
mengubah geometri lereng yang ada
sehingga sudut kemiringan dan
tinggi lereng menjadi lebih kecil.
2. Metode Hidrologi (Hydrologi
Methods);
Cara ini dilakukan dengan
menurunkan elevasi muka air tanah
pada lereng serta memperkecil nilai
kadar airnya, sehingga terjadi
peningkatan kuat geser tanah dan
pengurangan ekses tekanan air pori.
Sedangkan yang termasuk metode mekanis,
antara lain :
1. Beban penahan (counter weight);
a. Dinding penahan;
b. Tiang pancang/bor;
c. Jangkar/angkur.
Metode ini termasuk dalam metode
mekanik yang cukup efektif dalam
menciptakan kestabilan lereng, karena
konstribusi dari peran masing-masing
komponen pendukung konstruksi yang
direncanakan, seperti:
6
a. Tekanan tarik angkur;
b. Terjadi peningkatan tegangan normal
tekan pada bidang longsor karena
adanya asumsi kompresi/pemadatan
tanah yang berpotensi bergerak;
c. Tahanan geser angkur pada bidang
longsor;
d. Pencegahan erosi oleh geosintetik
pada permukaan lereng.
Tinjauan terhadap tegangan-regangan ini
berhubungan dengan bidang keruntuhan,
yaitu terjadinya tegangan-regangan pada
sepanjang bidang keruntuhan lereng yang
berarti ditinjau pula penurunan dan
deformasi pada lereng. Pada tinjauan
keseimbangan batas menganggap bahwa
tanah sebagai rigid-plastic yang berarti
tidak ada regangan pada setiap kedudukan
hingga terjadi keruntuhan. Padahal pada
kenyataannya regangan terjadi keruntuhan
dan pada kondisi tertentu deformasi yang
cukup besar mungkin terjadi.
Wood, DM., (1990), analisis tinjauan
keseimbangan batas dimulai dengan
membuat free body lereng dengan trial and
error terhadap bidang keruntuhan.
Hunt, RE., (2005), kemudian kuat
geser (shear strenght) tanah lereng
(yang menjadi tujuan utama dari penelitian
ini) diperoleh dari penyelidikan tanah
langsung di lapangan (in situ) dan tegangan
geser (shear stress) didapatkan dari beban
dan besarnya kemiringan lereng.
Perbandingan antara kuat geser dan
tegangan geser menghasilkan angka
keamanan kestabilan lereng. Angka
keamanan atau dikenal dengan Safety
Factor (SF) dapat ditentukan dengan
persamaan (3.1).
.......................(3.1)
Dengan ketentuan:
SF 1,0 Lereng aman (umumnya
diambil 1,3 s.d 1,5);
SF = 1,0 Lereng kemungkinaan tidak
aman;
SF 1,0 Lereng tidak aman.
d) Metode Stabilisasi Lereng dengan
Sistem Wire-mess
Hausman, M.R., (1990), metode
penanganan longsor yang diusulkan adalah
dengan menggunakan sistem stabilitasi
lereng secara mekanis dengan
menggunakan angkur screw-pile dan
permukaan tanah lereng dibungkus dengan
sistem perkuatan wire-mess atau bahan
woven lainnya yang dapat diikat dengan
rangkaian angkur screw-pile yang telah
Kuat Geser
SF =
Tegangan
Geser
7
ditanam kedalam tanah hingga melebihi
kedalaman bidang longsor dengan
menggunakan alat pemutar khusus.
Pemasangan angkur dilakukan
melewati groment dipermukaan lereng,
kalau menggunakan wire-mesh pada bagian
ini dilakukan pengayaman yang lebih rapat
untuk dapat menerima konsentrasi beban
tarik yang terpusat pada sekeliling lubang
groment.
Gambar 3.3. Metode pengangkuran lereng
dengan screw pile.
Tiang angkur yang digunakan harus cukup
panjang sehingga melewati bidang longsor
dan masuk zona pasif (pasif zone) seperti
diperlihatkan dalam Gambar (3.3).
Jumlah tiang angkur yang digunakan
disesuaikan dengan kapasitas daya dukung
tarik satu buah angkur yang dikorelasikan
terhadap massa tanah yang diperkirakan
longsor yang dihitung dengan
menggunakan metode Fellinius dan metode
limit equilibrium seperti teori yang di
usulkan oleh Bishop.
4. METODE PENELITIAN
Data utama yang diperlukan sebagai
pendukung utama penulisan laporan
penelitian, yang diperoleh dari hasil
pemeriksaan atau pengujian di
laboratorium.
Adapun data yang termasuk ke dalam
data primer yaitu data pembacaan
deformasi dilapangan, perhitungan beban
untuk pengujian, pemeriksaan sifat-sifat
fisis tanah seperti berat jenis, batas plastis,
batas cair, batas susut dan sifat mekanis
tanah. Data sekunder merupakan data
pendukung lain sebagainya yang
diperlukan.
4.1. Peralatan
Munirwansyah (2012), peralatan yang
akan digunakan dalam penelitian ini adalah
frame baja referensi (terbuat dari profil-I)
yang digunakan untuk sistem beban reaksi
dan sistem modifikasi beban tarik, jack
yang dilengkapi dengan manometer
berskala beban kapasitas > 2 ton,
dial-gauge untuk pembacaan deformasi,
angker untuk beban reaksi, waterpass,
balok-balok kayu pelengkap untuk
8
pemasangan dial gauge, cangkul dan skop,
serta meteran baja 5 meter dan sejenisnya
telah disiapkan untuk melengkapi alat kerja
dilapangan.
4.2. Prosedur Penelitian
Pekerjaan persiapan meliputi
pembuatan angkur screw-pile yang
dilakukan dilaboratorium Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala,
Darussalam Banda Aceh. Screw–pile yang
digunakan dilapangan berdiameter masing-
masing 10 cm, 15 cm, dan 20 cm dengan
panjang tiang screw pile (0.60; 0.80 dan
1.00 meter/ batang stang).
4.3. Lendutan Referensi Beam.
Munirwansyah dan Mardiana
(2012), pada tahap ini dilakukan
perhitungan lndutan profil baja yang akan
digunakan, hal tersebut berguna untuk
mengantisipasi kemungkinan terjadinya
lendutan yang terlalu besar sehingga
dikhwatirkan dapat mengganggu proses
pelaksanaan penelitian dilapangan.
Meja beban dari profil baja harus cukup
kaku sehingga lendutan maksimum
yang diijinkan harus < 0,25 mm.
Perhitungan besarnya lendutan dapat
dihitung dengan persamaan (4.1).
IE
M
. .................................(4.1)
dengan :
M = momen ( ton. meter )
E = modulus elastisitas baja
250.000 ( kg/cm )
I = momen inersia ( cm3)
4.3.1. Perhitungan Beban Uji.
Untuk mengetahui kapasitas daya
dukung tarik screw-pile dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan (4.2).
P = W+ fL .c .........................(4.2)
dengan :
P = beban ( ton )
W = berat tanah (kg)
c = kohesi tanah (kg/cm2)
fL = luas selimut angkur (m2)
4.3.2. Pembebanan
Metode uji pembebanan dilakukan
mengikuti standar uji pembebanan ASTM
untuk model reactions pile. Mekanisme uji
tarik angkur screw-pile dilaksanakan
dengan pembebanan berulang. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Gambar (4.1),
sedangkan perincian jumlah benda uji
dapat dilihat pada Lampiran Tabel (1).
9
Pengujian tarik angkur screw-pile
dilaksanakan setelah angkur
dimasukkan kedalam tanah dengan
alat pemutar, Dial-gauge dengan
ketelitian 0,01 mm dipasang untuk
pengamatan deformasi (δ).
Metode pembebanan yang dilakukan
adalah metode pembebanan berulang ini
pertama-tama diberikan beban kemudian
dicatat deformasi yang terjadi..
Setelah menunggu selama 5 menit
dibaca dan dicatat kembali besarnya
beban dan deformasi dengan menggunakan
manometer dan dial gauge seperti tahap
pertama. Begitu selanjutnya sampai
pembacaac beban konstan dan terjadi
keruntuhan menerus.
5. HASIL DAN PEMBAHASAN
Mekanisme transfer beban terhadap
komponen sistem uji kuat tarik angkur,
seperti daya dukung tarik angkur (screw-
pile) dengan uji pembebanan vertikal yang
diuji pada tanah lempung, serta bentuk
keruntuhan angkur screw-pile yang terjadi
di lapangan, disampaikan dalam
pembahasan ini.
Berdasarkan hasil pengujian
dilapangan dapat diketahui besarnya
deformasi dari masing-masing screw-pile
dengan diameter dan kedalaman yang
berbeda. Sesauai dengan disajikan
sebelumnya, maka ditegaskan kembali
bahwa notasi yang dipergunakan adalah;
untuk beban (P), deformasi .
5.1. Kuat Tarik Screw-Pile
Hasil pengujian menunjukkan
bahwa besarnya beban yang dihitung
dibandingkan berdasarkan beban teoritis.
Hasilnya senantiasa berbeda dengan beban
yang diperoleh dilapangan. Pembacaan
dial-gauge pada saat pengujian berbeda-
beda, sesewaktu terjadi peningkatan dan
penurunan deformasi yang tidak seimbang.
Pengertian deformasi yaitu pembacaan
rata-rata deformasi kepala tiang setelah
Gambar 4.1: Pengujian kuat tarik angkur
screw-pile
Munirwansyah dkk.(2012)
10
dikoreksi dengan deformasi dari contra
beam.
Pada uji kuat tarik screw-pile ini
terlihat slipe plane yang terjadi
menunjukkan bentuk keruntuhan yang
sama dengan bentuk keruntuhan teoritis.
Hasil data deformasi dilapangan sangat
dipengaruhi oleh besarnya beban yang
bekerja dan faktor kedalaman tiang. Bentuk
keruntuhan teoritis dan keruntuhan hasil
penelitian lapangan dapat dilihat seperti
dalam Gambar (5.1) dan Gambar (5.2).
Hasil percobaan dengan beban berulang
untuk pembebanan berulang, seperti
diperlihatkan dalam P-δ curve dalam
Gambar 5.3, menunjukkan bahwa
untuk screw pile dengan 10 cm tercapai
beban tarik maksimum (screw carrying
capacity) sebesar 2,85 ton, pada
pengujian tersebut telah terjadi penurunan
terus-menerus hingga tiga kali pembacaan
beban sebesar Pmaks =2.85 ton yang
ditunjukkan telah terjadinya keruntuhan
(failure) pada saat deformasi mencapai
5,10 cm. Dengan demikian besarnya beban
izin screw pile tersebut adalah izinP = 1,9
ton dengan deformasi izin 1.2 cm.
Gambar 5.2. Bentuk keruntuhan
hasil penelitian.
Bidang
runtuh
Screw-pile
Gambar 5.1 : Bentuk keruntuhan
Secara teoritis
Sumber : Dass, B, M., (1995)
Bidang
runtuh
Screw pile
P
h
11
6. KESIMPULAN dan SARAN
6.1. KESIMPULAN
1. Hasil uji lapangan screw-pile masing-
masing sebagai berikut, untuk
10 cm diperoleh maksP = 2,65 ton
dengan deformasi = 5,80 cm.
Untuk 15 cm diperoleh maksP = 3,05
ton, dengan deformasi = 6,9 cm,
serta untuk 20 cm diperoleh maksP =
3,45 ton, = 8,49 cm.
2. Untuk pengujian dengan pengamatan
terjadinya slipe-failure dengan
diikuti penggalian untuk
3. menganalisis bentuk bidang runtuh
di lapangan seperti diperlihatkan
dalam Gambar (5.2), menggunakan
screw pile berdiameter 10 cm
telah terjadi pembebanan hingga
runtuh dengan capaian maksP =
2,85 ton dan deformasi saat
terjadi keruntuhan adalah
= 5,10 cm.
4. Perhitungan beban izin secara
teoritis dengan menggunakan
hubungan P-δ curve mendapatkan
hasil yang berbeda beda, masing-
masing adalah; untuk screw-pile
10 cm diperoleh izinP = 1.9 ton
dan deformasi = 1.5 cm, untuk 15
diperoleh izinP = 2,08 ton dan
deformasi = 2.40 cm dan untuk
screw-pile 20 cm diperoleh
izinP = 2,31 ton dan deformasi
= 2.6 cm,
5. Bentuk bidang runtuh (failure
plane) yang terjadi pada pengujian
screw pile pada tanah lempung,
diperoleh hasil yang sesuai
dengan mekanisme teoritis,
perbandingannya dapat dilihat seperti
dalam Gambar (5.1) dan (5.2).
Gambar 5.3 : P-δ curve hasil penelitian
screw pile diameter 10 cm.
Beban - Penurunan
y = 0.4088e0.8759x
R2 = 0.9628
0
0.9
1.8
2.7
3.6
4.5
5.4
0 0.3 0.6 0.9 1.2 1.5 1.8 2.1 2.4 2.7 3 3.3 3.6 3.9Beban (ton)
Pe
nu
ru
na
n (
cm
)
Pteori= 0.364 t
Pdesain= 1,90 t
Pf ailure= 2.858 t
12
6.2. SARAN
Disarankan kepada para praktisi
geoteknik, agar bentuk bidang runtuh
pada tanah lempung, perlu perhatian
khusus, konkritnya dalam menetapkan
besar tekanan pasif dari berat tanah
pada kedalaman (H) agar berhati hati
seperti diperlihatkan dalam Gambar
(5.1), untuk capaian kedalaman
overburdance pressure pada tanah
lempung agar tidak memperhitungkan
adanya tekanan tanah pasif dan bentuk
slip-plane yang tidak membentuk
sudut ϕ.
7. REFERENSI
Abramson, L.W., et. al., 1996, ”Slope
Stability and Stabilization
Methodes”, A Wiley Interscience
Publication, John Wileey & Sons.
Inc.
ASTM, 2002, Annual Book of ASTM
Standards, West Conshohocken,
PA, 2002. Copyright, American
Society for Testing and Materials,
100 Barr Harbor Drive, West
Conshohocken, PA 19428-2959.
Reprinted with permission.
Bowles, J. E., 1993, ”Sifat-sifat dan
Geoteknis Tanah”, Erlangga,
Jakarta.Christady, Hary., 1994,
“Mekanika Tanah – 2”, Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta
Das, B. M., 1995, ”Mekanika Tanah
(Prinsipi-prinsip Rekayasa
Geoteknis), Erlangga, Jakarta.
Arief, S., (2007), Dasar-dasar Analisis
Kestabilan Lereng, viewed 10 Mei
2007, Available from Internet
<http://www. scribd.com>,
Sulawesi Selatan.
Brinkgreve, RBJ., Vermeer, PA., 1998,
PLAXIS, Versiuon 7, AA Belkema
Rotterdam/Brookfield.
Das, B. M., (2006), Mekanika Tanah,
Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Hausman, M.R., 1990. Engineering
Principle of Ground Motion,
International Edision, Mc Graw
Hill, Inc, Singapore.
Hunt, RE., 2005, Geotechnical Engineering
Investigation Handbook” Taylor &
Prancis grup, USA.
Munirwansyah, Reza P. Munirwan (2002),
Jurnal Teknik Sipil, Universitas
Syiah Kuala, Banda Aceh. Volume
2, Tahun I, No. 2, ISSN 1412-
548X, pp. 1-8.
Munirwansyah, 2004, “Tinjauan Aspek
Geoteknik terhadap Penyebab
Kelongsoran Translasi pada Ruas
Jalan Banda Aceh-Meulaboh
Sta.108.400 Gunung Meudang
Provinsi NAD”, Universitas Syiah
Kuala, Darussalam, Banda Aceh.
Munirwansyah, (2011), Hasil Interpretasi
kontur Lapisan Bawah Permukaan
(Bearing Layers) dengan
Menggunakan Sofwer SURFER,
untuk Perencanaan Konstruksi
Geoteknik Bangunan Teknik Sipil.
Jurnal Teknik Sipil Fakultas
Teknik Unsyiah, Banda Aceh.
Munirwansyah, Reza. P. Munirwan,
(2012), Proceeding Seminar dan
Pertemuan Ilmiah Nasional
Himpunan Ahli Teknik Tanah
Indonesia. PIT-HATTI-VI, Hotel
Borobudur Jakarta.
13
Munirwansyah, (2013), Proceeding
Seminar dan Pertemuan Ilmiah
Nasional Himpunan Ahli Teknik
Tanah Indonesia, PIT-HATTI-VII,
Hotel Borobudur, Jakarta.
Munirwansyah, (2014), Proceeding
Seminar dan Pertemuan Ilmiah
Nasional Himpunan Ahli Teknik
Tanah Indonesia, PIT-HATTI-VIII,
Hotel Borobudur, Jakarta.
Wood, DM., (1990), Soil Behaviour and
Critical State Soil Mechanics,
Cambridge Univ. Press, USA.
14
LAMPIRAN:
Tabel 1. Jenis Pengujian, Parameter dan Perlakuan pada Benda Uji
Jenis tanah &
model angker
Kepadatan
Tanah (t/m3) /
Kadar Air
(%)
Susunan
Screw
(n)
Model & Diameter Screw Jumlah
Benda
Uji
Ketr. A B C
10
(cm)
15
(cm)
20
(cm)
LEMPUNG
P
11 /WLd
2
2
2
2
6
22 /WLd
2
2
2
2
6
33 /WLd
2
2
2
2
6
44 /WLd
3
-
2
-
2 By Slipe
Plane
JUMLAH BENDA UJI 20 BUAH
15