PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH IKAN LELE …repository.utu.ac.id/1394/1/BAB I-V.pdf · 1) Students...

53
PERUBAHAN SANGKURI DEN P FAKULTA U N KELAMIN JANTAN BENIH IKA IANG (Clarias sp) PADA UMUR BE NGAN PERENDAMAN HORMON 17α-METILTESTOSTERON SKRIPSI BUDI IRWANSYAH 09C10432046 PROGRAM STUDI PERIKANAN AS PERIKANAN DAN ILMU KELA UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH 2015 AN LELE ERBEDA AUTAN

Transcript of PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH IKAN LELE …repository.utu.ac.id/1394/1/BAB I-V.pdf · 1) Students...

Page 1: PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH IKAN LELE …repository.utu.ac.id/1394/1/BAB I-V.pdf · 1) Students of the Faculty of Fishery and Marine Sciences of Teuku Umar University 2) Lecturer

PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH IKAN LELESANGKURIANG (Clarias sp) PADA UMUR BERBEDA

DENGAN PERENDAMAN HORMON17α-METILTESTOSTERON

SKRIPSI

BUDI IRWANSYAH09C10432046

PROGRAM STUDI PERIKANANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH

2015

PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH IKAN LELESANGKURIANG (Clarias sp) PADA UMUR BERBEDA

DENGAN PERENDAMAN HORMON17α-METILTESTOSTERON

SKRIPSI

BUDI IRWANSYAH09C10432046

PROGRAM STUDI PERIKANANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH

2015

PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH IKAN LELESANGKURIANG (Clarias sp) PADA UMUR BERBEDA

DENGAN PERENDAMAN HORMON17α-METILTESTOSTERON

SKRIPSI

BUDI IRWANSYAH09C10432046

PROGRAM STUDI PERIKANANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH

2015

Page 2: PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH IKAN LELE …repository.utu.ac.id/1394/1/BAB I-V.pdf · 1) Students of the Faculty of Fishery and Marine Sciences of Teuku Umar University 2) Lecturer

PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH IKAN LELESANGKURIANG (Clarias sp) PADA UMUR BERBEDA

DENGAN PERENDAMAN HORMON17α-METILTESTOSTERON

SKRIPSI

BUDI IRWANSYAH09C10432046

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SarjanaPada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar

PROGRAM STUDI PERIKANANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH

2015

PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH IKAN LELESANGKURIANG (Clarias sp) PADA UMUR BERBEDA

DENGAN PERENDAMAN HORMON17α-METILTESTOSTERON

SKRIPSI

BUDI IRWANSYAH09C10432046

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SarjanaPada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar

PROGRAM STUDI PERIKANANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH

2015

PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH IKAN LELESANGKURIANG (Clarias sp) PADA UMUR BERBEDA

DENGAN PERENDAMAN HORMON17α-METILTESTOSTERON

SKRIPSI

BUDI IRWANSYAH09C10432046

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SarjanaPada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar

PROGRAM STUDI PERIKANANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH

2015

Page 3: PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH IKAN LELE …repository.utu.ac.id/1394/1/BAB I-V.pdf · 1) Students of the Faculty of Fishery and Marine Sciences of Teuku Umar University 2) Lecturer

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Perubahan Kelamin Jantan Benih Lele Sangkuriang

(Clarias sp) pada Umur Berbeda dengan Perendaman

Hormon 17α-Metiltestoteron

Nama : Budi Irwansyah

NIM : 09C10432046

Program Studi : Perikanan

Disetujui,Ketua Komisi Pembimbing

Ketua

Yuli Erina, S.Si., M.SiNIDN : 9901006379

Anggota

Erlita, S.Pi

Diketahui,Dekan

Dr. Edwarsyah, SP., MPNIP : 19690211 199603 1 002

Ketua Prodi Perikanan

Syarifah Zuraidah, S.Pi., M.SiNIDN : 0102098301

Tanggal Sidang : 20 Maret 2015

Page 4: PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH IKAN LELE …repository.utu.ac.id/1394/1/BAB I-V.pdf · 1) Students of the Faculty of Fishery and Marine Sciences of Teuku Umar University 2) Lecturer

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH LELE SANGKURIANG(Clarias sp) PADA UMUR BERBEDA DENGAN PERENDAMAN

HORMON 17Α-METILTESTOTERON

Yang disusun oleh :

Nama : Budi Irwansyah

Nim : 09C10432046

Fakultas : Perikanan dan Ilmu Kelautan

Program Studi : Perikanan

Telah diuji didepan dewan penguji pada tanggal 20 Maret 2015 dan dinyatakan

memenuhi syarat untuk diterima.

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

1. Yuli Erina, S,Si., M.Si

(Dosen Penguji I) (………………….)

2. Erlita, S.Pi

(Dosen Penguji II) (…………………..)

3. Farah Diana, S.Pi., M.Si

(Dosen Penguji III) (………………….)

4. Sufal Diansyah, S.Kel., M.Si

(Dosen Penguji IV) (………………….)

DekanFakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Dr. Edwarsyah, SP., MPNIP : 19690211 199603 1 002

Page 5: PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH IKAN LELE …repository.utu.ac.id/1394/1/BAB I-V.pdf · 1) Students of the Faculty of Fishery and Marine Sciences of Teuku Umar University 2) Lecturer

¹) Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar²) Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar

PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH IKAN LELE SANGKURIANG(Clarias sp) PADA UMUR BERBEDA DENGAN PERENDAMAN

HORMON 17α-METILTESTOSTERON

Oleh

Budi Irwansyah1) Yuli Erina2) Erlita2)

ABSTRAK

Ikan lele merupakan salah satu hasil perikanan budidaya yang menempati urutanteratas dalam jumlah produksi yang dihasilkan. Selama ini ikan lele menyumbanglebih dari 10 persen produksi perikanan budidaya nasional dengan tingkatpertumbuhan mencapai 17 hingga 18 persen. Departemen Kelautan danPerikanan (DKP), menetapkan ikan lele sebagai salah satu komoditas budidayaikan air tawar unggulan di Indonesia. Tujuan Penelitian adalah mengetahuiperubahan kelamin jantan benih lele sangkuriang (Clarias sp) pada umur berbedadengan perendaman hormone 17α-Metiltestoteron, laju pertumbuhan ikan leleSangkuriang dan kelangsungan hidup. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulanJuni sampai dengan Juli 2014 di Laboratorium Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Universitas Teuku Umar. Penelitian ini menggunakan Rancangan AcakLengkap (RAL) , dengan 4 perlakuan dan tiga ulangan, yaitu : umur ikan 10 hari,15 hari, 25 hari serta 20 hari sebagai control. Sehingga dihasilkan 12 unitpercobaan. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perubahan ikan lelesangkuriang (Clarias Sp) pada umur yang berbeda dengan perendaman hormon17a-metiltestosteron, pada umur 10 hari mendapatkan rata-rata 88,88% tingkatpersentase jantan, umur 15 hari mendapatkan rata-rata 78,88% tingkat persentasejantan, umur 20 hari mendapatkan rata-rata 72,22% tingkat persentase jantan danumur 25 hari mendapatkan rata-rata 62,22% tingkat persentase jantan. Persentasekelamin jantan menunjukkan bahwa umur 10 hari lebih baik dibandingkan umur15, 20 dan 25, sehingga dapat disimpulkan bahwa hormon 17a-metiltestosteronmampu mengubah jenis kelamin ikan lele sangkuriang optimalnya pada umur 10hari.

Kata kunci : ikan lele, 17a-metiltestosteron, kelamin jantan.

Page 6: PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH IKAN LELE …repository.utu.ac.id/1394/1/BAB I-V.pdf · 1) Students of the Faculty of Fishery and Marine Sciences of Teuku Umar University 2) Lecturer

1) Students of the Faculty of Fishery and Marine Sciences of Teuku Umar University2) Lecturer at the Faculty of Fishery and Marine Sciences of Teuku Umar University

MALE SEX CHANGE OF FISH FRY SANGKURIANG CATFISH(Clarias sp) IN DIFFERENT AGE WITH HORMONE IMMERSION

17α –METHYLTESTOSTERONE

by The

Budi Irwansyah1) Yuli Erina2) Erlita2)

ABSTRACT

Catfish is one of the results of aquaculture that ranks top in production quantitiesproduced. During this catfish accounted for more than ten percent of nationalaquaculture production growth rate reached seventeen to eighteen percent.Department of Marine and Fisheries (DMF), define catfish as one commodityfreshwater fish farming in Indonesia this. The study goal was to determine the malesex change sangkuriang seed catfish (Clarias sp) at different ages by immersionhormone 17α-Metiltestoteron, Sangkuriang catfish growth rate and survival. Thisstudy will be conducted in June to July two thousand fourteen in the Laboratory ofthe Faculty of Fisheries and Marine Science Teuku Umar. This study used acompletely randomized design (CRD), with four treatments and three replications,yes it is : fish age of ten days, fifteen days, twenty-five days and twenty days ascontrol. Thus produced twelve units trial. Results of this study can be concluded thatthe change sangkuriang catfish (Clarias sp) at different ages with immersionhormone 17a-methyltestosterone. At the age of ten days to get an average percentagerate of 88.88% male, aged of fifteen days to get an average percentage rate of 78.88%male, aged twenty days to get an average of 72.22% percentage rates of male andaged twenty-five days to get 62.22% average percentage rate of male. The percentageof male sex showed that the age of ten days is better than the age of fifteen, twentyand twenty-five, so it can be concluded that the hormone 17a-methyltestosteronecapable of changing gender catfish sangkuriang optimal at the age of ten days.

Keywords: catfish, 17α-methyltestosterone, male sex.

Page 7: PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH IKAN LELE …repository.utu.ac.id/1394/1/BAB I-V.pdf · 1) Students of the Faculty of Fishery and Marine Sciences of Teuku Umar University 2) Lecturer

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Meulaboh, pada tanggal 20 Juni 1990.

Penulis merupakan anak ke delapan dari delapan orang

bersaudara. Buah hati dari pasangan M. Ali Mahmud dan

Naimah. Pada tahun 2002 penulis menyelesaikan pendidikan

dasar di SD Negeri 3 Meulaboh, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di

sekolah SMP Negeri 3 Meulaboh dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun 2008

penulis menamatkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Muhammadyah

Meulaboh Aceh Barat. Setelah menyelesaikan pendidikan menengah atas penulis

mengikuti Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru di Universitas Teuku Umar

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan serta lulus sebagai mahasiswa Universitas

Teuku Umar Angkatan 2009.

Penulis juga pernah terlibat sebagai salah satu panitia dalam kegiatan

Seminar Nasional Fakultas perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar.

Di bidang organisasi penulis aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) masa

kepengurusan 2011-2012 penulis berperan di bidang Humas, dan pada tahun

2013-2014 penulis menjabat sebagai Bendahara di Badan Eksekutif Mahasiswa

(BEM) Fakultas perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar.

Sebagai penambah wawasan pendidikan perikanan penulis mengikuti

Praktek Kerja Lapang pada tahun 2012 di Balai Besar Pengembangan Budidaya

Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi Jawa Barat dengan judul “ Teknik Pembenihan

Ikan Koi (Cyprinus carpio) di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar

(BBPBAT) Sukabumi Jawa Barat”. Pada tahun 2013 penulis melaksanakan

Page 8: PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH IKAN LELE …repository.utu.ac.id/1394/1/BAB I-V.pdf · 1) Students of the Faculty of Fishery and Marine Sciences of Teuku Umar University 2) Lecturer

kegiatan Kuliah Kerja Nyata Program Pemberdayaan Masyarakat di Desa Pinto

Angeen Kecamatan Beutong Banggala Kabupaten Nagan Raya. Untuk

memperoleh gelar sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Teuku Umar penulis menyelesaikan tugas akhir/Skripsi yang berjudul

“Perubahan Kelamin Jantan Benih Lele Sangkuriang (Clarias sp) Pada

Umur Berbeda Dengan Perendaman Hormon 17α-Metiltestoteron”.

Page 9: PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH IKAN LELE …repository.utu.ac.id/1394/1/BAB I-V.pdf · 1) Students of the Faculty of Fishery and Marine Sciences of Teuku Umar University 2) Lecturer

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSIDAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan skripsi “Perubahan Kelamin Jantan Benih Lele

Sangkuriang (Clarias sp) Pada Umur Berbeda Dengan Perendaman Hormon

17α-Metiltestoteron” adalah karya saya sendiri dengan arahan semua

pembimbing dan belum pernah di ajukan dalam bentuk karya ilmiah apapun.

Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan

maupun tidak, diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi.

Meulaboh, April 2015

Penulis

Page 10: PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH IKAN LELE …repository.utu.ac.id/1394/1/BAB I-V.pdf · 1) Students of the Faculty of Fishery and Marine Sciences of Teuku Umar University 2) Lecturer

xii

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan

rahmat, taufik, serta hidayah-Nya, sehingga dengan semangat yang ada penulis

dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perubahan Kelamin Jantan Benih

Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp) Pada Umur Berbeda Dengan

Perendaman Hormon 17α-Metiltestoteron.

Pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Edwarsyah, SP., MP selaku Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Universitas Teuku Umar

2. Ibu Yuli Erina, S.Si., M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing I

3. Ibu Erlita, S.Pi selaku Anggota Komisi Pembimbing II

4. Ibu Farah Diana, S.Pi., M.Si selaku Penguji I dan Bapak Sufal Diansyah,

S.Kel., M.Si selaku Penguji II yang telah memberikan saran dan masukan

kepada penulis.

5. Ibu Syarifah Zuraidah, S.Pi., M.Si selaku Ketua Program Studi pada yang

telah memberikan bantuan dalam pengurusan administratif.

6. Ayahanda tercinta dan Ibunda tercinta yang telah bekerja keras dan tak

henti-henti berdoa demi kesuksesan anaknya dan segenap keluarga besar

yang juga telah memberikan dukungan dan doa serta perhatian kepada

penulis.

7. Teman-teman angkatan 2009 serta rekan-rekan yang telah banyak

membantu dalam setiap proses penyelesaian skripsi ini.

Page 11: PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH IKAN LELE …repository.utu.ac.id/1394/1/BAB I-V.pdf · 1) Students of the Faculty of Fishery and Marine Sciences of Teuku Umar University 2) Lecturer

xiii

8. Serta seluruh Civitas Akademik Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

yang telah memberikan dukungan serta motivasi sehingga penulisan

Skripsi ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih banyak

kekurangan, untuk itulah kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis

harapkan.

Meulaboh, April 2015

Penulis

Page 12: PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH IKAN LELE …repository.utu.ac.id/1394/1/BAB I-V.pdf · 1) Students of the Faculty of Fishery and Marine Sciences of Teuku Umar University 2) Lecturer

xiv

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK .......................................................................................... viiiABSTRACT........................................................................................ ixRINGKASAN ..................................................................................... xKATA PENGANTAR........................................................................ xiiDAFTAR ISI....................................................................................... xivDAFTAR TABEL ............................................................................. xviDAFTAR GAMBAR.......................................................................... xviiDAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... xviii

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah ..................................................... 11.2. Tujuan Penelitian ................................................................. 21.3. Rumusan Masalah ............................................................... 21.4. Manfaat Penelitian ............................................................... 31.5. Hipotesis Penelitian ............................................................ 3

II. TINJAUAN PUSTAKA2.1. Biologi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp) ....................... 42.2. Habitat.................................................................................. 42.3. Kebiasaan Makanan............................................................. 52.4. Reproduksi Lele Sangkuriang.............................................. 52.5. Sex Reversal ........................................................................ 62.6. Hormon 17α-metiltestosteron .............................................. 92.7. Efek Perendaman Hormon .................................................. 112.8. Kualitas Air.......................................................................... 12

III. METODOLOGI PENELITIAN3.1. Waktu dan Tempat .............................................................. 143.2. Alat dan Bahan ................................................................... 143.3. Prosedur Penelitian ............................................................. 143.4. Parameter yang Diamati ...................................................... 163.5. Rancangan Penelitian........................................................... 173.6. Analisis Data ....................................................................... 18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN4.1. Persentase Kelamin Jantan .................................................. 204.2. Tingkat Kelangsungan Hidup .............................................. 224.3. Laju Pertumbuhan Spesifik.................................................. 244.4. Parameter Kualitas Air ........................................................ 26

Page 13: PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH IKAN LELE …repository.utu.ac.id/1394/1/BAB I-V.pdf · 1) Students of the Faculty of Fishery and Marine Sciences of Teuku Umar University 2) Lecturer

xv

V. KESIMPULAN DAN SARAN5.1. Kesimpulan .......................................................................... 275.2. Saran .................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 28

LAMPIRAN........................................................................................ 30

Page 14: PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH IKAN LELE …repository.utu.ac.id/1394/1/BAB I-V.pdf · 1) Students of the Faculty of Fishery and Marine Sciences of Teuku Umar University 2) Lecturer

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Alat yang digunakan dalam penelitian....................................................... 14

2. Bahan yang digunakan dalam penelitian.................................................... 14

3. Penerapan perlakuan .................................................................................. 18

4. Persentasi jantan (%) benih ika lele sangkuriang ( Clarias sp) ................. 20

5. Kelangsungan hidup (%) benih ika lele sangkuriang ( Clarias sp) .......... 22

6. Laju pertumbuhan (%) benih ika lele sangkuriang ( Clarias sp) ............... 24

7. Data kualitas air selama penelitian............................................................. 26

Page 15: PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH IKAN LELE …repository.utu.ac.id/1394/1/BAB I-V.pdf · 1) Students of the Faculty of Fishery and Marine Sciences of Teuku Umar University 2) Lecturer

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Rumus bangun 17a – Metiltestosteron......................................................... 11

Page 16: PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH IKAN LELE …repository.utu.ac.id/1394/1/BAB I-V.pdf · 1) Students of the Faculty of Fishery and Marine Sciences of Teuku Umar University 2) Lecturer

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Alur Penelitian ........................................................................................... 30

2. Skema pembuatan larutan hormon ............................................................ 31

3. Persentase Jumlah Ikan Jantan ................................................................... 32

4. Tingkat Kelangsungan Hidup .................................................................... 33

5. Laju Pertumbuhan Spesifik ........................................................................ 34

6. Dokumentasi Penelitian ............................................................................. 35

Page 17: PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH IKAN LELE …repository.utu.ac.id/1394/1/BAB I-V.pdf · 1) Students of the Faculty of Fishery and Marine Sciences of Teuku Umar University 2) Lecturer

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ikan lele merupakan salah satu hasil perikanan budidaya yang menempati

urutan teratas dalam jumlah produksi yang dihasilkan. Selama ini ikan lele

menyumbang lebih dari 10 persen produksi perikanan budidaya nasional dengan

tingkat pertumbuhan mencapai 17 hingga 18 persen. Departemen Kelautan dan

Perikanan (DKP), menetapkan ikan lele sebagai salah satu komoditas budidaya

ikan air tawar unggulan di Indonesia. Tingginya angka konsumsi dalam

negeri dan terbukanya pangsa pasar ekspor, memastikan komoditas ikan air

tawar ini menjadi penyumbang devisa negara yang sangat menjanjikan.

Ikan lele merupakan komoditas perikanan budidaya air tawar yang

mempunyai tingkat serapan pasar cukup tinggi, baik di pasar dalam negeri

maupun ekspor.

Peningkatan produksi ikan lele di Indonesia didorong oleh tingginya

permintaan terhadap ikan lele, baik ukuran benih maupun ikan lele ukuran

konsumsi. Tingginya permintaan terhadap ikan lele baik benih maupun ikan

lele konsumsi tidak terlepas dari program pemerintah yang mencanangkan

Indonesia sebagai produsen terbesar ikan konsumsi atau hasil budidaya dunia

tahun 2015 (Lukito, 2002).

Lele Sangkuriang merupakan salah satu jenis lele yang sangat diminati

oleh masyarakat. Dalam usaha pembenihan ikan lele saat ini banyak

menggunakan teknik pemijahan buatan yang banyak membutuhkan induk jantan.

Sedangkan pada keadaan normal rasio ikan betina lebih tinggi jika dibandingkan

Page 18: PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH IKAN LELE …repository.utu.ac.id/1394/1/BAB I-V.pdf · 1) Students of the Faculty of Fishery and Marine Sciences of Teuku Umar University 2) Lecturer

2

dengan ikan jantan. Untuk itu kebutuhan induk jantan ikan lele ini harus

ditingkatkan agar proses pembenihan berjalan lancar.

Oleh karena itu perlu dilakukan maskulinisasi atau jantanisasi ikan lele

Sangkuriang untuk mempertahankan stok induk dalam usaha pembenihan ikan

lele. Selain itu, ikan jantan juga memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih cepat

daripada ikan betina. Manipulasi dengan hormon 17α-Metiltestosteron merupakan

salah satu cara untuk menjantankan ikan lele sangkuriang secara massal.

1.2. Perumusan Masalah

Secara alami rasio ikan betina lebih tinggi dibanding jantan, dilain pihak

induk jantan sangat diperlukan dalam pemijahan buatan ikan lele Sangkuriang.

Ikan jantan juga memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih cepat dari pada ikan

betina, hal ini dapat mendukung percepatan panen para petani ikan. Oleh karena

itu, diperlukan suatu metode untuk menghasilkan ikan lele Sangkuriang jantan,

teknik yang akan dikembangkan adalah dengan menggunakan manipulasi hormon

17α-Metiltestosteron.

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan kelamin jantan benih

lele sangkuriang (Clarias sp) pada umur berbeda dengan perendaman hormon

17α-Metiltestoteron, laju pertumbuhan ikan lele Sangkuriang dan kelangsungan

hidup.

Page 19: PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH IKAN LELE …repository.utu.ac.id/1394/1/BAB I-V.pdf · 1) Students of the Faculty of Fishery and Marine Sciences of Teuku Umar University 2) Lecturer

3

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan informasi yang bermanfaat

tentang maskulinisasi ikan lele Sangkuriang (Clarias sp).

2. Hasil Penelitian ini dapat diaplikasikan oleh petani ikan khususnya ikan lele

Sangkuriang untuk menambah produksi dan meningkatkan perekonomian.

1.5. Hipotesis Penelitian

Umur ikan lele sangkuriang (Clarias sp) yang berbeda dengan perendaman

hormon 17α-Metiltestosteron dapat terjadi perubahan kelamin ikan lele

sangkuriang menjadi jantan.

Page 20: PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH IKAN LELE …repository.utu.ac.id/1394/1/BAB I-V.pdf · 1) Students of the Faculty of Fishery and Marine Sciences of Teuku Umar University 2) Lecturer

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Biologi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp)

Berdasarkan bentuk tubuh dan sifat-sifatnya ikan lele dapat

diklasifikasikan dalam suatu tata nama sehingga memudahkan dalam identifikasi.

Menurut Lukito (2002), sistematika ikan lele sangkuriang adalah sebagai

berikut: Philum Chordata, Kelas Pisces, Sub Kelas Teleostei, Ordo Ostariophysi,

Sub Ordo Silaroidae, Famili Clariidae, Genus Clarias, Spesies Clarias sp.

Ikan lele Sangkuriang memiliki tubuh yang licin berlendir, dan tidak

bersisik. Jika terkena matahari, warna tubuh lele berubah menjadi pucat dan

terkejut warna tubuhnya otomatis berubah menjadi loreng seperti mozaik hitam

putih. Mulut ikan lele berukuran besar yaitu seperempat dari panjang tubuhnya.

Tanda lainnya adalah adanya kumis sekitar mulut sebanyak delapan buah yang

berfungsi sebagai alat peraba saat bergerak atau ketika mencari makan (Wijaya,

2011).

Alat bantu untuk berenang, lele sangkuriang memiliki tiga buah sirip

tunggal, yakni sirip punggung sirip ekor, dan sirip dubur. Lele sangkuriang juga

memiliki sirp dada dan sirip perut yang berpasangan. Sirip dada dilengkapi

dengan sirip yang keras dan runcing yang disebut dengan patil. Patil ini berfungsi

sebagai senjata dan alat bantu untuk bergerak (Khairuman dan Amri, 2008).

2.2. Habitat

Menurut Zadi (2010), ikan lele Sangkuriang tidak pernah ditemukan di air

payau atau air asin, kecuali ikan lele laut yang tergolong ke dalam marga dan suku

yang berbeda. Habitatnya di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga,

Page 21: PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH IKAN LELE …repository.utu.ac.id/1394/1/BAB I-V.pdf · 1) Students of the Faculty of Fishery and Marine Sciences of Teuku Umar University 2) Lecturer

5

waduk, sawah yang tergenang air, bahkan ikan lele sangkuriang bisa juga hidup

pada air yang tercemar, misalkan di got-got dan selokan pembuangan (Wijaya,

2011). Ikan lele bersifat nokturnal, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada

malam hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-

tempat gelap.

2.3. Kebiasaan Makan

Saluran pencernaan lele sangkuriang terdiri dari mulut, rongga mulut,

eksofagus, lambung, usus dan dubur, usus yang dimiliki ikan lele lebih pendek

dari pada panjang badannya. Perencanaan bahan makanan secara fisik atau

mekanik dimulai dari bagian rongga mulut, yaitu dengan berperannya gigi dalam

proses pemotongan dan penggerusan makanan. Selanjutnya bahan makanan

dicerna lambung dan usus dengan adanya gerakan atau kontraksi otot. Pencernaan

secara fisik pada segmen ini terjadi secara efektif karena adanya aktifitas cairan

disgetif. Proses pencernaan makanan dipercepat oleh kelenjar pencernaan

(Wijaya, 2011).

Lele sangkuriang mempunyai kebiasaan makan didasar perairan kolam.

Berdasarkan jenis pakannya, lele digolongkan ikan karnivora (pemakan daging).

Pakan ikan lele sangkuriang banyak mengandung protein. Pemberian pakan pada

ikan ikan lele sangkuriang sehari 3 kali (Sutrisno, 2006).

2.4. Reproduksi Lele Sangkuriang

Menurut Hardinata (2010), beberapa literature menyatakan bahwa lele

sangkuriang merupakan hasil persilangan lele lokal yang berasal dari Afrika

dengan lele lokal dari Taiwan. Lele sangkuriang pertama kali di datangkan ke

Page 22: PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH IKAN LELE …repository.utu.ac.id/1394/1/BAB I-V.pdf · 1) Students of the Faculty of Fishery and Marine Sciences of Teuku Umar University 2) Lecturer

6

Indonesia oleh sebuah perusaan swasta pada tahun 1986. selanjutnya ikan jenis ini

berkembang dan menyebar ke hampir seluruh wilayah Indonesia, sehingga sampai

tahun 2002 ini disetiap daerah di Indonesia sudah dapat dijumpai ikan lele

sangkuriang, secara morfologi ikan lele sangkuriang jantan dan betina dapat

dibedakan dari urogenital papilla yang terletak dibelakang anus. Ikan lele

sangkuriang jantan memiliki alat urogenital lebih panjang dan menonjol (lampiran

4), induk jantan tidak dapat diambil spermanya dengan cara pengurutan

(stripping), sehingga induk jantan harus dibunuh terlebih dahulu kemudian

testisnya diambil (Wijaya, 2011).

2.5. Sex Reversal

Sex reversal merupakan cara pembalikan arah perkembangan kelamin ikan

yang seharusnya berkelamin jantan diarahkan perkembangan gonadnya menjadi

betina atau sebaliknya. Teknik ini dilakukan pada saat belum terdiferensiasinya

gonad ikan secara jelas antara jantan dan betina pada waktu menetas. Sex reversal

merubah fenotif ikan tetapi tidak merubah genotifnya. Teknik sex reversal mulai

dikenal pada tahun 1937 ketika estradiol 17 disintesis untuk pertama kalinya di

Amerika Serikat. Pada mulanya teknik ini diterapkan pada ikan guppy

(Poeciliareticulata). Kemudian dikembangkan oleh Yamamato di Jepang pada

ikan medaka (Oryzias latipes). Ikan medaka betina yang diberi metiltestosteron

akan berubah menjadi jantan. Setelah melalui berbagai penelitian teknik ini

menyebar kerberbagai negara lain dan diterapkan pada berbagai jenis ikan.

Awalnya di yakini bahwa saat yang baik untuk melakukan sex reversal adalah

beberapa hari sebelum menetas (gonad belum didiferensiasikan). Teori ini pun

Page 23: PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH IKAN LELE …repository.utu.ac.id/1394/1/BAB I-V.pdf · 1) Students of the Faculty of Fishery and Marine Sciences of Teuku Umar University 2) Lecturer

7

berkembang karena adanya fakta yang menunjukkan bahwa sex reversal dapat

diterapkan melalui embrio dan induk yang sedang bunting (Masduki, 2010).

Menurut Adria, 2011, menyatakan bahwa larva direndam 18-24 jam dan di

ganti air rendaman dalam akuarium selanjutnya pindahkan ikan ke kolam

tampung setelah berusia dua minggu mengalami pertumbuhan yanga sangat cepat,

sehingga dalam waktu panen hanya 2-3 bulan ikan sudah bisa dipanenkan serbuk

yang digunakan adalah hormon metiltestosteron buatan Badan Tenaga Nuklir

Nasional (Batan), yang berfungsi mengubah kelamin (sex reversal) ikan menjadi

jantan dan persentase alih kelamin mencapai 94 persen.

Penerapan sex reversal dapat menghasilkan populasi monosex (kelamin

tunggal). Kegiatan budidaya secara monosex (monoculture) akan bermanfaat

dalam mempercepat pertumbuhan ikan. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan

tingkat pertumbuhan antara ikan berjenis jantan dengan betina. Beberapa ikan

yang berjenis jantan dapat tumbuh lebih cepat dari pada jenis betina misalkan ikan

nila dan ikan lele Amerika (Zairin, 2002). Untuk mencegah pemijahan liar dapat

dilakukan melalui teknik ini. Pemijahan liar yang tidak terkontrol dapat

menyebabkan kolam cepat penuh dengan berbagai ukuran ikan. Total biomass

ikan tinggi namun kualitasnya rendah. Pemeliharaan ikan monoseks akan

mencegah perkawinan dan pemijahan liar sehingga kolam tidak cepat dipenuhi

ikan. Selain itu ikan yang dihasilkan akan berukuran besar dan seragam. Contoh

ikan yang cepat berkembangbiak yaitu ikan nila dan mujair (Zairin et al, 2002).

Sex reversal juga dapat dimanfaatkan untuk teknik pemurnian ras ikan.

Telah lama diketahui ikan dapat dimurnikan dengan teknik ginogenesis yang

produknya adalah semua betina. Menjelang diferensiasi gonad sebagian dari

Page 24: PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH IKAN LELE …repository.utu.ac.id/1394/1/BAB I-V.pdf · 1) Students of the Faculty of Fishery and Marine Sciences of Teuku Umar University 2) Lecturer

8

populasi betina tersebut diambil dan diberi hormon androgen berupa

metiltestosteron sehingga menjadi ikan jantan. Selanjutnya ikan ini dikawinkan

dengan saudaranya dan diulangi beberapa kali sampai diperoleh ikan dengan ras

murni (Masduki, 2010).

Jenis kelamin pada ikan ditentukan oleh dua faktor utama yaitu genetik

dan lingkungan. Secara genetik jenis kelamin ditentukan oleh pasangan

kromosom yang diturunkan oleh induknya. Namun secara fungsional jenis

kelamin ikan ditentukan oleh lingkungan selama perkembangan gonad ikan

berlangsung. Faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan gonad

diantaranya adalah temperatur, pH dan eksogenus steroid (Devlin dan Nagahama,

2002 ; Safrizal, 2011).

Maskulinisasi dengan rangsangan hormon perlu memperhatikan umur

ikan. Shapiro (1987) menyatakan bahwa semakin muda umur ikan, peluang

terbentuknya kelamin jantan semakin besar, dan semakin tua umur ikan peluang

perubahan kelamin betina ke jantan makin berkurang. Oleh karena itu,

maskulininasi sebaiknya dilakukan pada umur 7–10 hari setelah telur menetas dan

maksimal pada umur 17−19 hari (Suyanto 1994; Irfan1996).

Menurut Masduki, 2010, sex reversal dapat dilakukan melalui terapi

hormon (cara langsung) dan melalui rekayasa kromosom (cara tidak langsung).

Pada terapi langsung hormon androgen dan estrogen mempengaruhi fenotif tetapi

tidak mempengaruhi genotif. Metode langsung dapat diterapkan pada semua jenis

ikan apapun sek kromosomnya. Cara langsung dapat meminimalkan jumlah

kematian ikan. Kelemahan dari cara ini adalah hasilnya tidak bisa seragam

dikarenakan perbandingan alamiah kelamin yang tidak selalu sama. Misalkan

Page 25: PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH IKAN LELE …repository.utu.ac.id/1394/1/BAB I-V.pdf · 1) Students of the Faculty of Fishery and Marine Sciences of Teuku Umar University 2) Lecturer

9

pada ikan hias, nisbah kelamin anakan tidak selalu 1:1 tetapi 50% jantan : 50%

betina pada pemijahan pertama, dan 30% jantan : 50% betina pada pemijahan

berikutnya.

Menurut Murni, 2011, proses penjantanan ikan penting untuk

meningkatkan kesejahteraan peternak dan produksi ikan nasional. Selain ongkos

produksi yang murah, “Jantanisasi” ikan memiliki nilai ekonomi tinggi, karena

masa tumbuhnya cepat dan panen pun lebih sering. Karena seluruh energi ikan

pejantan digunakan untuk tumbuh, tidak seperti betina yang sebagian energinya

digunakan untuk pematangan telur. Bentuk, ukuran, dan warna ikan jantan pun

jauh lebih unggul dibanding si betina.

2.6. Hormon 17α-Metiltestosteron

Menurut Turner dan Bagnara (1976), hormon adalah suatu zat kimia

organik yang dihasilkan oleh bagian tertentu, umumnya berupa saluran kelenjar

yang dibawa langsung melalui peredaran darah ke bagian tubuh lain untuk

mencapai organ dan jaringan tubuh. Hormon steroid merupakan hormon yang

dapat mempengaruhi reproduksi hewan, merangsang pertumbuhan dan

diferensiasi kelamin serta mempengaruhi tingkah laku ikan (DonaJdson et al.,

1978). Menurut Hunter dan Donaldson (1983), hormon steroid yang digunakan

untuk perubahan jenis kelamin ikan dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu :

a. Androgen, misalnya metiltestosteron dan testosterone. Hormon mi

memberikan efek perubahan dari betina rnenjadi jantan (maskulinisasi).

b. Estrogen, misalnya estrone, estradiol dan stilbestroi. Hormon ini

memberikan efek perubahan dari jantan menjadi betina (feminisasi).

Page 26: PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH IKAN LELE …repository.utu.ac.id/1394/1/BAB I-V.pdf · 1) Students of the Faculty of Fishery and Marine Sciences of Teuku Umar University 2) Lecturer

10

Hormon steroid yang digunakan untuk diferensiasi kelamin, pertama kali

akan merangsang fenomena reproduksi yaitu merangsang diferensiasi gonad,

gametogenesis, ovulasi, spermatogenesis, pemijahan dan tingkah laku kawinnya

(Yamazaki; 1983). Selanjutnya hormon tersebut kemudian akan merangsang ciri-

ciri kelarain eksternal, perubahan morfologi atau fisiologi saat memijah dan

produksi feromon. Jadi yang pertama kali diiangsang adalah diferensiasi gonad

kemudian diikuti oleh ciri-ciri ekstemal lainnya.

Keberhasilan pemberian hormon steroid untuk mengubah jenis kelamin

ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah jenis dan urnur ikan,

dosis hormon, lama waktu pemberian hormon, cara pemberian hormon serta

temperatur selama perlakuan (Nagy et al., 1981). Awal dan lamanya perlakuan

tergantung pada masing-masing spesies ikan. Menurut Yamamoto (1969) dalam

Hunter dan Donaldson (1983), pcmberian hormon dapat efektif bila diberikan

rnulai dari fase labil kelamin sampai saat diferensiasi morfologi. Data hasil

percobaan pengubahan seks menunjukkan bahwa diferensiasi seks dimulai setelah

penetasan, sebelum atau setelah mulai makan makanan dari luar (Yamazaki,

1983).

Salah satu jenis hormon androgen yang banyak digunakan pada proses

seks reversal adalah 17a - metiltestosteron. Hormon ini memiliki rumus bangun

seperti berikut :

Page 27: PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH IKAN LELE …repository.utu.ac.id/1394/1/BAB I-V.pdf · 1) Students of the Faculty of Fishery and Marine Sciences of Teuku Umar University 2) Lecturer

11

Gambar 1. Rumus bangun 17a - metiltestosteron ( Sumber: Martin, 1979)

Proses pengarahan jenis kelamin pada ikan Channel catfish dilakukan

dengan menggunakan hormon 17ct- metiltestosteron (Simone, 1990). Pada ikan

Gapi, hormon 17a- metittestosteron berhasil mengarahkan kelamin ikan menjadi

100% jantan pada temperatur 26 °C dengan metode perendaman pada fase embrio

(Arfah, 1997). Metode pemberian hormon yang paling baik adalah melalui

perendaman karena disamping waktu perlakuannya sangat singkat, hormon yang

digunakan juga sedikit(Arfah, 1997).

2.7. Efek Perendaman Hormon

Salah satu teknik sex reversal adalah dengan memberikan hormon steroid

pada fase labil kelamin. Pada beberapa spesies ikan jenis teleost gonochoristic,

fisiologi kelamin dapat dengan mudah dimanipulasi melalui pemberian hormon

steroid (Piferrer et al. 1994). Nagy et al. (1981) menjelaskan bahwa keberhasilan

manipulasi kelamin pada ikan menggunakan hormon dipengaruhi oleh beberapa

faktor antara lain jenis dan umur ikan, dosis hormon, lama waktu dan cara

pemberian hormon serta lingkungan tempat pemberian hormon dilakukan.

Page 28: PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH IKAN LELE …repository.utu.ac.id/1394/1/BAB I-V.pdf · 1) Students of the Faculty of Fishery and Marine Sciences of Teuku Umar University 2) Lecturer

12

Ditekankan oleh Hunter dan Donaldson (1983), bahwa keberhasilan

pemberian hormon sangat tergantung pada interval waktu perkembangan gonad,

yaitu pada saat gonad dalam keadaan labil sehingga mudah dipengaruhi oleh

hormon. Hormon steroid yang dihasilkan oleh jaringan steroidogenik pada gonad

terdiri atas hormon androgen untuk maskulinisasi, estrogen untuk feminisasi dan

progestin yang berhubungan dengan proses kehamilan (Hadley 1992). Namun,

pada tahap perkembangan gonad belum terdiferensiasi menjadi jantan atau betina,

hormon steroid belum terbentuk sehingga pembentukan gonad dapat diarahkan

dengan menggunakan hormon steroid sintetik (Hunter & Donaldson 1983). Salah

satu jenis hormon steroid sintetik yang banyak digunakan untuk proses sex

reversal pada ikan, khususnya ikan nila, adalah hormon 17a-methyltestosterone

(mt). Hormon 17a-mt merupakan hormon androgen yang bersifat stabil dan

mudah dalam penanganan (Yamazaki 1983). Pemberiannya dapat dilakukan

secara oral (Misnawati 1997), perendaman embrio alevin maupun larva (Laining

1995) maupun implantasi dan injeksi (Mirza & Shelton 1988).

2.8. Kualitas air

Ikan lele dapat hidup di lingkungan yang kualitas airnya kurang baik.

Kualitas air yang baik untuk pertumbuhan lele yaitu kandungan oksigen terlarut

(DO) >3 ppm, CO2 kurang dari 15 ppm, suhu 25-30 oC, pH (6-7) dan kecerahan

air 15-30 cm (Lukito, 2002).

Salah satu parameter kualitas air yang sangat mempengaruhi rasio seks

ikan adalah temperatur (Zairin, 2003; Devlin dan Nagahama, 2002; Goto-Kazeto,

2006). Pada temperatur yang tinggi akan menyebabkan arah kelamin menjadi

Page 29: PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH IKAN LELE …repository.utu.ac.id/1394/1/BAB I-V.pdf · 1) Students of the Faculty of Fishery and Marine Sciences of Teuku Umar University 2) Lecturer

13

jantan sedangkan pada temperatur rendah umumnya akan mengarah menjadi

betina (Goto-Kazeto, 2006). Sejak stadia embrio temperatur telah mempengaruhi

seks rasio maupun perkembangan ikan (Devlin dan Nagahama, 2002). Pada suhu

15oC populasi ikan mas (Carassius auratus) betina dapat mencapai 94,6%, pada

suhu 23oC populasi betina berada pada kisaran normal, berjumlah 46,6% dan pada

suhu dan pada temperatur 30oC populasi jantan dapat mencapai 92,3% (Goto-

Kazeto, 2006). Menurut Pillay (1981), peningkatan temperatur dapat

meningkatkan jumlah ikan jantan dan pada fase dewasa dapat meningkatkan

hormon testesteron dan 11-ketotestesteron.

Page 30: PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH IKAN LELE …repository.utu.ac.id/1394/1/BAB I-V.pdf · 1) Students of the Faculty of Fishery and Marine Sciences of Teuku Umar University 2) Lecturer

14

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Juli 2014 di

Laboratorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar,

Meulaboh.

3.2. Alat dan Bahan

Tabel 1. Alat yang digunakan dalam penelitianNo Nama Alat Fungsi1 Akuarium Untuk wadah penelitian2 Heater Untuk pengatur suhu air3 Serok Untuk mengambil ikan4 Aerator Untuk oksigen5 Testube Untuk mengaduk hormon6 Timbangan Digital Untuk menimbang berat ikan7 Rol Jangkar Untuk mengukur panjang ikan8 DO Meter Untuk mengukur oksigen9 pH Meter Untuk mengukur kadar pH10 Thermometer Untuk mengukur suhu

Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam penelitianNo Nama Bahan Fungsi1 ikan lele sangkuriang Untuk objek penelitian

2Hormon 17-Metiltestosteron

Sebagai campuran dalam mediaperendaman

3 Alkohol 70% Untuk pencucian alat penelitian4 Pakan Untuk makanan benih5 Air tawar Untuk media pemeliharaan

3.3. Prosedur Penelitian

3.3.1 Populasi, sampel, besar sampel dan teknik pengambilan sampel

Hewan yang diuji benih ikan lele sangkuriang, selanjutnya di ambil secara

acak dalam bak pemeliharaan dan jumlah masing-masing media perendaman

adalah 30 ekor.

Page 31: PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH IKAN LELE …repository.utu.ac.id/1394/1/BAB I-V.pdf · 1) Students of the Faculty of Fishery and Marine Sciences of Teuku Umar University 2) Lecturer

15

Ikan sampel adalah benih ikan lele sangkuriang yang berumur 10 hari, 15

hari, 25 hari dan control 20 hari, jumlah sampel per media perendaman sebanyak

30 ekor ikan lele sangkuriang dan total keseluruhanya adalah 360 ekor untuk

semua wadah penelitian.

Proses perendaman sampel hewan uji adalah dengan cara pengambilan

dalam bak secara acak dan diberok terlebih dahulu. Selanjutnya hawan uji

diaklimatisasi ditempat penelitian sebelum digunakan untuk proses perendaman

dengan hormon.

3.3.2 Persiapan wadah media

Wadah perendaman digunakan adalah stoples plastik volume 15 liter

sebanyak 12 buah, dan digunakan wadah pemeliharaan adalah stoples dengan

ukuran volume 15 liter sebanyak 12 buah. Semua wadah penelitian sebelum

digunakan terlebih dahulu disuci hamakan dengan cara di cuci dan dijemur

dibawah sinar matahari selama 24 jam.

Wadah untuk perendaman diisi air sebanyak masing-masing 1 liter,

sedangkan wadah pemeliharaan diisi air sebanyak 10 liter. Semua wadah telah

berisi air delengkapi dengan aerasi untuk mensuplai oksigen di dalam air dan

heater untuk menjaga suhu tetap stabil.

Air yang digunakan untuk perendaman hormon dan pemeriharaan benih

adalah air tawar yang telah diendapkan selama 48 jam, kemudian dimasukkan

kedalam media percobaan tersebut.

3.3.3 Persiapan Larutan Hormon

Serbuk hormon 17-Metiltestoteron ditimbang dengan dosis 0,08 gram,

dengan menggunakan timbangan analitik, lalu dilarutkan kedalam 0,5 ml alkohol

Page 32: PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH IKAN LELE …repository.utu.ac.id/1394/1/BAB I-V.pdf · 1) Students of the Faculty of Fishery and Marine Sciences of Teuku Umar University 2) Lecturer

16

70%, selanjutnya dikocok sampai larut, baru setelah hormon larut dimasukkan

kedalam wadah 1 liter air, kemudian dimasukan benih ikan lele sangkuriang.

3.3.4 Proses Perendaman

Setelah diaklamatisasi, masing-masing sebanyak 30 ekor benih diambil

secara acak dan ditimbang beratnya. Selanjutnya benih ikan lele sangkuriang yang

berumuran sesuai dengan perlakuan penelitian ke dalam larutan hormon, benih

dibiarkan selama 8 jam.

3.3.5 Proses Pemeliharaan

Setelah diremdam dengan hormon, benih dikeluarkan dari larutan selajutnya

dimasukkan dalam wadah pemeliharaan dan dipelihara selama 3 minggu atau

samapai kelaminya bisa dilihat. Selama pemelihara diberi makan pakan merk CP

901. Pakan diberikan secara adlibitung dengan frekueansi pemberian 2 x sehari

pada pukul 08.00 WIB dan 17.00 WIB .

3.3.6 Alur Penelitian

Untuk dapat lebih mengarahkan alur penelitian dan dapat menghasilkan

hasil penelitian yang cermat dan teliti, maka yang dibutuhkan adalah adanya

bagan alur penelitian sebagai pedoman dalam pelaksanaanya. Bagan alur meliputi

langkah dan hal yang sangat perlu dipersiapkan dan dilengkapi sebagai dasar

dalam pelaksanaan. Alur penelitian dapat dilihat pada lampiran 1.

3.4. Parameter yang Diamati

Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah persentase kelamin

jantan, kelangsungan hidup dan pertumbuhan.

1. Persentase jumlah ikan jantan, Fauzan (2006).

J(%) = Jumlah ikan jantanJumlah sampel x 100%

Page 33: PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH IKAN LELE …repository.utu.ac.id/1394/1/BAB I-V.pdf · 1) Students of the Faculty of Fishery and Marine Sciences of Teuku Umar University 2) Lecturer

17

2. Tingkat kelangsungan hidup

Menurut Zairin (2002), bahwa tingkat kelangsungan hidup (Survival rate)

dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

SR(%) = Jumlah ikan yang hidup akhir penelitianJumlah ikan awal penelitian x 100%3. Laju Pertumbuhan Spesifik

Berdasarkan data bobot ikan dilakukan penghitungan laju pertumbuhan

bobot harian menggunakan rumus Busacker et al. (1990):

α = lnWt – lnWot x 100%Keterangan:

α = Laju pertumbuhan harian (%)

W0 = Bobot rata-rata ikan pada saat awal (gram)

Wt = Bobot rata-rata ikan pada saat akhir (gram)

t = Lama pemeliharaan (hari)

3.5. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) , dengan 4

perlakuan dan tiga ulangan, yaitu : umur ikan 10 hari, 15 hari, 25 hari serta 20

hari sebagai kontrol. Sehingga dihasilkan 12 unit percobaan.

Untuk analisis data yang dilakukan dari setiap percobaan, dapat dilihat pada

tabel 3 dibawah ini :

Page 34: PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH IKAN LELE …repository.utu.ac.id/1394/1/BAB I-V.pdf · 1) Students of the Faculty of Fishery and Marine Sciences of Teuku Umar University 2) Lecturer

18

Tabel 3. Penerapan perlakuan

UlanganPerlakuan

TotalP1 P2 P3 P0

1 P1.1 P2.1 P3.1 P0.12 P1.2 P2.2 P3.2 P0.23 P1.3 P2.3 P3.3 P0.3

Total P1.. P2.. P3.. P0.. P…Rata-rata P1/n P2/n P3/n P0/n P…/(i.j)

Keterangan perlakuan:P1 : umur ikan 10 hari

P2 : umur ikan 15 hari

P3 : umur ikan 25 hari

Control : umur ikan 20 hari

Model rancangan acak lengkap yang digunakan adalah model tetap dengan

merujuk pada Kemas (2000) yaitu :

Yij =µ+π +Ɛ

Dimana :

i = 1,2,3 … (perlakuan)

j = 1,2,3 …. (ulangan)

Yij = Variabel yang akan di analisis dari perlakuan ke 1 dan ulangan ke-j

µ = Nilai rata-rata umum

π = Efek perlakuan

Ɛ = Kesalahan percobaan dari perlakuan ke-1 dan ulangan ke-1

3.6. Analisis Data

Data yang diperoleh adalah data persentase jumlah ikan jantan, tingkat

kelangsungan hidup, laju pertumbuhan bobot harian ikan dan data pengukuran

kualitas air. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis ragam dengan

Page 35: PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH IKAN LELE …repository.utu.ac.id/1394/1/BAB I-V.pdf · 1) Students of the Faculty of Fishery and Marine Sciences of Teuku Umar University 2) Lecturer

19

menggunakan Analysis Of Varience (ANOVA) untuk mengetahui pengaruh

perlakuan yang diberikan terhadap persentase jumlah ikan jantan, tingkat

kelangsungan hidup, laju pertumbuhan bobot harian. Data-data tersebut disajikan

dalam bentuk grafik dan tabel. Jika dari analisis ragam diketahui bahwa perlakuan

menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata atau berbeda sangat nyata maka untuk

menentukan perbedaan antar perlakuan dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata

Terkecil (BNT) (Rochiman, 1989). Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai

berikut :

BNT5% = t(0,05.dbG)Ulangan

GalatKT2

BNT1% = t(0,01.dbG)Ulangan

GalatKT2

Sumber : Rochiman, (1989)

Page 36: PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH IKAN LELE …repository.utu.ac.id/1394/1/BAB I-V.pdf · 1) Students of the Faculty of Fishery and Marine Sciences of Teuku Umar University 2) Lecturer

20

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Persentase Kelamin Jantan

Hasil penelitian maskulinisasi lele sangkuriang dengan perendaman

hormon 17a-metiltestosteron diperoleh data persentase jantan dan tingkat

kelangsungan hidup.

Hasil perhitungan ANOVA menunjukkan bahwa perlakuan pada umur

yang berbeda berpengaruh nyata terhadap persentase jantan benih ikan lele

sangkuriang, sehingga harus dilakukan uji Beda Nyata Terkecil. Data rata-rata

persentase ikan jantan dapat dilihat pada tabel 4 dibawah ini :

Tabel 4. Persentase jantan (%) benih ikan lele sangkuriang (Clarias sp)

UlanganPerlakuan

TotalP1 P2 P3 P4

1 90 80 73.33 63.33 306.662 86.66 80 66.66 66.66 3003 90 76.66 76.66 56.66 300

Total 266.66 236.66 216.66 186.66 906.66Rata-rata 88.88 78.88 72.22 62.22 302.22

Keterangan :

P1 : Umur 10 Hari

P2 : Umur 15 Hari

P3 : Umur 20 Hari (Kontrol)

P4 : Umur 25 Hari

Perendaman dengan hormon 17a-metiltestosteron berpengaruh nyata

terhadap persentase jumlah ikan jantan yang dihasilkan. Hal ini dilihat dari hasil

uji statistik yang menunjukkan bahwa pada taraf kepercayaan 95% (Ftabel 0,05)

lebih kecil daripada Fhitung, sehingga harus dilanjutkan dengan uji Beda Nyata

Page 37: PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH IKAN LELE …repository.utu.ac.id/1394/1/BAB I-V.pdf · 1) Students of the Faculty of Fishery and Marine Sciences of Teuku Umar University 2) Lecturer

21

Terkecil dengan hasil P1 berbeda sangat nyata dengan P3 dan P0 serta hasil P2

berbeda sangat nyata dengan P3 (lampiran 2).

Gambar 1. Persentase rata-rata jenis kelamin benih lele sangkuriang (Clarias sp)dengan perendaman hormon 17a-metiltestosteron pada umur yang berbeda.

Dengan demikian, perlakuan terbaik untuk menghasilkan tingkat

persentase jantan yang tinggi yaitu P1 umur 10 hari mendapatkan rata-rata

88,88%, diikuti P2 umur 15 hari yang mendapatkan rata-rata 78,88% selanjutnya

P3 umur 20 hari (kontrol) yaitu 72,22% dan P4 umur 25 hari sebesar 62,22%. Uji

BNT menunjukkan bahwa antar perlakuan terdapat perbedaan yang sangat nyata.

Pada persentase kelamin jatan menunjukkan bahwa umur 10 hari lebih

baik dibandingkan umur 15, 20 dan 25, semakin rendah umur ikan yang dilakukan

untuk perendaman maka tingkat perubahan jenis kelamin jantan semakin tinggi.

Tingkat keberhasilan teknik alih kelamin akan sangat ditentukan oleh

jumlah hormon yang diberikan, lama waktu perlakuan, dan frekuensi perlakuan

baik melalui pemberian hormon melalui pakan maupun dengan teknik

perendaman (Piferrer, 2001; Devlin danNagahama, 2002).

88.88

11.11

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

10

Pers

enta

se K

elam

in Ja

ntan

(%)

21

Terkecil dengan hasil P1 berbeda sangat nyata dengan P3 dan P0 serta hasil P2

berbeda sangat nyata dengan P3 (lampiran 2).

Gambar 1. Persentase rata-rata jenis kelamin benih lele sangkuriang (Clarias sp)dengan perendaman hormon 17a-metiltestosteron pada umur yang berbeda.

Dengan demikian, perlakuan terbaik untuk menghasilkan tingkat

persentase jantan yang tinggi yaitu P1 umur 10 hari mendapatkan rata-rata

88,88%, diikuti P2 umur 15 hari yang mendapatkan rata-rata 78,88% selanjutnya

P3 umur 20 hari (kontrol) yaitu 72,22% dan P4 umur 25 hari sebesar 62,22%. Uji

BNT menunjukkan bahwa antar perlakuan terdapat perbedaan yang sangat nyata.

Pada persentase kelamin jatan menunjukkan bahwa umur 10 hari lebih

baik dibandingkan umur 15, 20 dan 25, semakin rendah umur ikan yang dilakukan

untuk perendaman maka tingkat perubahan jenis kelamin jantan semakin tinggi.

Tingkat keberhasilan teknik alih kelamin akan sangat ditentukan oleh

jumlah hormon yang diberikan, lama waktu perlakuan, dan frekuensi perlakuan

baik melalui pemberian hormon melalui pakan maupun dengan teknik

perendaman (Piferrer, 2001; Devlin danNagahama, 2002).

78.8872.22

62.22

11.11

21.1127.77

37.77

10 15 20 25

Umur yang Berbeda (Hari)

21

Terkecil dengan hasil P1 berbeda sangat nyata dengan P3 dan P0 serta hasil P2

berbeda sangat nyata dengan P3 (lampiran 2).

Gambar 1. Persentase rata-rata jenis kelamin benih lele sangkuriang (Clarias sp)dengan perendaman hormon 17a-metiltestosteron pada umur yang berbeda.

Dengan demikian, perlakuan terbaik untuk menghasilkan tingkat

persentase jantan yang tinggi yaitu P1 umur 10 hari mendapatkan rata-rata

88,88%, diikuti P2 umur 15 hari yang mendapatkan rata-rata 78,88% selanjutnya

P3 umur 20 hari (kontrol) yaitu 72,22% dan P4 umur 25 hari sebesar 62,22%. Uji

BNT menunjukkan bahwa antar perlakuan terdapat perbedaan yang sangat nyata.

Pada persentase kelamin jatan menunjukkan bahwa umur 10 hari lebih

baik dibandingkan umur 15, 20 dan 25, semakin rendah umur ikan yang dilakukan

untuk perendaman maka tingkat perubahan jenis kelamin jantan semakin tinggi.

Tingkat keberhasilan teknik alih kelamin akan sangat ditentukan oleh

jumlah hormon yang diberikan, lama waktu perlakuan, dan frekuensi perlakuan

baik melalui pemberian hormon melalui pakan maupun dengan teknik

perendaman (Piferrer, 2001; Devlin danNagahama, 2002).

37.77 Jantan

Betina

Page 38: PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH IKAN LELE …repository.utu.ac.id/1394/1/BAB I-V.pdf · 1) Students of the Faculty of Fishery and Marine Sciences of Teuku Umar University 2) Lecturer

22

Secara genetik dalam keadaan normal ikan akan menghasilkan keturunan

dengan rasio seks jantan dan betina 50% : 50% (Tave, 1993; Pandian 1999). Rasio

seks tersebut dapat diarahkan menjadi mayoritas jantan maupun betina sesuai

kepentingan dengan teknik alih kelamin (Tave, 1993; Bearmore et al, 2000;

Preferrer, 2001; Zairin, 2003; Desprez et al, 2003). Persentase ikan jantan yang

lebih tinggi merupakan indikator keberhasilan dari teknik maskulinisasi pada ikan

nila (Zairin, 2003).

4.2. Tingkat Kelangsungan Hidup

Hasil perhitungan ANOVA menunjukkan bahwa umur yang berbeda

berpengaruh sangat nyata terhadap kelangsungan hidup benih lele sangkuriang,

sehingga harus dilakukan uji Beda Nyata Terkecil (lampiran 4).

Tabel 5. Kelangsungan hidup (%) benih lele sangkuriang (Clarias sp)

UlanganPerlakuan

TotalP1 P2 P3 P4

1 46.66 70 80 86.66 283.332 50 66.66 76.66 90 283.333 46.66 60 70 90 266.66

Total 143.33 196.66 226.66 266.66 833.33Rata-rata 47.77 65.55 75.55 88.88 277.77

Perendaman dengan hormon 17a-metiltestosteron berpengaruh nyata

terhadap kelangsungan hidup benih lele sangkuriang, hal ini dilihat dari hasil uji

statistik yang menunjukkan bahwa pada taraf kepercayaan 99% (Ftabel 0,01) lebih

kecil daripada Fhitung.

Page 39: PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH IKAN LELE …repository.utu.ac.id/1394/1/BAB I-V.pdf · 1) Students of the Faculty of Fishery and Marine Sciences of Teuku Umar University 2) Lecturer

23

Gambar 2. Persentase rata-rata kelangsungan hidup benih lele sangkuriang(Clarias sp) dengan perendaman hormon 17a-metiltestosteron pada umur yang

berbeda.

Berdasarkan grafik diatas dapat kita lihat bahwa kelangsungan hidup

tertinggi terdapat pada P4 yaitu 88,88%, selanjutnya P3 yaitu 75,55%, P2 yaitu

65,55% dan P1 yaitu 47,77%.

Pada kelangsungan hidup benih lele sangkuriang yang umur 25 hari lebih

tinggi tingkat kelangsung hidupnya di bandingkan dengan umur 10, 15 dan 20

hari, karena semakin tingginya umur ikan yang dilakukan perendaman maka

tingkat kelangsungan hidupnya lebih tinggi

Kematian benih ikan sebagian besar terjadi pada saat pemeliharaan, benih

ikan lele sangkuriang diduga tidak dapat menyesuaikan diri dengan larutan

hormon, sehingga banyak benih yang tidak dapat bertahan dan mati. Semakin

rendah umur ikan yang dilakukan perendaman maka tingkat kematiannya semakin

tinggi, hal ini dapat kita lihat pada P4 umur 25 hari dengan angka bertahan hidup

sebesar 88,88%, P3 umur 20 hari (kontrol) memperoleh angka sebesar 75,55% ,

47.77

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

10

Ting

kat K

elan

gsun

gan

Hidu

p (%

)

23

Gambar 2. Persentase rata-rata kelangsungan hidup benih lele sangkuriang(Clarias sp) dengan perendaman hormon 17a-metiltestosteron pada umur yang

berbeda.

Berdasarkan grafik diatas dapat kita lihat bahwa kelangsungan hidup

tertinggi terdapat pada P4 yaitu 88,88%, selanjutnya P3 yaitu 75,55%, P2 yaitu

65,55% dan P1 yaitu 47,77%.

Pada kelangsungan hidup benih lele sangkuriang yang umur 25 hari lebih

tinggi tingkat kelangsung hidupnya di bandingkan dengan umur 10, 15 dan 20

hari, karena semakin tingginya umur ikan yang dilakukan perendaman maka

tingkat kelangsungan hidupnya lebih tinggi

Kematian benih ikan sebagian besar terjadi pada saat pemeliharaan, benih

ikan lele sangkuriang diduga tidak dapat menyesuaikan diri dengan larutan

hormon, sehingga banyak benih yang tidak dapat bertahan dan mati. Semakin

rendah umur ikan yang dilakukan perendaman maka tingkat kematiannya semakin

tinggi, hal ini dapat kita lihat pada P4 umur 25 hari dengan angka bertahan hidup

sebesar 88,88%, P3 umur 20 hari (kontrol) memperoleh angka sebesar 75,55% ,

47.77

65.55

75.55

88.88

10 15 20 25

Umur yang Berbeda (Hari)

23

Gambar 2. Persentase rata-rata kelangsungan hidup benih lele sangkuriang(Clarias sp) dengan perendaman hormon 17a-metiltestosteron pada umur yang

berbeda.

Berdasarkan grafik diatas dapat kita lihat bahwa kelangsungan hidup

tertinggi terdapat pada P4 yaitu 88,88%, selanjutnya P3 yaitu 75,55%, P2 yaitu

65,55% dan P1 yaitu 47,77%.

Pada kelangsungan hidup benih lele sangkuriang yang umur 25 hari lebih

tinggi tingkat kelangsung hidupnya di bandingkan dengan umur 10, 15 dan 20

hari, karena semakin tingginya umur ikan yang dilakukan perendaman maka

tingkat kelangsungan hidupnya lebih tinggi

Kematian benih ikan sebagian besar terjadi pada saat pemeliharaan, benih

ikan lele sangkuriang diduga tidak dapat menyesuaikan diri dengan larutan

hormon, sehingga banyak benih yang tidak dapat bertahan dan mati. Semakin

rendah umur ikan yang dilakukan perendaman maka tingkat kematiannya semakin

tinggi, hal ini dapat kita lihat pada P4 umur 25 hari dengan angka bertahan hidup

sebesar 88,88%, P3 umur 20 hari (kontrol) memperoleh angka sebesar 75,55% ,

88.88

25

SR

Page 40: PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH IKAN LELE …repository.utu.ac.id/1394/1/BAB I-V.pdf · 1) Students of the Faculty of Fishery and Marine Sciences of Teuku Umar University 2) Lecturer

24

P2 umur 15 hari yang bertahan hidup sebesar 65,55% dan P1 umur 10 hari yang

bertahan hidup hanya 47,77%. Semakin rendah umur ikan yang dilakukan

perendaman maka tingkat kematiannya semakin tinggi, hal ini dapat kita lihat

pada P4 umur 25 hari dengan angka bertahan hidup sebesar 88,88%, P3 umur 20

hari (kontrol) memperoleh angka sebesar 75,55% , P2 umur 15 hari yang bertahan

hidup sebesar 65,55% dan P1 umur 10 hari yang bertahan hidup hanya 47,77%.

Kelangsungan hidup ikan lele sangkuriang pada saat pemeliharaan sangat

ditentukan oleh kualitas air yang optimal bagi ikan lele sangkuriang, selain itu

kualitas kuantitas pakan yang diberikan juga akan menentukan kelangsungan

hidup ikan. Pakan yang diberikan berkualitas baik, pakan yang diberikan

secukupnya.

4.3. Laju Pertumbuhan Spesifik

Pertumbuhan merupakan salah satu parameter penting untuk mengetahui

fisiologi ikan setelah perlakuan perendaman hormon. Hasil perhitungan ANOVA

menunjukkan bahwa perbedaan umur pada ikan berpengaruh nyata terhadap laju

pertumbuhan benih lele sangkuriang, hal ini dilihat dari hasil uji statistik yang

menunjukkan bahwa pada taraf kepercayaan 95% (Ftabel 0,05) lebih kecil daripada

Fhitung- sehingga perlu dilakukan uji Beda Nyata Terkecil (lampiran 5).

Tabel 6. Laju pertumbuhan (%) benih lele sangkuriang (Clarias sp)

UlanganPerlakuan

TotalP1 P2 P3 P4

1 3.03 3.81 4.65 3.14 14.652 2.23 3.58 4.43 3.04 13.293 2.92 3.34 4.38 3.18 13.84

Total 8.19 10.74 13.47 9.38 41.79Rata-rata 2.73 3.58 4.49 3.12 13.93

Page 41: PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH IKAN LELE …repository.utu.ac.id/1394/1/BAB I-V.pdf · 1) Students of the Faculty of Fishery and Marine Sciences of Teuku Umar University 2) Lecturer

25

Berdasarkan tabel diatas, dapat kita lihat bahwa laju pertumbuhan tertinggi

yaitu pada perlakuan P3 (kontrol) sebesar 4,49% dan yang terendah diperoleh

pada perlakuan P1 umur 10 hari sebesar 2,73%.

Bobot ikan bertambah pada semua perlakuan jika dibandingkan dengan

berat awal. Tingginya pertumbuhan pada P3 (kontrol) daripada P2, P4 dan P1

diduga karena ikan mengalami stres pada saat perendaman dan mengkibatkan ikan

kurang nafsu makan. Selain itu, media penelitian toples yang sempit juga menjadi

salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan.

Gambar 3. Grafik Laju Pertumbuhan Ikan Lele Sangkuriang (Glorias sp) denganperendaman hormon 17a-metiltestosteron pada umu yang berbeda.

Uji BNT menunjukkan bahwa antar perlakuan terdapat perbedaan sangat

nyata. P3 berbeda sangat nyata terhadap P1 dengan selisih 1,761, P3 berbeda

sangat nyata dengan P4 dengan selisih 1,365 dan begitu juga dengan P2 yang

berbeda sangat nyata dengan P1 dengan selisih 0,851.

2.73

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

4.5

5

10

Laju

Per

tum

buha

n Sp

esifi

k (%

)

25

Berdasarkan tabel diatas, dapat kita lihat bahwa laju pertumbuhan tertinggi

yaitu pada perlakuan P3 (kontrol) sebesar 4,49% dan yang terendah diperoleh

pada perlakuan P1 umur 10 hari sebesar 2,73%.

Bobot ikan bertambah pada semua perlakuan jika dibandingkan dengan

berat awal. Tingginya pertumbuhan pada P3 (kontrol) daripada P2, P4 dan P1

diduga karena ikan mengalami stres pada saat perendaman dan mengkibatkan ikan

kurang nafsu makan. Selain itu, media penelitian toples yang sempit juga menjadi

salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan.

Gambar 3. Grafik Laju Pertumbuhan Ikan Lele Sangkuriang (Glorias sp) denganperendaman hormon 17a-metiltestosteron pada umu yang berbeda.

Uji BNT menunjukkan bahwa antar perlakuan terdapat perbedaan sangat

nyata. P3 berbeda sangat nyata terhadap P1 dengan selisih 1,761, P3 berbeda

sangat nyata dengan P4 dengan selisih 1,365 dan begitu juga dengan P2 yang

berbeda sangat nyata dengan P1 dengan selisih 0,851.

2.73

3.58

4.49

3.12

10 15 20 25

Umur yang Berbeda (Hari)

25

Berdasarkan tabel diatas, dapat kita lihat bahwa laju pertumbuhan tertinggi

yaitu pada perlakuan P3 (kontrol) sebesar 4,49% dan yang terendah diperoleh

pada perlakuan P1 umur 10 hari sebesar 2,73%.

Bobot ikan bertambah pada semua perlakuan jika dibandingkan dengan

berat awal. Tingginya pertumbuhan pada P3 (kontrol) daripada P2, P4 dan P1

diduga karena ikan mengalami stres pada saat perendaman dan mengkibatkan ikan

kurang nafsu makan. Selain itu, media penelitian toples yang sempit juga menjadi

salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan.

Gambar 3. Grafik Laju Pertumbuhan Ikan Lele Sangkuriang (Glorias sp) denganperendaman hormon 17a-metiltestosteron pada umu yang berbeda.

Uji BNT menunjukkan bahwa antar perlakuan terdapat perbedaan sangat

nyata. P3 berbeda sangat nyata terhadap P1 dengan selisih 1,761, P3 berbeda

sangat nyata dengan P4 dengan selisih 1,365 dan begitu juga dengan P2 yang

berbeda sangat nyata dengan P1 dengan selisih 0,851.

3.12

25

SGR

Page 42: PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH IKAN LELE …repository.utu.ac.id/1394/1/BAB I-V.pdf · 1) Students of the Faculty of Fishery and Marine Sciences of Teuku Umar University 2) Lecturer

26

4.4. Parameter Kualitas Air

Parameter yang dilihat pada penelitian ini meliputi suhu, dan pH. Hasil

pengukuran kualitas air masing-masing parameter kualitas air tersaji pada tabel

dibawah ini:

Tabel 7. Data kualitas air selama penelitian

Parameter Awal Penelitian Akhir PenelitianSuhu 27oC 27oCpH 6,7 6,3

Air sebagai media tempat hidup organisme perairan merupakan faktor

yang paling utama harus diperhatikan dalam usaha budidaya baik dilapangan

terbuka maupun pada wadah terkontrol. Dari tabel 7 diatas dapat kita lihat kondisi

kualitas air pada saat pemeliharaan benih lele sangkuriang yaitu suhu stabil 27°C,

pH 6,7-6,3. Suhu tetap stabil karena menggunakan alat bantu heater yang

dipasang pada setiap wadah dari awal hingga akhir penelitian, hal ini dilakukan

mengingat fluktuasi suhu yang tinggi dikhawatirkan ikan akan mudah stres

bahkan mati. Hal ini didukung oleh pernyataan Lovell dalam Syahputra (2013)

yang menyatakan bahwa kualitas air yang baik untuk pertumbuhan ikan clarias

berkisar antara 26-32 °C, pH kisaran 6,5-9,0 dan oksigen terlarut (DO) > 3 mg/1.

Salah satu parameter kualitas air yang sangat mempengaruhi rasio seks

ikan adalah temperatur (Zairin, 2003; Devlin dan Nagahama, 2002; Goto-Kazeto,

2006). Pada temperatur yang tinggi akan menyebabkan arah kelamin menjadi

jantan sedangkan pada temperatur rendah umumnya akan mengarah menjadi

betina (Goto-Kazeto, 2006). Sejak stadia embrio temperatur telah mempengaruhi

seks rasio maupun perkembangan ikan (Devlin dan Nagahama, 2002).

Page 43: PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH IKAN LELE …repository.utu.ac.id/1394/1/BAB I-V.pdf · 1) Students of the Faculty of Fishery and Marine Sciences of Teuku Umar University 2) Lecturer

27

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perubahan ikan lele

sangkuriang (Clarias Sp) pada umur yang berbeda dengan peremdaman hormon

17a-metiltestosteron.

1. Persentase kelamin jantan menunjukkan bahwa umur 10 hari lebih baik

dibandingkan umur 15, 20 dan 25, semakin rendah umur ikan yang

dilakukan untuk perendaman maka tingkat keberhasilan perubahan jenis

kelamin jantan semakin tinggi.

2. Kelangsungan hidup benih lele sangkuriang pada umur 25 hari lebih tinggi

dan pada umur 10 hari paling rendah dibandingkan pada umur 15 dan 20

hari, karena semakin tingginya umur ikan yang dilakukan untuk

perendaman maka tingkat kelangsungan hidupnya lebih tinggi.

3. Pertumbuhan ikan lele sangkuriang pada umur 20 hari tertinggi dan pada

umur 10 hari terendah.

5.2. Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang pengaruh hormon 17a-

Metiltestosteron dengan media pemeliharaan dan padat tebar yang berbeda pada

ikan lele sangkuriang (Clarias sp) dan ikan lainnya.

Page 44: PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH IKAN LELE …repository.utu.ac.id/1394/1/BAB I-V.pdf · 1) Students of the Faculty of Fishery and Marine Sciences of Teuku Umar University 2) Lecturer

28

DAFTAR PUSTAKA

Arfah, H. 1997. Efektifltas Hormon 17a - MT dengan Metode Perendaman IndukTerhadap Nisbah Kelamin & Fertilitas Keturunan pada Ikan Guppy(Poeciliareticulatd).Thesis. Fakultas Pasca sarjana. Institut PertanianBogor. Bogor

Amri, K., dan Khairuman. 2008. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi. AgroMedia Pustaka. Jakarta

Andrian, P.M. 2011.Terapi Hormon Untuk Ganti Kelamin Ikan DitemukanBATAN Demi Tingkatkan Produktivitas Peternak Ikan. JawaTimur

Devlin, R.H. dan Nagahama, Y. 2002.Sex Determination and sex Differentiationin Fish: an Overview of Genetics, Physiological, and EnvironmentalInfluences aquaculture 208: 191-364.

Donaldson, EM., UH.M. Fagerlund, D.A. Higgs and J.R. Bride. 1978. HormonalEnhancement of Growth, p: 456-597. In Fish Physiology (W.S. Hoar, D.J.Randall and J.R. Brett, eds.), Vol. VIII.Academic Press New York.

Hadley, M.E. 1992. Endocrinology. 3rd ed. Prentice Hall.Englewood Cliffs.NewJersey.

Hunter. G. A and E.M. Donaldson. 1983. Hormonal Sex Control and ItsApplication to Fish Culture.In. W.S. Randall and E. M. Donaldson (eds).Fish Phisiology.Vol.IXB. Academic Press. New York. USA

Irfan, M. 1996. Penggunaan hormon testosterone dengan dosis berbeda terhadappembentukan individu jantan, mortalitas, dan pertambahan berat benihikan nila (Oreochromis niloticus). Skrpsi. Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan, Universitas Sam Ratulangi, Manado.

Laining, A., N. Kabangnga, dan Usman. 2003. Pengaruh protein pakan yangberbeda terhadap koefisien kecernaan nutrient serta performansi biologiskerapu macan, Ephinephelus fuscoguttatus dalam keramba jarring apung.J. Penelitian Perikanan Indonesia, 9(2):29-34.

Lukito. 2002. Budidaya Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp) .Erlanga. Jakarta

Martin, C.R. 1979. Textbook of Endocrine Physiology. Oxford University PressNew York.462 p.

Mirza & W.L. Shelton. 1988. Induction of gynogenesis and sex reversal in silvercarp. Aquaculture, 68: 1-14. Nagy,

Nagy, A., K. Rajki. L. Horvartdan V. Csanyi. 1981. Investigation on carp(Cyprinus carpio L) ginogenesis. Jour. Fish. Biol. 13 : 215 – 224.

Page 45: PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH IKAN LELE …repository.utu.ac.id/1394/1/BAB I-V.pdf · 1) Students of the Faculty of Fishery and Marine Sciences of Teuku Umar University 2) Lecturer

29

Piferrer F. and Donaldson, EM. 1990. Dosage-dependent differensces in theeffect of aromatizable and nonaromatizableandogens on resultingphenotype of coho salmon (Oncorhynchuskisuthch). Fish physiology andbiochemistry`

Rindhira, H dan Erlita. 2011. Pengaruh Perendaman Dengan HormonMetiltestoteron Pada Ikan Nila Dengan Umur Yang Berbeda. ProsidingSeminar hasil Penelitian Budidaya Perairan. Universitas Almuslim BandaAceh. Provinsi Aceh.

Safrizal, P. 2011. Maskulinisas iIkan Nila (Oreochromis niloticus) MelaluiPerendaman Dalam Ekstrak Purwoceng (Pimpinella alpine). Tesis,Sekolah Pasca sarjana Intitut Pertanian Bogor, Bogor.

Shapiro, Y.D. 1987. Differentiation and evolution of sex change in fishes. Biosci.Ser. 37(7): 490−496.

Simone, D.A. 1990. The Effect of The Sythetic Steroid 17a-MT on Growth andOrgan Morphology on The Channel catfish (Ictaluruspimctafus)Aquaculture, 8; 81 - 83.

Suyanto, S.R. 1994. Nila. PT Penebar Swadaya, Jakarta

Wijaya, B. 2011. Panduan Praktis dan Lengkap Budidaya Lele Sangkuriang.Galmas Publisher. Klaten

Yamazaki, F. 1983. Sex control and manipulation in fish. Jour. Aquac. 33 : 329 –354.

Zairin, 2002. Sex Reversal. Penebar Swadaya. Jakarta

Zairin, 2003. Endokrinologi dan peranannya bagi masa depan perikananIndonesia. Orasi ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Fisiologi Reproduksi danEndokrinologi Hewan Air. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. InstitutPertanian Bogor. Bogor. 71 halaman

Page 46: PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH IKAN LELE …repository.utu.ac.id/1394/1/BAB I-V.pdf · 1) Students of the Faculty of Fishery and Marine Sciences of Teuku Umar University 2) Lecturer

30

Lampiran 1. Alur Penelitian

Pemeliharaan selama 3 minggu

Pengamatan

Kelamin Jantan Laju Pertumbuhan Kelangsungan Hidup

Lele Sangkuriang

Umur: 10,15, 25 dan 20 (hari)

Direndam dalam wadah yang berisi 1 liter air selama 8 jam dengandosis 8mg hormon 17α-Metiltestosteron

Page 47: PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH IKAN LELE …repository.utu.ac.id/1394/1/BAB I-V.pdf · 1) Students of the Faculty of Fishery and Marine Sciences of Teuku Umar University 2) Lecturer

31

Lampiran 2. Skema pembuatan larutan hormon untuk perendaman benih sesuaidengan umur ikan

Serbor Hormon 17α-Metiltestosteron sebanyak 0,08 gram

Di masukkan ke tabung polietilen 5 ml

Di tambah 0,5 ml alcohol 70%, dan ditutup

Kocok hingga larut

Dituangkan ke dalam wadah berisi 1 liter air yang dilengkapi dengan aerasi

Siap untuk perendaman

Page 48: PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH IKAN LELE …repository.utu.ac.id/1394/1/BAB I-V.pdf · 1) Students of the Faculty of Fishery and Marine Sciences of Teuku Umar University 2) Lecturer

32

Lampiran 3. Persentase jumlah ikan jantan

UlanganPerlakuan

TotalP1 P2 P3 P4

190 80 73.33 63.33 306.66

286.66 80 66.66 66.66 300

390 76.66 76.66 56.66 300

Total266.66 236.66 216.66 186.66 906.66

Rata-rata88.88 78.88 72.22 62.22 302.22

ANOVA – Uji F satu arah

Tabel Sidik Ragam

SumberKeragaman

DB JK KT F HitF Tab

0.05 0.01Perlakuan 3 5.15 1.71 25.22** 4.06 7.59

Galat 8 0.54 0.06Total 11 5.70

Keterangan :

*) Beda nyata

**) Beda Sangat Nyata

Uji Lanjut Beda NyataTerkecil (BNT)

BNT5%= 7.24

BNT1% = 10.54

Perlakuan Rerata Perlakuan Rerata PerbedaanBNT(0.05)

BNT(0.01)

P4 62.22 P3 72.22 10* 7.24 10.54P4 62.22 P2 78.88 16.66** 7.24 10.54P4 62.22 P1 88.88 26.66** 7.24 10.54P3 72.22 P2 78.88 6.66 7.24 10.54P3 72.22 P1 88.88 16.66** 7.24 10.54P2 78.88 P1 88.88 10* 7.24 10.54

Page 49: PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH IKAN LELE …repository.utu.ac.id/1394/1/BAB I-V.pdf · 1) Students of the Faculty of Fishery and Marine Sciences of Teuku Umar University 2) Lecturer

33

Lampiran 4.Tingkat Kelangsungan Hidup

UlanganPerlakuan

TotalP1 P2 P3 P4

1 46.66 70 80 86.66 283.33

2 50 66.66 76.66 90 283.33

3 46.66 60 70 90 266.66

Total 143.33 196.66 226.66 266.66 833.33

Rata-rata 47.77 65.55 75.55 88.88 277.77

ANOVA – Uji F satu arah

Tabel Sidik Ragam

SumberKeragaman

DB JK KT F HitF Tab

0.05 0.01Perlakuan 3 2700 900 60.75** 4.06 7.59

Galat 8 118.51 14.81Total 11 2818.51

Keterangan :

*) Beda nyata

**) Beda Sangat Nyata

Uji Lanjut Beda NyataTerkecil (BNT)

BNT5%= 7.24

BNT1% = 10.54

Perlakuan Rerata Perlakuan Rerata PerbedaanBNT(0.05)

BNT(0.01)

P4 62.22 P3 72.22 10 7.24 10.54P4 62.22 P2 78.88 16.66** 7.24 10.54P4 62.22 P1 88.88 26.66** 7.24 10.54P3 72.22 P2 78.88 6.66 7.24 10.54P3 72.22 P1 88.88 16.66** 7.24 10.54P2 78.88 P1 88.88 10 7.24 10.54

Page 50: PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH IKAN LELE …repository.utu.ac.id/1394/1/BAB I-V.pdf · 1) Students of the Faculty of Fishery and Marine Sciences of Teuku Umar University 2) Lecturer

34

Lampiran 5. Laju Pertumbuhan Spesifik

UlanganPerlakuan

TotalP1 P2 P3 P4

1 3.03 3.81 4.65 3.14 14.65

2 2.23 3.58 4.43 3.04 13.29

3 2.92 3.34 4.38 3.18 13.84

Total 8.19 10.74 13.47 9.38 41.79

Rata-rata 2.73 3.58 4.49 3.12 13.93

ANOVA – Uji F satuarah

Tabel Sidik Ragam

SumberKeragaman

DB JK KT F HitF Tab

0.05 0.01Perlakuan 3 5.15 1.71 25.22** 4.06 7.59

Galat 8 0.54 0.06Total 11 5.70

Keterangan :

*) Beda nyata

**) Beda Sangat Nyata

Uji Lanjut Beda NyataTerkecil (BNT)

BNT5%= 0.49

BNT1% = 0.71

Perlakuan Rerata Perlakuan Rerata PerbedaanBNT(0.05)

BNT(0.01)

P1 2.73 P4 3.12 0.39 0.49 0.71P1 2.73 P2 3.58 0.85** 0.49 0.71P1 2.73 P3 4.49 1.76** 0.49 0.71P4 3.12 P2 3.58 0.45 0.49 0.71P4 3.12 P3 4.49 1.36** 0.49 0.71P2 3.58 P3 4.49 0.91 0.49 0.71

Page 51: PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH IKAN LELE …repository.utu.ac.id/1394/1/BAB I-V.pdf · 1) Students of the Faculty of Fishery and Marine Sciences of Teuku Umar University 2) Lecturer

35

Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian

(1) dan (2). PembersihanWadahAklimatisasiBenih

(2) dan (3). PeletakanWadahPenelitian

(5) dan (6). InstalasiAerasidan Heater

1 2

3 4

5 6

Page 52: PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH IKAN LELE …repository.utu.ac.id/1394/1/BAB I-V.pdf · 1) Students of the Faculty of Fishery and Marine Sciences of Teuku Umar University 2) Lecturer

36

(7) dan (8). SeleksiBenihIkanLeleSangkuriang

(9) dan (10). PenimbanganHormon17α-Metiltestosteron

(11) dan (12). PerendamanIkandenganHormon17α-Metiltestosteron

7 8

9 10

11 12

Page 53: PERUBAHAN KELAMIN JANTAN BENIH IKAN LELE …repository.utu.ac.id/1394/1/BAB I-V.pdf · 1) Students of the Faculty of Fishery and Marine Sciences of Teuku Umar University 2) Lecturer

37

(13) dan (14). PengukuranBenihdanPenimbanganBobotIkan

(15) dan (16). PengamatanNisbahKelaminIkan

(17). Hormon17α-Metiltestosteron, (18). Timbangan Digital, pH Tester,Thermometer, Alkohol, Penggaris, Pipet Tetes, Suntik

13 14

15 16

17 18