Pertemuan 1 - Math edu Blog | Just another … · Web viewHasil dari perhitungan di atas dapat...
Transcript of Pertemuan 1 - Math edu Blog | Just another … · Web viewHasil dari perhitungan di atas dapat...
Pertemuan 1
PANGKAT RASIONAL DAN BENTUK AKAR
A. Pangkat Rasional
Pangkat bilangan asli
Definisi:
Bilangan real a dipangkatkan bilangan asli n ditulis an didefinisikan sebagai:
Dari definisi di atas dapat diturunkan beberapa teorema berikut:Jika a, dan b bilangan real dan m, n bilangan asli, maka:
Buktikan teorema di atas!
Pangkat Bilangan Bulat
Pangkat bilangan nol dan bulat negatif dirancang sehingga sifat pangkat bilangan
asli masih dapat dipertahankan. Dari teorema pada pangkat bilangan asli
dapat diperluas untuk
a. m = n, sehingga diperoleh
b. m = 0 dan n bilangan asli, diperoleh
Dari uraian di atas dapat diperoleh teorema bahwa:
1
Jika a, dan b bilangan real, a, b ≠0, m, n bilangan bulat, maka:
Pangkat bilangan pecahan
Dari teorema no. 2 di atas, jika diperluas untuk dan terdefinisi,
diperoleh
Misalkan , maka atau , akibatnya
Definisi:
1. Misalkan a bilangan real, n bilangan asli, n > 1 sehingga terdefinisi, maka
bilangan a dipangkatkan 1/n ditulis , didefinisikan sebagai:
2. Misalkan a bilangan real, m,n bilangan asli, n > 1, (m,n) tidak mempunyai
faktor persekutuan selain 1 sehingga terdefinisi, maka bilangan a
dipangkatkan m/n ditulis , didefinisikan sebagai:
Dari definisi di atas, dapat diturunkan teorema sebagai berikut:
a. Bila a, b bilangan real, m,n bilangan asli, n > 1 sehingga semua besaran
bilangan berikut terdefinisi, maka:
b. Bila a, b bilangan real, a, b ≠ 0, r, s bilangan rasional sehingga semua
besaran bilangan berikut terdefinisi, maka:
2
B. Bentuk Akar
Definisi:
Bentuk akar adalah akar dari bilangan rasional yang hasilnya merupakan
bilangan irasional.
Akar dari bilangan real didefinisikan sebagai berikut:
akar kuadrat (akar kedua) dari bilangan real a ≥ 0, ditulis , didefinisikan sebagai bilangan real x ≥ 0 yang memenuhi
akar ke n dari bilangan real a ≥ 0, n bilangan asli, n ≥ 2 ditulis didefinisikan sebagai bilangan real x ≥ 0 yang memenuhi .
Untuk n = 2 , ditulis
untuk n bilangan ganjil, n ≥ 3, akar ke n dari bilangan real a < 0 ditulis didefinisikan sebagai bilangan x < 0 yang memenuhi
Jadi bentuk akar merupakan akar-akar dari suatu bilangan berpangkat yang jika
disederhanakan masih memuat bentuk akar.
Merasionalkan bentuk akar
Jika terdapat sebuah pecahan yang penyebutnya memuat sebuah bentuk akar,
dan dengan sejumlah berhingga operasi aljabar, penyebut dari pecahan tersebut
dapat dibuat sehingga tidak lagi memuat bentuk akar, maka proses ini disebut
merasionalkan bentuk akar.
a. Pecahan berbentuk
3
Pecahan berbentuk (a bilangan rasional dan merupakan bentuk
akar), bagian penyebutnya dapat dirasionalkan dengan cara mengalikan pecahan
itu dengan , sehingga pecahan itu menjadi:
Contoh.
b. Pecahan berbentuk
Dengan menggunakan sifat perkalian bentuk-bentuk akar sekawan,
penyebut pecahan yang berbentuk atau dapat dirasionalkan
dengan melakukan manipulasi aljabar sebagai berikut:
1) untuk pecahan diubah menjadi
2) untuk pecahan diubah menjadi
Contoh.
c. Pecahan berbentuk
Dengan menggunakan sifat perkalian bentuk-bentuk akar sekawan,
penyebut pecahan yang berbentuk atau dapat
dirasionalkan dengan melakukan manipulasi aljabar sebagai berikut:
4
1) Untuk pecahan pembilang dan penyebut dikalikan dengan
menjadi:
2) Untuk pecahan pembilang dan penyebut dikalikan dengan
menjadi:
Contoh.
Pertemuan 2
PERSAMAAN DAN FUNGSI KUADRAT
A. Persamaan kuadrat
Bentuk umum dari persamaan kuadrat dengan satu variabel real adalah:
ax2 + bx + c = 0, a ≠ 0, a,b,c konstanta real
5
Bilangan real x1 yang bila digantikan ke persamaan di atas akan menghasilkan
pernyataan yang benar disebut akar persamaan kuadrat.
Akar dari persamaan kuadrat dapat ditentukan dengan 3 cara yaitu:
1. pemfaktoran
2. melengkapkan kuadrat
3. rumus abc
Ketiga cara tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Menentukan akar persamaan kuadrat dengan cara pemfaktoran
Cara ini dilakukan jika bentuk kuadratnya mempunyai dua faktor linier atau satu
faktor linier yang terulang dua kali. Prinsipnya adalah memfaktorkan bentuk
kuadratnya, sehingga diperoleh
ax2 + bx + c = a (x – x1)(x – x2) = 0, a ≠ 0
Bentuk persamaan di atas menghasilkan dua akar, yaitu x = x1 dan x = x2
Contoh.
C. 1. Akar-akar dari persamaan kuadrat x2 – 2x – 3 = 0 dengan cara pemfaktoran
dapat ditentukan dengan langkah-langkah sebagi berikut:
- uraikan bilangan tetap -3 atas dua faktor sehingga jumlahnya -2
- hasil uraian tersebut adalah -3 dan 1, sebab (-3).1 = -3 dan (-3) + 1 = -2
- Berdasarkan uraian tersebut diperoleh x2 – 2x – 3 = (x -3)(x +1) = 0
- jadi akar-akar persamaan kuadrat di atas adalah x1 = 3 dan x2 = -1
C. 2. Akar-akar dari persamaan kuadrat 2x2 – 3x – 5 = 0 dengan cara
pemfaktoran dapat ditentukan dengan langkah-langkah sebagi berikut:
- kalikan 2 dengan -5 hasilnya adalah -10
- uraikan bilangan tetap -10 atas dua faktor sehingga jumlahnya -3
- Berdasarkan uraian di atas proses untuk menentukan akar dapat
digunakan cara sebagai berikut:
2x2 – 3x – 5 = 0
2x2 – 5x + 2x – 5 = 0
x(2x – 5) + (2x – 5) =0
6
(2x – 5)(x + 1) = 0
2(x – 2)(x + 1) = 0- jadi akar-akar persamaan kuadrat di atas adalah x1 = 2 dan x2 = -1
2. Menentukan akar persamaan kuadrat dengan cara melengkapkan kuadrat
Secara umum bentuk kuadrat lengkap dari suatu persamaan kuadrat adalah
(x – p)2, dengan p konstanta.
Pada persamaan kuadrat
ax2 + bx + c = 0, a ≠ 0
Koefisien x2 selalu dapat dibuat satu dengan membagi setiap suku-suku dan
setiap ruas persamaannya dengan a ≠ 0. Setelah koefisien x dan konstantanya
diberi nama baru misalnya 2p dan q, maka diperoleh persamaan yang baru
x2 -2px + q= 0
dalam kasus bentuk kuadratnya mempunyai dua faktor linier atau satu faktor
linier yang terulang dua kali, maka persamaan kuadrat ini dapat ditulis menjadi
(x – p)2 – q = 0 dengan q > 0
Akar-akar persamaan kuadrat ini dapat ditentukan dengan mudah, yaitu:
x1 = p + dan x2 = p - Contoh.
a. Akar-akar dari persamaan kuadrat x2 – 2x – 3 = 0 dengan cara melengkapkan
kuadrat dapat ditentukan dengan langkah-langkah sebagi berikut:
x2 – 2x – 3 = 0
x2 – 2x + 1 – 1 – 3 = 0
(x – 1)2 - 4 = 0
(x – 1)2 = 4
x – 1 = 2 atau x – 1 = -2
x = 3 atau x = -1
Jadi akar-akar persamaan kuadrat tersebut adalah x1 = 3 dan x2 = -1
b. Akar-akar dari persamaan kuadrat 2x2 – 3x – 5 = 0 dengan cara melengkapkan
kuadrat dapat ditentukan dengan langkah-langkah sebagi berikut:
7
2x2 – 3x – 5 = 0
Jadi akar-akar persamaan kuadrat di atas adalah x1 = dan x2 = -1
3. Menentukan akar persamaan kuadrat dengan cara rumus abc
Cara ini digunakan jika bentuk kuadratnya mempunyai dua faktor linier
atau satu faktor linier yang terulang dua kali. prinsipnya adalah memformalkan
proses menentukan akar dengan bentuk kuadrat lengkap sehingga menjadi satu
formula. Karena formulanya melibatkan koefisien-koefisien persamaan kuadrat
yang lambangnya a, b, dan c maka formula ini dikenal sebagai rumus abc.
Pada cara ini berlaku teorema berikut:
Akar-akar persamaan kuadrat
ax2 + bx + c = 0, a ≠ 0, b2 - 4ac ≥ 0 adalah
Akar-akar tersebut dapat diperoleh dengan langkah-langkah sebagai berikut:
ax2 + bx + c = 0, a ≠ 0
8
Jadi akar-akar dari persamaan kuadrat tersebut adalah:
B. Fungsi Kuadrat
Bentuk umum dari fungsi kuadrat adalah:
y = f(x) = ax2 + bx + c , a ≠ 0, a,b,c konstanta real
Kaitan in berlaku untuk setiap bilangan real x dan nilai y bergantung dari x.
Untuk setiap nilai x dikaitkan dengan tepat satu nilai y dan tidak sebaliknya.
Untuk sembarang nilai y terdapat paling banyak dua nilai x. Pada fungsi kuadrat
ini, x dengan nilai sembarang disebut variabel bebas, dan y yang tergantung
pada x disebut variabel tak bebas dari fungsi kuadrat.
Himpunan semua titik (x,y) di bidang disebut grafik fungsi kuadrat yang
dikenal dengan parabola.
Langkah-langkah menggambar parabola.
1. Cari titik potong dengan sumbu x (bila ada), syaratnya y = 0.
9
2. Cari titik potong dengan sumbu y (selalu ada), syaratnya x = 0→y =
c→(0,c)
3. Cari titik puncak
4. Tentukan beberapa titik bantu yang lain (bila perlu)
Contoh.
Gambarlah grafik fungsi y = x2 – 2x – 3
Penyelesaian
Langkah-langkah menggambar grafik:
• titik potong dengan sumbu x
y = 0 → x2 – 2x – 3 = 0
(x - 3)(x + 1) = 0
x = 3 v x = -1 titiknya (3, 0) dan (-1,0)
• titik potong dengan sumbu y
x = 0→y = -3 titiknya (0, -3)
• titik puncak:
• Titik lain: untuk x = -2 →y=5 titiknya (-2,5)
untuk x = 4 →y=5 titiknya (4,5)
10
Secara skematik, parabola ditentukan oleh nilai a dan D
11
(3,0)(-1, 0)
a>0D>0
a>0D=0
a>0D<0
a<0D>0
a<0D=0 a<0
D<0
Membentuk fungsi kuadrat
Jika diketahui grafik atau ciri-ciri dari fungsi kuadrat tertentu, maka dapat
ditentukan rumus fungsi kuadrat tersebut.
a. Grafik fungsi kuadrat memotong sumbu x di A(x1, 0) dan B(x2, 0) dan melalui
sebuah titik tertentu, maka persamaan fungsi kuadratnya adalah sebagai
berikut:
y = f(x) = a(x – x1)(x – x2)
dengan nilai a ditentukan kemudian
b. Grafik fungsi kuadrat menyinggung sumbu x di A(x1, 0) dan melalui sebuah
titik tertentu, maka persamaan fungsi kuadratnya adalah sebagai berikut:
y = f(x) = a (x – x1)2
dengan nilai a ditentukan kemudian
c. Grafik fungsi kuadrat melalui titik puncak P(xp, yp) dan melalui sebuah titik
tertentu, maka persamaan fungsi kuadratnya adalah sebagai berikut:
y = f(x) = a (x – xp)2 + yp
dengan nilai a ditentukan kemudian
d. Grafik fungsi kuadrat melalui titik-titik a(x1,y1), B(x2,y2), dan C(x3,y3) maka
persamaan fungsi kuadratnya adalah sebagai berikut:
y = f(x) = ax2 + bx + c
dengan nilai a, b, dan c ditentukan kemudian
Contoh.
Diketahui sebuah fungsi kuadrat melalui titik puncak P(3, -5) dan melalui titik
(2, 2), tentukan persamaan fungsi kuadrat tersebut.
Jawab.
Persamaan fungsi kuadrat tersebut dapat dinyatakan dengan
y = f(x) = a (x – xp)2 + yp
melalui titik pncak P(3, -5) berarti
y = a(x – 3)2 + (-5)
melalui titik (2,2) berarti
12
2 = a(2 – 3)2 – 5
2 = a(-1)2 – 5
2 = a – 5
a = 2 + 5 = 7
Jadi persamaan kuadrat yang dimaksud adalah:
y = 7 (x – 3)2 – 5
= 7(x2 - 6x + 9) – 5
= 7x2 – 42x + 58
13
Pertemuan 3
PERSAMAAN DAN PERTAKSAMAAN DENGAN NILAI MUTLAK
A. Persamaan dengan Nilai Mutlak
Definisi:
Nilai mutlak dari bilangan real x, ditulis |x| didefinisikan sebagai
Sifat-sifat nilai mutlak:
1. Untuk setiap bilangan real x berlaku:
a. |x| ≥ 0
b. |x| = |-x|
c. - |x| ≤ x ≤ |x|
d. |x|2 = |x2| = x2
2. untuk setiap bilangan real x dan y berlaku:
a. |x – y| = |y – x|
b. |x| = |y| ↔ x = ± y ↔ x2 = y2
c. |xy| = |x| |y|
Contoh.
Akan ditentukan penyelesaian dari persamaan |x2 – x – 1| = 1
Berdasarkan sifat nilai mutlak diperoleh x2 – x – 1 = 1 atau -1, yang menghasilkan
persamaan x2 – x – 1 = 1 atau x2 – x – 1 = -1
Persamaan pertama dapat diselesaikan sebagai berikut:
x2 – x – 1 = 1
x2 – x – 2 = 0
(x – 2)(x + 1) = 0
x = 2 atau x = -1
14
Persamaan kedua dapat diselesaikan sebagai berikut:
x2 – x – 1 = -1
x2 – x = 0
x(x – 1) = 0
x = 0 atau x – 1
Jadi himpunan penyelesaian dari persamaan di atas adalah {-1, 0, 1, 2}
B. Pertaksamaan Dengan Nilai Mutlak
Suatu pertaksamaan yang memuat nilai mutlak seringkali dapat
diselesaikan dengan menggunakan sifat nilai mutlak berikut.
Jika a > 0 , maka jawab pertaksamaan kuadrat x2 ≤ a2 adalah –a ≤ x
≤ a. Karena –a ≤ x ≤ a, maka jarak x ke 0 selalu kurang dari a yang
dapat dituliskan sebagai |x| ≤ a.
Sifat nilai mutlak untuk pertaksamaan adalah:
Jika a > 0 maka: 1) |x| ≤ a ↔ –a ≤ x ≤ a ↔ x2 ≤ a2
2) |x| ≥ a ↔ x ≥ a atau x ≤ -a ↔ x2 ≥ a2
Contoh.
1. Tentukan himpunan solusi dari pertaksamaan |2x – 1| < 3
Jawab.
Dengan menggunakan sifat di atas, diperoleh:
|2x – 1| < 3
-3 < 2x – 1 < 3
-2 < 2x < 4
-1 < x < 2
Jadi himpunan solusi pertaksamaan adalah {x: -1 < x < 2}
Pertemuan 4
15
PERSAMAAN RASIONAL DAN PERTAKSAMAAN PECAH
A. Persamaan rasional
B. Pertaksamaan Pecah
Bentuk umum pertaksamaan pecahan diantaranya:
dengan tanda < dapat diganti dengan >, atau ≤ atau ≥.
Langkah-langkah untuk menentukan himpunan penyelesaian pertaksamaan
tersebut adalah sebagai berikut.
a. Ubahlah bentuk peraksamaan menjadi bentuk kemudian
samakan penyebutnya
b. Uraikan P(x) dan Q(x) atas factor linier
c. Gambarkan urutan titik-titik batas pertaksamaan pada garis bilangan yang
membagi garis bilangan atas beberapa daerah
d. Tentukan tanda ruas kiri pertaksamaan di setiap daerah dengan cara
tentukan tanda di suatu daerah bila melintasi batas factor linier tanda
berubah dan bila melintasi batas factor kuadrat tanda tetap.
e. Tentukan himpunan solusi pertaksamaan dengan cara menentukan daerah
yang bertanda sama dengan tanda pertaksamaan.
Contoh.
Tentukan himpunan penyelesaian dari pertaksamaan
Jawab.
16
Karena 2x2 + 2x + 3 definit positif, maka pertaksamaan terakhir tesebut setara
dengan
++++++++++ -------------------- ++++++++
-3 2
Jadi himpunan penyelesaian dari pertaksamaan di atas adalah {x| -3 ≤ x ≤ 2
Pertemuan 5.
PERBANDINGAN TRIGONOMETRI, FUNGSI TRIGONOMETRI
17
A. Perbandingan Trigonometri
Definisi:
Ukuran sudut dalam derajad
Satu derajat (ditulis 1°) didefinisikan sebagai ukuran besar sudut yang disapu
oleh jari-jari lingkaran dalam jarak putar sejauh putaran
1 derajat = 60 menit
Ukuran sudut dalam radian
Satu radian (ditulis 1 rad) didefinisikan sebagai ukuran sudut pada bidang datar
yang berada di antara dua jari-jari lingkaran denagn panjang busur sama dengan
panjang jari-jari lingkaran itu.
Perhatikan segitiga siku-siku ABC dengan titik sudut siku-siku di C pada gambar di
bawah ini.
B
a c
C b A
Panjang sisi (dalam satuan panjang) di hadapan sudut A adalah a, panjang sisi di
hadapan sudut B adalah b, dan panjang sisi di hadapan sudut C adalah c.
18
Dari 3 besaran panjang sisi segitiga siku-siku ABC tersebut (yaitu a, b, dan c)
dapat ditentukan enam buah perbandingan yang disebut sebagai perbandingan-
perbandingan trigonometri pada segitiga siku-siku.
Definisi:
Menentukan nilai perbandingan trigonometri untuk sudut khusus
Sudut khusus (sudut istimewa) adalah suatu sudut di mana nilai perbandingan
trigonometrinya dapat ditentukan secara langsung tanpa menggunakan daftar
trigonometri atau kalkulator. Sudut-sudut khusus yang dimaksud adalah sudut-
sudut yang besarnya adalah 0°, 30°, 45°, 60°, dan 90°. Nilai perbandingan
trigonometri untuk sudut-sudut khusus ini dapat ditentukan dengan
menggunakan konsep lngkaran satuan.
Lingkaran satuan. P(x, y)
Perhatikan gambar di samping.
Berdasarkan definisi perbandingan
trigonometri, diperoleh hubungan:
19
Dengan demikian, dalam lingkaran satuan itu koordinat titik P(x, y) dapat
dinyatakan sebagai P(cos α°, sin α°)
1. Nilai perbandingan trigonometri untuk sudut 0°
Perhatikan gambar di samping. Koordinat titik
P adalah (1,0) sehingga (1,0) = (cos 0°, sin 0°)
Dengan demikian, diperoleh:
sin 0° = 0, cos 0° = 1,
2. Nilai perbandingan trigonometri untuk sudut 30°
Perhatikan gambar di samping. Jika α° = 30°,
maka . Akibatnya
merupakan segitiga sama sisi dengan panjang
sisi OP = OQ = PQ = 1. Karena
kongruen dengan , maka PP’ = QP’
= atau ordinat y = .
Segitiga OPP’ siku-siku di P’, dengan menggunakan teorema Pythagoras
diperoleh hubungan:
OP’ menyatakan absis titik P atau x =
Untuk α° = 30° maka koordinat titik P adalah , sehingga diperoleh
20
sin 30° = , cos 30° = ,
3. Nilai perbandingan trigonometri untuk sudut 45°
Jika α° = 45°, maka merupakan segitiga siku-siku di P’ dan sama kaki
dengan OP’ = PP’ atau x = y. dengan menggunakan teorema Pytagoras diperoleh
hubungan:
Karena x = y maka y =
Untuk α° = 45° maka koordinat titik P adalah , sehingga diperoleh
sin 45° = , cos 45° = ,
4. Nilai perbandingan trigonometri untuk sudut 60°
Jika α° = 60°, maka merupakan segitiga sama sisi dengan OP = OQ = PQ
= 1. Karena konruen dengan , maka OP’ = QP’ = sehingga
absis x = . Dengan menerapkan teorema Pythagoras pada dapat
ditunjukkan bahwa PP’ = , sehingga ordinat y = .
Untuk sudut α° = 60° maka koordinat titik P adalah ( , ), sehingga
( , ) = ( cos 60°, sin 60°). Dengan demikian diperoleh:
sin 60° = , cos 60° = , dan
5. Nilai perbandingan trigonometri untuk sudut 90°
21
Jika α° = 90°, maka kaki sudut OP berimpit dengan sumbu y positif atau titik P
berada pada sumbu y positif. Koordinat titik P adalah (0, 1), sehingga (0, 1) =
(cos 90°, sin 90°). Dengan demikian diperoleh
sin 90° = 1, cos 90° = 0, dan
Nilai-nilai perbandingan trigonometri kotangen, sekan, dan kosekan untuk
sudut-sudut khusus dapat ditentukan dengan menggunakan hasil-hasil yang
telah dibahas dan dengan menggunakan rumus-rumus kebalikan dari rumus
yang telah dibahas di atas.
Hasil dari perhitungan di atas dapat disajikan dengan tabel di bawah ini.
Besar sudut α°
0° 30° 45° 60° 90°
sin α° 0 1
cos α° 1 0
tan α° 0 1 -
cot α° - 1 0
sec α° 1 2 -
cosec α° - 2 1
Definisi:
Perbandingan Trigonometri berdasarkan tinjauan geometri analitis
Tanda-tanda perbandingan trigonometri sudut-sudut di semua kuadran dapat
disajikan pada tabel berikut:
Perbandingan Trigonometri Sudut-sudut di kuadran
22
I II III IV
sin + + - -
cos + - - +
tan + - + -
cot + - + -
sec + - - +
cosec + + - -
Rumus perbandingan trigonometri untuk sudut (90° - α°) dengan sudut α° dapat
dirangkum sebagai berikut.
a. sin (90° - α°) = cos α° d. cot (90° - α°) = tan α°
b. cos (90° - α°) = sin α° e. sec (90° - α°) = cosec α°
c. tan (90° - α°) = cot α° f. cosec (90° - α°) = sec α°
Rumus perbandingan trigonometri untuk sudut (90° + α°) dengan sudut α° dapat
dirangkum sebagai berikut.
a. sin (90° + α°) = cos α° d. cot (90° + α°) = - tan α°
b. cos (90° + α°) = - sin α° e. sec (90° + α°) = - cosec α°
c. tan (90° + α°) = - cot α° f. cosec (90° + α°) = sec α°
Rumus perbandingan trigonometri untuk sudut (180° - α°) dengan sudut α°
dapat dirangkum sebagai berikut.
a. sin (180° - α°) = sin α° d. cot (180° - α°) = - cot α°
b. cos (180° - α°) = - cos α° e. sec (180° - α°) = - sec α°
c. tan (180° - α°) = - tan α° f. cosec (180° - α°) = cosec α°
Rumus perbandingan trigonometri untuk sudut (180° + α°) dengan sudut α°
dapat dirangkum sebagai berikut.
a. sin (180° + α°) = - sin α° d. cot (180° + α°) = cot α°
b. cos (180° + α°) = - cos α° e. sec (180° + α°) = - sec α°
c. tan (180° + α°) = tan α° f. cosec (180° + α°) = - cosec α°
23
Rumus perbandingan trigonometri untuk sudut (270° - α°) dengan sudut α°
dapat dirangkum sebagai berikut.
a. sin (270° - α°) = - cos α° d. cot (270° - α°) = tan α°
b. cos (270° - α°) = - sin α° e. sec (270° - α°) = - cosec α°
c. tan (270° - α°) = cot α° f. cosec (270° - α°) = - sec α°
Rumus perbandingan trigonometri untuk sudut (270° + α°) dengan sudut α°
dapat dirangkum sebagai berikut.
a. sin (270° + α°) = - cos α° d. cot (270° + α°) = - tan α°
b. cos (270° + α°) = sin α° e. sec (270° + α°) = cosec α°
c. tan (270° + α°) = - cot α° f. cosec (270° + α°) = - sec α°
Rumus perbandingan trigonometri untuk sudut negatif (-α°) dapat dirangkum
sebagai berikut.
a. sin (- α°) = - sin α° d. cot (- α°) = - cot α°
b. cos (- α°) = cos α° e. sec (- α°) = sec α°
c. tan (- α°) = - tan α° f. cosec (- α°) = - cosec α°
Rumus perbandingan trigonometri untuk sudut (n.360° - α°) sama dengan rumus
perbandingan trigonometri untuk sudut negatif (α°)
a. sin (n. 360 - α°) = - sin α° d. cot (n. 360 - α°) = - cot α°
b. cos (n. 360 - α°) = cos α° e. sec (n. 360 - α°) = sec α°
c. tan (n. 360 - α°) = - tan α° f. cosec (n. 360 - α°) = - cosec α°
Rumus perbandingan trigonometri untuk sudut (n.360° + α°) sama dengan
rumus perbandingan trigonometri untuk sudut α°
a. sin (n. 360 + α°) = sin α° d. cot (n. 360 + α°) = cot α°
b. cos (n. 360 + α°) = cos α° e. sec (n. 360 + α°) = sec α°
c. tan (n. 360 + α°) = tan α° f. cosec (n. 360 + α°) = cosec α°
24
B. Fungsi dan grafik fungsi Trigonometri
Fungsi trigonometri f(x°) = sin x°, f(x°) = cos x°, f(x°) = tan x°, mempunyai
persamaan grafik berturut-turut y = sin x°, y = cos x°, y = tan x°.
Untuk menggambar grafik fungsi trigonometri digunakan langkah-langkah
sebagai berikut.
1. Buatlah tabel yang menyatakan hubungan antara x dengan y = f(x°). Pilihlah
nilai sudut x sehingga nilai y = f(x°) dengan mudah dapat ditentukan.
2. Titik-titik (x,y) yang diperoleh pada langkah 1 digambar pada bidang
Cartesius. Agar skala pada sumbu x dan sumbu y sama, maka nilai 360° pada
sumbu x dibuat kira –kira mendekati nilai 6,28 cm atau kelipatannya.
3. Hubungkan titik-titik yang telah digambar pada bidang Cartesuis pada
langkah 2 tersebut dengan kurva yang mulus sehingga diperoleh sketsa grafik
fungsi trigonometri y =f(x°)
Contoh.
1. Grafik fungsi y = sin x° (0≤ x ≤ 360)
Pilihlah sudut-sudut x: 0, 30, 60, 90, 120, 150, 180, 210, 240, 270, 300, 330, 360.
Kemudian dicari nilai y = sin x°. Tulis dalam tabel hubungan antara x dan y sebagai
berikut:
x 0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360
y = sin x 0 1 0 -1 0
Titik-titik (x, y) pada table di atas digambar pada bidang Cartesius, kemudian
dihubungkan dengan kurva yang smooth sehingga diperoleh grafik fungsi y = sin
x yang dicari
25
2. Grafik fungsi y = cos x° (0≤ x ≤ 360)
Jawab.Sudut-sudut yang dipilih seperti pada grafik y = sin x, dan buat table hubungan antara x dengan y = cos x sebagai berikut.
x 0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360
y = cos x 1 0 - 1 0 1
Titik-titik (x, y) pada table di atas digambar pada bidang Cartesius, kemudian
dihubungkan dengan kurva yang smooth sehingga diperoleh grafik fungsi y = cos
x yang dicari
26
3. Grafik fungsi y = tan x° (0≤ x ≤ 360)
Jawab.Pilihlah sudut-sudut x = 0, 45, 90, 135, 180, 225, 270, 315, 360 kemudian dicari nilai y = tan x dan disajikan dalam table berikut.
x 0 45 90 135 180 225 270 315 360
y = cos x 0 1 - -1 0 1 - -1 0
Titik-titik (x, y) pada table di atas digambar pada bidang Cartesius, kemudian
dihubungkan dengan kurva yang smooth sehingga diperoleh grafik fungsi y = tan
x yang dicari
Berdasarkan pada grafik fungsi y = sin x, y = cos x, dan y = tan x di atas dapat
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Fungsi-fungsi trigonometri sinus, cosines, dan tangent merupakan fungsi
periodic atau fungsi berkala
27
a. Fungsi sinus y = sin x dan fungsi cosinus y = cos x mempunyai periode
360°
b. Fungsi tangent y = tan x mempunyaiperiode 180°
2. Fungsi sinus y = sin x dan fungsi cosinus y = cos x mempunyai nilai minimum -
1 dan nilai maksimum 1, sedangkan fungsi tangen y = tan x tidak mempunyai
nilai maksimum maupun minimum
3. Khusus untuk fungsi tangen y = tan x
a. Untuk x mendekati 90° atau 270 dari arah kanan, nilai tan x menuju ke
negatif tak berhingga
b. Untuk x mendekati 90° atau 270 dari arah kiri, nilai tan x menuju ke
positif tak berhingga
c. Garis-garis x = 90 dan x = 270 disebut garis asimtot
d. Fungsi tangen y = tan x dikatakan diskontinu di x = 90 dan x = 270
Pertemuan 6.
TRIGONOMETRI
A. Kesamaan Trigonometri
1. Kesamaan Trigonometri yang merupakan hubungan kebalikan
2. Kesamaan Trigonometri yang merupakan hubungan perbandingan
28
3. Kesamaan Trigonometri yang diperoleh dari hubungan teorema Pythagoras
B. Rumus Segitiga
Aturan Sinus
Untuk mendapatkan aturan sinus, perhatikan segitiga pada gambar di
bawah ini.
C
Q
Q b
a
A c R B
Garis-garis AP, BQ, dan CR merupakan garis tinggi pada sisi a, b, dan c.
Pada
29
Pada
Persamaan (1) = (2) sehingga diperoleh
Pada
Pada
Persamaan (4) = (5) sehingga diperoleh
Persamaan (3) = (6) sehingga diperoleh
Persamaan inilah yang disebut aturan atau dalil sinus.
Dalam setiap segitiga ABC perbandingan panjang sisi dengan sinus sudut yang
berhadapan dengan sisi itu mempunyai nilai yang sama.
Secara umum, aturan sinus dapat digunakan unuk menentukan unsur-unsur
dalam suatu segitiga jika unsur-unsur yang lain sudah diketahui, misalnya:
a. sisi, sudut, sudut disingkat ss, sd, sd
b. sudut, sisi, sudut disingkat sd, ss, sd
c. sisi, sisi, sudut disingkat ss, ss, sd
Aturan Cosinus
30
Untuk menurunkan aturan cosinus, perhatikan segitiga pada gambar di
bawah ini.
C
b a
A c D B
Dengan menggunakan teorema Pythagoras pada segitiga siku-siku BCD
diperoleh:
Pada segitiga siku-siku ACD diperoleh:
Dan AD = b cos A, sehingga BD = AB – AD = c – b cos A ………………..(3)
Substitusi persamaan (2) dan (3) ke persamaan (1) diperoleh:
Dengan mengunakan analogi cara di atas dapat juga diperoleh:
Pada segitiga ABC berlaku aturan cosinus yang dapat dinyatakan dengan
persamaan:
31
Penggunaan aturan cosinus diantaranya:
a. untuk menentukan panjang sisi dari suatu segitiga, apabila dua sisi yang lain
dan besar sudut yang diapit oleh kedua sisi itu diketahui atau disingkat ss, sd,
ss.
b. untuk menentukan besar sudut dalam sebuah segitga jika panjang ketiga
buah sisinya diketahui (ss, ss, ss)
Jika dalam segitiga ABC diketahui sisi-sisi a, b, dan c (ss, ss, ss) maka besar sudut
A, B, dan C dapat ditentukan dengan menggunakan aturan cosinus sebagai
berikut.
Luas segitiga.
Luas segitiga dapat ditentukan jika panjang alas dan tinggi segitiga
diketahui dengan menggunakan umus L = ½at
Selain menggunakan rumus diatas, luas segitiga juga dapat ditentukan
jika t iga usur dalam segitiga diketahui, yaitu:
1) panjang dua sisi dan besar satu sudut yang diapit oleh kedua sisi itu (ss, sd,
ss)
2) besar dua sudut dan panjang satu sisi yang terletak di antara kedua sudut itu
(sd, ss, sd)
3) panjang dua sisi dan besar satu sudut yang berhadapan dengan salah satu
sisi itu (ss, ss, sd)
4) panjang ketiga sisinya (ss, ss, ss)
32
Berikut akan dijelaskan cara menentukan luas segitiga.
1) luas segitiga dengan dua sisi dan satu sudut diketahui
Untuk menurunkan rumus luas segitiga jika diketahui panjang dua sisi dan besar
satu sudut yang diapit oleh kedua sisi itu, perhatikan segitiga di bawah ini.
A
c b
B D a C
Garis AD = t adalah garis tinggi dari titik A ke sisi BC.
Dalam segitiga ACD :
Substitusi t = b sin C ke diperoleh:
Dalam segitiga ABD :
33
Substitusi t = c sin B ke diperoleh:
Dari aturan sinus pada segiriga ABC;
Substitusi ke
Berdasarkan bukti di atas, luas segitiga ABC jika diketahui panjang dua sisi dan
besar sudut yang diapit oleh kedua sisi itu, dapat ditentukan dengan
menggunakan salah satu rumus berikut:
2) Luas segitiga dengan dua sisi dan sebuah sudut di hadapan sisi diketahui.
Jika dalam sebuah segitiga diketahui panjang dua buah sisi dan besar sau sudut
di hadapan salah satu sisi, maka luas segitiga itu dapat ditentukan menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut.
a) Tentukan besar sudut-sudut yang belum diketahui dengan menggunakan
aturan sinus
34
b) setelah semua sudut diketahui, hitunglah luas segitiga dengan menggunakan
salah satu rumus yang sudah diketahui di atas.
3) luas segitiga dengan dua sudut dan satu sisi diketahui
Dengan menggunakan rumus luas segitiga dan aturan sinus dapat ditentukan
luas segitiga berikut.
Berdasarkan pada sturan sinus diperoleh
Substitusi diperoleh
Dengan cara yang sama dapat diperoleh bahwa
Sehingga luas segitiga ABC jika diketahui besar dua sudut dan panjang satu sisi
yang terletah di antara kedua sudut itu dapat ditentukan dengan menggunakan
salah satu rumus berikut.
4) luas segitiga dengan ketiga sisinya diketahui
35
Luas segitiga ABC jika diketahui panjang ketiga sisinya (sisi a, b, c) dapat
ditentukan dengan rumus dengan
atau s adalah setengah keliling segitiga.
Bukti.
Ingat kembali identitas trigonometri
sin2 A + cos2 A = 1
sin2 A = 1 - cos2 A
sin2 A = (1 – cos A)(1 + cos A)
Substitusi persamaan ke persamaan sin2 A = (1 – cos A)(1
+ cos A) sehingga diperoleh.
Setengah keliling segitiga ABC adalah sehingga diperoleh:
(a + b + c) = 2s ………………………..(1)
(b + c – a) = (a + b + c) – 2a = 2s – 2a = 2 (s – a) …………………(2)
(a + b – c) = (a + b + c) – 2c = 2s – 2c = 2(s – c) …………………(3)
(a – b + c) = (a + b + c) – 2b = 2s – 2b = 2 (s – b) …………………(4)
Substitusi persamaan (1), (2), (3) dan (4) ke sin A diperoleh:
36
Substitusi ke rumus luas segitiga ABC
sehingga diperoleh:
37
Pertemuan 7
IRISAN KERUCUT
LINGKARAN
A Defenisi
Lingkaran adalah tempat kedudukan titik-titik yang berjarak sama terhadap
sebuah titik tertentu yang digambarkan pada bidang cartesius.
Titik tertentu tersebut pusat lingkaran dan jarak yang sama disebut jari-jari.
B. Persamaan lingkaran
1. Persamaan lingkaran yang berpusat di 0 (0, 0) dan berjari-jari r
P(x, y)
38
Misalkan titik P(xP, yP) terletak pada lingkaran, maka dengan menggunakan
teorema Pythagoras diperoleh . Untuk sembarang titik (x, y) pada
lingkaran berlaku x2 + y2 = r2
Persamaan lingkaran dengan pusat 0 (0,0) dan jari-jari r ditentukan oleh
x2 + y2 = r2
Contoh:
Tentukan persamaan lingkaran yang berpusat di 0(0,0) dan jari-jari: 4
Jawab: a. persamaan lingkaran pusat di 0(0, 0) dan r =4 adalah x2 + y2 = 16
2. Persamaan lingkaran yang berpusat di A (a,b) dan berjari-jari r
y
P(x, y)
AA
x
Misalkan titik P(xP, yP) terletak pada lingkaran dengan pusat A(a, b) dan jari-jari r,
maka akan dipenuhi (xP – a)2 + (yP – b)2 = r2. Untuk sembarang titik (x, y) pada
lingkaran berlaku (x - a)2 + (y - b)2 = r2 . Jadi persamaan lingkaran dengan pusat
A(a,b) dari jari-jari r adalah
(x - a)2 + (y - b)2 = r2
39
Contoh:
Tentukan persamaan setiap lingkaran dengan pusat (4, 3) dan jari-jari = 6
Jawab:
pusat (4, 3) dan r = 6; r2= 36
Persamaan lingkaran (x - 4)2+(y - 3)2 = 36
3. Bentuk Umum persamaan lingkaran
Persamaan lingkaran dengan pusat (a, b) dan jari-jari r adalah
(x - a)2 + (y - b)2 = r2
Dengan menjabarkan persamaan tersebut diperoleh:
Jadi bentuk umum persamaan lingkaran adalah:
Persamaan lingkaran tersebut juga dapat ditulis dalam bentuk berikut:
Yaitu lingkaran dengan pusat (-a, -b) dan jari-jari r dengan
C. Menentukan pusat dan jari-jari lingkaran
Jika persamaan suatu lingkaran diketahui, maka koordinat titik pusat dan
panjang jari-jari lingkaran dapat ditentukan.
1. jika persamaan lingkaran berbentuk maka
pusatnya (-a, -b) dan jari-jari r dengan
2. jika persamaan lingkaran berbentuk maka
pusatnya adalah dan jari-jarinya
D. Kedudukan titik dan garis terhadap lingkaran
40
Lingkaran dengan persamaan umum
membagi bidang menjadi 3 daerah bagian yaitu:
1. daerah di dalam lingkaran
2. daerah pada lingkran
3. daerah di luar lingkaran
Perhatikan gambar di bawah ini.
a. titik P1 terletak di luar lingkaran
b. titik P2 terletak pada lingkaran
c. titik P3 terletak di dalam lingkaran
sehingga:
a. himpunan semua titik yang terletak di luar lingkaran adalah
b. himpunan semua titik yang terletak pada lingkaran adalah
c. himpunan semua titik yang terletak di dalam lingkaran adalah
Kedudukan garis trehadap lingkaran dapat digambarkan sebagai berikut.
41
Jika diketahui persamaan umum lingkaran dan
persamaan garis y = mx + n maka kemungkinan kedudukan garis terhadap
lingkaran adalah
a. garis di luar lingkaran, dengan D< 0
b. garis menyinggung lingkaran dengan D = 0
c. garis memotong lingkaran dengan D > 0
E. Persamaan garis singgung yang melalui suatu titik pada lingkaran
Persamaan garis singgung pada lada lingkaran x2 + y2 = r2 di titik singgung (x1, y1)
adalah x1x + y1y = r2
Persamaan garis singgung pada lada lingkaran di
titik singgung (x1, y1) adalah x1x + y1y + a(x + x1) + b(y + y1) + c = 0
F. Persamaan garis singgung yang gradiennya dikeyahui
Persamaan garis singgung pada lada lingkaran x2 + y2 = r2 dengan gradien m
adalah
Persamaan garis singgung pada lada lingkaran (x - a)2 + (y - b)2 = r2
dengan gradien m adalah
Pertemuan 8.
PELUANG
42
A. Kaidah pencacahan
Jika sebuah himpunan A memuat r elemen dan himpunan B memuat s elemen
maka yang dimaksud rs adalah pasangan berurutan (a, b) dengan a
Prinsip di atas dapat digunakan pada sembarang anggota suatu himpunan
berhingga manapun dan dapat digunakan untuk menghitung dalam berbagai
situasi.
Contoh.
Berapa banyaknya bilangan yang terdiri dari 4 angka yang dapat disusun dari
angka-angka 0, 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 tanpa pengulangan.
Untuk menyelesaikan masalah tersebut dibuat 4 tempat yang kosong sebagai
berikut.
Untuk memilih angka ribuan hanya dapat dipilh angka 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 sebab
angka 0 tidak mungkin ditempatkan pada kotak paling kiri sehingga posisi
pertaman hanya ditempati dengan 6 cara.
Karena salah satu angka sudah menempati posisi pertama maka posisi kedua
dapat ditempati dengan 6 cara yaitu angka 0, dan sisa dari 6 angka yang telah
dipakai pada posisi pertama.
43
Posisi ketiga dapat ditempati dengan 5 cara dan selanjutnya posisi keempat
ditempati dengan 4 cara. Jadi banyaknya bilangan yang dapat disusun adalah 6 x
6 x 5 x 4 atau 720 bilangan.
Jika suatu peristiwa dapat terjadi dalam p cara yang berbeda, kemudian terjadi
peristiwa yang lain dalam q cara yang berbeda, kemudian terjadi lagi peristiwa
lain dalam r cara yang berbeda, maka ketiga peristiwa dalam urutan itu dapat
terjadi dalam (p x q x r) cara yang berbeda. Peristiwa ini dapat diperluas menjadi
lebih dari 3 peristiwa yang berurutan.
Faktorial
Definisi:
n faktorial (ditulis n!) adalah hasil perkalian semua bilangan asli dari 1 sampai n
yang didefinisikan sebagai n! = n (n – 1) (n – 2) (n – 3) … 3.2.1
dengan n bilangan asli dan 0! = 1
Contoh.
5! = 5.4.3.2.1 = 120
4! = 4.3.2.1 = 24
B. Permutasi
Definisi.
Permutasi adalah susunan yang berbeda yang dapat dibentuk dari n unsur yang
diambil dari n unsur atau sebagian unsur.
Permutasi merupakan susunan elemen-elemen dari suatu himpunan yang
memperhatikan urutannya.
Teorema 1.
Jika ada n unsur yang berbeda diambil n unsur maka banyk susunan (permutasi)
yang berbeda dari n unsur tersebut adalah P(n, n) = n!
P(n, n) = nPn dibaca permutasi tingkat n dari n unsur
44
Teorema 2.
Banyak permutasi r unsur yang diambil dari n unsur yang berbeda adalah
Permutasi dengan beberapa elemen yang sama
Misalkan terdapat n objek dengan n1 jenis pertama, n2 jenis kedua, …, dan nk
jenis ke-k. dengan adanya n objek maka terdapat n! permutasi. Jika P adalah
banyak permutasi yang berbeda, jenis pertama mempunyai n1! Dan seterusnya,
maka dengan kaidah pencacahan diperoleh permutasi berikut ini.
P.n1! . n2! . n3! . … . nk!
Karena banyaknya unsur ada n objek maka
P.n1! . n2! . n3! . … . nk! = n!
Sehingga
Permutasi Cyclis
Permutasi cyclis adalah permutasi melingkar atau urutannya melingkar.
Banyaknya permutasi cyclis dari n objek adalah (n – 1) !
C. Kombinasi
Kombinasi r elemen dari himpunan yang mempunyai n anggota (r ≤ n)
(ditulis nKr )adalah semua susunan yang mungkn terdiri atas r elemen berbeda
diambil dari n anggota himpunan itu, tanpa memperhatikan urutannya.
Perhatikan hubungan antara kombinasi dan permutasi pada tabel berikut.
Kombinasi Permutasi
AB AB, BA
ABC ABC, ACB, BAC, BCA, CAB, CBA
45
Dari tabel di atas nampak terdapat hubungan sebagai berikut.
a. Sebuah kombinasi 2 elemen terdapat 2! Permutasu 2 elemen
b. Sebuah kombinasi 3 elemen terdapat 3! Permutasu 3 elemen
Berdasarkan contoh di atas, dengan cara yang sama dapat ditentukan bahwa
sebuah kombinasi r elemen terdapat r! permutasi r elemen. Jika terdapat x
kombinasi r elemen maka diperoleh x.r! permutasi r elemen. Jika terdapat nKr
kombinasi r elemen maka diperoleh nKr. r! permutasi r elemen. Padahal jika
setiap kombinasi r elemen dari nKr dipermutasikan maka terdapat nPr permutasi.
Jadi
nKr. r! = nPr
D. Ruang sampel
Titik sampel adalah semua hasil yang mungkin terjadi dalam suatu percobaan.
Ruang sampel adalah himpunan dari semua titik sampel. Banyaknya anggota
ruang sampel ditulis n(S). Himpunan bagian dari suatu ruang sampel disebut
kejadian. Kejadian yang beranggotakan satu titik sampel disebut kejadian
sederhana
Contoh.
Tentukan ruang sampel dan titik sampel dari suatu peristiwa pelemparan sebuah
dadu sebanyak satu kali.
Jawab.
Titik sampel dalam percobaan tersebut adalah setiap sisi dadu bermata 1, 2, 3, 4,
5, dan 6. Ruang sampelnya adalah S = {1, 2, 3, 4, 5, 6},
E. Peluang
46
Misalkan S adalah ruang sampel suatu percobaan dengan n hasil yang mungkin
dan masing-masing mempunyai kesempatan muncul yang sama. Jika kejadian A
adalah himpunan bagian dari S demikian sehingga A memuat a elemen, maka
peluang kejadian A adalah P(A) dengan
Jika kejadian A dalam ruang sampel S selalu terjadi maka n(A) = n(S) sehingga
besarnya peluang kejadian A adalah
Jika kejadian A dalam ruang sampel S tidak pernah terjadi maka n(A) = 0
sehingga besarnya peluang kejadian A adalah
Jadi nilai peluang adalah terbatas yaitu 0 ≤ P(A) ≤ 1
Frekuensi harapan terjadinya kejadian A (ditulis F(A)) pada suatu percobaan yang
dilakukan n kali adalah F(A) = n x P(A)
Dengan P(A) = peluang kejadian A dan F(A) = frekuensi harapan terjadinya
kejadian A
Peluang komplemen suatu kejadian
Beberapa kejadian dasar yang digabungkan dapat membentuk kejadian-kejadian
majemuk yang meliputi komplemen, gabungan dan irisan. Jika himpunan dari
semua kejadian dalam suatu percobaan adalah S, dan AC merupakan kejadian
yang terjadi jika dan hanya jika A tidak terjadi, seperti ditunjukkan pada gambar
di bawah ini.
Maka hubungan dari peluang masing-masing adalah:
P(A) + P(AC) = 1 -> P(AC) = 1 – P(A)
47
A
AC
S
P(AC) = P( ) = P(S) – P(A)
Peluang kejadian majemuk
a. Peluang gabungan dua kejadian
Keladian A dan B bersama-sama dilambangkan A ∩ B, sedangkan gabungan
antara kejadian A atau B dilambangkan A U B
Sesuai dengan kaitan peluang maka diperoleh:
P(A U B) = P(A terjadi tetapi B tidak) + P(B terjadi tetapi A tidak) + P(A ∩ B) …..(1)
P(A) = P(A terjadi tetapi B tidak) + P(A ∩ B) ……………………………………… (2)
P(B) = P(B terjadi tetapi A tidak) + P(A ∩ B) ……………………………………… (3)
Jika persamaan (2) dan (3) disubstitusikan ke persamaan (1) maka diperoleh
P(A U B) = P(A) - P(A ∩ B) + P(B) - P(A ∩ B) + P(A ∩ B)
= P(A) + P(B) - P(A ∩ B)
Jadi: P(A U B) = P(A) + P(B) - P(A ∩ B)
b. peluang gabungan dua kejadian yang saling lepas
Kejadian A dan B disebut dua kejadian saling lepas bila irisan dari dua kejadian
itu sama dengan himpuna kosong. Bila A dan B merupakan dua kejadian yang
saling lepas maka (A ∩ B) = { } sehingan P(A ∩ B) = 0.
Jadi P(A U B) = P(A) + P(B)
c. peluang dua kejadian yang saling bebas stokastik
Sebuah kotak di dalamnya terdapat 3 bola hijau dan 4 bola biru. Misalkan kita
akan mengambil sebuah bola secara acak dari dalam kotak itu. Jika yang terambil
bola hijau, maka disebut kejadian H, dan jika terambil bola biru, maka disebut
kejadian B. Bola hijau yang diambil pada kejadian H tadi dikembalikan, kemudian
mengambil lagi sebuah bola dari kotak. Kejadian H dan B disebut dua kejadian
yang saling bebas, sebab bola hijau yang terambil pada pengambilan pertama
tidak mempengaruhi pengambilan bola biru pada pengambilan kedua. Bila K1
dan K2 merupakan 2 kejadian saling bebas maka:
48
P(K1 ∩ K2) = P(K1) x P(K2)
Perluasannya:
Bila K1, K2, K3, . . . , Kn merupakan kejadian-kejadian bebas, maka:
P(K1 ∩ K2 ∩ K3 ∩ . . . ∩ Kn) = P(K1) x P(K2) x P(K3) x . . . x Kn
Jadi Untuk contoh di atas peluang terambilnya bola hijau dan biru secara
berturut-turut adalah:
P(H ∩ B) = P(H) x P(B)
Bila pada pengambilan pertama bola hijau tidak dikembalikan lagi maka
pengambilan kedua dipengaruhi oleh kejadian pertama. Peluang keduanya bola
pertama hijau dan kedua biru adalah:
P(H ∩ B) = P(H) x P(B)
Jadi jika K1 dan K2 dua peristiwa yang bergantung maka:
P(K1 ∩ K2) = P(K1) x P(K2/K1)
P(K2/K1) dibaca peluang terjadinya K2 setelah terjadi K1
Pertemuan 9
FUNGSI KOMPOSISI DAN FUNGSI INVERS
49
A. Pengertian Fungsi
Definisi fungsi dapat ditinjau dari 2 hal berikut.
1. Fungsi sebagai pemetaan.
Fungsi f dari himpunan A ke himpunan B adalah aturan pengawanan yang
memetakan setiap x є A dengan tunggal y є B.
Himpunan A disebut daerah asal (domain)
Himpunan B disebut daerah kawan (ko domain)
Himpunan anggota B yang menjadi kawan di A disebut daerah hasil (range)
Fungsi f dari A ke B digambarkan sebagai.
Fungsi f dari A ke B dinotasikan sebagai:
f : x є A→y єB atau y = f(x)
2. Fungsi sebagai pasagan terurut dua bilangan real x dan y adalah himpunan (x,
y) dengan x paling banyak muncul satu kali dalam setiap pemetaan.
Syarat keanggotaan himpunan fungsi f biasanya ditentukan oleh pemetaan x ke y
dan pada umumnya dinyatakan dengan suatu aturan y = f(x)
Domain : Df = {x | (x, y) є f}
Range : Rf = {y | (x, y) є f}
50
Fungsi : f = {(x, y) | (x, y1) dan (x, y2) є f → y1 = y2}
Jika diketahui suatu fungsi dengan bentuk y = f(x) maka fungsi tersebut dapat
dipandang sebagai pemetaan atau himpunan pasangan terurut
Jika fungsi diketahui sebagai pasangan terurut, maka diperoleh suatu aturan
fungsi yang berlaku pada domain, dan sebaliknya jika diketahui aturan fungsi
sebagai pemetaan, maka diperoleh himpunan pasangan terurut.
Contoh.
Misalkan f(x) = 2x – 3 maka
untuk x = 0, nilai fungsinya y = f(0) = 2.0 – 3 = -3
x = 1, nilai fungsinya y = f(1) = 2.1 – 3 = -1
x = -2, nilai fungsinya y = f(-2) = 2.(-2) – 3 = -7, dan lain-lain
B. Jenis-jenis Fungsi
Jenis-jenis fungsi yang perlu kita pelajari di antaranya sebagai berikut.
1. Fungsi konstan 4. Fungsi modulus
2. Fungsi identitas 5. Fungsi linier
3. Fungsi bilangan bulat terbesar 6. Fungsi kuadrat, dan lain-lain
Penjelasan dari masing-masing fungsi tersebut adalah sebagai berikut.
1. Fungsi Konstan
Fungsi konstan adalah suatu fungsi f yang dinyatakan dengan rumus
f(x) = a dengan a suatu konstanta.
Contoh.
Fungsi f dinyatakan dengan f(x) = 5 maka untuk setiap nilai x є himpunan
bilangan real nilai dari fungsi tersebut tetap yaitu 5. Grafik fungsi konstan
tersebut sebagai berikut.
51
f(x) = 5
2. Fungsi Identitas
Fungsi Identitas adalah suatu fungsi f yang dinyatakan dengan rumus f(x)
= x yang dapat digambarkan sebagai berikut.
3. Fungsi bilangan bulat terbesar
Fungsi bilangan bulat terbesar dinotasikan dengan f(x) = , x є R yang
didefinisikan sebagai berikut.
Dengan Df = R dan Rf = himpunan bilangan bulat
Contoh.
52
f(x) = x
Grafik fungsi f(x) = untuk -2 ≤ x < 5 dapat digambar sebagai berikut
4. Fungsi Modulus
Fungsi modulus adalah fungsi M yang memuat bentuk nilai mutlak dan
dinyatakan dengan rumus M(x) = |x|
Atau
y
a
53
-a a x
5. Fungsi Linier
Fungsi linier adalah fungsi f yang dinyatakan dengan rumus f(x) = ax + b, a dan b
konstanta, dengan a ≠ 0.
Bentuk umum: y = mx + n, atau ax + by + c = 0.
Grafik fungsi linear berupa garis lurus.
Beberapa kemungkinan dari nilai m dan n:
• bila m > 0, garisnya condong ke kanan/naik
• bila m <0, garisnya condong ke kiri/turun
• bila m = 0, garisnya sejajar sumbu x
bila garisnya sejajar sumbu y, m tak terdefinisi
bila n >0, garis memotong sumbu y di atas O
bila n<0, garis memotong sumbu y di bawah O
bila n = 0, garis melalui O
Contoh.
Gambarlah grafik 2x +3y = 12
• Titik potong dengan sumbu x: y = 0→x = 6
• Titik potong dengan sumbu y: x = 0→y = 4
54
Rumus umum persamaan garis.
• Garis melalui titik 0 gradiennya m: y = mx
• Garis memotong sumbu y sejauh n gradien m:
y = mx + n
• Garis melalui titik (x1, y1) gradien m:
y – y1 = m (x – x1)
• Garis melalui 2 titik (x1, y1) dan (x2, y2) :
C. Fungsi Komposisi
Perhatikan sketsa berikut.
Diketahui.
f :x є A →y є B, maka y = f(x)
g :y є B →z є C, maka z = g(y)
h :x є A →z є C, maka z = h(x)
Sekarang h (x) = z = g(y) = g(f(x)) atau h (x) = g(f(x)) ini disebut fungsi komposisi,
ditulis h = g ◦ f
Pada umumnya g ◦ f ≠ f ◦ g
55
Contoh.
Diketahui f(x) = 2x – 3 dan g(x) = x2 + 2x – 1. Tentukan g ◦ f dan f ◦ g
Jawab.
g◦ f = g(f(x)) = g(2x – 3)
= (2x – 3)2 + (2x – 3) – 1
= 4x2-8x+2
f ◦ g = f(g(x) = f(x2 + 2x – 1)
= 2(x2 + 2x – 1) – 3
= 2x2 + 4x - 5
Ternyata g◦ f ≠ f ◦ g
C. Fungsi Invers
f :x є A →y є B, maka y = f(x)
h :y є B →x є A, maka x = h(y) padahal h = f -1 maka
x = f -1(y) sehingga f -1 (x) dapat ditentukan
Contoh.
Diketahui f(x) = ½ x3+ 1, tentukan f-1 (x)
Jawab.
56
Pertemuan 10
LIMIT FUNGSI
A. Limit fungsi aljabar:
57
Teorema 2.
Contoh.
58
B. Limit fungsi untuk x→+∞ dan x→-∞
Contoh.
C. Limit fungsi Trigonometri
Teorema
Ingat kembali!
59
Contoh.
D. Kontinuitas
Definisi
Jika salah satu saja dari syarat di atas tidak dipenuhi, maka fungsi f(x) dikatakan
diskontinu (tidak kontinu) di titik x = a
60
Contoh.
1. Selidiki kontinuitas fungsi f(x) = 2x3-3x2+7 di titik x=1
Penyelesaian:
2.Diberikan fungsi
Tentukan harga a dan b agar f(x) kontinu untuk semua harga x.
Penyelesaian.
a. Selidiki untuk x= 0
Agar f(x) kontinu di x=0 maka harga limitnya harus ada yaitu limit kiri = limit
kanan
61
b. Selidiki untuk x = 2
Agar f(x) kontinu di x=2 maka harga limitnya harus ada yaitu limit kiri = limit
kanan
Jadi 4 – b = 6 atau b = -2……………….(2)
Dari persamaan (1) dan (2) diperoleh a = - 4 dan b = - 2 dan f(x) kontinu untuk
setiap harga x.
Pertemuan 11
FUNGSI DAN TURUNAN
A. Turunan Fungsi Aljabar
Definisi
Turunan ke x dari fungsi y = f(x) adalah
62
Teorema 2.
Contoh.
Turunan fungsi komposisi:
Aturan rantai untuk mencari turunan fungsi komposisi
Bila y = f(u), u = u(x) maka
63
Contoh.
B. Turunan Fungsi Trigonometri.
Teorema:
a. y = sin x →y’ = cos x
b. y = cos x → y’ = - sin x
c. y = tan x → y’ = sec2 x
d. y = cosec x → y’= -cosec x cot x
e. y = sec x → y’ = sec x tan x
f. y = cot x → y’ = - cosec2 x
Contoh.
1. y = 2sin x
y’ =2cos x
2. y = sin 2x
64
y’ = 2 cos 2x
3. y = sin 2 x
y’ = 2sin x cos x
4. y = 2 sin 2 2x → y’ = ….?
Teorema L’Hospital
Bila f(x) dan g(x) dapat didiferensialkan di sekitar x = c, f(c) = g(c) = 0, dan f’(c)
dan g’ ( c) tidak keduanya nol, maka
Contoh.
C. Turunan Fungsi Logaritma dan Fungsi Eksponensial
Diketahui , akan ditentukan y’
65
Jadi untuk maka
Untuk a = e maka
Diketahui , akan ditentukan y’
Dari definisi
66
xeyea 'makaJika
Pertemuan 12
PERSAMAAN EKSPONEN DAN LOGARITMA
A. Persamaan Eksponen
1. Persamaan eksponen berbentuk
Untuk menyelesaikan persamaan eksponen yang berbentuk
digunakan sifat berikut.
67
Contoh.
Tentukan himpunan penyelesaian dari
Jawab.
3x + 1 = 4
3x = 4 – 1
3x = 3
x = 3
Jadi himpunan penyelesaiannya adalah {1}
2. Persamaan eksponen berbentuk
Untuk menyelesaikan persamaan eksponen yang berbentuk
digunakan sifat berikut.
Contoh.
Tentukan himpunan penyelesaian dari
Jawab.
2 – x = x + 4
2 – 4 = x + x
-2 = 2x
x = -1
Jadi himpunan penyelesaiannya adalah {-1}
68
3. Persamaan eksponen berbentuk
Persamaan eksponen berbentuk akan benar jika dan
hanya jika
1. f(x) = g(x)
2. h(x) = 1
3. h(x) = 0 f(x) dan g(x) > 0
4. h(x) = -1
Untuk hasil nomor 3 dan 4 perlu dicek kebenaranya
Contoh.
Tentukan himpunan penyelesaian dari
Jawab.
Misalkan h(x) = 2x – 5, f(x) = x2 + 1, g(x) = x + 7
Kasus (1): f(x) = g(x)
x2 + 1 = x + 7
x2 – x – 6 = 0
(x – 3)(x + 2) = 0
x1 = 3 atau x2 = -2
Kasus (2): h(x) = 1
2x – 5 = 1
2x = 1 + 5
2x = 6
x3 = 3
Kasus (3) : h(x) = 0
2x – 5 = 0
2x = 5
2x = 5
69
x4 =
untuk x = maka
Jadi x = memenuhi penyelesaian 3.
Kasus (4): h(x) = -1
2x – 5 = - 1
2x = - 1 + 5
2x = 4
x5 = 2
Untuk x = 2 maka f(2) = 22 + 1 = 5 dan g(2) = 2 + 7 = 9
ruas kiri: (-1)9 = -1, dan ruas kanan (-1)5 = -1
Jadi x = 2 memenuhi penyelesaian 4.
Jadi himpunan penyelesaiannya adalah {-2, 2, , 3}
4. Persamaan eksponen benbentuk
Persamaan eksponen berbentuk benar jika dan hanya jika
1. f(x) = g(x)
2. h(x) = 0 f(x) dan g(x) ≠ 0
Untuk hasil 2 perlu dicek kebenarannya.
Contoh.
Selesaikan persamaan eksponen berikut.
Jawab.
70
Misalkan f(x) = x2 + 2x – 3, g(x) = x2 + 3x – 10, dan h(x) = x2 - 4
kasus (1) : f(x) = g(x)
x2 + 2x – 3 = x2 + 3x – 10
2x – 3x = 3 – 10
-x = -7
x1 = 7
Kasus (2): h(x) = 0
x2 – 4 = 0
(x – 2)(x + 2) = 0
x2 = 2 atau x3 = -2
Untuk x = 2 maka
f(2) = 22 + 2.2 – 3 = 5 ≠ 0
g(2) = 22 + 3.2 – 10 = 0
Jadi x = 2 tidak memenuhi penyelesaian (2)
Untuk x = -2 maka
f(- 2) = (-2)2 + 2.(-2) – 3 = -3 ≠ 0
g(-2) = (-2)2 + 3.(-2) – 10 = -12 ≠ 0
jadi x = -2 memenuhi penyelesaian 2
Jadi himpunan penyelesaiannya adalah {-2, 7}
5. Persamaan eksponen berbentuk
Persamaan berbentuk merupakan persamaan
kuadrat.
Contoh.
Tentukan himpunan penyelesaian dari
Jawab.
71
Misalkan y = 2x. maka
4y2 + y -18 = 0
(4y + 9)(y – 2) = 0
y = atau y = 2
Untuk y = tidak ada nilai x yang memenuhi persamaan
tersebut.
Untuk y = 2
x = 1
Jadi himpunan penyelesaiannya adalah {1}
B. Persamaan Logaritma
1. persamaan Logaritma berbentuk
Untuk menyelesaikan persamaan di atas digunakan sifat
Contoh.
Tentukan hinpunan penyelesaian dari persamaan
Jawab.
Persamaan tersebut terdefinisi jika dan hanya jika x + 1 > 0 x > -1
x + 1 = 4
x = 3
Jadi himpunan penyelesaiannya adalah {3}
72
2. Persamaan Logaritma berbentuk
Untuk menyelesaikan persamaan di atas digunakan sifat
Contoh.
Tentukan Hinpunan penyelesaian dari persamaan
Jawab.
persamaan tersebut terdefinisi jika dan hanya jika
a. 2x - 3 > 0 dan
b. x + 1 > 0 x > -1
Daerah definisi yang memenuhi a dan b di atas adalah x >
2x – 3 = x + 1
2x – x = 1 + 3
x = 4
Jadi himpunan penyelesaiannya adalah {4}
3. Persamaan logaritma berbentuk
Untuk menyelesaikan persamaan di atas digunakan sifat
Contoh.
Tentukan Hinpunan penyelesaian dari persamaan
73
Jawab.
Persamaan tersebut terdefinisi jika dan hanya jika
(a) x > 0 dan x ≠ 1
(b) x2 – 5x + 6 > 0
(x – 2)(x – 3) > 0
x < 2 atau x > 3
(c) 2x – 4 > 0
x > 2
Daerah definisi yang memenuhi (a), (b), dan (c) adalah x > 3
x2 – 5x + 6 = 2x – 4
x2 – 7x + 10 = 0
(x – 2)(x – 5) = 0
x = 2 atau x = 5
Jadi himpunan penyelesaiannya adalah {2, 5}
4. Persamaan logaritma yang dapat dinyatakan dengan persamaan kuadrat
Bentuk umum:
Contoh.
Selesaikan persamaan
Jawab.
terdefinisi untuk x > 0
Misalkan
y2 – 3y – 10 = 0
(y + 2)(y – 5) = 0
y = -2 atau y = 5
Untuk y = -2 maka
74
Untuk y = 5 maka
Jadi himpunan penyelesaiannya adalah { 32}
Pertemuan 13
FUNGSI EKSPONEN, LOGARITMA, DAN PECAH
A. F ungsi eksponen
Fungsi eksponen f dengan bilangan pokok a (a konstanta) adalah fungsi yang
didefinisikan denagn rumus:
1. Grafik fungsi f(x) = ax, untuk a > 1
Contoh.
Lukislah grafik fungsi f(x) = 2x
75
Jawab.
Dengan menggunakan nilai-nilai dalam tabel berikut dapat digambarkan grafik
fungsi f(x) = ax
x . . . -3 -2 -1 0 1 2 3 . . .
ax . . . 1 2 4 8 . . .
2. Grafik fungsi f(x) = ax, untuk 0 < a < 1
Contoh.
Lukislah grafik fungsi f(x) =
Jawab.
Dengan menggunakan nilai-nilai dalam tabel berikut dapat digambarkan grafik
fungsi f(x) =
x . . . -3 -2 -1 0 1 2 3 . . .
. . . 8 4 2 1 . . .
76
Secara umum grafik f(x) = ax naik untuk a > 1 dan turun untuk 0 < a < 1.
Karkteristik fungsi ax dan a-x (untuk a > 1)
77
Untuk grafik f(x) = ax, a > 1 Untuk grafik f(x) = ax, 0 < a < 1
Domain (- ∞, ∞) * Domain (- ∞, ∞)
Range (0, ∞) * Range (0, ∞)
Melalui (0, 1) * Melalui (0, 1)
Fungsi naik * Fungsi turun
sumbu x sebagai asimtot datar * sumbu x sebagai asimtot datar
Mempunyai invers * Mempunyai invers
B. Fungsi Logaritma
Definisi:
Jika x > 0, a > 0 dan a ≠ 1 maka
Fungsi logaritma dengan bilangan pokok a dinyatakan dengan rumus f(x) = alog x
Grafik fungsi f(x) = alog x untuk a > 1 dan 0 < a < 1 mempunyai karakteristik
sebagai berikut:
78
Grafik fungsi f(x) = alog x untuk a > 1 Untuk grafik f(x) = alog x, 0 < a < 1
* Domain (0, ∞) * Domain (0, ∞)
* Range (- ∞, ∞) * Range (- ∞, ∞)
* Melalui (1, 0) * Melalui (1, 0)
* Fungsi naik * Fungsi turun
* sumbu y sebagai asimtot tegak * sumbu y sebagai asimtot tegak
* mempunyai invers * mempunyai invers
C. Fungsi pecah
Fungsi yang berbentuk dengan k konstanta atau dengan
p, q, dan k bilangan real dikenal sebagai fungsi pecah atau fungsi rasional.
1. Grafik fungsi rasional untuk x ≠ 0
Contoh.
Grafik fungsi untuk domain {x | -4 < x < 4} dapat digambarkan dengan
menggunakan nilai dalam tabel berikut.
x -4 -2 -1 1 2 4
-1 -2 -8 16 2 1
79
Secara umum sumbu x dan sumbu y masing-masing merupakan asimtot datar
dan asimtot tegak untuk kurva , x ≠ 0, dan k konstanta.
2. Grafik fungsi rasional untuk x + p ≠ 0
Contoh.
Grafik fungsi
80
Secara umum grafik fungsi rasional untuk x + p ≠ 0 adalah
bayangan dari grafik dengan translasi dan memiliki
* asimtot datar y + q = 0 dan aasimtot tegak x + p = 0.
Fungsi rasional yang berbentuk ekuivalen dengan fungsi yang
memiliki
* asimtot tegak cx + d = 0
* asimtot datar ax + b = 0
Untuk memudahkan menggambar grafik fungsi dapat dengan
mengubah terlebih dahulu menjadi bentuk
81
3. Grafik fungsi rasional
Contoh.
Gambar grafik fungsi
Jawab.
x . . . -3 -2 -1 1 2 3 . . .
y . . . 4,1 5,5 13 13 5,5 4,1 . . .
Asimtot datar y – 3 = 0 y = 3 dan asimtot tegaknya sumbu y
82
4. Grafik fungsi rasional berbentuk untuk a, b, c, p, q, r R,
dan a ≠ 0 , p ≠ 0.
Grafik dari fungsi di atas sangat beragam, perlu diperhatikan beberapa hal
berikut:
1. titik potong dengan sumbu koordinat
a. titik potong dengan sumbu x adalah dengan mensubstitusikan nilai y = 0
b. titik potong dengan sumbu y adalah dengan mensubstitusikan nilai x = 0
2. Asimtot
a. asimtot datar dapat diperoleh dengan limit berikut:
Jadi asimtot datar adalah
b. asimtot tegak dapat diperoleh dengan menentukan akar persamaan kuadrat
px2 + qx + r = 0
3. Kurva pada umumnya memotong asimtot datar, maka untuk menentukan titik
tersebut adalah dengan mensubstitusikan nilai ke persamaan
dan akan diperoleh nilai
4. Titik balik maksimum/minimum dapat ditentukan dengan mencari batas-batas
nilai y untuk x bilangan real dengan menentukan D ≥0 pada persamaan kuadrat
dalam x, yaitu persamaan ax2 + bx + c – y(px2 + qx + r) = 0
83
5. Menentukan letak kurva terhadap sumbu x dengan menentukan tanda pada
fungsi
a. Jika y > 0 maka grafik berada di atas sumbu x
b. Jika y < 0 maka grafik berada di bawah sumbu x
5. Grafik fungsi rasional berbentuk untuk a, b, c, p, q R,
dan a ≠ 0 , p ≠ 0.
Grafik fungsi di atas mempunyai satu asimtot tegak untuk px + q = 0, namun
tidak mempunyai asimtot datar.
Pertemuan 14
VEKTOR R2 DAN R3
A. Pengertian
Kita mengenal ada 2 macam besaran yaitu:
a. Besaran skalar
Yaitu besaran yang hanya mempunyai besar atau nilai saja tanpa arah.
Contoh: panjang, tinggi, isi, dan lain-lain
b.Besaran vektor
yaitu besaran yang mempunyai besar atau nilai dan arah
contoh: perpindahan, kecepatan, gaya, dan lain-lain.
Secara grafis, vektor digambarkan sebagai ruas garis berarah.
Error: Reference source not foundError: Reference source not found
Diketahui vektor seperti pada gambar di atas. Titik O disebut titik asal atau
pangkal dan titik P disebut titik terminal.
84
Besar/panjang vektor dinyatakan oleh panjang ruas garis OP, dan arah dari
vektor ditunjukkan oleh arah anak panah pada gambar
B. Notasi vektor
Dari gambar vektor di bawah ini, secara analitis vektor dapat dinotasikan sebagai
berikut.
P
O
Error: Reference source not founda. atau OP
Menunjukkan bahwa arah vektor dari titik O ke titik P.Besar vektor OP
dinyatakan dengan | OP|
b. a atau a atau a
C. Macam-macam vektor
Ada beberapa macam vektor, diantaranya:
1. Vektor nol
Yaitu vektor yang besarnya nol, dan arahnya tak tentu
2. Vektor satuan
Yaitu vektor yang besarnya satu satuan.
Jika a adalah sebuah vektor yang besarnya |a| ≠ 0 maka adalah sebuah
vektor satuan yang arahnya sama dengan arah a
85
Vektor satuan sepanjang sumbu koordinat.
• i adalah vektor satuan sepanjang sumbu x positif
• j adalah vektor satuan sepanjang sumbu y positif
• k adalah vektor satuan sepanjang sumbu z positif
Error: Reference source not found
3. Vektor posisi
Jika diketahui sebuah vektor dengan titik awal titik O dan titik terminalnya titik
P(x,y,z) maka disebut sebagai vektor posisi dari titik P, ditulis p = xi + yj + zk
yang besarnya adalah
86
P(x, y, z)
y
z
Secara analitis arah dari vektor ditunjukkan oleh besar sudut yang dibentuk
oleh ruas garis OP dengan sumbu-sumbu koordinat.
α, β, γ disebut sudut arah dari vektor OP.
cos α, cos β, cos γ disebut cosinus arah dari vektor OP
Dalam Alqur’an Surat Adz Dzariyaat: 56 berbunyi:
Artinya:
Dan Aku tidak ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah
kepada-Ku.
Dari ayat di atas dijelaskan bahwa jin dan manusia hidup di dunia
hanyalah untuk beribadah kepada Alloh. Ibadah dari setiap manusia dapat
digambarkan sebagai suatu vektor. Sebagaimana dijelaskan di atas, bahwa
vektor adalah suatu besaran yang mempunyai nilai dan arah, dan dapat
digambarkan sebagai ruas garis berarah. Titik awal dari vektor ibadah adalah niat
87
x
p = xi + yj + zk|p| =
kita untuk beribadah, seadngkan titik terminalnya adalah tujuan kita beribadah.
Besar dari vektor ibadah kita ditunjukkan oleh kesungguhan kita dalam
berikhtiar untuk mencapai tujuan dari ibadah.
Soal latihan.
1. Tentukan manakah dari besaran berikut yang termasuk besaran vektor
dan yang termasuk besaran skalar
a.Berat b. Panas c. Volume d. Jarak e. energi
f. kalori g. Momentum h. kerapatan i. Tinggi j. Panjang
k. entropi l. Usaha m. Suhu n. Muatan o. gaya
2. Sebuah pesawat terbang menempuh jarak 200km ke arah barat dan
kemudian 150 km dalam arah 60° di sebelah utara dari barat. Tentukan
pergesaran resultan
a. secara grafis
b. secara analitis
3. Carilah resultan dari perpindahan-perpindahan berikut: A. 20 km dalam
arah 30° di sebelah utara dari timur, B. 50 km ke arah barat, C. 30 km ke
arah 60° di sebelah selatan dari barat
4. Seorang yang berjalan ke arah selatan dengan laju 15 km/jam mengamati
bahwa angin kelihatannya bertiup dari arah barat. Dengan
menambahkan kecepatannya hingga 25 km/jam angin kelihatannya
bertiup dari arah barat daya. Carilah arah dan laju dari angin.
5. Dua buah kota A dan B terletak saling berhadapan di tepi sebuah sungai
yang lebarnya 8 km dan laju aliran sungainya 4 km/jam. Seorang yang
berdiam di A ingin mencapai kota C yang berada 6 km ke arah hulu
sungai pada tepi yang sama dengan kota B. Bila kapalnya dapat berlayar
dengan laju maksimum10 km/jam dan bila ia ingin mencapai C dalam
waktu yang sesingkat mungkin, maka dalam arah manakah harus ia
tempuh dan berapa lama perjalanannya?
88
D. Operasi Dasar Pada Vektor
Operasi-operasi penjumlahan, pengurangan, dan perkalian yang ada
pada aljabar bilangan skalar dapat diperluas dalam aljabar vektor.
1. Kesamaan 2 vektor
Dua buah vektor a dan b dikatakan sama jika keduanya memiliki besar dan arah
yang sama, dan ditulis a = b.
Error: Reference source not found
Jika diketahui a = a1 i + a2 j + a3 k dan b = b1 i + b2 j + b3 k , maka a = b jika dan
hanya jika a1 = b1, a2 = b2 , dan a3 = b3
Sebuah vektor yang arahnya berlawanan dengan vektor a, tetapi memiliki besar
yang sama dengan besar vektor a disebut negasi dari a, ditulis - a
Contoh.
1. Diketahui a = 2i + 6j – k, dan b = 2i + 6j – k, maka a = b
2. Jika diketahui a = 3i + (2a -3)j – 9k dan b = 3i + 5j -9k, maka tentukan konstanta
a demikian sehingga a = b
Jawab.
a = b maka 2a – 3 = 5
2a = 8
a = 4
Jadi diperoleh a = 4
2. Penjumlahan vektor
Jumlah atau resultan dari dua vektor a dan b adalah sebuah vektor c yang
dibentuk dengan menempatkan titik awal dari b pada titik terminal dari a dan
kemudian menghubungkan titik awal dari a dengan titik terminal dari b
Jumlah ini ditulis a + b = c
89
Error: Reference source not found
Sifat-sifat penjumlahan pada vektor.1. Sifat komutatif, a + b = b + a
Error: Reference source not found
Jika diketahui a = a1 i + a2 j + a3 k dan b = b1 i + b2 j + b3 k , maka
a + b = (a1 i + a2 j + a3 k) + (b1 i + b2 j + b3 k)
= (a1 + b1 ) i + (a2 + b2 ) j + (a3 + b3 ) k
= (b1 + a1) i + (b2 + a2)j + (b3 + a3) k
= b + a
2. Sifaf asosiatif. (a + b) + c = a + (b + c)
Error: Reference source not found
Jika diketahui a = a1 i + a2 j + a3 k , b = b1 i + b2 j + b3 k , dan c = c1i + c2j + c3 k maka
silahkan dibuktikan bahwa (a + b) + c = a + (b + c)
Contoh.
Diketahui a = 3i – 4j + 2k, b = 8i + j – k , c = i + 4j + 7k, maka
(a + b) + c = ((3i – 4j + 2k ) + (8i + j – k )) + (i + 4j + 7k)
= ((3 + 8)i + (-4 +1)j + (2 + (-1))k ) + (i + 4j + 7k)
= (11i + (-3)j + k ) + (i + 4j + 7k)
= (11+1)i + (-3 + 4)j +(1 + 7k
90
= (12i + j + 8k)
a + (b + c) = (3i – 4j + 2k ) + ((8i + j – k ) + (i + 4j + 7k))
= (3i – 4j + 2k ) + ((8 + 1)i + (1 + 4)j + (-1 + 7)k )
= (3i – 4j + 2k ) + (9i + 5j + 6k )
= (3 + 9)i + (– 4 + 5)j + (2 + 6)k
= (12i + j + 2k )
Dari perhitungan di atas tampak bahwa (a + b) + c = a + (b + c)
3.. Pengurangan vektor
Selisih dari dua vektor a dan b ditulis a – b adalah vektor c yang apabila
ditambahkan pada b menghasilkan vektor a. Secara ekuivalen dapat ditulis a – b
= a + (-b)
Pengurangan vektor tidak bersifat komutatif dan asosiatif
Error: Reference source not found
Contoh.
Diketahui a = 4i +3j + 5k, dan b = i + 6j – 3k
a – b = (4i +3j + 5k ) + (i + 6j – 3k)
= (4 – 1)i + (3 – 6)j + (5 – (– 3)k
= 3i - 3j + 8k
b – a = (i + 6j – 3k ) – (4i +3j + 5k )
= (1 – 4)i +(6 – 3)j + ((-3 + 5)k
= -3i +3j + 2k
Dari perhitungan di atas nampak bahwa a – b ≠ b – a
4. Perkalian vektor
91
Hasil kali vektor a dengan skalar m adalah sebuah vektor ma yang besarnya |m|
kali besar vektor a dan arahnya
• searah dengan a jika m > 0
• berlawanan arah dengan a jika m < 0
• tak tentu jika m = 0
Jika a dan b vektor, sedangkan m dan n skalar, maka berlaku
a. ma = am
b. m (na) = (mn) a
c. (m + n ) a = ma + na
d. m (a + b) = ma + mb
Contoh soal.
1. Ditentukan a = 3i -2j + k,
b = 2i -4j -3k,
c = i +2j + 2k
a, hitunglah p = 2a + 3b -5c
b. tentukan | p |
c. tentukan besar cosinus arah dari | p |
Jawab .
a. p = 2a + 3b -5c
= 2 (3i -2j + k ) + 3 (2i -4j -3k ) – 5 (i +2j + 2k )
= (6i – 4j + 2k) + (6i – 12j – 9k ) – (5i + 10j +10k)
= 7i -26j – 17k
92
Semua ibadah/amalan manusia yang baik digambarkan sebagai vektor
positif, sedangkan amalah yang buruk digambarkan sebagai negasi dari vektor
positif. Semua amalah kita dihitung dari titik O yaitu setelah seseorang akil baligh
dan berangkat dari titik awal yang sama yaitu niat beribadah, dan pada akhirnya
semua amalan kita akan menuju pada satu titik terminal yaitu surga. Tetapi
dalam perjalanan hidupnya terkadang kita lupa sehingga arah dari vektor kita
berlawanan dengan vektor yang menuju ke surga. Oleh karena itu ada manusia
yang bisa sampai tujuan atau titik terminal vektor ibadahnya yaitu surga, tapi
ada juga yang tidak sampai ke surga justru masuk ke neraka. Na’udzubillah.
Soal Latihan.
1. Ditentukan a = 3i -2j + k, b = 2i -4j -3k, dan c = i +2j + 2k
a. Tentukan vektor satuan yang searah dengan d = 2a – b + 2c
b. Jika e = 3i + 2j + 5k, maka tentukan konstanta p, q, dan r sehingga
2e = pa + qb + rc
2. Perlihatkan secara grafis bahwa – (a – b) = -a + b
3. Sederhanakan: 2a + b + 3c – {a – 2b – 2 (2a – 3b – c)}
4. Buktikan bahwa:
a. garis-garis berat sebuah segitiga saling berpotongan pada sebuah titik yang
sama yang mana adalah titik pembagi tiga garis-garis berat itu.
93
Neraka SurgaO
b. garis-garis bagi sebuah segitiga berpotongan pada sebuah titik yang sama.
5. Diketahui vertor a = 3i + j – 2k, b = - i + 3j + 4k, c = 4i – 2j – 6k
a. Buktikan bahwa ketiga vektor di atas membentuk sisi-sisi dari sebuah
segitiga
b. Carilah panjang dari garis-garis berat segitiga itu.
E.Hasil Kali titik
Definisi
Hasil kali titik atau skalar dari dua vektor a dan b ditulis a ◦ b didefinisikan
sebagai hasil kali antara besarnya vektor a dan b dan cosinus sudut θ antara
keduanya
Simbol
Hasil kali titik dari dua vektor adalah suatu skalar
Interpretasi geometris
Error: Reference source not found
Jika F adalah gaya yang bekerja pada suatu partikel sepanjang garis kerja searah
dengan F maka :
Usaha = besar gaya x panjang lintasan
Error: Reference source not found
94
Sifat-Sifat perkalian titik
a. a ◦ b = b ◦ a
b. a ◦ (b + c) = a ◦ b + a ◦ c
(a + b) ◦ c = a ◦ c + b ◦ c
c. jika m adalah skalar, maka
m(a ◦ b) = (ma) ◦ b = a ◦ (mb) = (a ◦ b)m
d. i ◦ i = j ◦ j = k ◦ k = 1
i ◦ j = j ◦ k = k ◦ i = 0
f. jika a dan b bukan vektor nol, dan a ◦ b = 0, maka a tegak lurus b
Contoh soal.
1. Tentukan nilai t sehingga a= 2i + tj + k dan b = 4i – 2j -2k tegak lurus
Jawab.
a dan b tegak lurus jika a ◦ b = 0
(2)(4) +(t)(-2) + (1)(-2) = 0
8 -2t -2 = 0
-2t = -6
t = 3
jadi t = 3
2. Diketahui titik A(1, 0, 1) dan B(4, 2, 3). Tentukan persamaan garis melalui titik
A dan B
Jawab.
Error: Reference source not found
Vektor posisi dari ketiga titik di atas adalah sebagai berikut.
a = i + k
95
b = 4i + 2j + 3k
p = xi + yj + zk
Karena ketiga titik A, P, dan B segaris maka dapat dibentuk persamaan berikut.
p – a = m ( b – a )
(xi + yj + zk ) – ( i + k ) = m [(4i + 2j + 3k) – (i + k)]
(x – 1) i + (yj) + (z – 1) k = m (3i + 2j + 2k)
= (3m)i + 2mj + 2 mk
Dari kesamaan 2 vektor didapat:
Didapat persamaan garis yang dicari, yaitu:
Soal Latihan.
1. Diketahui a = i + 3j – 2k, dan b = 4i – 2j + 4k
Carilah:
a. a ◦ b b. |3a + 2b| c. (2a + b) ◦ (a – 2b)
2. Tentukan sudut antara vektor a = 3i + 2j – 6k dan b = 4i – 3j + k
3. Tentukan nilai a demikian sehingga vektor a = ai – 2j + k dan b = 2ai + aj – 4k
saling tegak lurus
4.Tentukan proyeksi vektor
a. p = 2i – 3j + 6k pada vektor i + 2j + 2k
b. r = 4i – 3j + k pada garis yang melalui titik (2, 3, -1) dan (-2, -4, 3)
5. Diketahui titik A(3, 1,2) dan B(1, -2, -4). Tentukan persamaan bidang melalui B
dan tegak lurus AB
96
F. Hasil Kali silang
Definisi.
Hasil kali silang (cross product) dari 2 vektor a dan b ditulis a × b adalah sebuah
vektor c yang besarnya didefinisikan sebagai hasilkali antara besarnya a dan b
dan sinus sudut θ antara keduanya, dan arahnya tegak lurus pada bidang yang
memuat a dan b demikian sehingga a, b, dan c membentuk sebuah sistem
tangan kanan
Simbol.
a × b = |a |. |b | . sin θ. u, 0 ≤ θ ≤ π
dengan u adalah vektor satuan yang menunjukkan arah dari a × b
Error: Reference source not found
Interpretasi geometri
Error: Reference source not found
Luas jajargenjang = alas x tinggi
= | a |. |b| sin θ
= | a x b |
Jadi | a x b | menyatakan luas jajargenjang yang dibentuk oleh vektor a dan b.
97
Sifat-sifat perkalian silang
a. a x b = - b x a
b. a x (b + c) = a x b + a x c
(a + b) x c = a x c + b x c
c. jika m suatu skalar, maka
m(a x b) = (ma) x b = a x (mb) = (a x b)m
d. i x i = j x j = k x k = 0
i x j = k, j x k = i, k x i = j
f. jika a dan b bukan vektor nol, dan a x b = 0, maka a sejajar b.
g. besar dari a x b menyatakan luas jajargenjang dengan sisi a dan b.
Contoh soal.
1.Diketahui titik A(0,0,1), B(1, -2, 3), dan C(4, 2, 0). Tentukan luas segitiga ABC.
Jawab.
Error: Reference source not found
Vektor posisi dari titik A, B, C adalah sebagai berikut.
98
Luas segitiga ABC sama dengan setengah luas jajargenjang
Jadi Luas segitiga ABC = ½ √185
Ada tertulis dalam hadis bahwa orang yang paling baik adalah orang yang paling
banyak berguna bagi orang lain, yaitu orang yang dapat mengamalkan ilmu yang
dimilikinya untuk kepentingan orang banyak. Kita harus dapat mengamalkan apa
yang kita ketahui untuk orang lain. Analisis vektor dapat juga diterapkan dalam
disiplin ilmu lain, misalnya pada geometri, fisika, dan lain-lain.
Soal Latihan
1. Diketahui a = 3i – j – 2k dan b = 2i + 3j + k
Carilah: a. a x b
b. | a x b|
c. (a + 2b) x (2a – b)
d. (a + b) x (a – b)
2. Tentukan Luas jajargenjang yang memiliki diagonal-diagonal vektor a = 3i + j –
2k dan b = i – 3j + 4k
3. Tentukan luas segitiga yang titik-titik sudutnya pada A(3, -1, 2), B(1, -1, -3),
C(4, -3, 1)
99
4. Tentukan jarak dari titik P(1,1,1) ke garis yang melalui titik A(0, 4, 3) dan
B(4, 1, 0)
Hasil kali titik dan silang dari 3 buah vektor a, b, dan c, diantaranya:
a ◦ (b x c) tripel skalar product
a x (b x c) tripel vektor product
Sifat-sifat.
a. a ◦ (b x c ) = b ◦ (c x a ) = c ◦ (a x b )
b. a x (b x c ) ≠ (a x b ) x c
Interpretasi geometris.
Error: Reference source not found
100
Perhatikan paralel epipidum di atas yang dibentuk oleh vektor a, b, dan c.
Alas dibentuk oleh vektor b dan c, tinggi t = | a | cos α sehingga luas alasnya = |
b x c |
Isi ppd = luas alas x tinggi
= | b x c | .| a | cos α
= | a |. | b x c | cos α
= a ◦ (b x c)
Jika a ◦ (b x c) = 0, maka isi ppd = 0 sehingga α = π/2.
Jadi a, b, dan c terletak sebidang / koplanar
(Buktikan)
Contoh soal.
1.Diketahui titik A(0, 1, 5), B(4, 2, 3), dan C(1, 4, 2).
Hitunglah :
a. Isi paralel epipidum OABC
b. Jarak titik A ke bidang OBC
c. Persamaan bidang melalui titik A, B, dan C.
Jawab.
a.
Error: Reference source not found
Ppd dibentuk oleh vektor
dengan a = 0i + j + k = j + k
b = 4i +2 j + 3k
101
c = 1i + 4j + 2k
b. Jarak titik A ke bidang OBC adalah t dengan
c. Persamaan bidang melalui A, B, C.
102
Error: Reference source not found
Soal Latihan.
1.Diketahui a = i -2j – 3k, b = 2i + j – k dan c = i + 3j – 2k
Carilah: a. a ◦ (b x c)
b. (a x b) ◦ c
c. | a ◦ (b x c)|
d. |(a x b) ◦ c|
e. a x b x c
2. Carilah volum paralelepipidum yang sisi-sisinya dinyatakan oleh vektor a = 2i –
3j + 4k, b = i + 2j – k, c = 3i – j + 2k
3. Tentukan konstanta p demikian sehingga vektor p = 2i – j + k, q = i + 2j – 3k,
dan r = 3i + pj + 5k koplanar.
103
4. Diketahui titik A(3, -2, -1), B(1, 3, 4), dan C(2, 1, -2).
a. Tentukan jarak titik A ke bidang OBC
b. Tentukan persamaan bidang melalui titik A, B, dan C
DAFTAR PUSTAKA
Kanginan,M. 2008. Matematika SMA Kelas 1,2, dan 3. Grafindo. Jakarta.
May, O. K. 1962. Elements of Modern Mathematics. London. Addison Wesley.
Ruseffendi, E.T. 2005. Dasar-dasar Matematika Modern untuk Guru. Tarsito. Bandung.
Noormandiri, B.K., Endar Sucipto. 2008. Matematika untuk SMU Kelas XI Program Ilmu Pengetahuan Alam. Erlangga. Jakarta.
Sartono Wirodikromo. 2008. Matematika Untuk SMA kelas X. Erlangga. Jakarta.
Sartono Wirodikromo. 2008. Matematika untuk SMA Kelas XI Program Ilmu Alam. Erlangga. Jakarta.
104
105