PENENTUAN KADAR α-TOKOFEROL DAN UJI AKTIVITAS …
Transcript of PENENTUAN KADAR α-TOKOFEROL DAN UJI AKTIVITAS …
i
PENENTUAN KADAR α-TOKOFEROL DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN BIJI PANGI (Pangium edule Reinw)
HASIL OLAHAN TRADISIONAL ETNIS BUGIS DAN TORAJA
DETERMINATION α-TOCOPHEROL AND ANTIOXIDANT ACTIVITY OF PANGI (Pangium edule Reinw) SEEDS BY
TRADITIONAL PROCESSED PRODUCT OF BUGINESE AND TORAJANESE
RAYMOND ARIEF N. NOENA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
ii
PENENTUAN KADAR α-TOKOFEROL DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN BIJI PANGI (Pangium edule Reinw)
HASIL OLAHAN TRADISIONAL ETNIS BUGIS DAN TORAJA
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Magister
Program Studi
Farmasi – Herbal Medicine
Disusun dan diajukan oleh
RAYMOND ARIEF N. NOENA
Kepada
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
iii
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Raymond Arief N. Noena
Nomor Mahasiswa : P2501215001
Program studi : Farmasi – Herbal Medicine
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini
benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan
pengambilan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari
terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini
hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut.
Makassar, 19 Oktober 2017
Yang menyatakan
Raymond Arief N. Noena
v
PRAKATA
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas
segala rahmat, taufik dan hidayahNya hingga penulis dapat merampungkan
penelitian dan penyusunan tesis ini.
Penulis menyadari bahwa terdapat banyak hambatan, rintangan dan
tantangan dalam penyelesaian penelitian dan penyusunan tesis ini namun
dengan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya tesis ini dapat
terselesaikan. Penghargaan setinggi-tingginya penulis haturkan kepada
ayahanda tercinta Arief N.Noena dan ibunda Sartje Nur yang senantiasa
mendoakan dan mendukung penulis dalam studi ini dan juga kepada isteri
tercinta Nurul Hidayah Base yang selalu hadir memberi semangat dan setia
mendampingi dalam suka dan duka.
Penulis menghaturkan terima kasih dan penghargaan setinggi-
tingginya kepada yang terhormat Ibu Dr. Mufidah, S.Si, M.Si, Apt dan Ibu
Dr. Risfah Yulianty, M.Si, Apt selaku komisi penasehat atas segala
bimbingan, saran dan motivasi yang tak terbatas kepada penulis selama
penelitian hingga tesis ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini pula
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Gemini Alam, M.Si, Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Hasanuddin dan sekaligus sebagai komisi penguji.
vi
2. Ibu Dr. Hj. Latifah Rahman, DESS, Apt selaku Ketua Program Studi
Magister Farmasi Universitas Hasanuddin dan sekaligus sebagai
komisi penguji atas masukan dan saran yang telah diberikan demi
kesempurnaan tesis ini
3. Bapak Dr. Muhammad Aswad, M.Si, Ph.D selaku komisi penguji atas
kritik dan saran yang telah diberikan hingga akhir ujian tesis ini
4. Dr. H. Muhammad Guntur, M.Kes, Apt selaku Kepala Balai Besar
Pengawas Obat dan Makanan Provinsi Sulawesi Selatan beserta
segenap staf atas kesediaannya memfasilitasi pelaksanaan pengujian
pada Laboratorium Obat Tradisional BBPOM Makassar.
5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu atas
segala bantuan, dukungan, kebaikan dan keikhlasan yang telah
diberikan kepada penulis hingga penelitian dan studi ini dapat
terselesaikan dengan baik
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan
sehingga kiritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa diharapkan
demi terciptanya dokumen yang lebih bermutu. Semoga tesis ini
bermanfaat dan dapat menjadi referensi bagi pengembangan ilmu farmasi.
Makassar, Oktober 2017
Raymond Arief N.Noena
vii
ABSTRAK
RAYMOND ARIEF N. NOENA. Penentuan Kadar α-Tokoferol dan Uji Aktivitas Antioksidan Biji Pangi (Pangium edule Reinw) Hasil Olahan Tradisional Etnis Bugis Dan Toraja (dibimbing oleh Mufidah dan Risfah Yulianty).
Biji Pangi (Pangium edule Reinw) di Sulawesi Selatan dapat ditemukan dalam beberapa bentuk hasil olahan yaitu keluwak (olahan Bugis) dan serbuk pangi/pammarasan (olahan Toraja). Biji buah pangi diketahui memiliki potensi sebagai sumber antioksidan alamiah. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kadar α−tokoferol dan aktivitas antioksidan biji pangi yang dibuat dari hasil olahan tradisional Bugis dan Toraja. Parameter pengujian meliputi penentuan kadar α−tokoferol dalam ekstrak n-heksan keluwak dan pammarasan kering dengan metode HPLC-UV, penentuan kadar fenolik dan flavonoid total serta uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH Radical Scavenging Agent (DPPH-RSA) dan β-Carotene Linoleic Acid Bleaching (BCB). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar α−tokoferol dalam ekstrak n-heksan keluwak dan pammarasan kering masing-masing sebesar 11,96%b/b dan 7,68 %b/b, fenolik total ekstrak etanol keluwak sebesar 27,33%b/b ekuivalen asam galat dan flavonoid total sebesar 5.93% b/b ekuivalen quersetin. Ekstrak etanol pammarasan kering menunjukkan potensi aktivitas antioksidan pada kedua metode pengujian dengan nilai IC50 89.46 μg/ml dan 143.77 μg/ml. Penelitian ini menyimpulkan bahwa olahan tradisional biji pangi Bugis dan Toraja memiliki aktivitas antioksidan (P<0,05).
Kata kunci : Pangium edule Reinw, antioksidan, α−tokoferol, biji pangi, BCB, DPPH, IC50 , keluwak, pammarasan
viii
ABSTRACT
RAYMOND ARIEF N. NOENA. Determination α-Tocopherol and
Antioxidant Activity Of Pangi (Pangium Edule Reinw) Seeds By Traditional
Processed Product Of Buginese And Torajanese (Supervised by Mufidah
and Risfah Yulianty)
Pangi (Pangium edule Reinw) in South of Sulawesi can be found in
several processed products namely keluwak (processed by Buginese) and
pangi powder/pammarasan (processed by Torajanese). Pangi seeds are
known to have potential as a source of natural antioxidants. This study aims
to determine the levels of α−tocopherol and the antioxidant activity of pangi
seed are made from traditional product processed by Buginese and
Torajanese. Parameter testing includes determination of α−tocopherol in
both of n-hexane extract of keluwak and dry pammarasan by HPLC-UV
method, determination of total phenolic and flavonoid and antioxidant
activity assay by DPPH Radical Scavenging Agent (DPPH-RSA) and
β−Caroten Linoleic Acid Bleaching (BCB). Research result showed that
concentration of α−tocopherol in n-hexane extract of keluwak and dry
pammarasan were 11,96 and 7,68 %w/w, total phenolic of ethanol extract
from keluwak about 27.33% w/w as gallic acid equivalent and total flavonoid
5.93% w/w as quercetin equivalent. Ethanol extract of pammarasan showed
the most potent antioxidant activity in both methods (IC50 value 89.46 μg/ml
and 143.77 μg/ml). This study concluded that traditionally processed of
pangi seeds of both Buginese and Torajanese have antioxidant activity
(P<0,05)
Keyword : Pangium edule Reinw,antioxidant, α−tocopherol, pangi seed, BCB, DPPH, IC50 value, keluwak, pammarasan
ix
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA v
ABSTRAK vii
ABSTRACT viii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
DAFTAR SINGKATAN xv
I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penelitian 4
D. Manfaat Penelitian 4
II. TINJAUAN PUSTAKA 5
A. Uraian Tumbuhan Pangi (Pangium edule Reinw) 5
B. Vitamin E 9
C. Antioksidan 13
D. Uji Aktivitas Antioksidan 16
E. Penentuan Fenolik Total 19
F. Penentuan Flavonoid Total 20
x
G. Metode HPLC 23
H Kerangka Teori 26
I. Kerangka Konsep 27
J. Hipotesa 28
III. METODE PENELITIAN 29
A. Rancangan Penelitian 29
B. Lokasi dan Waktu 29
C. Alat dan Bahan 29
D. Metode Kerja 30
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 39
V. PENUTUP 51
A. Kesimpulan 51
B. Saran 52
DAFTAR PUSTAKA 53
LAMPIRAN 58
xi
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Karakteristik absorbansi UV dan Floresensi Vitamin E 25
2. Hasil Analisis Data Kadar Air, Fenolik dan Falvonoid Total dan Aktivitas antioksidan metode DPPH dan BCB
41
3 Spesifikasi sistem HPLC yang digunakan dalam penetapan kadar vitamin E total
46
xii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Tumbuhan Pangi (Pangium edule Reinw) 7
2. Buah pangi 8
3. Struktur isomer tokoferol dan tokotrienol ; bentuk α (5,7,8-trimethyltocol), β (5,8 -dimethyltocol), ɣ (7,8-dimethyltocol), δ (8-methyltocol)
11
4 Analisis tokoferol dan tokokromanol dengan instrumen HPLC C18-reverse phase pada (a) ekstrak biji kedelai (b) biji bunga matahari, (c) biji beras dan (d) endosperm kelapa
12
5. Reaksi Radikal DPPH dengan Antioksidan 17
6. Reaksi Fenol dengan pereaksi Folin- Ciocalteu 20
7. Kerangka C6 – C3 – C6 Flavonoid 21
8. Pembentukan senyawa kompleks quersetin-alumunium klorida
22
9. Kadar fenolik dan flavonoid total ekstrak etanol biji pangi mentah dan olahan
42
10. Nilai IC50 sampel dengan metode DPPH 44
11. Nilai IC50 sampel dengan metode BCB 45
12. Kromatogram hasil analisa kandungan α-tokoferol pada sampel ekstrak n-heksan keluwak Bugis dengan instrumen HPLC-UV pada panjang gelombang 292 nm
48
13 Kromatogram hasil analisa kandungan α-tokoferol pada sampel ekstrak n-heksan pangi kering Toraja dengan instrument HPLC-UV pada panjang gelombang 292 nm
49
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Skema Kerja Penelitian 58
2. Skema Pengujian Kadar Air dengan Metode Thermogravimetri
59
3. Skema Pengujian Kadar Fenolik Total dengan Metode Folin Ciocalteu
60
4. Skema Pengujian Kadar Flavonoid Total 62
5. Skema Pengujian Antioksidan Dengan Metode DPPH
64
6. Skema Pengujian Antioksidan Dengan Metode β-Carotene Linoleic Acid Bleaching
65
7. Skema Analisis Kandungan Vitamin E Dengan Metode HPLC
66
8. Perhitungan Kadar Air 67
9. Perhitungan Nilai Rendemen 69
10. Hasil Analisis Kadar Fenolik Total 72
11. Hasil Analisis Kadar Flavonoid Total 76
12. Uji Antioksidan dengan Metode DPPH 80
13. Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode β-Carotene Linoleic Acid Bleaching (BCB)
90
14. Hasil Analisis Kadar Vitamin E dengan Metode HPLC 98
15. Analisis Statistik Pengaruh Olahan Biji Pangi Terhadap Kadar Fenolik Total
102
16 Analisis Statistik Pengaruh Olahan Biji Pangi Terhadap Kadar Flavonoid Total
105
17. Analisis Statistik Pengaruh Daerah Terhadap Aktivitas Antioksidan
108
xiv
18 Analisis Statistik Pengaruh Olahan Biji Pangi Terhadap Aktivitas Antioksidan
109
19. Gambar Sampel Penelitian 119
20 Gambar Uji Aktivitas Antioksidan 120
21 Gambar Pengukuran Fenolik Total 121
22 Gambar Alat-alat Penelitian 122
23 Gambar Determinasi Tumbuhan Pangi 123
24 Hasil Determinasi Tumbuhan Pangi 124
25 Sertifikat Pengujian Baku Standar α-Tokoferol 125
xv
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN
Lambang/singkatan Arti dan Keterangan
%b/b Persen bobot per bobot , menyatakan jumlah gram zat dalam 100 gram sampel /campuran.
µg mikrogram
BCB β-Carotene Linoleic Acid Bleaching
DPPH 1,1- diphenyl-2-picrylhydrazyl
GAE Gallic Acid Equivalen, ekuivalen asam galat
HPLC High Performance Liquid Chromatography, kromatografi cair kinerja tinggi
IC50 Konsentrasi untuk menghambat 50 % radikal bebas
KL Sampel keluwak Bugis
nm Satuan nano meter
ppm Part per Million, bagian per juta
PBM Sampel biji pangi mentah Bugis
PBS Sampel pangi basah Toraja
PKR Sampel pangi kering Toraja
PTM Sampel biji pangi mentah Toraja
QE Quersetin Equivalen, ekuivalen kuersetin
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumbuhan pangi (Pangium edule Reinw) merupakan tumbuhan
vegetasi Indonesia yang memiliki banyak kegunaan dan telah dimanfaatkan
secara luas oleh masyarakat terutama di Sulawesi Selatan oleh etnis Bugis
dan Toraja yang mengolah buah pangi ini menjadi bumbu dan masakan.
Etnis Bugis mengolah biji buah pangi secara tradisional dengan cara
memeram biji di bawah tanah selama 40 hari yang disebut keluwak dan
digunakan sebagai bumbu masakan. Sebagian kecil masyarakat Bugis
terutama di kabupaten Soppeng juga memanfaatkan daun pangi segar
sebagai pembungkus ikan untuk menjaga kesegaran ikan agar bertahan
antara 1-2 hari selama masa penyimpanan (Tahir, 2017).
Etnis Toraja mengolah kulit bagian dalam buah pangi yang berwarna
putih dengan cara diiris tipis-tipis, dijemur sampai kering dan dikonsumsi
sebagai makanan yang disebut kuli' pangi sedangkan salut biji diolah
dengan cara dikeringkan yang disebut kaloko. Biji yang sudah terlepas dari
kaloko mempunyai tempurung yang sangat keras. Di dalam biji inilah
terdapat daging biji berwarna putih (endospem) yang dijadikan
pammarasan. Pammarasan merupakan serbuk biji pangi yang diolah
secara tradisonal dengan cara pengeringan. Bentuknya berupa serbuk
2
pangi kering dan pangi basah yang berbentuk bulat seperti bola
(Oktavin, 2017).
Seluruh bagian tumbuhan pangi mengandung asam sianida dengan
kadar 350 gram per pohonnya (Heyne, 1987) sehingga secara tradisional
banyak dimanfaatkan sebagai pengawet bahan makanan terutama untuk
daging ikan. Ekstrak metanol daun pangi dengan konsentrasi 6,25%
menunjukkan aktivitas menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk
daging yaitu Bacillus cereus dan Salmonella typhimurium sedangkan
ekstrak aseton biji buah pangi memiliki aktivitas antioksidan dengan
kandungan senyawa fenol sebesar 22,22 mgGAE/gram dan menghambat
pertumbuhan bakteri Salmonella typhimurium dan Listeria monocytogenes
(Suhardi, 2009; Chye et al, 2009).
Biji pangi mengandung senyawa antioksidan dan asam lemak tak
jenuh. Menurut Fardiaz (1992) bahwa ekstrak metanol biji pangi yang
sudah difermentasi mempunyai aktivitas antioksidan yang lebih tinggi
daripada ekstrak metanol dari biji pangi segar. Senyawa antioksidan dalam
biji pangi bersifat nonpolar, berasal dari senyawa tokokromanol yaitu
α-, γ- dan δ-tokotrienol, dengan senyawa dominan ialah δ-tokotrienol
sedangkan yang relatif polarnya adalah asam karboksilat dan gula, yang
merupakan glikon senyawa fenolik konjugat. Senyawa fenolik konjugat ini
menurun selama tahap awal germinasi namun setelah hipokotil mensintesis
klorofil, senyawa ini kembali meningkat dan bersamaan dengan itu senyawa
tokoferol disintesis (Andarwulan et al. 1999). Biji pangi juga dapat dipakai
3
sebagai bahan baku pembuatan minyak goreng alternatif karena
mengandung asam lemak linoleat dan oleat yang cukup tinggi
(Taufik, 2000). Proses pengolahan tradisional biji pangi yang berbeda
diduga akan mempengaruhi kandungan zat aktif yang terdapat di dalamnya
sebagaimana perubahan zat aktif dan aktivitas antioksidan yang telah
dilaporkan oleh Fardiaz dan Andarwulan (1999).
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penelitian dilakukan untuk
menentukan kadar α-tokoferol, fenolik dan flavonoid total dan menguji
aktivitas antioksidan ekstrak biji pangi (Pangium edule Reinw) hasil olahan
tradisional etnis Bugis dan Toraja.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan yang timbul
adalah :
1. Seberapa besar kadar α-tokoferol, fenolik total dan flavonoid total dari
ekstrak n-heksan dan ekstrak etanol biji pangi hasil olahan tradisional
etnis Bugis dan Toraja ?
2. Seberapa besar aktivitas antioksidan ekstrak n-heksan dan ekstrak
etanol biji pangi hasil olahan tradisional etnis Bugis dan Toraja ?
4
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Menentukan kadar α-tokoferol ekstrak n-heksan biji pangi dan kadar
fenolik total dan flavonoid total dari ekstrak etanol biji pangi hasil olahan
tradisional etnis Bugis dan Toraja
2. Menentukan aktivitas antioksidan ekstrak n-heksan dan ekstrak etanol
biji pangi hasil olahan tradisional etnis Bugis dan Toraja
D. Manfaat Penelitian
Memberikan informasi bagi masyarakat tentang potensi biji pangi
(Pangium edule Reinw) sebagai sumber antioksidan yang dapat
dikembangkan sebagai sediaan farmasi yang berguna dalam bidang
pengobatan serta menjadikan olahan biji pangi sebagai komoditi yang
bernilai ekonomis bagi daerah dan masyarakat.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Uraian Tumbuhan Pangi (Pangium edule Reinw)
1. Klasifikasi Tumbuhan
Pangi (Pangium edule Reinw) di klasifikasikan sebagai berikut
(ITIS, 2011) :
Kerajaan : Plantae
Sub kerajaan : Viridiplantae
Superdivisi : Embryophyta
Divisi : Tracheophyta
Anak divisi : Spermatophytina
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Malpighiales
Suku : Achariaceae
Marga : Pangium
Jenis : Pangium edule REINW
2. Nama daerah
Tumbuhan pangi memiliki banyak nama daerah antara lain : pucung
(Jakarta), kluwak (Jawa), pakem (Bali, Jawa, Kalimantan), pacung, picung
(Sunda), gempani atau hapesong (Toba), kayu tuba buah (Lampung), jeho
6
(Enggano), kapenceung, kapecong, simaung (Minangkabau), kuam
(Kalimantan), pangi (Minahasa, Ambon), kalowa, kalowa’ (Sumbawa,
Makasar), ngafu (Tanimbar), calli, lioja (Seram), kapait (Buru, Aru), awaran
(Manokwari), kepayang (Malaysia) dan football fruit (Inggris) (Heyne, 1987).
3. Penyebaran
Tumbuhan pangi tersebar di kawasan Micronesia, Melanesia, dan
Asia Tenggara termasuk Indonesia terutama di Jawa Barat, Jawa Timur,
Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Sumatera Barat (Hanum, 1996)
4. Morfologi Tumbuhan Pangi
Tumbuhan pangi ini berupa pohon yang memiliki ukuran besar
dengan tinggi pohonnya mencapai 8 - 40 m dengan diameter batang pohon
berkisar 100 cm - 2,5 m. Ranting muda berambut coklat rapat dengan daun
terkumpul pada ujung ranting, bertangkai panjang, helaian daun pada
pohon muda berlekuk 3 sedangkan pada pohon pangi yang sudah tua
berbentuk bulat telur melebar dengan pangkal yang terpancung atau bentuk
jantung, meruncing. Permukaan daun tanaman pangi pada bagian atas licin
berwarna hijau tua mengkilap, pada permukaan bawahnya berambut coklat
dan tersusun rapat dengan tulang daun menonjol. Bunga tanaman pangi
berwarna coklat kehijauan, tumbuh pada ketiak daun atau hampir di setiap
ujung ranting. Bunga kebanyakan berkelamin tunggal. Bunga jantan
tersusun dalam tandan sedangkan bunga betina soliter, kadang-kadang
7
dalam tandan. Anak tangkai dan kelopak berambut coklat, tinggi kelopak
1-2 cm dan daun mahkota berjumlah 5 – 8 helaian berbentuk oval
memanjang berwarna hijau muda (Hanum, 1996).
Buah tanaman pangi berupa buah buni berbentuk bulat seperti telur
atau lonjong, kulit buah pangi yang telah tua berwarna coklat dengan
permukaan kasar. Diameter buah pangi berkisar antara 10 - 25 cm. Daging
buah pangi berwarna kuning pucat, lunak dan dapat dimakan. Tiap buah
pangi berisi sampai 18 biji atau lebih. Pada bagian kulit biji keluwak ini
sangat tebal dan keras. Habitat keluwak pada daerah dengan ketinggian
antara 10 - 1.000 m dari permukaan air laut (Lim, 2013).
Gambar 1. Tumbuhan Pangi (Pangium edule Reinw)(koleksi pribadi, 2017)
8
5. Kandungan Gizi dan Kimia
Komposisi gizi inti biji pangi untuk 100 gram bagian yang dapat
dimakan meliputi air 57,7%, energi 227 kkal, protein 7,3%, lemak 20,2%,
karbohidrat 4,1%, serat kasar (fiber) 9,6%, abu 1,1%, fosfor 30 mg, kalium
401 mg, kalsium 42 mg, magnesium 97 mg, besi 2,1 mg, mangan 47 ppm,
tembaga 3,4 ppm, seng 14 ppm dan vitamin C 19 mg (Boon et al., 1999).
Biji mengandung glikosida sianogenik, alkaloid, flavonoid, steroid, saponin
dan tanin. Kandungan kimia lainnya adalah asam palmitat, asam linoleat,
asam linoelaidat (Lim et al., 2013). Pada biji pangi yang telah terfermentasi
diketahui mengandung antioksidan bersifat polar yang diduga sebagai
senyawa 1-p-hidroksifenil-7aminoheptana (Kasim and David, 2013).
Senyawa antioksidan non polar yang ditemukan antara lain adalah α-, ɣ-
dan δ-tokotrienol sedangkan yang relatif polarnya adalah asam karboksilat
dan gula, yang merupakan glikon senyawa fenolik konjugat
(Andarwulan et al., 1999).
Gambar 2. Buah pangi (Koleksi pribadi, 2017)
9
6. Kegunaan
Ekstrak fenolik biji pangi diketahui mempunyai aktivitas menghambat
pertumbuhan bakteri Listeria monocytogenes dan Salmonella typhimurium.
Ekstrak aseton biji pangi juga menunjukkan potensi sebagai antioksidan
berdasarkan pengujian menggunakan metode DPPH dan β-Carotene
Linoleic Bleaching Assay (Chye et al, 2009). Infusa daun pangi juga
diketahui memiliki pengaruh terhadap penurunan kadar kolesterol darah
pada tikus putih jantan galur wistar (Mandey and Bodhi, 2014). Tanaman ini
dapat digunakan sebagai antiseptik, pencegah parasit dan pemusnah hama
yang mujarab (Heyne, 1987). Ekstrak metanol biji pangi dan daun pangi
yang mengandung senyawa asam sianida, flavonoid dan saponin
menunjukkan potensi sebagai insektisida pada hama tanaman dengan
tingkat mortalitas hingga 75% (Wiryadiputra et al., 2014).
B. Vitamin E
Vitamin E adalah istilah kolektif untuk senyawa tokoferol dan
tokotrienol. Vitamin E pertama kali ditemukan dalam bentuk α-tokoferol
pada tahun 1922 oleh Herbert Evans. Senyawa α-tokoferol ini pertama kali
diisolasi dari minyak gandum dan rumus kimia C29H50O, lalu pada tahun
berikutnya berhasil diisolasi β dan ɣ-tokoferol. Diketahui bahwa α-tokoferol
memiliki biologis yang lebih tinggi aktivitas dari β- dan ɣ -tokoferol. Pada
tahun 1947 berhasil diisolasi senyawa δ-tokoferol dari minyak kedelai.
10
Senyawa tokotrienol pertama yang diidentifikasi sebagai α -, β –tokotrienol
sedangkan ɣ- dan δ-tokotrienol diidentifikasi dari minyak sawit
(Seppanen et al., 2010). Molekul tokoferol dan tokotrienol juga disebut
sebagai tokokromanol yang terdiri dari cincin kromanol yang terikat pada
rantai isoprenoid yang bersifat hidrofobik. Rantai tokoferol adalah alifatik
jenuh sedangkan rantai samping tokotrienol berisi tiga ikatan ganda trans.
Terdapat empat bentuk isomer tokoferol dan tokotrienol yaitu bentuk
α (alfa), β (beta), ɣ (gamma) dan δ (delta). Isomer tersebut dibedakan
berdasarkan kedudukan gugus metil pada cincin kromanol. Bentuk
α-tokotrienol dan tokoferol memiliki tiga gugus metil sedangkan bentuk β,ɣ
memiliki dua gugus metil dan bentuk δ memiliki satu gugus metil.
Perbedaan struktur ini mempengaruhi tingkat aktivitasnya secara biologik
(Colombo, 2010).
Semua tokoferol dan tokotrienol merupakan antioksidan potensial
dengan mekanisme kerja penangkapan radikal bebas. Hanya saja sampai
saat ini, sebagian besar penelitian tentang vitamin E terutama difokuskan
pada α-tokoferol karena senyawa ini adalah bentuk dominan vitamin E
pada jaringan. Suatu mekanisme aksi vitamin E terdiri dari donasi atom
hidrogen fenolik ke radikal peroksil dan mengubahnya menjadi
hidroperoksida. Senyawa radikal tokoferoksil yang dihasilkan ini menjadi
lebih stabil sehingga tidak dapat melanjutkan siklus peroksidasinya
(Jiménez et al.,2016).
11
Gambar 3. Struktur isomer tokoferol dan tokotrienol ; bentuk α (5,7,8-trimethyltocol), β (5,8 -dimethyltocol), ɣ (7,8-dimethyltocol),δ (8-methyltocol) (Hunter and Cahoon, 2007).
Tokoferol terdapat secara luas pada tanaman namun bentuk
tokoferol ini sering berbeda dalam daun dan biji dari spesies tanaman yang
sama, seperti biji kedelai yang mengandung lebih banyak ɣ -tokoferol
daripada jumlah α- tokoferol dan δ-tokoferol. Tokotrienol dapat ditemukan
dalam biji tanaman dikotil, termasuk tanaman keluarga Apiaceae (dan juga
terdapat pada endosperm biji monokotil, penting seperti gandum, beras,
dan barley (Gambar. 4). (Hunter & Cahoon, 2007).
Tokotrienol Tokoferol
12
Gambar 4. Analisis tokoferol dan tokokromanol dengan instrumen HPLCC18-reverse phase pada (a) ekstrak biji kedelai (b) biji bungamatahari, (c) biji beras dan (d) endosperm kelapa(Hunter & Cahoon, 2007).
Tokotrienol diketahui memiliki aktivitas neuroprotektif, antioksidan,
anti-kanker dan dapat menurunkan kolesterol dengan sifat kerja yang
berbeda dari sifat-sifat tokoferol. Jumlah mikromolar dari tokotrienol
menekan aktivitas enzim HMG-CoA reduktase, yang bertanggung jawab
untuk sintesis kolesterol. Tokotrienol diperkirakan memiliki sifat antioksidan
yang lebih manjur dari α-tokoferol. Sisi tak jenuh rantai tokotrienol
memungkinkan untuk penetrasi lebih efisien ke dalam jaringan yang
memiliki lapisan lemak jenuh seperti otak dan hati (Ahsan et al., 2014)
13
C. Antioksidan
Antioksidan merupakan senyawa yang terdapat secara alami dalam
bahan pangan. Senyawa ini berfungsi untuk melindungi bahan pangan dari
kerusakan yang disebabkan terjadinya reaksi oksidasi lemak atau minyak
yang sehingga bahan pangan yang berasa dan beraroma tengik
(Andarwulan et al.,1999). Antioksidan merupakan agen yang dapat
membatasi efek dari reaksi oksidasi dalam tubuh. Secara langsung efek
yang diberikan oleh antioksidan dalam tubuh yaitu dengan mereduksi
radikal bebas dalam tubuh dan secara tidak langsung yaitu dengan
mencegah terjadinya pembentukan radikal. Antioksidan bekerja dengan
cara mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan
sehingga aktivitas senyawa oksidan tersebut dapat dihambat
(Wildman, 2001).
Antioksidan diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar
berdasarkan kelarutannya yaitu antioksidan larut air seperti asam askorbat,
glutathione,asam lipoat dan asam urat dan antioksidan larut lemak seperti
karoten dan ubiquinol. Secara umum, antioksidan yang larut dalam air
bereaksi dengan oksidan dalam sel sitosol dan plasma darah, sementara
antioksidan larut lipid melindungi sel membran dari lipid per oksidasi
(Mishra, 2011). Antioksidan juga dapat dikelompokkan berdasarkan
jenisnya yaitu : Antioksidan Enzimatis dan Antioksidan non Enzimatis
(Winarsih, 2007).
14
A. Antioksidan enzimatis:
Golongan ini merupakan antioksidan endogenus atau biasa juga
disebut sebagai antioksidan primer, yang termasuk di dalamnya adalah
enzim superoksida dismutase (SOD), katalase, glutation peroksidase
(GSH-PX), serta glutation reduktase (GSHR). Antioksidan ini bekerja untuk
mencegah pembentukan senyawa radikal baru, yaitu mengubah radikal
bebas yang ada menjadi molekul yang berkurang dampak negatifnya
sebelum senyawa radikal bebas bereaksi. Antioksidan bekerja melalui
mekanisme pemutusan rantai reaksi radikal dengan mendonorkan atom
hidrogen secara cepat pada suatu lipid yang radikal, produk yang dihasilkan
lebih stabil dari produk awal. Antioksidan golongan enzim ini adalah
antioksidan yang sifatnya sebagai pemutus reaksi berantai (chain-breaking
antioxidant) yang bisa bereaksi dengan radikal-radikal lipid dan
mengubahnya menjadi produk-produk yang lebih stabil
B. Antioksidan Non-Enzimatis
Antioksidan ini disebut juga sebagai antioksidan eksogenus atau
antioksidan sekunder. Antioksidan ini bekerja dengan cara mengkelat
logam yang bertindak sebagai pro-oksidan, menangkap radikal dan
mencegah terjadinya reaksi berantai. Antioksidan sekunder berperan
sebagai pengikat ion-ion logam, penangkap oksigen, pengurai
hidroperoksida menjadi senyawa non radikal, penyerap radiasi UV atau
deaktivasi singlet oksigen. Lipida pangan umumnya mengandung ion-ion
logam dalam jumlah sangat kecil yang mungkin berasal dari enzim-enzim
15
yang diaktifkan oleh logam, berasal dari peralatan pemurnian minyak atau
berasal dari proses hidrogenasi. Logam-logam berat khususnya yang
bervalensi dua atau lebih dengan potensial redoks yang sesuai, seperti Co,
Cu, Fe, Mn dan sebagainya akan mempersingkat periode induksi dan
meningkatkan kecepatan maksimum dari oksida lipida. Terbentuknya
senyawa oksigen reaktif dihambat dengan cara pengkelatan metal, atau
dirusak pembentukannya.
Asam sitrat, EDTA dan turunan asam fosfat adalah senyawa-
senyawa pengkelat ion-ion logam. Asam sitrat yang banyak digunakan
dalam produk pangan adalah pengkelat logam yang lemah. Meskipun
demikian, senyawa ini sangat efektif dalam menghambat kerusakan
oksidatif dari lipida dalam bentuk produk pangan dan umumnya
ditambahkan kedalam minyak nabati sesudah proses deodorisasi.
Pengkelat ion-ion Logam ini sering disebut sinergis karena dapat
meningkatkan aktivitas antioksidan fenolik. Antioksidan ini bisa juga
didapatkan dari komponen nutrisi sayuran, buah dan rempah-rempah.
Komponen yang bersifat antioksidan dalam sayuran, buah dan
rempah-rempah meliputi asam askorbat, vitamin E (tokoferol), β-karoten,
flavonoid, isoflavon, flavon, antosianin, katekin dan isokatekin
(Kahkonen et al., 1999).
Kerusakan oksidatif atau kerusakan akibat radikal bebas dalam
tubuh pada dasarnya bisa diatasi oleh antioksidan endogen tetapi jika
senyawa radikal bebas terdapat berlebih dalam tubuh atau melebihi batas
16
kemampuan proteksi antioksidan seluler, maka dibutuhkan antioksidan
tambahan dari luar atau antioksidan eksogen untuk menetralkan radikal
yang terbentuk (Reynertson, 2007).
D. Uji Aktivitas Antioksidan
Berbagai metode telah dikembangkan untuk penentuan tokoferol
dan tokotrienol dalam minyak. Kromatografi cair kinerja tinggi (HPLC) fase
normal atau fase balik (reverse) dipadukan dengan detektor ultraviolet (UV)
dan atau detektor fluoresensi (FD) adalah teknik yang paling umum
digunakan. Kromatografi gas (GC) dengan deteksi ionisasi nyala (FID),
elektroforesis kapiler non-cairan (NACE) dengan deteksi fluorimetrik,
spektroskopi inframerah transformasi fourier (FTIR) dan teknik
elektroanalitik juga dilaporkan digunakan dalam determinasi senyawa
tokoferol dan tokotrienol. HPLC fase normal memungkinkan pemisahan
yang baik dari empat tokoferol dan empat tokotrienol dengan urutan elusi
menjadi sebagai berikut: α-tokoferol < α-tokotrienol < β-tokoferol <
ɣ-tokoferol < β-tokotrienol< ɣ-tokotrienol < δ-tokoferol < δ-tokotrienol,
namun metode ini memiliki kekurangan karena diperlukan waktu analisis
yang panjang dan waktu retensi yang rendah (Zhang R, et al.,2013).
Teknik spektrometri berdasarkan pada reaksi radikal, kation radikal
atau kompleks dengan kemampuan molekul antioksidan dalam
menyumbangkan atom hidrogen. Metode pengujian dengan penangkapan
radikal bebas DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) merupakan metode
17
pengukuran antioksidan yang sederhana, cepat, sensitif, reprodusibel untuk
pengujian antioksidan. Metode ini juga dapat diterapkan baik untuk sampel
berupa padatan maupun cairan. Radikal DPPH adalah suatu senyawa
organik yang mengandung nitrogen tidak stabil dengan absorbansi kuat
pada panjang gelombang maksimal (λmax) 517 nm dan berwarna ungu
gelap. Setelah bereaksi dengan senyawa antioksidan, DPPH tersebut akan
tereduksi dan warnanya akan berubah menjadi kuning. Perubahan tersebut
dapat diukur dengan spektrofotometer dan diplotkan terhadap konsentrasi
(Pisoschi and Negulescu, 2011). Penurunan intensitas warna yang terjadi
mengindikasikan berkurangnya ikatan rangkap terkonjugasi pada DPPH
karena penangkapan satu elektron oleh zat antioksidan yang menyebabkan
tidak adanya kesempatan elektron tersebut untuk beresonansi (Gambar 5).
Perubahan warna DPPH terjadi disebabkan oleh adanya senyawa yang
bisa memberikan radikal hidrogen kepada radikal DPPH sehingga tereduksi
menjadi senyawa DPPH-H (1,1-difenil-2- pikrilhidrazin).
Gambar 5. Reaksi Radikal DPPH dengan Antioksidan (Winarsih 2007)
18
Metode β-carotene bleaching (BCB) atau sering dikenal sebagai
metode β-karoten-asam linoleat merupakan metode untuk mengevaluasi
aktivitas antioksidan berdasarkan pada kemampuan antioksidan untuk
mencegah peluruhan warna jingga karoten akibat oksidasi dalam sistem
emulsi minyak dan karoten. Dalam pengujian aktivitas antioksidan dengan
β-carotene bleaching digunakan bahan-bahan utama, seperti β-karoten
sebagai indikator aktivitas antioksidan, asam linoleat sebagai sumber
radikal bebas, dan senyawa antioksidan sampel sebagai penghambat
reaksi oksidasi (Utami, 2009).
Pada uji aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode
β-karoten-asam linoleat, radikal bebas terbentuk dari hidroperoksida yang
dihasilkan oleh asam linoleat. Radikal bebas asam linoleat terbentuk karena
pengurangan atom hidrogen dari satu gugus metilen dialil yang menyerang
ikatan rangkap pada beta karoten sehingga terjadi oksidasi beta karoten
yang menyebabkan hilangnya gugus kromofor yang memberi warna
orange. Perubahan warna ini dapat diukur secara spektrofotometri pada
panjang gelombang 470 nm (Jayaprakash et al., 2003). Lama pengukuran
metode β-karoten-asam linoleat menurut literatur yang direkomendasikan
adalah 0 menit sampai 120 menit dengan interval waktu 15 menit
(Rosidah et al., 2008).
19
E. Penentuan Fenolik Total
Pengujian fenolik total menggunakan metode Folin Ciocalteu yang
merupakan metode yang paling umum dalam menentukan fenolik total serta
teknik pengerjaannya yang lebih murah dan mudah. Metode Folin Ciocalteu
adalah reaksi oksidasi dan reduksi kolorimetrik untuk mengukur semua
senyawa fenolik dalam sampel uji sederhana (Singleton et al., 1965).
Metode ini menggunakan pembanding yaitu asam galat yang dipilih karena
merupakan substansi yang stabil dan murni serta asam galat merupakan
senyawa fenolik yang paling umum ditemukan pada tumbuhan. Asam galat
dan sampel uji ketika direaksikan dengan reagen Folin Ciocalteu akan
menghasilkan warna kuning yang menandakan bahwa sampel uji
mengandung senyawa fenolik, setelah itu dilakukan penambahan larutan
natrium hidroksida atau larutan natrium karbonat untuk membentuk
suasana basa. Selama reaksi berlangsung, gugus hidroksil pada senyawa
fenolik akan bereaksi dengan pereaksi Folin Ciocalteu, membentuk
kompleks molibdenum-tungsten berwarna biru dengan struktur yang belum
diketahui dan dapat dideteksi dengan spektrofotometer. Warna biru yang
terbentuk akan semakin pekat, setara dengan konsentrasi ion fenolak yang
terbentuk yang artinya bahwa semakin besar konsentrasi senyawa fenolik
maka semakin banyak ion fenolak yang akan mereduksi asam heteropoli
fosfotungstik (WO42)-fosfomolibdat (MoO42-2) menjadi senyawa kompleks
molybdenum tungsten sehingga warna yang dihasilkan semakin pekat.
20
Intensitas warna yang terbentuk kemudian dikuantifikasi berdasarkan
absorbansi dengan spektrofotometer (Xu and Howard, 2012).
Gambar 6. Reaksi Fenol dengan pereaksi Folin- Ciocalteu(Xu and Howard, 2012).
F. Penentuan Flavonoid Total
Flavonoid adalah senyawa fenol alam yang terdapat dalam hampir
semua tumbuhan. Sejumlah tanaman obat yang mengandung flavonoid
telah dilaporkan memiliki aktivitas antioksidan, antibakteri, antivirus,
antiradang, antialergi, dan antikanker. Efek antioksidan senyawa ini
disebabkan oleh penangkapan radikal bebas melalui donor atom hidrogen
dari gugus hidroksil flavonoid. Flavonoid termasuk dalam golongan
senyawa phenolik dengan struktur kimia C6-C3-C6. Kerangka flavonoid
terdiri atas satu cincin aromatik A, satu cincin aromatik B, dan cincin
tengah berupa heterosiklik yang mengandung oksigen dan bentuk
teroksidasi cincin ini dijadikan dasar pembagian flavonoid ke dalam sub-sub
kelompoknya. Sistem penomoran digunakan untuk membedakan posisi
karbon di sekitar molekulnya (Cook and Samman,1996).
21
Flavonoid berperan sebagai antioksidan dengan cara mendonasikan
atom hidrogennya atau melalui kemampuannya mengkelat logam, berada
dalam bentuk glukosida (mengandung rantai samping glukosa) atau dalam
bentuk bebas yang disebut aglikon (Redha, 2010).
Gambar 7. Kerangka C6 – C3 – C6 Flavonoid
Metode yang umum digunakan untuk menentukan kadar flavonoid
antara lain kromatografi gas, spektrometri massa, kromatografi lapis tipis,
metode kolorimetrik, spektrofotometri ultraviolet, kromatografi cair kinerja
tinggi, dan elektroforesis kapiler namun metode-metode tersebut
membutuhkan tahapan analisis yang panjang dan waktu analisis yang
cukup lama. Penentuan flavonoid total dalam ekstrak dilakukan untuk
mengetahui prosentase kandungan flavonoid total menggunakan metode
kolorimetri aluminium klorida dengan pengukuran absorbansi secara
spektrofotometri. Pada metode ini, reaksi antara AlCl3 dan gugus keto C-4
dan gugus hidroksil C-3 atau C-5 dari 3 flavon dan flavonol akan
menghasilkan senyawa kompleks absorbans dari warna yang terbentuk
diukur dengan spektrometer UV. Senyawa yang digunakan sebagai
standar pada penetapan kadar flavonoid ini adalah kuersetin yang
22
merupakan flavonoid golongan flavonol yang memiliki gugus keto pada
atom C-4 dan juga gugus hidroksil pada atom C-3 dan C-5 yang
bertetangga. Kadar kuersetin dihitung sebagai kadar ekivalen flavonoid
total dalam sampel. Penambahan natrium asetat pada metode ini adalah
untuk mendeteksi adanya gugus 7-hidroksil sedangkan perlakuan inkubasi
selama 30 menit yang dilakukan sebelum pengukuran dimaksudkan agar
reaksi berjalan sempurna sehingga memberikan intensitas warna yang
maksimal. Perhitungan kadar berdasarkan pada hukum Lambert- Beer
yang menunjukkan hubungan lurus antara absorbans dan kadar analat
(Chang et al. 2002).
Gambar 8. Pembentukan senyawa kompleks quersetin-aluminium klorida
Na asetat
23
G. Metode HPLC
Kromatografi merupakan salah satu metode pemisahan komponen
campuran yang berdasarkan distribusi diferensial dari komponen sampel
diantara dua fasa, yaitu fasa gerak dan fasa diam. Salah satu teknik
kromatografi yang dimana fasa gerak dan fasa diamnya menggunakan zat
cair adalah HPLC (High Performance Liquid Chromatography) atau KCKT
(Kromatografi Cair Kinerja Tinggi).
Menurut Eldin et al., (2000), HPLC dapat dikelompokkan menjadi 2
berdasarkan kepolaran fasa geraknya yaitu :
a) Fase Normal HPLC
HPLC jenis ini secara esensial sama dengan kromatografi kolom. Meskipun
disebut normal, ini bukan bentuk biasa dari HPLC. Sebuah kolom
sederhana memiliki diameter internal 4,6 mm dengan panjang 120 nm-250
nm diisi dengan partikel silika yang sangat kecil dan pelarut non polar
seperti n-heksan. Senyawa-senyawa polar dalam campuran melalui kolom
akan melekat lebih lama dibanding dengan senyawa-senyawa non polar.
Oleh karena itu, senyawa yang non polar kemudian akan lebih cepat
melewati kolom. Apabila pasangan fasa diam lebih polar daripada fasa
geraknya maka sistem ini disebut HPLC fase normal.
b) Fase Balik HPLC
Pada HPLC jenis ini, ukuran kolomnya sama, tetapi silika dimodifikasi
menjadi non polar melalui pelekatan hidrokarbon dengna rantai panjang
pada permukaannya secara sederhana baik berupa atom karbon 8 (C8)
24
atau 18 (C18). Dalam kasus ini, akan terdapat interaksi yang kuat antara
pelarut polar dan molekul polar dalam campuran yang melalui kolom.
Interaksi yang terjadi tidak sekuat interaksi antara rantai-rantai hidrokarbon
yang berlekatan pada silika (fasa diam) dan molekul-molekul polar dalam
larutan. Oleh karena itu molekul-molekul polar akan lebih cepat bergerak
melalui kolom sedangkan molekul-molekul non polar akan bergerak lambat
karena interaksi dengan gugus hidrokarbon.
Prinsip kerja instumen HPLC adalah pemisahan setiap komponen
dalam sampel berdasarkan kepolarannya dengan penggunaan tekanan
tinggi untuk mendorong fasa gerak. Fasa diam yang biasa digunakan pada
kolom HPLC jenis fasa terbalik adalah silica (RMe2SiCl) dimana R adalah
rantai alkana C-18 atau C8 sementara fasa geraknya berupa larutan yang
diatur komposisinya (gradien elusi), misalnya : air : asetonitril (80:20), hal
ini bergantung pada kepolaran analit yang akan dipisahkan. Campuran
analit akan terpisah berdasarkan kepolarannya, dan waktu retensinya akan
berbeda, hal ini akan teramati pada spektrum yang puncak-puncaknya
terpisah (Eldin et al.,2000).
Dalam pengujian vitamin E dan komponen isomernya dapat
dilakukan dengan menggunakan instrument HPLC fase normal dan fase
balik dengan detektor UV atau detektor fluoresensi
25
Tabel 1. Karakteristik absorbansi UV dan Fluoresensi Vitamin E(Eitenmiller et al.,2008)
26
H. Kerangka Teori
Pangi(Pangium edule Reinw)
Tempattumbuh
CaraPengolahan
Biji Pangi
SenyawaAntioksidan
Konsentrasi berbagaimetabolit sekundertumbuhan sangattergantung pada tempattumbuh dan faktorlingkungan lain yangberdampak pada jalurmetabolisme tumbuhantersebut (Ramakrishnaet al., 2011)
Proses pengolahan sepertiperendaman, perebusan,pengukusan, pemeramanmempengaruhi perubahanzat aktif dan aktivitasantioksidan (Xu and Chang,2008).
SenyawaFenolik
SenyawaFlavonoid
Senyawa antioksidanbersifat nonpolar didugayaitu tokotrienol dantokoferol
Senyawa antioksidanbersifat polar yang didugasebagai glikon senyawafenolik konjugat.(Andarwulan et al.1999)
Senyawa fenoliksecara signifikanberkonstribusiterhadap aktivitasantioksidan biji pangi(Chye et al, 2009)
Flavonoid adalahgolongan senyawapolifenol yang diketahuimemiliki sifat sebagaipenangkap radikalbebas, penghambatenzim hidrolisis danoksidatif, sehingga dapatbekerja sebagaiantioksidan(Pourmourad. 2006)
27
I. Kerangka Konsep
Keterangan :
Variabel Bebas =
Variabel Kendali =
Variabel Antara =
Variabel Tergantung =
Hubungan Variabel Bebas =
Hubungan Variabel Kendali =
Hubungan Variabel Antara =
Hubungan Variabel Tergantung =
Keluwak(olahan etnis Bugis)
SenyawaBioaktif
Senyawa larutn-heksan
Serbuk Pangi(Olahan etnis Toraja)
Senyawa larutetanol 70%
AktivitasAntioksidan
Senyawa PolarFenolik
Flavonoid
Senyawa Non-PolarVitamin E
Asam-asam lemak
28
J. Hipotesis
1. Hasil olahan tradisional biji pangi yang berbeda berpengaruh terhadap
kandungan senyawa fenolik total, flavonoid total dan kadar α-tokoferol
2. Hasil olahan tradisional biji pangi yang dibuat secara tradisonal etnis
Bugis dan Toraja memiliki aktivitas antioksidan yang berbeda