PENDIDIKAN TAREKAT ABAH GAOSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46753... ·...
Transcript of PENDIDIKAN TAREKAT ABAH GAOSrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46753... ·...
PENDIDIKAN TAREKAT ABAH GAOS
(Studi Pemikiran dan Karya Abah Gaos)
Tesis
Disusun Oleh:
Ahmad Muchtar
21150110000016
MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2019 M / 1440 H
LEMBAR PENGESAHAN TESIS
Tesis dengan Judul`?θ“αiα
=kα″勤″ルα
`И
わα力G″Os βレ″ ′′″所′″α″話α″rfaッα Иbαみ
GZθり yangditulisolehAhmadMuchtarcengttNIM2H50H0000016telahdittikallpada
Sidang Promosi Tesis olch Fakultas 1lmu Tarbiyah dan Keguruan(FITK)UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta pada Han Senin,12 Agustus 2019 dan telah diperbaiki scsuai saran‐
saran penttji SCbagd saall satt syarat untulc memperoleh geltt Magister pendidikcall
(M・Pd.)pada PrOgram Magister(S2)Pendidikan Agama lslalll.
Jakarta,12 Agllstus 2019
Ketua Prograln Magister PAI
NIP.196703282000031001
Penguii l i
Pro■ Dr.H.Amd Arid M.A2.NIP。 195601191986031003
PenguJ1 2
Dr.H.Sapiudin Shidiq.Ml△ 二NIP.196703282000031001
PenguJ1 3
Dr・ Zalmudin.M.A2.NIP。 195907051991031002
Tanggal
.`磁ずつ
Tanggal
:%勒イ・
Tanggal
物r.ャマ
多匂
Dik∝ahui olch
Ilmu Tarbiyah dan I(eguruan
971031998032001
〓ヽ
― ¬
I.EMBAR PENGESAⅡAN
PENGUJISEMINAR ⅡASIL PENELITIAN
Tesis dengall judul`IPθ“didittα″乃″力α′∠みα力CαοS“レ″Pθ″:Ltra“ ″α″脆
`ッα∠″カ
GZθりyallgditulisolchttadMuchtardenganNIN121150■ 000o016 telah dittikan pada
Sid“g Seminar Hasil Penelitian Tesis olch Fakultas IIIInll Tarbiyah dan Kcguruan(FITK)
uIN Syal・if Hidayatullah Jakarta pada haFi Kamis,18 Juli 201.Tesis ini telah dipelも aiki
scsuai sttall‐saran pengji sebagd sdall satu syartt untuk mengikuti Чiall Promosi Tesis.
Tanggal
Jakatta,18 Juli 2019
Tanda Tangan
Penguji
Nama
NIP
Penguji
Nama
NIP
1
Dr.FauZan,M.A.
197611072007011013
II
Dr.Ho Dimyathi,M・ Ag。
196407041993031003
ド.1,五ゞ 3に運娘虫史逮心ン
卜、
聟♀.1ィリ
Nama
NIM
Plocli
Judul Tesis
LEMl13AR PENGESAHAN PEⅣIBIPIBING TESIS
Ahad Muchtar
21150110000016
Magister Pcndidikan Agalna lslam
Pendidikan Tarektt Abah caOS(Studi Pelnikiran dan KaFya Abah Gaos)
ヽ
Tesis dcngan judul`ち ル″d=凛=鷺αF r″FCkα′ИιαみGαοs β
"″Pι″:たirα
“あ″&ψα Иbαλ
GZθりyang ditulis 91ch Ahmad Muchtar dengan NIM 2H50H0000016 telah dittikall pada
Sidang PrOmosi Tesis olch F〔 山ュhas mmu Tarbiyah dan Keguman(FITD UIN Sya五f
Hiday江Jlah JalcaFta pada Hari Senin,12 Agustus 2019 dan telah diperbdki sesuai saran‐
saran pcnmji sebagd sdah satu syartt unt■ k memper01ch gelar Magister Pendidikall
(M.Pd。)pada PF08Tanl Magister(S2)Pendidikan Agallla lslm。
JakaFta,14 Agus如 ,2o19
Doscn Pembimbing
Dr.Ho Akhmad SOdiq,M。な .
NIP. 197107091998031001
l
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan dj bawah ini,
Nama
Tempat/Tgl. LahirNIMJurusan/Prodi
.Iudul Tesis
Ahmad MuchtarJakafta, 79 Januai199221150t10000016
Magister Pendidikan Agama IslamPendidikan Tarekat Abah Gaos (Studi Pemikiran dan Karya Abah
Gaos)
Dosen Pembin-rbing : Dr. H. Akhmad Sodiq, M.A.
Dengan ini menyatakan bahwa tesis yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan sayabefiangguttgiawab secara akademis atas apa yang saya tulis. Pernyataan ini dibuat sebagaisalah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.pd).
Iakarta,4 luli 2019
NIPI。 21150110000016
iV
v
ABSTRAK
Ahmad Muchtar (21150110000016). Pendidikan Tarekat Abah Gaos (Studi Pemikiran dan
Karya Abah Gaos)
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pendidikan tarekat Abah Gaos melalui
pemikiran dan karyanya. Latar belakang penelitian ini bersumber dari realitas sosial yang
kurang perhatian dan tanggung jawab terhadap keluarganya akan pendidikan tarekat.
Padahal, pendidikan tarekat mengedepankan akhlak, moral dan etika. Akhlak yang menjadi
landasan hidup dan pokok kehidupan secara langsung dipraktikkan Rasulullah Saw.
Rasulullah diutus untuk menyempurnakan akhlak dan sebagai suri teladan yang baik.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui nilai pendidikan tarekat Abah Gaos
melalui pemikiran dan karyanya. Cara mengetahui proses pendidikan tasawuf itu dalam
bentuk tarekat, amaliyah dan ubudiyah di samping adakah yang dampak dan implikasi
terhadap ikhwan semua elemen.
Pendekatan kualitatif merupakan pendekatan dalam penelitian ini. Pendekatan
kualitatif, yaitu penelitian atau data yang dikumpulkan melalui kata dan gambar, kemudian
disusun dalam bentuk kalimat. Berarti, penelitian ini berusaha untuk mngungkapkan
keadaan yang bersifat alamiah secara holistik. Keadaan atau obyek alamiah itu ditelusuri
sesuai tujuan agar bisa menjawab rumusan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pendekatan
kualitatif ini berdasarkan deskriptif, pendekatan ini berusaha mendeskripsikan gejala,
peristiwa dan kejadian dengan cara mengumpulkan pelbagai informasi informan yang telah
ditetapkan dan diarahkan, lalu informasi tersebut diolah untuk mendapatkan sebuah solusi
agar masalah yang diungkap dapat terselesaikan, tepat, dan merasakan kepuasan personal.
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tehnik dokumnetasi, di
samping wawancara agar memperkuat hasil penelitian secara sempurna.
Nilai pendidikan tarekat Abah Gaos memberikan sumbangsi yang sangat besar,
nyata, dan terbuka bagi para ikhwan atau masyarakat. Dilihat dari sisi pemikirannya dan
karyanya, Abah Gaos tuangkan dalam bentuk lisan, petuah dan ceramahnya dalam
memberikan nilai serta substansi pendidikan tasawuf. Karya yang beliau tuangkan dalam
bentuk lembaran dan tulisan menjadi amal jariyah yang tak ternilai dalam perkembangan
keilmuan dan amaliyah TQN Pondok Pesantren Sirnarasa. Selain itu, ada proses seseorang
menikmati nilai-nilai pendidikan tarekat sebagaimana digambarkan beberapa karyanya
seperti zikir, khataman, tahlil, manaqiban, serta ubudiyah lainnya seperti menjalankan apa
yang guru/mursyid sampaikan bersasarkan syariat Islam. Hal tersebut bisa ditemukan dan
dinikmati orang yang menjalankannya serta menjawab keingintahuan ilmu dan dunia
tasawuf terutama berbasis tarekat melalui karya yang penulis deksripsikan secara
komprehensif.
Kata Kunci: Pendidikan Tarekat, Abah Gaos
vi
ABSTRACT
Ahmad Muchtar (21150110000016). Abah Gaos Sufi Order Education (Gaos Thought and
Work Study)
This research was conducted to analyze the Abah Gaos sufi order education through
his thoughts and works. The background of this research comes from social reality that lacks
attention and responsibility towards his family for Sufism education. In fact, sufi order
education promotes morals, morals and ethics. Morals that are the basis of life and the
principal of life are directly practiced by the Prophet. The Prophet was sent to perfect morals
and as a good example.
The purpose of this study was to determine the value of Abah Gaos sufi order
education through his thoughts and works. How to know the process of Sufism education in
the form of tarekat, amaliyah and ubudiyah in addition to what are the impacts and
implications for the ikhwan of all elements.
The qualitative approach is the approach in this study. A qualitative approach,
namely research or data collected through words and images, then arranged in sentence form.
Means, this study seeks to express natural conditions holistically. The state or natural object
is traced according to purpose in order to answer the predetermined formula. This qualitative
approach is based on descriptive, this approach seeks to describe the symptoms, events and
events by collecting various informants information that has been set and directed, then the
information is processed to get a solution so that the problems revealed can be resolved,
appropriate, and feel personal satisfaction. To obtain data in this study, researchers used
documentary techniques, in addition to interviews to strengthen the results of the study
perfectly.
The value of Abah Gaos sufi order education gives a very large, real contribution and
is open to the brothers or the community. Viewed from the side of his thoughts and works,
Abah Gaos poured in oral form, advice and lectures in providing the value and substance of
Sufism education. The work that he poured in the form of sheets and writings became an
invaluable charity in the development of science and the practice of the TQN of Sirnarasa
Islamic Boarding School. In addition, there is a process for someone to enjoy the values of
tasawuf education as illustrated by some of his works such as zikir, khataman, tahlil,
manaqiban, and other ubudiyah such as carrying out what the teacher / murshid conveyed
based on Islamic law. This can be found and enjoyed by those who run it and answer the
curiosity of science and the world of Sufism, especially tarekat-based through works that
the authors describe comprehensively.
Keywords: Sufi Order Education, Abah Gaos
vii
خلص امل
(و ومئخلفاته فكرية دراسة) الطريقة غوث أباه تعخليم(. 61101111111112) خمتار أمحد هذا ةخخلفي تأيت. وأعماهل أفاكره خالل من الطريقة اغوس أباه تعخليم تلحخليل ابلحث هذا إجراء تم تعخليم يعزز ، لواقعا يف. الصوفية تعخليم يف أرسته جتاه واملسؤويلة االهتمام إىل يفتقر اجتمايع واقع من ابلحث انليب الإرس تم. مبارشة انليب يمارسها احلياة ومبدأ احلياة أساس يه اليت األخالق. واألداب األخالق الطريقة .جيد وكمثال الكمال األخالق إىل
. وأعماهل أفاكره خالل من الطريقة اغوس آبا تعخليم قيمة حتديد هو ادلراسة هذه من الغرض اكن واآلثار ،اآلثار يه ما إىل باإلضافة الطريقة، والعمخلية، والعبادة، شلك يف الصوفية اتلعخليم عمخلية معرفة كيفية .العنارص مجيع من اإلخوان ىلع املرتتبة
من هامجع يتم اليت ابليانات أو ابلحث يه ، نوعية مقاربة. ادلراسة هذه يف انلهج هو انلويع انلهج الطبيعية الظروف عن لخلتعبري ادلراسة هذه تسىع ، يعين. مجخلة شلك يف ترتيبها يتم ثم ، والصور اللكمات خالل يعتمد. مسبقا حددةامل الصيغة ىلع اإلجابة أجل من لخلغرض وفقا الطبييع الاكئن أو احلالة تتبع يتم. يلك بشلك واألحداث واألحداث األعراض وصف إىل انلهج هذا يسىع حيث ، الوصيف الوصف ىلع انلويع انلهج هذا خلحصولل املعخلومات معاجلة تتم ثم ، وتوجيهها إعدادها تم اليت لخلمصربين املصتخلفة املعخلومات مجع خالل من خلحصولل. الشصيص بالرضا وشعورها ومالئمتها عنها الكشف تم اليت املشالكت حل يمكن حبيث حل ىلع نتائج تلعزيز املقابالت إىل باإلضافة ، الوثائقية اتلقنيات ابلاحثون استصدم ، ادلراسة هذه يف ابليانات ىلع
.مثايل بشلك ادلراسة أو لألخوة مفتوحة ويه وحقيقيا كبريا إسهاما الطريقة تعخليم قيمةحممد سيف اهلل مسخلول تقدم قيمة ريتوف يف وحمارضات ونصائح شفهيا شالك ه غوثآبا صب ، وأعماهل أفاكره من نظره لوجهة نظرا .املجتمع يف بثمن رتقد ال خريية مؤسسة وكتابات أوراق شلك يف سكب اذلي العمل أصبح. الصوفية تعخليم ومضمون اإلسالميةرسناراسا (Sirnarasa) مدرسة من طريقة القادرية وانلقشبندية (TQN) وممارسة العخلوم تطوير بعض من حيتض كما اتلعسف تعخليم بقيم ما شص يستمتع ليك عمخلية هناك ذلك، إىل باإلضافة. الصعود وفقا أو املرشد املعخلم نقخله ما تنفيذ مثل األخرى اذلكر، واخلتام، واتلهخليل، واملناقب، والعبودية مثل أعماهل فضولل ويستجيبون يديرونه اذلين أوئلك قبل من به واتلمتع هذا ىلع العثور يمكن. اإلسالمية لخلرشيعة .شامل بشلك املؤلفون يصفها اليت األعمال خالل من الطريقة خالل من سيما ال ، الصوفية واعلم العخلم
غوث أباه ،الطريقة تعخليم: املفتاحية اللكمات
viii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan tesis ini berpedoman
pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor: 158/1987 dan 0543b/U/1987.
A. Konsonan Tunggal
Huruf
Arab
Nama
Huruf Latin
Keterangan
ا
ب
ت
ث
ج
ح
خ
د
ذ
ر
ز
س
ش
Alif
Bā’
Tā’
Ṡā’
Jīm
Ḥā’
Khā’
Dāl
Żāl
Rā’
zai
sīn
syīn
Tidak dilambangkan
b
t
ṡ
j
ḥ
kh
d
ż
r
z
s
sy
Tidak dilambangkan
be
te
es (dengan titik di atas)
je
ha (dengan titik di bawah)
ka dan ha
de
zet (dengan titik di atas)
er
zet
es
es dan ye
ix
ص
ض
ط
ظ
ع
غ
ف
ق
ك
ل
م
ن
و
هـ
ء
ي
ṣād
ḍād
ṭā’
ẓȧ’
‘ain
gain
fā’
qāf
kāf
lām
mīm
nūn
wāw
hā’
hamzah
yā’
ṣ
ḍ
ṭ
ẓ
‘
g
f
q
k
l
m
n
w
h
`
Y
es (dengan titik di bawah)
de (dengan titik di bawah)
te (dengan titik di bawah)
zet (dengan titik di bawah)
koma terbalik di atas
ge
ef
qi
ka
el
em
en
w
ha
apostrof
Ye
B. Konsonan Rangkap karena Syaddah Ditulis Rangkap
مـتعددة
عدة
ditulis
ditulis
Muta‘addidah
‘iddah
C. Tā’ marbūṭah
x
Semua tā’ marbūtah ditulis dengan h, baik berada pada akhir kata tunggal ataupun
berada di tengah penggabungan kata (kata yang diikuti oleh kata sandang “al”).
Ketentuan ini tidak diperlukan bagi kata-kata Arab yang sudah terserap dalam bahasa
indonesia, seperti shalat, zakat, dan sebagainya kecuali dikehendaki kata aslinya.
حكمة
علـة
كرامةاألولياء
ditulis
ditulis
ditulis
ḥikmah
‘illah
karāmah al-auliyā’
D. Vokal Pendek dan Penerapannya
---- ---
---- ---
---- ---
Fatḥah
Kasrah
Ḍammah
ditulis
ditulis
ditulis
A
i
u
فع ل
ذ كر
ي ذهب
Fatḥah
Kasrah
Ḍammah
ditulis
ditulis
ditulis
fa‘ala
żukira
yażhabu
E. Vokal Panjang
1. fathah + alif
جاهلـية
2. fathah + ya’ mati
نسى تـ
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ā
jāhiliyyah
ā
tansā
xi
3. Kasrah + ya’ mati
كريـم
4. Dammah + wawu mati
فروض
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ī
karīm
ū
furūḍ
F. Vokal Rangkap
1. fathah + ya’ mati
بـينكم
2. fathah + wawu mati
قول
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ai
bainakum
au
qaul
G. Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan dengan Apostrof
أأنـتم
عدتا
لئنشكرتـم
ditulis
ditulis
ditulis
A’antum
U‘iddat
La’in syakartum
H. Kata Sandang Alif + Lam
1. Bila diikuti huruf Qamariyyah maka ditulis dengan menggunakan huruf awal “al”
القرأن
القياس
ditulis
ditulis
Al-Qur’ān
Al-Qiyās
2. Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis sesuai dengan huruf pertama Syamsiyyah
tersebut
xii
السماء
الشمس
ditulis
ditulis
As-Samā’
Asy-Syams
I. Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat
Ditulis menurut penulisannya
ذوىالفروض
أهل السـنة
ditulis
ditulis
Żawi al-furūḍ
Ahl as-sunnah
xiii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil ‘alamin, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt. Sang pemilik
langit dan bumi beserta isinya. Sang pemberi limpahan rahmat, hidayah, inayah, nikmat dan karunia
kepada hamba-Nya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada baginda alam, sang
revolusioner sejati yang menuntun umatnya menuju jalan penuh keridhaan Allah swt. dan khotaman
nabiyyin yaitu baginda Nabi Muhammad saw. Dan kepada keluarganya, para sahabatnya, tabi’at
tabi’in, ulama salafussholih, para syuhada, para sholihin dan seluruh kaum muslimin serta muslimat
sampai kepada umatnya saat ini. Mudah-mudahan di akhirat kelak kita semua mendapatkan ridho
Allah swt. dan syafaat Nabi Muhammad saw. Amin.
Penyelesaian tesis ini merupakan prasyarat untuk menyelesaikan studi pada Program
Magister Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang
dihadapi. Namun berkat dukungan dan doa dari berbagai pihak, hambatan dan kesulitan tersebut dapat
terlewati. Meskipun demikian, penulisjuga menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dari
segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya, sehingga penulis memohon maaf dan mengharapkan kritik
serta saran kepada pembaca demi memperbaiki tesis ini.
Selanjutnya dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih sedalam-
dalamnya kepada berbagai pihak yang telah memberikandukungan berupa arahan, bimbingan, dan
lainnya selama proses penyelesaian tesis ini. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya tersebut penulis sampaikan kepada yang terhormat:
1. Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Ibu Prof. Dr. Hj. Amany
Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A. beserta jajarannya.
2. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ibu Dr.
Sururin, M.Ag beserta jajarannya.
3. Ketua Program Magister Pendidikan Agama Islam, Bapak Dr. H. Sapiudin Shidiq, M. Ag.
beserta jajarannya, yang telah memberikan pelayanan akademik dengan memuaskan.
4. Pembimbing, Bapak Dr. H. Sapiudin Shidiq, M. Ag yang telah memberikan bimbingan,
arahan, wawasan dan nasehat dengan penuh kesabaran, ketekunan serta keikhlasan.
5. Seluruh Dosen Program Magister FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan ilmu baik secara tersirat maupun tersurat kepada penulis.
6. Syeikh Muhammad Abdul Ghouts (Abah Gaos) selaku pendiri dan pengasuh Pondok
Pesantren Sirnarasa, Cisirri, Ciamis, Jawa Barat yang telah bersedia memberikan izin penulis
untuk melakukan penelitian.
7. Ustadz Ai Abdurrahman, KH. Irfan Zidni, MA, beserta para ust/ustdzah lainnya yang telah
bersedia memberikan informasi kepada penulis tentang semua permasalahan yang terdapat
dalam tesis ini.
8. Istriku tercinta Siti Charidatul Bahiyyah yang telah mendukung selesainya tesis dengan
pengorbanan waktu, pikiran, moril serta materil.
9. Anakku tercinta Hanin Mumtazah Muchtar yang selalu memberikan semangat, senyuman,
serta kebahagiaan disaat hati dan pikiran penulis sedang mendapat kesulitan, tantangan dan
hambatan.
10. Ayahanda H. Muhammad Naseh Abdurrahim, ibunda Hj, Mahmudah, kakanda Muhammad
Iqbal, Abdul Haq, Siti Aisyah, dan Fadhilah yang selalu memberikan kasih sayang, semangat,
pelajaran hidup, nasehat, dan dukungan lainnya baik dari segi moril maupun materil.
xiv
11. Ayah mertua H. Syamsuddin dan Ibu Mertua Hj. Zakiyah yang selalu memotivasi penulis
untuk selalu semangat dan menyelesaikan studinya.
12. Staff Program Magister FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Muslikh Amrullah,
S.Pd. yang telah membantu dan memberikan layanan akademik dengan baik.
13. Seluruh sahabat seperjuangan dari prodi MPAI yang telah memberikan kenangan indah,
semangat dan motivasi saat berada di bangku perkuliahan kepada penulis.
14. Kepada seluruh teman, saudara/i yang tidak disebutkan namanya namun telah bersedia
menerima penulis dengan sangat ramah dan penuh kasih sayang selama penulis berada di
pesantren.
15. Kepada semua pihak yang ikut andil dan telah membantu penyelesaian tesis ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Akhirnya kepada mereka yang telah penulis sebutkan, hanya do’a yang dapat dipanjatkan
kepada Yang Maha Kuasa, semoga Allah swt. yang membalasnya dengan balasan yang berlipat ganda.
Amin.
Jakarta, 29 Juli 2019
Penulis,
Ahmad Muchtar
xv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGUJI................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN SEMINAR HASIL...................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING........................................................... iii
PERNYATAAN KARYA SENDIRI .................................................................. iv
ABSTRAK INDONESIA ..................................................................................... v
ABSTRAK INGGRIS ........................................................................................... vi
ABTRAK ARAB ................................................................................................... vii
PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................................ viii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ xiii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ......................................................................................... 11
C. Pembatasan Masalah ........................................................................................ 11
D. Perumusan Masalah ......................................................................................... 12
E. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 12
F. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 14
A. Teori Pendiidikan dan Tarekat ........................................................................ 14
1. Pendidikan .................................................................................................. 14
a. Definisi Pendidikan .......................................................................................... 15
b. Hakikat Pendidikan .......................................................................................... 19
c. Tujuan Pendidikan .......................................................................................... 20
2. Tarekat .................................................................................................. 22
a. Definisi Tarekat .......................................................................................... 23
b. Sejarah Perkembangan Tarekat .......................................................................... 25
c. Proses Mengikuti Tarekat................................................................................... 29
d. Mursyid Tarekat .......................................................................................... 30
3. Relasi DenganTasawuf ................................................................................... 31
a. DefinisiTasawuf .......................................................................................... 32
b. Ajaran Tasawuf ....................................................................................... 41
c. Tujuan Tasawuf ...................................................................................... 41
d. Langkah Menuju Kebersucian Jiwa ................................................................... 42
1) Tazkiyatun al-Nafs ........................................................................................ 42
2) Mujahadah dan Riyadhah ............................................................................. 44
e. Maqamat dan Ahwal .......................................................................................... 46
xvi
f. Perumpamaan Tasawuf dan Tarekat .................................................................. 48
g. Proses Spiritualisasi Pendidikan ......................................................................... 48
h. Urgensitas Pendidikan Tasawuf ......................................................................... 49
i. Tasawuf dan Pendidikan Dalam Sekolah ........................................................... 50
j. Tasawuf Modern .......................................................................................... 52
B. Penelitian Terdahulu Yang Relevan ................................................................ 53
C. Kerangka Konsep ............................................................................................ 56
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 57
A. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................................... 57
B. Desain Penelitian ............................................................................................. 58
C. Data dan Sumber Data ..................................................................................... 59
1. Sumber Primer ................................................................................. 55
2. Sumber Sekunder ................................................................................ 56
D. Instrumen Penelitian ........................................................................................ 60
1. Wawancara......................................................................................................... 61
2. Pembacaan Naskah Kitab .................................................................................. 62
E. Tehnik Analisis Data........................................................................................ 63
1. Reduksi Data ...................................................................................................... 64
2. Penyajian Data ................................................................................................... 64
3. Verifikasi ........................................................................................................... 64
F. Uji Keabsahan Data ......................................................................................... 65
G. Analisis Hasil Penelitian .................................................................................. 65
BAB IV PENDIDIKAN TASAWUF ABAH GAOS .......................................... 67
A. Genealogi Pondok Pesantren Sirnarasa .......................................................... 67
1. Sejarah Lahir Pondok Pesantren ............................................................... 67
2. Tokoh Pendiri Pon-Pes ............................................................................. 68
3. Biografi Abah Gaos .................................................................................. 69
4. Profil Pon-Pes Sirnarasa dan Perkembangannya ...................................... 72
5. Abah Gaos Memimpin dan Mengembangkangnya................................... 75
6. Kontribusi Abah Gaos terhadap Pon-Pes & Masyarakat .......................... 76
a) Pendidikan Tarekat Sirnarasa ............................................................... 76
b) Letak Geografis .................................................................................... 76
c) Struktur Organisasi ............................................................................... 77
d) Sistem Pembelajaran Pesantren ............................................................ 77
e) Sarana dan Prasarana ............................................................................ 78
f) Sumber Dana ........................................................................................ 78
xvii
g) Metodologi Penyebar Tarekat .............................................................. 78
h) Fokus dan Inti Ajaran Tarekat Abah Gaos ........................................... 79
i) Model Tarekat Sirnarasa ...................................................................... 79
j) Karya Abah Gaos ................................................................................. 81
k) Silsilah Abah Gaos ............................................................................... 82
l) Wakil Talqin Abah Gaos ...................................................................... 84
B. Pemikiran Tarekat Abah Gaos ......................................................................... 88
1. Pemikiran Kitab as-Syarhu al-Maysur li Miftahi as-Shudur .................... 88
2. Pemikiran as-Sunan al-Mardhiyyah fi al-‘Amaliyah al-Mursyidiyyah .... 90
3. Pemikiran al-Fath al-Jalil fi ‘Alamati al-Mursyid al-Kamil .................... 94
4. Pemikiran al-Fikratu al-Jadidah fi Fadhail al-Syuhur annaha min
Asmaillahi al-Husna ............................................................................ 98
C. Implementasi Tarekat Abah Gaos .................................................................... 101
1. Implementasi Kelembagaan ...................................................................... 101
2. Implementasi Individual ........................................................................... 101
a) Talqin .................................................................................................. 102
b) Dzikir Harian ...................................................................................... 105
c) Khotaman ............................................................................................ 110
d) Manaqib ............................................................................................. 116
e) Tawassul ............................................................................................. 117
f) Sholat Fardhu dan Sunnnah ................................................................ 120
g) Tanbih ................................................................................................. 122
BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI ........................................ 126
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 126
B. Saran ................................................................................................................ 127
C. Implikasi ......................................................................................................... 128
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 129
LAMPIRAN 1 ........................................................................................................ 136
LAMPIRAN 2 ........................................................................................................ 151
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1.................................................................................................................. 29
Tabel 2.2 .................................................................................................................. 56
Tabel 3.1.................................................................................................................. 58
Tabel 3.2.................................................................................................................. 61
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Siraj (2006: 433) mengatakan bahwa kehidupan manusia di
zaman modern yang penuh dengan gelimang materi, menyeret
siapapun yang tidak kuat untuk terus menjauh dari Sang Maha
Pencipta. Lingkungan, teman, kerabat dan semua yang ada di sekitar
menjadi sesuatu yang urgen dalam memberikan warna kehidupan
seseorang.
Di samping kehidupan modern itu penuh dengan tipu daya, tap
menurut peradaban dunia akhir-akhir ini tengah memasuki masa-masa
krisis bagi nilai kualitas nilai kemanusiaan. Hal ini ditandai dengan
fenomena perilaku dan pola pikir manusia yang semakin menjauh dari
eksistensi kemanusiaannya. Nilai-nilai kemanusiaan telah banyak
diabdikan dan dikorbankan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Supremasi rasionalisme, empirisme, positivisme dan
pragmatisme tampil dengan gagahnya di permukaan bumi ini, seraya
dianggap telah berhasil menggeser dogmatisme agama. Ilmu
pengetahuan dan filsafat dianggap lebih obyektif ketimbang agama
atau kepercayaan ungkap Sholihin (2005: 1). Inilah fenomena-
enomena yang terjadi di dunia ini. Dengan banyaknya kuantitasnya
manusia semakin lupa akan kualitas yang ada pada personalnya
sendiri.
Hal ini pula ditandai karena kurangnya perhatian dan tanggung
jawab diri sendiri terutaa dalam lingkup keluarga. Padahal,
pendidikan sendiri instrumen penting dalam membentuk pribadi
sesorang. Namun, kenyataanya yang terjadi malah menjadi-jadi bukan
meminimalisir atau mengurangi kejadian dan wabah tersebut.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan tekenologi saat ini
menyisakan beberapa persoalan yang perlu perhatian. Tidak
dipungkiri masyarakat modern telah berhasil mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi untuk menjadi alternatif penyelesaian
masalah kehidupan sehari-hari, namun pada kondisi lain ilmu
pengetahuan dan teknologi canggih tersebut kurang mampu
2
menumbuhkan moralitas (akhlak) yang mulia. (Iskarim, 2016: 1).
Perkembangan teknologi saat ini, yang ditandai dengan hadirnya
zaman modern, termasuk di Indonesia diikuri oleh gejala dekadensi
moral yang benar-benar berada pada taraf memprihatinkan. Akhlak
mulia seperti kejujuran, kebenaran, keadilan, tolong menolong,
toleransi dan saling mengasihi sudah mulai terkikis oleh
penyelewengan, penipuan, permusuhan, penindasan, saling
menjatuhkan, menjilat, mengambil hak orang lain secara paksa dan
sesuka hati, dan perbuatan-perbuatan tercela yang lain. Kemerosotan
moral atau yang sering kita dengar dengan dekadensi moral sekarang
ini tidak hanya melanda kalangan dewasa, melainkan juga menimpa
kepada kalangan pelajar yang berperilaku di luar batas kesopanan dan
kesusilaan, semisal: mabuk-mabukan, tawuran, penyalahgunaan obat
terlarang, pergaulan seks bebas, bergaya hidup hedonis dan hippies di
Barat, dan lain sebagainya. Dengan begitu, bukan tanpa bukti untuk
mengatakan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi juga
memiliki konsekuensi logis terciptanya kondisi yang mencerminkan
kemerosotan akhlak. (Daulay, 2012: 141).
Masyarakat yang terkena dampak langsung warisan budaya
adalah masyarakat yang hidup dan berdomisili di pinggiran kota-kota
besar. Masyarakat ini disatu sisi telah kehilangan citra kedesaannya
dan disisi lain telah terpengaruh gaya hidup perkotaan yang serba
mahal dan mewah. Untuk bergaya hidup mewah mereka tidak mampu
sedangkan untuk kembali ke ke gaya pedesaan tidak mau. Akhirnya,
mereka selalu dalam depresi berat sehingga mereka terpaksa
melakukan pelbagai tindakan kriminal atau kejahatan. Menurut hasil
survei Ikatan Dokter Indonesia (IDI), melalui Persatuan Dokter
Spesialis Kesehatan Jiwa, pada tahun 2007 menyatakan bahwa 94%
masyarakat indonesia mengalami depresi ringan dan berat
(Khairunnas Rajab vol. XXVIII, 2013/1434: 76).
Dalam kaitan ini, Azra (1998: 100) menjelaskkan bahwa
kebudayaan modern yang berintikan liberalisasi, rasionalisasi efisinsi
secara konsisten terus melakukan proses pendangkalan kehidupan
spiritual. Liberalisasi yang terjadi di seluruh aspek kehidupan tak lain
adalah proses desakralisasi dan de-spritualisasi tata nilai kehidupan.
3
Dalam proses semacam itu, agama yang sarat dengan nilai-nilai sakral
dan spritual perlahan tapi pasti terus tergusur dari berbagai aspek
kehidupan masyarakat. Kadang-kadang agama dipandang tidak
relevan dan signifikan dalam kehidupan. Akibatnya, sebagaimana
terlihat dalam gejala kehidupan umat manusia banyak modern,
kehidupan rohani semakin kering dan dangkal.
Kehiupan modern menurut Nashir (1997: 138) tampil dalam dua
wajah antagonistik. Disatu pihak modernisme telah berhasil
mewujudkan kemajuan yang spektakuler., khususnya dalam bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi, maupun kemakmuran fisik.
Sementara disisi lain ia telah menampilkan wajah kemanusiaan yang
buram berupa manusia modern berwujud kesengsaraan ruhaniah.
Gejala ini muncul sebagai akibat dari modernisasi yang didominasi
oleh nalar instrumental.
Dibalik kemajuannya pula, Nata (2011: 298) mengungkapkan
bahwa dunia modern menyimpan potensi yang dapat menghancurkan
martabat manusia, sehingga manusia kehilangan masa depannya,
merasa kesunyiannya, dan kehampaan spiritual ditengah laju
kehidupan modern.
Di antara permasalahan yang timbul diera modern sekarang ini,
di samping masalah-masalah lain, adalah krisis moral dan krisis
spiritual. Putra (2013: 45) mengatakan bahwa kedua krisis itu saling
berhubungan dan jalin-menjalin sehingga sulit dibedakan dan
dipisahkan. Krisis moral dianggap sebagai penyebabutama
merosotnya kehidupan sosial-keagamaan masyarakat modern. Akan
tetapi, di sisi lain bahwa krisis moral yang terjadi pada kehidupan
modern saat ini yang hampir merambah seluruh lini kehidupan
masyarakat Indonesie sebenarna berasal dan bermuara pada krisis
spiritual. Krisis tersebut ditandai dengan semakin banyaknya yang
mengalami kecemasan, kegelisahan, dan kehampaan eksistensial.
Akibatnya adalah merebaknya penyakit-penyakit spritual yang
berujung pada setres, frustasi hinga penururan martabat manusia serta
mengancam eksistensi manusia itu sendiri.
4
Dengan begitu, persoalan yang timbul kemudian untuk
diselesaikan secara musyawarah mufakat melalui belbagi macam cara.
Semeestinya, manusia perlu menengok ungkapan Ali bin Abi Thalib
bahwa “perasaan puas apa yang ada di tangan (qana’ah) adalah
kekayaan yang tidak akan ada habisnya. (Syukur, 2002: 40). Dengan
begitu, manusia harus berusaha semaksimal mungkin untuk puas
terhadap apa yang telah Allah Swt limpahkan kepadanya baik berupa
nikmat, ujian maupun berupa cobaan. Di samping itu, manusia harus
bisa memaksimalkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya secara
komprehensif berlandaskan syariat Islam.
Perlu diketahui bahwa pada diri manusia ada potensi-potensi
atau kekuatan-kekuatan. Ada yang disebut dengan fitrah yang
cenderung kepada kebaikan. Ada yang disebut dengan nafsu yang
cenderung kepada keburukan (Jamil, 2004: 36).
Pendidikan juga merupakan sarana yang efektif mengatasi
masalah krisis akhlak. (Assegaf, 2011: 39). Dalam hal ini, pemerintah
Indonesia telah berusaha pada tahun 2009 melalui Mendiknas
menjadikan pendidikan karakter bangsa menjadi fokus dalam
pendidikan nasional. Namun, pendidikan pendidikan karakter
sebenarnya bukan hal baru bagi masyarakat Indonesia. Sejak UU
pendidikan nasional tahun 1946 hingga UU Sisdiknas no. 20 tahun
2003, pendidikan karakter telah ada. (Gunawan, 2012: iii)
Di samping terkait dengan problem manusia modern, Ahmed
mengemukakan teori keseimbangan antara agama dengan dunia
melalui tarekat (Ahmed, 1992: 23). Beberapa pakar spritualitas
berusaha menawarkan nilai-nilai yang berhubungan dengan dimensi
spritual. Di antara nilai-nilai spritual itu, dalam Islam dikenal dengan
tarekat.
Istilah tarekat belum dikenal pada zaman Rasulullah Saw
maupun pada masa sahabat. Nama tarekat juga tidak ada dalam al-
Qur’an, tetapi substansi ajaran tarekat sangat dekat sekali dengan
kehidupan Rasulullah Saw. Spritualitas (tarekat) merupakan
fenomena yang menarik perhatian, bahkan banyak yang meramalkan
akan menjadi trend di abad ke XXI. Ramalan ini cukup beralasan
5
karena sejak akhir abad XX mulai terjadi kebangkitan spritual
(spritual revival) di mana-mana. Munculnya gerakan spiritualitas ini
sebagai reaksi terhadap dunia modern yang terlalu menekankan hal-
hal yang bersifat material profan. Manusia ingin kembali menengok
dimensi spritualnya yang selama ini dilupakan. Salah satu gerakan
yang paling menonjol di akhir abad XX dan awal abad XXI ini adalah
gerakan New Age atau New Age Movement (Sholihin, 2005: 7).
Bertarekat adalah kehidupan rohani dan lebih tegas lagi bahwa
bertarekat adalah fitrah manusia (Proyek Pembinaan PTAIN
Sumatera Utara, 1981/1982: 15). Labib Mz, dkk menyebutkan bahwa
tarekat adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan beribadah
membersihkan diri dari sifat-sifat tercela, menghias diri dengan
sifat-sifat terpuji, tidak mementingkan urusan dunia, merasa cukup
atas pemberian Allah atas dirinya disertai tawakal dan mahabbah
kepada Allah (Jurnal Paradigma Volume 2, Nomor 1, November 2015:
ISSN 2406-9787 diakses pada tanggal 06 April 2016 Pukul. 19.00
WIB). Dalam kajian ilmu tarekat, ada dua istilah kata yang memiliki
definisi yang berbeda, yaitu tarekat dan tarekat. Kata tarekat diambil
dari kata bahasa arab yaitu suf kata tarekat diartikan sebagai “cara
sufi” mendekatkan kepada Allah Swt yang disebut dengan Thuruq al-
Shufiyah. Sebagaimana telah diupayakan penjelasannya, bahwa
secara umum tujuan tarekat adalah mendekatkan diri tarekat yang
harus diamalkan dalam bimbingan seorang guru, itulah yang disebut
tarekat. Dengan kata lain, dapat dirumuskan bahwa tarekat adalah
seperangkat ilmu mendekatkan diri kepada Allah Swt, sedangkan
tarekat adalah suatu sistem untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt
yang salah satu unsur pokoknya adalah ilmu tarekat (Siregar, 2002:
264-265).
Pendidikan tarekat merupakan pendidikan yang mengajarkan
nilai-nilai tarekat. Nilai tarekat tersebut diwujudkan dengan akhlak,
etika atau moral. Dengan akhlak, ada beberapa hal yang hendaknya
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari guna memperoleh
kebahagiaan yang optimal (Muhajir, (t.t.:). Ulul Albab: Islamic
Education Journal: 3). Dalam hal ini, tarekat yang memiliki nilai atau
akhlaq ini merupakan hasil dari pendidikan yang diajarakan oleh Allah
6
terhadap Rasulullah Saw. Keberhasilan Rasulullah Saw sebagai
pembawa risalah itu diilustrasikan dengan mengintegrasikan antara
agama, akal, serta keceradasan jiwa yaitu dengan mengedepankan
akhlak. Hal ini digambarkan oleh Allah Swt dalam al-Qur’an surah al-
Qalam ayat 4 yang berbunyi:
(4وإنك لعىل خلق عظيم. )القلم :
Artinya: “Sesungguhnya engkau wahai Muhammad memiki
akhlak yang mulia. (QS. Al-Qalam: 4)
Di samping itu, perangai Rasulullah Saw dideskripsikan secara
lugas dan baik oleh Sayyidah Aisyah ra tatkala ia ditanya oleh seorang
yang bernama Sa’ad bin Hisyam bin ‘Amir. Sebagaimana berikut:
ثنا مبارك ، عن السن ثنا هاشم بن القاسم ، قال : حد حدم ، عن سعد بن هشام بن عمر ، قال :
تيت عئشة ، فقلت : يا أ
أ
عليه وسلم ، قالت : ين بلق رسول اهلل صىل اهلل خبالمؤمنني ، أ
. )رواه أمحد(كن خلقه القرآنArtinya: “ Telah menceritkan kepada ku dari Hasyim bin al-
Qasim berkata; dari Mubarok, dari Hasan, dari Sa’ad bin
Bisyam bin ‘Amir; lalu ia datang kepada Aisyah ra dan berkata:
wahai Ummu al-Mu’minin, ceritkan kepadaku tentang akhlak
Rasulullah Saw, Aisyah ra menjawab; akhlaknya Rasulullah
Saw itu al-Quran. (HR. Ahmad bin Hanbal, 1998: 91) Hal ini pula diungkapan oleh Siraj (2006: 52) bahwa
meningkatkan kualitas akhlak yang mulia, diperlukan adanya
pendidikan karakter dengan khas sufistik, menurutnya solusi sufistik
bukan merupakan sesuatu penyikapan yang pasif atau apatis terhadap
kenyataan sosial, tapi sebalikmya, justru tarekat berperan besar dalam
mewujudkan sebuah revolusi moral dan karakter spiritual dalam
masyarakat dan hal ini merupakan ethical-basic bagi suatu formulasi
7
sosial seperti dunia pendidikan, yang selama ini hanya mementingkan
akademik dan kecerdasan otak saja dan kurang memperhatikan aspek
kecerdasan emosi dan spiritual.
Pendidikan tarekat sangat urgen dan penting sekali di era
modern ini. Terlebih pendidikan itu sendiri merupakan aset paling
berharga dalam kehidupan dunia menuju akhirat. Dengan pendidikan,
manusia akan mengetahui hal-hal yang ada di muka bumi ini seperti
kebaikan, keburukan, zohir maupun bathin. Di samping itu,
Pendidikan itu penting bagi individu sebagaimana penting pula bagi
masyarakat. Melalui pendidikan, seseorang bisa mengembangkan
dirinya dan membentuk kelurarganya. Melalui pendidikan yang baik
pula manusia menjadi baik, terbentuk keluarga dan masyarakat yang
baik juga sebagaimana berkembangnya pemahaman, jalan serta nilai-
nilai positif dan nilai-nilai kemanusiaan (Dakhalallah, 2015: 12).
Adapun tujuan pendidikan adalah sampainya kesempurnaan
manusia. Sebab, Islam itu sendiri memberikan suri teladan terhadap
kesempurnaan agama (Muhammad Munir Mursi, 1987: 53). Hal ini
juga di ungkapkan pula oleh Armai Arief bahwa tujuan pendidikan
Islam adalah pembinaan kepribadian anak didik yang sempurna,
peningkatan moral, tingkah laku yang baik, mengembangkan rasa
kepercayaan terhadap agama dan Tuhan, serta mengembangkan
intelegensi anak secara efektif agar mereka siap untuk mewujudkan
kebahagiaannya di masa mendatang (Arief, 2002: 24). Di samping itu,
Athiyah al-Abrasy menghendaki bahwa tujuan pendidikan Islam
sebagai manusia yang berakhlak mulia. (al-Abrasy, 1974: 15). Begitu
pula Ahmad D. Marimba mengungkapkan bahwa tujuan pendidikan
Islam adalah terbentuknya orang yang bekepribadian muslim
(Marimba, 1989: 39).
Akan tetapi, ada beberapa hal yang perlu dipahami secara
cermat dan baik terkait dengan hakikat pendidikan itu sendiri.
Dimana hakikat pendidikan adalah menyiapkan dan mendampingi
seseorang agar agar memperoleh kemajuan dalam menjalani
kesempurnaan. Kebutuhan manusia terhadap pendidikan beragam
seiring dengan beragamnya kebutuhan manusia. Ia membutuhkan
8
pendidikan fisik untuk menjaga kesehatan fisiknya, ia membutuhkan
pendidikan etika agar dapat menjaga tingkah lakunya, ia butuh
pendidikan akal agar jalan pikirannya sehat, ia membutuhkan
pendidikan disiplin ilmu agar dapat mengenal alam, ia membutuhkan
pendidikan sosial agar membawanya mampu berosialisasi, ia
membutuhkan pendidikan agama untuk membimbing rohnya menuju
Allah Swt. Ia membutuhkan pula pendidikan akhlak agar perilakunya
seirama dengan akhlak yang baik (Anwar, 2010: 42-43).
Dengan begitu, pendidikan tarekat ini mempunyai peran yang
sangat signifikan dalam pendidikan. Pendidikan tassawuf yang
memiliki nilai akhlak, moral, dan etika tidak hanya mengedepankan
aspek kognitif (pengetahuan) peserta didik saja, melainkan aspek
afektif dan psikomotrik peserta didik. Akan tetapi, prinsip itu
sebagaimana yang diusungkan dalam kurikulum 2013 (K13) ini. Nilai-
nilai tarekat dalam pendidikan jauh lebih dari itu, mengajarkan,
mendidik, serta membiasakan peserta didik untuk selalu
menyeimbangkan antara zikir dan pikir, iman dan Islam, imtaq dan
iptek. Melalui aspek tersebut peserta didik untuk selalu
menyeimbangkan kehidupan dunia dan akhiratnya.
Nilai-nilai pendidikan tarekat yang berlandaskan tarekat ini
digambarkan melalui pesantren yang didalamnya termasuk ustadz,
santri dan lain sebagainya. Kajian dan literasi tentang pesantren sudah
begitu banyak dan luas di seantoro nusantara bahkan dunia
internasional. Pesanten sebagaimana diungkapkan oleh Majid (1997:
15) seringkali diidentikkan dengan pondok atau asrama yang menjadi
tempat aktivitas belajar atau figur seorang kiai yang menjadi
pengasuh dalam memimpin sebuah pesantren. Unsur-unsur yang
berkaitan langsung dengan pesantren tersebut harus dipahami sebagi
bagian dari faktor penting dalam mendukung keberhasilan pesantren
dalam menancapkan kiprahnya dalam pergulatan pendidikan Islam di
Indonesia.
Menurut Dhofier (1994: 44), ada lima elemen dasar yang
berkaitan langsung dengan karakteristik dalam tradisi pesantren,
yaitu pondok, masjid, santri, pengajaran kitab-kitab kuning, dan kiai.
9
lima unsur tersebut keterkaitan yang saling mendukung dan secara
filosfis tak bisa dipisahkan karena pesantren mencakup seluruh
aktivias yang bernilai ibadah dan kebaikan bagi kemshlahatan umat
semuanya.
Salah satu instrumen yang tidak bisa diabaikan bahkan hilang
dari pesantren ialah kiai. kiai memiliki figur dan peran yang sangat
besar dalam memajukan sebuah lembaga agama yaitu pesantren. Kiai
sebagai figur utama dalam menjalankan roda keagamaan yang
berkaitan langsung dengan pesantren. Posisi kiai memang dominan
karena ia memiliki pemegang estafet kedaulatan dalam kehidupan
santri sehingga harus mematuhi segala kebijakan-kebijakannya. Gelar
kiai sejatinya bukan berasal dari pengokohan sendiri melainkan dari
masyarakat sekitar yang memberikan gelar kehormatan kepada orang
tersebut. Kiai yang memiliki pesantren dan mendapatkan kepercayaan
orang sekitarnya ialah Abah Aos atau Gaos.
Abah Gaos memiliki peran dalam dunia pendidikan tarekat. Hal
ini dilihat melalui kontribusi beliau dalam tarekat meskipun
masyarakat kita beranggapan bahwa ajaran tarekat itu bersikap
eksklusif. Artinya, bahwa ajaran tarekat itu hanya dipraktikkan dan
diamalkan oleh orang-orang yang (sufi) mereka anggap sebagai bukan
manusia biasa, karena mereka itu telah menjadi waliyullah. Karena
itu, sebagian masyarakat memiliki persepsi bahwa seorang sufi adalah
orang yang hanya menghabiskan waktunya di masjid, beri’tikaf,
berdzikir, dan melakukan shalat-shalat sunnah. Atau mereka yang
menyendiri di gua, gunung, hutan dan dipinggir pantai untuk
melakukan kontemplasi. Atau mereka yang berpakaian lusuh
(sederhana), mereka yang menghabiskan siang dan malam dengan
melakukan ibadah, mereka yang berpenampilan awut-awutan dan
mereka mempunyai pola hidup anti dunia. Tidaklah demikian halnya
dengan seorang manusia pilihan oleh yaitu Syekh Muhammad Abdul
Gaos Saefullah Maslul al-Qodiri an-Naqsyabandi yang lebih akrab
dengan sebutan Abah Aos atau Gaos yang tinggal di kaki gunung
Sawal daerah Panjalu Ciamis Jawa Barat.
10
Beliau merupakan salah satu tokoh yang berperan dalam dunia
pendidikan tarekat sebagaiamana diungkapkan oleh al-Mathrudi
(2016:110) adalah KH. Muhammad Abdul Gaos atau sering dipanggil
“Abah Gaos”. Beliau merupakan murid dari Abah Anom. Beliau
adalah murid yang patuh terhadap sabda (petuah) guru. Bukan hanya
itu, beliau selalu mengikuti apa-apa yang menjadi sunnah gurunya
Abah Anom, sehingga sekarang apa yang beliau lakukan adalah apa
yang dilakukan oleh Abah Anom, kalau boleh kami katakan beliau
adalah copy paste dari Abah Anom.
Melalui penelitian yang dilakukan peneliti pada bulan
september 2018, peneliti menemukan beberapa karya Abah Gaos
terkait dengan pendidikan tarekat melalui karyanya yang berjudul
majmu>’atu rasa>il. Kitab tersebut merupakan kumpulan lembaran-
lembaran karya Abah Anom yang berjudul sebagai berikut; Pertama,
as-Syarhu al-Maisur li Miftahi as-Shudur li Irsyadi ar-Ruhi al-
Maghrur. Kedua, al-Sunan al-Mardhiyyah fi al-‘Amaliyah al-
Mursyidiyyah. Ketiga, al-Fathu al-Jali>l fi> ‘Ala>ma>ti al-Mursyid al-
Ka>mil. Keempat, al-Fikrah al-Jadi>dah fi Fad{a>il as-Syuhu>r annaha> min
Asma>illahi al-Husna>. Dari hal tersebut, jika peneliti amati dan
mendalami lebih dalam selama proses pembelajaran di semester
kedua, peneliti menemukan beberapa distingsi pendidikan tasawauf
yang ditulis langsung oleh Abah Gaos. Berikut ini beberapa distingsi
dan penting penelitian ini untuk dijadikan sebuah tesis:
Pertama, karya ini merupakan hasil dari ijtihad (kesungguhan)
ulama Nusantara terhadap pendidikan tarekat. Pendidikan tarekat
yang diilustrasikan Abah Gaos melalui karyanya tersebut sudah
mendarah daging bagi salik yang ingin dekat dengan Allah.
Kedua, Abah Gaos memiliki transmisi (sanad) keilmuan yang
menyambung kapada Rasulullah Saw.
Ketiga, Sebagai seorang salik di jalan Allah beliau pun bisa
mengobati orang yang merasakan putus asa, pesimis, atau ingin
mencari keberkahan dalam keluarga, ingin lebih dekat dengan sang
pencipta, dan lain sebagainya melalui sholat, doa atau zikir.
11
Berpijak pada latar belakang di atas, kajian tentang pendidikan
dan akhlak tarekat, akan dispesifikasikan pada pemikiran salah satu
tokoh intelektual dan tarekat Indonesia yaitu Abah Gaos. Sebagai
guru spritual Tariqah Qadiriyah Naqsyabandiyah (TQN) Suryalaya
ke-11, beliau begitu berkomitmen terhadap pendidikan tarekatnya
secara kental dan tampak melalui karya dan kontribusinya dalam
keagamaan maupun sosial, sehingga peneliti tertarik mengadakan
penelitian tesis dengan judul “Pendidikan Tarekat Abah Gaos;
Analisis Pemikiran dan Karya Abah Gaos”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian masalah di atas, oleh
karena itu, peneliti tertarik untuk mengangkat judul “Pendidikan
Tarekat Abah Gaos” khsususnya tentang pendidikan tarekat yang
semakin mengkawatirkan dan terkikis secara perlahan-lahan. Maka,
dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1. Krisis spritual (nilai-nilai tarekat), moral dan karakter yang
merambah dikalangan dewasa maupun pelajar.
2. Pendidikan tarekat yang belum merata baik dari pemikiran,
pengamalan maupun karyanya.
3. Kurangnya kemampuan pendidik menginovasi pendidikan
tarekat.
4. Kurangnya implementasi pendidikan tarekat secara masif di
seluruh lapisan masyarakat.
5. Kurangnya sosialisasi dan penyuluhan pendidikan tarekat
secara utuh dan merata.
6. Pembinaan sosial-keagamaan belum mampu merubah
perilaku masyarakat.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, dengan adanya
keterbatasan sarana-prasarana, pikiran dan dana yang ada, kemudian
demi terfokusnya penelitian ini, maka peneliti hanya membatasi dan
membahas mengenai:
12
1. Pemikiran terhadap pendidikan tarekat. Oleh karena itu,
yang akan diteliti adalah Pendidikan Tarekat Abah Gaos
melalui pemikiran dan karyanya.
2. Pendidikan secara struktural itu ada tiga, yaitu formal,
informal dan nonformal. Untuk itu, penelitian ini dibatasi
pada pendidikan formal yaitu Pondok Pesantren Sirnarasa
Desa Cisirri Kabupaten Ciamis Jawa Barat. Sekaligus
membatasi pada implementasi pemikiran dan karya Abah
Gaos melalui karyanya baik berupa Pondok Pesantren
Sirnarasa maupun tulisan.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka perumusan
masalah yang diajukan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pendidikan tarekat Abah Gaos secara pemikiran
dan karyanya?
2. Bagaimana implementasinya di Pondok Pesantren Sirnarasa?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Menganalisis pendidikan tarekat Abah Gaos melalui
pemikiran dan karyanya.
2. Menganalisis implementasinya dalam bentuk karya yang
berbentukinstitusi maupun tulisan di Pondok Pesantren
Sirnarasa.
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dijelaskan diatas,
maka manfaat dalam penelitian ini dikategorikan dalam dua bagian,
yaitu manfaat akademik dan manfaat praktis.
1. Manfaat Akademik:
a. Memperluas gambaran yang jelas tentang pendidikan
tarekat.
13
b. Menguji teori yang berkaitan dengan tarekat Islam.
c. Memperkaya khazanah keilmuan, wawasan, gagasan, teori
serta mengembangkan penelitian sebelumnya yang terkait
dengan pendidikan tarekat.
2. Manfaat Praktis:
a. Peneliti
Sebagai syarat pengambilan ijazah dan pembinaan terhadap
peneliti sendiri.
b. Pembaca
Memperkenalkan kepada pembaca bahwa pendidikan tarekat
merupakan pendidikan yang menyeimbangkan antara zikir
dan pikir, iman dan ilmu. Memberikan wawasan bahwa
lembaga pendidikan tarekat mengedepankan serta
menjunjung tinggi nilai-nilai agama bukan pada tataran
keilmuan (kognitif) saja, akan tetapi mengedepankan aspek
spiritual seseorang.
c. Lembaga
Memberikan wawasan kepada lembaga lain bahwa
pendidikan tarekat menjadi ikon dalam pengembangan
lembaga pendidikan
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Pendidikan dan Tarekat
1. Pendidikan
Disin akan sedikit diterangkan tentang pentingnya pendidikan
tarekat yang seharusnya di ajarkan sejak dini. Setiap agama pasti
memiliki cara untuk mencapai tingkat spiritualitas tersendiri, seberapa
penting sih sebenarnya tarekat itu sampai-sampai agama islam
menjelaskan hal tersebut secara tersurat dan tersirat dalam pedoman
umat Islam yaitu Al-Quran, sunnah, ijma’, dan qiyas.
Penulis akan membahas tentang aspek dalam pendidikan spiritual
yang ia di anggap sebagai salah satu jenis pendidikan yang
diunggulkan dalam sunnah nabawiyah yang suci karena ia memiliki
tujuan untuk mensucikan diri, meningkatkan akhlak (moral),
menyucikan badan, mengeksploitasi (mengerahkan) segala kekuatan
dan kemampuannya dalam hal kebaikan dan dan hal yang bermanfaat,
dan mememenuhi kebutuhan dan keinginannya dengan cara-cara yang
halal dan disyariatkan.
Pendidikan tarekat bertujuan untuk menciptakan kesempatan untuk
mendengarkan suara hati ini, untuk mendapatkan kejelasan lebih besar
ke mengapa kita diciptakan dan apa misi yang unik mungkin. Pikiran,
hati, dan tubuh idealnya, ketiga elemen ini berinteraksi secar harmonis
satu sama lain tidak ada bagian dari individu baik diabaikan atau
ditolak.
Tarekat merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan setiap
manusia terutama di zaman modern ini. Tarekat adalah kegiatan
individu dan manusia untuk mencapai ketenangan jiwa dan pikiran.
Banyak tulisan atau karya-karya yang menjelaskan tentang apa itu
tarekat, macam, metode dan tujuannya.
Untuk itu penulis akan membahas mulai dari definisi pendidikan,
hakikat pendidikan, tujuan pendidikan. Ditinjau dari tarekat, penulis
membahas definisi tarekat, sejarah perkembangan tarekat secara
singkat, dan apa itu murysid tarekat. Kemudian, relasi tarekat dengan
tasawuf berangkat dari definisi tasawuf itu sendiri, ajaran dan tujuan
tasawuf, langkah menuju kebersucian jiwa melalui tazkiyatun an-Nafs,
15
mujahadah serta riyadhah, maqamat dan ahwal, perumpamaan
tasawuf dengan tarekat, proses spiritualisasi pendidikan, urgensitas
pendidikan tasawuf, tasawuf dan pendidikan dalam sekolah, tasawuf
modern. Untuk lebih mengerti apa yang telah disebutkan perhatikan
ungkapan serta argumentasi berikut ini.
a. Definisi Pendidikan
Dalam dunia pendidikan, dikenal adanya tiga rangkaian istilah
yang sering digunakan untuk menunjuk pendidikan Islam secara
keseluruhan yang terdapat dalam konotasi istilah tarbiyah, ta’lim, dan
ta’dib yang dipakai secara bersamaan. (Naquib al-Attas, 1979: 157).
Namun, pendapat tersebut sama diungkapkan oleh Abdul Halim
(2002: 25) bahwa pendidikan pada umumnya mengacu kepada term
al-tarbiyah, al-ta’lim dan al-ta’dib.
Maksudnya ialah, ketiga term yaitu tarbiyah, ta’lim dan ta’dib
memiliki nilai yang sangat signifikan sekali. Mengapa memiliki nilai
signifikan, karena term tersebut memiliki tujuan yang sangat mulia
yaitu mendidik, mengajar, dan beretika seseorang berlandaskan apa
yang diajarkan oleh syariat Islam baik itu Quran, sunnah, ijma dan
qiyas.
Dari ketiga istilah tersebut term yang populer digunakan dalam
praktek pendidikan Islam adalah term al-tarbiyah. Sedangkan term al-
ta’dib dan al-ta’lim jarang digunakan. Berikut ini penjelasan kosa kata
tersebut.
1) Al-Tarbiyah
Kata al-Tarbiyah dalam bahasa Arab berasal dari kata raba-
yarbu memiliki makna “tumbuh”, dan “berkembang”, tumbuh
(nasya’a) dan menjadi besar atau (tara’ra’a). Artinya pendidikan
(tarbiyah) merupakan usaha untuk menumbuhan dan mendewasakan
peserta didik, baik secara fisik, psikis, sosial, maupun spiritual.
Qurtubi seperti yang dikutip oleh Sahrodi (2005: 2) mengatakan
bahwa “Rabb” merupakan suatu gambaran yang diberikan kepada
suatu perbandingan antara Allah sebagai pendidikn dan manusia
sebagai peserta didik. Allah mengetahui dengan baik kebutuhan-
kebutuhan mereka yang dididik, sebab ia adalah pencipta mereka. Di
samping itu, pemeliharaan Allah tidak terbatas pada kelompok
16
terntentu. Ia memperhatikan segala ciptaan-Nya. Karena itulah Ia
disebut sebagai Rabb al-‘Alamin. Al-Tarbiyah dalam bahasa Inggris
dikenal dengan education. el-Sherify (2000: 76) mengutip definisi
UNESCO dengan ungkapan:
)طبقا تلعريف ايلونسكو( تعليم منظم ومقصود، يهدف إىل نقل املعرفة وإكساب ياة.املهارات انلافعة يف لك مناشط احل
Artinya: “sesuai dengan definisi UNESCO bahwa pendidikan
merupakan pembelajaran yang terorganisir dan terfokuskan,
bertujuan untuk mentransfer pengetahuan dan memperoleh
keterampilan-keterampilan yang bermanfaat bagi seluruh aspek
kehidupan.”
Tarbiyah sebagaimana digambarkan dalam firman Allah Swt
sebagai berikut:
واخفض هلما جناح اذلل من الرمحة وقل رب ارمحهما كما ربياين صغريا.
Artinya: “dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua
dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “wahai Tuhanku,
kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah
mendidik aku waktu kecil.” (QS. Al-Isra: 24)
Jadi, lafadz “tarbiyah” dalam al-Quran dimaksudkan sebagai
proses pendidikan. Namun terminologi tersebut tidak sebatas aspek
tertentu saja sebagaimana yang didefinisikan sarjana Barat. Al-Quran
mendeskripsikan kata “tarbiyah” secara menyeluruh, komprehensif
dan bersifat umum. Sebab, al-Quran lebih dahulu memaknai secara
detail dan lebih mendalam seperti aspek kognitif, afektif, dan
psikomotrik. Bahkan, merespon, apresiasi serta mengasuhnya
merupakan hal yang direpresentasikan Allah dalam ayat tersebut.
2) Al-Ta’lim
Al-Ta’lim merupakan kata benda buatan (mashdar) yang berasal
dari akar kata ‘allama. Istilah tarbiyah diterjemahkan dengan
pendidikan, sedangkan ta’lim diterjemahkan dengan pengajaran.
(Rahman, 2001: 60). Dalam Al-Quran Allah Swt mengajarkan Nabi
17
Adam nama-nama-Nya. Sebagaimana firman Allah Swt dalam salah
satu kalamnya:
وعلم آدم األسمآء لكها.
Artinya: dan Dia (Allah) Swt mengajarkan Nabi Adam nama-
nama (benda-benda) seluruhnya. (QS>. Al-Baqarah: 31)
Dengan penjelasan di atas, kata ta’lim/’allama dalam al-Quran
ditujukan sebagai proses pengajaran dan pemberian informasi kepada
peserta didik. Lalu kata tersebut menggambarkan transfer informasi
dan pengetahuan dari satu individu ke individu lainnnya.
3) Al-Ta’dib
Kata ta’dib berasal dari kata addaba, yuaddibu, ta’diban yang
mempunyai arti antara lain: membuatkan makanan, melatih akhlak
yang baik, sopan santun, dan tata cara pelaksanaan sesuatu yang baik.
Kata addaba yang merupakan asal kata dari ta’dib disebut juga
muallim, yang merupakan sebutan orang yang mendidik dan mengajar
anak yang sedang tumbuh dan berkembang. (Munardji, 2004: 45)
Manusia tidak bisa lepas dari pendidikan. Pendidikan
merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan di setiap
negara. Menurut Undang-Undang no. 20 Tahun 2003 tentang
Sisdiknas dalam pasal 1 disebutkan bahwa pendidikan merupakan
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, mengembangkan
segala potensi yang dimiliki peserta didik melalui proses
pembelajaran. Dalam pasal 4 dijelaskan bahwa peserta didik adalah
anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri
melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan
jenis pendidikan tertentu.
Dengan demikian pendidikan merupakan segala daya upaya dan
semua usaha membuat masyarakat dapat mengembangkan potensi
peserta didik agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
18
pengendalian diri, kepribadian, memiliki kecerdasan spiritual dan
emosional, berakhlak mulia, serta memiliki keterampilan yang
diperlukan sebagai anggota masyarakat dan warga negara.
Bendara Raden Tumenggung Harya Suwardi Soerjaningrat
yang lebih dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara (1961: 2)
mengatakan bahwa usaha pendidikan (tari) ditujukkan pada (a)
halusnya pribadi, (b) cerdasnya otak, dan (c) sehatnya badan. Ketiga
usaha ini akan menjadikan lengkap bagi setiap manusia. Dengan
begitu, pendidikan adalah usaha membentuk manusia secara
menyeluruh baik lahir maupun batin, yaitu cerdas, sehat dan berbudi
pekerti luhur. Ki Hajar Dewantara menegaskan bahwa pendidik harus
memiliki tiga konsep sikap yang utuh, yakni ing ngarsa sung tuladha,
ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani. Artinya, sebagai
pendidik harus mampu menjadi tauladan bagi peserta didiknya,
pendidik juga mampu menjaga keseimbangan, mendorong, dan
memberikan motivasi bagi peserta didiknya.
Pendidikan berasal dari kata ‘didik’ yang mendapat awalan
‘pen’ dan akhiran ‘an’ mengandung arti perbuatan (hal, cara, dan
sebagainya). Jika dilihat dalam kamus bahasa Indonesia pendidikan
artinya proses perubahan sikap dan tata laku seorang atau kelompok
orang dalam ussaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan latihan proses, perbuatan dan cara mendidik. (Tim
Penyusun, 2008: 352).
Pendidikan sebagaimana diungkapkan (Endarmoko, 2006:156).
adalah bimbingan, didikan, edukasi, kuliah, kursus, pelatihan,
pemberadaban, pembibitan pencerahan, penggemblengan,
penggodokan, penyadaran, tuntunan,; pelajaran sekolah.
Hujjatul Islam Imam Ghazali mengatakan bahwa pendidikan itu
terletak pada pengajaran moral religius tanpa mengabaikan urusan
dunia. (Ramayulis, Ciputat: 2005).
Sedangkan menurut Yasin (2008: 16) melalui istilah-istilah
pendidikan dari berbagai bahasa bahwa pendidikan adalah kegiatan
yang di dalamnya terdapat a) proses pemberian pelayanan untuk
menuntun perkembangan peserta didik, b) proses untuk mengeluarkan
atau menumbuhkan potensi yang terpendam dalam diri peserta didik,
c) proses memberikan sesuatu yang kepada peserta didik sehingga
19
tumbuh menjadi besar, baik fisik maupun non-fisiknya, d) proses
penanaman moral atau proses pembentukan sikap, perilaku dan
melatih kecerdasan intelektual peserta didik.
Dari berbagai definisi diatas, kesimpulan yang bisa dipetik ialah
sebagai berikut: pendidikan bukan hanya sekedar mengajar dan
mendidik saja, akan tetapi segala perbuatan yang mengantarkan orang
lain itu menjadi tau, ingat, bertambah dan lebih baik dari aspek iman
dan ilmu, zikir dan fikir serta imtaq dan iptek.
b. Hakekat Pendidikan
Secara formal, pendidikan itu dilaksanakan sejak usia dini
sampai perguruan tinggi. Adapun secara hakiki pendidikan
dilakukakn seumur hidup sejak lahir hingga dewasa. Waktu kecil pun
dalam UU 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pendidikan anak usia dini
yang notabene anak-anak kecil sudah didasari dengan pendidikan
yang mengajarkan nilai-nilai moral yang baik agar dapat membentuk
kepribadian dan potensi diri sesuai dengan perkembangan anak.
Dalam PP 27 tahun 1990 bab 1 pasal 1 ayat 2, disebutkan bahwa
sekolah untuk peserta didik yang masih kecil adalah salah satu bentuk
pendidikan dini bagi anak usia 4 tahun sampai memasuki pendidikan
dasar (Harianti, 1996: 12). Di samping itu, terdapat 6 fungsi
pendidikan (Depdiknas, 2004: 4), yaitu:
1) Mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin kepada
anak.
2) Mengenalkan anak pada dunia sekitarnya.
3) Menumbuhkan sikap dan perilaku yang baik.
4) Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan
berosisialisasi.
5) Mengembang keterampilang, kreativitas, dan kemampuan
yang dimiliki ank
6) Menyiapkan anak untuk memasuki pendidikan dasar.
Dari ungkapan di atas, hakekat pendidikan merupakan hal
mendasar yang mengarahkan manusia menjadi terdidik melalui ilmu,
pengetahuan serta perilaku yang diajarkan dalam dan luar kelas, serta
yang terampil berkreasi, dan berinovasi berdasarkan standar nilai
pendidikan.
20
c. Tujuan Pendidikan
Tujuan merupakan salah satu komponen pendidikan. kompenen
tersebut harus ada, jika komponen tersebut tidak ada maka pendidikan
pun tidak akan berjalan sebagaima mestinya. Oleh karena itu, ada
beberapa hal yang harus diketahui sebelum membahasa tujuan
pendidikan:
1) Fungsi Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan sebenarnya sudah terlingkup pengertian
pendidikan sebagai usaha sadar, yang berarti usaha tersebut
mengalamai permulaan dan akhirnya. Ada usaha yang terhenti karena
mengalami kegagalan sebelum mencapai tujuan, namun usaha
tersebut belum disebut berakhir. Karena pada umumnya, suatu usaha
baru berakhir kalau utjuan akhir telah tercapai. Dari uraian
sebelumnya, maka fungsi tujuan pendidikan yang dimaksudkan
sebagai berikut:
a) Mengakhiri dan mengarahkan tujuan.
b) Suatu tujuan dapat pula berupa titik pangkal untuk
mencapai tujuan-tujuan lain, baik tujuan baru maupun
tujuan lanjutan dan tujuan pertama.
c) Memberi nilai pada usaha-usaha itu. (Djumransyah, 2006:
117)
Sedangkan menurut Said (1989: 104) mengatakan bahwa
tujuan pendidikan melaksanakan tiga fungsi penting yang semuanya
ber sifat normatif, yaitu sebagai berikut:
a) Tujuan Pendidikan memberikan arah pada proses yang
bersifat edukatif.
b) Tujuan pendidikan tidak selalu memberikan arah pada
pendidikan, tetapi harus mendorong atau memberikan
motivasi sebaik mungkin. Jika dinilai, dihargai, dan
diinginkan, maka tujuan adalah nilai. Oleh karena itu, tujuan
pendidikan bukanlah menunjuk kepada sesuatu yang nyata,
dan tujuan pendidikan merupakan garis finish dalam suatu
21
perlombaan yang hendak dicapai oleh para pesertanya pada
proses pendidikan.
c) Tujuan pendidikan mempunyai fungsi untuk memberikan
pedoman menyediakan kriteria-kriteria dalam menilai
proses pendidikan.
John Dewey sebagaiamana dikutip oleh Barnadib (2002: 61-62)
memiliki pandangan terkait tujuan pendidikan yaitu memberikan
nilai-nilai bagi peserta didik sebagai pegangan dalam hidupnya.
Dewey memandang bahwa sekolah merupakan lingkungan
masyarakat kecil, dan cerminan daripadanya. Ini merupakan bentuk
kehati-hatian dalam pengelolaan sekolah terhadap masyarakat.
Setidaknya, sekolah jangan hanya sebagai ‘menara gading’ yang
menjulang jauh di atas masyarakat. Keduanya perlu saling
berinteraksi secara positif. Pandangan ini perlu dipegang dengan
teguh disertai harapan terwujud, meskipun realisasinya tidak semata
hasil terjemahan harfiah.
Naquib al-Attas megutarakan tujuan pendidikan untuk
mewujudkan kapasitas yang ada dalam individu agar menjadi
aktualitas aktif dan nyata. (Zuhairini, 2004: 29). Hal senada
diungkapkan oleh Nata (2001: 86) bahwa tujuan pendidikan menurut
Naquib al-Attas adalah mengembalikan manusia kepada fitrahnya,
bukan pengembangan intelektual atas dasar manusia sebagai warga
suatu negara yang kemudian identitas kemanusiaannya diukur sesuai
dengan perannya dalam kehidupan bernegara, terlebih suatu negara
yang dianggap sekuler. Kecenderungan al-Attas terhadap hal tersebut
dapat dilihat ketika ia merumuskan tujuan ilmu yang hampir mirip
dengan rumusan tujuan akhir pendidikan al-Ghazali.
Dengan begitu, tujuan pendidikan bisa didefinisikan untuk
mencerdaskan kehidupan manusia, untuk memanusiakan manusia
serta menjadikan manusia itu baik secara zohir maupun bathin, baik
secara akhlak maupun keilmuan, serta baik dalam aspek dunia dan
akhiratnya.
2) Strategi Perumusan Tujuan Pendidikan
22
Ada beberapa cara yang dapan dijadikan menentukan cara yag
paling baik menentukan tujuan pendidikan. Menurut para ahli
pendidikan John S. Brubacher yang dikutip oleh Djumransyah (2006:
120-121) dalam menentukan tujuan pendidikan dapat ditempuh
dengan tiga pendekatan terpadu, yang mencakup:
a) A history analysis of social institutions approach
Pendidikan melalui analisis histori lembaga-lembaga sosial
adalah suatu pendekatan yang berorientasi kepada realita yang sudah
ada dan telah tumbuh sepanjang sejarah bangsa itu. Pandangan hidup,
kenyataan hidup, tata sosial, dan kebudayaan menjadi pusat orientasi
yang akan diwarisi.
b) A sociological analysis of current life approach
Pendekatan ini adalah pendekatan yang berdasarkan pada
analisis tentang kehidupan yang aktual. Dengan pendekatan tersebut,
dapat dilukiskan kenyataan kehiduapn ini melalui analisis deskriptif
tentang seluruh kehidupan masyarakat, baik aktifitas anak-anak,
orang dewasa, dan motivasi mereka terhadap aktifitas tersebut,
bahkan tentang minat dan tujuan aktifitas tersebut.
c) Normative philoshopy approach
Pendekatan ini melalui nilai-nilai filsafat normatif, seperti
filsafat negara dan moral. Proses pendidikan, pada dasarnya
melestarikan kebudayaan dan mewariskan nilai-nilai yang hidup
sebagai pandangan hidup dan filsafat hidup sebagai eksitensi bangsa
dengan kebudayaan.
Pendekatan melalui ketiga aspek di atas tersebut secara terpadu
sangat diperlukan dalam mencapai tujuan yang lebih baik dan
realistis. Perencaan melalui pendekatan ini sebagai acuan dalam
standar perumusan pendidikan.
2. Tarekat
Perlu dipahami bahwa dalam ajaran tarekat tidak dibenarkan
meninggalkan syariat, bahkan pelaksanaan tarekat merupakan
23
pelaksanaan syariat agama. Oleh karena itu, melakukan tarekat tidak
bisa sembarangan. Orang yang bertarekat haruslah dibimbing oleh
seorang guru yang disebut mursyid (pembimbing) atau syekh. Syekh
inilah yang bertanggung jawab terhadap murid-muridnya yang
melakukan tarekat. Ia mengawasi murid-muridnya dalam kehidupan
lahiriah serta rohaniah dan pergaulan sehari-hari. Bahkan ia menjadi
“perantara” antara murid dengan Tuhan dalam beribadah. Karena itu,
seorang syekh hruslah sempurna suluknya dalam syariat dan hakikat
menurut al-Qur’an, al-Hadits dan ijma’. Ad-din nasiha “Agama adalah
nasihat yang baik”. hadits ini pula yang menjadi dasar bahwasanya
dalam menjalankan tarekat haruslah ada seorang guru yang terpercaya,
ibaratnya hadits haruslah ada rawi atau sanad yang jelas
kredibilitasnya.
Tarekat bukanlah sebuah ajaran ataupun kelembagaan yang
tidak mengajarkan syariat Islam itu sendiri. melainkan semua tindak
tanduk tarekat berlandaskan syariat Islam mulai dari ujung kaki hingga
ujung kepala, lahiriah maupun bathiniah, rasional dan irasional. Itu
semua merupakan ajaran Islam.
Dari argumen-argumen tersebut, tarekat merupakan landasan
hidup dan kehidupan yang tidak bisa dianggap remeh. Sangat
mendalam apalagi berkontribusi bagi akhlak seseorang. Untuk lebih
jelasnya, akan dipaparkan terkait tarekat dan yang terkait dengannya.
a. Definisi Tarekat
Tarekat berasal dari kata “thariqat” menurut bahasa artinya jalan,
cara, garis, kedudukan, keyakinan, dan agama. Tarekat adalah
pelaksanaan takwa dan segala sesuatu yang dapat mendekatkan kepada
Allah Swt, seperti usaha untuk melewati berbagai jenjang dan maqam,
setiap maqam memiliki tarekat tersendiri. (Alaydrus, 2006: 76). Said
(2005: 1) mengutip kamus modern Dictionary Arabic-English
karangan Alias dan Edward Elias menyatakan bahwa thariqat ialah
way (cara atau jalan), method dan system of belief (metode dan sistem
kepercayaan).
Pandangan para ulama tasawuf terhadap tarkat ialah jalan aau
petunjuk dalam melaksanakan suatu ibadah sesuai dengan ajaran yang
dibawa oleh Rasulullah dan yang dicontohkan oleh beliau dan para
24
sahabatnya serta tabi’in, tabi’it tabi’in dan terus bersambung hingga
kepada para guru, ulama, kiai secara bersamung hingga sekarang ini.
Tarkat merupakan suatu jalan yang ditempuh oleh para ahli tasawuf
atau kaum mutashawwifin untuk mencapai tujuan. Al-Aziz (2000: 32).
Arti tarekat sebagai jalan atau metode praktis yang berupa
petunjuk dalam usaha mendekatkan diri kepada Tuhan yang diyakini
berasal dari Nabi, lalu kemudian berkembang menjadi perkumpulan-
perkumpulan dalam bentuk pendidikan kerohanian yang terorganisir
di bawah bimbingan seorang syekh dengan sejumlah murid yang
belajar kepadanya. Tarekat sebagai jalan untuk mendekatkan diri
kepada Tuhan, maka orang yang melakukan tarekat sesungguhnya
tidak dibenarkan untuk meninggalkan syari’at, bahkan pelaksanaan
tarekat merupakan pelaksanaan syari’at agama. Oleh karena itu,
melakukan tarekat tidak bisa sembarangan. Orang yang bertarekat
harus dibimbing oleh guru atau syekh yang disebut marsyid. Syekh
inilah yang bertanggung jawab memberikan bimbingan dan
mengawasi murid-muridnya dalam kehidupan lahiriah dan rohaniah,
terutama dalam usaha mendekatkan diri kepada Tuhan berdasarkan al-
Qur’an, sunnah Rasul dan ijma. (Islam: 1994: 66).
Tarekat dapat disebut sebagai sebuah madhab sufistik yang
mencerminkan suatu produk pemikiran dan doktrin mistik teknikal
untuk menyediakan metode spiritual tertentu bagi mereka yang
menghendaki jalan mistik menuju ma’rifat billah. Tarekat menjadi
sebuah disiplin mistik yang secara normatif doktrinal meliputi sistem
wirid, zikir, do’a, etika tawassul, ziarah, dan sejenisnya sebagai jalan
spiritual sufi. Dengan perkataan lain, tarekat itu mensistematisasikan
ajaran tasawuf (sufistik). (Riyadi, 2014: 360).
Untuk dapat melaksanakan tarekat dengan baik, seorang murid
hendaknya mengikuti jejak guru atau marsyidnya, melaksanakan
perintah dan mengikuti anjurannya. Seorang murid tidak boleh
mencari-cari keringanan dalam melaksanakan amaliah yang sudah
ditetapkan oleh mursyidnya dan harus mengekang hawa nafsunya
untuk menghindari dosa atau noda yang dapat merusak amal. Ia juga
harus memperbanyak wirid, zikir, doa dan memanfaatkan waktu
seefektif dan seefisien mungkin. Biasanya seorang pengikut tarekat
agar dapat melaksanakan aktivitas tarekat dengan baik, ia dimasukkan
25
ke suatu tempat khusus yang dinamakan ribat (tempat belajar),
zawiyah atau khanqah yang merupakan tempat ibadah kaum sufi. Di
tempat inilah amaliah tarekat dilaksanakan, baik berupa zikir, wirid,
ratib, musik, dan mengatur cara bernafas pada waktu melaksanakan
zikir tertentu.
b. Sejarah Perkembangan Tarekat
Pada abad ke-3 dan ke-4 H, periode sufi awal, tasawuf masih
merupakan fenomena individual yang menekankan hidup asketis
untuk sepenuhnya meneladani perikehidupan spiritual Nabi
Muhammad saw. Selanjutnya, menginjak abad ke-5 dan ke-6 H, para
elit sufi concern untuk melembagakan ajaran-ajaran spiritual mereka
dalam sebuah sistem mistik praktikal agar mudah dipelajari dan
dipraktikkan oleh para pengikut mereka. (Mulyati,2004: 6). Sistem
mistik tersebut pada prinsipnya berisi ajaran tentang maqamat, sebuah
tahapan-tahapan yang secara gradual diikuti dan diamalkan para sufi
untuk sampai ke tingkat ma„rifat, dan ahwal, yaitu kondisi psiko-
spiritual yang memungkinkan seseorang (salik) dapat merasakan
kenikmatan spiritualsebagai manifestasi dari pengenalan hakiki
terhadap Allah swt. (Atjeh, 1986: 71). Kondisi demikian, pada
akhirnya (abad ke-6 dan ke-7 H.), melembaga sebagai sebuah
kelompok atau organisasi atau ordo sufi yang terdiri dari syekh, murid,
dan doktrin atau ajaran sufi yang selanjutnya dikenal dengan ta'ifah
sufiyyah, dan lebih teknis lagi sebagai tarekat. (Trimingham, 1973: 3).
Dengan demikian, tarekat dapat disebut sebagai sebuah madhab
sufistik yang mencerminkan suatu produk pemikiran dan doktrin
mistik teknikal untuk menyediakan metode spiritual tertentu bagi
mereka yang menghendaki jalan mistik menuju ma‟rifat billah. (Atjeh,
1986: 4). Tarekat merupakan fenomena ganda, di mana pada satu sisi,
menjadi sebuah disiplin mistik yang secara normatif doktrinal meliputi
sistem wirid, zikir, do‟a, etika tawassul, ziarah, dan sejenisnya sebagai
jalan spiritual sufi, sementara pada sisi yang lain merupakan sistem
interaksi sosial sufi yang terintegrasi dalam sebuah tata hidup sufistik
untuk menciptakan lingkungan psiko-sosial sufi sebagai kondisi yang
menekankan kesalihan individual dan komunal yang tujuannya adalah
tercapainya kebahagiaan hakiki, dunia akhirat. Kedua sisi tarekat
26
tersebut (normatif doktrinal dan institusional) tidak dapat dipisahkan
satu sama lain. Doktrin tarekat, terutama aspek teosofiknya, dapat
direformasi dan reformulasi terkait dengan upaya kontekstualisasi agar
tarekat mampu memberi seperangkat kurikulum spiritual bagi para
murid. Sementara itu, institusi tarekat, sebagai wahana sosialisasi dan
aktualisasi doktrin sufi, dapat dimodifikasi dan dikembangkan sesuai
dengan prinsip-prinsip organisasi modern menjadi sebuah ikatan sosial
organis sufistik yang memungkinkan kelangsungan dan
perkembangannya ke depan.
Dari sisi organisasi, tarekat yang semula merupakan ikatan
sederhanadan bersahaja antara guru dan murid, (al-Kimasykhanawiy,
2001: 31) berpotensi untuk berkembang baik struktural maupun
fungsional. Secara struktural, misalnya, terdapat suatu ordo tarekat
yang mengembangkan jaringan- jaringan seperti pendidikan, ekonomi,
perdagangan, pertanian, dan bahkan sistem dan struktur politik.
Struktur tarekat tersebut bermanifestasi dalam sebuah asosiasi-asosiasi
yang pada akhirnya memperbesar tubuh atau organisasi tarekat yang
bersangkutan. Salah satu contoh dari perkembangan institusi atau
organisasi tarekat sebagaimana menurut Harun Nasution secara garis
besar melalui tiga tahap yaitu tahap khanaqah, tahap tariqah dan tahap
ta‟ifah.
1) Tahap Khanaqah
Tahap khanaqah (pusat pertemuan sufi), dimana syekh
mempunyai sejumlah murid yang hidup bersama-sama di bawah
peraturan yang tidak ketat, syekh menjadi mursyid yang dipatuhi.
Kontemplasi dan latihan-latihan spiritual dilakukan secara individual
dan secara kolektif. Ini terjadi sekitar abad 10 M, gerakan ini
mempunyai bentuk aristokratis. Masa khanaqah ini merupakan masa
keemasan tasawuf. Biasanya sebuah persaudaraan sufi lahir karena
adanya seorang guru sufi yang memiliki banyak murid atau pengikut.
Pada abad ke-11 M persaudaraan sufi banyak tumbuh di negeri- negeri
Islam. Mula-mula ia merupakan gerakan lapisan elit masyarakat
Muslim, tetapi lama kelamaan menarik perhatian masyarakat lapisan
bawah. Pada abad ke-12 M banyak orang Islam memasuki tarekat-
tarekat sufi. Pada waktu itu kegiatan mereka berpusat di kanqah, yaitu
sebuah pusat latihan sufi yang banyak terdapat di Persia dan wilayah
sebelah timur Persia. Kanqah bukan hanya pusat para sufi berkumpul,
27
tetapi juga di situlah mereka melakukan latihan dan kegiatan spiritual,
serta pendidikan dan pengajaran formal, termasuk dalam hal
kepemimpinan.
Salah satu fungsi penting lain dari kanqah ialah sebagai pusat
kebudayaan dan agama. Sebagai pusat kebudayaan dan agama,
lembaga kanqah mendapat subsidi dari pemerintah, bangsawan kaya,
saudagar, dan organisasi atau perusahaan dagang. Tempat lain
berkumpulnya para Sufi ialah zawiyah dan ribat. Pada abad ke-13 M
ketika Baghdad ditaklukkan tentara Mongol, kanqah serta ribat dan
zawiyah berfungsi banyak. (at-Taftazaniy, 1985: 235) Karena itu tidak
heran apabila di berbagai tempat organisasi kanqah tidak sama. Ada
kanqah yang menerima subsidi khusus dari kerajaan, ada yang
memperoleh dana dari sumber swasta yang berbeda-beda, termasuk
dari sumbangan para anggota tarekat. Kanqah yang mendapat dana
dari anggota sendiri dan mandiri disebut futuh (kesatria), dan
mengembangkan etika futuwwa (semangat kesatria). Salah satu contoh
kanqah terkemuka ialah Kanqah Sa`id al-Su`ada yang didirikan pada
zaman Bani Mameluk oleh Sultan Salahudin al-Ayyubi pada tahun
1173 M di Mesir. Dalam kanqah itu hidup tiga ratus darwish, ahli
suluk, guru sufi dan pengikut mereka, serta menjalankan banyak
aktivitas sosial keagamaan. Organisasi kanqah dipimpin oleh seorang
guru yang terkemuka disebut amir majlis.
2) Tahap Tariqah
Sekitar abad 13 M, merupakan masa terbentuknya ajaran- ajaran,
peraturan, dan metode tasawuf. Pada masa ini muncul pusat-pusat
yang mengajarkan tasawuf, serta masa dimana berkembangnya
metode-metode kolektif baru untuk mencapai kedekatan diri kepada
Allah swt.
3) Tahap Ta’ifah
Terjadi sekitar abad 17 M. Disini terjadi transmisi ajaran dan
peraturan kepada pengikut. Pada masa ini muncul organisasi-
organisasi tasawuf yang mempunyai cabang-cabang ditempat lain.
Pada tahap ta‟ifah inilah tarekat mengandung arti lain, yaitu organisasi
sufi yang melestarikan ajaran syekh tertentu seperti tarekat Qadiriyah,
tarekat Naqyabandiyah, serta tarekat Syadziliyah.
Menurut L. Massignon, yang pernah mengadakan penelitian
terhadap kehidupan tasawuf di beberapa Negara Islam, istilah tarekat
28
yang populer pada abad ke-9 dan ke-10 Masehi adalah Al- maqaamaat
dan Al-ahwaal yang mengandung pengertian sebagai pendidikan
rohani yang sering dilakukan oleh orang-orang yang menempuh
kehidupan tasawuf. Selanjutnya pada abad ke-9 tarekat juga populer
sebagai suatu perkumpulan yang didirikan menurut aturan yang telah
dibuat oleh seorang syekh yang menganut suatu aliran tertentu, lalu
diamalkan bersama dengan murid- muridnya.Sebagai model era
modern menampak dalam sebuah sistem pendidikan pesantren di
Nusantara, khususnya di Jawa.
Sedangkan secara fungsional, tarekat dapat mengembangkan
fungsi-fungsi strategis yang bervariasi, misalnya, sebagai lembaga
pendidikan, lembaga dakwah Islam, lembaga ekonomi, dan bahkan
lembaga sosial-politik yang menampung aspirasi para murid tarekat.
Sebagai contoh kongkret adalahkasus pemberontakan petani Banten,
pada tahun 1888 M., yang disebabkanoleh ketidakpuasan para petani
atas kebijakan pemerintah Kolonial Belandayang menindas. Melalui
organisasi tarekat-sufi (Qadiriyyah wa Naqshabandiyyah) di bawah
bimbingan syekh tarekat, mereka menggalang kekuatan kolektif
menjadi gerakan massa menentang pemerintah. (Simuh, 2002: 57).
Dari peristiwa itu, dapat dimengerti, bahwa faktor situasi dan kondisi
ikut menentukan tarekat berfungsi sebagai kendaraan politik
menentang praktek ketidak adilan dan kezaliman. Tarekat yang semula
sebagai lembaga kesalihan individual yang bersifat eksklusif, dapat
berkembang secara struktural-fungsional menjadi sebuah institusi
keagamaan yang kompleks yang dapat muncul darinya substruktur-
substruktur baru sesuai dengan kebutuhan aktualisasi dan
fungsionalisasi tarekat. Untuk lebih jelasnyadapat diperhatikan skema
yang digambarkan oleh Syukur (2009: 537) sebagai berikut:
Gambar Perkembangan Struktural KelembagaanTarekat
29
Tabel 2.1.
Keterangan:
TD : Tarekat Doktrinal (Tarekat dalam bentuk doktrin atau
ajaran-ajaransufi).
TI : Tarekat Institusional (Tarekat sebagai ikatan guru,
murid, danajaran dalam lembaga spiritual zwiyyah).
TSSF : Tarekat Sub Struktural-Fungsional (Tarekat dalam
bentuk organisasi atau pun asosiasi yang bergerak dalam
berbagai aspek kehidupan).
c. Proses MengikutiTarekat
Tarekat dibangun di atas landasan sistem dan hubungan yang
erat dan khas antara seorang guru (murshid) dengan muridnya.
Hubungan murshid dan murid ini dapat dianggap sebagai pilar
terpenting dalam organisasi tarekat. Hubungan tersebut diawali
dengan pernyataan kesetiaan (baiat) dari seorang yang hendak menjadi
murid tarekat kepada shaikh tertentu sebagai murshid.Teknis dan
tatacara baiat dalam tarekat seringkali berbeda satu dengan lainnya,
tetapi umumnya ada tiga tahapan penting yang harus dilalui oleh
seorang calon murid yang akan melalui baiat, yakni talqin al dhikr
(mengulang-ulang zikir tertentu), akhdh al Ahd (mengambil sumpah),
dan lubs al-khirqah (mengenakan jubah). Proses inisiasi melalui baiat
ini sedemikian penting menentukan dalam organisasi tarekat, karena
baiat mengisyaratkan terjalinnya hubungan yang tidak pernah akan
30
putus antara murid dengan murshidnya. Begitu baiat diikrarkan, maka
sang murid dituntut untuk mematuhi berbagai ajaran dan tuntunan sang
Murshid, dan meyakini bahwa murshidnya itu adalah wakil dari Nabi.
Lebih dari itu diyakini bahwa baiat juga sebuah perjanjian antara murid
sebagai hamba dengan Al Haqq sebagai Tuhannya. (Muthahhari, 2006:
34)
Setelah menjadi murid biasanya perjalanan spiritual (suluk) nya
sang murid dimulai dengan mempelajari tasawuf. Berapa lama waktu
yang ditentukan oleh sang murid tidak ada ketentuan pasti, dan berhak
mengajarkan ilmunya, semuanya tergantung dari Sang Murid sendiri
dalam menjalani beberapa tahapan pengalaman spiritual (maqamat)
hingga sampai pada pengetahuan tentang al haqiqat (kebenaran
hakiki). Beberapa murid bisa saja menyelesaikan pelajaran mistisnya
dalam waktu singkat sebagian lainnya perlu waktu lama.Keluluasan
murid ditentukan sang Murshid. Apabila sang murid telah dianggap
lulus dalam perjalanan spiritualnya dalam memahami hakikat, maka
sang Murshid akan mengangkatnya sebagai khalifah yang proses
pengangkatannya biasanya diberikan ijazah (otorisasi atau lisensi).
Atjeh (1985: 121) mengatakan bahwa dalam dunia tarekat itu
selain ada ijazah untuk murid yang naik jadi khalifah, ada juga istilah
ijazah yang diberikan kepada murid tetapi bobotnya lebih ringan, yakni
ijazah amalan untuk mengamalkan ritual atau zikir tertentu yang
diajarkan oleh murshidnya, dan ijazah oleh murid yang dianggap telah
menyelesaikan tahap tertentu dari ajaran tarekat dari murshidnya itu.
Berbeda dengan yang pertama, kedua ijazah yang terakhir disebut itu
tidak memberikan wewenang kepada yang menerimanya untuk
mentahbiskan orang lain menjadi anggota tarekat, melainkan hanya
untuk yang bersangkutan saja.
d. Mursyid Tarekat
Mursyid dalam tarekat menempati kedudukan yang sangat
urgen. Sebab mursyid berkedudukan sebagai perantara (washilah)
antara sang murid dengan Tuhannya. Konsep wasilah ini yang
mendatangkan banyak kritikan dari para “pembenci” tarekat. Kritikan
seperti itu, menurut Zamakhsyari Dhofier, timbul karena mereka tidak
mempelajari konsep-konsepnya secara mendalam. Dalam usaha
31
menangkis kritikan tersebut, Kyai Musthafa Bisri selaku pengikut
tarekat memberikan illustrasi tentang wasilah sebagai berikut:
Allah ta’ala Maha Mengetahui dan Maha Mendengar. Saudara
jangan mengira bahwa tawassul kepada Allah Ta’ala dengan Nabi-
Nabi atau wali-wali itu sama dengan memohon kenaikan tingkat
kepada pihak atasan dengan perantaraan kepala kantor saudara.
Pengertian tawassul yang demikian itu tidak benar. Sebab berarti
mengalihkan pandangan terhadap yang dituju (pihak atasan), beralih
kepada perantara sehingga di samping mempunyai kepercayaan ter-
hadap kekuasaan pihak atasan, saudara juga percaya kepada kekuasaan
pihak peranyata. Tawaasul kepada Allah ta’ala tidak demikian halnya.
Kalau saudara ingin contoh tawassul kepada Allah dengan Nabi-
Nabi atau wali-wali, coba saja perhatikan misal di bawah ini. Ada
seorang majikan yang kaya raya dan memiliki perusahaan besar. Dia
mempunyai beberapa orang pembantu yang paling dipercaya dalam
mengendalikan perusahaannya. Saya ingin diterima menjadi pekerja
dalam perusahaannya. Kebetulan saya kenal dengan salah seorang
pembantu majikan tersebut untuk keperluan lamaran pekerjaan; Saya
diantar oleh pembantu majikan yang saya kenal tadi. Kepada majikan
itu saya sampaikan maksud saya harapan dapat membantu saya agar
lamaran saya mendapat perhatian cukup dari sang majikan. Coba
pikirkan.
Kepada siapa sebenarnya saya mengajukan lamaran saya?
Kemudian apakah sia-sia saja saya diantar oleh teman saya tersebut
sewaktu saya menghadap sang majikan? (Dhofier, 1994: 138)
Betapa pentingnya seorang mursyid atau guru dalam tarekat. Hal
ini mempengaruhi tindak-tanduk orang yang belajar dan diajarkan oleh
mursyid tersebut. Sebagaimana dari ucapan, tingkah laku, hingga
kebaikan-kebaikan kecil yang nampak dalam diri mursyid tersebut.
3. Relasi Dengan Tasawuf
Tarekat merupakan bagian dari ilmu Tasawuf, namun tak
semua orang yang mempelajari Tasawuf terlebih lagi belum mengenal
Tasawuf akan faham sepenuhnya dengan Tarekat. Banyak orang yang
memandang Tarekat secara sekilas akan menganggapnya sebagai
ajaran yang diadakan diluar Islam (bid’ah). Padahal Tarekat itu sendiri
32
merupakan pelaksanaan dari peraturan-peraturan syari’at Islam yang
sah. Namun perlu kehati-hatian juga karena tidak sedikit tarekat-
tarekat yang dikembangkan dan dicampuradukkan dengan ajaran-
ajaran yang menyeleweng dari ajaran Islam yang benar. Oleh sebab
itu, perlu diketahui bahwa ada pengklasifikasian antara Tarekat
Muktabarah (yang dianggap sah) dan tarekat Ghairu Muktabarah (yang
tidak dianggap sah).
Memang seluk beluk Tarekat tidak bisa dijabarkan dengan
mudah karena setiap tarekat-tarekat tersebut memiliki filsafat dan cara
pelaksanaan amal ibadah masing-masing. Oleh karena Itu penulis
burasaha menjelaskan tentang Tarekat dalam makalah ini. Meskipun
makalah ini tidak bisa memuat hal-hal yang berkaitan dengan tarekat
secara menyeluruh, tapi paling tidak ini cukup mampu
memperkenalkan kita pada Tarekat.
istilah tarekat tidak saja ditujukan kepada aturan dan cara-cara
tertentu yang digunakan oleh seorang syekh tarekat dan bukan pula
terhadap kelompok yang menjadi pengikut salah seorang syekh
tarekat, tetapi meliputi segala aspek ajaran yang ada di dalam agama
Islam, seperti shalat, puasa, zakat, haji, dan sebagainya, yang semua
itu merupakan jalan atau cara mendekatkan diri kepada Allah.
Di dalam tarekat yang sudah melembaga, tarekat mencakup
semua aspek ajaran Islam seperti shalat, puasa, zakat, jihad, haji dan
lain-lain, ditambah pengamalan serta seorang syekh. Akan tetapi,
semua itu terikat dengan tuntunan dan bimbingan seorang syekh
melalui ba’iat. Dengan demikian, tasawuf itu secara umum adalah
usaha mendekatkan diri kepada Allah dengan sedekat mungkin,
melalui penyesuaian rohani dan memperbanyak ibadah. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa tasawuf adalah usaha mendekatkan
diri kepada Allah, sedangkan tarekat adalah cara dan jalan yang
ditempuh seseorang dalam usahanya mendekatkan diri kepada Allah.
a. Definisi Tasawuf
Tasawuf merupakan kata serapan dari bahasa Arab, al-
Tas{awwuf. Kata tasawuf itu berasal dari bahasa arab اتلصوف: صار yang berarti menjadi seorang sufi, menyerupai seorang sufi صوفيا
33
(Ali, dkk. t.t.: 498). Lalu, beberapa ulama berbeda pendapat mengenai
asal-usul kata al-Tas}sawwuf. Ada yang berpendapat dari kata s}u>f
<artinya barisan, s}afa (صف) yang artinya bulu domba, atau s}aff (صوف)
artinya serambi masjid Nabawi (صفة) artinya jernih, dan s}uffah (صفاء)
yang ditempati oleh sebagian sahabat Rasulullah Saw. (Munir, 2014:
3)
Beberapa istilah tersebut dilatar belakangi oleh kejadian yang
dialami para sufi. Secara etimologi, pengertian tasawuf sebagaimana
diungkapkan At-Taftza>ni (tt: h. 21) dapat diartikan beberapa bagian,
yaitu:
1) Tasawuf berasal dari kata as-suffah..
As-suffah berarti sekelompok orang pada masa Rasulullah Saw
yang banyak berdiam di serambi masjid dan mereka mengabdikan
hidupnya untuk beribadah kepada Allah Swt. Mereka adalah orang-
orang yang ikut pindah dengan Rasulullah Saw dari Mekah ke
Madinah, kehilangan harta, berada dalam kemiskinan, dan tidak
memiliki apa-apa. Mereka tinggal di masjid Rasulullah Saw dan
duduk di atas bangku batu dengan memakai pelana sebagai bantal.
Pelana tersebut disebut suffah dan kata sofa dalam bahasa-bahasa di
Eropa berasal dari kata ini. (Aziz, 1998: 10-11).
2) Tasawuf berasal dari kata safa.
Kata safa yang memiliki arti suci. Maksudnya adalah mereka itu
menyucikan dirinya di hadapan Tuhan melalui latihan-latihan.
3) Tasawuf berasal dari kata saff.
Definisi kata saff dikategorikan kepada orang-orang yang ketika
shalat selalu berada di saff (barisan) paling depan. Sebagaimana
halnya shalat di saff pertama mendapat kemuliaan dan pahala. Hal ini
sesuai dengan sabda Nabi Muhammad Saw yang diriwayatkan oleh
Imam Bukhari (1422: 126) dari Abu Hurairah berkata:
ب ب بكر عن أ
نا مالك عن سم مول أ خب
بن يوسف قال أ ثنا عبد الل حد
عليه وسلم قال لو يعلم انلاس ما صل الل ن رسول اللب هريرة أ
صالح عن أ
34
ن يستهموا عليه لستهموا ولو يعلمون يف انلن دوا إل أ ل ثم لم ي و
فن األ داء والص
توهما ولو حبوابح أل .ما يف اتلهجري لستبقوا إيله ولو يعلمون ما يف العتمة والص
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami dari Abdullah bin
Yusuf, dari Malik, dari Sumay Maula (budak) Abu Bakar, dari
Abi Sholih, dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw bersabda:
Seandainya orang tau esensi azan dan saff (barisan) pertama
kemudian mereka tidak menemukannya kecuali mereka
memperhatikannya niscaya mereka pasti perhatikan (azan dan
saff pertama), dan seandainya mereka tau hal (nilai/pahala) yang
ada di siang hari niscaya mereka berlomba-lomba
memperolehnya, seandainya mereka tau hal (nilai/pahala) pada
sepertiga malam dan waktu subuh niscaya mereka
mendatanginya meskipun dalam keadaan merayap.”
a) Penelusuran Hadits
Penelusuran hadits dilakukan ke pelbagai buku induk hadits
yang masih lengkap secara sanad dan matan. Cara pencariannya
dengan metode takhrij hadits dengan menggunakan lafadz-lafadz
yang terdapat dalam matan hadits. Pemilihan metode ini dianggap
relatif lebih mudah dalam menelusuri hadits yang sedang diteliti
dengan cara memilih salah satu lafadz yang merupakan kunci atau inti
dalam rangkaian matan hadits.
Berdasarkan metode hadits diatas, maka peneliti
menggunakan software al-Maktabah asy-Syamilah. Dengan
menggunakan kata kunci إل أن يستهموا إيلهdi temukan dalam beberapa
kitab hadits seperti Shohih Ibn Hibban hadits nomor 1686, Sunan An-
Nasai hadits nomor 537, Shohih al-Bukhari hadits nomor 580, Sunan
al-Baihaqi hadits nomor 1861(al-Baihaqi, 1994: 428), dan kitab-kitab
hadis lainnya. Dari beberapa kitab hadits tersebut, peneliti meneliti
hadits tersebut yang ada dalam kitab Shahih al-Bukhari. Berikut
kutipan hadits yang terdapat dalam kitab Shahih al-Bukhari:
ب ب بكر عن أ
نا مالك عن سم مول أ خب
بن يوسف قال أ ثنا عبد الل حد
ن رسول اللب هريرة أ
لو يعلم » قال -سلم صل الل عليه و -صالح عن أ
35
ن يستهموا عليه لستهموا، دوا إل أ ل ، ثم لم ي و
فن األ انلاس ما ف انلنداء والص
بح ص ولو يعلمون ما ف اتلهجري لستبقوا إيله ، ولو يعلمون ما ف العتمة والتوهما ولو حبوا
. أل
b) Skema Periwayatan Hadits رسول الل صل الل عليه وسلم
أب هريرة أب صالح
سم مول أب بكر مالك
عبد الل بن يوسف اإلمام ابلخاري
c) Kritik Sanad Kritik sanad merupakan langkah untuk menelusuri
persambungan sanad dan reputasi dari masing-masing periwayat
sehingga menentukan keshahihan suatu hadits. Karena banyak sanad,
maka penulis akan meneliti dari jalur Imam Bukhari dengan alasan
shahih al-Bukhari merupakan bagian dari kutub al-sittah dan salah
satu kitab hadits rujukan utama bagi pengkaji hadits.
1) Abu Hurairah
Nama lengkapnya adalah Abu Hurairah ad-Dauwsi al-Yamani.
Beliau merupakan tingkatan pertama atau sahabat dalam istilah
periwayatan hadits. Abu Hurairah wafat pada tahun sekitar 57 H,
namun ada yang mengatakan 58 bahkan 59 H. Tingkatan beliau ada
Sahabat.
Guru-gurunya dalam meriwayatkan hadits antara lain :Nabi
Muhammad Saw, Ubay bin Ka’ab, Usamah bin Zaid bin Haritsah,
Umar bin Khattab, Ka’bu al-Ahbar, Abu Bakr Siddiq, Aisyah istri
Nabi Muhammad Saw.
36
Murid-muridnya adalah Dzakwan Abu Shalih, Abdullah bin
Abbas, Anas bin Malik, Ibrahim bin Ismail, Ja’far bin Iyadh, dan lain
sebagainya.
Penilaian ulama tentang Abu Hurairah sebagai berikut: Imam
Bukhari mengatakan bahwa orang lain dikalangan shabat, tabiin dan
lainnya sekitar 800 ribu bahkan lebih meriwayatkan hadits dari beliau
(Abu Hurairah).
2) Abi Sholih
Nama lengkapnya adalah Dzakwan Abu Shalih as-Samman
az-Zayyat al-Madani, Maula (tuan) Juwairiyah binti al-Ahmas al-
Ghatfani. Beliau termasuk tingkatan ke-3 (pertengahan masa tabi’in).
Beliau dikebumikan pada tahun 101 H.
Guru-gurunya antara lain: Jabir bin Abdullah, Sa’ad bin Abi
Waqqos, Said bin Jubair, Abu Hurairah, Abu Bakr as-Shiddiq, dan lain
sebagainya.
Adapun murid-muridnya adalah Sumay bin Abi Bakr bin Abdu
ar-Rahman, Sholih bin Abi Sholih, Sofwan bin Salim, Hakim bin
Jubair, Zaid bin Aslam, dan lain sebagainya. Penilaian ulama terkait Abi Sholih, antara lain Ibnu Hajar. Ia
mengutarakan bahwa beliau tsiqotun tsabat (orang terpercaya dan
tetap pendirian/stabil dalam Islam).
3) Sumay bin Maula (tuan) Abu Bakr Nama lengkapnya adalah Sumay al-Qurasy alMakhdzumi,
Abu Abdillah al-Madani, Maula (tuan) Abi Bakr bin Abdi al-Rahman
bin al-Harits bin Hisyam. Beliau termasuk tingkatan ke-6 (yaitu orang
yang semasa dengan shigar al-Tabi’in) dan wafatnya pada tahun 130
H di Qudaid.
Adapun guru-gurunya adalah Dzakwan Abi Sholih as-
Samman, Said bin al-Musayyab, an-Na’man bin Abi ‘Iyas az-Zarqi,
dan lain-lain.
Murid-muridnya adalah Malik bin Anas, Sufyan al-Tsauri,
Sufyan bin Uyaynah, Suhail bin Abi Shalih, dan lain-lain.
37
Pandangan ulama terkait sosok Sumay bin Maula Abi Bakr,
antara lain: Ibnu Hajar berkata beliau orang yang terpercaya
(tsiqotun).
4) Malik
Nama lengkapnya adalah Malik bin Anas bin Malik bin Abi
Amr bin Amru al-Asbahy al-Hamiry, Abu Abdillah al-Madany al-
Faqih (Pemimpin Darul Hijrah). Beliau lahir tahun 93 H dan wafat
tahun 179 H.
Guru-guru Malik adalah Sumay Maula (tuan) Abu Bakr bin
Abdi ar-Rahmah bin al-Harits bin Hisyam, Suhail bin Abi Sholih,
Syarik bin Abdillah bin Abi Namr, Sholih bin Kaisan, dan lain-lain. (ad-Dzahabi: h. 48).
Adapun murid-muridnya sebagai berikut: Abdullah bin Yusuf
al-Tunisy, Abdu al-a’la bin Hammad an-Nursy, Abdullah bin Nafi’ as-
Shoigh, Abdullah bin Wahb, dan lain-lain.
Penilaian ulama terhadap Malik, antara lain: Ibnu Hajar
mengatakan bahwa beliau Pemimpin Darul Hijrah, ra’su al-Mutqinin
(pemimpin orang yang sempurna) sehingga Imam Bukhari
mengatakan bahwa beliau asohhu al-asanid kulluha (sanad yang
paling shahih atau benar seluruhnya).
5) Abdullah bin Yusuf
Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Yusuf al-Tunisy, Abu
Muhammad al-Kila’i ad-Dimasyqi al-Misry. Berasal dari kota
Damaskus, Syiria. Lalu tinggal di Tunis. Beliau merupakan tingkatan
yang ke-10 dari para pembesar yang meriwayatkan hadits dari tabi’i
al-aTba’. Abdullah bin Yusuf wafata th. 218 H. Abdullah bin Yusuf
dikenal dengan nama Abu Muhammad at-Tunisi berasak dari
Damaskus, Syiria. Ia memperoleh hadits melalui gurunya dengan
lafadz sami’a berarti mendengarkan langusng dari Malik bin Anas.
(al-Bukhari: h. 435)
Guru-gurunya adalah Malik bin Anas, Muhammad bin
Muhajir, Mughirah bbin Mughirah al-Ramli, al-Walid bin Muslim,
Yahya bin Hamzah al-Hadrami, dan lain-lain.
38
Adapun murid-muridnya sebagai berikut: al-Bukhari, Ibrahim
bin Hani al-Naisaburi, Ali bin Ustman al-Nafily, Umar bin Mudhar
ad-Dimasyqy, Ali bin Abdurrahman bin al-Mughirah, dan lain-lain.
(Ad-Dzahabi: h. 341). Pandangan ulama terhadap Abdullah bin Yusuf sebagai berikut:
Abu Bakr bin Kudzaimah berkaat bahawa Abdullah bin Yusuf
atsbatun an-Naas (orang yang memiliki pemahaman yang baik) dalam
kitab Muwattha’, Abdurrahmaan bin Abi Hatim berkata dari
bapaknya bahwa Abdullah bin Yusuf atqonu min marwani at-Thatiri
wahuwa tsiqotun (perawi paling professional/sempurna dari Marwan
Thathiri, beliau terpercaya). Imam Bukhari mengatakan beliau
merupakan atsbatu as-Syamiyyiin (memiliki pemahaman yang baik di
antara orang-orang syam). (Ad-Dzahabi: h. 341).
6) Imam Bukhari Nama lengkapnya Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-
Mughirah al-Ju’fi atau al-Ju’afi, Abu Abdillah bin Abi al-Hasan al-
Bukhari al-Hafidz. Beliau dilahirkan pada tahun 194 H dan meninggal
pada tahun 256 H. Al-Bukhari merupakan tingkatan ke-11 (ulama
pertengahan yang meriwayatkan hadits dari taba’i al-atba’i).
Adapun guru-guru Imam Bukhari adalah Abdullah bin Yusuf
al-Tunisy, Abdurrahman bin Ibrahi Duhaim, Abdul Aziz bin
Abdulllah al-Umaisy, Abi al-Mughirah Abdul Quddus bin al-Hajjaj al-
Khaulani, dan lain-lain.
Murid-murid beliau adalah al-Turmudzi, Ibrahim bin Ishaq al-
Harby, Ahmad bin Sahl bin Malik, Ibrahim bin Musa al-Jauzy, dan
lain-lain.
Pandangan ulama terhadap Imam Bukhari antara lain: al-
Mizzi mengutarakan dalam kitab tahdzib al-kamal bahwa Imam
Bukhari al-Hafidz merupakan Imam (pemimpin) abad ini, orang yang
diikuti pada masanya, orang yang dapat dipercaya atas karyanya
diantara masyarakat Islam.
d) Kecenderungan Sanad Dari skema periwayatan hadits diatas, bahwa hadits yang
dibahas pada takhrij dalam kitab shahih al-Bukhari melaluri jalur Abu
39
Hurairah ini memiliki sanad yang dikatakan ketsiqohan (keadilan dan
kedhabitannnya), dan tidak ada syadz (keraguan) dan illat
(kecacatannya). Dalam sanad al-Bukhari tersebut dikategorikan
hadits shahih li ghairihi disebabkan para perawinya tidak ada yang
memiliki cacat atau illat dalam kepribadian dan kehidupannya.
Dengan demikian, hadis Shahih Bukhari ini adalah hadis shahih secara
sanadnya ditambah dengan adanya syahid yang mendukungnya.
e) Matan Hadits
Shuhudi Ismail dalam bukunya Metodologi Penelitian Hadits
Nabi mengemukakan langkah-langkah yang harus dilalui dalam
penelitian matan hadits yaitu:
a) Meneliti matan dengan meneliti kualitas sanadnya.
b) Meneliti susunan lafal matan yang semakna.
c) Meneliti kandungan matan itu sendiri.
Sebagaimana telah diteliti sanad melalui jalur Shohih al-
Bukhari bahwa hadits tersebut matannya shahih, karena tidak
ditemukan illat dan syadz. Oleh karan itu hadits ini secara matan
shahih dan tidak ditemukannya kedhaifan secara matan yang bersifat
tekstuak maupun kontektual dikarenakan hadits ini menganjurkan
seorang muslim untuk berlomba-lomba dalam kebaikan atau
dikatakan dalam istilah ilmu hadits itu al-targhib (motivasi).
f) Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
a) Hadis tersebut adalah hadis shahih dikarenakan tidak adanya
illat dan syadz yang ditemukan dalam sanad maupun matan. Di
tambah hadits tersebut banyak di riwayatkan oleh beberapa
mukharrij hadits.
b) Kajian sanad Shahih al-Bukhari telah memenuhi kriteri shahih li
ghairihi disebabkan tidak adanya kelemahan dalam rijalu al-
hadits Bukhari.
c) Kualitas Hadits ini shahih li ghairihi dikarenakan banyak syahid
dan sanad lainnya.
40
4) Tasawuf jika direlasikan dengan dari bahasa Yunani berarti shopos.
Istilah ini disamakan dengan kata al-hikmah dalam bahasa Arab
yang berarti kebijakan.
5) Tasawuf berasal dari kata saf artinya kain yang terbuat dari bulu
wol. Namun kain wol yang dipakai adalah kain wol yang kasar.
Ketika itu, kain tersebut sebagai simbol kesederhanaan. Lawannya
adalah memakai sutra. Kain tersebut dipakai oleh orang mewah
dikalangan pemerintahan yang hidup mewah. Para penganut
tasawuf itu sederhana, tapi berhati mulia, menjauhi pakaian sutra,
dan memakai wol kasar.
Tasawuf secara terminologi sebagaimana diungkapkan oleh
Basuni (1919: 19) bahwa:
القاتلصوف تصفية القلوب حىت ل يعاودها ضعفها اذلايت ومفارقة أخ الطبيعية وامخاد صفات البرشية وجمانبة نزوات انلفس.
Artinya: “Tasawuf adalah menyucikan hati sehingga tidak
ditimpa suatu kelemahan, menjauhi akhlak alamiah,
melenyapkan sifat kemanusiaan, dan menjauhi segala keingginan
nafsu.
Sementara Rusli (2013: 8) mengutip ungkapan Sahl bin Abdullah
al-Tustari yang mendefinisikan tasawuf sebagai berikut:
اتلصوف قلة الطعام والسكون إىل الل والفرار من انلاس
Artinya: “Tasawuf adalah menyedikitkan makanan, selalu berada
di dekat Allah, dan menjauhi manusia. Tasawuf bagian dari upaya mendekatkan diri kepada Allah
subhanahu wa ta’ala. Imam al-Junaidi mengartikannya berakhlak
mulia dan meninggalkan semua akhlak tercela. Zakarian al-Anshari
berpendapat, tasawuf merupakan ilmu tentan kebersihan jiwa,
perbaikan budi pekerti, serta pembangunan lahir dan bathin guna
memperoleh kebahagiaan abadi.(Nasaruddin Umar, 2014:2)
Terminologi lain yang menunjukan tasawuf adalah pembersihan
hati, giat ibadah, lembuat berakhlak, merekronstruksi keadaan zhair
dan bathin untuk mendapatkan kebahagiaan abadi, zuhud kepada
dunia, selalu ingat akhirat, dan bersungguh-sungguh di dalam taat dan
takwa kepada Allah Swt (Rahim, 2009: 20).
41
Dari berbagai literature yang ada di atas bahwa, tasawuf
merupakan sebuah ilmu yang mendidik seseorang untuk menjadi
manusia yang sempurna dengan memberikan hal yang bersifat positif
terhadap Allah Swt, Rasulullah Saw, serta yang ada di alam semesta
ini dan menjauhi hal yang bersifat negatif terhadap Allah Swt,
Rasulullah Saw, serta yang ada di alam semesta ini.
b. Ajaran Tasawuf
Secara keseluruhan ilmu tasawuf bisa dikelompokkan menjadi
dua, yakni ilmi atau nadhari, yaitu tasawuf yang bersifat teoritis.
Tasawuf yang tercakup dalam bagian ini ialah sejarah lahirnya
tasawuf dan perkembangannya sehingga menjelma menjadi ilmu yang
berdiri sendiri. Termasuk di dalamnya adalah teori-teori tasawuf
menurut berbagai tokoh tasawuf dan tokoh luar tasawuf yang
berwujud ungkapan sistematis dan filosofis. (Syukur, 1996: 224)
Dengan demikian, ajaran tasawuf bukan hanya teori saja,
melainkan mengajarkan substansi dan nilai dalam bentuk praktik.
Dengan begitu, tasawuf mengembangkan sayap keilmuannya dalam
berbagai bentuk.
23
c. Tujuan Tasawuf
Pada dasarnya tujuan tasawuf atau sifusme adalah berada
sedekat mungkin dengan Allah Swt. Tasawuf merupakan bagian dari
Islam itu sendiri. hal ini dengan tidak mungkinnya jalan menuju Allah
Swt, bukan berasal dari Allah Swt itu sendiri. pendapat ini didukung
oleh pernyataan orientalis yaitu Gibb mengatakan bahwa tasawuf
atau sufisme adalah pengalaman keagamaan yang otentik dalam
Islam. (Chittick, 2008: 4)
Secara umum, tujuan terpenting dari sufi adalah agar berada
sedekat mungkin dengan Allah. Akan tetapi apabila diperhatikan
karakteristik tasawuf secara umum, terlihat adanya tiga sasaran
“antara” dari tasawuf, yaitu:
1) Tasawuf yang bertujuan untuk pembinaan moral.
2) Tasawuf yang bertujuan untuk ma’rifatullah melalui
penyingkapan langsung atau metode al-kasyf al-hijab.
42
3) Tasawuf yang bertujuan untuk membahas bagaimana sistem
pengenalan dan pendekatan diri kepada Allah secara mistis
filosofis, pengkajian garis hubungan antar Tuhan dengan
makhluk, terutama hubungan manusia dengan Tuhan dan apa
arti dekat Tuhan.
Dalam hal apa makna dekat dengan Tuhan itu, terdapat tiga
simbolisme, yaitu: Pertama, melihat dan merasakan kehadiran Tuhan
dalam hati. Kedua, berjumpa dengan Tuhan sehingga terjadi dialog
antara manusia dengan Tuhan. Ketiga, penyatuan manusia dengan
Tuhan sehingga yang terjadi adalah monolog antara manusa yang
telah menyatu dalam Iradat Tuhan (Siregar, 2002: 57). Dari tujuan dan
maksud tasawuf diatas bahwa, tasawuf mempunyai obyek dan obyek
tasawuf adalah mengenal Allah baik dengan jalan ibadah syari’ah atau
lewat ilham dan perasaan (Tim IAIN Sumatera Utara, 1981/1982: 19).
Dengan begitu, tasawuf memberikan gambaran kepada manusia untuk
lebih kenal terhadap yang menciptakan manusia itu sendiri.
d. Langkah Menuju Kebersucian Jiwa
Untuk dapat menuju kehidupan tasawuf, sehingga merasakan
kedekatan dengan Allah, maka ada beberapa langkah atau upaya yang
harus dilaksanakan oleh seseorang. Langkah atau upaya tersebut
adalah:
1) Tazkiyah al-Nafs
Upaya yang harus dilakukan sebagai jalan untuk dapat
mengantarkan seseorang agar memiliki hati yang bersih dari berbagai
penyakit, yaitu disebut tazkiyah al-Nafs. Melalui tazkiyah al-Nafs,
dapat mengantarkan seseorang untuk memeliki akhlak yang baik
dalam kehidupan sehari-hari, dan mengantarkannya untuk menjadi
orang yang dekat dengan Allah. Oleh karena itu, tazkiyah al-Nafs
sangat penting dilakukan bagi orang yang memasuki kehidupan
tasawuf.
Secara etimologi, Tazkiyah al-Nafs berasal dari kat “tazkiyah”
dan “nafs”. Kata tazkiyah berasal dari bahasa Arab yakni isim masdar
dari kata “zakka” yang berarti mensucikan. Kata Zakka merupakan
tsulatsi mazid dengan tambahan huruf “ka” pada ‘ain fiil dari lafadz
zaka yang berarti suci. Kata al-Nafs adalah jiwa. Jiwa yang tidak
43
dimaknai sebagai nafsu. Dengan demikian, secara terminologi,
Tazkiyah al-Nafs bermakna penyucian jiwa. (Sholihin, 2003: 130-
131). Ada banyak konsep yang diutarakan oleh al-Ghazali mengenai
makna tazkiyah al-Nafs, dalam setiap kitab yang ia tulis memberikan
pengertian yang berbeda. Sholihin (2004: 175) mengungkapkan
bahwa al-Ghazali mendeskripsikan tazkiyah al-Nafs sebagai proses
penyucian jiwa, pengembalian jiwa pada fitrahnya, dan pengobatan
jiwa-jiwa yang sakit agar menjadi sehat kembal, melalui terapi
sufistik.
Selanjutnya, Jaelani (2000: 56) mengutip ungkapan al-Ghazali
terkait tazkiyah al-Nafs dalam kitab bidayatu al-Hidayah sebagai
usaha menyucikan diri dari sifat memuji diri sendiri. Dasar dari
pemikiran tazkiyah al-Nafs berasal dari keyakinan para sufi bahwa
jiwa manusia pada fitrahnya adalah suci. Disebabkan oleh adanya
pertentangan dengan badan, yang diartikan sebagai keinginan nafsu,
maka hal tersebut mengakibatkan jiwa tidak suci bahkan tidak lagi
sehat. Dalam hubungan dengan sifat-sifat jiwa yang ada dalam diri
manusia, tazkiyatun al-Nafs menurut al-Ghazali berarti pembersihan
diri dari sifat kebuasan, kebinatangan, dan setan yang kemudian
mengisi dengan sifat-sifat ketuhanan.
Tazkiyah al-Nafs merupakan suatu upaya untuk menjadikan
hati menjadi bersih dan suci, baik dzatnya, maupun keyakinannya.
(Taimiyah, 2010: 117).
Berkaitan dengan dengan tazkiyah al-Nafs, Azra dalam (Ismail,
2008: ix) menjelaskan bahwa kegiatan pokok mengamalkan tasawuf
itu terfokus pada tiga kegiatan sebagai berikut: (1) tazkiyah al-Nafs,
yakni membersihkan diri dari dosa besar dan kecil, serta
membersihkan diri dari berbagai penyakit hati dan sifat tercela, (2)
taqarrub ila allah, yakni memberikan perhatian serius kepada usaha-
usaha untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan sedekat-
dekatnya. Meskipun kedekatan Allah dengan manusia tidak selalu
dapat dirasakan manusia. Hal ini sebagaimana firman Allah Swt
dalam Surah Qaf ayat 16 berbunyi:
إيله من حبل الوريد.وحنن أقرب
44
Artinya: “Dan kami lebih dekat kepada-Nya dari pada urat nadi.”
(QS. Qaf: 16).
(3) Hudhur al-Qalb ma’a Allah, yakni memfokuskan diri kepada
usaha untuk merasakan kehadiran Allah dan melihat-Nya dengan
mata hati, bahkan merasakan persatuan dengan Allah. Di samping itu, tazkiyah al-Nafs mempunyai posisi esensial
dalam kegiatan bertasawuf. Masalah ini telah menjadi agenda penting
para sufi, baik sufi-sufi klasik maupun kontemporer. Oleh karena itu,
tasawuf memandang bahwa penyucian jiwa itu dapat dilakukan
melalui proses takhalli (menghilangkan sifat-sifat tercela), sembari
mengisi sifat-sifat terpuji (tahalli). Tazkiyah al-Nafs juga berarti
penyucian jiwa dari segala sifat tercela secara zahir maupun bathin
serta sifat kebinatangan.
2) Mujahadah dan Riyadhah
Dalam dunia sufi, ada beberapa hal yang mesti ditempuh oleh
seorang sufi dalam bentuk mendekatkan diri kepada Allah Swt yaitu
melalui mujahadah dan riyadhah.
Lafadz mujahadah berasal dari kata bahasa Arab yang
mempunya arti berjuang. (Yusuf, 1972: 39) Mujahadah (berjuang
melawan hawa nafsu) sebagaimana diungkapkan Isa (2010: 72) adalah
menyapihnya, membawanya keluar dari keinginan-keinginan yang
tercela dan mengharuskannya untuk melaksanakan syari’at Allah
Swt, baik perintah maupun larangan.
Mujahadah bisa diartikan perjuangan bathiniah menuju
kedekatan diri kepada Allah Swt, dan ada juga yang mengartikan
dengan perjuangan melawan diri sendiri, yakni melawan kekuasaan
pengaruh hawa nafsu yang menghambat seseorang untuk sampai
kepada martabat utama, yakni puncak ketakwaan.
Mujahadah adalah proses perjalanan ruhani manusia menuju
Allah. Sebagai proses, mujahadah memilii beberapa pilar sebagai
tempat berdiri dan tegaknya proses perjalanan tersebut. Berkenaan
dengan pilar tersebut sebagaimana yang diutarakan dalam firman
Allah Swt dalam QS. Al-Ankabut: 69 yang berbunyi:
واذلين جاهدوا فينا نلهدينهم سبلنا، إن الل ملع املحسنني.
45
Artinya: “Dan orang-orang yang yang berjihad untuk (mencari
keridhoan) kami, benar-benar kami tunjukkan kepada mereka
jalan-jalan kami. Dan sesungguhnya Allah akan benar-benar
beserta orang-orang yang berbuat baik.
Selain harus melakukan mujahadah, seorang sufi tatkala ingin
mendekatkan diri kepada Allah Swt yaitu harus melakukan riyadhah.
Adapun yang dimaksud dengan riyadhah menurut al-Shidqi ialah
latihan kerohanian dalam melaksanakan hal-hal yang terpuji, baik
dengan cara perkataan, perbuatan maupun dengan cara penyikapan
terhadap hal-hal yang benar, yang dilakukan dengan tiga maca cara
menurut tingkatan kedekatan hamba denga Tuhannya (Majhudin,
2010: 201). Tiga macam cara tersebut, yaitu: Pertama, riyadhah orang awam, yaitu upaya melatih dirinya
untuk berbuat baik dengan cara berusaha memahmami perbuatan yang
dilakukannya, berbuat dengan sikap yang ikhlas, tidak tercampur
dengan sikap riya, dan memperbanyak melakukan kebenaran dalam
pergaulan, baik pergaulan itu terhadap Allah Swt, terhadap sesama
manusia maupun terhadap lingkungan hidupnya. Riyadhah tersebut
ditentukan oleh tuntunan teks agama mengenai sesuatu yang akan
dilakukan, baik dilakukan dengan perbuatan nyata, maupun dengan
perbuatan yang tidak nyata.
Kedua, riyadhah orang khowas (sufi, wali), yaitu upaya agar
selalu tetap bekonsentrasi terhadap Allah Swt ketika melaksanakan
suatu perbuatan baik, sehingga tidak terpengaruh lagi oleh lingkungan
sekelilingnya, penglihatan dan pendengarannya tidak terpengaruhi
lagi oleh sesuatu yang ada di sekelilingnya, kecuali hanya menuruti
kata hatinya.
Ketiga, riyadhah orang khowasul khowas (Nabi, Rasul), yaitu
berbuat baik untuk mendapatkan kesaksian Allah dan ma’rifat atau
kebersatuan dengan Allah. Kebersatuan dengan Allah berbeda dengan
istilah penyatuan menurut paham wujudiyah. Kebersatuan berarti
bersatu dengan Allah dalam keadaan wujud masih berbeda, yaitu
Allah tetap al-Khaliq dan manusia yang bersatu dengan Allah tetap
makhluk.
Dari uraian terkait mujahadah dan riyadhah di atas, dapat
dikatakan bahwa keduanya merupakan hal penting dan mutlak harus
46
dilakukan bagi seorang sufi bahkan siapapun yang ingin dekat menuju
Allah Swt. Mujahadah merupakan mengerahkan kemampuan untuk
memerangi hawa nafsu dari sifat-sifat yang buruk secara zahir
maupun bathin. Karena nafsu (keinginan) itu selalu mengajak kepada
hal-hal yang keji. Tanpa memerangi atau melawan hawa nafsu yang
ada dalam diri sendiri maka siapapun orang apalagi salik tidak akan
bisa dan mampu membersihkan dirinya dari perbuatan dan sifat yang
jelek dan tidak bisa mencapai kedekatan kepada Allah. Apalagi
merasakan kehadiran Tuhan dalam diri dan nafasnya. Selain
mujahadah, yaitu melatih pribadi sendiri untuk selalu meningkatkan
ketaqwaan melalui syari’at yang telah ditetapkan sekaligus berusaha
menanamkan sifat dan prasangka baik dalam jiwa dan raga secara
totalitas.
e. Maqamat dan Ahwal (Tahapan Spiritual Dalam Tasawuf)
Bagi orang yang menjalani tasawuf, untuk bisa mecapai
kedekatan dengan Allah, maka harus menempuh tahapan-tahapan
spiritual yang disebut dengan Maqamat. Ismail (2008: 781) mengutip
ungkapan Zainul Bahri bahwa Maqamat adalah kedudukan atau
tahapan-tahapan spiritual yang harus dilalui dalam menempuh jalan
menuju Tuhan. Maqamat adalah penyusunan teori mengenai usaha-
usahapara sufi untuk menempuh perjalan spritual (thariqah) berupa
tangga-tangga pendakian spiritual. (Ja’far, 2016: 48). Dalam
ungkapan Ja’far (2016: 48) mengutip dari kitab al-Luma’ at-Thusi
menjelaskan bahwa maqamat adalah tingkatan antara seorang hamba
dengan Allah Swt yang dibangun atas dasar pelaksanaan ibadah,
mujahadah, riyadhah, dan kebersamaan dengan-Nya. Kata ahwal
merupakan bentuk jamak dari kata hal, yang secara literal dapat
diartikan dengan keadaan. Adapun secara lebih luas ahwal dapat
diartikan sebagai keadaan mental (mental states) yang dialami para
sufi di sela-sela perjalanan spiritualnya. (Taufiq, 2001: 130).
Para sufi telah merumuskan susunan al-Maqamat dan al-Ahwal
secara berbeda namun memiliki nilai atau ajaran yang sama. Susunan
Maqama dari tingkah terendah hingga yang tertinggi yang mungkin
dicapai oleh seorang Salik. Berikut beberapa perbedaan maqamat
menurut para ulama (Ja’far, 2016: 50-51):
47
Al-Thusi (w. 1988 M) menyebutkan tingkatan maqamat sebagai
berikut:
1) Tobat (al-Taubah)
2) Warak (Wara’)
3) Zuhud (al-Zuhd)
4) Kefakiran (al-Faqr)
5) Sabar (al-Shabr)
6) Tawakal (al-Tawakkal)
7) Kerelaan (al-Ridha)
Menurut al-Kalabadzi (w. 995 M) menuliskan:
1) Tobat (al-Taubah)
2) Zuhud (al-Zuhd)
3) Sabar (al-Shabr)
4) Kefakiran (al-Faqr)
5) Rendah Hati (Tawadhu’)
6) Tawakal (al-Tawakkal)
7) Kerelaan (al-Ridha)
Menurut al-Qusyairi (w. 1073 M) mengungkapkan:
1) Tobat (al-Taubah)
2) Warak (wara’)
3) Zuhud (al-Zuhd)
4) Tawakal (al-Tawakkal)
5) Sabar (al-Shabr)
6) Kerelaan (al-Ridho)
Dari pernyataan di atas, kaum sufi telah memberikan gambaran
proses perjalanan spiritual jiwa manusia menuju Allah Swt harus
diawali dari tingkat taubat sampai kepada tingkat rida sebagai
spiritual tertinggi sebagai wujud dari kedekatan manusia dengan-Nya.
Terkait Ahwal, para sufi memaparkan beberapa keadaan hai seorang
salik yang dirasakannya selama melewati beragam tingkatan spiritual.
Berikut ini pandangan ulama terkait ahwal (Ja’far, 2016: 50-51):
Menurut Al-Thusi adalah:
1) Al-Muraqabah
48
2) Al-Qurb
3) Al-Mahabbah
4) Al-Khauf
5) Al-Raja’
6) Al-Syauq
7) Al-Uns
8) Al-Thuma’ninah
9) Al-Musyahadah
10) Al-Yaqin
Menurut Abu Najib al-Suhrawardi sebagai berikut:
1) Al-Muaraqabah
2) Al-Qurb
3) Al-Mahabbah
4) Al-Raja’
5) Al-Khauf
6) Al-Haya’
7) Al-Syauq
8) Al-Thuma’ninah
9) Al-Yaqin
10) Al-Musyahadah
f. Perumpamaan Tasawuf dan Tarekat
Bila tasawuf hanya diartikan sebagai banyak berpuasa, tidak
mau diajak korupsi, atau hanya diartikan sebagai suatu sikap
keilmuan, orang tidak perlu ikut tarekat. Akan tetapi, bila tasawuf
sudah mencapai pengertian riyadhah (latihan dengan menempuh
berbagai tingkatan tertentu), orang harus mengambil tarekat. Harus
ada bentuknya, apa pun namanya, Qadiriyah, Naqsyabandiyah, dan
lain sebagainya. (Tim Penulis, 2009:7)
g. Proses Spiritualisasi Pendidikan
Spiritualiasasi pendidikan pada dasarnya adalah memasukkan
(ruh) ajaran Islam pada semua aspek pendidikan di sekolah.
Tujuannya adalah agar ilmu pengetahuan dan teknologi terintegrasi
dengan iman dan takwa di dalam diri peserta didik. peserta didik
49
belajar tentang biologi, misalnya, akan memperkokoh keimanan dan
ketakwaannya kepada Allah Swt yang menciptakan beranka ragam
kehidupan di alam ini dan tunduk dibawah sunnah-Nya.
Sasarannya adalah agar peserta didik memiliki keyakinan di
dalam hati secara Islami, melalui ucapan lisannya secara Islami, dan
merealisasikannya dalam perbuatan secara Islami pula. Atau secara
ringkas disebutkan 3 matra secara teritegrasi: Pertama, I’tiqdul al-
Qalb (Amaliah Hati). Kedua, Iqrarur Lisan (amaliah ucapan). Ketiga,
‘amalun bi al-arkan (amaliah jasmani) (Saelan, 2002: 30).
Proses spiritualisasi telah jelas bahwa ajaran ini tidak ada
indikasi dan berniat untuk menduakan Tuhannya, menyalahi syariat
Allah dan Rasulnya serta para ulama salaf maupun khalaf. Dengan
begitu, proses spiritualisasi ini adalah untuk mengantarkan manusia
lebih kenal, dekat serta takut kepada Allah Swt.
h. Urgensitas Pendidikan Tasawuf
Dalam konteks pengalaman dan kondisi inilah pentingnya satu
pelatihan atau pendidikan khas sufistik. Sejak awal budaya manusia,
pendidikan pada hakikatnya merupakan proses sosialisasi dan
inkulturasi yang menyebarkan nilai-nilai dan pengetahuan yang
terakumulasi dalam masyarakat. Perkembangan masyarakat berjalan
berkelindan dengan pertumbuhan dan proses sosialisasi dan
inkulturasinya dalam bentuk yang bisa diserap secara optimal atau
bahkan maksimal. Dan tasawuf sesungguhnya bukan suatu
penyikapan yang pasif atau apatis terhadap kenyataan sosial.
Sebaliknya, tasawuf berperan besar dalam mewujudkan sebuah
revolusi moralspiritual dalam masyarakat. Dan, bukankah aspek
moral-spriritual ini merupakan ethical basics atau al-asasi>yah al-
akhla>qi>yah bagi suatu formulasi sosial seperti dunia pendidikan?
Kaum sufi adalah kelompok garda depan di tengah masyakaratnya.
(Hadi, 2004: 229)
Mereka sering kali memimpin gerakan penyadaran akan adanya
penindasan dan penyimpangan sosial. Dan pendidikan, yang biasanya
digelar di dalam maupun di serambi masjid, merupakan instrumen
penyadaran itu. Selain sebagai sebuah sikap asketis, tasawuf juga
merupakan metode pendidikan yang membimbing manusia ke dalam
50
harmoni dan keseimbangan total. Metode itu bertumpu pada basis
keharmonisan dan pada kesatuan dengan totalitas alam. Dengan
demikian, perilakunya tampak sebagai manifestasi cinta dan kepuasan
dalam segala hal. Bertasawuf yang benar berarti sebuah pendidikan
bagi kecerdasan emosi dan spiritual (kini dikenal sebagai metode
“ESQ”). Intinya adalah belajar untuk tetap mengikuti tuntutan
agama, baik itu ketika berhadapan dengan musibah, keberuntungan,
kedengkian orang lain, tantangan hidup, kekayaan, kemiskinan, atau
sedang dalam kondisi pengendalian diri atau pengembangan potensi
diri. Sufi-sufi besar seperti Rabi’ah al-Adawiyah, al-Ghazali, Sirri al-
Siqt}i atau Asad al-Muhasabi, telah memberikan teladan kepada umat
manusia bagaimana pendidikan yang baik itu. Di antaranya, berproses
menuju perbaikan diri dan pribadi yang pada gilirannya akan
menggapai puncak ma‘rifat Alla>h, yakni Sang Khalik sebagai ujung
terminal perjalanan manusia di permukaan bumi ini.
Disadari, pendidikan yang dikembangkan selama ini masih
terlalu menekankan arti penting akademik, kecerdasan otak, dan
jarang sekali terarah pada kecerdasan emosi dan spiritual. Yang
terakhir ini memiliki keunggulan: mengajarkan integritas, kejujuran,
komitmen, visi, kreativitas, ketahanan mental, kebijaksanaan,
keadilan, prinsip kepercayaan, penguasaan diri, dan sinergitas. Dalam
taswuf, Tebba (2003: 13) mengatakan harus memiliki IQ (dha>k ‘aqli>),
EQ (dha>k dhihni>), dan SQ (dha>k qalbi>) merupakan komponen-
komponen potensi kemanusiaan yang perlu dikembangkan secara
harmonis.(Siraj: 2006: 52) Ini agar menghasilkan daya guna yang luar
biasa, baik secara horizontal dalam lingkup pergaulan antar manusia
maupun secara vertikal dalam relasinya dengan Yang Transenden,
Yang Ilahi. Tanpa itu, yang muncul adalah berkecambahnya krisis dan
degradasi dalam ranah moral, pemiskinan sumber daya manusiawi,
dan penyempitan cakrawala berpikir yang cenderung berkutat pada
militansi sempit atau penolakan terhadap pluralitas.
i. Tasawuf dan Pendidikan dalam Sekolah
Kedua unsur ini memiliki hubungan yang sangat erat dalam
kehidupan. Ajaran Isalam bisa dibagi dua aspek, yaitu aspek eksoteris
(lahiriah) dan aspek esoteris (batiniah). Tetapi pendidikan islam
51
selama ini lebih menekankan aspek eksoteris dari pada aspek esoteris.
Hal itu misalnya terlihat dalam pengajaran ibadah di Madrasah.
Dalam mengajarkan ibadah, seperti shlat lebih banyak ditekankan
pengetahuan tentang syarat, rukun dan hal-hal yang membatalkannya.
Semua ini termasuk pada aspek eksoteris.
Sedang aspek esoteris shalat, yaitu makna shalat kurang
ditekankan. Padahal mengajarkan makna shalat itu penting untuk
membentuk pribadi muslim yang baik. Begitu pula dalam
mengajarkan tauhid lebih banyak dikemukakan argumen tentang
adanya Tuhan, dan kurang diajarkan tentang makna kehadiran Tuhan
dalam kehidupan manusia. Makna kehadiran Tuhan merupakan aspek
esoteris. Aspek esoteris dalm islam disebut tasawuf. Dengan
lemahnnya pengajaran aspek esoteris Islam selama ini berarti juga
bahwa pengajaran tasawuf dalam pendidikan islam masih kurang.
Padahal seharusnya pengajaran tasawuf itu dilakukan secara
seimbang dengan aspek eksoteris Islam. Karena tanpa adanya
pengajaran tasawuf yang seimbang dengan aspek eksoteris, maka
anak didik kurang menghayati makna ajaran Islam.
Untuk itu, menurut Nurcholish Madjid yang diungkapkan oleh
Tebba (2003: 173-179) bahwa pengajaran tasawuf harus dilakukan
secara dini di madrasah, mulai dari Ibtidaiyah, Tsanawiyah, lalu
Aliyah. Kemudian puela di perguruan tinggi Islam, negeri dan swasta.
Pada tingkat Ibtidaiyah, para anak didik selain diajarkan syarat,
rukun, dan hal-hal yang membatalkan ibadah, seperti shalat dan puasa
ramadhan, juga perlu diajarkan tentang ruh ibadah, yaitu keikhlasan
melaksanakan ibadah. Kemudian di tingkat Tsanawiyah,
perkembangan anak didik belum begitu jauh berbeda dengan anak
didik tingkat Ibtidaiyah. Karena itu, pengajran tasawuf untuk mereka
masih merupakan kelanjutan dari pengajaran di tingkat madrasah
sebelumnya. Lalu pengajaran taswuf di tingkat Aliyah, harus
merupakan kelanjutan dari jenjang madrasah sebelumnya.
Pengembangan lebih lanjut diberikan dengan bertitik tolah dari
pembiasaan akan makna nama-nama indah Tuhan. Selanjutnya di
tingkat perguruan tingi, baik yang berlebelkan islam negeri ataupun
swasta, juga ada baiknya tasawuf diajarkan. Selama ini tasawuf hanya
diajarkan, tetapi hanya pada fakultas tertentu, seperti fakultas
52
Ushuluddin. Padahal sebaiknya tasawuf itu diajarkan pada semua
fakultas dan jurusan.
Kemudian pengajaran tasawuf di lembaga pendidikan Islam,
mulai dari Ibtidaiyah sampai perguruan tinggi, akan mendorong
pengembangan dimensi etis atau akhlak peserta didik, sehingga
mereka akan tumbuh dan berkembang menjadi umat yang tidak saja
menguasai ilmu Islam dan Ilmu umum melainkan berakhlak mulia.
Tasawuf merupakan salah satu mata pelajaran penting, yang
perlu diajarkan di madrasah dan mata kuliah tinggi Islam, tidak saja
untuk mengembangkan kehidupan agama yang komprehensif yang
utuh, tetapi juga untuk mengembangkan kehidupan masyarakat dan
bangsa yang bersih, sehat dan maju. Inilah arti penting antara tasawuf
dengan pendidikan dalam Islam
Dengan begitu, tasawuf merupakan bagian integral yang selama
ini wujudnya ada tapi tak pernah terlihat atau bisa dibilang kurang
adanya perhatian. Padahal, penjelasan di atas memberikan keterangan
bahwa tasawuf masuk dalam berbagai elemen mata pelajaran dan itu
menjadi peran yang sangat signifikan dalam kegiatan belajar
mengajar.
j. Tasawuf Modern
Tasawuf dan masa modern Hamka sintesiskan menjadi
pemikiran orisinalnya. Tasawuf dia maknai terlebih dahulu, lalu apa
kaitannya dengan modern, Hamka memiliki pandangan bahwa
tasawuf dan segala perkembangannya harus berjalan bersamaan. Bila
tasawuf masih bertahan dengan sifat, sikap dan karakter lamanya,
maka manusia akan dipaksa untuk ditarik ke masa lalu, padahal
kodratnya mereka menjalani kehidupan di masanya.
Tasawuf menyesuaikan konteks zamannya, dalam artian
mengarahkan manusia agar tidak terjerumus dalam kesengsaraan dan
celaka. Hamka mengatakan bahwa zuhud (meninggalkan keduniaan)
yang melemahkan itu bukanlah bawaan Islam. Islam mengajarkan kita
untuk semangat berkorban dan bekerja, bukannya malas, lemah
paruhm dan melempem. (Hamka, 1939: 17)
Jadi, Hamka mengajak kita untuk memahami secara teoritis dan
mengamalkannya secara praktis makna tasawuf yang substansial,
53
yaitu membersihkan jiwa, memperhalus perasaan, menghidupkan
hati, menyembah Tuhan, dan mempertinggi derajat budi, menekan
segala kelobaan dan kerasukan, memerangi syahwat yang berlebih
dari keperluan untuk kesentosaan diri. (Hamka, 1939: 21.)
Adapun persamaan tasawuf Abah Gaos dengan Buya Hamka
ialah mengajarkan seseorang untuk membersihkan jiwa,
menghidupkan hati, kenal dan dekat dengan Allah serta berzuhudlah
dalam artian tidak meninggalkan keduniaan. Di samping itu,
kesamaan Abah Gaos dan Buya Hamka ialah memiliki guru yang
sama yaitu Syeikh Muhammad Shohibul Wafa Tajul Arifin dikenal
dengan Abah Anom. Perbedaannya ialah tasawuf yang diajarkan Abah
Gaos bersifat individual dan kelembagaan, akan tetapi Buya Hamka
bersifat individual.
B. Penelitian Terdahulu yang Relevan
1. Faisal Bahar Susanto, 2006. dalam “Tariqah Qadiriyan
Naqsabandiyah, Tinjauan Historis dan Edukatif Tariqah Qadiriyah
Naqsabandiyah di Desa Balak” Tesis Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Hasil penelitiannya bahwa ada atau terdapat sistem
pendidikan yang dikembangkan dalam Tariqah Qadiriyah
Naqsabandiyah di Balak baik itu dalam bentuk tersurat maupun
tersirat melalui amaliyah-amaliyah keagamaan.
2. Dian Dinarni, 2015. Melalui hasil karyanya yang berjudul
“Pendidikan Berbasi Tasawuf, Studi Analisis Kitab al-Risalah al-
Qusyairiyah fi ‘ilmi al-Tasawwuf”, Tesis UIN Sunan Kalijaga.
Hasil penelitiannya bahwa nilai-nilai pendidikan karakter berbasis
tasawuf yang terdapat dalam kitab al-Risalah al-Qusyairiyah fi
‘Ilmi al-Tasawwuf ada 38 nilai, yang dikelompokkan menjadi
empat kategori. Di samping itu, impilaksi nilai-nilai pendidikan
berbasis tasawuf dalam kitab al-Risalah al-Qusyairiyah fi ‘Ilmi al-
Tasawwuf terhadap tingkat Sekolah Menengah Pendidikan (SMP)
memiliki peran dan pengaruh terhadap pendidikan.
3. Mary Claire Gilder, 2011. dalam “Spiritual Development as a
Component of Holistic Development in Higher Education”, Tesis
B.A., Lousiana State University. Hasil penelitiannya kajian ini
bertujuan menguji spiritual terhadap hubungan perkembangan
54
diantara mahasiswa-mahasiswa fakultas. Tinjauan tentang
literatur dan kebiasaan baik telah terselenggarakan, dan
mahasiswa-mahasiwa telah diwawancarai terkait dengan jati diri
spiritual mereka, pengalaman terhadap perguruan tinggi mereka,
dan hubungan diantara keduanya. Penemuan kajian ini untuk
menampilkan mahasiswa-mahasiswa perguruan tinggi terhadap
nilai spiritual di berbagai aspek, meskipun kekhasan mereka belum
senang terkait diskusi spiritual dan isu spiritual di kampus.
4. Muhammad Isbiq, 2011. Dalam “Pemikiran Pendidikan Sufistik
KH. Habib Lutfi bin Ali Yahya dan Respons Jama’ah Kanzus
Salawat di Pekalongan”. Tesis ini menegaskan bahwa KH. Habib
Lutfi bin ‘Ali Yahya, pendidikan sufistik yang mengedepankan
kejernihan hati dan ajaran universal kemanusiaan akan mampu
menjadi alternatif solusi berbagai problematika umat Islam dunia.
Selain itu, perjalanan ilmiah Habib dari seorang murid thariqah
beberapa ulama nasional maupun internasional sampai kemudian
menjadi pada aspek lahiriah atau usaha yang dilakukan manusia
untuk membawa orang lain untuk lebih dekat kepada Allah Swt.
5. Purwanto, 2011. Dalam “Konsep Tasawuf dan Hubungannya
dengan Pendidikan Akhlak (Telaah Pemikiran Hamka).”
Penelitian tesis ini menyimpulkan bahwa tasawuf merupakan
pondasi bagi insan yang berkecimpung di dunia pendidikan. Jadi,
hubungan antara tasawuf dengan pendidikan itu sangat erat. Hal
itu bisa dilihat dari konsep pendidikan yang dilontarkan oleh
Hamka. Menurut Purwanto, tanpa tasawuf pendidikan tidak akan
berjalan secara mulus bahkan outputnya pun tidak seperti yang
diharapkan oleh pendidikan itu sendiri.
6. Imam Mu’alipin, 2011. “ Tesis dengan judul Pembaruan Dalam
Tasawuf (Studi Terhadap Konsep Neo-Sufisme Fazlur Rahman).
Tesis ini mendeskripsikan bahwa urgensi neo-sufisme Rahman
dalam mengkonstruksi pendidikan yang berbasis karakter adalah
terciptanya suatu pendidikan yang mengembangkan potensi
jasmani, potensi akal atau pikir dan potensi rasa di dalam
membangun peradaban Islam, untuk itu dalam neo-sufisme,
pendidikan diarahkan pada pembinaan dan pengembangan
kecerdasan intelektual, kecerdasasn emosi, dan kecerdasan
55
spiritual. Karena ketiganya merupakan komponen-komponen
potensi kemanusiaan yang perlu dikembangkan secara harmonis.
Hal ini perlu dilakukan agar pendidikan menghasilkan daya guna
luar biasa, baik secara horizontal dalam lingkup pergaulan antar
manusia secara vertikal dalam relasinya dengan transedental.
7. Agus Syukur, 2019. Tesis dengan judul “Konsep Pendidikan
Akhlak Tasawuf Syeikh Muhammad Abdul Ghauts (Telaah kitab
as-Sunan al-Mardhiyah-sunnah yang diridhai). Tesis ini
menjelaskan bahwa proses pendidikan akhlak tasawuf Abah Gaos
melalui beberapa tahapan seperti penyucian badan, jiwa, akal, hati.
akan tetapi, kitab tersebut lebih kepada keseharian seperti shalat
di awal waktu, menjadi orang yang pertama masuk masjid, segera
berbuka puasa, memuliakan tamu dan ulama, mengagungkan ilmu
dan ahlinya, memuliakan wali Allah, berakhlak mulia dan lain
sebagainya.
Dari berbagai penelitian terdahulu yang relevan, ada beberapa
hal yang bersifat berbeda dengan penelitian sebelumnya, yaitu:
1. Tahapan Persiapan
Persiapan setiap penulis dalam membuat sebuah tulisan, karya, dan
lain sebagainya itu dilandasi dengan fenomena, masalah dan
perilaku yang pernah dirasakan penulis sendiri. Persiapan penulis
melalui diskusi, tanya jawab, saran, ataupun pendapat dari teman
terutama guru.
2. Tahapan Penyusunan
Penyusunan dalam sebuah penelitian ini penulis rasakan tatkala
sedang berdiskusi, bertatap muka dengan salah seorang guru yang
pada akhirnya menemukan sebuah jawaban yang memuaskan yaitu
penelitian terkait Abah Gaos.
3. Tahapan Substansi
Penelitian substansi ini memang telah banyak diteliti sebelumnya.
Namun yang membedakan tatkala substanti itu diintegrasikan
dengan sekolah yang pada dasarnya sekolah tersebut belum diteliti
peneliti sebelumnya. Dan penelitian substansi ini khususnya buku
atau karya yang peneliti jadikan sumber penelitian belum ada yang
56
meneliti sebelumnya dan mendeksripsikan atau menganalisa
kontribusi Abah Gaos.
4. Tahapan Obyek
Obyek ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya karena
penelitian yang penulis ajukan ini berbeda karena obyek kajiannya
berbeda pula yaitu karya Abah Gaos yang meliputi pemikiran dan
kontribusinya.
C. Kerangka Konsep
Tabel 2.2.
1. Terjadi
pembiasaan
nilai tasawuf
atau
riyadhoh
2. Pribadi yang
islami secara
syariat,
thoriqot dan
hakikat.
Aspek
Pendidikan
Tasawuf
Faktor yang
Melatar
Belakangi
Nilai-nilai
Pendidikan
Tasawuf
yang rendah,
minim dan
tidak merata. Dampak
Pendidikan
Tasawuf
1) Tasawuf
dengan Ilmi
atau nadzari
2) Tasawuf
dengan amali
atau praktik
57
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
1. Tempat
a. Karakteristik
Lokasi Pondok Pesantren sebagai berikut Komplek Pesantren
Sirnarasa Dusun Ciceuri Desa Ciomas Kecamatan Panjalu, PO BOX.
No. 1 Panjalu Kode Po 46264 Kabupaten Ciamis Jawa Barat,
Indonesia. Yayasan Sirnarasa Cisirri (YSC), Akter Notaris: Heri
Hendriyana, SH. Nomor: 311 Tanggal 26 Januari 2016. SK>.
Kemenkumham: AHU01.12. tahun 2016 tanggal 03 Februari 2016.
b. Sejarah
Tempat penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Sirnarasa.
Obyek kajian ini dipilih karena lembaga pesantren ini telah dibangun
berdasarkan landasan awal pendiri ini yaitu back to spiritual. Yang
mana landasan tersebut mengintegrasikan, menghubungkan serta
menyatukan dengan kurikulum yang ada di Indonesia seperti
kurikulum kementerian pendidikan dan kementrian agama. Pondok
Pesantren Sirnarasa ini merupakan lembaga yang mengatakan bahwa
nilai tasawuf bukan hanya sekedar berdzikir, berkontemplasi,
bertahannus serta menafikan keduniaan.. Justru lembaga ini
mempunyai motto yang sangat baik dan menurut penulis sangat
memberikan semangat kepada masyarakat baik kalangan menengah
ke bawah maupun menengah ke atas yaitu sholeh, sehat, sukses dan
kaya raya.
c. Sistem
Tugas Pondok Pesantren Sirnarasa Desa Cisirri Kecamatan
Panjalu Kabupaten Ciamis Jawa Barat yaitu memberikan pelayanan
problematika kehidupan yang melekat untuk mendidik seseorang
yang ingin lebih dekat dengan Allah melalui jalan tarekat.
2. Waktu
58
Waktu penelitian akan berlangsung selama kurang lebih 3 hari
dari yaitu pada tanggal 15-17 september 2018, namun peneliti
mengadakan penelitian ulang disebabkan obyek pesantren pada
awalnya bertempat di daerah Tangerang menjadi di daerah Panjalu
Kabupaten Ciamis Jawa Barat.
Tabel 3.1: Waktu Proses Penelitian
No Kegiatan Waktu
1 Pengajaun Judul Tesis 28 Maret 2017
2 Proposal Juni 2017
3 Penelitian Pendahuluan Juli-Oktober 2017
4 Studi Pustaka November-Februari
2018
5 Pencarian Data Januari-September
2018
6 Pengolahan Data September 2018
B. Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan pendekatan Wwakualitatif
yaitu data yang dikumpulkan dan diungkapkan dalam bentuk kata-
kata dan gambar, kemudian disusun dalam bentuk kalimat. Itu artiny
kualitatif merupakan sebuah penelitian yang berusaha
mengungkapkan keadaan yang bersifat alamiah secara holistik. (Ali,
2002: 58)
Emzir (2008: 28) mendeskripsikan penelitian kualitatif
merupakan salah satu pendekatan yang secara primer menggunakan
paradigm post positivist dalam mengembangkan ilmu pengetahuan
(seperti pemikiran tentang sebab akibat, reduksi data variabel,
hipotesis, dan pertanyaan spesifik, menggunakan pengukuran dan
observasi, serta pengujian teori), menggunakan strategi penelitian
seperti eksperimen dan survey yang memerlukan data statistik.
59
Disamping itu, penelitian kualitatif juga ditandai dengan
penggunaan metode pengumpulan data yang berupa participant
observation dan indepth interview sebagai metode pengumpulan
data utama (Bodgan, dkk. t.t.: 2). Sehingga penelitian kualitatif
cenderung memiliki karakteristik antara lain:
a) Mampunyai setting yang alami sebagai sumber data langsung
sementara penelitian merupakan instrumen kunci.
b) Bersifat deskriptif.
c) Lebih memperhatikan processdari pada produk.
d) Cenderung menganalisa data secara induktif.
e) Meaning (makna) merupakan hal yang esensial dalam
penelitian kualitatif (Bodgan, dkk. t.t.: 2).
Pendekatan metode kualitatif yang digunakan peneliti dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan deskriptif.
Artinya penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala,
peristiwa, kejadian, yang terjadi saat sekarang. Penelitian deskriptif
memusatkan pada masalah aktual sebagaimana adanya pada saat
berlangsung. Melalui penelitian dekriptif, penliti berusaha
mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian
tanpa memberikan perlakuan khusus terhadap peristiwa tersebut.
Variabel yang diteliti bisa tunggal, bisa juga lebih dari satu variabel
(Noor, 2012: 34-35).
Pendekatan deskripif diatas merupakan awal dari analisa,
menelaah lebih jauh terkait isi, maksud, pemahaman, dan ajaran buku
tersebut. Kemudian buku atau sumber utama yang akan dikaji penulis
yaitu studi pemikiran dan karya melalui pendekatan deskriptif.
C. Data dan Sumber Data
Sumber data yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah
sumber data primer dan sumber data sekunder. Berikut ini deskritif
kedua sumber tersebut:
1. Sumber data primer yaitu Suryabrata (1987: 93) adalah data
yang dikumpulkan oleh peneliti. Sumber primer tersebut
diperoleh langsung dari lapangan yaitu Yayasan Sirnarasa
Cisirri (YSC) yang dikenal dengan Abah Gaos atau Syeikh
60
Abdul Gaos Saifullah Maslul., kemudian sekretaris Abah Gaos
sekaligus wakil talqin seperti KH. Irfan Zidni, Ust. Ai Abdul
Jabbar sebagai sekretaris Abah Gaos di Ponpes Sirnarasa Cisirri
Ciamis Jawa Barat, karya Abah Gaos berupa; Pertama, as-
Syarhu al-Maisur li Miftahi as-Shudur li Irsyadi ar-Ruhi al-
Maghrur. Kedua, al-Sunan al-Mardhiyyah fi al-‘Amaliyah al-
Mursyidiyyah. Ketiga, al-Fathu al-Jali>l fi> ‘Ala>ma>ti al-Mursyid
al-Ka>mil. Keempat, al-Fikrah al-Jadi>dah fi Fad{a>il as-Syuhu>r
annaha> min Asma>illahi al-Husna>.
2. Sumber data sekunder yaitu sumber data yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2005: 62).
Sumber sekunder tersebut diperoleh dari bahan kepustakaan
yang ada hubungannya terhadap penelitian ini seperti
dokumentasi (lisan, tulisan, dan gambar atau video), berita,
jurnal, buku-buku, dan laporan-laporan ilmiah lainnya baik
dalam bentuk bahasa Indonesia maupun bahasa Asing.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian menurut Arikunto (2000:134) adalah alat
bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya
mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan
dipermudah.
Instrument dalam penelitian kualitatif yang lebih berperan besar
adalah peneliti sendiri. Dengan begitu, uji keabsahan instrument
penelitian itu sendiri terkait dengan data yang dikumpulkan oleh
peneliti sendiri. (Putera, 2013: h. 106)
Dalam penelitian ini menggunakan instrumen non tes yaitu
wawancara dan observasi terhadap obyek yang dituju. Di samping itu,
peneliti sebagai subyek memiliki kontribusi dan instrumen dalam
terhadap pengempulan dan pengolahan berbagai macam data di
lapangan maupun kepustakaan.
Untuk mendukung pengumpulan data yang disajikan ini, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan yang berhubungan dengan
instrumen pengumpulan data itu sendiri:
61
Pedoman wawancara adalah sejumlah indikator berupa
pertanyaan yang ingin disampaikan atau diajukan kepada
terwawancara terkait prihal penelitian di lapangan. Di samping
pedoman pengamatan adalah sejumlah indikator yang dilakukan
penliti melalui pengamatan secara langsung ataupun tidak yang
berada di lingkungan pesantren. Namun, disisi lain peneliti masih
membutuhkan penelitian lapangan sebagai alat yang sangat penting
dalam penelitian. catatan penelitian melalui penggabungan
wawancara dan pengamatan itu sendiri yang orientasinya terhadap
penelitian. (Moleong :153)
Tabel 3.2: Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian di atas merupakan bagian dari teknik
pengumpulan data. Berikut ini penjelasan instrumen tersebut:
a. Wawancara atau Inteview
Wawancara atau interview adalah kuisioner lisan artinya sebuah
dialog yang dilakukan pewawancara (interviewer) untuk memperoleh
informasi terwawancara (supplyer) (Arikunto, 1991: 145).
Dalam hal ini peneliti mencari informasi melalui pertanyaan-
pertanyaan, keterangan-keterangan serta meminta kepada
terwawancara untuk mendeskripsikan pengetahuan pendidikan
tasawuf di Yayasan Sirnarasa Cisirri (YSC) melalui pihak pengelola,
Instrumen Penelitian
Wawancara
Pembacaan Naskah
62
pengurus pesantren, dan santri di lingkungan tersebut. Wawancara
terhadap Ust. Ai Abdul Jabbar, KH. Irfan Zidni, Santri yang menetap
di Pondok Pesantren.
Di samping itu, peneliti melakukan observasi sebagaimana Idrus
(Yogyakarta: 101) mengutarakan bahwa observasi atau pengamatan
merupakan aktivitas pencatatan fenomena yang dilakukan secara
sistematis. Pengamatan dapat dilakukan secara terlibat (patisipatif)
ataupun nonpartisipatif.
Peneliti dalam kesempatan ini melakukan studi secara sengaja
melalui pengamatan dan pencatatan terhadap obyek kajian yang akan
diteliti. Namun pada hakikatnya peniliti berada diluar penelitian (non
participant).
Disisi lain, peneliti juga melakukan dokumentasi berupa photo,
serta catatan-catatan lainnya sebagaimana Soehartono (2011: 70-71)
mendeskripsikan bahwa dokemtasi merupakan tehnik pengumpulan
data yang tidak langsung ditujukan kepada subyek penelitian.
Dokumen yang diteliti dapat berubah berbagai macam, tidak hanya
dokumen resmi. Dokumen dapat berupa buku harian, surat pribadi,
laporan, notulen rapat, catatan kasus, dan lain-lain.
Dokumentasiyang dilakukan peneliti ini terkait dengan
kegiatan pendidikan yang ada di sekolah ini. Mulai dari yang sifatnya
mendasar seperti sejarah Pondok Pesantren Sirnarasa hingga
dokumentasi yang sifatnya menunjang dan memperkuat data
penelittian itu sendiri seperti acara atau kegiatan pesantren, sekolah,
dan lain-lain.
b. Pembacaan Naskah Kitab
Pembacaan naskah kitab merupakan bagian penelitian yang
menjadi sumber utama peneliti. Naskah kitab tersebut dibagi menjadi
empat yaitu Pertama, as-Syarhu al-Maisur li Miftahi as-Shudur li
Irsyadi ar-Ruhi al-Maghrur. Kedua, al-Sunan al-Mardhiyyah f64i al-
‘Amaliyah al-Mursyidiyyah. Ketiga, al-Fathu al-Jali>l fi> ‘Ala>ma>ti al-
Mursyid al-Ka>mil. Keempat, al-Fikrah al-Jadi>dah fi Fad{a>il as-Syuhu>r
annaha> min Asma>illahi al-Husna>.
63
E. Tehnik Analisis Data
Tehnik pengumpulan data merupakan langkah yang paling
utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data. Tanpa mengetahui tehnik pengumpulan data,
maka peneliti tidak akan memperoleh data yang memenuhi standar
data yang telah ditetapkan. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam
berbagai setting, sumber, dan cara. (Sugiyono, 2014: 308).
Keberhasilan dalam pengumpulan data banyak ditentukan oleh
kemampuan peneliti menghayai situasi sosial yang dijadikan fokus
penelitan. Ia dapat melakukan wawancara dengan subyek yang
diteliti., ia harus mampu mengamati situasi sosial, yang terjadi dalam
konteks yang sesungguhnya, ia dapat memfoto fenomena, simbol dan
data yang terjadi, ia mungkin pula merekam dialog yang terjadi.
Peneliti tidak mengakhiri pada fase pengumpulan data, sebelum ia
yakin bahwa data yang terkumpul dari berbagai sumber yang berbeda
dan terfokus pada situasi sosial yang diteliti telah mampu menjawab
tujuan penelitian. Dalam konteks ini validitas, reliabilitas, dan
triangulasi telah dilakukan dengan benar, sehingga ketepatan
(accuracy) dan kredibiltas (credibility) tidak diragukan lagi oleh siapa
pun (Yusuf, 2014: 372).
Data yang diteliti merupakan hasil dari kumpulan data
peneliti.Blaxter, dkk (2006, 291) mengemukakan bahwa analisis
adalah sebuah proses berkelanjutan yang dapat terjadi di sepanjang
riset anda, dengan analisis awal menginformasikan data yang
kemudian dikumpulkan.
Di samping itu, teknik analisis data kualitatif sebagaimana
diungkapkan Sulytyaningsih (2011: 163) dilakukan secara interaktif
dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga
datanya sampai jenuh. Aktivitasnya meliputi data reduction
(meringkas), data display (menyajikan), dan conclusing
drawing/verivication (penarikan kesimpulan dan verivikasi). Data
yang sudah melewati aspek tiga tersebut dilakukan penyeleksian.
Proses penyeleksian itu dengan: persiapan dan penyeleksian.
64
Persiapan dilakukan dengan cara menyediakan format atau form yang
ingin ditanyakan atau diteliti di lapangan, baik berupa dokumentasi
ataupun rekaman. Lalu data yang sudah terdokumentasikan dan
terekam dengan media tulis ataupun elektronik diejawantahkan
melalui penyeleksian yang sesuai dengan obyek penelitian.
1. Reduksi Data
Reduksi (pengurangan atau pemotongan) data dalam data
peenelitian ini merupakan analisis data yang melibatkan langkah-
langkah pengelompokan dan penyederhanaan data sesuai dengan inti,
fokus dan tujuan data. Data yang diperoleh dari hasil wawancara,
observasi dan dokumen akan dipilah dan diidentifikasi lebih detail dan
komprehensif. Jika data yang ditemukan itu tidak sesuai, kurang
relevan maka data tersebut akan diletakkan sebagai cadangan bahkan
dibuang. Kemudian data yang relevan akan difokuskan pada hal-hal
yang berkenaan dengan pendidikan tasawuf Abah Gaos di Pondok
Pesantren Sirnarasa, Cisirri, Ciamis, Jawa Barat.
2. Penyajian Data
Dalam tahap ini, data dari hasil reduksi yang dikumpulkan akan
disusun dengan secara sistematis dan naratif. Hal ini dilakukan untuk
memahami hal, fenomena, kejadian yang sedang terjadi berkenaan
dengan pendidikan tasawuf Abah Gaos melalui pemikiran dan
karyanya. Setelah itu, dilakukan analisis secara mendalam.
3. Verifikasi dan Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dari hasil penyajian data yang merupakan
jawaban dari fokus penelitian yaitu berkenaan dengan pendidikan
tasawuf Abah Gaos melalui pemikiran dan karyanya
Dengan demikian tehnik analisis data ini dengan menggunakan
beberapa unsur yang dapat memberikan hasil yang valid. Data yang
terhimpun dari hasil analisa dan kegiatan yang terjadi di lapangan
dengan cara dikumpulkan atau disatu padukan dengan berbagai
informasi dan informan yang harus diolah ataupun diproses agar
menjadi informasi bermakna.
65
F. Uji Keabsahan Data
Pada tahap ini digunakan dua metode untuk menguji keabsahan
data. Pertama, Triangulasi. Berdasarkan tehnik pengumpulan data,
termasuk di dalamnya adalah analisis atau pemeriksaan keabsahan
data. Sebagaimana diungkapkan Moleong (2009: h. 330) dalam
metodelogi penelitian kualitatif, Triangulasi merupakan tehnik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang diluar
data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap
data itu sendiri. Tehnik yang paling banyak digunakan adalah
pemeriksaan melalui sumber lainnya.
Disamping itu, Musfah (2015: 42) mengutarakan bahwa
triangulasi memeliki tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara.
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum
dengan apa yang dikatakan secara pribadi.
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dilakukan sepanjang waktu.
4. Membandingkan keadaan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pendapatan orang lain.
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen
yang berkaitan.
Triangulasi data/sumber yakni peneliti membandingkan data-
data dan bukti yang diperoleh dari situasi yang berbeda. Ada 3 sub
jenis yaitu orang, waktu dan ruang.
1. Orang, data-data dikumpulkan dari orang-orang yang berbeda
yang melakukan aktivitas yang sama.
2. Waktu, data-data yang dikumpulkan dengan waktu yang berbeda.
3. Tempat, data-data yang dikumpulkan di tempat yang berbeda.
G. Analisis Hasil Penelitian
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan dengan orang yang
dipercaya terkait Abah Gaos yaitu Ust Ai Abdul Jabbar menyatakan
bahwa pendidikan tarekat sangat memiliki peran yang signifikan bagi
66
pribadi secara khusus, hal ini dikarenakan membuat pribadi orang
tersebut merasa nyaman, tenang dan terus berusaha dekat dengan Allah
Swt melalui pelbagai macam cara seperti sholat, puasa, sedekah,
dzikir-dzikir yang mesti dilaksanakan setiap harinya agar dirinya
terjaga dari hal-hal yang dapat menjerumuskan kepada jauh dari Allah,
kemaksiatan lahiriah dan bathiniah. Di samping itu, melalui wakil
talqin yaitu orang yang dipercaya untuk mengajarkan zikir tersebut
berkata bahwa dengan adanya tarekat ini semakin banyak para
cendikiawan muslim dari kampus eksak yang notabennya percaya dan
ikut dengan ajaran tersebut.
67
BAB IV
ANALISA PENELITIAN
A. Genealogi Pondok Pesantren Sirnarasa
1. Sejarah Lahir Pondok Pesantren Sirnarasa
Latar belakang berdirinya Pesantren Sirnarasa Cisirri, tentu erat
hubungannya dengan penulisan tentang sejarah pengasuh yang
merupakan personofikasi dari sistem kelembagaan ini secara
menyeluruh. Pesantren ini dirintis pertama kali oleh seorang pemuda
yang berilmu luas serta punya keinginan dan cita-cita tingi
membenahi moral masyarakat yang saat itu tengah berada pada
kondisi memprihatinkan.
Pemuda yang bernama <Muhammad Abdul Gaos itu memang
mencemaskan keadaan masyarakat di Dusun Ciceuri yang diliputi
oleh kebodohan dan kejahilan. Berdasarkan wawancara dengan Ibu
Maryam, sesepuh di Desa Ciomas, keadaan masyarakat di Dusun
Ciceuri saat itu memang tengah rusak-rusaknya. Mabuk, main
perempuan, judi dan berbagai tindakan asusila lainnya sudah menjadi
hal yang biasa terjadi di dusun yang terletak di kaki gunug Syawal itu.
(Abdushomad, dkk. 2018:102-103).
Dengan tekad yang kuat dan membaja itulah, pemuda Abdul
Gaos berketetapan hati bermukim di tanah kelahirannya sekalipun
berbagai tawaran menggiurkan kerpa diterimanya untuk mengajar di
daerah lain. Tidak jarang pula beberapa temannya yang mengetahui
kepandaian ustadz muda itu mengingatkan bahwa Ciceuri bukan
tempat yang bisa memberikan harapan bagi beliau. Tawaran demi
tawaran itu tidak melunturkan tekadnya bahkan Abah Gaos muda
seringkali memberikan penjelasan bahwa tempat-tempat seperti
inilah yang seharusnya dijadikan lahan oleh seorang mujahid dakwah.
Dengan berbekal keluasan ilmunya dan keahliannya dalam
berorganisasi serta kepandaiannya dalam berdakwah juga kearifannya
dalam menyelesaikan suatu persoalan maka Abah Gaos dengan
caranya telah berhasil merubah dusun yang jauh dari nilai-nilai
keagamaan menjadi sebuah tempat yang penuh dengan suasana
68
kehidupan yang islami. Selain itu pula merubah kondisi daerah yang
tadinya terpencil menjadi tempat yang banyak dikunjungi oleh
berbagai macam tamu dengan berbagai macam kepentingan baik dari
dalam negeri maupun dari luar negeri. (Abdushomad, dkk. 2018:104-
106).
Abah Gaos yang telah berhasil dalam menata suatu sistem
dalam masyarakat ini, dilahirkan pada hari Jum’at tangal 1 September
1944. Merupakan anak tertua dari dua bersaudara putera dari
pasangan KH. Ibrahim dan Hj. Siti Muslihat. Beliau adalah anak dari
keluarga yang sangat peduli terhadap pendidikan, terutama
pendidikan keagamaan. Sehingga dari sejak kecil, beliau bersama
adiknya Kh. M. Ucu Syamsudin sudah dididik oleh orang tuanya
dengan ilmu-ilmu dasar agama, seperti sholat, bacaan dalam sholat
dan ilmu tajwid. (Abdushomad, dkk. 2018:106).
2. Tokoh Pendiri Pesantren Sirnarasa Cisirri
Tokoh merupakan hal yang sentral dan penting dalam
kelembagaan. Tanpa adanya tokoh, tidak ada pula yang disegani,
ditakuti bahkan dijadikan teladan dalam membentuk suatu lembaga
apalagi lembaga tersebut terkait dengan proses belajar-mengajar
khususnya di wilayah pesantren. Dengan adanya tokoh di pelbagai
satuan ormas, lembaga, atau kepanitiaan, maka proses kegiatan dan
lembaga tersebut akan berjalan sebagaimana mestinya melalui
mekanisme peraturan dan standar yang telah ditetapkan secara
komunal, musyawarah dan mufakat. Salah satu tokoh yang akan
dibahas dalam penelitian ini ialah tokoh pendiri Pesantren Sirnarasa
Cisirri.
Sirnarasa yang berdiri pada tanggal 1 September 1968, tatkala
Pangersa Abah Gaos mulai mukim di kampung halaman di Ciceuri
Desa Ciomas Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis Jawa Barat. Dulu
namanya Pesantren al-Ishlah. Pesantren Sirnarasa Cisirri didirikan
oleh Syeikh Muhammad Abdul Gaos Saefullah Maslull bersama
istrinya Hj. Rosliana Hasnah pada tanggal 1 Januari 1980 dengan
dukungan penuh dari kedua orang tua beliau dan adiknya, Kh.
Muhammad Ucu Syamsudin. Sampai saat ini, tanggal 1 Januari
69
dijadikan hari milad Pesantren Sirnarasa Cisirri. Sejak tanggal 1
Januari 1980 namanya berganti menjadi Pesantren Sirnarasa saat
dikukuhkan namanya oleh Pangersa Abah Anom Suryalaya. KH.
Ahmad Sohibul Wafa Ta’jul Arifin (Abah Anom) memberikan nama
pesantren “Pesantren Sirnarasa”. (Abdushomad, dkk. 2018:107). Pada
awal pendiriannya, pesantren hanya menyelenggarakan Lembaga
Pembinaan Mental Remaja (Inabah 2 Puteri) dan pengajian salaf
dengan konsentrasi pembelajaran ilmu-ilmu agama Islam yang
bersumber dari kitab kuning, yang kemudian berkembang dengan
adanya lembaga pendidikan formal. Sedikit demi sedikit
perkembangan Pesantren Sirnarasa ini dapat dilihat dari didikannya
lembaga pendidikan formal dibawah Yayasan Pesantren Sirnarasa
(YPS) sejak tahun 1995. Hingga kini telah berdiri lembaga-lembaga
formal dari Taman Kanak-kanak Al-Qur’an (TKA) / Raudhatul Athfal
(RA) / Madrasah Diniyyah Awaliyyah (MDA), Madrasah
Tsanawaiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA) dan Sekolah Tingga
Ilmu Dakwah (STID) yang telah mencetak ratusan generasi islami
yang terhimpun dalam HISASIRRA (Himpunan Santri Alumni
Pesatren Sirnarasa). Sedangkan untuk tingkat Sekolah Dasar, telah
terdapat sebuah Sekolah Dasar Negeri (SDN 3 Ciomas), yang
lokasinya masih berada dilingkungan yang tidak jauh dari komplek
Pesantren Sirnarasa. (https://www.sirnarasa.org).
3. Biografi Abah Gaos
Pendidikan formal Pangersa Abah Gaos hanya sampai SR. SR
dikenal pada zaman dahulu dengan sekolah rakyat. Namun karena
ketekunannya mendalami keilmuan akhirnya beliau senantiasa
mampu menjawab pertanyaan bahkan sekelas guru besar sehingga
banyak diantara guru besar tersebut bertabarruk kepada Pangersa
Abah Gaos dan ada di antaranya menjadi wakil talqin.
Abah Gaos sejak dari masa pesantren dikenal cemerlang dan
berprestasi serta banyak diberi kelebihan yang luar biasa dan
senantiasa menjadi yang terdepan di pesantren yang disinggahinya
untuk belajar. Beliau belajar pertama kali di Pesantren Gempalan
masih di wilayah Panjalu, kemudian di Pesantren Cintawana
70
Singaparna Tasikmalaya selanjutnya di Pesantren Cijantung Ciamis
untuk mendalami Qiroat.
Pada usia 13 tahun yaitu pada tahun 1957, beliau memulai
kiprahnya menuntut ilmu agama dengan memasuki Pesantren
Gegempalan di Maparah Panjalu yang saat itu dipimpin oleh KH.
Iskandar Zainal Arifin. Di Pesantren ini, ternyata karakter seringkali
melampaui rekan-rekan sebayanya bahkan tidak jarang melampaui
santi-santri senior. Hal ini terjadi karena diluar jadwal-jadwal resmi
pelajaran di Pesantren, Abdul Gaos muda seringkali mempelajari,
mengikuti dan banyak bertanya tentang ilmu-ilmu yang ingin
diketahuinya. Di pesantren ini pula, beliau pertama kali dididik ilmu-
ilmu dasa kesalafiyahan dan intelektual serta ilmu organisasi.
(Abdushomad, dkk. 2018:21).
Setelah delapan tahun merasakan suka-duka nya tinggal di
Pesantren Gegempalan maka pada tahun 1965, atas kehendak kyai nya
beliau dimnita untuk menimba ilmu keagamaannya di pesantren lain.
Bahkan dengan bijak, gurunya memotivasi bahwa semua ilmu yang
diajarkan di Pesantren Gegempalan sudah habis diberikan kepada
Abah Gaos muda. Menurut KH. Iskandar Zainal Arifin (gurunya
sewaktu di di Pesantren Gegempalan), Ajengan Gaos muda memang
termasuk santri yang sangat cerdas dan mempunyai keingintahuan
yang sangat besar terhadap pelbagai kajian ilmu. Bahkan ia seringkali
melampaui santri-santri yang lebih senior dalam mengadaptasi setiap
pelajaran yang diberikan. (Abdushomad, dkk. 2018:22).
Selepas dari Pesantren Gegempalan, beliau kemudian
melanjutkan pendidikan agamanya di Pesantren Cinttawana
Singaparna di Tasikmalaya yang merupakan salah satu pesantren
yang termasyhur kala itu bahkan sampai saat ini.
Pada waktu Abah Gaos menuntut ilmu di Pesantren itu,
lembaga tersebut dipimpin oleh KH. Isak Farid yang merupakan
ulama cendikia yang terkenal akan keluasan ilmunya. Di Pesantren
Cintawana pun rupanya, kecerdasan dan kemampuan beliau nampak
semakin matang. Terbukti di pesantren ini pun, Abah Gaos muda
seringkali mengasisteni materi-materi pelajaran yang biasa
71
disampaikan oleh Kyai Isak. Abah Gaos menyelesaikan
pendidikannya di Pesantren Cintawana sampai pada tahun 1968.
Walaupun hanya sebentar saja, Abah Gaos pun sempat mendalami
kemampuan Qiroatnya di Pesantren al-Quran Cijantung Ciamis.
Itulah sebabnya, mengapa dalam moment moment resmi di Pondok
Pesantren Suryalaya, Abah Gaos pun sering didaulat oleh Pangersa
Abah Anom untuk mengimami sholat di Mesjid Nurul Asror karena
lantunan suara Abah Gaos yang enak di dengar. Abah Gaos berguru
dengan Abah Anom selama 40 tahun lebih. (Abdushomad, dkk. 2018:
24)
Di pesantren-pesantren yang pernah disinggahi oleh Pangersa
Abah Gaos telah banyak diceritakan oleh rekan-rekannya yang pernah
sama-sama pesantren bahwa ada kelebihan-kelebihan Abah Gaos
telah terlihat dari sejak muda. Bahkan di usianya yang masih belia
saat Pesantren di Gegempalan, dirinya telah mampu menunjukkan
ajag (sejenis anjing hutan) yang saat itu sangat meresahkan
masyarakat karena banyaknya hewan ternak yang dimangsa.
Dalam aspek pendidikan, Abah Gaos mampu melampaui santri-
santri senior dalam penguasaan ilmu yang diajarkan. Bahkan tak
jarang, santri-santri senior pada akhirnya banyak belajar pada Abah
Gaos. Itu sebabnya di manapun Abah Gaos pesantren, senantiasa
dijadikan asisten oleh kyainya untuk mengajar santri-santri karena
kepahamannya yang sudah menyamai kyainya. (Abdushomad, dkk.
2018: 24)
Seringkali Pangersa Abah Gaos menyampaikan kepada para
santri guna memotivasi bahwa apa yang dianugrahkan kepada beliau
tidak datang tiba-tiba, namun dengan sebuah proses yang cukup
panjang terutama dalam menuntut ilmu. Menurut Beliau, “ilmu itu
didapat dengan sungguh-sungguh. Ilmu tidak mungkin didapat
dengan cara enak-enakan (Man Jadda Wajada). Harus dilakukan
dengan sungguh-sungguh. Serta kesungguhan adalah kunci
keberhasilan.
Santri harus melakukan Mujahadah memerangi hawa nafsu. Jika
perang fi sabilillah, atau bisa bermakan memerangi hawa nafsu. Jika
72
ingin mengikuti Pangersa Abah Gaos, belajar yang sungguh-sungguh.
Perangi hawa nafsu. Kalau makan, makanannya yang halal.
Minumamnnya yang halal serta sandalnya yang halal. Soal sandal
hilang jangan dianggap masalah sepele. Semenjak dahulu, orang
memakai barang orang lain tanpa izin adalah ghosob.
Ilmu itu nurulloh, dan nurulloh itu memantul di hati seseorang.
Tempatnya nurulloh adalah hati. orang yang mencari ilmu itu harus
punya hati yang bersih. Hati yang jernih itu bisa diupayakan salah
satunya dengan makanan yang halal, rumah yang halal, pakaian yang
halal, dan sandal yang halal. Ini jangan dianggap remeh. Perlu ada
perubahan watak agar menjauhkan dari hal-hal yang haram walau
sedikit.
Pangersa Abah Gaos ketika menuntut ilmu, fokus. Cukuplah
Allah yang menemani dan malaikat. Dan cukuplah berteman kitab
atau buku. Jadi orang yang sedang belajar, harus fokus belajar. Supaya
memprioritaskan ngaji. Pangersa Abah saat mesantren banyak
melakukan muthalaah kitab. Itu sebabnya, banyak melampaui santri-
santri senior. Bahkan tidak sedikit santri senior diajari oleh Abah
ketika itu. Abah Gaos menyampaikan bahwa agar harus jadi orang
yang beda. Beda disini contohnya, yang lain tidur, ini dipakai melek
untuk belajar. Yang lain pada pulang ke rumah saat libur, ini tetap
diam di pesantren untuk melakukan berbagai amaliyah dan ilmiyah.
(Abdushomad, dkk. 2018: 25-26)
Jika mengalami kesulitan, tekuni terus dengan sabar. Jika
sungguh-sungguh, akan dimudahkan Allah Swt. Dan ketika sulit,
jangan pernah putus asa. Sebab reaksi ilmu itu nanti ada. Orang
menuntut ilmu itu harus tabah. Karena itu bagian dari proses. Setelah
menerima pelajaran dari guru, pelajarilah kembali berulang-ulang.
Para santri
4. Profil Pesantren Sirnaarasa Cisirri dan Perkembangannya
Pesantren Sirnarasa berdiri pada tanggal 1 Januari 1980.
Sebelum berganti nama menjadi Sirnarasa, lembaga ini bernama al-
Islah sewaktu Abah Gaos masih aktif di PUI. Kemudian pada tanggal
73
1 Januari 1980, Syeikh Ahmad Shohibul Wafa Tajul Arifin (Pangersa
Abah Anom) yang merupakan guru spiritual dari Abah Gaos
memberikan nama baru bernama Sirnarasa. Perubahan nama
pesantren seiring dengan perubahan pula nama dusun. Nama dusun
tadinya Ciceuri dirubah menajdi Cisirri. Berdasarkan pernyataan
Abah Gaos, perubahan nama pesantren dari al-Islah menjadi Sirnarasa
tidak lain untuk bertabarruk (mengambil barokah) dari gurunya yaitu
Abah Anom sebagai pembimbing ruhani Abah Gaos. (Abdushomad,
dkk. 2018: 108-109)
Bertabarruk (mengambil barokah) merupakan derivasi dari kata
bahasa arab yaitu tabarraka mengikuti wazan tafa’aala. Lafadz
tabarraka disandingkan dengan huruf jar bi menjadi tabarraka bi
berarti tholaba barokatahu (meminta berkat pada) atau tayammana,
tafa>ala (melihat pertanda baik, menghormatinya sebagai pertanda
baik). (Ali, Atabik, dkk., tth: h.397)
Aktivitas Abah Gaos sehari-hari, disamping sebagai sesepuh
Pesantren Sirnarasa Cisirri, beliau pun merupakan seorang Mursyid
TQN Pondok Pesantren Suryalaya pelanjut Abah Anom Suryalaya.
Beliau pun seorang tokoh agama terkenal bukan saja di dalam negeri
bahkan di luar negeri pun nama beliau telah harum khususnya di
tempat-tempat komunitas ikhwan TQN Pondok Pesantren Suryalaya
berada seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darussalam dan
Australia.
Sejak awal didirikan, Abah Gaos menetapkan bahwa Pesantren
Sirnarasa merupakan tempat pembinaan calon-calon dzakir (ahli
dzikir) yang berilmu ilmiah serta beramal ilmiah dan untuk
membentuk pribadi-pribadi yang cinta NKRI untuk mewujudkan
Kejayaan Agama dan Negara serta Peradaban Dunia. dengan visi
tersebut beliau terus mengembangkan lembaga ini sesuai dengan
konsep awal ditetapkan. Untuk mewujudkannya, maka unit-unit
aktifitas yang diselenggarakan di lingkungan Pesantren ini semuanya
mengacu pada tujuan diatas. Sebagai aktualisasi dari konsep awal
didirikannya Pesantren Sirnarasa maka kini di tempat ini telah ada
unit-unit pendidikan yang terdiri dari:
74
Pertama, pesantren salaf atau salafi yaitu dua kata yang
memiliki arti berbeda satu sama lain namun digabungkan menjadi
satu padanan yang terdiri dari pesantren dan salafi. Pesantren menurut
Dhofier (1994: 84) sebagai lembaga pendidikan tradisional Islam
untuk mempelajari, memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran
Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai
pedoman perilaku sehari-hari. Sebagai lembaga pendidikan yang
memiliki karakteristik tipikal, pesantren memiliki tradisi keilmuan
yang berbeda dengan tradisi keilmuan lembaga-lembaga lain
(Siswanto, 2006: 920). Apabila diamati dalam konteks aktivitas
pendidikannya, pesantren lebih banyak memfokuskan pada tafaqquh
fi al-Din, yaitu pendalaman agama, perluasan pengetahuan, dan
penguasaan khazanah ajaran agama Islam. (Jabali dan Jamhari, 2002:
95)
Salaf atau Salafi berarti yang lalu, dahulu, telah lewat atau
orang-orang yang terdahulu. Istilah ini sering digunakan untuk
menunjukkan segala sesuatu yang telah lalu atau mendahului. (Yahya,
Ali., 2012: h.139). Dengan demikian, pengertian pesantren salaf
adalah pesantren masa lalu. Yaitu mempunyai ciri-ciri atau
karakteristik tertentu yang membedakan mereka dengan kebanyakan
pesantren yang ada di masa sekarang. Lembaga yang memiliki ajaran
kesederhanaan, keikhlasan, kecintaan kepada guru-guru, kecintaan
murid-murid kepadanya, pemeliharaan sanad (mata rantai keilmuan
seseorang dan lembaga), intelektual, kerendahan hati, kehati-hatian
dalam pembaharuan, ketenangan dan masih banyak lagi karakter serta
ciri pesantren salaf.
Bentuk pesantren putera-puteri salaf itu yang mempelajari
kitab-kitab salaf dasar, dan tinggi yang didalamnya mencakup: ilmu-
ilmu tafsir al-Quran, Hadits, Tauhid (aqidah), Fiqh (ilmu syari’at),
Tasawuf (etika), Lughoh (bahasa), Nahwu (tata bahasa), Shorof (tata
bahasa), Ma’ani, Bayan, Badi’ (tata bahasa), Mantiq (logika),
Munadzoroh (berdebat), Ushul Fiqh, Tajwid (ilmu al-Quran),
Mustolahat (istilah-istilah), hikmah, dan lain sebagainya.
Pendidikan Formal terdiri dari:
75
1) Taman Kanak-kanak al-Abghani
2) SD Ciomas III
3) MTs Sirnarasa
4) MA Sirnarasa
5) Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Sirnarasa
6) TKA, TPA, dan Diniyah
Pembinaan Masyarakat yang terdiri:
1) Majelis Ta’lim
2) Majlis Aurod
3) Santunan bagi anak-anak tak mampu
4) Koperasi Sirnarasa
Pendidikan keterampilan terdiri dari:
1) Pelatihan bisnis syari’ah sirnarasa
2) Sirra 90.38 FM Radio (pelatihan komunikasi)
3) Pelatihan calon muballigh
4) Bela diri
5) Riyadhoh-riyadhoh (pelatihan spiritual)
6) Sari tilawah dan kaligrafi
5. Abah Gaos memimpin dan mengembangkan pesantren
Pada awal pendiriannya, pesantren hanya menyelenggarakan
Lembaga Pembinaan Mental Remaja (Inabah 2 Puteri) dan pengajian
salaf dengan konsentrasi pembelajaran ilmu-ilmu agama Islam yang
bersumber dari kitab kuning, yang kemudian berkembang dengan
adanya lembaga pendidikan formal. Sedikit demi sedikit
perkembangan Pesantren Sirnarasa ini dapat dilihat dari didikannya
lembaga pendidikan formal dibawah Yayasan Pesantren Sirnarasa
(YPS) sejak tahun 1995. Hingga kini telah berdiri lembaga-lembaga
formal dari Taman Kanak-kanak Al-Qur’an (TKA) / Raudhatul Athfal
(RA) / Madrasah Diniyyah Awaliyyah (MDA), Madrasah
Tsanawaiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA) dan Sekolah Tingga
Ilmu Dakwah (STID) yang telah mencetak ratusan generasi islami
76
yang terhimpun dalam HISASIRRA (Himpunan Santri Alumni
Pesatren Sirnarasa). Sedangkan untuk tingkat Sekolah Dasar, telah
terdapat sebuah Sekolah Dasar Negeri (SDN 3 Ciomas), yang
lokasinya masih berada dilingkungan yang tidak jauh dari komplek
Pesantren Sirnarasa. (https://www.sirnarasa.org). Pangersa Abah
Gaos memimpin pesantren sejak tahun 1968. Adapun
mengembangkan TQN dimulai sejak tahun 1972, empat tahun setelah
Abah Gaos berguru kepada Pangersa Abah Anom Suryalaya,
Tasikmalaya.
6. Kontribusi Abah Gaos terhadap Pon-Pes dan Masyarakat
Kontribusi Abah Gaos terhadap Pondok Pesantren Sirnarasa
dan masyarakat sangatlah signifikan. Seandainya dihitung dengan
presentase, maka Abah Gaos menyumbangkan 90% kemajuan
Agama, pesantren, masyarakat. Hal ini ditandai dengan adanya
sumbangsi beliau melalui lembaga (pesantren), karya (tulisan,
wejangan), serta murid-murid beliau yang mengikuti ajaran Thariqoh
Qadiriyyah Naqsyabandiyah dari pelbagai kalangan; tua maupun
muda, kulit hitam maupun putih, abangan maupun priyayi, dalam
maupun luar negeri. (Wawancara dengan ust. Ai 17 September 2018
Pukul: 08.00 WIB)
A) Pendidikan Tasawuf di Pon-Pes Sirnarasa
Abah Senantiasa membina para santri agar menjadi ahli zikir
dengan jalan mengamalkan, mengamankan serta melestarikan ajaran
TQN Suryalaya dan selalu mematrikan Tanbih Abah Sepuh sebagai
pedoman bagi para mudir untuk bersikap agar langkah hidupnya tidak
bertentangan dengan aturan agama dan negara. Ciri murid yang
sukses adalah murid yang sudah bisa mengamalkan tanbih yang
tercermin dalam konsep sembilan pilar peradaban dunia. (Wawancara
dengan ust. Ai 17 September 2018 Pukul: 08.00 WIB)
B) Letak Geografis
Pesantren Sirnarasa terletak di kaki gunung Syawal Kabupaten
Ciamis. Jarak dari ibukota provinsi adalah 111 km, jarak dari ibukota
kabupaten 35 km, jarak dari ibukota kecamatan 3,8 km, jarak dari
77
ibukota desa 1,11 km (sebuah jarak yang hitungannya unik).
(Wawancara Ust Ai, 16 September 2018 Pukul: 08.00 WIB)
C) Struktur Organisasi
Struktur organisasi Pondok Pesantren Sirnarasa dipimpin oleh
Syeikh Abdul Ghouts Saifullah Maslul atau Abah Gaos. Beliau
sebagai pendiri sekaligus penasehat Yayasan Sirnarasa. Adapun untuk
beberapa lembaga lainnya seperti sekolah, pesantren dan kampus
diberikan kepada keluarga Abah Gaos seperti anaknya bahkan
menantunya untuk menjalankan roda atau kegiatan belajar mengajar.
D) Sistem Pembelajaran Pesantren
Sistem adalah satu kesatuan komponen yang satu sama lain
saling berkaitan dan saling berinteraksi untuk mencapai suatu hasil
yang diharapkan secara optimal sesuai dengan tujuan yang telah
ditentukan (Schell, 2007: 03). Menurut Ely, sistem bermanfaat untuk
merancang atau merencanakan suatu proses pembelajaran.
Perencanaan adalah proses dan cara berpikir yang dapat membantu
menciptakan hasil yang diharpakan. (Sanjaya, 2008: 51)
Di dalam embelajaran pesantren, antara 1 pesantren dengan
pesantren lain itu berbeda, sehingga mengambil contoh sistem
pesantren Sirnrasa Cisirri Ciamis Jawa Barat. Pendidikan pesantren
Sirnarasa Cisirri merupakan usaha sistematis untuk mengembangkan
potensi spiritual dan ta’abudiyah santri dalam rangka mewujudkan
profil santri yang memiliki akhlakul karimah. Pendidikan pesantren
diselenggarakan dalam 3 hal, yaitu kurikuler, kegiatan kkorikuler ,
dan ekstrakurikuler. (Aly, 2011: 205)
Kegiatan kurikuler ditekankan pada aspek kognitif, karena
diselenggarakan melalui model kurikulum sekolah, ko-kurikuler pada
aspek afektif yang diselenggarakan melalui model pengalaman hidup,
ekstrakurikuler dalam bentuk melalui keterampilan anak.
Untuk kegiatan kurikuler pembelajaran pagi hari, antara jam
07.00-12.00 WIB. Kegiatan tersebut diikuti seluruh santri tersebut
diikuti seluruh santri Sirnarasa Cisirri. Hal tersebut merupakan salah
78
satu cara mendisiplinkan santri dalam pendidika dan pengajaran yang
telah diterapkan. (Umiarso, 2011: 227)
Adapun kegiatan ko-kurikuler di pesantren itu untuk
mendukung kegiatan kurikuler. Kegiatan tersebut seperti,
muhadharah sebagai bentuk ekspresi diri sendiri dalam berpidato
dalam bahasa inggris, arab dan indonesia, kegiatan muhadatsah
(praktik berbahasa asing), kegiatan qira’at al-kutub (membaca kitab
kuning).
Di pesantrena Sirnarasa Cisirri memiliki system pembelajaran,
yaitu dengan menggabungkan, mengintegrasikan system pendidikan
tradisional dan modern. Dalam sistem pembelajaran yang sering
digunakan pesantren ini yaitu amaliah TQN sehabis sholat fardhu.
E) Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana adalah dua suka kata yang berbeda namun
memiliki kedekatan makna atau arti.
Sarana dan prasarana di pesantren cukup lengkap. Masjid
Representatitf, madrasah yang digunakan sebagai proses belajar-
mengajar, ruang kelas, yang banyak, studio radio, poliklinik, dapur
umum, dan lain-lain.
F) Sumber Dana
Sumber dana pondok pesantren sirnarasa merupakan hal yang
paling urgen dan penting untuk diketahui agar jelas proses kelancaran
kegiatan belajar-mengajar yang ada di pesantren. Saat ini, sebagaiman
diungkapkan oleh sekretaris beliau bahwa dana terbesar masih berasal
dari pribadi Pangersa Abah Gaos yang didukung oleh beberapa aghnia
yang selama ini bahu membahu dengan sukacita turut membangung
kelengkapan sarana prasaran yang ada di Sirnarasa. (Wawancara Ust
Ai, 16 September 2018 Pukul: 08.00 WIB)
G) Metodologi Penyebar Tarekat
Metodologinya adalah menggunakan metode Tarekat Qodiriyah
Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya yang didirikan oleh
79
Abah Sepuh pada 5 September 1905 kemudian dilanjutkan oleh Abah
Anom dari tahun 1956-2011 selanjutnya oleh Abah Gaos dari tahun
2011-hingga sekarang. Ajarannya adalah dzikir jahar (mengeraskan
suara) dan khofi (sembunyi-sembunyi/rahasia).
H) Fokus dan Inti Ajaran Tarekat Abah Gaos
Adapun fokus, inti ajaran tasawuf berbasis tarekat Abah Gaos
adalah Dzikir La Ilaha Illa Allah, baik zikir jahr yang bersuara dengan
menggunakan lafadz tersebut dan atau zikir khofi yang tidak bersuara
atau dilisankan dengan menggunakan lafadz Allahu Allah tanpa
bernafas.
I) Model Tarekat Sirnarasa
a. Tasalsul / Transmisi Keilmuan Tarekat
Pesantren Sirnarasa Kajembaran Rohmaniyah. Transmisi
keilmuan tarekat mengikuti gurunya yaitu Syeikh Muhammad
Sohibul al-Wafa Tajul al-‘Arifin atau Abah Anom sampai kepada
syeikh Abdul Qadir al-Jaelani, serta Syeikh Bahauddin an-
Naqsyabandi hingga Rasulullah Saw.
b. Kurikulum Ponpes Sirnarasa
Kurikulum pendidikan tarekat Pondok Pesantren Sirnarasa
yaitu Tarekat Qadiriyyah Naqsyabandiyah Suryalaya. Di samping
mengikuti kurikulum pemerintah yaitu perpaduan kementrian
pendidikan dan kebudayaan serta kementrian agama Republik
Indonesia serta kurikulum salaf. Ketiga hal ini tidak bisa dipisahkan
dan diharapkan pesantren ini mampu mempertahankan nilai-nilai
lama serta memasukkan nilai-nilai baru yang lebih baik.
(Abdushomad, dkk. 2018: 119-120)
c. Tujuan Pendidikan Ponpes Sirnarasa
Praktik-praktik Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah diamalkan
setidaknya memilikia tiga tujuan, sebagaimana yang dikemukakan
dalam risalah Abah Anom yang berjudul Azas Tujuan Tarekat
Qadiriyah Naqsyabandiyah. Tujuannya diungkapkan dalam sebuah
doa harian, yang dilakukan setidaknya dua kali setiap hari setelah
80
shalat wajib. Doa yang dimaksud adalah “ilahi anta maqshu>di wa
ridla>ka mathlu>bi, a’tini mahabbataka wa ma’rifataka” (Ya Allah,
engkau adalah tujuanku dan ridla-Mu adalah hasratku, berikanlah
daku cinta-Mu dan ma’rifat-Mu). Dengan sebab doa diamalkan
sebagai ritual harian, maka doa tersebut sebagai syarat untuk menjadi
pengikut Tarekat Qadiriyah Naqsybandiyah Pesantren Suryalaya.
Jika secara komprehensif dianalisis, doa di atas memuat tiga tujuan
dalam bergabung dengan ajaran Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah
di Suryalaya. Tujuan pertama adalah Taqarrub ila Allah
(mendekatkan diri kepada Allah) sedekat mungkin. Tujuan kedua
adalah mengikuti jalan yang diberkati oleh Allah dengan
menghindarkan diri dari perbuatan yang melanggar segala larangan-
Nya agar mencapai ridha-Nya. Tujuan ketiga adalah Mahabbah
(cinta) dan Ma’rifah (gnosis) Allah yang diperoleh melalui ketaatan
pada jalan yang diberkahi. (Solihin, 2005: 223).
d. Pengembangan Model Pendidikan Ponpes Sirnarasa
Pengembangan Pesantren Sirnarasa dilakukan pula dengan
mendirikan pendidikan tinggi di Pesantren Sirnarasa. Berdirinya
Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Sirnarasa bermula dari cita-cita
luhur Syekh Muhammad Abdul Gaos Saifullah Maslul sejak tahu
1990an. Melalui proses yang cukup panjang, akhirnya pada tanggal 14
November 2013 M / 10 Muharrom 1435 H, STID Sirnarasa
diresmikan oleh Wakil Menteri Agama, Prof. Dr. KH. Nasaruddin
Umar, MA dan Menteri BUMN kala itu, H. Dahlan Iskan.
Pengembangan model pondok pesantren Sirnarasa dilakukan
pula dengan adanya pesantren di daerah Tangerang Selatan yaitu
Pondok Pesantren Jagat Arsy. Pesantren ini pula mengajarkan ajaran-
ajaran tasawuf dengan praktik tarekat, dan tarekat yang digunakan
yaitu Thariqoh Qadiriyyah Naqsyabandiyah (TQN) Suryalaya.
Namun, pesantren ini mengikuti perkembangan zaman dengan adanya
program bahasa (Arab maupun Inggris) serta program lainnya.
Mendirikan IPWL (Inabah II Putri Pesantren Sirnarasa) sebagai
penanggulangan krisis moral. Di tempat ini pula, mereka yang
merupakan korban NAPZA dan masalah sosialnya ditempatkan.
81
Tempat ini telah berkiprah sejak tahun 1980. (Abdushomad, dkk.
2018: 294-307)
e. Fungsi Pendidikan Ponpes Sirnarasa
Ghazali (2001:35-39) mengungkapkan bahwa fungsi utama
pesantren adalah sebagai lembaga pondok pesantren ilmu agama
secara mendalam serta menghayati dan mengamalkannya dengan
ikhlas semata-mata ditujukan untuk pengabdiannya kepada Allah
Swt, di dalam hidup dan kehidupannya serta menciptakan dan
mengembangkan kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang
beriman dan bertaqwa kepada Allah, berakhlak mulia, bermanfaat
bagi masyarakat. Dengan kata lain tujuan pesantren adalah mencetak
ulama (ahli agama).
Dari argumentasi yang diberikan di atas bahwa Pesantren
Sirnarasa memiliki fungsi yaitu membentuk pribadi dzakir yang
berilmu ilmiah serta beramal ilmiah.
J) Karya Abah Gaos
a. Lembaga atau Institusi
Lembaga yang merupakan hasil jerih payah Abah Gaos yaitu
Pesantren Sirnarasa Kajembaran Rohmaniyah.
b. Cabang lain selain sirnarasa
Sirnarasa tidak mempunyai cabang namun mempunyai
perwakilan-perwakilan di dalam maupun di luar negeri dalam bentuk
madrasah atau majlis dzikir dengan nama madrasah misalanya
“Madrasah Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyyah Suryalaya
Sirnarasa- Jagat Arsy Tangerang Selatan.
c. Tulisan atau karya
Pangersa Abah GGaos juga seorang penulis aktif dan produktif,
beliau telah menulis 20 karya tulis berbentuk buku dan kitab, yaitu:
Saefullah Maslul Mnejawab Seri 1, Saefullah Maslul Menjawab Seri
2, Lautan Tanpa Tepi, Bulan Hijriyyah Dalam Dimensi Sufi, Cintaku
Hanya Untukmu, Menyambut Pecinta Kesucian Jiwa, Penyubur
82
Benih Tauhid, Amaliyah Mursyid, Suryalaya Bukan Panggung
Sandiwara, Majmu’atu Rasa>il; As-Sunan al-Mardhiyah, Fadha>ilu al-
Syuhur, dan lain-lain.
d. Pemikiran atau pandangan politik
Pemikiran atau pandangan Abah Gaos terhadap politik itu tidak
ada. Namun, orang-orang yang mengikuti dunia perpolitikan pasti
meminta restu dan doa kepada Abah Gaos. Dalam hal ini beliau
tawaqquf (diam) dan netral. Beliau lebih kepada pembinaan hati
(thariqoh) dan mendidik murid-muridnya untuk lebih dekat dan
bersama Allah.
Adapun karakter Abah Gaos secara umum sebagaimana
diungkapkan oleh (Anwar, 2013: 44) adalah Pertama, tidak membawa
nama dirinya tetapi selalu berada di jalur silislah. Kedua, berdasarkan
pada lima pokok dasar TQN, sehingga seringkali membuatnya
sensasional. Ketiga, mengutamakan empat prinsip harapan Abah
Anom; ilmu, amal, akhlak dan bahasa dalam berdakwah.
K) Silsilah Abah Gaos
a. Silsilah Abah Gaos dari pihak Bapak
1) Sayyidah Fatimah binti Rasulullah Saw dan Sayyidina Ali
bin Abi Thalib RA.
2) Sayyid Hasan as-Sibthi RA.
3) Sayyid Hasan al-Mutsanna
4) Sayyid Abdillah Al-Mahdi
5) Sayyid Musa al-Jun RA
6) Sayyid Abdillah RA
7) Sayyid Musa RA
8) Sayyid Dawud RA
9) Sayyid Muhammad RA
10) Sayyid Yahya Az-Zahid RA
11) Sayyid Abdillah RA
12) Sayyid Abi Sholeh Musa Janaki Dosti RA
13) Syeikh Abdul Qodir al-Jaelani QS
14) Syeikh Yahya RA
15) Syeikh Ali Maulawi RA
83
16) Syeikh Musa al-Khudri RA
17) Syeikh Hasan Abdullah RA
18) Syeikh Fathul Wahhab RA
19) Syeikh Muhammad Yahya
20) Syeikh Fahrur Zarkasyi RA
21) Syeikh Abdul Malik RA
22) Syeikh Muhammad Busthomi RA
23) Sayyid Abdul Hasan RA
24) Sasyyid Izzul Mukarrom RA
25) Sayyid Ahmad Abdul Karim
26) Sayyid Syamsul Bahri RA
27) Sayyid Ahmad Abdul Jabbar
28) Uyut Kawis RA
29) KH. Abdul Ghani RA
30) KH. Hasan Bakri RA
31) KH. Muhammad Ibrohim RA
32) Syeikh Muhammad Abdul GGaos Saefullah Maslull QS
b. Silsilah Abah Gaos dari pihak Ibu
1) Sayyidah Ummi Kulssum binti Rasulullah Saw + Sayyidina
Ustman bin Affan RA
2) Sayyid Ibrahim RA
3) Sayyid Musa al-Fatawi RA
4) Sayyid Ismail RA
5) Sayyid Nur Muhammad Abdul Afwa RA
6) Sayyid Ibrohim RA
7) Sayyid Hasan Ghifari RA
8) Sayyid Abdullloh Maslul RA
9) Sayyid Abdul Hakim RA
10) Sayyid Musthofa Al-Akhyar RA
11) Sayyid Abdul Abdil Karim RA
12) Sayyid Muhammad Sa’roni
13) Sayyid Ibrohim Yahya RA
14) Sayyid Abu Bakr Atsqolani RA
15) Sayyid Hasan Mufadhol RA
16) Sayyid Hasbi As-Shiddiqi RA
84
17) Sayyid Abdul Wafa RA
18) Sayyid Fathurrohman RA
19) Sayyid Aziz Mubarok RA
20) Sayyid Sirudin RA
21) Syeikh Muhammad Kahfi RA
22) KH. Muhammad Qozwini RA
23) Hj. Siti Muslihat RA
24) Syeikh Muhammad Abdul GGaos Saefulloh Maslul
Qs.
L) Wakil Talqin Abah Gaos
1) KH. Muhammad Soleh Mukhtar Hujjatul Arifin (Jakarta)
2) KH. Musthofa al-Maduri (Sampang)
3) KH. Drs. Masqi Fayumi, MM (Tangerang)
4) KH. Prof. Dr. Asep Usman Ismail, MA (Pamulang)
5) KH. Dr. Jujun Junaedi, M>.Ag. (Cileunyi)
6) KH. Drs. Ubaidillah (Semarang)
7) KH. Dadang Muyawan, M.Kom.I (Ciamis)
8) KH. As’ad Balkhi (Palembang)
9) KH. Ali Asyiq Masruri (Bekasi Utara)
10) KH. Ayi Burhanuddin (Sukabumi)
11) KH. Prof. Dr. Nasruddin Umar, MA (Jakarta)
12) KH. Abdullah Munif (Pasuruan)
13) KH. Iqro Abdurrouf (Lampung Tengah)
14) KH. Muhammad Hasan bin Alie Qodir (Bangkalan)
15) KH. Irfan Zidny, MA. (Jakarta)
16) KH. Muhammad Syafi’i Abror (Purbalingga)
17) KH. Moch. Syamsul Bahri (Pasuruan)
18) KH. Moch. Rofiqul Khoiri (Malang)
19) KH. Ahmad Anshory (Malaysia/alm)
20) KH. Ahmad Jalaluddin (Cilacap)
21) KH. Saifuddin Hamzah (Banjarnegara)
22) KH. Asep Saefuddin (Tasikmalaya)
23) KH. Dede Khoer Affandi (Banjar)
24) KH. Jajang Arum (Tasikmalaya)
25) KH. Adnan Sya’roni Dahlan (Serang)
85
26) KH. Dr. Akbar Mardani (Ciomas)
27) KH. Dr. Reda Manthovani, SH., LLM. (Jakarta)
28) KH. Dr. Hasan Mud’is al-Mabrur, M.Ag.
29) KH. Dr. Yusuf Uar, M.Ag. (Cirebon)
30) KH. Sahid Arifin (Majalengka)
31) KH. R.H. Sutisna Thohir (Purwakarta)
32) KH. Hasanuddin al-Ma’mun Asy-Syarif (Sukabumi)
33) KH. Dr. (HC) Ary Gynanjar Agustian (Depok)
34) KH. Ediadi (Sumedang)
35) KH>. Ozan Faoza, M.Pd. (Subang)
36) KH. Andi Salim (Majalengka)
37) KH. Syamsuddin Hasan (Ciamis)
38) KH. Saefullah (Probolinggo)
39) KH. Irdwan Siddiq (Garut)
40) KH. Maman Badruzzaman (Tasikmalaya)
41) KH. Satori (Tegal)
42) KH. Nasori (Tegal)
43) KH. Ahmad Nashirin (Pemalang)
44) KH. Mahya (Jeddah)
45) KH. Oban Sobani, M.Si. (Kuningan)
46) KH. Khairil Anwar Mursyid (Malaysia)
47) KH. Masruri Kholil (Banjarnegara)
48) KH. M. Sugih Burhanuddin (Kerawang)
49) KH. Endang Zainal Arifin (Ciamis)
50) KH. Soleh al-Medani (Medan)
51) KH. Abdus Syakur (Brebes)
52) KH. Afifiddin Masroh (Wonosobo)
53) KH. Abdul Manan an-Nasr, MM. (Serang)
54) KH. Didin Sholehuddin, M.Kom.I (Ciamis)
55) KH. Maman Badrujjaman (Majalengka)
56) KH. Fajar Utama (Sukabumi)
57) KH. Luqman Hakim as-Shiddiq (Bandung)
58) KH. Nur Fahim Fahman Nabiyyin (Surabaya)
59) KH. Zainal Muttaqin (Tasikmalaya)
60) KH. Soleh Kusniawan (Bandung)
61) KH. Muhammad Yusuf Kunto Pujasmedi (Lampung Utara)
86
62) KH. Ismail Rasyid al-Mathrudi (Bekasi)
63) KH. Drs. Rodlin,SH (Palangkaraya)
64) KH. Syahrul (Polewali Mandar/alm)
65) KH. Zaenuddin (Cianjur)
66) KH. Abdul Rosyid (Indramayu)
67) KH. Moh. Kamil Abd. Hamid (Jambi)
68) KH. Moh. Maksum Tarmidzi, (Bondowoso)
69) KH. Aiptu M. Sana Krisdiana (Indramayu)
70) KH. Abdul Hamid (Jakarta/alm)
71) KH. Azzurumi (Tangerang/alm)
72) KH. Dr. Wawan Gunawan, MM>. (Bekasi Timur)
73) KH. Oo Ridwanullah (Cilacap)
74) KH. Imam Syarqowi (Palembang)
75) KH. AKP>. Imam Sutiyono (Purbalingga)
76) KH. Imam Ja’far Siddiq (Banyumas)
77) KH. Edy Saputra, MM (Sumatera Utara)
78) KH. Zulfakar Babuddin (Bekasi)
79) KH. Dr. Dudu Duswara (Jakarta)
80) KH. Kemas Abdul Hai (Jambi)
81) KH. Jauhar Harun (Cirebon)
82) Brigjen TNI Hendra Heri Sutaryo (Sumedang)
83) KH. Syarifudin Hamim (Jakarta)
84) KH. Syuaib Saefullah (Jember)
85) KH. Prof. Dr. Maksum Mukhtar, MA (Cirebon)
86) KH. Anjas Hidayatullah (Palembang)
87) KH>. Dr. Ahmad Rusydi Wahab, MA (Jakarta)
88) KH. Prof. Dr. Subandi Nur Muhammad, MA (Yogyakarta)
89) KH. Drs. Wasdi Ijuddi, M.Si. (Ciamis)
90) KH. Muh. Amiruddin (Brebes)
91) KH. Hasan Yulianto (Pati)
92) KH. Prof. Dr. Manarul Hidayat (Jakarta)
93) KH. Abdullah Supriyadi (Semarang)
94) KH. Munawir al-Mauud (Cirebon)
95) KH. Drs. Munadi, MM (Tasikmalaya)
96) KH. Dr. Budi Rahman Hakim (Tangsel)
97) KH. Dr. Dachyar (Jakarta)
87
98) KH. Prof. Dr. Syukriadi Syambas (Bandung)
99) KH. Ir Andi M. Ilyas (Sulawesi Barat)
100) KH. Sambas M Nashir (Ciamis)
101) Sayyid Nabil Musthofa Baaz (Saudi Arabia)
102) KH. Abdul Halim (Cirebon)
103) KH. M. Ichsan Amin al-Makhfy (Jambi)
104) KH. Aji Abdul Aziz (Ciamis)
105) KH. Atep Abdul Kholiq (Sukabumi)
106) KH. Mahmud Johnson Al-Maghribi (Tangerang)
107) KH. Zulfan Efendi Harahap (USA)
108) KH. Prof. Dr. Asep Saeful Muhtadi, MA (Bandung)
109) Kh. Syamsul Arifin M.Pd.I (Tegal)
110) KH. Abdul Aziz (Cirebon)
111) Prof. Heddy Shri Ahimsa Putra, MA., M.Phil., Ph.D
112) KH. Imam Suhadi (Lampung)
113) KH. Bahruddin Mustaqim (Kediri)
114) KH>. Hari Sunandar Sunarya (Bandung)
115) KH>. Dahlan Iskan (Surabaya)
116) KH. Prof. Dr. Mahmud, M.Si (Bandung)
117) KH. Labib Shofiq Suhaimi (Brebes)
118) KH. Yatimin
119) KH. Ilyas Sukmarasa (Pekanbaru)
120) KH. Imam Muchlasin (Banyuwangi)
121) KH. Ahmad Zainuddin (Mamuju)
122) KH. Adnan Sita (Polewali Mandar)
123) KH. Imam Ghazali (Mamuju)
124) Prof. Dr. Hassan Azzahir (Maroko)
125) KH. Toto Ahmad Tohari (Tasikmalaya)
126) Brigjen TNI Dr. Afifuddin (jakarta)
127) KH. Anang Asy’ari (Surabaya)
128) KH>. Edi Sutisna Rasa (Tangerang)
129) KH. Dr. (HC) Ahmad Heryawan, M>.Si
130) Syeikh Dr. Aziz al-Kubaithi al-Idrisi, Ph.D. (Maroko)
131) KH. Ali Mustamil (Bandung)
132) KH. Muhammad Aang Rahmat Setia Rasa (Bandung)
133) KH. Andi Gholib (Adz-Zikra),
88
134) Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, dan lain-lain.
B. Pemikiran Tarekat Abah Gaos
Pemikiran tarekat Abah Gaos dilandasi nilai dan ajaran Islam
seperti Al-Quran, Sunnah, Ijma’ dan Qiyas. Di samping itu, Abah
Gaos mempelajari, menelaah serta mengamalkan ajaran para ulama
salafu as-shaleh seperti Syeikh Abdul Qadir al-Jailani, Syeikh
Bahauddin an-Naqsyabandi, Imam al-Ghazali, Imam al-Qusyairi serta
para imam lainnya. Mereka bagian dari timbulnya pemikiran Abah
Gaos melalui karya-karya yang akan saya sebutkan di bawah ini.
Berikut ini pemikiran pendidikan tarekat Abah Gaos:
1. Pemikiran Abah Gaos dalam kitab as-Syarhu al-Maisur li Miftahi
as-Shudur
Pemikiran Abah Gaos dalam kitab as-Syarhu al-Maysur Li
Miftahi as-Shudur li Irsyadi ar-Ruhi al-Maghrur (penjelasan yang
mudah tentang pembuka jiwa untuk membimbing ruh yang sombong)
berisi tentang esensi, nilai positif dan negatif bagi seorang salik. Di
samping itu dalam kitab ini mengajarkan etika zikir, talqin serta
perjanjian dalam bentuk tarekat. Lalu, etika transmisi sanad kepada
baginda Rasulullah Saw (Anwar, 2013:3)\
Di samping itu, pemikiran kitab ini memiliki ungkapan atau
ibarah yang bagus secara tulisan dan makna. Hal ini di dasari dengan
adanya susunan ilmu nahwu, shorof dan ilmu kebahasaan lainnya,
sebagai contoh, pertama, أن الصوفية هو المالكون (sususan kalimat ini
merupakan jumlah ismiyah yang kemasukan huruf anna), kedua,
lafadz al-malikuna merupakan ilmu shorof dari kata dasarnya al-malik
yang berarti orang yang memiliki dari wazan isim fail. Berikut ini
penjelasan sistematika dan metodologi penulisan kitab tersebut:
a) Sitematika Penulisan
Sistematika penulisan as-Syarhu al-Maysur li Mifathi as-
Shudur (penjelasan yang mudah terhadap kitab Miftah as-Shudur)
dalam beberapa bagian atau fasal; Pertama, Muqoddimah
(pembukaan). Kedua, Nama kitab Miftah as-Shudur. Ketiga,
89
Muhtawiyat al-Kitab (kandungan kitab). Keempat, Syarh
Muqaddimah al-Juz’i al-Awwal (Penjelasan prolog bagian pertama).
Kelima, al-Fasl al-Awwal fi Ma>hiyati an-Nafyi wa al-Itsbat (bagian
pertama tentang substansi positif dan negatif). Keenam, al-Fasl al-
Tsani fi Kaifiyati Dzikri al-Jahr (bagian kedua, etika zikir secara
keras). Ketujuh, al-Fasl al-Tsalits fi Bayani Asli al-Talqin wa al-‘Ahd
(bagian ketiga tentang penjelasan dasar talqin dan perjanjian).
Kedelapan, al-Fasl al-Rabi fi Bayani Wujubi Dzikri al-Asanid fi Kulli
at-Thuruq ila ar-Rasul wa ma la Budda li Kulli Muri>din Minhu (bagian
keempat tentang penjelasan wajib dzikir bersambung kepada Rasul
dan apa yang tidak wajib bagi seorang sufi). Kesembilan, al-Fasl al-
Khamis Fi Bayani Dzikrillahi wa Atsaruhu fi at-Tarbiyah ar-Ruhiyah
(bagian kelima tentang penjelasan zikir kepada Allah dan
pengaruhnya terhadap pendidikan rohani). Kesepuluh, al-Fasl al-
Sadis fi Bayani Adhnai al-Syaitha>n bi Dzikrillah (bagian keenam
penjelasan tentang mengalahkan syetan dengan dzikir). Kesebelas,
Maraji (referensi atau rujukan).
b) Metode Penulisan
Abah Gaos memiliki nilai, ajaran serta pendidikan tarekat dalam
mengenal dan mendekati Allah. Hal ini diilustrasikan dalam karya
beliau as-Syarhu al-Maisur li Mifta>hi as-Shudur terkait pendidikan
tasawuf sebagai berikut:
(222 أن الصوفية هم املالكون لطريق اهلل تعاىل خاصة. )ص.
Artinya: “ Seorang sufi adalah orang yang memiliki jalan menuju
Allah secara khusus.
وسأل بعضهم عن انلصوف فقال تصفية القلب عن موافقة البرشية ومفارقة األخالق الطبيعية، وامخاد البرشية، وجمانبة ادلواىع انلفسانية،
احلقيقة، واتباع الرسول يف ومنازلة الصفات الروحانية، واتلعلق بعلوم (232-232الرشيعة. )ص.
90
Artinya: “beberapa dari mereka bertanya tentang tasawuf. Dia
berkata, tasawuf itu membersihkan hati dari persetujuan manusia,
melawan moral bawaan, merendahkan orang lain, menjauhkan
kegelisahan jiwa, mendudukkan sifat-sifat ruhani, memiliki
hubungan ilmu hakikat, serta mengikuti syariat Rasulullah Saw.
الصويف الصادق يف تصوفه، يصفو قلبه عما سوى مواله، وحمبته إىل ربهم (. واألخذ عن شيخ اعرف باهلل أمر رضوري يف 242تقضيهم جهادا مريرا. )ص.
(242اتلصوف لكسب ايلقني. )ص.
Artinya: “Sufi yang benar dalam tasawufnya yaitu bersih
hatinya dari selain Allah, cintanya kepada Tuhan mereka,
engkau tunaikan mereka dengan kesungguhan yang kuat.
Mengambil dari syeikh arif billah (guru yang dekat Allah) secara
pasti dalam tasawuf untuk memperoleh keyakinan.
2. Pemikiran Abah Gaos Dalam Kitab as-Sunan al-Mardhiyyah fi al-
‘Amaliyah al-Mursyidiyah
Pemikiran tarekat Abah Gaos melalui kitab as-Sunan al-
Mardhiyah fi Amaliyyah al-Murysid al-Kamil yang di dalamnya berisi
kebiasaan-kebiasaan yang biasa dilakukan oleh syeikh Ahmad
Sohibul Wafa Tajul ‘Arifin QS (Pangersa Abah Anom) berisi uraian
mendalam tentang amaliyah-amaliyah yang dilakukan oleh Pangersa
Abah Anom.Isi dalam kitab tersebut, bukan saja dijalankan oleh
Pangersa Abah Anom namun juga dijalankan sepenuhnya oleh
penerusnya yaitu Pangersa Abah Gaos. (Abdushomad, dkk. 2018:
253).
Kitab as-Sunan al-Mardhiyah ini mendeskripsikan nilai-nilai
keagamaan seorang mursyid melalui ritual kebiasaan. Hal ini ditandai
dengan pengamalan serta amaliyah yang dilakukan oleh seorang
mursyid, wakil talqin dan ikhwan TQN sendiri. Melalui proses ini,
akan terus dibimbing, diajarkan dan dididik agar lebih mengenal dan
dekat dengan Allah Swt melalui syariat Islam. Berikut ini perbuatan
atau amaliyah yang akan dijelaskan sebagai berikut.
91
a) Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan kitab as-sunan al-mardhiyyah fi al-
‘amaliyyah al-mursyidiyyah (sunnah-sunnah pada perilaku mursyid)
dalam beberapa fasal atau bagian. Adapun fasal-fasal tersebut adalah
1. As-Sholatu fi Awwali Waqtiha (Sholat pada awal waktu), 2. Ikramu
al-Dhoif (Memuliakan tamu), 3. Ikramu al-Ulama (Memuliakan
ulama), 4. Ta’dzimu al-Ilmi wa Ahlih (Mengagungkan ilmu dan
pengamalnya), 5. Ikramu Auliyaillah (Memuluiakan wali Allah), 6.
At-takhalluq bi Makarim al-Akhlak (berakhlak dengan akhlak yang
baik), 7. Awwalu Dakhilin ila al-Masjid (Etika masuk masjid), 8.
Katsratu as-Shodaqoh (Perbanyak sedekah), 9. Ta’jil al-Fitri ba’da at-
Tawassul (Menyegerakan berbuka setelah berdoa), 10. Solatu Syahri
Rojab (Sholat bulan Rajab), 11. Solatu an-Nisfi min Sya’ban (Sholat
pertengahan bulan Sya’ban), 12. As-Sholatu li Daf’i al-Bala fi Syahri
Sofar ba’da Sunnati Rak’ati as-Subhi (Sholat menolak ancaman di
bulan Safar setelah dua rakaat sholat subuh), 13. Sholatu al-Isyraq
(Sholat terbit matahari), 14. Sholatu at-Tarawih ‘Isyrina Rak’atan
bila Witrin wa al-Witru ba’ada al-Tahajjudi (Sholat tarawih 20 rakaat
tanpa witir dan witir setelah sholat tahajud), 15. Sholatu Lailati al-
Qadri (Sholat lailatu al-qadr), 16. At-Tasahhur fi Ramadhan Sa’ata
al-Tsalis min Tsulusi al-Laili al-Akhir (sahur jam 3 pada sepertiga
malam terakhir di bulan ramadhan), 17. At-Ta’dziyah bi at-Tahlil
(membaca tahlil atau la ilaha illa allah), 18. Al-Jadidatu as-Sholatu li
Daf’i al-Balai ba’da Sholat al-Isya wa al-Khotmu al-Qodiriyyah wa
an-Naqsyabandiyah (memperbarui sholat untuk menolak cobaan
setelah sholat isya dan khatam toriqoh qodiriyyah naqsyabandiyyah),
dan 19. Al-Sholatu Qobla al-Naum (Sholat sebelum tidur).
b) Metode Penulisan
Metode penulisan kitab as-Sunan al-Mardhiyyah fi ‘amaliyah
al-Mursyidiyyah seperti
السنن مجع السنة، والسنة يف اللغة الطريقة مرضية اكنت أو غري مرضية. فالسنة املرضية ما وظبها انليب صىل اهلل عليه وسلم، واملقصود بالسنة يف هذا الكتاب
92
ماوظبه شيخنا ومرشدنا ووسيلة بيننا وبني اهلل عز وجل السيد أمحد صاحب بادات وات املكتوبة وسائر العالوىف تاج العارفني ريض اهلل عنه يف فعل الصل
نلفسه ريض اهلل عنه والرتبية واألسوة احلسنة جلميع اإلخوان واألخوات يف : قال رسول اهلل صىل اهلل عليه وسلم الطريقة القادرية وانلقشبندية سوريايلا.
من اكن يؤمن باهلل وايلوم األخر فليكرم ضيفه )رواه أمحد وابلخاري ومسلم ماجة عن أيب رسيح وعن أيب هريرة .....صح(.والنسايئ وابن
Artinya: kata As-Sunnan jama (plural) dari sunnah. Sunnah
secara etimologi adalah metode atau cara yang menyenangkan
atau selain darinya. Adapun sunnah yang disenagi ialah apa yang
ditekuni Rasulullah Saw, maksud sunnah dalam kitab ini ialah
apa yang ditekuni oleh guru atau mursyid kami, perantara antara
kami dengan Allah yaitu Syeikh Ahmad Shohibul Wafa Tajul
Arifin ra dalam melaksanakan sholat yang wajib, melaksanakan
seluruh ibadah untuk dirinya serta pendidikan dan suri tauladan
yang baik untuk seluruh ikhwan dan akhwat thoriqoh qodiriyyah
dan naqsyabandiyah Suryalaya. Rasulullah Saw bersabda “barang
siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka
muliakanlah tamunya. (HR. Ahmad, Bukhari, Muslim, Nasai, dan
Ibn Majah dari Abu Surayh dan Abu Hurairah).
( إذ دخلو عليه 15قال اهلل تعاىل يف القرآن الكريم ونبئهم عن ضيف إبراهيم ) ( قالو ال توجل إنا نبرشك بغالم عليم. 12فقالوا سالما قال إنا منكم وجلون )
اكن (. هذه االية اليت تدل ىلع وجوب اكرام الضيف السيما اذا13 – 15)احلجر الضيف كضيف إبراهيم ألن ضيفه مالئكة مبرشة هل بشيئ يرىج جميئه وهو غالم عليم من اهلل العليم ولو اكن الضيف جاهال فالعالم وجب اكرامه ولو اكن الضيف فقريا فاألغنياء ويج اكرامه ولو اكن الضيف صغريا فالكبري وجب
ت سائال فوجب صاحب ابلياكرامه ثم االمثال فاالمثال. السيما اذا اكن الضيف
93
اكرامه واعطائه ألن رسول اهلل صىل اهلل عليه وسلم قال: السائل هدية اهلل ىلع عبده وال فرق يف اكرام الضيف بني الصغري والكبري وبني الفقري والغين وبني اجلاهل والعالم وال بني السائل واملسئول وال بني املعطي والعايط ألن الضيف
ب ماء ولقمة الطعام مع وجه الطلق. )عقود اجلمان(.هل الضيافة ولوبرش
Artinya Allah SWT berfirman dalam Al-Quran dan memberi tahu
mereka tentang tamu Ibrahim. Ketika mereka memasukinya,
mereka berkata damai, katanya, aku di antara kamu dan mereka
takut. Mereka berkata tidak ada ketakutan, Kami memberi tahu
Anda seorang pemuda yang mengetahui. Ayat ini menunjukkan
bahwa tamu itu harus dihormati, terutama jika tamu itu sebagai
tamu Ibraham, karena malaikat tamunya menjanjikan sesuatu
padanya, silakan datang, Pemuda yang Alim dari Allah SWT, jika
tamu itu bodoh, maka orang yang tau harus menghormati. Dan
jika tamu itu miskin, maka orang kaya harus memeuliakannya.
Dan jika tamu itu kecil, maka senior harus memuliakan tamu
yang kecil tersebut. Begitulah perumpamaannya. Terutama jika
tamu itu peminta-minta, maka pemilik rumah harus
menghormatinya dan memberikannya karena Rasulullah saw.
Bersabda: orang yang meminta / memohon itu merupakan
hidayah Allah kepada hambanya dan tidak ada perbedaan dalam
kehormatan tamu antara kecil dan besar dan antara orang miskin
dan orang kaya dan antara orang bebal dan pintar, dan tidak pula
antara peminta dan orang yang diminta, dan tidak pula antara
pemberi dan yang diberi karena tamu ialah tamu meskipun hanya
diberi air minum dan segenggam makanan bersama wajah
tersenyum.
Adapun metode penulisan buku ini dinilai dari segi penulisan;
Pertama menggunakan bahasa Arab. Kedua, dilihat dari susunan kata
per kata atau kalimat sudah sesuai dengan kaidah nahwu dan shorof.
Kaidah nahwu seperti kalimat sempurna terdapat fi’il dan fa’il serta
mubtada khobar sebagai contoh pada susunan kalimat berikut
Lafadz al-Maqsudu merupakan isim. Lafadz .والمقصود بالسنة في هذا الكتاب
94
bi as-Sunnah merupakan jumlah yang terdiri dari jar majrur. Jumlah
dari susunan kalimat al-maqsudu bi as-sunnah merupakan jumlah
sempurna. Ditelisik dari aspek ilmu shorofnya bahwa dalam kata
sunan yang merupakan jama’ dari lafadz sunnah yang berarti sunnah-
sunnah. Perubahan kata mufrod menjadi jama’ dalam kata yang
disebutkan sebelumnya merupakan bagian dari ilmu shorf.
Peneliti berusaha menganalisa bahwa pengarang kitab ini
menggunakan rujukan kitab-kitab tasawuf seperti ar-Risalah al-
Qusyairiyah yang dikarang Imam Qusyairi, minha>j al-‘Abidin, Ihya
Ulumiddin oleh Imam al-Ghazali, dan kitab-kitab tasawuf lainnya.
Kitab-kitab tersebut merupakan rujukan atau bacaan pengarang,
namun bahasa Arab yang digunakan menggunakan bahasa Arab
pengarang.
3. Pemikiran TarekatAbah Gaos Dalam Kitab al-Fath al-Jalil fi
‘Alamati al-Mursyid al-Kamil
Pemikiran Abah Gaos dalam kitab al-Fath al-jalil berisi tentang
tanda-tanda akhlak Mursyid Kamil Mukammil, baik akhlak kepada
manusia lebih-lebih akhlak kepada Allah. Dengan mempelajari dan
mengkaji kitab ini, seorang ikhwan atau siapa saja akan memahami
agungnya para Masyayikh TQN PP. Suryalaya karena mereka
senantiasa berakhlak dengan akhlaknya Allah. Tidak mengherankan
pada akhirnya mereka diagungkan oleh Allah dan terus menerus
mencapai derajat yang agung. (Abdushomad, dkk. 2018: 255)
Akhlak yang diajarkan oleh Abah Gaos dalam kitab ini agar
pengikut TQN baik ikhwan, wakil talqin serta masyarakat pada
umumnya untuk memiliki ketersambungan keturunan kepada
Rasulullah Saw melalui guru-gurunya. Bahkan, Abah Gaos
mengutarakan dalam kitab ini seorang yang tidak memiliki nasab
kepada ayahnya, kakeknya jalur tarekat maka tertolak dan ungkapan-
ungkapannya tidak dapat diterima baik secara tulisan maupun lisan.
a) Sistematika Penulisan
Pada kitab al-fath al-jalil fi ‘alamati al-mursyid al-kamil terdiri
dari beberapa bab atau fasal. Fasal atau bab tersebut terkait etika
95
seorang mursyid atau syarat-syarat menjadi mursyid kamil, yaitu: 1.
Mursyid harus mengikuti guru yang memiliki jalur (trasnsimisi) sanad
kepada baginda Rasulullah Saw, 2. Seorang mursyid harus alim
(cerdas), 3. Seorang Mursyid berpaling mencintai dunia dan pangkat.
4. Mursyid harus memperbaiki jiwa raganya sendiri, 5. Mursyid itu
sedikit makan, 6. Mursyid sedikit tidur, 7. Mursyid itu sedikit
berbicara, 8. Mursyid itu memperbanyak sholat, 9. Mursyid itu
banyak sedekah, 10. Mursyid itu banyak puasa, 11. Murysid terpatri
akhlak terpuji, 12. Mursyid itu sabar, 13. Mursyid memiliki rasa
syukur, 14. Muryisd itu memiliki sifat tawakal, 15. Mursyid itu
memiliki keyakinan, 16. Mursyid memiliki kemurahan hati, 17.
Mursyid memiliki Qonaah, 18. Murysid memiliki kesabaran, 19.
Mursyid memiliki tawadhu’, 20. Mursyid memiliki kebenaran, 21.
Mursyid memiliki rasa malu, 22. Mursyid memiliki kesempurnaan, 23.
Mursyid memiliki kewibawaan, 24. Mursyid memiliki ketenangan,
dan 25. Mursyid sebagai penolong di eranya.
b) Metode Penulisan
ابلاب األول: أن يكون تابعا لشيخ بصري يتسلسل إىل سيد الكونني صىل اهلل عليه وسلم، قال اهلل تعاىل يف القرآن الكريم: اتبعوا املرسلني اتبعوا من
(. وقال تعاىل: والسابقون األولون من 25-22اليسألكم أجراهم مهتدون )يس: عنهم ورضو عنه املهاجرين واألنصار واذلين اتبعوهم باحسان ريض اهلل
(. 522)اتلوبة:
Artinya: Bab Pertama, seorang mursyid mengikuti guru alim
(mendalami syariat islam) yang memiliki sanad kepada
Rasulullah Saw. Allah berfirman dalam al-quran: “kalian ikutilah
para rasul (utusan) itu. Ikutilah kepada orang yang tidak minta
imbalan kepadamu, dan merekalah orang-orang yang
mendapatkan petunjuk. (QS. Yasin: 20-21). Allah berfirman:
“Dan orang-orang terdahulu (masuk Islam) di antara orang
muhajirin dan ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka
96
dengan baik, Allah ridha kepada mereka, dan mereka pun ridha
kepada Allah”. (QS. at-Taubah: 100).
وقال اهلل تعاىل: قال فإن اتبعتين فالتسألين عن شيئ حىت أحدث لك (. قال رسول اهلل صىل اهلل عليه وسلم: لعن اهلل من 22منه ذكرا )الكهف:
انتسب إىل غري أبيه وأن من ال يعرف أباه وأجداده يف الطريق فهو مطرود والكمه ( وقال السيد الشيخ عبد 51وى غري مقبولة )مفتاح الصدور اجلزأ األول: دع
القادر اجليالين قدس اهلل رسه: اتبعوا وال تبتدعوا... أي اتبعوا ماأتاكم الرسول ا )والتؤمنوا( تؤمنو ومن أمن من أمن به إىليف أقواهل وأفعاهل وأحواهل ومن أمن به
ال تعاىل: قل إن كنتم حتبون اهلل فاتبعوين ( وق23إال ملن تبع دينكم )آل عمران: ( 35حيببكم اهلل ويغفرلكم ذنوبكم )آل عمران:
Artinya: Dan Tuhan Yang Maha kuasa berkata: Jika kamu
mengikuti saya jangan tanya saya tentang sesuatu sampai aku
beri tahu kamu berupa ingatan (al-Kahfi: 70). Rasulullah Saw
bersabda: “Allah melaknat orang yang memiliki keturunan
kepada selain bapaknya, dan orang yang tidak mengenal bapak,
kakeknya dalam tarekat maka tertolak serta ucapannya tidak
diterima. (miftah as-shudur jilid 1: 19). Berkata Syeikh Abdul
Qadir Jailani: Ikutilah dan janganlah membuat bid’ah kalian,
maksudnya ikutilah Rasulullah Saw dalam perkataan, perbuatan,
dan ketetapannya. Dan janganlah engkau percaya selain kepada
orang yang mengikuti agamamu. (QS>. Ali Imron: 73). Katakanlah
(Muhammad), “jika kamu mencintai Allah Allah, ikutilah aku,
niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. (QS.
Ali Imron: 31).
وقد أمجع السلف لكهم ىلع أن من لم يصح هل نسب القوم الجيوز عليه تلقني اذلكر وال شيئا من الطريق إذ الرس فيه انما هو ارتباط القلوب
97
سول اهلل صىل اهلل عليه وسلم إىل حرضة احلق جل جالهل بعضها ببعض إىل رفمن لم تتصل سلسلته بانليب صىل اهلل عليه وسلم فهو مقطوع الفيض ولم يكن وارث لرسول اهلل صىل اهلل عليه وسلم وال تؤخد منه املبايعة واالجارة
عمه نألن الطريق إىل احلق تعاىل ظاهر وباطن كما قال اهلل تعاىل: وأسبغ عليهم (22ظاهرة وباطنة )لقمان:
Dan telah berkumpul para ulama salaf bahwa seseorang yang
tidak memiliki sanad guru bersambung kepada Rasul, maka sama
sekali tidak boleh baginya mentalqin (mengajarkan) zikir
tarekat.. Rahasia zikir itu menghubungkan hati seseorang dengan
gurunya kepada Rasulullah Saw hingga Allah Swt. Seseorang
yang tidak bersambung silsilahnya kepada Rasulullah Saw, maka
tidak boleh mewariskannya (menghubungkan) kepada Rasul,
tidak boleh membaiat dan mengijazahkannya dari Rasul karena
jalan menuju Allah itu lahir bathin sebagaimana firman Allah
Swt: “Dan menyempurnakan nikmat-Nya untukmu lahir bathin.
(QS. Lukman: 20)
Adapun metode penulisan buku ini dinilai dari segi penulisan;
Pertama menggunakan bahasa Arab. Kedua, dilihat dari susunan kata
per kata atau kalimat sudah sesuai dengan kaidah nahwu dan shorof.
Kalimat sempurna terdapat fi’il dan fa’il serta mubtada khobar seperti
كلهموقد أجمع السلف dan إنما هو ارتباط القلوب mempunyai nilai yang sangat
sakral baik secara tersurat maupun tersirat. Oleh karena itu, buku ini
sangat bagus sekali untuk dibaca dan diamalkan dalam hidup dan
kehidupan.
Pengarang kitab ini yang penulis yakini menggunakan rujukan
kitab-kitab tasawuf seperti ar-Risalah al-Qusyairiyah yang dikarang
Imam Qusyairi, minha>j al-‘Abidin, Ihya Ulumiddin oleh Imam al-
Ghazali, dan kitab-kitab tasawuf lainnya. Kitab-kitab tersebut
merupakan rujukan atau bacaan pengarang, namun bahasa Arab yang
digunakan menggunakan bahasa Arab pengarang.
98
4. Pemikiran Abah Gaos Dalam Kitab al-Fikrah al-Jadidah fi Fadhail
al-Syuhur annaha min Asma Illahi al-Husna
Pemikiran tarekat Abah Gaos melalui kitab al-Fikrotul al-
Jadidah berisi uraian-uraian yang mengkaitkan nama-nama bulan
hijriyah dengan keagungan nama-nama Allah dalam asmaul husna.
Dengan mempelajari serta mengkaji kitab tersebut, akan semakin
terbuka pemahaman seseorang untuk membentuk jiwa manusia
memahami bahwa bulan-bulan yang Allah anugerahkan kepada
makhluknya akan memberi manfaaat yang besar dan akan menjadikan
manusia yang memahaminya semakin bisa taqarrub Ilalloh.
(Abdushomad, dkk. 2018: 254)
1) Sistematika Penulisan
Kitab ini memiliki struktur penulisan kitab al-fitrah al-jadidah
fi fadhail as-syuhur annaha min asma illahi al-husna sebagai berikut:
1. Bab tentang bulan Muharrom, 2. Bulan Safar, 3. Bulan Rabi’ul
Awwal, 4. Bulan Rabi’u al-Tsani, 5. Bulan Rabi’u al-Tsani, 6. Bulan
Jumada al-Ula, 7. Bulan Jumada al-Tsaniyah, 8. Bulan Rajab, 9. Bulan
Sya’ban, 10. Bulan Syawwal, 11. Bulan Dzulqo’dah, 12. Bulan
Dzulhijjah.
2) Metode Penulisan
الفصل األول يف شهر املحرم
فامليم األول يف هذا الشهر مأخوذة من اسم اهلل احلسىن "امليح" قال اهلل تعاىل: حييي األرض بعد موتها إن ذلك ملحيي املوىت وهو فانظر إىل أثار رمحة اهلل كيف
(. واحلاء فيه من اسم اهلل احلسىن "اليح" قال اهلل 12ىلع لك شيئ قدير )الروم: (. وقال اهلل تعاىل: 2، آل عمران: 211تعاىل: اهلل ال هلإ إال هو اليح القيوم. )ابلقرة:
(.15وتولك ىلع اليح اذلي ال يموت )الفرقان:
99
Artinya: Bab Pertama tentang Bulan Muharram. Adapun mim
yang pertama dalam bulan ini (Muharrram) diambil dari nama
Allah yaitu al-Muhyi. Allah Berfirman: “maka perhatikanlah
bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah menghidupkan bumi
setelah mati (kering). Sungguh, itu berarti Dia pasti (berkuasa)
menghidupkan yang telah mati. Dan Dia Maha Kuasa atas segala
sesuatu. Adapun huruf ha yang didalamnya nama Tuhan yang
paling indah yaitu Allah Maha Hidup sebagaimana firman Allah
Swt tidak ada Tuhan selain Allah yang Maha Hidup dan Maha
Mandiri. QS. Al-Baqarah: 255, QS. Ali Imran: 2. Allah berfirman:
bertawakallah kamu atas sesuatu yang hidup dan tak pernah mati.
QS. Al-Furqon: 58.
وأما الراء األول فيه من اسم اهلل احلسىن "الرقيب" قال اهلل تعاىل: فلما توفيتين (. قال اهلل تعاىل إن اهلل اكن عليكم رقيبا 552يب عليهم )املائدة: كنت أنت الرق
(. وأما 12(. قال اهلل تعاىل: واكن اهلل ىلع لك شيئ رقيبا )األحزاب: 5)النساء: الراء اثلاين فيه افتتاح اسم اهلل احلسىن "الرشيد" قال اهلل تعاىل: أن نفعل يف
(. وأما امليم اثلاين فيه من 52هود: إنك ألنت احلليم الرشيد ) أموانلا ما نشاءاسم اهلل احلسىن "املجيب" قال اهلل تعاىل: فاستغفروه ثم توبوا إيله إن ريب قريب
(. قال اهلل تعاىل: وإذا سألك عبادي عين فإين قريب أجيب دعوة 25جميب )هود: (. 552ادلايع إذا داعين )ابلقرة:
Adapun huruf ra pertama terdapat nama Allah yang indah yaitu
lafadz al-Raqib. Allah berfirman: tatkala engkau mewafatkan aku
bahwasanya engkau yang Maha Mengawasi mereka. QS. Al-
Maidah: 117. Allah berfirman: sesungguhnya Allah ada atas
mereka Maha Mengawasi. QS. Annisa: 1. Allah berfirman: Dan
Allah atas segala sesuatu Maha Mengawasi. QS. Al-Ahzab: 52.
Adapun huruf ra yang kedua termasuk pembuka nama Allah yang
indah, yaitu ar-rasyid. Allah berfirman: kita akan gunakan harta
100
kita semau kita karena engkau yang Maha Santun dan Maha
Pandai. QS. Hud: 87.
فإذا دعوت اهلل يف هذا الشهر بعد الصالة املكتوبة فادعه بهذه األسماء اخلمسة مرة، أيح اهلل قلبك حياة أبدية 245ويه: امليح اليح الرقيب الرشيد املجيب"
أخروية إذا اكن يف قلبك ذكر اهلل دائما، ورقبك يف لك حال وأجاب اهلل تعاىل أياما تدعو يف هذا الشهر فله األسماء اخلمسة من داعءك انه جميب السائلني.
األسماء احلسىن ويه )امليح اليح الرشيد الرقيب املميت(.
Adapun huruf mim yang kedua termasuk nama Allah yang indah,
yaitu lafadz al-mujib 248 kali. Allah akan menghidupkan hatimu
di kehidupan dunia abadi akhirat ketika selalu ada dihatimu nama
Allah, dan Allah akan menjagamu dalam setiap keadaan, Allah
mengabulkan doa kamu dan bahwasanya Allah menjawab orang
yang meminta. Hari yang engkau berdoa pada bulan ini, maka ada
nama-nama yang lima dari nama Allah yang indah, yaitu al-
muhyi, al-hayyu, ar-rasyid, ar-raqib, al-mumit.
Adapun metode penulisan buku ini dinilai dari segi penulisan;
Pertama menggunakan bahasa Arab. Kedua, dilihat dari susunan kata
per kata atau kalimat sudah sesuai dengan kaidah nahwu dan shorof.
Contoh sederhana dalam kaidah nahwu seperti kalimat sempurna
terdapat fi’il dan fa’il serta mubtada khobar. Di samping itu,
pengarang kitab ini menggunakan rujukan kitab-kitab tasawuf seperti
ar-Risalah al-Qusyairiyah yang dikarang Imam Qusyairi, minha>j al-
‘Abidin, Ihya Ulumiddin oleh Imam al-Ghazali, dan kitab-kitab
tasawuf lainnya. Kitab-kitab tersebut merupakan rujukan atau bacaan
pengarang, bahasa Arab yang digunakan menggunakan bahasa Arab
pengarang. Karya ini merupakan hasil ijtihad pengarang sendiri yang
peneliti belum menemukan rujukan yang pengarang tulis melalui
wawancara ke beberapa ustadz atau kiai seperti ustad Ai dan Kh. Irfan
Zidni, MA.
101
C. Implementasi Tarekat Abah Gaos
1. Implementasi Kelembagaan
Implementasi pendidikan tarekat Abah Gaos terhadap lembaga
melalui berbagai macam cara; mendirikan Pondok Pesantren
Sirnarasa Cisirri, Ciamis, Jawa Barat. Mendirikan Inabah II bagi
orang yang mengalami penyakit sosial serta pecandu dan pemakai
NAPZA.
Beberapa cara pengilementasian lain di Pondok Pesantren
terhadap tehnik, metode, kurikulum, ekstrakurikuler, dan lain
sebagainya. Implementasi dalam bentuk tehnik dan metode pondok
pesantren seperti berpakaian menutup aurat di dalam dan luar
pesantren. Dalam bentuk kurikulum, pesantren memadukan
kurikulum KEMENAG dan KEMENDIKBUD serta kurikulum
pesantren salaf; mengajarkan kitab kuning. Bentuk ektrakurikuler,
santri diharapakan bisa mengenal Allah melalui ciptaanya.
(Wawancar88Sha Ust Ai, 16 September 2018 Pukul: 08.00 WIB
Cara mengimplementasi pendidikan tarekat di Pondok
Pesantren Sirnarasa untuk membentuk manusia-manusia ahli dzikir
yang senantiasa taat pada aturan agama dan negara. Untuk menjadi
seorang mu’min yang mampu menjadi wasilah (perantara) untuk
peradaban dunia “Cageur Bageur Lahir Bathin Ngeunah Nyawa Betah
Jasad’, artinya menjadi sosok yang sehat jasmani rohani, berbudi
utama, jasmani sempurna.
2. Implementasi Individual (Abah Gaos)
Implementasi personal Abah Gaos bagi pendidikan tarekat ialah
membuat lembaran dalam bentuk tulisan yang menjadi buku
pegangan tasawuf, praktik dan pengamalan tarekat Qodiriyah dan
Naqsabandiyah Suryalaya setelah habis sholat fardu baik berupa zikir
jahr / qadiriyah dengan lafadz la ilaha illah allah sebanyak 165 kali
serta zikir khofi dengan menyebutkan lafadz allahu allah di hati
dengan menundukan kepala ke arah hati tepatnya tiga jari di bawah
jantung sekuat tenaga sampai nafas kita sudah tidak kuat lagi,
melaksanakan ibadah sunnah seperti sholat sunnah qobliyah ba’diyah,
102
memuliakan ulama tanpa terkecuali sebagaimana dituliskan di kitab
as-Sunan al-Mardhiyah, sedikit berbicara sebagaimana berada dalam
kitab al-Fath al-Jalil fi al-‘Alamati al-Mursyid al-Kamil, dan paling
sabar orang yang sabar maksud dari huruf “shod” pada kata Shafar
yang termaktub dalam kitab al-Fikrotu al-Jadidah fi ‘Fadhail al-
Syuhur Annaha min Asmai Allahi al-Husna.
Ada cara dan etika implementasi pendidikan tasawuf Abah
Gaos secara individual yang kemudian menjadi rutinitas di Pondok
Pesantren Sirnarasa. Berikut ini implementasi pendidikan tasawuf
Abah Gaos:
a) Talqin
Nabi Muhammad SAW. bersabda : "Talqinkanlah oleh kamu
orang-orang yang akan mati dengan kalimat Laa Ilaaha Illalaah".
Maksud yang akan mati disini ialah kita orang-orang yang masih hidup
yang hatinya belum mampu berdzikir/mengingat Allah, maka segera
ditalqinkan/tanyakan kepada Ahlinya/Guru Mursyid. Hadist tersebut
menunjukkan betapa pentingnya "Talqin Dzikir"harus mulai dari
sekarang supaya hati kita selalu hidup dan mampu mengingat Allah,
baik dalam keadaaan sehat maupun pada waktu akan lepasnya nyawa
yang kita cintai. Jadi talqin dzikir itu bukan hanya penting pada
sakaratul maut saja. Karena jika hanya mengandalkan pada waktu
akhir hayat, belum tentu dia mampu mengucapkan dzikrullah, karena
bukanlah lisan yang bicara semata tetapi harus disertai hati dengan
keimanannya.
"Talqin", asal kata dari laqqana, yulaqqinu, talqiinan, artinya
"Menuntun, atau tuntunan". Dan merupakan peringatan/tuntunan guru
kepada muridnya yang harus diikuti dengan seksama.
Dengan ditalqin dzikir kita akan dapat tuntunan/peringatan.
Dengan dasar Firman Allh swt. :
Artinya: Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya
perinagatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman."
(QS. Adz-Dzariyyah : 55).
103
Manusia pertama yang menerima talqin dzikir ialah Nabi Adam
a.s. Sebagaimana digariskan dalam Al-Qur'an:
Artinya: "Kemudian Adam ditalqin/diilhami beberapa kalimat
oleh Tuhannya, lalu Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya
Allah Maha menerima toubat dan Penyayang". (QS. Al-Baqarah
:37).
Ilham itu kalimat Thayyibah Laa Ilaaha Illallaah yang diajarkan
kepada Nabi Adam a.s. dipatuhinya. Sedangkan Nabi Muhammad saw.
menerima talqin dzikir di Gua Hira', sesuai dengan wahyu pertama
surat Al-Alaq ayat 1-2 sebagai berikut :
Artinya: "Bacalah dengan menyebut nama Tuhan yang
menciptakan! Yang menciptakan manusia dari segumpal darah".
(QS. Al-Alaq :1-2).
Diikrarkan dengan lisan, kemudian hati membenarkan dengan
tawajjuh (menghadapkan) diri kita ke hadirat Ilahi Rabbi.
Maksud dan rencana itu tidak akan berhasil, manakala umat
manusia tidak ditauhidkan, disatukan hati dan jiwanya dalam
satu aqidah yang pantas dan berhak, tidak boleh ada tandingannya, apa
dan siapapun yaitu Allah swt. Allah memutuskan dan menetapkan,
bahwa hanya Dia sendiri Zat yang harus di-ibadati, dimitoskan dan
dikultuskan, tanpa ada tandingan apa atau siapapun. Dengan riset dan
observasi yang cermat, teliti, bahwa Dzat Maha Akbar itu adalah Allah
sendiri, sebagai Malikal Mulki dan sebagai Rabbu Ma'bud, dimana
mendengar dan mentaati-Nya adalah mutlak.
Talqin itu peringatan guru kepada murid, sedang bai,at- yang
juga dinamakan 'ahad, adalah sanggup dan setia murid dihadapan
gurunya untuk mengamalkan dan mengerjakan segala kebajikan yang
diprintahkannya.
Banyak hadist yang menerangkan kejadi Nabi mengambil
'ahad pada waktu membai'at sahabat-sahabatnya. Diriwayatkan oleh
Ahmad r.a. dan Tabrani r.a. bahwa Rosullullah SAW. penah
mentalqinkan sahabat-sahabatnya secara berombongan dan
perseorangan. Talqin berombongan pernah diceritakan oleh Syaddad
104
bin "Aus r.a.: "Pada suatu ketika kami berada dekat Nabi SAW. Nabi
SAW. bersabda": Apakah ada diantaramu orang asing? maka jawab
saya, tidak ada". Lalu Rosulullah SAW. menyuruh menutup pintu dan
berkata: "Angkat tanganmu dan ucapkanlah Laa Ilaaha
Illallaah,seterusnya beliau berkata: "Segala puji bagi Allah wahai
Tuhanku, Engkau telah mengutus aku dengan kalimat ini dan Engkau
menjadikan dengan ucapannya kurnia syurga kepadaku dan bahwa
Engkau tidak sekali-kali menyalahi janji". Kemudian beliau berkata
pula : "Belumkah aku memberi kabar gembira kepadamu bahwa Allah
telah mengampuni bagimu semua?". Maka Rosulullah SAW,
bersabda:
"Tidaklah ada segolongan manusiapun yang berkumpul dan
melakukan dzikir dengan tidak ada niat lain melainkan untuk
Tuhan semata, kecuali akan datang suara dari langit. Bangkitlah
kamu semua, kamu sudah diampuni segala dosamu dan sudah
ditukar kejahatannya yang lampau dengan kebajikan".
Oleh karena itu Allah berfirman, artinya: " Maka bergembiralah
kami dengan bai'atmu yang telah kamu lakukan itu adalah
kejayaan yang agung". (QS. At-Taubah : 111).
Tentang bai'at perseorangan pernah diceritakan oleh Yusuf Al-
Kurani r.r. dan teman-temannya dengan sanad yang syah : "Bahwa
syaidina "Ali k.w. bertanya kepada nabi: "Ya Rosulullah tunjukilah
aku jalan yang sependek-pendeknya kepada Allah dan yang semudah-
mudahnya dan yang paling utama dapat ditempuh oleh hambaNya
pada sisi Allah?. Maka bersabdalah Rosulullah : "Hendaknya kamu
lakukan dzikrullah yang kekal (dzikir dawam) dan ucapan yang paling
utama pernah kulakukan dan dilakukan oleh Nabi-nabi sebelum aku,
yaitu Laa Ilaaha Illallaah. Jika ditmbang tujuh petaka langit dan bumi
dalam satu daun timbangan, dan kalimat Laa Ilaaha Illallaah dalam
satu timbangan yang lainnya, maka akan lebih berat kalimat Laa Ilaaha
Illallah dalam daun timbangan yang lain".
Kemudian ia berkata: "Wahai 'Ali, tidak akan datang kiamat jika
di atas muka bumi ini masi ada orang yang mengucapkan Laa Ilaaha
Illallaah. Syaidina 'Ali berkata: Bagaimana caranya aku berdzikir itu
105
ya Rosullallah?. Nabi menjawab : " Pejamkan kedua matumu dan
dengankan aku mengucapkan tiga kali, kemudia engkau mengucapkan
tiga kali pula, sedangkan aku mendengarkannya. Maka berkatalah
Rosullullah Laa Ilaaha Illallaah tiga kali, sedangkan kedua mataku
dipejamkan, dan suaranya dikeraskan, serta 'Ali mendengarkannya.
Kemudian 'Ali mengucapkan Laa Ilaaha Illallaah tiga kali, dan Nabi
mendengarkannya.
Demikian cara talqin dzikir yang disampaikan oleh 'Ali bin Abi
Thalib k.w. yang kemudian diterangkan, bahwa talqin dzikir hati yang
bersifat bathiniyah, dilakukan dengan isbat tidak dengan nafi, yaitu
dengan lafadz isim zat seperti yang difirmankan oleh Allah dalam Al-
Quran :
Artinya:"Katakanlah "Allah", kemudian tinggalkanlah sifat
mereka bermain-main didalam kesesatan. (QS. An'Aam : 91).
Nabi memperingatkan syaiyyidina 'Ali: "Wahai 'Ali pejamkan
matamu, katupkan dan lipatkan lidahmu, lalu sebut : "Allah, Allah".
Inilah cara yang peranh dipelajari dan diambil Syaiyyidina Abu Bakar
r.a.secara rahasia (mengisi perasaan) daripada Nabi, dan inilah dzikir
yang boleh terhujam teguh sampai ke dalam hati. Karena inilah Nabi
memuji Syaiyyidina Abu Bakar r.a. bukan karena banyak puasa dan
shalat, tetapi karena sesuatu yang terhujamkan dalam hatinya.
Firman Allah dalam Al-Quran, Artinya: "Dan mereka yang
mempunyai iman yang teguh serta tetap tenang hatinya dengan
dzikrullah, bukankah dzikrullah itu menenangkan dan
menentramkan hati?". QS. Ar-Ra'du :28).
Jalan atau Thariqah yang kedua macam ini tentang
dzikir jahar dan khafi adalah pokok daripada seluruh Thariqah,
kemudian tersiarlah dalam pencariannya dengan kurnia Tuhan Yang
Maha Pemurah.
b) Dzikir Harian
Zikir merupakan amalan harian bagian Ikhwan TQN Sirnarasa
yang dilaksankan setiap ba’da sholat fardhu dan bisa juga setelah
106
sholat sunnah kaifyat yang telah ditentukan. Allah telah
memerintahkan manusia untuk banyak berdzikir dan berdoa. Sholat
merupakan salah satu kegiatan dzikir dan doa yang diwajibkan bagi
umat Islam. Diluar kegiatan sholat pun ada dzikir dan doa yang
diajarkan oleh Islam, hal ini didasari dengan memperbanyak dzikir
dan doa ketika duduk, berdiri, berbaring, dan bagaimana pun posisi
kita berada. Adapun tempat dan waktu berdzikir, berdoa yang tiada
batasnya kecuali ditempat yang kotor seperti kamar mandi. Dengan
dzikir dan doa pula dapat membentengi diri jeratan tipu daya syetan
dan pelbagai kejahatan yang selalu mengganggu dan mengancam
dimanapun kita berada. Praktik dzikir dan doa juga investasi berharga
bagi kehidupan manusia di dunia dan akhirat. Ini merupakan usaha,
cara atau jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Berikut
beberapa perintah berdizkir dan berdoa menurut al-Quran dan Hadits.
يآأيها اذلين آمنوا اذكروا اهلل ذكرا كثريا. وسبحوه بكرة وأصيال
Artinya: “hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan
menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banykanya. Dan
bertasbihlah (mengucapkan subhanallah) kepada-Nya di waktu
pagi dan petang. (QS. Al-Ahzah ayat 41 & 42).
.فإذا قضيتم الصالة فاذكروا اهلل قياما وقعودا وىلع جنوبكم
Artinya: “maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat (mu),
ingatlah Allah di waktu berdiri, duduk dan berbaring. (QS. An-
Nisa ayat 103).
Adapun ketentuannya adalah sebagai berikut: Bagi Ikhwan
TQN diharuskan TQN PP Suryalaya diharuskan mengamalkan zikir
kalimah thoyyibah sekurang-kurangnya 165 kali. Jumlah bilangan 165
dalam zikir adalah jumlah minimal, lebih banyak akan lebih baik
dengan ketentuan diakhiri hitungan bilangan ganjil. Bagi ikhwan yang
mempunyai kesibukan seperti tengah melakukan safar atau
perjalanan, bisa membaca kalimat dzikir dengan bilangan 3 kali,
namun di waktu-waktu senggang sebaiknya memperbanyak dzikir,
107
misalnya pada waktu melaksanakan sholat malam. (Gaos, 2013: 1-2)
Berikut lafadz dzikir harian:
إىل حرضة انليب املصطىف حممد صىل اهلل عليه وسلم وىلع آهل وأصحابه وأزواجه وذريته وأهل بيته وملن دخل يف بيته أمجعني لك شيئ هلل هلم
الفاحتة.
x)3استغفر اهلل الغفور الرحيم )
Artinya: Aku memohon ampunan kepada Allah yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.
x)3مهلل صل ىلع سيدنا حممد وىلع آهل وصحبه وسلم )
Artinya: Allah Swt bersholawat (memuji) serta memberika salam
kepada Nabi Muhammad Saw, keluarga, sahabatnya.
مطلويب أعطين حمبتك ومعرفتك. إليه أنت مقصودي ورضاك
Ya Tuhan, Anda adalah tujuan saya dan ridho-Mu merupakan
harapanku, Berikanlah aku cintamu dan makrifatmu. Kemudian dilanjutkan dengan dzikir sekurang-kurangnya 165x. Lebih
banyak lebih baik dan dzikir diakhiri pada hitungan bilangan ganjil.
Adapun penutup dzikir adalah dengan membaca:
سيدنا حممد رسول اهلل
Kemudian berdoa dengan doa berikut ini:
امهلل صل سيدنا حممد وىلع آل سيدنا حممد، صالة تنجينا بها من مجيع األهوال واألفات، وتقيض نلا بها مجيع احلاجات، وتطهرنلا بها من مجيع السيئات، وترفعنا بها عندك أىلع ادلرجات وتبلغنا بها أقىص الغايات من مجيع اخلريات
108
د اهلل فوق أيديهم فمن نكثيف احلياة وبعد املمات، إن اذلين يبايعون اهلل ي فإنما ينكث ىلع نفسه ومن أوىف بما اعهد عليه اهلل فسيؤتيه أجرا عظيما.
Artinya : “Wahai Allah, limpahkanlah rahmat dan salam yang
sempurna kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Semoga
terurai dengan berkahnya segala macam buhulan, dilepaskan dari
segala kesusahan, tunaikan segala macam hajat, dan tercapai segala
macam keinginan dan disucikan dari segala keburukan, mengangkat
kita disisi-Mu dengan derajat yang mulia, disampaikan seluruh tujuan
dari kebaikan ketika hidup maupun setepah mati.
Doa-doa dapat ditambah dengan doa lainnya yang dikehendaki.
Kemudian dilanjutkan dengan dzikir berikut ini.
إىل حرضة انليب املصطىف حممد صىل اهلل عليه وسلم وىلع آهل وأصحابه وأزواجه وذريته وأهل بيته وملن دخل يف بيته أمجعني لك شيئ هلل هلم
الفاحتة.
ثم إىل أرواح أهل السلسلة القادرية وانلقشبندية معهد رسيايلا ومجيع أهل الطرق خصوصا إىل حرضة سلطان األويلاء غرث األعظم قطب العاملني السيد الشيخ عبد القادر اجليالين قدس اهلل رسه والسيد الشيخ أيب القاسم جنيد
د الشيخ يس والسيابلغدادي والسيد الشيخ أمحد خاطب ابن عبد الغفار السمباطلحة اكيل سافو الرسبوين والسيد الشيخ عبد اهلل بن مبارك بن نور حممد وشيخنا املكرم الشيخ عبد الغوث سيف اهلل مسلول القادري انلقشبندي الاكمل وأصوهلم وفروعهم وأهل سلسلتهم واآلخذين عنهم لك شيئ هلل هلم
الفاحتة.
املسلمني واملسلمات واملؤمنني واملؤمنات ثم إىل أرواح آبائنا وأمهاتنا ولاكفة األحياء منهم واألموات لك شيئ هلل هلم الفاحتة.
109
Artinya: kepada ruh / arwah bapak dan ibu kita dan seluruh kaum
muslimin dan mukminin baik yang masih hidup atau pun yang
telah meninggal, segala sesuatu karena Allah. Untuk meraka
alfatihah dibacakan.
(3xاستغفر اهلل ا ريب من لك ذنب وأتوب إيله )
Artinya: Aku memohon ampunan kepada Allah dari segala dosa
dan aku bertobat kepadanya.
امهلل صل ىلع سيدنا حممد وىلع آل سيدنا حممد كما صليت وسلمت ىلع سيدنا براهيم وبارك ىلع سيدنا حممد وىلع آل سيدنا حممد كما إبراهيم وىلع آل سيدنا إ
باركت ىلع سيدنا إبراهيم وىلع آل سيدنا إبراهيم يف العاملني إنك محيد جميد.
Artinya: Ya Allah , berilah kasih saying kepada junjungan kita
nabi Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau memberi
kasih sayangmMu kepada junjungan kita Nabi Ibrahim dan
keluarganya. Dan berkatilah kepada junjungan kita nabi
Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau memberkati
junjungan kita nabi Ibrahim dan kelurganya diantara makhluk
makhlukmu, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha
Mulia.
ودي ورضاك مطلويب أعطين حمبتك ومعرفتك.إليه أنت مقص
Ya Tuhan, Anda adalah tujuan saya dan ridho-Mu merupakan
harapanku, Berikanlah aku cintamu dan makrifatmu. Selanjutnya tawajjuh dengan cara:
Kedua mata terpejam, bibir dirapatkan, lidah dilipatkan ke
langit-langit, gigi dirapatkan tidak bergerak, menahan nafas
sekuatnya, kepada ditundukkan ke sebelah kiri, hati tanpa berhenti
berdzikirkhofi sekuatnya. (Gaos, 2013: 6-12)
110
c) Khotaman
Khotaman merupakan kata bahasa arab yang diserap ke bahasa
indonesia. Kata khotaman memiliki arti akhir. Akhir dalam artian
akhir bacaan quran, akhir bacaan kitab, akhir ahad, akhir bulan, dan
akhir tahun yang diisi dengan pengajian, sholawatan, tasyakuran, dan
ritual keagamaan yang dapat mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Berikut ini dzikir khotaman: (Gaos, 2013: 13-30)
بسم اهلل الرمحن الرحيم
إىل حرضة انليب املصطىف حممد صىل اهلل عليه وسلم وىلع آهل وأصحابه وأزواجه وذريته وأهل بيته وملن دخل يف بيته أمجعني لك شيئ هلل هلم
الفاحتة.
املالئكة ثم إىل أرواح أبائه وأهماته وإخوانه من األنبياء واملرسلني وإىل املقربني والكروبيني والشهداء والصاحلني وآل لك وأصحاب لك وإىل روح أبني
آدم وأمنا حواء وما تناسل بينهما إىل يوم ادلين لك شيئ هلل هلم الفاحتة
ثم إىل أرواح ساداتنا وموايلنا وأئمتنا أيب بكر وعمر وعثمان وعيل وإىل بقية يئ ابعني هلم بإحسان إىل يوم ادلين لك شالصحابة والقرابة واتلابعني وتابع اتل
هلل هلم الفاحتة.
ثم إىل أرواح إئمة املجتهدين ومقدليهم يف ادلين والعلماء والراشدين والقراء املخلصني وأهل اتلفسري واملحدثني وسائر السادة الصوفية املحققني وإىل أرواح
شماهلا لك شيئ لك ويل وويلة من مشارق األرض إىل مغاربها ومن يمينها إىل هلل هلم الفاحتة
111
ثم إىل أرواح أهل السلسلة القادرية انلقشبندية معهد رسيايلا ومجيع أهل الطرق خصوصا إىل حرضة سلطان األويلاء غوث األعظم قطب العاملني السيد الشيخ عبد القادر اجليالين قدس اهلل رسه والسيد الشيخ أيب القاسم جنيد
عروف الكريخ والسيد الشيخ حسن ابلرصي والسيد ابلغدادي والسيد الشيخ مالشيخ جعفر الصادق والسيد الشيخ يوسف اهلمداين والسيد الشيخ أيب يزيد البسطايم والسيد الشيخ بهاء ادلين انلقشبندي وحرضة إمام الرباين ابلغدادي والسيد الشيخ أمحد خاطب ابن عبد الغفار السمبايس والسيد الشيخ طلحة
الرسبوين والسيد الشيخ عبد اهلل بن مبارك بن نور حممد وشيخنا اكيل سافو املكرم الشيخ عبد الغوث سيف اهلل مسلول القادري انلقشبندي الاكمل
وأصوهلم وفروعهم وأهل سلسلتهم واآلخذين عنهم لك شيئ هلل هلم الفاحتة.
نثم إىل أرواح وادلين ووادليكم ومشاخينا ومشاخيكم وأموتنا وأمواتكم ومل أوصانا واستوصانا وقدلنا عندك بداعئ اخلري لك شيئ هلل هلم الفاحتة.
ثم إىل أرواح مجيع املؤمنني واملؤمنات واملسلمني واملسلمات األحياء منهم واألموات من مشارق األرض إىل مغاربها من يمينها إىل شماهلا ومن قاف إىل
حتةقاف من دلن آدم ىلغ يوم القيامة لك شيئ هلل هلم الفا
(522xاهلل صل ىلع سيدنا حممد انليب األيم وىلع آهل وصحبه وسلم )
(52xسورة اإلنرشاح )
Membaca Surah al-Insyirah sebanyak 80 kali. Al-Insyirah berarti
kelapangan.
112
(122xسورة اإلخالص )
Membaca Surah al-Ikhlas sebanyak 500 kali. Al-Ikhlas berarti
ikhlas.
حرضة الشيخ أمحد باقر الفاحتةإىل
Kepada Syeikah Ahmad Baqir Alfatihah.
(522xاهلل صل ىلع سيدنا حممد انليب األيم وىلع آهل وصحبه وسلم )
( 522xامهلل ياقايض احلاجات )
Artinya: Allah yang mengabulkan segala hajat atau kebutuhan.
(522xامهلل يا اكيف املهمات )
Artinya: Allah yang Maha Mencukupi segala hal penting.
(522xامهلل يادافع ابلليات )
Artinya Allah yang Maha menolak segala cobaan.
(522xامهلل يارافع ادلرجات )
Artinya: Allah yang Maha mengangkat derajat.
(522xامهلل ياشايف األمراض )
Artinya: Allah yang Maha mengobati segala penyakit.
(522xامهلل يا جميب ادلعوات )
Artinya: Allah yang Maha mengabulkan segala permintaan.
113
(522xامهلل با أرحم الرامحني )
Artinya: Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang.
إىل حرضة اإلمام خواجاكن الفاحتة
Artinya: Semoga disampaikan kepada Syeikh Khowajikan
(522xامهلل صل ىلع سيدنا حممد انليب األيم وىلع آهل وصحبه وسلم )
Artinya: Ya, Allah, Semoga engkau melimpahkan rahmat kepada
junjungan kami Nabi Muhammad yang ummi dan kepada
keluarganya semoga melimpah keselamatan. Sebanyak 100x
(522xحول والقوة إال باهلل العيل العظيم )ال
Artinya: Tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan
Allah yang Maha Luhur dan Maha Agung.
(522xامهلل صل ىلع سيدنا حممد انليب األيم وىلع آهل وصحبه وسلم )
Artinya: Ya, Allah, Semoga engkau melimpahkan rahmat kepada
junjungan kami Nabi Muhammad yang ummi dan kepada
keluarganya semoga melimpah keselamatan. Sebanyak 100x
إىل حرضة اإلمام الرباين الفاحتة
Artinya: Semoga disampaikan kepada Imam Rabbani
سورة الفلق
Membaca Surah al-Falaq. Al-Falaq berarti waktu subuh
(522xاستغفر اهلل العظيم اذلي الهلإ إال هو اليح القيوم وأتوب إيله )
114
Artinya: Aku memohon ampun kepada Allah yang Maha Agung
yang tidak ada Tuhan yang wajib disembah kecuali Allah, yang
Maha Hidup dan Berdiri Sendiri, dan aku bertaubat kepada-Nya.
سسورة انلا
Membaca surah Annaas
إىل حرضة سيدنا مظهر الفاحتة
Semoga sampai kepada Syekh Mudzhir.
(522xامهلل صل ىلع سيدن حممد انليب األيم وىلع آهل وصحبه وسلم )
(122xحسبنا اهلل ونعم الوكيل )
(522xامهلل صل ىلع سيدن حممد انليب األيم وىلع آهل وصحبه وسلم )
عبد القادر اجليالين الفاحتةإىل حرضة الشيخ
(522xامهلل صل ىلع سيدن حممد انليب األيم وىلع آهل وصحبه وسلم )
(122xنعم املوىل ونعم انلصري )
(522xامهلل صل ىلع سيدن حممد انليب األيم وىلع آهل وصحبه وسلم )
إىل حرضة شيخنا املكرم الشيخ عبد اهلل مبارك بن نور حممد وشيخنا املكرة أمحد صاحب الوىف تاج العارفني وشيخنا املكرم الشيخ حممد عبد الغوث الشيخ
سيف اهلل مسلول القا الاكمل القادري انلقشبندي الفاحتة
115
(522xامهلل صل ىلع سيدن حممد انليب األيم وىلع آهل وصحبه وسلم )
(122xال هلإ إال أنت سبحانك إين كنت من الظاملني )
(522x األيم وىلع آهل وصحبه وسلم )امهلل صل ىلع سيدن حممد انليب
إىل حرضة سيدنا معصوم الفاحتة
Semoga sampai kepada Sayyid Maksum
( أعطين حمبتك ومعرفتك3xإليه أنت مقصودي ورضاك مطلويب )
Artinya: Ya Tuhan, Anda adalah tujuan saya dan ridho-Mu
merupakan harapanku, Berikanlah aku cintamu dan makrifatmu.
(52245xيالطيف )
Membaca Ya Latif yang berati yang Maha Lembut
( 3xيا لطيف )
يا من وسع لطفه أهل السموات واألرض نسألك خبيف لطفك اخليف أن ختفينا يف خيف خيف لطفك اخليف إنك قلت وقولك احلق: اهلل لطيف بعباده يرزق من
يشاء وهو الفوي العزيز
ألك ياقوي ياعزيز يا معني بقوتك وعزتك يا متني أن تكون نلا امهلل إنا نسعونا ومعينا يف مجيع األقوال واألفعال ومجيع ما حنن فيه من فعل اخلريات، وأن تدفع عنا لك رش ونقمة وحمنة قد استقيناها من غفلتنا وذنوبنا فإنك أنت الغفور
الرحيم. وقد قلت ووقولك احلق: ويعفو عن كثري.
116
ق من لطفت هل ووجهته عندك وجعلت اللطف اخليف تابعا هل حيث امهلل حبنوجه، ونسألك أن توجهنا عندك وأن ختفينا بلطفك إنك ىلع لك شيئ قدير.
وصىل اهلل ىلع سيدنا حممد وىلع آهل وصحبه وسلم واحلمد هلل رب العاملني.
d) Manaqib
الم م الس اهلله عليك وبراكت ه ورمحة
،احلمد الرمحنه اهلله مسب. يمه ه الرحه ، رب هلله ني الة العالـمه الم والص ـمسه ش ىلع والسرسلهني الم
ني وقمره درةه انلبهيـ نته وسه ، م ني فه نا العاره د سي ده م نيأمجع وصحبههه اهله وىلع حم
Assalaamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Bismillaahirrohmaanirrohiim, Alhamdulillahi robbil’alamin, wash-
sholatu was salaamu ‘ala syamsil mursalin, wa qomarin nabiyyin, wa
sidroti mun tahal 'arifin sayidina Muhammadin, wa ala alihi
washohbihi ajma'in.
Diawali dengan majelis doa.
1. Untuk seluruh Ahli Silsilah TQN PPS, al-fatihah.
2. Untuk keluarga besar seluruh Ikhwan TQN PPSS, segala hajatnya
semoga Alloh kabulkan, al-fatihah.
3. Untuk segala urusan Keluarga Besar Pemangku Hajat, al-fatihah.
Lailaha illalloohu walloohu akbar wa lillaahil hamd
Al Ikhlas, Lailaha illallohu, Al Falaq, Lailaha illallohu...An Naas.
Demikian Muqodimah dari kami, untuk selanjutnya akan
disampaikan;
117
Hidmat Amaliyah: Pembacaan Al-Quran dengan sholawatnya
oleh...,Pembacaan Tanbih oleh...,Pembacaan Tawasul oleh...,
Pembacaan Manqobah oleh..., Miftahush Shudur oleh...
Hidmat Ilmiyah : Pertama oleh....., Kedua oleh.....Doa penutup oleh...
Dan diakhiri Sholawat Bani Hasyim 3 X dan Sholawat Badriyah.
Wassalamu alaikum Wr.Wb.
e) Tawassul
Tawassul merupakan derivasi dari bahasa Arab. Asal kata
tersebut tawassla ya tawassalu tawassul. Tawassala merupakan fiil
madhi yang berarti telah memohon, telah berperantara. Yatawassalu
berarti sedang atau akan memohon. Tawasssul merupakan masdar
yang berarti memohon, atau berwasilah. Dari etimologi tersebut,
tawassul secara terminologi yaitu seseorang yang memohon kepada
Allah dalam hal apapun melalui seseorang yang memiliki nilai takwa
dan amal sholeh yang tinggi.
بسم اهلل الرمحن الرحيم
املصطىف حممد صىل اهلل عليه وسلم وىلع آهل وأصحابه وأزواجه إىل حرضة انليب وذريته وأهل بيته وملن دخل يف بيته أمجعني لك شيئ هلل هلم الفاحتة.
ثم إىل أرواح أبائه وأهماته وإخوانه من األنبياء واملرسلني وإىل املالئكة ح أبني واملقربني والكروبيني والشهداء والصاحلني وآل لك وأصحاب لك وإىل ر آدم وأمنا حواء وما تناسل بينهما إىل يوم ادلين لك شيئ هلل هلم الفاحتة
ثم إىل أرواح ساداتنا وموايلنا وأئمتنا أيب بكر وعمر وعثمان وعيل وإىل بقية الصحابة والقرابة واتلابعني وتابع اتلابعني هلم بإحسان إىل يوم ادلين لك شيئ
هلل هلم الفاحتة.
118
مة املجتهدين ومقدليهم يف ادلين والعلماء والراشدين والقراء ثم إىل أرواح إئاملخلصني وأهل اتلفسري واملحدثني وسائر السادة الصوفية املحققني وإىل أرواح لك ويل وويلة من مشارق األرض إىل مغاربها ومن يمينها إىل شماهلا لك شيئ
هلل هلم الفاحتة
ندية معهد رسيايلا ومجيع أهل ثم إىل أرواح أهل السلسلة القادرية انلقشبالطرق خصوصا إىل حرضة سلطان األويلاء غوث األعظم قطب العاملني السيد الشيخ عبد القادر اجليالين قدس اهلل رسه والسيد الشيخ أيب القاسم جنيد ابلغدادي والسيد الشيخ معروف الكريخ والسيد الشيخ حسن ابلرصي والسيد
يخ يوسف اهلمداين والسيد الشيخ أيب يزيدالشيخ جعفر الصادق والسيد الشالبسطايم والسيد الشيخ بهاء ادلين انلقشبندي وحرضة إمام الرباين ابلغدادي والسيد الشيخ أمحد خاطب ابن عبد الغفار السمبايس والسيد الشيخ طلحة اكيل سافو الرسبوين والسيد الشيخ عبد اهلل بن مبارك بن نور حممد وشيخنا
عبد الغوث سيف اهلل مسلول القادري انلقشبندي الاكمل املكرم الشيخ وأصوهلم وفروعهم وأهل سلسلتهم واآلخذين عنهم لك شيئ هلل هلم الفاحتة.
ثم إىل أرواح وادلين ووادليكم ومشاخينا ومشاخيكم وأموتنا وأمواتكم وملن أوصانا واستوصانا وقدلنا عندك بداعئ اخلري لك شيئ هلل هلم الفاحتة.
ىل أرواح مجيع املؤمنني واملؤمنات واملسلمني واملسلمات األحياء منهم ثم إواألموات من مشارق األرض إىل مغاربها من يمينها إىل شماهلا ومن قاف إىل
قاف من دلن آدم ىلغ يوم القيامة لك شيئ هلل هلم الفاحتة.
119
الهلإ اهلل واهلل أكرب وهلل احلمد.
أحد، أهلل الصمد، لم يدل ولم بودل، ولم يكن بسم اهلل الرمحن الرحيم، قل هو اهلل هل كفوا أحد.
الهلإ اهلل واهلل أكرب وهلل احلمد.
بسم اهلل الرمحن الرحيم، قل أعوذ برب الفلق، من رش ما خلق، ومن رش اغسق إذا وقب، ومن رش انلفثت يف العقد، ومن رش حاسد إذا حسد.
الهلإ اهلل واهلل أكرب وهلل احلمد.
برب انلاس، ملك انلاس، هلإ انلاس، من رش الوسواس اخلناس، اذلي قل أعوذ يوسوس يف صدور انلاس، من اجلنة وانلاس.
بسم اهلل الرمحن الرحيم. احلمد هلل رب العاملني. الرمحن الرحيم. مالك يوم ادلين. إياك نعبد وإياك نستعني. إهدنا الرصاط املستقيم. رصاط اذلين أنعمت عليهم
وب عليهم وال الضآلني. أمني.غري املغض
بسم اهلل الرمحن الرحيم. آلم. ذلك الكتاب ال ريب فيه هدى للمتقني. اذلين يؤمنون بالغيب ويقيمون الصالة ومما رزقناهم ينفقون. واذلين يؤمنون بما أنزل إيلك وما أنزل من قبلك وباألخرة هم يوقنون. أوئلك ىلع هدى من ربهم
إهلكم هلإ واحد الهلإ إال هو الرمحن الرحيم. اهلل ال هلإ وأوئلك هم املفلحون. وهو اليح القيوم ال تأخذه سنة وال نوم. هل ما يف السموات وما يف األرض. من ذا اذلي يشفع عندخ إال بإذنه يعلم ما بني أيديهم وما خلفهم وال حييطون بشيئ
120
فظهما وهو من علمه إال بما شاء، وسع كرسيه السموات واألرض وال يئوده ح العيل العظيم.
بسم اهلل الرمحن الرحيم. إنا أنزنلا يف يللة القدر. وما أدراك ما يللة القدر. يللة القدر خري من ألف شهر. تزنل امللئكة والروح فيها بإذن ربهم من لك أمر. سالم
يه حىت مطلع الفجر.
ملوا آمنوا وع بسم اهلل الرمحن الرحيم والعرص. إن اإلنسان ليف خرس. إال اذلين الصاحلات وتواصوا باحلق وتواصوابالصرب.
بسم اهلل الرمحن الرحيم إذا جآء نرص اهلل والفتج. ورأيت انلاس يدخلون يف دين اهلل أفواجا فسبح حبمد ربك واستغفره إنه اكن توابا.
إن اهلل وملئكته يصلون ىلع انليب يآأيها اذلين آمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما.
اهلل الرمحن الرحيم. امهلل صل صالة اكملة وسلم سالما تاما ىلع سيدنا بسم حممد اذلي تنحل به العقد وتنفرج به القرب وتقىض احلوائج وتنال به الراغئب وحسن اخلواتم ويستسىق الغمام بوجهه الكريم وىلع آهل وصحبه يف لك حلمة
(Gaos, 2013: 37-48)( الفاحتة 3xونفس بعدد لك معلوم لك )
f) Sholat fardhu dan Sunnah
Shalat merujuk kepada ritual ibadah pemeluk Agama Islam.
Menurut syariat Islam, praktik shalat harus sesuai dengan segala
petunjuk tata cara Nabi Muhammad Saw sebagai figur pengejawantah
perintah Allah. Untuk itu, berikut ini sholat fardhu dan sunnah dalam
ajaran TQN:
1) Jam 02.00
121
Mandi taubat, dengan air dingin mandi besar, artinya dari ujung
rambut sampai ujung kuku (sekujur badan), sholat sunnah syukrul
wudhu 2 raka’at, sholat sunnah tahiyyatul masjid 2 raka’at (tatkala
masuk masjid), sholat sunnah taubat 2 raka’at, sholat sunnah hajat 2
raka’at, sholat sunnah tahajjud 6 raka’at, sholat sunnah tasbih 4
raka’at, sholat sunnah witir 3 raka’at, zikir jahr (zikir yang bacaannya
dengan suara keras).
2) Waktu Subuh
Sholat sunnah syukrul wudhu 2 raka’at, sholat sunnah fajr atau
qobliyah subuh 2 raka’at, sholat sunnah li daf’il bala 2 raka’at, sholat
subuh 2 raka’at, dzikir jahr.
3) Jam 06.00
Sholat sunnah syukrul wudhu 2 raka’at, sholat sunnah Isyraq
(terbit matahari) 2 raka’at, sholat sunnah isti’adzah (meminta
perlindungan) 2 raka’at, sholat sunnah istikhoroh (sholat yang
bertujuan mencari pilihan).
4) Jam 09.00
Sholat sunnah syukrul wudhu 2 raka’at, sholat sunnnah dhuha 2
raka’at, sholat sunnah kafaratu al-bauli (penebusan/pembersihan air
seni) 2 raka’at, dan dzikir jahr.
5) Waktu Dzuhur\
Sholat sunnah syukrul wudhu 2 raka’at, sholat sunnah qobliyah
(sebelum) dzuhur 2 raka’at, sholat dzuhur 4 raka’at, dzikir jahr, sholat
sunnah ba’diyah (setelah) dzuhur 2 raka’at.
6) Waktu ‘Ashar
Sholat sunnah syukrul wudhu 2 raka’at, sholat sunnah qabliyah
(sebelum) ‘ashar 2 raka’at, dan sholat ‘ashar 4 raka’at, dzikir jahr.
7) Waktu Maghrib
122
Sholat sunnah syukrul wudhu 2 raka’at, sholat sunnah qabliyah
maghrib 2 raka’at, sholat maghrib 3 raka’at, dzikir jahr, khotaman,
sholat sunnah ba’diyah maghrib 2 raka’at, sholat sunnah awwabin
(sholat antara maghrib dan isya) 2 raka’at, sholat sunnah taubat 2
raka’at, sholat sunnah birrul walidaini (berbakti kepada kedua orang
tua) 2 raka’at, sholat sunnah hifdzil iman (menjaga keimanan), sholat
sunnah syukru an-ni’mah (mensyukuri nikmat yang telah Allah
berikan) 2 raka’at.
8) Waktu Isya
Sholat sunnah qobliyah isya 2 raka’at, sholat isya 4 raka’at dan
sholat sunnah ba’diyah isya 2 raka’at, sholat sunnah lidaf’i al-bala’ 2
rak’at, dan khataman.
9) Jam 21.00
Sholat sunnah syukrul wudhu 2 rak’at, dan sholat sunnah mutlaq
2 raka’at (sebelum tidur) kemudian dzikir jahr. (Gaos, 2010: 38-40)
g) Tanbih
حة إ ـه د ، الفـات م بارك بهن ن ور حم يخه عبد اهلله م ةه الش ىل حرض
ilaa hadhrotis syaikh abdulloh mubarok bin nur muhammad
radhiyalloohu ‘anhu. al-fatihah
(bismillaahirrohmaanirrohiim), tanbih ini dari syaikhuna
almarhum syaikh abdullah mubarok bin nur muhammad yang
bersemayam di patapan suryalaya kajembaran rahmaniyah. sabda
beliau kepada khususnya segenap murid-murid pria, wanita, tua,
muda: semoga ada dalam kebahagiaan, dikaruniai alloh swt
kebahagiaan yang kekal dan abadi dan semoga tak akan timbul
keretakan dalam lingkungan kita sekalian.
Pun pula semoga pimpinan negara bertambah kemuliaan dan
keagungannya supaya dapat melindungi dan membimbing seluruh
rakyat dalam keadaan aman, adil dan makmur zhohir maupun bathin.
pun kami tempat orang bertanya tentang thoriiqoh qoodiriyah
123
naqsyabandiyah pondok pesantren suryalaya, menghaturkan dengan
tulus ikhlas wasiat kepada segenap murid-murid:
Berhati-hatilah dalam segala hal jangan sampai berbuat yang
bertentangan dengan peraturan agama dan negara. Ta’atilah kedua-
duanya tadi sepantasnya, demikianlah sikap manusia yang tetap dalam
keimanan, tegasnya dapat mewujudkan kerelaan terhadap agama dan
negara, taat kepada hadlirat ilaahi yang membuktikan perintah dalam
agama dan negara. insyafilah hai murid-murid sekalian, janganlah
terpaut oleh bujukan nafsu, terpengaruh oleh godaan setan, waspadalah
akan jalan penyelewengan terhadap perintah agama dan negara, agar
dapat meneliti diri, kalau-kalau tertarik oleh bisikan iblis yang selalu
menyelinap dalam hati sanubari kita.
Lebih baik buktikan kebajikan yang timbul dari kesucian:
1) Terhadap orang-orang yang lebih tinggi daripada kita, baik
dhohir maupun bathin, harus kita hormati, begitulah
seharusnya hidup rukun, saling menghargai.
2) Terhadap sesama yang sederajat dengan kita dalam segala-
galanya, jangan sampai terjadi persengketaan, sebaliknya
harus bersikap rendah hati, bergotong royong dalam
melaksanakan perintah agama dan negara, jangan sampai
terjadi perselisihan dan persengketaan, kalau-kalau kita
terkena firman-nya “adzaabun alim”, yang berarti duka
nestapa untuk selama-lamanya dari dunia sampai dengan
akhirat (badan payah, hati susah).
3) Terhadap oarang-orang yang keadaannya di bawah kita,
janganlah hendak menghinakannya atau berbuat tidak
senonoh, bersikap angkuh, sebaliknya harus belas kasihan
dengan kesadaran, agar mereka merasa senang dan gembira
hatinya, jangan sampai merasa takut dan liar, bagaikan
tersayat hatinya, sebaliknya harus dituntun dibimbing
dengan nasehat yahng lemah-lembut yang akan memberi
keinsyafan dalam menginjak jalan kebaikan.
4) Terhadap fakir-miskin, harus kasih sayang, ramah tamah
serta bermanis budi, bersikap murah tangan, mencerminkan
124
bahwa hati kita sadar. coba rasakan diri kita pribadi, betapa
pedihnya jika dalam keadaan kekurangan, oleh karena itu
janganlah acuh tak acuh, hanya diri sendirilah yang senang,
karena mereka jadi fakir miskin itu bukannya kehendak
sendiri, namun itulah kodrat tuhan.
Demikanlah sesungguhnya sikap manusia yang penuh
kesadaran, meskipun terhadap orang asing karena mereka itu masih
keturunan nabi adam a.s. mengingat ayat 70 surat al-isro’ yang artinya:
“sangat kami mulyakan keturunan adam dan kami sebarkan
segala yang berada di darat dan di lautan, kami berikan mereka rezeki
yang baik-baik dan juga kami mengutamakan mereka lebih utama dari
makhluk lainnya.”
kesimpulan dari ayat ini, bahwa kita sekalian seharusnya saling
harga menghargai, jangan timbul kekecewaan, mengingat suroh al-
maidah yang artinya: “hendaklah tolong menolong dengan sesama
dalam melaksanakan kebajikan dan ketaqwaan dengan sungguh-
sungguh terhadap agama dan negara, sebaliknya janganlah tolong-
menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan terhadap perintah
agama dan negara “.adapun soal keagamaan, itu terserah agamanya
masing-masing, mengingat suroh al-kafirun ayat 6 : ”agamamu untuk
kamu, agamaku untuk aku” maksudnya jangan terjadi perselisihan,
wajiblah kita hidup rukun dan damai, saling harga menghargai, tetapi
janganlah sekali-kali ikut campur. Cobalah renungkan pepatah leluhur
kita: “hendaklah kita bersikap budiman, tertib dan damai. andaikan
tidak demikian, pasti sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak
berguna” karena yang menyebabkan penderitaan diri pribadi itu adalah
akibat dari amal perbuatan diri sendiri. dalam suroh an-nahl ayat 112
diterangkan bahwa: “tuhan yang maha esa telah memberikan contoh,
yakni tempat maupun kampung, desa maupun negara yang dahulunya
aman dan tenteram, gemah ripah loh jinawi, namun penduduknya/
penghuninya mengingkari nikmat-nikmat alloh, maka lalu
berkecamuklah bencana kelaparan, penderitaan dan ketakutan yang
disebabkan sikap dan perbuatan mereka sendiri”. oleh karena
demikian, hendaklah segenap murid-murid bertindak teliti dalam
125
segala jalan yang ditempuh, guna kebaikan zhohir-bathin, dunia
maupun akhirat, supaya hati tenteram, jasad nyaman, jangan sekali-
kali timbul persengketaan, tidak lain tujuannya “budi utama – jasmani
sempurna” (cageur-bageur). tiada lain amalan kita, thoriiqoh
qoodiriyah naqsyabandiyah pondok pesantren suryalaya, amalkan
sebaik-baiknya guna mencapai segala kebaikan, menjauhi segala
kejahatan zhohir bathin yang bertalian dengan jasmani maupun rohani,
yang selalu diselimuti bujukan nafsu, digoda oleh perdaya syetan.
wasiat ini harus dilaksanakan dengan seksama oleh segenap murid-
murid agar supaya mencapai keselamatan dunia dan akhirat. amin.
patapan suryalaya, 13 pebruari 1956 wasiat ini disampaikan kepada
sekalian ikhwan ttd (syaikh ahmad shohibul wafa tajul arifin, r.a.) al-
faatihah
Untaian mutiara : jangan benci kepada ulama yang sezaman,
jangan menyalahkan ajaran orang lain, jangan memeriksa murid orang
lain, jangan berubah sikap meskipun disakiti orang lain, harus
menyayangi orang yang membencimu, bikaromati Syaikh Muhammad
Abdul Ghaos Saifulloh Maslul, r.a. al faatihah.
إىل حرضة الشيخ عبد اهلل مبارك بن نور حممد ريض اهلل عنه الفاحتة.
ilaa hadhrotis syaikh abdulloh mubarok bin nur muhammad
radhiyalloohu ‘anhu. al-faatihah
126
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Setelah peniliti melakukan penulusran dalam bentuk penelitian,
peneliti memberikan Pendidikan Tasawuf Syeikh Abdul Gaos
Saifullah Maslul atau Abah Gaos (Studi Pemikiran dan Karya Abah
Gaos), maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Pemikiran Tarekat Abah Gaos Abah Gaos ini dalam bentuk
karya dituangkan dalam kitab as-Syurh al-Maisur li Miftah as-
Shudur li Isryad ar-Ruh al-Maghrur seperti seorang sufi itu
orang yang jujur dalam tasawufnya, hatinya bersih, cintanya
kepada Allah, mengaplikasikan tasawufnya dengan
kesungguhan yang konsisten. Di samping itu, dalam 3 kitab
yang lain bahwa as-Sunan al-Mardhiyah seperti kebiasaan-
kebiasaan Abah Anom dalam mengerjakan sunnah dan
kebajikan, al-Fikrotu al-Jadidah seperti etika terhadap bulan-
bulan Allah melalui taqarrub ila Allah, al-Fath al-Jalil seperti
akhlak kepada Allah dan manusia.
2. Implementasi pendidikan tarekat berupa amaliah tarekat
Qadiriyah Naqsabandiyah dengan cara zikir jahr berupa lafadz
la ilaha illa Allah dan khofi berupa lafadz allahu allah,
khotaman, manaqiban, ziarah dan kegiatan keagamaan
lainnya. Nilai pendidikan tasawuf yang telah disebutkan untuk
diamalkan baik dalam waktu sholat fardhu atau harian,
mingguan, bulanan bahkan tahunan. Di samping itu, hasilnya
agar manusia terhidar dari nafsu dunia dan nafsu yang
menjerumuskan manusia kepada perbuatan yang keji dan
diharamkan oleh syariat.
Abah Gaos merupakan sosok yang memiliki andil besar
terhadap pengikutnya. Tujuan dari Abah Gaos sendiri ingin
menjadikan pendidikan yang berbasis tarekat sebagai hamba yang
selalu dekat kepada Allah Swt melalui ajaran-ajaran yang diajarkan
oleh guru-gurunya. Dengan begitu, ikhwan yang telah baiat,
127
mengikuti perjanjian, seyogyanya untuk selalu bertakwa kepada Allah
Swt, menjalankan amaliyah-amaliyahnya dengan sebaik-baiknya,
serta menjaga dirinya dari hal-hal yang meruntuhkan penyakit rohani
seperti dengki, sombong, riya, namimah dan lain sebagainya.
B. SARAN
Dalam menempuh pendidikan tasawuf, perlu adanya
kesungguhan, keseriusan, tanggung jawab dan konsistensi dalam
mengikuti proses, aturan, serta etika untuk mencapainya. Begitu juga
bagi siapapun yang melihat, membaca dan meneliti tentang
pendidikan tasawuf. Melalui pengamatan, penghayatan dan penelitian
di Pondok Pesantren Sirnarasa, Cisirri, Panjalu, Ciamis, Jawa Barat,
untuk dapat mendapatkan esensi dan manfaat yang lebih bagi
siapapun, maka peneliti memberikan beberapa saran:
1. Bagi lembaga pemerintah, diharapkan pendidikan tarekat yang
telah diajarkan oleh Abah Gaos melalui gurunya untuk
didukung, dimotivasi serta ditingkatkan lagi terhadap semua
elemen melalui MOU atau kerjasama dalam bentuk wisata
religi sehingga instansi pemerintah terbantu dengan adanya
penyebaran serta pembinaan ajaran tersebut. Melalui kajian
teori dan praktis terkait standar pendidikan, pendidikan
tasawuf ini sangat perlu di eksplore melalui regulasi dan
undang-undang yang berlaku agar tidak terjadi
kesalahpahaman terhadap pendidikan tasawuf di lokasi
tersebut.
2. Bagi keluarga dan masyarakat, diharapkan dapat mengamati
serta mempelajari lebih dalam terakit pendidikan tersebut.
Dengan harapan keluarga dan masyarakat memperoleh nilai
pendidikan taekat yang berbasis tarekat secara komprehensif
dan damai baik kondisi rohani, fisik dan psikisnya.
3. Bagi lembaga, diharapkan untuk dapat melakukan inovasi
dalam melakukan pembinaan serta pendidikan tarekat sesuai
perkembangan zaman. Adanya pemilihan dan pemilahan
metode, tujuan dan evaluasi dengan melakukan upaya-upaya
128
terbaik sehingga masyarakat menerima dengan baik
pendidikan tarekat.
4. Bagi karya Abah Gaos, untuk menambahkan daftar pustaka
terhadap kitab majmuah rasail selain kitab as-Syarhu al-
Maisur. Hal ini supaya pembaca, peneliti, pecinta tarekat pun
menikmati karya Abah Gaos dengan sebaik-baiknya dan
sesuai standar akademik. Disamping ini bagian dari masukan
yang diberikan para penguji.
C. Implikasi
Pertama, penguatan pemerintah dengan lembaga yang
menaungi serta mengajarkan nilai-nilai pendidikan tarekat menjadi
sangat penting karena norma agama dinomorsatukan tanpa harus
menghilangkan adat atau kebiasaan orang zaman dahulu yang tidak
melanggar norma syariat Islam.
Kedua, istilah pendidikan tarekat ini mengandung nilai, esensi
dan makna yang sangat urgen. Nilai tasawuf yang direflesikan al-
Quran itu melalui kebersihan diri dan hati seperti surah al-A’la: 14-
15”qad aflaha man tazakka, wa dzakarasma rabbihi fa sholla” serta
surah ar-Ra’ad: 28 “alladzina amanu wa tathmainnu qulubuhum bi
dzikrillah, ala bi dzikrillahi tathmainnu al-qulub”. Oleh karena itu,
seseorang yang ingin selalu dekat dengan Allah berusaha untuk
istiqomah berdzikir kepada Allah dimanapun dan kapanpun
waktunya.
Ketiga, memperkuat keluarga dan masyarakat untuk ikut serta
meningkatkan literasi, amaliyah dan ubudiyah yang ingin mencapai
derajat yang tinggi di sisi Allah Swt.
129
DAFTAR PUSTAKA
1. Bahasa Indonesia
Abdushomad, Yusuf., dan Dadang Muliawan. 2018. Cahaya Medal ti
Suku Syawal Dari Sirnarasa Untuk Peradaban Dunia, Ciamis;
Yayasan Sirnarasa.
Alaydrus, Novel Muhammad., 2006. Jalan Yang Lurus, Surakarta:
Taman Ilmu.
Ali, Atabik dan Ahmad Zuhdi Muhdor, t.th. Qomus Krapyak al-‘Asri,
Arabi-Indunisy, Yogyakarta: Multi Karya Grafika.
Ali, Sayuthi, 2002. Metodelogi Penelitian Agama, Pendekatan Teori
dan Praktek, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Aly, Abdullah. 2011. Pendidikan Islam Multikultural di Pesantren,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Anwar, 2013. As-Syarhu al-Maisur li Miftahi as-Shudur li Isrysad al-
Ruh al-Maghrur, Ciamis: Sirnarasa..
Anwar, Syuhudul. 2013. Model Dakwah Sufistik TQN Dalam
Majalah Taabuut, Jakarta: Yayasan Lautan Tanpa Tepi.
Assegaf, Abd. Rahman. 2011. Filsafat Pendidikan Islam: Paradigma
Baru Pendidikan Hadhari Berbasis Interaktif-Interkonektif,
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Atjeh, Aboebakar. 1986., Pengantar Ilmu Tarekat: Uraian tentang
Mistik, Jakarta: CV.Ramadhani.
Azra, Azyumardi. 1998. Esai-esai Intelektual Muslim dan Pendidikan
Islam, Jakarta: Logos.
Al-Abrasy, Muhammad ‘Athiyah,. 1974. Dasar-Dasar Pokok
Pendidikan Islam, Terj. H. Bustomi A. Gani dan Djohar Bahsy
LIS. Jakarta: Bulan Bintang.
Al-Aziz, M. Saifullah., 2000. Tasawuf dan Jalan Hidup Para Wali,
Gresik, Putera Pelajar.
130
Blaxter, Loraine., Christina Hughes, dan Malcolm Tught. 2006. How
to Research (Edisi Kedua) Seluk Beluk Melakukan Riset,
Jakarta: PT Indeks kelompok Gramedia.
Bruinessen, Martin Van. 1998. Tarekat Masyarakat Indonesia,
Bandung: Mizan.
Al-Baihaqi, Abu Bakr., 1994. Sunan al-Baihaqi al-Kubro, Mekkah:
Maktabah Dar al-Baz.
al-Bukhari, al-Kalabadzi. 1407. Al-Hidayah wa al-Irsyad fi Ma’rifati
Ahli as-Tsiqoti wa as-Sadad, Muhaqqiq: Abdullah al-Laits,
Beirut: Dar al-Ma’rifah.
Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, tc.: Maktabah Syamilah, tt.
Chittick, William C. 2008. Sufisme: A Beginner’s Guide, (Oxford:
Oneworld.
Daulay, Haidar Putra. 2012. Pendidikan Islam Dalam Sistem
Pendidikan Nasional di Indonesia. Jakarta: Kencana.
Dhofier, Zamakhsyari. 1994. “Tradisi Pesantren; Studi Pandangan
Hidup Kyai dan Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia,
Yogyakarta: LP3ES.
Ad-Dzahabi, Syamsuddin. 1985. Siyaru a’lami an-Nubala, tc:
Muassasah ar-Risalah.
Endarmoko, Eko. 2006. Tesaurus Bahasa Indonesia, Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Emzir. 2008. Metodelogi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan
Kualitatif, Bandung: PT Raja Grafindo Persada.
Ghazali, Bahri. 2001 Pendidikan Pesantren Berwawasan
Lingkungan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.
Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan Karakter: Konsep dan
Implementasi, Bandung: Alfabeta.
Gaos, Muhammad Abdul. 2013. As-Syarhu al-Maisur li Miftahi as-
Shudur li Isryadi ar-Ruhi al-Maghrur, Ciamis: STID Sirnarasa.
131
Gaos, Muhammad Abdul. 2002. Fadhail as-Syuhur li thalibi ridha
ar-rabbi al-ghafur., Surabaya: Edumedia.
Gaos, Muhammad Abdul. 1423 H al-Fikratu al-Jadidah fi fadhail as-
syuhur annaha min asmai allahi al-Husna. T.tp.: tp.
Gaos, Muhammad Abdul. 2013. Kitab Uqudul Juman, Kuningan:
Madrasah Asy-Syakur.
Gaos, Muhammad Abdul. 2010. Cintaku hanya untuk-Mu, Ciamis:
Yayasan Sirnarasa.
Hamka, 1939.Tasawuf Modern, Jakarta: Jaya Murni.
Hibban, Ibn. t.th. Shahih Ibn Hibban, tc.: Maktabah Syamilah.
Isa, A. 2010. Filsafat dan Mistisisme dalam Islam, Bandung: Pustaka
Hidayah.
Ismail. 2008. Ensiklopedi Tasawuf, Bandung: Angkasa.
Jabali, Fuad dan Jamhari. 2002. “IAIN dan Modernisasi Islam di
Indonesia. Jakarta: Logos.
Jaelani, A.F. 2000. Penyucian Jiwa dan Kesehatan Mental, Jakarta:
Amzah.
Ja’far. 2016. Gerbang Tasawuf, Medan: Perdana Publishing.
Jamil, M. 2004. Cakrawala Tasawuf, Pemikiran dan Kontektualitas,
Ciputat: Gaung Persada Press.
Al-Kimasykhanawiy Ahmad Mustafa., 2001. Jami‟ al-Usul fi al-
Awliya‟ , Surabaya: al- Haramayn.
Madjid, Nurcholish. 1997. Bilik-Bilik Pesantren: Potret Sebuah
Perjalanan. Jakarta: Paramadina.
Mulyati, Sri., dkk. 2004., Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat
Muktabarah di Indonesia, Jakarta: Kencana.
Musfah, Jejen. 2015. Tips Menulis Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, dan
Disertasi, Jakarta: UIN Jakarta.
Muthahhari, Murtadha., 2006. Menapak Jalan Spiritual Sekilas
Tentang Ajaran Tasauf dan Tokoh-tokohnya, Bandung:
Pustaka Hidayah.
Moleong, Lexy J. 1997. Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
132
Al-Mathrudi, Ismail Rasyid. 2016. Ketenangan adalah Kemenangan:
Dari Kaki Gununf Sawal Menuju Puncak Gunung Sinai,
Bandung: CV. Wahana Karya Grafika.
Nashir, Haedar. 1997. Agama dan Krisis Kemanusiaan Modern,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nata, Abudin. 2011. Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT>. Raja Grafindo
Persada.
An-Nasa’i, t.th. Sunan an-Nasa’i, tc.:Maktabah Syamilah.
Putra, Nusa. 2013. Penelitian Kualitatif IPS, Bandung: PT Remaja
Rosda Karya.
Ramayulis dan Samsul Nizar. 2005. Ensiklopedi Tokoh Pendidikan
Islam, Mengenal Tokoh Pendidikan di Dunia Islam dan
Indonesia, Ciputat: Quantum Teaching.
Riyadi, Agus., 2014., Tarekat Sebagai Organisasi Tasawuf, Jurnal
Jurnal at-Taqaddum, Vol 6, No 2 November.
Rusli, Ris’an. 2013.Tasawuf dan Tarekat; Studi Pemikiran dan
Pengalaman Sufi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Said, A. Fuad., 2005. Hakikat Tarikat Naqsyabandiyah, Jakarta: PT.
Pustaka Al-Husna Baru.
Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana
Prenada Group.
Saelan, Maulawi., 2002. Spiritualisasi Pendidikan, Jakarta: Yayasan
Syifa Budi Jakarta.
Sholihin, M. 2003. Tasawuf Tematik, Bandung: CV. Pustaka Setia.
Sholihin, M. 2004. Terapi Sufistik, Bandung: CV Pustaka Setia.
Simuh, 2002. SufismeJawa: Transformasi Tasawwuf Islam ke Mistik
Jawa, Yogyakarta: Bentang Budaya.
133
Siswanto. 2006. “Praksis Model Studi Islam Dalam Komunitas
Pesantren Menuju Humanisasi Kitab Kuning”, dalam Jurnal
KARSA, Jurnal Sosial dan Budaya Keislaman, edisi Vol. X,
No, 2 Juli-Desember 2011.
Siregar, A. Rivay. 2002. Tasawuf Dari Sufisme Klasik ke Neo-
Sufisme, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Siroj, Said Aqil. 2006. Tasawuf Sebagai Kritik Sosial. Bandung:
Mizan.
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi
Dengan Contoh Proposal dan Laporan Penelitian, Bandung:
Alfabeta.
Sulystiyaningsih. 2011. Metodelogi Penelitian Kebidanan
Kuantitatif-Kualitatif, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Suryabrata, Sumadi. 1987. Metode Penelitian, Jakarta: Rajawali.
Suwartono. 2014. Dasar-Dasar Metodelogi Penlitian. Yogyakarta:
CV Andi Offset.
S Syukur, Abdul. 2009. Politik Tarekat Melacak Peran dan
PerjuanganTarekatDalam Misi Dakwah Islamiyah, Jurnal
Ilmu Dakwah Fakultas Dakwah STAIN Purwokerto, Vol.
18.
yukur, Amin. 2002. Tasawuf Konetekstual; Solusi Problem Manusia
Modern, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
At-Taftazaniy, Abu al Wafa al-Ghanimiy., 1985., Sufi dari Zaman ke
Zaman, ter. Ahmad Rofi‟ i, Utsman, Bandung: Pustaka.
Taimiyah. 2010. Tazkiyah al-Nafs, Jakarta: Darussunnah Press.
Taufiq Imam. 2001. Tasawuf Krisis, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tebba, Sudirman. 2003. Tasawuf Positif, Jakarta: Kencana.
134
Tim Penulis, 2009. Mengenal Thariqah Panduan Mengenal Jalan
Menuuju Allah Ta’ala, Jakarta: Sekjen JATMAN – CV. Sinar
Abadi.
Trimingham, Spencer., 1973., The Sufi Order in Islami, New York:
Oxford University Press.
Umar, Nasaruddin. 2014. Tasawuf Modern Jalan Mengenal dan
Mendekatkan Diri Kepada Allah Swt, Jakarta: Republika.
Utara, TIM IAIN Sumatera. 1981/1982. Pengantar Ilmu Tasawuf,
Medan: IAIN Sumatera Utara.
Umiarso, 2011. Pesantren di Tengah Arus Mutu Pendidikan,
Semarang: Rasail Media Group.
Yahya, Ali. 2012. Sumur Yang Tak Pernah Kering, Jakarta: Yayasan
al-‘Asyirotus Syafi’iyyah.
Yunus, Mahmud. t.th. Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran,
Jakarta: PT Hidakarya Agung.
Yusuf, Mahmud. 1972. Kamus Arab-Indonesia, Jakarta: Yayasan
Penyelenggara Penerjemah Penafsiran Al-Qur’an.
Yusuf, A. Muri. 2014. Metode Penelitian; Kuantitatif, Kualitatif dan
Penelitian Gabungan, Jakarta: Kencana.
2. Bahasa Asing
Al-Qur’an al-Karim
Al-Syaibani Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin
Hilal bin Asad. 1998. Musnad Ahmad bin Hanbal, Beirut:
‘Alam al-Kitab.
Basuni, Ibrahim. 1919. Nasy’ah al-Tasawuf al-Islamy, Mesir: Dar al-
Ma’arif.
Bodgan, Robert C. & Sari Knoop Biklen, (t.th). Quality Research for
education: An Introduction toTheory and Methods, Boston:
Allyn and Bacon.
135
Dakhalallah, Ayub. 2015. al-Tarbiyah wa Musykilat al-Mujtama’ fi
‘Ashr li al-Aulamah, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah.
Rahim, Abu Muhammad. 2009. At-Tasawuf al-ladzi Nuriduhu.
Kairo: Maktabah Umul-Qura.
3. Jurnal
Jurnal Paradigma Volume 2, Nomor 1, November 2015: Issn 2406-
9787 Diakses Pada Tanggal 06 April 2016 Pukul. 19.00 Wib
Iskarim, Mochamad. Edukasi Islamika, Volume 1, Nomor 1, 2016: P-
Issn 2548-723x; E-Issn: 2548-5822. Diakses pada tanggal 21
Februari 2018 Pukul 14.00 WIB.
Putra, Andi Eka. 2013. Tasawuf Sebagai Terapi Atas Problem
Spiritual Masyarkat Modern, Al-Adyan, Volume VIII, Nomor
1. Diakses pada tanggal; 21 Februari 2018 Pukul 14.00 WIB.
136
Lampiran 1
PEDOMAN WAWANCARA TESIS UIN JAKARTA
1. Sejarah lahir dan perkembangan Pondok Pesantren Sirnarasa
kapan?
2. Apa yang melatarbelakangi didirikannya pesantren?
3. Biografi Abah Gaos / Aos (masa kecil, muda, dan tua)?
4. Pendidikan formal, non formal dan organisasi Abah Gaos?
5. Sejak kapan Abah GGaos memimpin pesantren dan
mengembangakan TQN di Pon-Pes?
6. Seberapa besar kontribusi Abah Gaos terhadap kemajuan
pendidikan Pon-Pes dan masyarakat?
7. Bagaimana pesan pendidikan berbasis tasawuf di Pon-Pes?
8. Letak geografisnya Pondok Pesantren Sirnarasa?
9. Struktur organisasi Pon-Pes Sirnarasa?
10. Sistem Pembelajaran Pesantren?
11. Kondisi Kiai, Ustadz, dan Santri? (Akhlak, bergaul, dll)
12. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren?
13. Sumber Dana Pon-Pes?
14. Implementasi Pendidikan Tarekat di Sirnarasa?
15. Metodologi Pendidikan Tarekat Sirnarasa?
16. Apa fokus dan inti dari ajaran tasawuf berbasis tarekat Abah
Gaos?
17. Model Pendidikan Tarekat Sirnarasa?
a. Tasalsul/Transmisi keilmuan tarekat?
b. Kurikulum Pendidikan Tarekat?
c. Tujuan Pon-Pes Sirnarasa?
d. Pengembangan model Pon-Pes Sirnarasa seperti apa?
18. Karya Abah Gaos
a. Lembaga/Institusi?
b. Apakah ada cabang lain dari sirnarasa? Dalam bentuk
apa?
c. Tulisan/Karya?
d. Pemikiran/Pandangan Politik?.
e. Latar Belakang tiga (3) kitab Abah Gaos?
- 137 -
f. Sejak kapan ditulis dan kapan selesai penulisan 3 karya
tersebut?
g. Tujuan karya (3) kitab tersebut?
19. Apa perbedaan sirnarasa dan suryalaya?
20. Apa perbedaan karya Abah Anom dan Abah Gaos? (dalam
bentuk isi, penulisan, referensi)
21. Siapa guru Abah Gaos?
22. Photo aktifitas warga, santri, dll (on the spot)
Photo, aktifitas warga dan santi ada lembaran setelahnya.
Peneliti Sekretaris Abah Gaos
Ttd Ttd
Ahmad Muchtar Ust. Ai Abdul Jabbar
Ahmad Muchtar kepada Ust Ayi Abdul Jabbar
(Sekretaris Karya Abah Anom dan ikut Abah Gaos tatkala Abah
Anom meniggal, dan sekarang sekretaris Abah Gaos KH. Irfan Zidni
dan KH. Budi Rahman Hakim)
A. Tanya: Sejarah lahir dan perkembangan Pondok
PesantrenSirnarasa kapan?
Jawab: Sirnarasa berdiri pada tanggal 1 September 1968, saat
Pangersa Abah Gaos mulai mukim di kampung halaman di Ciceuri
Desa Ciomas Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis Jawa Barat.
Dulu namanya Pesantren al-Ishlah. Sejak tanggal 1 Januari 1980
namanya berganti menjadi Pesantren Sirnarasa saat dikukuhkan
namanya oleh Pangersa Abah Anom Suryalaya.
B. Tanya: Apa yang melatarbelakangi didirikannya pesantren?
Jawab: Pesantren didirikan karena saat itu kondisi Kampung Ciceuri
masih dalam kondisi yang perlu perbaikan akhlak. Berbagai tabiat
- 138 -
buruk masih banyak yang melingkupi masyarakat. Ajengan Gaos
muda yang baru selesai dari pesantren tertantang untuk membenahi
akhlak masyarakat selain cita-citanya sejak muda ingin mendirikan
lembaga pesantren.
C. Tanya: Biografi Abah Gaos / Aos (masa kecil, muda, dan tua)?
Jawab: Abah Gaos sejak dari masa pesantren dikenal cemerlang dan
berprestasi serta banyak diberi kelebihan yang luar biasa dan
senantiasa menjadi yang terdepan di pesantren yang disinggahinya
untuk belajar. Beliau belajar pertama kali di Pesantren Gempalan
masih di wilayah Panjalu, kemudian di Pesantren Cintawana
Singaparna Tasikmalaya selanjutnya di Pesantren Cijantung Ciamis
untuk mendalami Qiroat.
D. Tanya: pendidikan formal, non formal dan organisasi Abah
Gaos?
Jawab: Pendidikan formal Pangersa Abah Gaos hanya sampai SR.
Namun karena ketekunannya mendalami keilmuan akhirnya beliau
senantiasa mampu menjawab pertanyaan bahkan sekelas guru besar
sehingga banyak diantara guru besar tersebut bertabarruk kepada
Pangersa AbahGaos dan ada di antaranya menjadi wakil talqin.
E. Tanya: Sejak kapan Abah GGaos memimpin pesantren dan
mengembangakan TQN di Pon-Pes?
Jawab: Abah Gaos memimpin pesantren sejak tahun 1968. Adapun
mengembangkan TQN dimulai sejak tahun 1972, empat tahun
setelah Abah Gaos berguru kepada Pangersa Abah Anom Suryalaya.
F. Tanya: Seberapa besar kontribusi Abah Gaos terhadap kemajuan
pendidikan Pon-Pes dan masyarakat?
Jawab: Hampir 90% kemajuan Pesantren Sirnarasa saat ini adalah
peran langsung Abah Gaos.
G. Tanya: bagaimana pesan pendidikan berbasis tasawuf di Pon-Pes?
Jawab: Abah senantiasa membina para santri agar menjadi ahli dzikir
dengan jalan mengamalkan, mengamankan serta melestarikan ajaran
- 139 -
TQN Suryalaya dan selalu mematrikan Tanbih Abah Sepuh sebagai
pedoman bagi para murid untuk bersikap agar langkah hidupnya
tidak bertentangan dengan aturan agama dan negara. Ciri murid yang
sukses adalah murid yang sudah bisa mengamalkan tanbih yang
tercermin dalam konsep 9 pilar peradaban dunia.
H. Tanya: Letak geografisnya Pondok Pesantren Sirnarasa?
Jawab: Pesantren Sirnarasa terletak di kaki gunung Syawal
Kabupaten Ciamis. Jarak dari ibukota provinsi adalah 111 km, jarak
dari ibukota kabupaten 35 km, jarak dari ibukota kecamatan 3,8 km,
jarak dari ibukota desa 1,11 km (ssebuah jarah yang hitunngannya
unik).
I. Tanya: Struktur organisasi Pon-Pes Sirnarasa?
Jawab: Struktur organisasi Pondok Pesantren Sirnarasa dipimpin oleh
Syeikh Abdul Ghouts Saifullah Maslul atau Abah Gaos. Beliau
sebagai pendiri sekaligus penasehat Yayasan Sirnarasa. Adapun
untuk beberapa lembaga lainnya seperti sekolah, pesantren dan
kampus diberikan kepada keluarga Abah Gaos seperti anaknya
bahkan menantunya untuk menjalankan roda atau kegiatan belajar
mengajar.
J. Tanya: Sistem Pembelajaran Pesantren?
Jawab: Pembelajaran di pesantren merupakan integrasi sistem
pendidikan tradisional dan modern.
K. Tanya: Kondisi Kiai, Ustadz, dan Santri? (Akhlak, bergaul, dll)
Jawab: Kondisi kiai, ustadz, dan santri sebagaiman di pesantren
lainnya, di pesantren sirnarasa menggunakan pedoman akhlak yang
berlandaskan tnabih Abah Sepuh.
L. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren?
Jawab: Sarana dan prasarana di pesantren cukup lengkap. Masjid
representative, madrasah digunakan sebagai proses belajar-mengajar,
ruang kelas yang banyak, studio radio, poliklinik, dapur umum, dan
lain-lain.
- 140 -
M. Tanya: Sumber Dana Pon-Pes?
Jawab: Saat ini sumber dana pondok pesantren terbesar masih
berasal dari pribadi Pangersa Abah Gaos yang didukung oleh
beberapa aghnia yang selama ini bahu membahu dengan sukacita
turut membangun kelengkapan sarana prasarana yang ada di
sirnarasa.
N. Tanya: Implementasi Pendidikan Tarekat di Sirnarasa?
Jawab: Cara implementasi pendidikan tarekat di Sirnarasa untuk
membentuk manusia-manusia ahli dzikir yang senantiasa taat pada
aturan agama dan negara. Untuk menjadi seorang mu’min yang
mampu menjadi wasilah untuk peradaban dunia. Cageur Bageur
Lahir Bathin Ngeunah Nyawa Betah Jasad, menjadi sosok yang sehat
jasmani rohani berbudi utama jasmani sempurna.
O. Metodologi Pendidikan Tarekat Sirnarasa?
Jawab: Metodologinya adalah menggunakan metode Tarekat
Qodiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalay yang
didirikan oleh Abah Sepuh pada 5 September 1905 kemudian
dilanjutkan oleh Abah Anom dari tahun 1956-2011 selanjutnya oleh
Abah Gaos dari tahun 2011 – hingga sekarang. Ajarannya adalah
dzikir jahar dan khofi, kemudian amaliyahnya adalah khotaman,
manaqiban.
P. Apa fokus dan inti dari ajaran tasawuf berbasis tarekat Abah
Gaos?
Jawab: Fokus dan inti ajaran tasawuf berbasis tarekat Abah GGaos
adalah Dzikir La Ilaha Illa Allah, baik dzikir jahr yang bersuara
dengan menggunakan lafadz tersebut atau dzikir khofi yang ditidak
bersuara/dilisankan dengan menggunaka lafadz Allahu Allah tanpa
nafas.
Q. Model Pendidikan Tarekat Sirnarasa?
1) Tasalsul/Transmisi keilmuan tarekat?
Pesantren Sirnarasa Kajembaran Rohmaniyah. Transmisi keilmuan
tarekat mengikuti gurunya yaitu Syeikh Muhammad Sohibul al-Wafa
- 141 -
Tajul al-‘Arifin atau Abah Anom sampai kepada syeikh Abdul Qadir
al-Jaelani, serta Syeikh Bahauddin an-Naqsyabandi hingga
Rasulullah Saw.
2) Kurikulum Pendidikan Tarekat?
Kurikulum pendidikan tarekat Pondok Pesantren Sirnarasa yaitu
Tarekat Qadiriyyah Naqsyabandiyah Suryalaya. Di samping
mengikuti kurikulum pemerintah yaitu perpaduan kementrian
pendidikan dan kebudayaan serta kementrian agama Republik
Indonesia serta kurikulum salaf. Ketiga hal ini tidak bisa dipisahkan
dan diharapkan pesantren ini mampu mempertahankan nilai-nilai
lama serta memasukkan nilai-nilai baru yang lebih baik.
R. Tujuan Pon-Pes Sirnarasa?
Tujuan pondok pesantrren Sirnarasa ingin mencerdaskan kehidupan
bangsa dalam rangka melahirkan kader-kader dakwah yang
mempunyai karakter rahmatan lil ‘Alamin yang pada akhirnya bisa
menjadi agent of change dalam kejayaan agama dan negara serta
untuk peradaban dunia.
S. Pengembangan model Pon-Pes Sirnarasa seperti apa?
Jawab:Pengembangan Pesantren Sirnarasa dilakukan pula dengan
mendirikan pendidikan tinggi di Pesantren Sirnarasa. Berdirinya
Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Sirnarasa bermula dari cita-cita
luhur Syekh Muhammad Abdul Gaos Saifullah Maslul sejak tahu
1990an. Melalui proses yang cukup panjang, akhirnya pada tanggal
14 November 2013 M / 10 Muharrom 1435 H, STID Sirnarasa
diresmikan oleh Wakil Menteri Agama, Prof. Dr. KH. Nasaruddin
Umar, MA dan Menteri BUMN kala itu, H. Dahlan Iskan.
Pengembangan model pondok pesantren Sirnarasa dilakukan pula
dengan adanya pesantren di daerah Tangerang Selatan yaitu Pondok
Pesantren Jagat Arsy. Pesantren ini pula mengajarkan ajaran-ajaran
tasawuf dengan praktik tarekat, dan tarekat yang digunakan yaitu
Thariqoh Qadiriyyah Naqsyabandiyah (TQN) Suryalaya. Namun,
pesantren ini mengikuti perkembangan zaman dengan adanya
program bahasa (Arab maupun Inggris) serta program lainnya.
- 142 -
Mendirikan IPWL (Inabah II Putri Pesantren Sirnarasa) sebagai
penanggulangan krisis moral. Di tempat ini pula, mereka yang
merupakan korban NAPZA dan masalah sosialnya ditempatkan.
Tempat ini telah berkiprah sejak tahun 1980.
T. Karya Abah Gaos
1) Lembaga/Institusi?
Jawab: Pesantren Sirnarasa Kajembaran Rohmaniyah.
2) Apakah ada cabang lain dari sirnarasa? Dalam bentuk apa?
Jawab: Sirnarasa tidak mempunyai cabang namun mempunyai
perwakilan-perwakilan di dalam maupun di luar negeri dalam bentuk
madrasah atau majlis dzikir dengan nama madrasah misalanya
“Madrasah Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyyah Suryalaya
Sirnarasa- Jagat Arsy Tangerang Selatan.
3) Tulisan/Karya?
Jawab: Pangersa Abah GGaos juga seorang penulis aktif dan
produktif, beliau telah menulis 20 karya tulis berbentuk buku dan
kitab, yaitu: Saefullah Maslul Mnejawab Seri 1, Saefullah Maslul
Menjawab Seri 2, Lautan Tanpa Tepi, Bulan Hijriyyah Dalam
Dimensi Sufi, Cintaku Hanya Untukmu, Menyambut Pecinta
Kesucian Jiwa, Penyubur Benih Tauhid, Amaliyah Mursyid,
Suryalaya Bukan Panggung Sandiwara, Majmu’atu Rasa>il; As-
Sunan al-Mardhiyah, Fadha>ilu al-Syuhur, dan lain-lain.
4) Pemikiran/Pandangan Politik?
Jawab: Pangersa Abah Gaos tidak berafiliasi dengan parpol manapun,
namun siapa saja yang sejalan dengan aturan agama dan negara maka
akan beliau dukung.
5) Latar Belakang tiga (3) kitab Abah Gaos?
Jawab: Latar belakang 3 kitab Abah Gaos yaitu as-Sunan al-
Mardhiyah fi Amaliyah al-Mursyidiyyah, al-Fath al-Jalil fi
‘ala>ma>ti al-Mursyid al-Kamil, serta al-Fikroh al-Jadidah fi Fadhail
as-Syuhur Annaha min Asmai allahi al-Husna serta as-Surjju al-
- 143 -
Maysur li Miftahi as-Shudur.. Tiga kitab yang disebutkan di awal
tidak ditulisakn referensinya namun hasil wawancara dengan
beberapa wakil talqin menyebutkan seperti karangan atau karya
ulama terdahulu mengutip dari kitab-kitab tasawuf muktabarah
seperti Ihya ulumiddin, ar-Risalah al-Qusyairyah, dan lain
sebagainya. Untuk kitab as-Syarh al-Maisur telah dijelaskan secara
gamblang referensi dan rujukan kitab tersebut.
6) Sejak kapan ditulis dan kapan selesai penulisan 3 karya
tersebut?
Jawab: Kitab as-Sunan al-Mardhiyah fi Amaliyyah al-Murysid al-
Kamil yang di dalamnya berisi kebiasaan-kebiasaan yang biasa
dilakukan oleh syeikh Ahmad Sohibul Wafa Tajul ‘Arifin QS
(Pangersa Abah Anom) berisi uraian mendalam tentang amaliyah-
amaliyah yang dilakukan oleh Pangersa Abah Anom.Isi dalam kitab
tersebut, bukan saja dijalankan oleh Pnagersa Abah Anom namun
juga dijalankan sepenuhnya oleh penerusnya yaitu Pangersa Abah
Aos. (2018:253)
Kitab al-Fikrotul al-Jadidah berisi uraian-uraian yang mengkaitkan
nama-nama bulan hijriyah dengan keagungan nama-nama Allah
dalam asmaul husna. Dengan mempelajari serta mengkaji kitab
tersebut, akan semakin terbuka pemahaman seseorang untuk
membentuk jiwa manusia memahami bahwa bulan-bulan yang Allah
anugerahkan kepada makhluknya akan memberi manfaaat yang besar
dan akan menjadikan manusia yang memahaminya semakin bisa
taqarrub Ilalloh. (2018:254)
Kitab al-Fath al-jalil isinya tentang tanda-tanda akhlak Mursyid
Kamil Mukammil, baik akhlak kepada manusia lebih-lebih akhlak
kepada Allah. Dengan mempelajari dan mengkaji kitab ini, seorang
ikhwan atau siapa saja akan memahami agungnya para Masyayikh
TQN PP. Suryalaya karena mereka senantiasa berakhlak dengan
akhlaknya Allah. Tidak mengherankan pada akhirnya mereka
diagungkan oleh Allah dan terus menerus mencapai derajat yang
agung. (2018: 255)
- 144 -
Kitab as-Syarhu al-Maysur Li Miftahi as-Shudur li Irsyadi ar-Ruhi al-
Maghrur berisi tentang esensi, nilai positi dan negati bagi seorang
salik. Di samping itu dalam kitab ini mengajarkan etika zikir, talqin
serta perjanjian dalam bentuk tarekat. Lalu, etika transmisi sanad
kepada baginda Rasulullah Saw (Anwar, 2013:3)
7) Tujuan karya (3) kitab tersebut?
Jawab: Tujuan 3 karya tersebut ialah untuk melanjutkan
pengembangan keilmuan baik secara lisan maupun tulisan melalui
murid-muridnya. Hal ini merupakan bentuk regenerasi keilmuan
secara teori maupun praktik. Dengan demikian, Islam akan semakin
maju, berkembang, dinamis, dan terbuka untuk siapa saja, dimana
saja, kapan saja dan pelbagai latar belakang seseorang.
U. Apa perbedaan sirnarasa dan suryalaya?
Jawab: Secara ajaran dan ilmu thoriqoh tidak ada perbedaan yang
signifikan. Karena Abah Gaos merupakan murid Abah Anom.
Namun, dari segi lokasi berbeda antara keduanya dan jaraknya tidak
jauh antara pondok pesantren suryalaya dengan pondok pesantren
sirnarasa. Di samping itu, kehadiran sirnarasa untuk
mengembangkan, membuka ajaran gurunya yaitu Abah Anom kepada
semua orang.
V. Apa perbedaan karya Abah Anom dan Abah Gaos? (dalam bentuk
isi, penulisan, referensi)
Jawab: Perbedaan karya Abah Gaos dan Abah Anom tidak ada.
Namun Abah Gaos mengembangkan tulisan atau karya Abah Anom
melalui karya-karya yang telah disebutkan. Di samping itu,
pengembangan karya tersebut juga diteruskan oleh muridnya Abah
Gaos yaitu KH. Irfan Zidni melalui beberapa karyanya.
W. Siapa silsilah Abah Gaos?
Jawab: Selain memiliki silsilah dari gurunya, Abah Gaos memiliki
silsilah baik dari bapak ataupun ibu yang sampai kepada Rasulullah
Saw. berikut ini dijelaskan nasab keduanya:
- 145 -
a. Silsilah Abah Gaos dari pihak Bapak
1) Sayyidah Fatimah binti Rasulullah Saw dan Sayyidina
Ali bin Abi Thalib RA.
2) Sayyid Hasan as-Sibthi RA.
3) Sayyid Hasan al-Mutsanna
4) Sayyid Abdillah Al-Mahdi
5) Sayyid Musa al-Jun RA
6) Sayyid Abdillah RA
7) Sayyid Musa RA
8) Sayyid Dawud RA
9) Sayyid Muhammad RA
10) Sayyid Yahya Az-Zahid RA
11) Sayyid Abdillah RA
12) Sayyid Abi Sholeh Musa Janaki Dosti RA
13) Syeikh Abdul Qodir al-Jaelani QS
14) Syeikh Yahya RA
15) Syeikh Ali Maulawi RA
16) Syeikh Musa al-Khudri RA
17) Syeikh Hasan Abdullah RA
18) Syeikh Fathul Wahhab RA
19) Syeikh Muhammad Yahya
20) Syeikh Fahrur Zarkasyi RA
21) Syeikh Abdul Malik RA
22) Syeikh Muhammad Busthomi RA
23) Sayyid Abdul Hasan RA
24) Sasyyid Izzul Mukarrom RA
25) Sayyid Ahmad Abdul Karim
26) Sayyid Syamsul Bahri RA
27) Sayyid Ahmad Abdul Jabbar
28) Uyut Kawis RA
29) KH. Abdul Ghani RA
30) KH. Hasan Bakri RA
31) KH. Muhammad Ibrohim RA
32) Syeikh Muhammad Abdul GGaos Saefullah Maslull
QS
- 146 -
b. Silsilah Abah Gaos dari pihak Ibu
1) Sayyidah Ummi Kulssum binti Rasulullah Saw +
Sayyidina Ustman bin Affan RA
2) Sayyid Ibrahim RA
3) Sayyid Musa al-Fatawi RA
4) Sayyid Ismail RA
5) Sayyid Nur Muhammad Abdul Afwa RA
6) Sayyid Ibrohim RA
7) Sayyid Hasan Ghifari RA
8) Sayyid Abdullloh Maslul RA
9) Sayyid Abdul Hakim RA
10) Sayyid Musthofa Al-Akhyar RA
11) Sayyid Abdul Abdil Karim RA
12) Sayyid Muhammad Sa’roni
13) Sayyid Ibrohim Yahya RA
14) Sayyid Abu Bakr Atsqolani RA
15) Sayyid Hasan Mufadhol RA
16) Sayyid Hasbi As-Shiddiqi RA
17) Sayyid Abdul Wafa RA
18) Sayyid Fathurrohman RA
19) Sayyid Aziz Mubarok RA
20) Sayyid Sirudin RA
21) Syeikh Muhammad Kahfi RA
22) KH. Muhammad Qozwini RA
23) Hj. Siti Muslihat RA
24) Syeikh Muhammad Abdul GGaos Saefulloh Maslul
Qs.
23. Wakil talqin Abah Gaos?
1) KH. Muhammad Soleh Mukhtar Hujjatul Arifin (Jakarta)
2) KH. Musthofa al-Maduri (Sampang)
3) KH. Drs. Masqi Fayumi, MM (Tangerang)
4) KH. Prof. Dr. Asep Usman Ismail, MA (Pamulang)
5) KH. Dr. Jujun Junaedi, M>.Ag. (Cileunyi)
6) KH. Drs. Ubaidillah (Semarang)
7) KH. Dadang Muyawan, M.Kom.I (Ciamis)
- 147 -
8) KH. As’ad Balkhi (Palembang)
9) KH. Ali Asyiq Masruri (Bekasi Utara)
10) KH. Ayi Burhanuddin (Sukabumi)
11) KH. Prof. Dr. Nasruddin Umar, MA (Jakarta)
12) KH. Abdullah Munif (Pasuruan)
13) KH. Iqro Abdurrouf (Lampung Tengah)
14) KH. Muhammad Hasan bin Alie Qodir (Bangkalan)
15) KH. Irfan Zidny, MA. (Jakarta)
16) KH. Muhammad Syafi’i Abror (Purbalingga)
17) KH. Moch. Syamsul Bahri (Pasuruan)
18) KH. Moch. Rofiqul Khoiri (Malang)
19) KH. Ahmad Anshory (Malaysia/alm)
20) KH. Ahmad Jalaluddin (Cilacap)
21) KH. Saifuddin Hamzah (Banjarnegara)
22) KH. Asep Saefuddin (Tasikmalaya)
23) KH. Dede Khoer Affandi (Banjar)
24) KH. Jajang Arum (Tasikmalaya)
25) KH. Adnan Sya’roni Dahlan (Serang)
26) KH. Dr. Akbar Mardani (Ciomas)
27) KH. Dr. Reda Manthovani, SH., LLM. (Jakarta)
28) KH. Dr. Hasan Mud’is al-Mabrur, M.Ag.
29) KH. Dr. Yusuf Uar, M.Ag. (Cirebon)
30) KH. Sahid Arifin (Majalengka)
31) KH. R.H. Sutisna Thohir (Purwakarta)
32) KH. Hasanuddin al-Ma’mun Asy-Syarif (Sukabumi)
33) KH. Dr. (HC) Ary Gynanjar Agustian (Depok)
34) KH. Ediadi (Sumedang)
35) KH>. Ozan Faoza, M.Pd. (Subang)
36) KH. Andi Salim (Majalengka)
37) KH. Syamsuddin Hasan (Ciamis)
38) KH. Saefullah (Probolinggo)
39) KH. Irdwan Siddiq (Garut)
40) KH. Maman Badruzzaman (Tasikmalaya)
41) KH. Satori (Tegal)
42) KH. Nasori (Tegal)
43) KH. Ahmad Nashirin (Pemalang)
- 148 -
44) KH. Mahya (Jeddah)
45) KH. Oban Sobani, M.Si. (Kuningan)
46) KH. Khairil Anwar Mursyid (Malaysia)
47) KH. Masruri Kholil (Banjarnegara)
48) KH. M. Sugih Burhanuddin (Kerawang)
49) KH. Endang Zainal Arifin (Ciamis)
50) KH. Soleh al-Medani (Medan)
51) KH. Abdus Syakur (Brebes)
52) KH. Afifiddin Masroh (Wonosobo)
53) KH. Abdul Manan an-Nasr, MM. (Serang)
54) KH. Didin Sholehuddin, M.Kom.I (Ciamis)
55) KH. Maman Badrujjaman (Majalengka)
56) KH. Fajar Utama (Sukabumi)
57) KH. Luqman Hakim as-Shiddiq (Bandung)
58) KH. Nur Fahim Fahman Nabiyyin (Surabaya)
59) KH. Zainal Muttaqin (Tasikmalaya)
60) KH. Soleh Kusniawan (Bandung)
61) KH. Muhammad Yusuf Kunto Pujasmedi (Lampung
Utara)
62) KH. Ismail Rasyid al-Mathrudi (Bekasi)
63) KH. Drs. Rodlin,SH (Palangkaraya)
64) KH. Syahrul (Polewali Mandar/alm)
65) KH. Zaenuddin (Cianjur)
66) KH. Abdul Rosyid (Indramayu)
67) KH. Moh. Kamil Abd. Hamid (Jambi)
68) KH. Moh. Maksum Tarmidzi, (Bondowoso)
69) KH. Aiptu M. Sana Krisdiana (Indramayu)
70) KH. Abdul Hamid (Jakarta/alm)
71) KH. Azzurumi (Tangerang/alm)
72) KH. Dr. Wawan Gunawan, MM>. (Bekasi Timur)
73) KH. Oo Ridwanullah (Cilacap)
74) KH. Imam Syarqowi (Palembang)
75) KH. AKP>. Imam Sutiyono (Purbalingga)
76) KH. Imam Ja’far Siddiq (Banyumas)
77) KH. Edy Saputra, MM (Sumatera Utara)
78) KH. Zulfakar Babuddin (Bekasi)
- 149 -
79) KH. Dr. Dudu Duswara (Jakarta)
80) KH. Kemas Abdul Hai (Jambi)
81) KH. Jauhar Harun (Cirebon)
82) Brigjen TNI Hendra Heri Sutaryo (Sumedang)
83) KH. Syarifudin Hamim (Jakarta)
84) KH. Syuaib Saefullah (Jember)
85) KH. Prof. Dr. Maksum Mukhtar, MA (Cirebon)
86) KH. Anjas Hidayatullah (Palembang)
87) KH>. Dr. Ahmad Rusydi Wahab, MA (Jakarta)
88) KH. Prof. Dr. Subandi Nur Muhammad, MA
(Yogyakarta)
89) KH. Drs. Wasdi Ijuddi, M.Si. (Ciamis)
90) KH. Muh. Amiruddin (Brebes)
91) KH. Hasan Yulianto (Pati)
92) KH. Prof. Dr. Manarul Hidayat (Jakarta)
93) KH. Abdullah Supriyadi (Semarang)
94) KH. Munawir al-Mauud (Cirebon)
95) KH. Drs. Munadi, MM (Tasikmalaya)
96) KH. Dr. Budi Rahman Hakim (Tangsel)
97) KH. Dr. Dachyar (Jakarta)
98) KH. Prof. Dr. Syukriadi Syambas (Bandung)
99) KH. Ir Andi M. Ilyas (Sulawesi Barat)
100) KH. Sambas M Nashir (Ciamis)
101) Sayyid Nabil Musthofa Baaz (Saudi Arabia)
102) KH. Abdul Halim (Cirebon)
103) KH. M. Ichsan Amin al-Makhfy (Jambi)
104) KH. Aji Abdul Aziz (Ciamis)
105) KH. Atep Abdul Kholiq (Sukabumi)
106) KH. Mahmud Johnson Al-Maghribi (Tangerang)
107) KH. Zulfan Efendi Harahap (USA)
108) KH. Prof. Dr. Asep Saeful Muhtadi, MA (Bandung)
109) Kh. Syamsul Arifin M.Pd.I (Tegal)
110) KH. Abdul Aziz (Cirebon)
111) Prof. Heddy Shri Ahimsa Putra, MA., M.Phil., Ph.D
112) KH. Imam Suhadi (Lampung)
113) KH. Bahruddin Mustaqim (Kediri)
- 150 -
114) KH>. Hari Sunandar Sunarya (Bandung)
115) KH>. Dahlan Iskan (Surabaya)
116) KH. Prof. Dr. Mahmud, M.Si (Bandung)
117) KH. Labib Shofiq Suhaimi (Brebes)
118) KH. Yatimin
119) KH. Ilyas Sukmarasa (Pekanbaru)
120) KH. Imam Muchlasin (Banyuwangi)
121) KH. Ahmad Zainuddin (Mamuju)
122) KH. Adnan Sita (Polewali Mandar)
123) KH. Imam Ghazali (Mamuju)
124) Prof. Dr. Hassan Azzahir (Maroko)
125) KH. Toto Ahmad Tohari (Tasikmalaya)
126) Brigjen TNI Dr. Afifuddin (jakarta)
127) KH. Anang Asy’ari (Surabaya)
128) KH>. Edi Sutisna Rasa (Tangerang)
129) KH. Dr. (HC) Ahmad Heryawan, M>.Si
130) Syeikh Dr. Aziz al-Kubaithi al-Idrisi, Ph.D. (Maroko)
131) KH. Ali Mustamil (Bandung)
132) KH. Muhammad Aang Rahmat Setia Rasa (Bandung)
133) KH. Andi Gholib (Adz-Zikra), dan lain-lain.
X. Photo aktifitas warga, santri, dll (on the spot)
Jawab: Photo, aktifitas warga dan santi ada lembaran setelahnya.
151
Lampiran 2
PENELITIAN AHMAD MUCHTAR NASEH
PHOTO PESANTREN SIRNARASA
Gapura
Pondok Pesantren Sirnarasa, Cisirri, Jawa Barat
Bendera di Seluruh Dunia
Lukisan Photo Abah Gaos, Abah Anom, dan Abah Sepuh
152
Lukisan Abah Gaos bersama para Mursyid / Gurunya di pelbagai tempat
Pintu Masuk Ke Gubuk Abah Gaos
Daftar/List Wawancara terhadap Ustadz Ai atau yang mengurusi buku
atau karya Abah Gaos. Namun, karya Abah ditulis sekarang di cek,
susun atau diperbaiki oleh KH. Irfan Zidni, MA dan KH. Budi Rahman
Hakim
153
Lukisan Abah Anom bersama Abah Gaos ketika masih muda
Lukisan silsilah TQN Suryalaya
154
Photo Peneliti
Photo Peneliti di ruang tamu diatas rumah Abah Gaos
Photo Peneliti
155
Photo Lukisan
156
Tempat Duduk Abah Gaos ketika menerima tamu dari pelbagai kalangan,
tempat dan pangkat.
Photo Abah Gaos bersama Sayyid Ahmad bin Muhammad bin Abbas al-
Maliki al-Hasani al-Makki
Photo Pelataran Pesantren dan masjid Pondok Pesantren Sirnarasa
157
Photo Abah Gaos bersama Habib Lutfi dan Ulama International
Photo Abah Gaos bersama Prof. Dr. (HC) KH. Ma’ruf Amin