Pembahasan Beta

31
HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Kandungan β-karoten dan Aktivitas Vitamin A Selama Penyimpanan Metode pertanian mempengaruhi komposisi kandungan gizi pada produk buah dan sayuran segar (Worthington 2001), termasuk kandungan β-karoten pada wortel segar. Selain itu salah satu faktor yang mempengaruhi kandungan β- karoten adalah umur simpan, semakin lama masa simpan maka semakin banyak β-karoten yang terdegradasi sehingga semakin sedikit β-karoten yang dapat dikonsumsi. Pada awal pengamatan (0 minggu) yaitu minggu sesaat setelah panen, kandungan β-karoten pada wortel organik sebesar 17,15 mg/100g dan pada wortel non-organik sebesar 16,15 mg/100g, sedangkan pada saat 6 minggu yaitu akhir pengamatan, kandungan β-karoten pada wortel organik menjadi 16,50 mg/100g dan pada wortel non-organik menjadi 15,82 mg/100g. Berikut perubahan kandungan β-karoten pada kedua jenis wortel selama masa penyimpanan dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 6. Perubahan kandungan β-karoten pada kedua jenis wortel selama masa penyimpanan Minggu Organik (mg/100 g) Non-organik (mg/100 g) 0 17,15 16,15 3 16,99 16,59 6 16,5 15,82 Hasil sidik ragam (Lampiran 4) menunjukan bahwa perbedaan sistem pertanian yaitu organik dan non-organik tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan β-karoten pada wortel (p>0,05), walaupun secara deskriptif terlihat bahwa setiap pengamatan kandungan β-karoten pada wortel organik lebih tinggi dibandingkan wortel non-organik. Hal ini diduga karena kadar air (gambar 9) pada wortel organik lebih tinggi dibandingkan wortel non-organik dengan perbedaan yang tidak nyata (p>0,05), karena berdasarkan uji korelasi Pearson menunjukan adanya korelasi positif yang nyata (p<0,05) antara kadar air dengan kandungan β-karoten. Hal ini dapat mengindikasikan adanya pengaruh kadar air terhadap keberadaan β-karoten pada wortel. Selain itu menurut Andarwulan dan Koswara (1992) salah satu faktor yang mempengaruhi biosintesis dan degradasi karotenoid adalah air. Karotenoid akan dengan cepat dioksidasi pada produk

description

betakaroten

Transcript of Pembahasan Beta

  • HASIL DAN PEMBAHASAN

    Perubahan Kandungan -karoten dan Aktivitas Vitamin A SelamaPenyimpanan

    Metode pertanian mempengaruhi komposisi kandungan gizi pada produk

    buah dan sayuran segar (Worthington 2001), termasuk kandungan -karoten

    pada wortel segar. Selain itu salah satu faktor yang mempengaruhi kandungan -

    karoten adalah umur simpan, semakin lama masa simpan maka semakin banyak

    -karoten yang terdegradasi sehingga semakin sedikit -karoten yang dapat

    dikonsumsi.

    Pada awal pengamatan (0 minggu) yaitu minggu sesaat setelah panen,

    kandungan -karoten pada wortel organik sebesar 17,15 mg/100g dan pada

    wortel non-organik sebesar 16,15 mg/100g, sedangkan pada saat 6 minggu yaitu

    akhir pengamatan, kandungan -karoten pada wortel organik menjadi 16,50

    mg/100g dan pada wortel non-organik menjadi 15,82 mg/100g. Berikut

    perubahan kandungan -karoten pada kedua jenis wortel selama masa

    penyimpanan dapat dilihat pada tabel 5.

    Tabel 6. Perubahan kandungan -karoten pada kedua jenis wortel selama masa

    penyimpanan

    Minggu Organik (mg/100 g) Non-organik (mg/100 g)

    0 17,15 16,15

    3 16,99 16,59

    6 16,5 15,82

    Hasil sidik ragam (Lampiran 4) menunjukan bahwa perbedaan sistem

    pertanian yaitu organik dan non-organik tidak berpengaruh nyata terhadap

    kandungan -karoten pada wortel (p>0,05), walaupun secara deskriptif terlihat

    bahwa setiap pengamatan kandungan -karoten pada wortel organik lebih tinggi

    dibandingkan wortel non-organik. Hal ini diduga karena kadar air (gambar 9)

    pada wortel organik lebih tinggi dibandingkan wortel non-organik dengan

    perbedaan yang tidak nyata (p>0,05), karena berdasarkan uji korelasi Pearson

    menunjukan adanya korelasi positif yang nyata (p

  • 27

    yang kering atau mengalami dehidrasi, karena air yang terikat di dalam

    permukaan produk membentuk lapisan pelindung.

    Begitu pula dengan lama simpan, terjadi penurunan kadar -karoten pada

    wortel organik dan wortel non-organik selama penyimpanan. Namun penurunan

    tersebut tidak berbeda nyata (p>0,05). Penurunan kandungan -karoten meski

    tidak nyata diduga karena dipengaruhi turunnya kadar air (gambar 9) selama

    penyimpanan. Penurunan kadar air pada wortel yang disebabkan adanya

    transpirasi pada wortel tersebut.

    Sumbangan Wortel dalam Memenuhi Angka Kecukupan Gizi VitaminA

    Potensi vitamin A yang berasal dari -karoten pada wortel dapat dilihat

    peranannya dalam memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG). Berdasarkan

    WNPG (2004) angka kecukupan vitamin A seorang anak balita 1-3 tahun adalah

    400 RE/hari. Bagi orang dewasa angka kecukupan vitamin A adalah 600 RE

    (pria) dan 500 RE (wanita), sedangkan pada angka kecukupan vitamin A bagi ibu

    hamil dan menyusui adalah ditambah 300-350 RE sehingga menjadi 800-850

    RE.

    Menurut IOM (2001), Kebutuhan vitamin A untuk anak-anak sebesar 300-

    400 g RAE/hari, pria dewasa sebesar 900 g RAE/hari dan untuk wanita

    dewasa sebesar 700 g RAE/hari. Berikut pada tabel 6 disajikan perkiraan

    jumlah vitamin A yang berasal dari -karoten wortel organik dan wortel non-

    organik dalam satuan RE dan RAE serta anjuran jumlah wortel organik maupun

    wortel non-organik yang dikonsumsi untuk memenuhi angka kecukupan gizi

    berdasarkan RE maupun RAE.

  • 28

    Tabel 7. Perkiraan jumlah vitamin A yang berasal dari -karoten wortel organik

    dan wortel non-organik dalam satuan RE dan RAE dan anjuran jumlah

    wortel organik maupun wortel non-organik yang dikonsumsi.

    Satuan RE RAEAktivitas vitamin A

    Lama Simpan(Minggu)

    0 3 6 0 3 6

    WortelOrganik/100 g

    2857,9 2831,4 2750,6 1428,9 1415,7 1375,3

    Wortel Non-Organik/100 g

    2691,5 2764,9 2636,2 1345,7 1382,4 1318,1

    % AKG/100 g WortelOrganik

    1. Anak-anak2. Pria3. Wanita

    714476571

    707471566

    687458550

    357158285

    353157283

    343152275

    Non-Organik1. Anak-anak2. Pria3. Wanita

    672448583

    691460552

    659439527

    336224269

    345230276

    329219263

    Anjuran konsumsi wortel(g/hari)

    Organik1. Anak-anak2. Pria3. Wanita

    13,9 21,3 17,8

    28,4 64

    49,7

    Non-Organik1. Anak-anak2. Pria3. Wanita

    14,9 22,3 18,6

    29,6 66,8 51,9

    Berdasarkan hasil perhitungan tingkat kecukupan, wortel organik maupun

    wortel non-organik telah memenuhi lebih dari angka kecukupan vitamin A lebih

    dari 100% jika mengkonsumsi wortel segar sebanyak 100 g sehari. Dengan kata

    lain untuk memenuhi kecukupan vitamin A/hari, maka jumlah wortel segar yang

    harus dikonsumsi oleh pria dewasa sebesar 21,3 g untuk wortel organik

    berdasakan satuan RE dan 64 g berdasakan satuan RAE, sedangkan untuk

    wortel non-organik 22,3 g berdasarkan satuan RE dan 66,8 g berdasarkan

    satuan RAE. Untuk wanita dewasa sebesar 17,8 g untuk wortel organik

    berdasarkan satuan RE dan 49,7 g berdasarkan satuan RAE, sedangkan untuk

    wortel non-organik sebesar 18,6 g berdasarkan satuan RE dan 51,9 g

    berdasarkan satuan RAE. Pada anak- anak dianjurkan konsumsi sebanyak 13,9

    g berdasakan satuan RE dan 28,4 g berdasarkan satuan RAE untuk wortel

  • 29

    organik, dan 14,9 g wortel non-organik berdasarkan satuan RE, 29,6 g

    berdasarkan satuan RAE. Contoh perhitungan sumbangan -karoten wortel

    organik dan wortel non-organik terhadap tingkap kecukupan vitamin A terlampir

    pada lampiran 6.1.

    Dapat dilihat bahwa wortel non-organik tidak berbeda jauh dalam hal

    pemenuhan kecukupan vitamin A. Namun cenderung lebih rendah dibandingkan

    wortel organik. Jika dilihat berdasarkan satuannya maka satuan yang

    menggunakan RAE membutuhkan asupan wortel lebih banyak dibandingkan

    satuan RE.

    Perubahan Sifat Fisik Wortel Organik dan Wortel non-Organik SelamaMasa Penyimpanan Dingin

    Intensitas WarnaWarna merupakan salah satu atribut bahan pangan yang berperan

    penting. Selain untuk menarik konsumen secara organoleptik, warna juga dapat

    digunakan sebagai indikator kualitas dan kandungan gizi. Sistem pengukuran

    warna yang digunakan dalam penelitian ini adalah sistem Hunter. Sistem ini

    menghasilkan parameter L, a, b. Nilai L (Lightness atau Brightness) adalah suatu

    nilai yang menyatakan gelap atau terangnya warna bahan yang dianalisis. Nilai a

    menyatakan derajat kemerahan (a+) atau kehijauan (a-) suatu bahan. Nilai b

    menyatakan derajat kekuningan (b+) atau kebiruan (b-) suatu bahan. Nilai a dan

    b ini bila dikombinasikan akan membentuk nilai HUE, dan nilai a/b (kemerahan).

    Nilai HUE menyatakan jenis warna (Nielsen 1998), contoh perhitungan nilai HUE

    terlampir (Lampiran 6.2.). Nilai L, a, b, nilai a/b, nilai HUE dan daerah kisaran

    warna dari wortel organik dan wortel non-organik selama masa penyimpanan

    dingin ditunjukan pada Tabel 8.

  • 30

    Tabel 8. Nilai L,a,b, nilai a/b, 0HUE dan daerah kisaran warna wortel organik dannon-organik

    Wortel Organik Worte Non-organikNilaiParameter

    Minggu0

    Minggu3

    Minggu6

    Minggu0

    Minggu3

    Minggu6

    L 42,56b 40,42c 44,39a 44,20a 43,23ab 40,13c

    a 17,12e 15,89e 10,79g 17,30e 13,60f 10,68g

    b 20,55j 19,15k 22,76i 22,22i 20,37j 20,91j

    a/b(kemerahan)

    0,83u 0,82u 0,47w 0,78u 0,67v 0,51w

    0HUE 50,21z 50,31z 64,64x 52,22z 56,28y 62,95x

    DaerahKisaranWarna

    Red (R) Red (R) YellowRed(YR)

    Red (R) YellowRed(YR)

    YellowRed(YR)

    Keterangan : data diperoleh dari rata-rata tiga kali ulangan, huruf yang samamenunjukkan tidak berbeda nyata pada (p>0,05)

    Pada parameter L, semakin tinggi nilainya maka bahan tersebut semakin

    putih/terang dan sebaliknya semakin rendah nilainya maka bahan tersebut

    semakin hitam/gelap (Gross 1991). Kecerahan pada suatu bahan pangan

    mentah dapat disebabkan kurangnya pigmen pada kulit bahan pangan tersebut.

    Berdasarkan nilai pada tabel 6, dapat diketahui bahwa wortel non-organik pada

    minggu ke-0 dan minggu ke-3 mempunyai kecerahan yang lebih tinggi dan

    berbeda berbeda nyata (p< 0,05) dengan wortel organik. Namun pada minggu

    ke-6 kecerahan wortel organik meningkat secara nyata dan lebih cerah/pucat

    dibandingkan wortel non-organik. Hal ini dikarenakan pada minggu ke-6, warna

    pada wortel non-organik menjadi lebih gelap dan kering karena diduga sudah

    adanya kerusakan atau pembusukan akibat dehidrasi pada jaringan wortel

    karena terbentuknya kristal dari pembekuan air pada sel-sel dan menyebabkan

    jaringan menjadi kering dan menjadi hitam.

    Selama penyimpanan wortel non-organik mengalami penurunan yang

    tidak nyata pada minggu ke-3 dan penurunan yang nyata pada minggu ke-6

    karena sudah mulai terjadinya pembusukan. Begitupula pada wortel organik

    yang mengalami penurunan pada minggu ke-3, walaupun meningkat drastis

    pada minggu ke-6.

    Berdasarkan uji korelasi Pearson, terlihat bahwa terdapat korelasi negatif

    yang nyata (p

  • 31

    dapat mengindikasikan terdapat hubungan yang berkebalikan antara nilai L dan

    kadar -karoten. Hubungan keterbalikan tersebut berarti semakin tinggi nilai L

    maka semakin rendah kadar -karoten pada wortel tersebut, atau sebaliknya. Hal

    ini dapat menunjukan bahwa kepucatan warna pada wortel menandakan

    rendahnya kandungan -karotennya.

    Menurut Gross (1991), perbandingan nilai a dan b dapat menunjukan

    warna bahan pangan secara umum, jika a/b bernilai positif maka bahan tersebut

    berwarna orange atau merah. Nilai a/b dari wortel organik pada saat pasca

    panen adalah 0,83 dan untuk wortel non-organik adalah 0,78. Semakin tinggi

    nilai a/b menunjukan warna bahan semakin merah, sehingga berdasarkan

    perbandingan nilai a/b pada miggu ke-0 wortel organik mempunyai warna lebih

    merah walaupun tidak menunjukan perbedaan yang nyata. Pada minggu ke-3

    terjadi penurunan nilai a/b yang nyata (p

  • 32

    wortel tersebut berada didalam daerah kisaran warna Yellow Red atau merah

    kekuningan.

    Berdasarkan uji korelasi Pearson dapat dilihat bahwa terdapat korelasi

    negatif yang nyata (p

  • 33

    Minggu 3

    Gambar 7. Kiri wortel organik dan kanan wortel non-organik 3 minggu

    Gambar 8. wortel organik (Kiri) dan wortel non-organik (kanan) padapenyimpanan 3 minggu

    Minggu 6

    Gambar 9. Kiri wortel organik dan kanan wortel non-organik 6 minggu

    Gambar 10. Wortel organik (Kiri) dan wortel non-organik (kanan) padapenyimpanan 6 minggu

  • 34

    Perubahan Tekstur Selama PenyimpananKekerasan suatu produk sayuran segar mempengaruhi daya terima pada

    produk tersebut, semakin renyah suatu bahan pangan segar, semakin bagus

    kualitasnya. Menurut Muchtadi (1989) bahan hasil pertanian yag secara normal

    mempunyai tekstur yang keras seperti wortel, bila menjadi lunak dalam keadaan

    segar maka wortel tersebut berarti sudah mengalami kerusakan.

    Setelah sayur dipanen masih terdapat proses fisiologis yang terjadi di

    dalam sayuran tersebut, yaitu proses respirasi dan enzim-enzim yang masih aktif

    bekerja. Kerja enzim tersebut menyebabkan terjadinya perubahan tekstur

    sayuran selama penyimpanan. Pemecahan pektin yang merupakan penyusun

    dinding sel tanaman mengakibatkan terjadinya perubahan tekstur sayuran dari

    keras menjadi lunak (Agoes & Lisdiana 1995). Pada pengujian tekstur ini,

    semakin rendah nilainya berarti semakin keras produk tersebut karena semakin

    sulit jarum pada alat pengujian untuk dapat menembus permukaan produk

    tersebut.

    Tabel 9. Pengaruh jenis pertanian wortel (organik dan non-organik) dan lamasimpan terhadap kekompakan tekstur wortel (mm/100 g/10 detik)

    MingguJenis Wortel

    0 3 6

    Organik 2,23b 2,64b 3,27b

    Non-organik 2,29b 2,61b 4,49a

    Keterangan : data diperoleh dari rata-rata tiga kali ulangan, huruf yang samamenunjukkan tidak berbeda nyata pada (p>0,05)

    Pada tabel terlihat bahwa wortel organik mempunyai tekstur yang lebih

    kompak dan keras dibandingkan wortel non-organik dengan perbedaan yang

    tidak nyata (p>0,05). Terlihat dari rata-rata nilai kekerasan wortel organik yaitu

    2,71 mm/100 g/10 detik dan pada wortel non-organik sebesar 3,13 mm/100 g/10

    detik. Selama masa penyimpanan terjadi pelunakan pada jaringan wortel organik

    maupun wortel non-organik sehingga nilainya meningkat yang menunjukan

    bahwa jaringan mudah untuk rusak. Secara deskriptif wortel organik tetap lebih

    kompak atau keras dibandingkan wortel non-organik selama masa penyimpanan

    dan perbedaan ini terlihat nyata (p

  • 35

    Perubahan Sifat Kimia Wortel Organik dan Wortel non-OrganikSelama Masa Penyimpanan Dingin

    Kadar AirKadar air mempunyai pengaruh terhadap perubahan kimia maupun

    perubahan enzimatis pada suatu bahan pangan. Menurut Andarwulan dan

    Koswara (1992), salah satu faktor yang mempengaruhi biosintesi dan degradasi

    karotenoid adalah air. Karotenoid akan dengan cepat dioksidasi pada produk

    yang kering atau mengalami dehidrasi, karena air yang terikat di dalam

    permukaan produk membentuk lapisan pelindung. Bahan makanan yang

    dikeringkan sangat mudah mengalami kehilangan aktivitas provitamin A karena

    pengeringan memberi kesempatan terjadinya oksidasi melalui mekanisme

    oksidasi radikal bebas. Menurut Winarno (1995), secara alami komoditi pertanian

    baik sebelum maupun setelah diolah bersifat higroskopis, yaitu dapat

    melepaskan sebagian air yang terkandung ke udara dan dapat menyerap air dari

    udara sekelilingnya.

    Selama masa penyimpanan terjadi penurunan kadar air pada wortel

    organik. Pada minggu ke-0 wortel organik memiliki kadar air 91,8%, pada minggu

    ke-3 sebesar 91,9% dan pada minggu ke-6 sebesar 90,9%. Pada wortel non-

    organik juga terjadi perubahan kadar air selama penyimpanan yaitu terjadi sedikit

    peningkatan pada minggu ke-3 dan mengalami penurunan kembali pada minggu

    ke-6. Kadar air pada wortel non-organik lebih rendah dibandingkankan wortel

    non-organik, namun perbedaan kadar air ini tidak signifikan (p>0,05). Pada

    minggu ke-0, wortel non-organik mempunyai kadar air sebesar 89,4%,

    sedangkan pada minggu ke-3 sebesar 90,9% dan pada minggu ke-6 sebesar

    90%. Kecenderungan penurunan kadar air wortel organik dan wortel non-

    organik selama penyimpanan dingin dapat dilihat pada gambar 11.

    Gambar 11. Laju perubahan kadar air Wortel Organik dan Wortel Non-organikSelama Penyimpanan

  • 36

    Penurunan kadar air selama penyimpanan terjadi karena berbagai faktor

    di antaranya adalah penguapan, kelembapan nisbi, lingkungan tempat

    penyimpanan dan keasaman bahan. Selama penyimpanan kemungkinan

    terjadinya penguapan air, khususnya air yang secara fisik terikat dalam jaringan

    matriks bahan seperti membran, kapiler dan serat. Air tipe ini mudah diuapkan

    dan dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan mikroorganisme dan media bagi

    reaksi-reaksi kimiawi (Winarno 1995).

    Peningkatan kadar air pada wortel non-organik pada minggu-3 diduga

    karena pada suhu dingin permukaan wortel akan menyerap air dari lingkungan

    karena menurut Muchtadi (1989) apabila RH lingkungan lebih tinggi daripada

    kadar air pada bahan maka bahan pangan akan menyerap air dari udara

    sekitarnya sehingga terjadi peningkatan air pada bahan pangan tersebut. Namun

    kadar air mengalami penurunan kembali pada minggu ke-6 diduga terjadi kadar

    air yang terdapat di antara sel-sel pada suhu pembekuan akan menjadi kristal es.

    Kristal es tersebut makin lama akan menjadi besar dengan cara menyerap air

    dari dalam sel-sel sekitarnya sehingga sel-sel menjadi kering. Akibat dehidrasi ini

    menyebabkan enzim kehilangan fungsinya sehingga metabolisme berhenti dan

    sel-sel akan mati, kemudian membusuk. Hal ini yang menyebabkan wortel non-

    organik pada minggu ke-6 menjadi kehitaman dan kering karena sudah terjadi

    proses pembusukan.

    Nilai pHNilai pH menunjukan derajat keasaman. Nilai pH sangat mempengaruhi

    laju pertumbuhan mikroorganisme, aktivitas enzim dan stabilitas vitamin dalam

    bahan pangan (Desrosier 1988). Menurut Wirakartakusumah, Abdulah, dan

    Syarif (1992) sayuran pada umumnya memiliki pH mendekati normal (>4,5).

    Pada minggu ke-0 wortel organik memiliki pH 5,6. Sedangkan pada 3

    minggu penyimpanan terjadi penurunan pH yang menjadi 4,3. Kemudian

    menurun kembali pada akhir penyimpanan (minggu ke-6) menjadi 3,09. pH pada

    wortel non-organik lebih rendah dibandingkan pH pada wortel organik. Namun

    secara statistik perbedaan tersebut tidak berbeda nyata (p>0,05). Pada minggu

    ke-0, wortel non-organik memiliki pH 3,9 dan mengalami penurunan pada minggu

    ke-3 yaitu sebesar 3,7. Pada minggu ke-6 mengalami penurunan kembali

    menjadi 3,04. Kecenderungan penurunan pH pada wortel organik dan non-

    organik selama penyimpanan tersaji pada gambar 12.

  • 37

    Gambar 12. Laju Perubahan pH Pada Wortel Organik dan Wortel Non-organikSelama Penyimpanan

    Penurunan nilai pH selama penyimpanan terjadi sebagai akibat

    meningkatnya total mikroba serta aktivitasnya selama penyimpanan yang

    menyebabkan terjadinya kerusakan fermentatif lanjutan yang menghasilkan

    asam sebagai sisa metabolismenya. Asam yang terbentuk dapat menurunkan

    nilai pH. Sehingga dapat dilihat bahwa aktivitas mikrobiologi dari wortel organik

    lebih rendah dibandingkan wortel non-organik ditunjukan dengan nilai pH organik

    yang lebih tinggi dibandingkan nilai pH wortel non-organik. Hal tersebut sesuai

    dangan penelitian Nisa (2004) yang menyatakan bahwa total mikroba pada

    wortel organik 87 kali lebih rendah dibandingkan total mikroba pada wortel non-

    organik.

    Total GulaMenurut Alabran dan Mabrouk (1973), kandungan gula dan asam amino

    pada wortel tergantung dari jenis varietas wortel, lingkungan, pertaniannya dan

    penyimpanannya. Akar tunggang seperti sayuran wortel menyimpan sukrosa dan

    gula lain dalam jumlah yang cukup banyak sehingga menyebabkan rasa manis

    pada sayuran ini.

    Selama penyimpanan ini terjadi peningkatan total gula pada wortel

    organik maupun wortel non-organik. Menurut Rubatzky & Yamaguchi (1997) hal

    ini dikarenakan penyimpanan pada suhu rendah akan meningkatkan kadar gula

    pada wortel. Menurut Muchtadi (1989) penyimpanan pada suhu rendah (4,40 C)

    atau lebih rendah menyebabkan terjadinya akumulasi gula sebab aktifitas

    metabolisme berlangsung agak lambat. Kandungan total gula pada wortel

    organik lebih tinggi dibandingkan pada wortel non-organik, walaupun secara

  • 38

    statistik perbedaan tersebut tidak nyata (p>0,05). Hal ini menyebabkan rasa

    wortel organik lebih manis dibandingkan wortel non-organik.

    Pada minggu ke-0, kandungan total gula pada wortel organik sebesar

    2,74% dan meningkat menjadi 3,16%. Kemudian pada minggu ke-6 terjadi

    peningkatan lagi yang menjadi 4,03%. Begitu pula pada wotel non-organik yang

    mengalami peningkatan yang pada setiap pengamatan. Pada minggu ke-0

    kandungan gula total pada wortel non-organik sebesar 1,92% dan meningkat

    pada minggu ke-3 dan ke-6 sebesar 2,23% dan 3,34%. Perubahan kandungan

    total gula pada wortel organik dan non-organik segar selama penyimpanan suhu

    dingin tersaji pada gambar 13.

    Gambar 13. Laju Perubahan Nilai Total Gula Wortel Organik dan Wortel Non-organik Selama Masa Penyimpanan

    Peningkatan kadar gula ini sesuai dengan mutu hedonik dan tingkat

    kesukaan pada uji organoleptik yang menunjukan adanya peningkatan pada

    rasa manis dan kesukaan dari minggu 0 ke minggu 3, namun terjadi penurunan

    rasa manis dan tingkat kesukaan pada minggu ke 6. Hal ini diduga karena makin

    meningkatnya terpenoids penyebab rasa pahit pada wortel yang membuat rasa

    manisnya berkurang.

    ProteinKandungan protein pada wortel mempengaruhi kadar vitamin-vitamin

    yang terkandung pada wortel terutama kandungan -karoten. Menurut Paul &

    Palmer (1972), -karoten pada wortel tersebar di seluruh sitoplasma sel dan

    terdapat dalam beberapa bentuk yaitu membentuk ikatan dengan protein dan

    sebagai caroten bodies. Selain itu menurut Meyer (1978), dalam kloroplas

    molekul karoten bergabung dengan molekul protein yang melindunginya dari

    proses oksidasi.

  • 39

    Kandungan protein pada wortel organik lebih tinggi dibandingkan wortel

    non-organik, walaupun perbedaannya tidak berbeda nyata (p>0,05). Hal ini dapat

    diduga terjadi karena unsur hara nitrogen pada tanah organik lebih tinggi

    dibandingkan tanah non-organik. Nitrogen merupakan unsur pembentuk protein.

    Sehingga nitrogen dapat menunjukan banyaknya protein yang terkandung dalam

    suatu bahan pangan. Pengaruh kandungan protein terhadap keberadaan -

    karoten dapat dilihat dari uji korelasi Pearson (Lampiran 4) yang menunjukan

    adanya korelasi yang searah (positif) secara nyata (p

  • 40

    konsumen. Kualitas organoleptik dari wortel ditentukan oleh kemanisan rasanya,

    tidak adanya rasa pahit, kerenyahan, kelunakan tekstur dan juiceness

    (kandungan airnya). Sifat sensori wortel tergantung jenis genotifnya, kandungan

    volatil dan non-volatil pada wortel. Komponen non-volatil terdiri dari gula dan

    asam amino, yang dapat menetukan kesegaran wortel. Sedangkan komponen

    volatil bersama dengan gula akan menentukan rasa dari wortel (Szymczak et al

    2007).

    Pada Pengujian Karakteristik Organoleptik menggunakan 2 macam

    penyajian wortel yaitu wortel mentah dan wortel mentah yang di jus. Hal ini

    bertujuan untuk mengetahui tingkat kesukaan dan daya terima dari wortel

    organik serta non-organik dalam bentuk padat maupun dalam bentuk minuman.

    Uji Mutu HedonikMutu hedonik diuji secara deskriptif. Pengujian ini digunakan untuk

    mengetahui deskripsi produk dari suatu inovasi yang baru dan

    membandingkannya dengan produk lain yang sama namun dengan teknik yang

    berbeda. Uji ini juga digunakan untuk mengetahui mutu suatu produk selama

    penyimpanan. Berikut deskripsi perubahan mutu hedonik wortel organik dan

    wortel non-organik pada gambar 15 selama penyimpanan dingin yang

    ditransformasikan dalam bentuk gambar.

    Organik Non-Organik

    Gambar 15. Deskripsi Mutu Hedonik Wortel Organik dan Wortel non-OrganikSelama Masa Penyimpanan 0,3 dan 6 minggu

    Keterangan : ( / ) 0 Minggu ( ) 3 Minggu ( ) 6 Minggu

  • 41

    Dari gambar telihat terjadi penurunan mutu hedonik baik pada wortel

    organik maupun wortel non-organik selama penyimpanan dingin. Hal ini

    ditunjukan dari penurunan angka tingkat mutu dari setiap kategori. Berdasarkan

    uji Duncans Multiple Range Test menunjukan terjadi perbedaan yang nyata

    (p

  • 42

    Gambar 16. Deskripsi Perbandingan Mutu Hedonik Wortel Organik denganWortel Non-Organik.

    Keterangan : ( ) wortel organik( ---- ) wortel non-organik

    Berdasarkan hasil uji mutu hedonik, wortel organik memiliki aroma khas

    wortel yang lebih kuat dibandingkan wortel non-organik, hal ini menunjukan

    bahwa kandungan komponen volatil yang terkandung di dalam wortel organik

    lebih banyak dibandingkan wortel non-Organik. Aroma tersebut terbentuk dari

    komponen prekusor ketika bereaksi dengan enzim pembentuk flavor (Alabran

    dan Mabrouk 1973). Warna pada wortel organik lebih jingga dibandingkan

    dengan wortel non-organik. Warna ini menunjukan tingginya -karoten pada

    wortel tersebut karena menurut Skrede et al. (1997) Karotenoid merupakan

    pigmen alami yang memberikan warna kuning, jingga atau merah. Begitu pula

    pada warna xylem, wortel organik mempunyai lebih jingga dibandingkan wortel

    non-organik.

    Untuk rasa manis, wortel organik mempunyai rasa yang lebih manis

    dibandingkan wortel non-organik. Hal ini sesuai dengan uji kimia total gula yang

    menunjukan kandungan total gula pada wortel organik lebih tinggi dibandingkan

    wortel non-organik. Pahit pada wortel organik lebih rendah dibandingkan dengan

    3

    6

  • 43

    wortel non-organik, walaupun keduanya masih berada pada kategori tidak pahit

    (range 1-4). Hal ini karena rasa manis yang lebih tinggi membuat pahit wortel

    tidak terasa. Perbedaan rasa pahit ini berdasarkan uji Duncans Multiple Range

    Test menunjukan adanya perbedaan yang nyata (p

  • 44

    Mutu hedonik pada jus wortel menunjukan selama masa penyimpanan

    terjadi peningkatan mutu hedonik baik pada jus wortel organik maupun jus wortel

    non-organik, namun perubahan tersebut tidak signifikan (p>0,05) kecuali pada

    rasa manis minggu ke-6 yang menunjukan perubahan yang signifikan (p

  • 45

    Gambar 18. Deskripsi Perbandingan Mutu Hedonik Jus Wortel Organik danWortel Non-Organik Selama Masa Penyimpanan

    Keterangan : ( ) wortel organik ( ---- ) wortel non-organik

    Uji Hedonik

    AromaAroma lebih banyak berhubungan dengan indera pembau. Bau-bauan

    baru dapat dikenali bila molekul-molekul komponen bau tersebut harus sampai

    menyentuh silia sel olfaktori dan diteruskan ke otak. Sayuran wortel mempunyai

    aroma yang khas. Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1997) kantong minyak

    dalam ruang antarsel perisikel pada umbi wortel mengandung minyak esensial

    yang menyebabkan bau dan aroma yang khas pada wortel. Selain itu aroma atau

    bau banyak menentukan kelezatan bahan makanan. Penerimaan panelis

    terhadap aroma wortel organik dan wortel non-organik dapat dilihat pada gambar

    19 dan gambar 20 untuk jus wortel organik dan non-organik.

    3

    6

  • 46

    Gambar 19. Tingkat kesukaan panelis terhadap aroma pada wortel organik danWortel non-organik.

    Keterangan : 1= Amat sangat tidak suka, 2= sangat tidak suka, 3= tidak suka, 4=agak tidak suka, 5= suka tidak,tidak suka tidak (netral), 6= Agaksuka, 7= suka, 8=Sangat suka, 9= Amat sangat suka

    Berdasarkan uji organoleptik, rata-rata daya terima panelis terhadap

    aroma wortel organik selama penyimpanan 0 hingga 6 minggu mengalami

    peningkatan pada minggu ke-6 menjadi agak suka, sedangkan pada minggu ke-

    0 dan ke-3 tidak mengalami perubahan yaitu netral. Pada wortel non-organik

    tingkat kesukaan mengalami penurunan pada setiap pengamatan menjadi agak

    tidak suka pada pengamatan terakhir (minggu ke-6). Wortel organik selama

    masa penyimpanan mempunyai aroma yang lebih disukai dibandingkan wortel

    non-organik.

    Hasil uji Duncans Multiple Range Test menunjukan bahwa tingkat

    kesukaan panelis antara aroma wortel organik dan wortel non-organik berbeda

    nyata (p

  • 47

    Gambar 20. Tingkat kesukaan panelis terhadap aroma pada jus wortel organikdan jus Wortel non-organik.

    Pada jus wortel terlihat adanya tingkat kesukaan aroma pada jus wortel

    organik maupun jus wortel non-organik cenderung menurun yaitu dari minggu 0

    ke minggu 3, dan meningkat kembali pada minggu ke-6. Namun perubahan

    tersebut tidak berbeda nyata (p>0,05) untuk wortel non-organik. Untuk wortel

    organik terjadi perbedaan yang nyata (p

  • 48

    Gambar 21. Tingkat kesukaan panelis terhadap warna permukaan pada wortelorganik dan Wortel non-organik.

    Dapat dilihat pada gambar 21 hasil uji hedonik terhadap faktor warna

    permukaan wortel organik mengalami penurunan setiap pengujian. Pada saat 0

    minggu maupun 3 minggu tingkat kesukaan panelis pada umumnya cenderung

    masuk dalam kategori agak suka dan menurun kearah netral pada minggu ke-6.

    Pada wortel non-organik tingkat kesukaan juga mengalami penurunan mulai dari

    minggu ke-0 yang masuk kategori agak suka kemudian menurun pada minggu

    ke-3 menjadi netral dan menurun kembali menjadi agak tidak suka pada minggu

    ke-6. Namun secara keseluruhan warna permukaan wortel organik cenderung

    lebih disukai dibandingkan wortel non-organik dengan perbedaan yang nyata

    (p

  • 49

    ada korelasi yang nyata (p>0,05) antara mutu hedonik warna xylem dengan

    tingkat kesukaan xylem pada wortel.

    Gambar 22. Tingkat kesukaan panelis terhadap warna xylem pada wortel organikdan Wortel non-organik.

    Warna pada Jus Wortel

    Gambar 23. Tingkat kesukaan panelis terhadap warna pada jus wortel organikdan jus wortel non-organik.

    Pada warna, jus wortel organik lebih disukai dibandingkan jus wortel non-

    organik dan dapat dilihat bahwa jus wortel organik cenderung berada dalam

    kategori suka sedangkan jus wortel non-organik cenderung berada dalam

    kategori agak suka. Berdasarkan uji Duncans Multiple Range Test menunjukan

    bahwa tingkat kesukaan panelis antara warna jus wortel organik dan jus wortel

    non-organik berbeda nyata (p0,05) antara tingkat kesukaan dengan warna pada jus wortel.

  • 50

    RasaRasa Manis

    Berdasakan Uji Duncans Multiple Range Test diketahui bahwa tingkat

    kesukaan panelis antara rasa manis wortel organik dan wortel non-organik

    berbeda nyata (p

  • 51

    Gambar 25. Tingkat kesukaan panelis terhadap rasa pahit pada wortel organikdan wortel non-organik.

    Dari diagram batang dapat dilihat bahwa wortel non-organik memiliki

    tingkat kesukaan yang lebih rendah dibandingkan wortel organik walaupun tidak

    berbeda nyata (p>0,05). Tingkat kesukaan wortel organik dan wortel non-organik

    berada disekitar wilayah agak tidak suka. Berdasarkan uji korelasi Pearson

    menunjukan tidak ada korelasi yang nyata (p>0,05) antara tingkat kesukaan

    panelis dengan mutu hedonik rasa pahit pada wortel, sehingga rasa pahit tidak

    mempengaruhi tingkat kesukaan panelis.

    Rasa Manis Pada Jus Wortel

    Pada jus wortel, tingkat kesukaan rasa manis meningkat baik pada jus

    wortel organik maupun jus wortel non-organik pada setiap pengamatan. Namun

    peningkatannya tidak signifikan (p>0,05). Jus wortel organik lebih disukai

    dibanding jus wortel non-organik, terlihat dari tingkat kesukaan jus wortel organik

    yang berada dalam kategori agak suka, sedangkan jus wortel non-organik

    berada dalam kategori netral.

    Tingkat kesukaan rasa manis pada jus wortel mempunyai korelasi positif

    yang sangat nyata (p

  • 52

    Gambar 26. Tingkat kesukaan panelis terhadap rasa manis pada jus wortelorganik dan jus wortel non-organik.

    Rasa Pahit Pada Jus Wortel

    Gambar 27. Tingkat kesukaan panelis terhadap rasa pahit pada jus wortelorganik dan jus wortel non-organik.

    Rasa pahit pada jus wortel non-organik lebih terasa dibandingkan dengan

    jus wortel organik. Hal ini terlihat dari tingkat kesukaan jus wortel non-organik

    yang berada pada kategori agak tidak suka sedangkan tingkat kesukaan jus

    wortel organik berada dalam kategori normal. Berdasarkan Uji Duncans Multiple

    Range Test diketahui bahwa tingkat kesukaan panelis antara rasa pahit jus

    wortel organik dan jus wortel non-organik berbeda nyata (p0,05) antara tingkat kesukaan panelis dengan mutu hedonik rasa pahit pada

    jus wortel, sehingga rasa pahit tidak mempengaruhi tingkat kesukaan panelis

    terhadap rasa pahit jus wortel.

    Kerenyahan dan KekerasanKerenyahan pada wortel organik relatif meningkat selama masa

    penyimpanan. Namun pada wortel non-organik kerenyahan cenderung menurun

  • 53

    dari waktu ke waktu. Pada minggu ke-0 tingkat kesukaan terhadap kerenyahan

    pada wortel non-organik lebih tinggi dibandingkan wortel organik namun pada

    minggu ke-3 mempunyai tingkat kesukaan yang sama dan pada minggu ke-6

    tingkat kesukaan terhadap kerenyahan wortel organik lebih tinggi dibandingkan

    wortel non-organik. Hal ini disebabkan menurunnya kekerasan wortel non-

    organik yang nyata, dan sesuai dengan uji tekstur yang menunjukan penurunan

    kekerasaan yang nyata pada wortel non-organik sehingga daging wortel menjadi

    lebih empuk atau lunak.

    Gambar 28. Tingkat kesukaan panelis terhadap kerenyahan pada wortel organikdan wortel non-organik.

    Tingkat kesukaan pada uji kekerasan memberikan hasil yang sama

    dengan uji kerenyahan. Pada minggu ke-0 wortel non-organik mempunyai tingkat

    kesukaan dengan kategori agak suka sedangkan untuk wortel organik berada

    dalam kategori netral. Pada minggu ke-6 tingkat kesukaan wortel organik dan

    wortel non-organik sama yaitu netral, kemudian pada minggu ke-6 wortel organik

    menjadi lebih disukai dibandingkan wortel non-organik.

    Gambar 29. Tingkat kesukaan panelis terhadap kekerasan pada wortel organikdan wortel non-organik.

    Namun berdasarkan uji korelasi Pearson menunjukan korelasi yang tidak

    nyata (p>0,05) antara tingkat kesukaan dengan mutu hedonik pada kerenyahan

  • 54

    maupun pada kekerasan wortel. Hal ini dapat dikatakan bahwa kerenyahan dan

    kekerasan tidak mempengaruhi tingkat kesukaannya.

    JuicenessJuiceness merupakan banyaknya cairan yang dikeluarkan ketika

    mengunyah atau menggigit suatu bahan pangan (Szymczak 2007). Dari hasil uji

    hedonik, panelis menyukai sifat juiceness pada wortel organik dibandingkan

    wortel non-organik. Hal ini disebabkan kandungan air pada wortel organik lebih

    banyak dibandingkan wortel non-organik. Sifat juiceness pada wortel organik

    berada dalam kategori netral sedangkan untuk worel non-organik masuk ke

    dalam kategori agak tidak suka.

    Gambar 30. Tingkat kesukaan panelis terhadap sifat juiceness pada wortelorganik dan Wortel non-organik.

    Namun berdasarkan uji korelasi Pearson menunjukan korelasi yang tidak

    nyata (p>0,05) antara tingkat kesukaan dengan mutu hedonik pada sifat

    juiceness wortel. Hal ini dapat dikatakan bahwa sifat juiceness tidak

    mempengaruhi tingkat kesukaannya.

    KekentalanPada komposisi perbandingan wortel dan air yang sama, kekentalan pada

    jus wortel organik relatif lebih disukai dibandingkan jus wortel non-organik.

    Terlihat jus wortel organik yang selalu berada dalam kategori agak suka

    sedangkan jus wortel non-organik relatif berada dalam kategori netral.

    Menurut hasil uji Duncans Multiple Range Test menunjukan bahwa

    tingkat kesukaan panelis antara kekentalan jus wortel organik dan wortel non-

    organik berbeda nyata (p

  • 55

    yang nyata (p>0,05) antara kekentalan jus wortel dengan tingkat kesukaan

    panelis.

    Gambar 31. Tingkat kesukaan panelis terhadap kekentalan pada jus wortelorganik dan jus wortel non-organik.

    Penerimaan UmumPenerimaan umum merupakan penerimaan secara keseluruhan sifat

    organoleptik dari suatu bahan pangan, dalam hal ini adalah wortel organik dan

    wortel non-organik. Tingkat kesukaan panelis secara keseluruhan terhadap

    wortel organik berbeda nyata (p0,05) dari waktu ke waktu, namun masih berada dalam

    daerah kategori agak suka. Begitu pula tingkat kesukaan pada wortel non-

    organik yang mengalami penurunan yang tidak nyata pada minggu ke-0 dan

    minggu ke-3, namun terjadi penurunan yang nyata (p

  • 56

    Gambar 32. Tingkat kesukaan panelis terhadap penerimaan umum pada wortelorganik dan Wortel non-organik.

    Gambar 33. Tingkat kesukaan panelis terhadap penerimaan umum pada juswortel organik dan jus wortel non-organik.

    Tingkat kesukaan panelis secara secara keseluruhan terhadap jus wortel

    organik berbeda nyata (p