MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP....

100
i SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF PEG TERHADAP MORFOLOGI DAN KEKUATAN MEKANIK MEMBRAN ASIMETRIS PEROVSKIT La 0,6 Sr 0,4 Co 0,2 Fe 0,8 O 3-δ MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 Pembimbing I Hamzah Fansuri, M.Si., Ph.D Pembimbing II Ir. Endang Purwanti S., M.T DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2017

Transcript of MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP....

Page 1: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

i

SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF PEG TERHADAP MORFOLOGI DAN KEKUATAN MEKANIK MEMBRAN ASIMETRIS PEROVSKIT La0,6Sr0,4Co0,2Fe0,8O3-δ MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 Pembimbing I Hamzah Fansuri, M.Si., Ph.D Pembimbing II Ir. Endang Purwanti S., M.T DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2017

Page 2: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

ii iiii

ii

SCRIPT EFFECT OF PEG ADDITIVE ON MORPHOLOGY AND MECHANICAL STRENGTH OF La0,6Sr0,4Co0,2Fe0,8O3-δ

PEROVSKITE ASYMMETRIC MEMBRANE MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 Supervisor Hamzah Fansuri, M.Si., Ph.D Co-Supervisor Ir. Endang Purwanti S., M.T DEPARTMENT OF CHEMISTRY FACULTY OF MATHEMATICS AND NATURAL SCIENCES INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2017

Page 3: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

iii

PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF PEG TERHADAP

MORFOLOGI DAN KEKUATAN MEKANIK MEMBRAN

ASIMETRIS PEROVSKIT La0,6Sr0,4Co0,2Fe0,8O3-δ

SKRIPSI

Disusun sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains

pada Departemen Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Surabaya

Oleh:

MOHAMMAD HASNAN HABIB

NRP. 1413100081

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUANALAM

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA

2017

Page 4: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

iv

Page 5: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur saya panjatkan kehadirat

Allah SWT yang telah memberikat rahmat-NYA kepada saya,

sehingga Skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Penambahan

Aditif PEG terhadap Morfologi dan Kekuatan Mekanik Membran

Asimetris Perovskit La0,6Sr0,4Co0,2Fe0,8O3-δ” dapat saya

selesaikan. Tulisan ini tidak akan terwujud dengan baik tanpa

bantuan, dukungan dan dorongan dari semua pihak, untuk itu

penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Hamzah Fansuri, M.Si, Ph.D. dan Ir.Endang Purwanti S.,

M.T selaku dosen pembimbing yang telah memberikan

pengarahan dan bimbingan selama proses persiapan,

pengerjaan dan penyelesaian tugas akhir ini.

2. Prof. Dr. Didik Prasetyoko, M. Sc., selaku Kepala

Departemen Kimia, FMIPA-ITS atas fasilitas yang telah

diberikan hingga naskah tugas akhir ini dapat

terselesaikan.

3. Dr. Djoko Hartanto, M.Si. selaku kepala Laboratorium

Kimia Material dan Energi atas izin pemakain fasilitas

labortaorium dan masukan yang diberikan selama

pengerjaan penelitian ini.

4. Muhammad Nadjib, M.S. selaku dosen wali yang selalu

memberi pengarahan dan motivasi selama masa

perkuliahan saya.

5. Abah, ibu, kakak dan adik saya yang selalu memberikan

kasih sayang, perhatian dan motivasi.

6. Luhur K.A., Annisa T.A., Astried W.W., Luthfi K.N

yang selalu memberikan semangat serta partner penelitian

terbaik saya, Rifka Etriana, yang selalu membantu,

memberi saran, memberi semangat serta menghibur saya

selama pengerjaan penelitian ini.

7. Teman teman ANORTHITE (Kimia 2013) dan seluruh

fungsionaris “GAMMA” HIMKA-ITS 2015-2016 yang

selalu memberikan semangat.

Page 6: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

vi

8. Teman-teman kelompok penelitian Material for Energy

and Environment yang selalu memberikan masukan,

saran dan motivasi.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan naskah ini

masih terdapat kekurangan. Penulis mengharapkan saran yang

bersifat membangun terhadap tulisan ini. Semoga naskah ini

memberikan manfaat dan inspirasi terutama bagi pihak-pihak

yang menekuni bidang terkait dengan yang penulis kerjakan.

Surabaya, 20 Juli 2017

Penulis

Page 7: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

vii

PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF PEG TERHADAP

MORFOLOGI DAN KEKUATAN MEKANIK MEMBRAN

ASIMETRIS PEROVSKIT La0,6Sr0,4Co0,2Fe0,8O3-δ

Nama : Mohammad Hasnan Habib

NRP : 1413100081

Departemen : Kimia

Pembimbing I : Hamzah Fansuri, Ph.D

Pembimbing II : Ir. Endang Purwanti S., M.T

Abstrak

Telah dilakukan pembuatan membran asimetris oksida perovskit

LSCF 6428 dengan metode inversi fasa rendam-endap dan

sintering. Oksida perovskit LSCF 6428 yang digunakan disintesis

dengan metode solid state. Pada penelitian ini digunakan poli eter

sulfon (PESf) sebagai polimer perekat, dimetil sulfoksida

(DMSO) sebagai pelarut dan aqua DM sebagai non-pelarut

koagulan. Dilakukan variasi penambahan aditif PEG 6000 dan

8000 dengan masing-masing konsentrasi 0; 0,23%; 0,39% dan

0,55 %. Membran mentah yang dihasilkan diamati morfologinya

menggunakan SEM. Membran dengan penambahan aditif PEG

6000 memiliki morfologi yang paling teratur. Semakin besar

konsentrasi PEG yang ditambahkan membentuk lapisan rapat

yang semakin tipis dan diameter pori berbentuk fingerlike

semakin kecil. Selanjutnya dilakukan dekomposisi polimer dan

sintering membran mentah pada suhu 1250 °C selama 4 jam.

Hasil pengamatan morfologi membran setelah sintering

menunjukkan membran menjadi lebih rapat dan ukuran pori

mengecil, namun tidak terjadi perubahan yang berarti pada

struktur membran asimetris LSCF 6428. Uji kekerasan membran

menunjukkan bahwa membran dengan penambahan aditif 8000

memiliki nilai kekerasan lebih besar dibandingkan membran

dengan penambahan aditif 6000.

Kata Kunci : Membran asimetris, LSCF 6428, inversi fasa, aditif

PEG

Page 8: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

viii

EFFECT OF PEG ADDITIVE ON MORPHOLOGY AND

MECHANICAL STRENGTH OF La0,6Sr0,4Co0,2Fe0,8O3-δ

PEROVSKITE ASYMMETRIC MEMBRANE

Name : Mohammad Hasnan Habib

NRP : 1413100081

Department : Chemistry

Supervisor : Hamzah Fansuri, Ph.D

Co-Supervisor : Ir. Endang Purwanti S.,M.T

Abstract

LSCF 6428 perovskite asymmetric membranes were prepared by

phase inversion and sintering methode. LSCF 6428 perovskite

which used was synthesized by solid state method. This study

used poly ether sulphone (PESf) as binder polymer, dimethyl

sulfoxide (DMSO) as solvent and aqua DM as non- solvent or

coagulant. Poly Ethylen Glycol (PEG) 6000 and 8000 as additives

was added with each concentration of 0; 0,23%; 0,39% dan 0,55

%.The obtained green bodies morphology were observed by

SEM. The green bodies with PEG 6000 additive have better

uniform morphology than others. Increase PEG concentration

reduce dense layer and pore size. Next, the green bodies were

sintered at 1250 °C with dwell time of 4 hours. The observation

of the sintered membranes morphology showed that the

membrane becoming denser and the pore size becoming smaller,

but no significant change in the structure of LSCF 6428

asymmetric membrane. LSCF 6428 perovskite asymmetric

membranes which added PEG 8000 is harder than PEG 6000

added membranes.

Key Words : Asymmetric membrane, LSCF 6428, phase

inversion, PEG

Page 9: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

ix

DAFTAR ISI

SKRIPSI ......................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ......... Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR .................................................................. iv

Abstrak ........................................................................................ vii

Abstract ......................................................................................viii

DAFTAR ISI ................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR .................................................................. xii

DAFTAR TABEL ...................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................ 1

1.1 Latar Belakang ............................................................... 1

1.2 Permasalahan ................................................................. 5

1.3 Batasan Masalah ............................................................ 5

1.4 Tujuan Penelitian ........................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................. 7

2.1 Oksida Perovskit ............................................................ 7

2.2 Oksida Perovskit La0,6Sr0,4Co0,2Fe0,8O3-δ ........................ 9

2.3 Membran ...................................................................... 11

2.4 Membran Asimetris ..................................................... 14

2.5 Inversi Fasa Rendam endap-Sintering ......................... 15

2.6 Difraksi Sinar-X ........................................................... 21

2.7 Thermo Gravimetric Analysis-Differential Scanning

Calorimetry (TGA-DSC) ............................................. 23

Page 10: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

x

2.8 Scanning Electron Microscope (SEM) ........................ 26

2.9 Uji Kekuatan Mekanik (Kekerasan) Membran ............ 27

2.10 Termo Mechanical Analysis (TMA) ............................ 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................... 31

3.1 Alat dan Bahan ............................................................. 31

3. 1. 1 Alat............................................................................... 31

3. 1. 2 Bahan ........................................................................... 31

3.2 Prosedur Penelitian ...................................................... 32

3.2.1 Sintesis Oksida Perovskit La0,6Sr0,4Co0,2Fe0,8O3-δ (LSCF

6428) ............................................................................ 32

3.2.2 Preparasi Membran Datar Asimetris ............................ 32

3.2.3 Karakterisasi dengan Scanning Electron Microscope

(SEM)........................................................................... 33

3.2.4 Analisis Thermal Gravimetri Analisys-Differential

Scanning Calorimetri (TGA-DSC) .............................. 33

3.2.5 Analisis Thermo Mechanical Analysis (TMA) ............ 33

3.2.6 Uji Kekuatan Mekanik (kekerasan) Membran Asimteris

Perovskit LSCF 6428 ................................................... 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................... 35

4. 1 Sintesis Oksida Perovskit LSCF 6428 ......................... 35

4. 2 Preparasi Membran Asimetris Perovskit LSCF 6428 .. 38

4. 3 Morfologi Membran Asimetris Oksida Perovskit LSCF

6428 Pra-Sintering ....................................................... 43

4. 4 Morfologi Membran Asimetris Oksida Perovskit LSCF

6428 (Pasca-Sintering) ................................................ 46

4.5 Uji Kekerasan Membran .............................................. 50

Page 11: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

xi

4.6 Koefisien Ekspansi Termal Membran Asimetris Oksida

Perovskit LSCF 6428 ................................................... 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................... 57

5.1 Kesimpulan .................................................................. 57

5.2 Saran ............................................................................ 57

DAFTAR PUSTAKA.................................................................. 59

LAMPIRAN ............................................................................... 66

BIODATA PENULIS.................................................................. 84

Page 12: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Oksida Perovskit (Feng dkk., 2008) ......... 7 Gambar 2.2 Skema pemisahan dua fasa dengan membran

(Mulder, 1996) ..................................................... 12 Gambar 2.3 Foto SEM (a) membran simetris, (b) membran

asimetris (Ulbricht dkk., 2004) ............................ 15 Gambar 2.4 Tahapan proses pencetakan membran dengan

teknik inversi fasa rendam endap(Hubadilla, dkk.,

2016) .................................................................... 16 Gambar 2.5 Proses pertukaran pelarut dan non-pelarut (Lalia

dkk., 2013) ........................................................... 17 Gambar 2.6 Partikel selama proses sintering (Mulder, 1996) . 20 Gambar 2.7 Pengaruh Suhu sintering terhadap kekuatan

mekanik membran perovskit (Tan dkk., 2010) .... 20 Gambar 2.8 Contoh difraktogram perovskit

La0,6Sr0,4Co0,2Fe0,8O3-δ (Santos dkk., 2011) .......... 23 Gambar 2.9 Contoh Kurva TGA CuSO4,5H2O (Atkins dkk.,

2010) .................................................................... 24 Gambar 2.10 Set Prinsip Instrumen TGA (Atkins dkk., 2010) .. 25 Gambar 2.11 Foto SEM membran serat berongga perovskit

LSCF 6428 (Tan dkk., 2011) ............................... 27 Gambar 2.12 Indentor (A) tampak dari samping, (B) tampak dari

bawah (Callister, 2007) ........................................ 28 Gambar 2.13 Grafik hasil uji kekerasan dengan MicroHardness

kepingan oksida perovskit LSCF 6419 (Akbari,

dkk., 2016) ........................................................... 29 Gambar 2.14 Grafik Ekspansi termal LSCF 4628 (Swierczek,

2008) .................................................................... 30

Gambar 4.1 Skema kalsinasi tahap pertama ............................ 36 Gambar 4.2 (a) Campuran prekursor Perovskit sebelum

dikalsinasi dan (b) Campuran prekursor perovskit

setelah dikalsinasi ................................................. 37 Gambar 4.3 Difraktogram oksida perovskit LSCF 6428 ......... 38 Gambar 4.4 Membran Mentah Oksida Perovskit LSCF 6428 . 40

Page 13: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

xiii

Gambar 4.5 Termogram (a) TGA dan (b) DSC membran

mentah oksida perovskit LSCF 6428 ................... 42 Gambar 4.6 Foto SEM morfologi membran mentah asimetris

LSCF 6428 (kiri : permukaan berpori, tengah :

permukaan rapat, kanan : penampang melintang).

A-G (PEG 6000 0,23;0,39;0,55 %, PEG 8000

0,23;0,39;0,55 %, tanpa aditif) ............................. 44 Gambar 4.7 Membran setelah sintering ................................... 46 Gambar 4.8 Foto SEM morfologi membran asimetris LSCF

6428 setelah sintering (kiri : permukaan rapat,

tengah : permukaan berpori, kanan : penampang

melintang). A-G (PEG 6000 0,23;0,39;0,55 %,

PEG 8000 0,23;0,39;0,55 %, tanpa aditif) ........... 48 Gambar 4.9 Hasil TMA membran dengan penambahan PEG

8000 ...................................................................... 54 Gambar 4.10 Hasil TMA membran dengan penambahan PEG

6000 ...................................................................... 55 Gambar 4.11 Hasil TMA membran tanpa penambahan aditif ... 55

Page 14: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Penyusutan ukuran membran setelah sintering ......... 47 Tabel 4.2 Pengukuran volume pori membran asimetris ............ 49 Tabel 4.3 Nilai Kekerasan Membran ......................................... 51 Tabel 4.4 Nilai koefisien ekspansi termal membran asimetris

perovskit LSCF 6428 dengan penambahan aditif PEG

8000 ........................................................................... 53 Tabel 4.5 Nilai koefisien ekspansi termal membran asimetris

perovskit LSCF 6428 dengan penambahan aditif PEG

6000 ........................................................................... 53 Tabel 4.6 Nilai koefisien ekspansi termal membran asimetris

perovskit LSCF 6428 tanpa penambahan aditif ........ 54

Page 15: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

xv

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A SKEMA KERJA ................................................ 66

A.1. Skema Kerja Sintesis La0,6Sr0,4Co0,2Fe0,8O3-δ ............... 66

A.2. Skema Kerja Preparasi Membran Asimetris Perovskit

La0,6Sr0,4Co0,2Fe0,8O3-δ .................................................. 67

LAMPIRAN B PERHITUNGAN ............................................... 68

B.1. Perhitungan Sintesis LSCF 6428 ................................. 68

B.2. Perhitungan Komposisi Membran Asimetris Perovskit

LSCF 6428 ................................................................... 69

B.3. Perhitungan % Penyusutan Membran .......................... 70

B.4. Perhitungan Volume pori ............................................. 70

B.5. Perhitungan nilai kekerasan Membran. ........................ 71

B.6. Uji ANOVA Nilai Kekerasan Membran Asimetris

Perovskit LSCF 6428 ................................................... 73

LAMPIRAN C HASIL KARAKTERISASI ............................... 74

C.1. Hasil Analisa Difraksi Sinar X .................................... 74

C.2. Hasil TGA-DSC Membran Mentah LSCF 6428 .......... 74

C.3. Hasil TMA Membran Asimetris LSCF 6428 ............... 77

C.4. Hasil Karakterisasi Micro Vickers Hardness ............... 81

Page 16: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Energi menjadi kebutuhan pokok masyarakat dunia dewasa

ini. Kebutuhan akan energi bertambah seiring berjalannya waktu.

Hal ini membuat konsumsi bahan bakar minyak bumi yang

merupakan sumber energi utama juga semakin bertambah.

Keadaan tersebut berbanding terbalik dengan cadangan minyak

bumi yang semakin hari semakin berkurang. Tentunya, keadaan

ini membutuhkan solusi berupa sumber yang dapat menggantikan

minyak bumi.

Gas alam merupakan salah satu alternatif bahan bakar

pengganti minyak dengan komponen utama berupa gas metana

(CH4) dengan kandungan berkisar 80 sampai 90 %. Dengan

jumlahnya yang cukup melimpah, gas alam diprediksi akan

menjadi sumber energi pengganti minyak di masa yang akan

datang. Hal ini bukanlah tanpa masalah. Permasalahan yang

timbul adalah gas alam sering ditemukan di daerah yang terpencil

dan membutuhkan biaya transportasi yang mahal untuk

memindahkannya, oleh karena itu para peneliti gencar melakukan

penelitian untuk memecahkan masalah tersebut. Salah satu solusi

yang paling banyak digunakan adalah mengonversikan gas

metana menjadi syngas (CO + H2) (Jalowiecki dkk., 2008).

Komponen utama gas alam, yaitu gas metana (CH4) dapat

dikonversikan menjadi syngas (CO + H2) yang secara langsung

dapat digunakan sebagai bahan bakar atau dapat diubah menjadi

bahan bakar cair atau bahan kimia yang lain dengan metode

sintesis Fischer-Tropsh. Beberapa metode yang dapat digunakan

untuk konversi CH4 ke syngas antara lain Steam Reforming

Methane (SRM), CO2 Reforming Reaction (CRR) dan Partial

oxidation of Methane (POM). Dari ketiga metode tersebut POM

memiliki beberapa keuntungan yakni reaksinya eksotermis dan

membutuhkan reaktor yang relatif kecil, mengonsumsi energi

Page 17: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

2

yang kecil serta memiliki efisiensi yang besar (Roseno dkk.,

2016).

Partial Oxidation of Methane (POM) membutuhkan oksigen

dalam jumlah yang terkontrol dalam reaksinya karena jika

terdapat oksigen yang berlebihan,maka gas metana (CH4) akan

teroksidasi sempurna menjadi CO2 dan H2O. Oleh karena itu,

dibutuhkan cara untuk mengontrol jumlah oksigen dalam reaksi

POM. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan membran

oksida perovskit yang memiliki kemampuan sebagai penghantar

ion oksigen. Seperti yang telah dilaporkan Teraoka dkk. (1985),

oksida perovskit dapat memberikan oksigen kisinya secara

reversibel kepada pereaksi lain sampai batas tertentu tanpa

menyebabkan perubahan struktur yang berarti. Kemampuan

oksida perovskit inilah yang menyebabkannya banyak

dimanfaatkan sebagai membran pemisahan gas dan reaksi POM

(Tan dkk., 2010).

Fluks permeasi oksigen dan kekuatan mekanik merupakan

dua parameter penting untuk membran oksida perovskit yang

digunakan dalam reaksi POM. Membran ini menghantarkan ion

oksigen melalui perpindahan ion-ion oksigen penyusun kisi

kristalnya, bukan melalui pori-pori seperti membran pada

umumnya sehingga membran oksida perovskit harus rapat.

Membran yang rapat juga memiliki kekuatan mekanik yang baik.

Kekuatan mekanik membran semakin besar seiring dengan

ketebalan membran, namun membran yang semakin tebal

memiliki fluks permeasi oksigen yang semakin kecil. Sebaliknya,

membran yang tipis memiliki fluks permeasi oksigen yang lebih

tinggi namun rapuh. Untuk mengatasi hal tersebut maka membran

asimetris, yaitu membran yang memiliki paling sedikit dua bagian

di mana salah satunya sangat berpori dan lebih tebal yang

sekaligus berfungsi sebagai penopang bagian lainnya yang lebih

tipis namun rapat, menjadi alternatif solusi yang banyak dipilih

oleh para peneliti. Pori-pori pada bagian pendukung menjadi jalur

difusi oksigen dari udara di salah satu sisi membran ke

permukaan dalam bagian rapat membran. Setelah itu, oksigen

Page 18: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

3

tersebut berdifusi ke permukaan pada sisi lain membran melalui

kisi kristal oksida perovskit pada bagian rapat yang tipis (Chien

dkk., 2008).

Pembuatan membran asimetris dapat dilakukan dengan

beberapa metode, salah satunya adalah metode inversi fasa.

Metode ini banyak dipilih untuk pembuatan membran asimetris

karena dianggap fleksibel dan mudah diaplikasikan dalam

pembuatan membran anorganik. Inversi fasa adalah proses

dimana larutan polimer mengalami perubahan dari fasa cair

menuju fasa padatan akibat perubahan pelarut. Pada metode ini

terdapat 3 komponen penyusun penting yakni polimer, pelarut

dan non-pelarut. Ketika proses inversi fasa terjadi, satu fasa

larutan polimer terkonversi menjadi dua yaitu fasa padat

(mengandung banyak polimer) yang membentuk struktur

membran dan fasa cair (mengandung sedikit polimer) yang

membentuk pori (Strathmann dkk., 1975). Hal inilah yang

menyebabkan terbentuknya membran asimetris.

Morfologi membran asimetris perovskit yang dihasilkan

dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain faktor non-pelarut atau

koagulan yang digunakan (Tan dkk., 2011), ukuran partikel filler

(oksida perovskit) (Husnah, 2014) dan konsentrasi polimer

(Bakeri dkk., 2010). Selain faktor-faktor utama tersebut,

morfologi membran juga dapat dimodifikasi dengan penambahan

aditif, baik pada pelarut maupun non pelarut.

Aditif merupakan komponen tambahan yang ditambahkan

ke dalam larutan polimer dengan jumlah yang relatif kecil.

Penambahan aditif pada membran dapat memodifikasi sifat

mekanik, fisika dan kimia dari membran asimetris (Kim dkk.,

1998). Yusran (2015) melaporkan penambahan aditif yang

berbeda menghasilkan morfologi membran asimetris yang

berbeda. Meskipun jumlah aditif yang ditambahkan pada

pembuatan membran dengan metode inversi fasa relatif sedikit,

namun cukup berpengaruh pada morfologi membran asimetris

yang dihasilkan.

Page 19: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

4

Berbagai senyawa anorganik (seperti LiCl) dan senyawa

organik dengan berat molekul besar (seperti Poli Vinil Pirolidon

(PVP) atau Poli etilen glikol (PEG)) banyak digunakan dalam

pembuatan membran asimetris dengan metode inversi fasa.

Senyawa-senyawa tersebut bertindak sebagai non-pelarut yang

ditambahkan ke dalam larutan polimer, atau sering disebut aditif.

Sebagai aditif senyawa-senyawa ini berfungsi untuk membentuk

pori, meningkatkan viskositas larutan casting atau mempercepat

proses inversi fasa. Hal ini disebabkan karena adanya interaksi

antara aditif dengan komponen-komponen lain selama proses

inversi fasa terjadi (Lalia dkk., 2013).

Fontananova dkk. (2006) melaporkan bahwa konsentrasi

aditif yang ditambahkan ke dalam larutan casting berpengaruh

terhadap morfologi membran yang dihasilkan. Dalam

penelitiannya dijelaskan saat konsentrasi LiCl dan PVP dalam

larutan casting PVDF-DMA (Poli Vinil Diflorida – Dimetil

Asetamida) bertambah, maka membran yang terbentuk memiliki

ukuran pori yang lebih kecil. Selain konsentrasi, jenis aditif yang

digunakan juga berpengaruh terhadap morfologi membran.

Chakrabarty dkk. (2008) menggunakan PEG dengan berat

molekul yang berbeda, yakni 400, 6000 dan 20000, sebagai aditif

pada larutan casting membran polimer PSf-NMP (Poli Sulfon -

N-Metil-2-Pirolidon) dan PSf-DMA (Poli Sulfon - Dimetil

Asetamida). Dalam penelitian tersebut dilaporkan bahwa semakin

besar berat molekul PEG yang digunakan, maka membran yang

dihasilkan memiliki ukuran jari-jari pori yang semakin kecil.

Berdasarkan beberapa uraian di atas diketahui bahwa

penambahan aditif dapat berpengaruh terhadap morfologi

membran asimetris polimer. Namun, belum banyak ditemukan

tentang pengaruhnya terhadap pembentukan membran oksida

perovskit. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dipelajari

pengaruh penambahan aditif terhadap pembentukan morfologi

membran asimetris oksida perovskit LSCF 6428.

Page 20: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

5

1.2 Permasalahan

Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan yang di akan

diselesaikan pada penelitian ini adalah bagaimanakah metode

inversi fasa yang dapat menghasilkan morfologi membran

asimetris perovskit yang baik dan memiliki kekuatan mekanik

yang memadai dengan cara pengontrolan penambahan aditif Poli

etilen glikol (PEG) pada larutan polimer yang telah dicampur

serbuk La0,6Sr0,4Co0,2Fe0,8O3-δ.

1.3 Batasan Masalah

Pada penelitian ini digunakan oksida perovskit

La0,6Sr0,4Co0,2Fe0,8O3-δ yang disintesis dengan metode yang telah

dilaporkan sebelumnya oleh Nurherdiana dkk. (2017). Poli

ethersulfon (PESf) sebagai bahan utama membran yang berfungsi

sebagai polimer perekat, dimetil sulfoksida (DMSO) sebagai

pelarut polimer, dan Aqua DM sebagai non pelarut/koagulan.

Aditif yang digunakan adalah PEG 6000 dan 8000 untuk

mengetahui pengaruh berat molekul aditif terhadap morfologi

membran serta variasi konsentrasi aditif sebesar 0 %; 0,23 %;

0,39 % dan 0,55 % seperti yang telah dilaporkan Utami (2014)

pada jenis membran oksida perovskit yang berbeda.

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh metode inversi

fasa yang dapat menghasilkan membran asimetris dengan

morfologi tertentu dengan kekuatan mekanik yang memadai,

yang dikontrol dengan penambahan aditif Poli etilen glikol (PEG)

pada larutan polimer yang telah dicampur dengan serbuk

La0,6Sr0,4Co0,2Fe0,8O3-δ..

Page 21: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

6

“Halaman ini sengaja dikosongkan”

Page 22: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Oksida Perovskit

Material perovskit merupakan komponen terpenting dalam

pembuatan membran transport oksigen. Perovskit memiliki

kemampuan berupa dapat melakukan transport ion oksigen dan

elektron secara bersamaan. Oleh karena itu, perovskit dikenal

dengan istilah mixed ionic and electronics conductors (MIEC)

(Athayde dkk., 2016).

Istilah perovskit pertama kali dikenalkan oleh seorang ahli

geologi asal Rusia bernama Count Lev Aleksevich von Perovski.

Secara umum, oksida perovskit memiliki rumus ABO3 dengan

struktur seperti pada Gambar 2.1. Oksida perovskit yang ideal

digambarkan tipe SrTiO3 dimana Sr sebagai kation sisi A terletak

di tengah kubus dikelilingi oleh 12 atom oksigen yang terletak di

tengah sisi kubus dengan jarak yang sama dan Ti sebagai kation

sisi B terletak di sudut kubus dikelilingi oleh 6atom oksigen

dengan jarak yang sama membentuk oktahedral secara 3 dimensi

(Sunarso dkk., 2008).

Gambar 2. 1 Struktur Oksida Perovskit (Feng dkk., 2008)

Kation sisi A pada oksida perovskit yang digunakan untuk

permeasi oksigen biasanya diisi oleh unsur-unsur tanah jarang,

alkali atau pun alkali tanah, seperti La, Na, Ca, Sr, atau Ba.

Page 23: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

8

Sementara sisi B biasanya diisi oleh unsur logam transisi

(Burgraaf dan Cot, 1996). Jika struktur ABO3 tidak menunjukkan

sifat konduksi ionik yang baik, maka dapat dilakukan substitusi

parsial pada sisi A dan/ atau B. Hal itu dapat menciptakan point

defect atau kisi oksigen pada struktur pervoskit yang dapat

memberikan konduktansi ion oksigen. Strategi ini adalah strategi

yang tepat guna meningkatkan performa membran perovskit

(Wang dkk., 2002 dan Haworth dkk., 2011).

Setiap perovskit yang ideal memiliki rumuas komposisi

A2+

B4+

O3 (mungkin juga A1+

B5+

O3 atau A3+

B3+

O3) dengan jari-

jari kation A yang besar dan B yang lebih kecil (Muller dan Roy,

1974). Pada tahun 1926, Goldschmidt memperkenalkan “faktor

toleransi” untuk mempelajari stabilitas perovskit. Besarnya faktor

toleransi dinyatakan dengan t pada persamaan 2.1.

𝑡 = (𝑟𝐴 + 𝑟𝑂)

2(𝑟𝐵 + 𝑟𝑂)

(2.1)

dimana rA, rB dan rO secara berurutan adalah jari-jari ion A, B

dan O. Secara geometri, oksida perovskit yang ideal memiliki

perbandingan panjang ikatan A-O : B-O sama dengan 2 ∶ 1. Jika

panjang ikatan diasumsikan sebagai jumlah jari-jari 2 ion, maka

nilai faktor toleransi dari perovskit kubus harusnya sama dengan

1. Goldschmidt menyatakan bahwa nilai faktor toleransi oksida

perovskit adalah 0,8-1,0.

Selain faktor toleransi Goldschmidt, faktor oktahedron

merupakan parameter yang sama penting untuk diperhatikan guna

mendapatkan struktur perovskit. Secara umum jika 1 kation M

dan 6 anion X membentuk sebuah oktahedron MX6, maka

perbandingan jari-jari ioniknya rM/rX harus tetap dalam batas

rentang 0,414-0,732. Oleh karena itu, faktor oktahedron ini

merupakan faktor yang sama pentingnya dengan faktor toleransi

Goldschmidt (Feng dkk., 2008).

Perovskit dapat disintesis dengan banyak cara. Beberapa

metode yang dapat digunakan untuk sintesis oksida perovskit,

Page 24: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

9

diantaranya reaksi keadaan padat, ko-presipitasi, hidrotermal,

spray freeze drying, dan proses sol-gel (Cousin dan Ross, 1990).

Mikrostruktur perovskit yang didapatkan pada setiap metode

menghasilkan efek yang signifikan terhadap sifat konduksi

elektronik dan ioniknya. Oleh karena itu, pemilihan metode

sintesis merupakan hal yang penting bagi performa membran

transport oksigen (Sunarso dkk., 2008).

2.2 Oksida Perovskit La0,6Sr0,4Co0,2Fe0,8O3-δ

Fluks permeasi oksigen adalah salah satu parameter

terpenting bagi material oksida perovskit sebagai membran

penghantar ionik dan elektronik. Fluks oksigen yang tinggi

bergantung pada jumlah kekosongan oksigen yang dimiliki.

Substitusi parsial sisi A dan/ atau B dari oksida perovskit adalah

strategi yang tepat untuk meningkatkan fluks oksigen. Ketika di

doping dengan kation yang berbeda, rumus perovskit menjadi

AxA’1-xByB’1-yO3-δ. Simbol δ menunjukkan konsentrasi

kekosongan oksigen dalam struktur, sedangkan x dan y memiliki

nilai yang bervariasi dari 0 sampai 1. Telah banyak penelitian

yang dilakukan untuk mendapatkan material oksida perovskit

yang memiliki fluks permeasi oksigen yang baik serta

menjanjiian secara ekonomi dengan strategi ini. Oksida perovskit

tipe BSCF dan LSCF adalah dua tipe yang paling banyak

dilaporkan (Athayde dkk., 2016).

Oksida perovskit tipe Ba1-xSrxCo1-yFeyO3-δ (BSCF) dan

La1-xSrxCo1-yFeyO3-δ (LSCF) adalah dua jenis oksida perovskit

yang banyak diteliti oleh para peneliti. Oksida perovskit BSCF

dipilih karena memiliki sifat penghantar ionik dan elektronik

yang baik (Wang dkk., 2002). Namun, BSCF memiliki stabilitas

yang kurang baik (Santos dkk., 2011). Oksida perovskit tipe

LSCF banyak dipilih karena memiliki stabilitas mekanik maupun

kimia yang baik serta fluks permeasi oksigen yang tidak buruk

(Lane dkk., 1999). Sifat inilah yang menyebabkan oksida

perovskit LSCF banyak digunakan sebagai membran transport

oksigen.

Page 25: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

10

Teraoka dkk. (1985) melaporkan bahwa fluks permeasi

oksigen oksida perovskit tipe La1-xSrxCo1-yFeyO3-δ (LSCF) yang

tertinggi didapatkan saat x = 1 dan y = 0,2. Substitusi total kation

logam La 3+

oleh Sr2+

menciptakan sebuah kekosongan oksigen

dalam kisi yang menyebabkan peningkatan laju oksigen melewati

membran, sehingga menghasilkan oksigen permeasi yang lebih

banyak dalam waktu yang sama. Namun, Pei (1995) melaporkan

bahwa oksida perovskit SrCo0,8Fe0,2O3-δ memiliki sifat yang tidak

stabil secara mekanik dan kimia saat digunakan untuk sintesis

syngas dengan reaksi partial oxidation of Methane (POM).

Nilai x dan y pada oksida perovskit tipe La1-xSrxCo1-yFeyO3-δ

(LSCF) sangat berpengaruh terhadap sifat mekanik maupun kimia

dari oksida perovskit itu sendiri. Substitusi ion alkali tanah pada

sisi A berpengaruh terhadap non-stokiometri oksigen perovskit

(Mizusaki dkk., 1989). Penambahan kandungan Stronsium (Sr)

pada sisi A menunjukkan peningkatan kekosongan oksigen pada

oksida perovskit seperti yang dilaporkan Lankhorst dan Elshof

(1997). Semetara itu, sisi B dapat mengoptimalkan sifat katalitik

oksida perovskit untuk reaksi oksidasi (Shao dkk., 2000).

Telah banyak membran oksida perovskit tipe LSCF yang

dilaporkan oleh para peneliti. Teraoka dkk. (1985) melaporkan

bahwa semakin banyak kandungan Sr dan Co menghasilkan fluks

permeasi oksigen yang semakin tinggi. Namun, bertambahnya

kandungan Sr dan Co juga dapat menurunkan sifat mekanik dari

membran perovskit LSCF (Petric dkk., 2000). Sementara itu,

adanya La dibutuhkan guna stabilitas dari material oksida

perovskit LSCF (LU dkk., 2000).

La0,6Sr0,4Co0,2Fe0,8O3-δ (LSCF 6428) adalah salah satu oksida

perovskit yang banyak digunakan sebagai membran transport

oksigen. Alasan oksida perovskit LSCF 6428 banyak digunakan

adalah oksida perovskit jenis ini memiliki stabilitas kimia dan

mekanik yang tinggi (Jin dkk., 2000). Tan dkk. (2010) melakukan

penelitian tentang pengaruh suhu sintering terhadap membran

serat berongga LSCF 6428. Pada penelitian tersebut dilaporkan

bahwa struktur kristal oksida perovskit LSCF 6428 masih terjaga

Page 26: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

11

dengan baik meskipun telah disinter pada suhu 1300°C selama 8

jam, bahkan sampai suhu 1500 °C selama 4 jam pun strukturnya

masih terjaga dengan baik. Pada penelitian lain, Tan dkk. (2011)

melaporkan bahwa membran serat berongga oksida perovskit

LSCF 6428 memiliki kekuatan mekanik sampai 154 MPa yang

diukur dengan instrumen three point bending.

Selain memiliki kestabilan kimia dan mekanik yang baik,

oksida perovskit LSCF 6428 juga memiliki sifat permeabilitas

oksigen yang baik pula. Dengan kombinasi oksida perovskit

LSCF 6428 dan katalis NiO/γ-Al2O3 pada satu membran

mengonversikan CH4 menjadi syngas melalui reaksi partial

oxidation of methane dengan selektivitas CH4 dan CO masing-

masing lebih dari 96 % dan 97 %. Pada reaksi ini oksida perovskit

berperan sebagai penyedia oksigen (Jin dkk., 2000).

2.3 Membran

Secara umum membran dapat didefiniskan sebagai pemisah

yang selektif antara dua fasa. Teknologi ini digunakan pada

banyak proses pemisahan. Sebuah membran dapat berupa lapisan

tebal atau tipis, strukturnya dapat homogen atau heterogen, dan

transportnya dapat pasif atau aktif. Transport pasif dikendalikan

dengan perbedaan tekanan konsentrasi atau suhu. Selain itu,

membran juga bisa terbuat secara alami maupun sintesis, netral

ataupun bermuatan. Teknologi membran memiliki banyak

keuntungan, antara lain :

pemisahan dapat dilakukan secara kontinu,

secara umum hanya membutuhkan energi yang rendah,

proses pemisahan dapat dengan mudah dikombinasikan

dengan proses pemisahan lain,

pemisahan dapat dilakukan di kondisi normal,

sifat membran bervariasi dan dapat diatur,

tidak membutuhkan bahan tambahan (Mulder, 1996).

Membran dapat dikelompokkan dengan berbagai sudut

pandang. Menurut pembuatannya, membran dapat

diklasifikasikan menjadi membran alami dan membran buatan

Page 27: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

12

atau sintetis (Mulder, 1996). Membran sintetis itu sendiri dapat

diklasifikasikan sebagai berikut :

Menurut material penyusun membran: membran polimer

organik, membran anorganik (oksida, keramik, logam),

membran komposit organik-anorganik.

Menurut morfologi penampang lintangnya: Membran

simetris (relatif tebal sekitar 50-500 μm dan berasal dari 1

material penyusun), membran asimetris ( biasanya tipis,

hanya beberapa μm, memiliki 2 atau lebih lapisan dengan

morfologi yang berbeda, berasal dari material yang sama),

membran komposit matriks campuran 2 atau multi layer.

Metode preparasi: inversi fasa larutan polimer, proses sol-gel

untuk material anorganik atau organik-anorganik, reaksi

penghubung untuk lapisan tipis komposit, ekstruksi fabrikasi

mikro

Bentuk membran: membran datar, membran serat berongga,

membran lembaran berongga, kapsul.

(Ulbrich dkk., 2004)

Membran adalah inti dari setiap proses membran dan dapat

dianggap sebagai pemisah yang selektif antara 2 fase. Skema

pemisahan membran dapat ditunjukkan oleh Gambar 2.2.

Gambar 2. 2 Skema pemisahan dua fasa dengan membran

(Mulder, 1996)

Fase I biasa disebut sebagai fase feed atau fase hulu dan fase II

adalah sisi permeat atau fase hilir. Pemisahan terjadi karena

membran

Fase I Fase II

Page 28: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

13

membran memiliki kemampuan untuk transpor satu komponen

dari campuran feed dari pada komponen lain.

Kemampuan atau efisiensi membran ditentukan oleh dua

parameter, yaitu selektivitas dan aliran zat melewati membran.

Fluks atau laju permeasi didefinisikan sebagai volume aliran

melewati membran persatuan luas dan waktu. Selektivitas

membran untuk sebuah campuran secara umum ditunjukkan oleh

satu atau dua parameter, yakni retensi (R) atau faktor pemisahan

(α). Untuk campuran cairan yang encer yang mengandung pelarut

(kebanyakan air) dan zat terlarut, selektivitas lebih cocok

diekspresikan dengan retensi untuk zat terlarut. Zat terlarut secara

parsial atau seluruhnya tertahan saat pelarut (air) molekul

melewati membran. Besarnya retensi (R) ditunjukkan oleh

persamaan 2.2.

𝑅 = 𝐶𝑓 − 𝐶𝑝

𝐶𝑓= 1 −

𝐶𝑝

𝐶𝑓 (2.2)

dimana Cf adalah konsentrasi zat terlarut sisi hulu atau sisi feed

dan Cp adalah konsentrasi zat terlarut sisi permeat atau sisi hilir.

Nilai R tidak tergantung pada satuan konsentrasi. Nilai R

bervariasi antara 0-100 %.

Selektivitas membran utnuk campuran gas dan cairan

organik biasanya diekspresikan dengan istilah faktor pemisahan

(α). Untuk campuran yang mengandung komponen A dan B,

faktor selektivitasnya ditunjukkan dengan αA/B. Besarnya

αA/Bditunjukkan oleh persamaan 2.3.

𝛼 𝐴𝐵 =

𝑌𝐴/𝑌𝐵

𝑋𝐴/𝑋𝐵 (2.3)

dimana YA dan YB adalah konsentrasi komponen A dan B pada

sisi permeat, sedangkan XA dan XB adalah konsentrasi komponen

pada sisi hulu/feed (Mulder, 1996).

Page 29: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

14

2.4 Membran Asimetris

Berdasarkan morfologi penampang melintangnya membran

dibedakan menjadi 2, yakni membran simetris dan membran

asimetris (Gambar 2.3). Membran simetris adalah membran yang

memiliki morfologi seragam di seluruh bagiannya (berpori atau

rapat). Membran jenis ini biasanya tebal. Kemampuan transfer zat

membran ini ditentukan oleh ketebalan membran. Semakin tebal

membran, maka kemampuan transfer zatnya semakin berkurang

(Mulder, 1996).

Membran asimetris secara umum dapat didefinisikan sebagai

membran yang memiliki lapisan intermediet mesopori dan lapisan

atas mikropori (atau rapat). Lapisan bawah memberikan sifat

mekanik membran. Lapisan tengah bertindak sebagai

penjembatan ukuran pori yang berbeda diantara lapisan

pendukung dan lapisan atas. Sedangkan lapisan atas adalah

lapisan dimana proses pemisahan terjadi (Chien dkk., 2008).

Membran asimetris biasanya memiliki lapisan atas atau lapisan

“kulit” dengan ketebalan 0,1-5 μm dan substruktur berpori

dengan ketebalan 100-300 μm. Sifat material dan ukuran pori

pada lapisan “kulit” menentukan karakteristik pemisahan

membran tersebut, sedangkan sub-lapisan berpori hanya sebagai

pendukung lapisan “kulit” yang tipis dan rapuh serta berdampak

kecil terhadap karakteristik pemisahan atau laju transfer massa

membran. Karena memiliki beberapa bentuk morfologi, membran

asimeteris memiliki sifat yang unik, yakni memiliki fluks

permeasi yang tinggi dan stabilitas mekanik yang baik

(Strathmann, 2011). Sifat inilah yang menyebabkan membran

asimetris banyak digunakan dan dikembangkan di bidang

industri.

Membran asimetris dapat dibuat dengan 2 teknik. Teknik

pertama adalah preparasi membran asimetris dengan teknik

berbasis proses inversi fasa. Dengan teknik inversi fasa ini sebuah

membran memiliki struktur kulit dan pendukung yang terbuat dari

material yang sama dan terjadi dalam sebuah proses tunggal.

Teknik lain yang dapat digunakan untuk preparasi membran

Page 30: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

15

asimetris adalah teknik semacam komposit, dimana sebuah

lapisan pemisah yang tipis terdeposit pada sebuah struktur berpori

dan terjadi dalam 2 tahap proses. Dalam teknik ini lapisan

pemisah dan lapisan pendukung umumnya terbuat dari material

yang berbeda (Strathmann, 2011).

(a) (b)

Gambar 2. 3 Foto SEM (a) membran simetris, (b) membran

asimetris (Ulbricht dkk., 2004)

2.5 Inversi Fasa Rendam endap-Sintering

Inversi fasa adalah proses dimana suatu polimer

bertransformasi secara terkontrol dari fase cairan menjadi fase

padat. Proses pemadatan sangat sering diinisiasi dengan transisi

dari keadaan satu cairan menjadi keadaan dua cairan (pemisahan

cair-cair) atau sering disebut demixing. Selama pada keadaan

pemisahan, salah satu fasa cair (fase dengan konsentrasi polimer

yang tinggi) akan memadat sehingga membentuk matriks yang

padat. Morfologi membran yang dibuat dapat dikontrol dengan

mengontrol keadaan awal transisi fasa (Mulder, 1996).

Terdapat beberapa teknik dalam preparasi membran

asimetrisdengan cara inversi fasa seperti teknik penguapan

pelarut,pemadatan dengan penguapan terkontrol, pemadatan

termal, penguapan dari fasa uap dan pemadatan dengan

pencelupan atau biasa disebut dengan rendam endap. Teknik

Page 31: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

16

inversi fasa rendam endap inilah yang banyak digunakan (Mulder,

1996). Inversi fasa rendam endap adalah proses dimana larutan

polimer atau larutan casting dicelupkan ke dalam bak koagulan

yang berisi non-pelarut (seperti ditunjukkan pada Gambar 2.4.

Gambar 2. 4 Tahapan proses pencetakan membran dengan teknik

inversi fasa rendam endap(Hubadilla, dkk., 2016)

Selama pencelupan larutan casting ke dalam bak kuagulan

terjadi pertukaran antara pelarut dan non-pelarut. Proses

pertukaran pelarut dan non-pelarut yang terjadi selama

pencelupan ditunjukkan pada Gambar 2.5. pelarut berdifusi ke

dalam bak koagulan dengan flux J2 dan non-pelarut berdifusi ke

dalam larutan polimer/ casting dengan flux J1. Setelah beberapa

saat terjadi pertukaran pelarut dan non-pelarut larutan menjadi

kurang stabil secara termodinamika dan terjadilah demixing

menjadi 2 fasa. Fasa yang kaya akan polimer akan mengeras

membentuk struktur membran dan fasa yang lain akan

membentuk pori. Akhirnya, terbentuklah membran polimer padat

berbentuk film dengan struktur asimetris. Laju difusi pergantian

pelarut dan non-pelarut mempengaruhi terbentuknya struktur

membran asimetris. Jika J2>>J1 maka biasanya akan membentuk

membran ultrafiltrasi dengan struktur menjari (fingerlike)

berukuran pori 10-300 Å. Jika J2 = J1 maka membran yang

didapatkan adalah membran mikrofiltrasi dengan ukuran pori 0,2-

0,5 μm (Lalia dkk., 2013). Sebaliknya, jika J2<J1, maka akan

Page 32: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

17

membentuk membran asimetris dengan sturktur seperti spon

(spongelike) (Tan, dkk., 2011).

Gambar 2. 5 Proses pertukaran pelarut dan non-pelarut (Lalia

dkk., 2013)

Dalam metode inversi fasa terdapat beberapa faktor yang

dapat mempengaruhi morfologi membran yang dihasilkan.

Faktor-faktor tersebut antara lain :

a. Jenis Polimer

Pada teknik inversi fasa tidak semua jenis polimer dapat

digunakan. Jenis polimer dan kopolimer yang digunakan

juga dapat mempengaruhi struktur membran, termasuk

morfologi bagian dalam dan permukaan meskipun teknik

preparasi yang digunakan sama persis (Khayet dkk., 2011).

Seperti yang dilaporkan Feng dkk. (2004) bahwa

penggunaan polimer PVDF dan PVDF-TFE pada 2 membran

berbeda yang dibuat dengan metode preparasi yang sama

menghasilkan morfologi yang berbeda. Membran yang

menggunakan polimer dan kopolimer PVDF-TFE memiliki

ukuran pori yang lebih kecil dibandingkan dengan membran

yang dibuat dengan polimer PVDF. Dengan perbedaan

morfologi yang signifikan antara 2 membran ini, tentunya

menghasilkan fluks dan kekuatan mekanik yang berbeda

pula diantara keduanya.

b. Konsentrasi polimer

Konsentrasi polimer pada larutan awal merupakan salah satu

faktor yang sangat berpengaruh terhadap struktur membran

yang dibuat. Konsentrasi polimer yang semakin bertambah,

Page 33: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

18

menyebabkan ukuran pori dan porositas membran yang

semakin menurun (Khayet dkk., 2011). Hal serupa juga

dilaporkan Bakeri dkk. (2010) yang membuat membran

polimer Poli eterimida (PEI) dengan konsentrasi yang

bervariasi antara 10-15 %. Membran dengan konsentrasi PEI

yang lebih besar memiliki ukuran pori dan porositas

permukaan efektif yang lebih kecil. Hal ini membuat fluks

permeasi membran juga menjadi lebih kecil.

c. Aditif Non-Pelarut dan konsentrasinya

Pada metode inversi fasa, aditif non-pelarut pada larutan

awal bertindak sebagai agen pembentuk pori pada membran.

Pori yang terbentuk akan mempengaruhi kemampuan

selektivitas dan permeabilitas dari membran tersebut (Khayet

dkk., 2011). Secara umum, saat konsentrasi aditif non-

pelarut pada larutan awal bertambah maka ruang kosong

pada membran juga meningkat yang berakibat pada

pengurangan sifat mekanik dari membran tersebutsecara

drastis (Tomaszewska, 1996).

d. Jenis aditif non-pelarut.

Pembuatan membran dengan metode inversi fasa

menggunakan teknik, polimer, pelarut dan koagulan yang

sama namun menggunakan aditif non-pelarut yang berbeda

juga akan menghasilkan struktur membran yang berbeda

pula. Hal tersebut telah dilaporkan Yusran (2014) bahwa

dengan prosedur yang sama namun menggunakan aditif yang

berbeda-beda, menghasilkan morfologi membran perovskit

yang berbeda-beda pula. pada penilitannya, Yusran

menggunakan aditif metanol, etanol dan propanol pada

masing-masing membran. Hasilnya menunjukkan bahwa

membran perovskit yang menggunakan metanol memiliki

pori yang lebih banyak dan teratur dari pada membran yang

menggunakan etanol maupun propanol.

e. Pelarut atau campuran pelarut

Pelarut atau campuran pelarut sangat berpengaruh terhadap

morfologi dari membran yang yang dihasilkan. Hal ini

Page 34: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

19

disebabkan karena interaksi antara pelarut-koagulan dan

antara pelarut-polimer memainkan operan yang penting

terhadap laju pengendapan polimer.

f. Koagulan

Kecepatan pengerasan dari larutan awal (campuran polimer,

aditif dan pelarut) mempengaruhi morfologi membran dan

struktur akhir dari membran. Laju pengerasan membran

dapat dikontrol oleh koagulan yang digunakan. Dalam

penelitiannya tentang pembuatan membran perovskit serat

berongga dengan metode inversi fasa, Tan dkk (2011)

menggunakan komposisi larutan awal yang sama namun

koagulan yang dipakai berbeda-beda komposisi. Dari

perlakuan tersebut menghasilkan membran yang memiliki

morfologi berbeda-beda. Selain itu, suhu dari koagulan juga

dapat mengontrol laju pengerasan. Jika suhu koagulan

bertambah, maka laju pertukaran pelarut dan non-pelarut

menjadi semakin cepat. Hal itu dapat menyebabkan

terbentuknya sebuah lapisan kulit yang rapat (Khayet dkk.,

2011).

Dalam pembuatan membran keramik dengan metode inversi

fasa, langkah selanjutnya yang dilakukan setelah membran

mentah terbentuk adalah proses sintering. Sintering merupakan

salah satu teknologi manusia tertua yang sudah mulai digunakan

sejak pada zaman prasejarah untuk membakar tembikar dan

pembuatan peralatan dari bijih besi atau logam. Namun, secara

fundamental dan sains sintering baru dipelajari pada sekitar tahun

1940-an (Kang, 2005).

Sintering adalah teknik yang digunakan untuk membuat

material dengan densitas terkontrol dan komponen dari serbuk

logam dan/ atau keramik dengan memanfaatkan energi termal

(Kang, 2005). Jarak antar partikel yang saling kontak menjadi

lebih kecil, bahkan hilang selama proses sintering seperti

ditunjukkan pada Gambar 2.6 (Mulder, 1996). Sintering

merupakan salah satu tahapan penting dalam pembuatan

membran keramik. Tan dkk. (2010) menjelaskan bahwa

Page 35: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

20

perlakuan suhu sintering yang berbeda dapat menghasilkan

membran dengan morfologi yang berbeda pula. Semakin tinggi

suhu sintering maka menghasilkan membran dengan ukuran butir

yang lebih kecil. Hal tersebut menyebabkan fluks permeasi

membran tersebut juga semakin kecil. Selain itu, hal tersebut juga

membuat kekuatan mekanik membran juga semakin meningkat

seperti ditunjukkan Gambar 2.7.

Gambar 2.6 Partikel selama proses sintering (Mulder, 1996)

Gambar 2.7 Pengaruh Suhu sintering terhadap kekuatan mekanik

membran perovskit (Tan dkk., 2010)

Membran perovskit yang dibuat dengan metode inversi fasa

membutuhkan sintering pada suhu lebih dari 1000 °C. Hal ini

dikarenakan selama proses sintering terjadi beberapa reaksi.

Reaksi-reaksi tersebut antara lain adalah reaksi dekomposisi

pelarut yang masih tertinggal di dalam membran, reaksi

dekomposisi polimer dan reaksi pemadatan membran. Hal

tersebut dapat diketahui dengan analisis termal gravimetri.

(Machfudzoh, 2014).

Page 36: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

21

2.6 Difraksi Sinar-X

Sinar X merupakan radiasi elektromagnetik yang memiliki

energi foton antara 0,1-100 keV. Sinar ini digunakan dalam

berbagai bidang di kehidupan sehari-hari, seperti bidang

kesehatan, keamanan, sains, dll. Dalam bidang kesehatan sinar ini

digunakan untuk mendiagnosis penyakit di dalam tubuh manusia

atau yang lebih dikenal dengan rontgen. Dalam bidang keamanan

sinar X digunakan untuk memeriksa apakah isi barang bawaan

terdapat benda berbahaya atau tidak. Dalam bidang sains, sinar X

digunakan untuk menganalisis komposisi unsur-unsur kimia suatu

bahan/ zat dan juga mineralogi/ struktur kristal dari suatu bahan

dengan metode difraksi (Prasetyoko dkk., 2016).

Teknik difraksi (biasanya menggunakan sinar X) adalah

salah satu metode penting dalam kimia anorganik yang digunakan

untuk menentukan struktur. Difraksi sinar X telah digunakan

untuk menentukan 25000 substansi berbeda, termasuk 10000

senyawa anorgnik murni dan banyak senyawa organologam.

Metode ini digunakan untuk menentukan posisi atom dan ion

yang menyusun suatu senyawa padatan, sehingga dengan metode

ini dapat memberikan gambaran atau deskripsi ciri-ciri suatu

struktur, seperti panjang ikatan, sudut ikatan serta posisi relatif

ion dan molekul dalam sebuah unit sel. Informasi strukturan

tersebut dapat diintrepretasikan untuk memprediksi struktur dan

menjelaskansifat-sifat suatu gejala (Atkins dkk., 2010).

Pada aplikasi difraksi sinar X, hanya sinar X dengan panjang

gelombang sampai 0,1 Å (1-120 keV) yang digunakan karena

sinar X berenergi tinggi ini mampu menembus hingga ke bagian

dalam material sehingga dapat memberikan informasi tentang

struktur susunan atom-atom material tersebut secara utuh, bukan

hanya permukaan saja. Sinar X dihasilkan ketika berkas elektron

yang dipercepat dengan medan bervoltase tinggi diarahkan untuk

menumbuk suatu target padatan (umumnya Cu dan Mo) sehingga

elektron-elektron tersebut mengalami perlambatan sekaligus

melepas sinar X dengan spektrum kontinyu yang disebut radiasi

Bremsstrahlung. Selain itu, elektron-elektron berenergi tinggi

Page 37: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

22

tersebut juga dapat melontarkan elektron-elektron pada kulit

terdalam pada atom-atom padatan target melalui proses ionisasi.

Hal ini membuat elektron-elektron bebas di kulit yang lebih luar

dapat mengisi kekosongan elektron di kulit terdalam. Untuk

mengisi kekosongan elektron terdalam, elektron kulit yang lebih

luar melepaskan sinar X yang bersifat diskrit dan khas untuk

padatan target yang digunakan. Proses menghasilkan sinar X

terjadi di tabung sinar X.

Berkas sinar X monokromatik (sinar X dengan panjang

gelombang tertentu) yang menumbuk suatu material akan

dipantulkan oleh atom-atom penyusun material tersebutsesuai

hukum pemantulan sinar tampak pada cermin. Jika atom-atom

material tersebut tersusun rapi dan berulang, maka akan

menghasilkan suatu pola pantulan yang berulang serta mengikuti

kaidah difraksi sinar tampak oleh celah sempit. Pola difraksi

adalah pola gelap-terang sinar yang dipantulkan karena interaksi

berkas sinar yang saling menguatkan-melemahkan. Pola terang

terjadi ketika dua atau lebih sinar saling menguatkan karena

memiliki panjang dan fasa gelombang yang sama. Sementara itu,

pola gelap terjadi saat dua atau lebih sinar saling melemahkan

karena memiliki fasa yang berbeda, meskipun panjang

gelombangnya sama. Untuk memenuhi kondisi tersebut, maka

maka berkas sinar pantulan akan saling menguatkan apabila

memenuhi hukum Bragg, sesuai dengan persamaan 2.4.

n λ = 2 d sin θ (2.4)

dimana n adalah orde sinar (bilangan bulat), λ adalah panjang

gelombang berkas sinar, d adalah jarak antar bidang pemantul dan

θ adalah sudut pantulan (Prasetyoko dkk., 2016).

Difraksi sinar X hanya dapat diaplikasikan untuk padatan

kristalin. Hal ini disebabkan karena atom-atom penyusun padatan

kristalin tersusun rapi sedemikian rupa sehingga bentuknya

menyerupain bidang-bidang dengan jarak antar bidang tertentu

dan tiap atom dapat dapat memantulkan berkas sinar X. Struktur

Page 38: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

23

tersebut tidak dimiliki padatan amorf, sehingga teknik ini tidak

bisa diterapkan pada padatan amorf. Pola difraksi sinar X dari

suatu material kristalin adalah khas dan sesuai dengan struktur

kristalnya, seperti contoh pada Gambar 2.8 yang menunjukkan

pola difraksi dari struktur kristal oksida perovskit

La0,6Sr0,4Co0,2Fe0,8O3-δ yang memiliki bentuk kristal rombohedral.

Instrumen yang digunakan untuk teknik difraksi sinar X disebut

dengan difraktometer. Difraktometer tersusun atas generator sinar

X, goniometer dan detektor yang dilengkapi dengan pembangkit

tegangan tinggi (Prasetyoko dkk., 2016).

Gambar 2.8 Contoh difraktogram perovskit La0,6Sr0,4Co0,2Fe0,8O3-δ

(Santos dkk., 2011)

2.7 Thermo Gravimetric Analysis-Differential Scanning

Calorimetry (TGA-DSC)

Analisis termal adalah analisis perubahan sifat sampel yang

dipanaskan. Biasanya analisis ini dilakukan pada sampel padatan.

Saat dipanaskan sampel mengalami beberapa perubahan,

diantaranya pelelehan, transisi fasa, penguapan dan dekomposisi

(Atkins dkk., 2010)

Salah satu analisis termal yang sering digunakan adalah

Thermo Gravimetric Analysis (TGA). TGA adalah pengukuran

Page 39: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

24

massa sampel sebagai fungsi suhu atau waktu. Sampel dipanaskan

dengan laju pemanasan yang konstan. Sampel yang bermassa Mi

memiliki massa yang konstan, sampai akhirnya mulai

terdekomposisi pada suhu Ti. Dengan suhu yang terus bertambah

dengan laju tertentu, proses perubahan massa terjadi pada suatu

range suhu Ti-Tf. Massa sampel akan kembali konstan pada suhu

diatas Tf yang disebut dengan massa residu, Mf. Massa awal

(Mi), Massa residu (Mf) dan perubahan massa (∆M) sampel

selama pemanasan dapat digunakan untuk kalkulasi kuantitatif

perubahan komposisi, mengetahui reaksi yang terjadi, dll (West,

2014). Contoh hasil analisis termal TGA ditunjukkan oleh

Gambar 2.9. Gambar 2.9 menunjukkan analisis TGA

CuSO4.5H2O dari suhu ruang sampai 300 °C. Pada rentang suhu

tersebut CuSO4.5H2O mengalami 3 tahap kehilangan massa.

Tahapan-tahapan kehilangan massa tersebut menunjukkan reaksi

dehidrasi CuSO4.5H2O menjadi CuSO4.3H2O, lalu CuSO4.H2O

dan CuSO4.

Gambar 2. 9 Contoh Kurva TGA CuSO4.5H2O (Atkins dkk.,

2010)

Page 40: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

25

TGA terdiri dari beberapa komponen penyusun yang satu

sama lain saling berkaitan. Pengukuran massa sampel dilakukan

menggunakan neraca termal (thermobalance). Furnace elektrik

dengan suhu terprogram untuk memanaskan sampel dengan suhu

tertentu dan kontroler yang memungkinkan sampel dipanaskan

dan ditimbang secara bersamaan. Set TGA ditunjukkan seperti

Gambar 2.10 (Atkins dkk., 2010).

Gambar 2. 10 Set Prinsip Instrumen TGA (Atkins dkk., 2010)

Analisis termal lain yang sering digunakan adalah DSC

(Differential Scanning Calorimetry). Pada DSC terdapat 2

material yang diukur, yakni material sampel dan material

pemanding. Sampel dibandingkan dengan material pembanding

yang inert selama proses pemanasan terprogram. Suhu sampel

dan material pembanding dijaga tetap sama dengan

menambahkan panas ke sampel atau ke material pembanding jika

sampel mengalami perubahan eksotermis. Perubahan entalpi yang

Page 41: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

26

terjadi diukur secara langsung (West, 2014). Peristiwa termal

yang terjadi ditandai dengan adanya selisih atau deviasi dari

baseline DSC yang menunjukkan peristiwa tersebut eksotermis

atau endotermis sesuai dengan energi yang diberikan ke sampel

dan pembanding. Reaksi endotermis ditunjukkan dengan selisih

positif (diatas) baseline sesuai dengan peningkatan energi atau

panas yang diberikan ke sampel. Sebaliknya, reaksi eksotermis

ditunjukkan dengan selisih negatif (dibawah) baseline (Atkins

dkk., 2010).

2.8 Scanning Electron Microscope (SEM)

Mikroskop elektron adalah alat serba guna yang digunakan

untuk mengetahui morfologi, struktur dan informasi komposisi

lewat perbesaran sebuah jarak atau area.Ada beberapa jenis

mikroskop elektron, salah satu yang sering digunakan adalah

SEM (scanning electron microscope). SEM dapat memenuhi

kekurangan yang ada pada mikroskop optik biasa. SEM dapat

digunakan untuk mempelajari segi tekstur, topografi dan

permukaan sebuah serbuk atau bagian padatan. SEM dapat

menghasilkan gambar dengan kualitas 3 dimensi karena depth of

field yang dimiliki instrumen ini. Selain itu, SEM juga dapat

digunakan untuk melihat perbesaran yang tidak bisa dicapai

menggunakan mikroskop optik. Mikroskop optik biasa mampu

memperbesar benda dengan ukuran ~1 μm, namun dengan

menggunakn SEM dapat memperbesar benda dengan ukuran dari

~10-2

μm sampai dengan ~102 μm (West, 2014)

Penggambaran mikroskop elektron sama halnya dengan

mikroskop optik konvensional biasa, tapi dalam kerjanya

menggunakan elektron dan menggambarkan foton. Dalam SEM,

objek atau sampel dipindai oleh sinar dan kemudian sebaran sinar

hasil pemindaian digambarkan oleh detektor. Hasil penggambaran

oleh SEM tergantung pada seberapa tajam sinar yang difokuskan

ke sampel, bagaimana ia memindai sampel dan seberapa banyak

sinar yang mengenai sampel sebelum tersebar (Atkins dkk.,

2010). Contoh hasil SEM ditunjukkan oleh Gambar 2.11.

Page 42: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

27

Gambar 2.11 Foto SEM membran serat berongga perovskit LSCF

6428 (Tan dkk., 2011)

Sampel yang akan dilihat menggunakan SEM haruslah

konduktif. Hal ini disebabkan prinsip instrumen SEM adalah

menggunakan elektron. Jika sampel bersifat non konduktif, maka

elektron akan terkumpul pada sampel dan berinteraksi dengan

sinar elektron itu sendiri sehingga akan menghasilkan gambar

yang tidak jelas atau blur. Untuk menghindari hal tersebut, maka

sampel yang bersifat kurang atau non konduktif harus dilapisi

dengan lapisan logam yang tipis (biasanya menggunakan emas

atau alumunium ) terlebih dahulu (Atkins dkk., 2010).

2.9 Uji Kekuatan Mekanik (Kekerasan) Membran

Kekuatan mekanik adalah salah satu parameter penting untuk

sebuah membran. Sifat mekanik yang penting untuk

dipertimbangkan adalah kekerasan. Kekerasan adalah ukuran

resistensi suatu bahan untuk berubah bentuk atau deformasi di

suatu lokasi atau titik. Uji kekerasan lebih sering dilaporkan dari

pada uji mekanik yang lain. Hal ini disebabkan karena beberapa

alasan sebagai berikut :

Mudah dan tidak mahal, biasanya tidak ada sampel yang

butuh disiapkan secara khusus serta alat ujinya yang relatif

tidak mahal.

Page 43: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

28

Bukan uji yang destruktif, sampel yang diuji tidak butuh

dipatahkan, dihancurkan atau diubah bentuk secara total.

Sampel hanya mengalami sedikit lekukan.

Sifat mekanik lainnya dapat diestimasikan dari data

kekerasan, seperti kekuatan regangan, dll.

Salah satu metode uji kekerasan yang banyak digunakan

adalah Vickers Hardness. Terkadang metode ini juga disebut

dengan uji intan piramid. Setiap uji dengan metode ini

menggunakan indentor (biasanya terbuat dari intan) yang sangat

kecil berbentuk piramid yang ditekankan ke permukaan sampel,

seperti ditunjukkan pada Gambar 2.12. Beban yang digunakan

sangatlah kecil, dalam rentang antara 1-1000 g. Lekukan yang

dihasilkan dari penekanan sampel dengan intan diamati dengan

mikroskop dan diukur. Hasil pengukuran ini kemudian

dikonversikan ke sebuah satuan kekerasan. Oleh karena itu,

metode uji ini juga disebut juga sebagai uji lekukan mikro yang

berbasis ukuran lekukan atau indentasi. Metode Vickers ini cocok

untuk pengukuran kekerasan pada sampel yang kecil dan titiknya

spesifik.Permukaan sampel mungkin butuh dipersiapkan (diasah

dan ampelas) secara hati-hati untuk mendapatkan penggambaran

yang baik dan pengukuran yang akurat (Callister, 2007).

Gambar 2.12 Indentor (A) tampak dari samping, (B) tampak dari

bawah (Callister, 2007)

Nilai satuan kekerasan yang dihasilkan dari metode Vickers

Hardness adalah Hv. Besarnya Hv didapatkan dari besarnya

beban uji (P) yang dibagi dengan luas permukaan bekas luka

tekan indentor, seperti yang ditunjukkan oleh persamaan 2.5.

HV = 1,854 P/d2 (2.5)

Page 44: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

29

Akbari, dkk (2016) melakukan uji kekerasan terhadap oksida

perovskit LSCF 6419. Serbuk oksida perovskit LSCF 6419 dibuat

bentuk kepingan dengan metode penekanan uniaksial dan

sintering. Kepingan yang telah disinter dilakukan uji kekerasan

dengan Vickers microhardness dengan variasi beban antara 5-10

N dengan waktu penahanan 15 detik dan didapatkan hasil seperti

pada Gambar 2.13.

Gambar 2.13 Grafik hasil uji kekerasan dengan MicroHardness

kepingan oksida perovskit LSCF 6419 (Akbari, dkk., 2016)

2.10 Termo Mechanical Analysis (TMA)

Analisis termal merupakan pengukuran sifat fisika dan kimia

suatu sampel sebagai fungsi suhu. Selain TGA dan DSC, yang

telah diterangkan pada sub bab sebelumnya, thermo mechanical

analysis (TMA) melengkapi teknik analisis termal lainnya. Pada

TMA perubahan dimensional dan viskoelastis suatu sampel

direkam berdasarkan suhu. Hal ini tidak mungkin didapatkan dari

analisis gravimetri (TGA) dan entalpi (DTA dan DSC).

(Humphries dkk., 1971)

Page 45: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

30

Analisis termal dengan teknik TMA dapat digunakan untuk

mengukur koefisien ekspansi termal suatu sampel. Tenik TMA ini

dapat dilakukan menggunakan instrumen dilatometer.

Dilatometer dapat merekam suhu dan perubahan dimensi linear

suatu sampel. Hal inilah yang digunakan unutk mengukur

koefisien ekpansi termal sampel tersebut (West, 2014).

Swierczek (2008) melakukan uji TMA terhadap perovskit

LSCF 4628. Pada penelitiannya, Swierczek membuat serbuk

perovskit LSCF 4628 menjadi pelet. Kemudian dilakukan uji

TMA dengan dilatometer terhadap pelet tersebut. Pengujian

dilakukan pada rentang suhu 50-900 °C dengan laju kenaikan

suhu 5 °C/ menit. Hasil pengujian TMA ditunjukkan pada

Gambar 2.14. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa LSCF

4628 dalam bentuk pelet memiliki koefisien ekspansi termal 15,9

x 10-6

/ °K pada rentang suhu 100-500 °C dan 32,8 x 10-6

/ °K pada

rentang suhu 600-800°C.

Gambar 2. 14 Grafik Ekspansi termal LSCF 4628 (Swierczek,

2008)

Page 46: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

31

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yakni sintesis

oksida perovskit dengan metode reaksi solid state serta preparasi

membran datar asimetris dengan metode inversi fasa dan

sintering.

3.1 Alat dan Bahan

3. 1. 1 Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi

peralatan sintesis dan preparasi membran datar asimetris

perovskit serta peralatan karakterisasi. Peralatan yang digunakan

untuk sintesis dan preparasi membran datar asimetris perovskite

adalah sebagai berikut : kaca arlogi, spatula, mortar, neraca

analitik, erlenmeyer, magnetic stirrer, krusibel, oven, furnace,

ayakan 400 mesh, plat kaca dan bak.

Alat yang digunakan untuk karakterisasi meliputi X-Ray

Difraction (XRD) untuk mengetahui bentuk kristalinilitas serbuk

perovskit, Instrumen Thermal Gravimetry Analisys-Differential

Scanning Calorimetry (TGA-DSC) untuk menentukan suhu

sintering membran mentah, Scanning Electron Microscope

(SEM) untuk mengetahui morfologi dari membran datar

asimetris, Dillatometer untuk Thermo Mechanical Analisys

(TMA), Micro Vickers Hardness untuk mengetahui kekuatan

mekanik membran.

3. 1. 2 Bahan

Bahan yang diguanakan dalam penelitian ini adalah La2O3,

SrCO3, Co2O3, Fe2O3 sebagai bahan baku atau prekursor untuk

sintesis oksida perovskit, DMSO (Dimetil Sulfoksida) sebagai

pelarut polimer, PESf (Poliethersulfon) sebagai binder polimer,

PEG (Poli etilen Glikol) 6000 dan 8000 sebagai aditif, serta Aqua

DM sebagai non pelarut atau koagulan.

Page 47: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

32

3.2 Prosedur Penelitian

3.2.1 Sintesis Oksida Perovskit La0,6Sr0,4Co0,2Fe0,8O3-δ (LSCF

6428)

Sintesis oksida perovskit dilakukan dengan metode solid

state reaction. Sebelum dimulai proses sintesis, prekursor yang

digunakan berupa oksida-oksida dan karbonat-karbonat

dikeringkan dalam oven pada suhu 105°C selama 1 jam, lalu

disimpan di dalam desikator selama 24 jam. Ditimbang oksida-

oksida dan karbonat-karbonat prekursor dengan perbandingan

mol La2O3 : SrCO3 : Co2O3 : Fe2O3 sama dengan 3 : 4 : 0,67 : 4.

Selanjutnya, prekursor dicampur dan dihaluskan dengan

menggunakan alu dan mortar selama 2 jam. Kemudian, dilakukan

proses kalsinasi pada suhu 400 °C selama 1 jam dengan laju

pemanasan 3 °C/menit dan dilanjutkan pada suhu 890 °C selama

2 jam dengan laju pemanasan yang sama. Tahapan kalsinasi

dilakukan sebanyak 2 kali dengan dilakukan penggerusan selama

15 menit setiap selesai proses kalsinasi. Serbuk yang dihasilkan

selanjutnya dilakukan proses sintering pada 1000 °C selama 2 jam

dengan laju pemanasan 3 °C/menit. Oksida perovskit yang telah

disinter dikarakterisasi menggunakan difraksi sinar-X (XRD).

3.2.2 Preparasi Membran Datar Asimetris

Preparasi membran datar asimetris menggunakan metode

inversi fasa dan sintering. Membran datar asimetris dibuat dengan

komposisi oksida perovskit, DMSO, PESf dengan perbandingan

massa 55,2 : 42,6 : 5,2. Pada penelitian ini dilakukan variasi

penambahan adiktif PEG 6000 dan PEG 8000 dengan konsentrasi

masing-masing 0 %; 0,23 %; 0,39 % dan 0,55 % larutan polimer.

Variasi penambahan aditif ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh aditif terhadap pembentukan morfologi membran

perovskit.

Pembuatan membran diawali dengan mencampurkan DMSO,

PESf dan aditif PEG menggunakan magnetic stirrer sampai larut

sempurna. Setelah itu, larutan polimer ditambah serbuk oksida

perovskit yang telah lolos ayakan 400 mesh, lalu diaduk selama

Page 48: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

33

48 jam. Selanjutnya, larutan campuran bahan-bahan tersebut

dicetak dalam cetakan, kemudian dimasukkan ke dalam larutan

koagulan (Aqua DM) selama 24 jam. Lalu, diangkat dan

dikeringkan pada suhu ruang. Selanjutnya, dilakukan

dekomposisi dan sintering terhadap membran mentah. Proses

dekomposisi dilakukan bertahap sesuai metode yang dihasilkan

dari analisis TGA-DSC. Untuk proses sintering dilakukan pada

suhu 1250°C selama 4 jam.

3.2.3 Karakterisasi dengan Scanning Electron Microscope

(SEM)

Membran mentah yang telah padat dan kering dipotong

kecil-kecil untuk dikarakterisasi morfologinya dengan Scanning

Electron Microscope (SEM). Permukaan atas, permukaan bawah

dan penampang melintang adalah bagian-bagian yang diamati.

Pengamatan morfologi membran dilakukan dua kali, yakni

sebelum sintering (membran mentah) dan membran setelah

sintering.

3.2.4 Analisis Thermal Gravimetri Analisys-Differential

Scanning Calorimetri (TGA-DSC)

Membran mentah dikarakterisasi dengan TGA-DSC untuk

menentukan suhu sintering yang cocok agar didapatkan membran

yang rapat. Analisis dilakukan pada rentang suhu kamar sampai

dengan 1000°C dengan laju kenaikan 10°C /menit.

3.2.5 Analisis Thermo Mechanical Analysis (TMA)

Membran yang telah melalui proses sintering dianalisis

TMA. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui koefisien

ekspansi termal membran asimetris perovskit LSCF 6428 yang

dihasilkan. Analisis TMA dilakukan pada rentang suhu 25-

1000°C dengan laju kenaikan suhu 10°C/menit dan diberi beban

0,02 N.

Page 49: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

34

3.2.6 Uji Kekuatan Mekanik (kekerasan) Membran

Asimteris Perovskit LSCF 6428

Membran asimteris LSCF 6428 yang telah disinter diuji

kekuatan mekaniknya. Kekuatan mekanik yang diuji pada

penelitian ini adalah kekerasan. Uji kekerasan menggunakan

metode Micro Vickers Hardness. Indentor yang digunakan berupa

intan berbentuk piramid. Gaya yang diberikan saat indentasi

adalah 0,5 Kgf dan ditahan selama 10 detik pada 5 titik.

Page 50: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

35

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1 Sintesis Oksida Perovskit LSCF 6428

Sintesis oksida perovskit LSCF 6428 dilakukan dengan

metode solid state. Metode ini dipilih karena relatif mudah

dilakukan dan menghasilkan yield yang mendekati jumlah yang

diinginkan. Reaksi yang terjadi pada metode ini adalah padat-

padat antar serbuk prekursor yang digunakan. Prekursor yang

digunakan untuk sintesis perovskit LSCF 6428 adalah serbuk

La2O3 dan SrCO3yang berwarna putih, Co3O4 yang berwarna

hitam, dan Fe2O3 yang berwarna merah.

Sebelum digunakan, semua oksida dan karbonat logam

prekursor dipanaskan dalam oven pada suhu 105°C selama 1 jam.

Hal ini dilakukan untuk menghilangkan kadar uap air dalam

prekursor-prekursor tersebut, sehingga massa prekursor tidak

terpengaruh uap air saat penimbangan. Setelah itu, serbuk-serbuk

prekursor tersebut dimasukkan ke dalam desikator selama 24 jam

agar mendingin sampai suhu kamar dan tidak kembali menyerap

uap air.

Prekursor-prekursor yang telah melalu proses pemanasan dan

pengeringan ditimbang sesuai dengan stokhiometri yang telah

dijelaskan pada sub Bab 3.1. Prekursor yang telah ditimbang

dicampur lalu digerus menggunakan alu dan mortar selama 2 jam.

Penggerusan dilakukan untuk mencampur serbuk-serbuk

prekursor sekaligus memperkecil ukuran partikelnya agar reaksi

dapat berlangsung lebih cepat.

Setelah digerus selama 2 jam, dillakukan proses kalsinasi

tahap pertama dengan skema yang ditunjukkan pada Gambar 4.1.

Kalsinasi tahap pertama dilakukan pada suhu 400°C selama 1

jam dan dilanjutkan dengan kalsinasi pada suhu 890°C selama 2

jam dengan laju kenaikan suhunya sebesar 3°C/menit. Proses ini

dilakukan untuk menghilangkan zat-zat dalam prekursor yang

tidak dibutuhkan dalam struktur perovskit, seperti karbonat yang

terdekomposisi pada suhu 400-800 °C (Akbari dkk., 2015). Selain

Page 51: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

36

itu, proses kalsinasi ini juga bertujuan membentuk struktur

perovskit LSCF 6428 yang diinginkan. Penentuan suhu kalsinasi

ini berdasarkan hasil analisis TGA-DTA yang dilaporkan oleh

Maulidah (2011) yang menyatakan bahwa pembentukan oksida

perovskit berbasis kobalt dengan metode solid state mulai terjadi

pada suhu 880°C. Laju kenaikan suhu sebesar 3°C/menit

dilakukan untuk menghindari terjadinya letupan pada serbuk

prekursor yang disebabkan karena pembentukan gas yang terlalu

cepat, sehingga komposisi prekursor bisa dipertahankan. Setelah

proses kalsinasi pada suhu 890°C selesai, campuran didinginkan

lalu digerus menggunakan alu dan mortar selama 15 menit. Hal

ini dilakukan untuk memperkecil ukuran partikel dan

meningkatkan kontak antar partikel, khususnya partikel-partikel

prekursor yang belum bereaksi. Selanjutnya dilakukan proses

kalsinasi kembali dengan suhu dan laju kenaikan suhu yang sama.

Gambar 4. 1 Skema kalsinasi tahap pertama

Hasil proses kalsinasi tahap pertama kembali dihaluskan

denggan mortar dan alu selama 15 menit. Selanjutnya dilakukan

kalsinasi tahap kedua dengan suhu 1000 °C selama 2 jam. Proses

kalsinasi kedua ini juga dilakukan 2 kali dengan penggerusan

Page 52: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

37

selama 15 menit diantara keduanya. Tujuan kalsinasi tahap kedua

ini adalah untuk mengoptimalkan laju reaksi pembentukan

perovskit dan meningkatkan krisnalitas perovskit yang dihasilkan.

Campuran serbuk prekursor yang semula berwarna merah bata,

berubah warna menjadi hitam setelah dilakukan kalsinasi

(Gambar 4.2). Perubahan warna yang terjadi mengindikasikan

terjadinya reaksi antar prekursor saat proses kalsinasi. Reaksi

yang terjadi tersebut diduga adalah reaksi pembentukan oksida

perovskit dari prekursor-prekursor yang digunakan. Untuk

menentukan fasa kristal yang terbentuk, maka dilakukan

karakterisasi menggunakan difraksi sinar-X (XRD), yang hasilnya

ditampilkan pada Gambar 4.3.

(a) (b)

Gambar 4. 2 (a) Campuran prekursor Perovskit sebelum

dikalsinasi dan (b) Campuran prekursor perovskit

setelah dikalsinasi

Gambar 4.3 merupakan difraktogram sinar-X dari perovskit

LSCF 6428 hasil sintesis. Difaktogram tersebut menunjukkan

puncak-puncak 2θ pada 32,3°; 39,9°; 47,0°; 57,5°; 68,0° dan

77,0°. Hal ini sesuai dengan standar difraktogram dari JCPDS no.

01-082-1961. Hasil tersebut juga sama dengan hasil sintesis

perovskit LSCF 6428 yang dilaporkan oleh Santos dkk (2011).

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sintesis yang

dilakukan telah berhasil membentuk serbuk perovskit LSCF

6428.

Page 53: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

38

Gambar 4. 3 Difraktogram oksida perovskit LSCF 6428

4. 2 Preparasi Membran Asimetris Perovskit LSCF 6428

Membran perovskit asimetris dibuat dengan metode inversi

fasa. Teknik ini dipilih karena telah terbukti dapat menghasilkan

membran asimetris seperti yang dilaporkan oleh Tan dkk. (2011).

Membran asimetris yang dimaksud disini adalah membran yang

memiliki lapisan rapat yang tipis dan lapisan berpori yang

berbentuk menjari atau fingerlike. Selain itu, metode ini juga

dianggap fleksibel serta mudah diaplikasikan pada material

anorganik (Strathman, 1975).

Dalam pembuatan membran asimetris perovskit LSCF 6428,

digunakan serbuk perovskit yang lolos ayakan 400 mesh. Hal ini

dilakukan agar ukuran serbuk perovskit yang digunakan seragam

dan cukup kecil agar didapatkan membran mentah (membran

sebelum disinter) dengan kerapatan yang tinggi. Ukuran partikel

serbuk perovskit mempengaruhi kerapatan membran asimetris

yang dihasilkan. Jika ukuran partikel serbuk perovskit semakin

kecil maka tingkat kerapatan membran semakin meningkat

Page 54: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

39

(Husnah, 2014). Pada penelitian ini dilakukan penambahan aditif

berupa PEG 8000 dan PEG 6000 yang masing-masing divariasi

konsentrasinya. Variasi konsentrasi yang digunakan adalah 0%;

0,23%; 0,39% dan 0,55%. Hal ini dilakukan untuk mengetahui

pengaruh penambahan aditif terhadap morfologi membran yang

dihasilkan.

Preparasi membran asimetris oksida perovskit LSCF 6428

diawali dengan melarutkan Polietersulfon (PESf) dan aditif Poli

etilen glikol (PEG) ke dalam Dimetil sulfoksida (DMSO).

Pelarutan dilakukan dengan mengaduk bahan-bahan tersebut

menggunakan magnetic stirrer dalam erlenmeyer berpenutup. Hal

ini dilakukan untuk menghindari masuknya uap air dari udara

yang lembab, yang dapat bereaksi dengan campuran reaktan

sehingga bisa mengganggu proses pelarutan polimer. Setelah

semua rektan menjadi larutan yang homogen, ditambahkan

serbuk oksida perovskit LSCF 6428 yang lolos ayakan 400 mesh,

lalu dilanjutkan pengadukan selama 48 jam. Perlakuan ini

berfungsi agar serbuk oksida perovskit LSCF 6428 tercampur

merata dan membentuk larutan polimer oksida perovskit yang

homogen.

Campuran larutan polimer dan serbuk oksida perovskit

LSCF 6428 yang telah homogen dituang ke permukaan cetakan

berupa pelat gelas yang pinggirannya ditempeli selotif dengan

ketebalan ± 2 mm. Campuran di permukaan cetakan tersebut

selanjutnya diratakan dengan batang pengaduk berbahan gelas

sehingga menjadi datar dan rata. Setelah rata, dilakukan proses

perendaman di dalam aqua DM selama 24 jam. Pada proses

perendaman ini terjadi perubahan fasa larutan campuran polimer

dan serbuk oksida perovskit dari cair ke padat. Hal ini terjadi

karena adanya pertukaran antara pelarut polimer (DMSO) dan

non-pelarut (Aqua DM). Pelarut (DMSO) berdifusi keluar dari

larutan polimer dan Aqua DM sebagai non-pelarut sekaligus

koagulan masuk ke dalam larutan polimer. Proses inilah yang

menyebabkan koagulasi dan pembentukan pori pada membran.

Saat pelarut keluar, konsentrasi polimer meningkat dan proses

Page 55: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

40

selanjutnya menyebabkan pemadatan membran polimer oksida

perovskit LSCF 6428. Perendaman dilakukan selama 24 jam agar

proses difusi pertukaran pelarut dan non-pelarut serta proses

pemadatan membran berlangsung secara sempurna. Setelah 24

jam, membran dikeluarkan dari aqua DM dan dikeringkan pada

suhu ruang. Membran mentah yang terbentuk ditunjukkan pada

Gambar 4.4.

Gambar 4. 4 Membran Mentah Oksida Perovskit LSCF 6428

Membran mentah yang telah terbentuk dikarakterisasi

dengan TGA-DSC. Analisa ini dilakukan dari suhu kamar sampai

1000 °C dengan laju kenaikan suhu 10°C/menit. Analisa ini

dilakukan untuk mengatahui reaksi yang terjadi pada membran

mentah saat nanti dilakukan proses sintering. Selain itu, analisa

ini juga dapat digunakan untuk menentukan skema sintering

membran mentah. Hasil TGA-DSC ditunjukkan oleh Gambar 4.5

di bawah.

Berdasarkan termogram yang dihasilkan dan ditunjukkan

pada Gambar 4.5 terlihat adanya lembah endotermis pada rentang

suhu 250-450 °C. Pada rentang suhu ini diperkirakan terjadi

dekomposisi pelarut yang tersisa dan aditif PEG (Sari dkk.,

2017). Hal ini diperkuat dengan tidak ditemukannya lembah

tersebut untuk termogram membran tanpa aditif. Pada suhu

sekitar 500-550°C juga terdapat lembah endotermis. Lembah ini

Page 56: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

41

diperkirakan merupakan reaksi dekomposisi PESf (Abate dkk.,

2006). Selanjutnya, pada suhu sekitar 800-880 °C terdapat lembah

eksotermis yang diperkirakan merupakan reaksi reoksidasi

sebagian oksida perovskit LSCF (Maulidah, 2011) yang tereduksi

ketika terjadi dekomposisi PEG maupun PESf menjadi CO2 dan

H2O. Berdasarkan hasil analisa TGA-DSC maka sintering

membran mentah oksida perovskit perlu dilakukan secara

bertahap agar reaksi-reaksi yang terjadi selama proses seperti

dekomposisi PEG dan PESf dapat berlangsung tanpa merusak

bentuk membran.

Berdasarkan termogram TGA-DSC membran mentah yang

ditunjukkan pada Gambar 4.5 maka dapat ditentukan skema

proses sintering membran asimetris oksida perovskit LSCF 6428

mentah. Proses sintering dilakukan dalam 2 tahap, yakni tahap

dekomposisi polimer dan tahap densifikasi. Proses dekomposisi

polimer dilakukan pemanasan menggunakan furnace dari suhu

ruang sampai suhu 550 °C dan ditahan selama 1 jam, lalu

dilanjutkan sampai suhu 700 °C dan ditahan lagi selama 1 jam.

Laju kenaikan suhu pada tahap ini diatur 3 °C/menit. Tahap

selanjutnya adalah tahap densifikasi. Proses ini bertujuan untuk

membuat membran menjadi rapat. Tahap densifikasi dilakukan

dengan sintering menggunakan furnace dengan laju kenaikan

suhu 7 °C/menit dari suhu ruang sampai suhu 1250 °C dan

ditahan selama 4 jam

Page 57: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

42

(a)

(b)

Gambar 4. 5 Termogram (a) TGA dan (b) DSC membran mentah

oksida perovskit LSCF 6428

Page 58: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

43

4. 3 Morfologi Membran Asimetris Oksida Perovskit LSCF

6428 Pra-Sintering

Penambahan aditif ke dalam larutan polimer/ casting dalam

preparasi membran asimetris memiliki 2 pengaruh yang yang

saling berkompetitif. Aditif dapat meningkatkan ketidakstabilan

termodinamika larutan polimer saat bereaksi dengan Aqua DM.

Hal ini membuat proses demixing berlangsung cepat, sehingga

membentuk pori yang lebih besar (efek termodinamika). Namun,

aditif berinteraksi kuat dengan pelarut dan polimer yang

menyebabkan viskositas larutan polimer meningkat secara

signifikan. Viskositas larutan polimer yang semakin besar dapat

memperlambat pemadatan saat proses inversi fasa (efek kinetika)

dan menghambat efek termodinamika (Lalia, dkk., 2013). Oleh

karena itu morfologi membran asimetris oksida perovskit LSCF

6428 diamati dengan SEM. Pengamatan ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh penambahan aditif PEG terhadap

pembentukan morfologi membran asimetris oksida perovskit

LSCF 6428. Hasil pengamatan membran mentah ditunjukkan

pada Gambar 4.6.

*dilanjutkan ke halaman 44

B

A

Page 59: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

44

*lanjutan dari halaman 43

Keterangan : Lapisan rapat

Gambar 4. 6 Foto SEM morfologi membran mentah asimetris

LSCF 6428 (kiri : permukaan berpori, tengah :

permukaan rapat, kanan : penampang melintang).

A-G (PEG 6000 0,23;0,39;0,55 %, PEG 8000

0,23;0,39;0,55 %, tanpa aditif)

C

D

E E

G

F

Page 60: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

45

Gambar 4.6 pada bagian permukaan membran terlihat masih

adanya polimer yang merekatkan antar serbuk perovskit yang

ditunjukkan dengan lapisan transparan tipis diantara serbuk

perovskit yang tidak menyatu. Pada Gambar 4.6 juga tampak

semua variasi membentuk membran asimetris, yakni memiliki

lapisan rapat dan lapisan berpori berbentuk menjari (fingerlike).

Hal ini sesuai dengan apa yang dilaporkan oleh Yuan, dkk.

(2011). Secara umum, pembentukan pori disebabkan oleh

terjadinya kontak antara larutan polimer/casting yang memiliki

viskositas lebih besar dengan non-pelarut atau koagulan (Othman,

dkk., 2013). Saat campuran larutan polimer/casting dan koagulan

(aqua DM) bersentuhan, terjadi difusi perpindahan pelarut

polimer dalam larutan casting menuju bak koagulasi dan non-

pelarut atau koagulan yang masuk ke campuran larutan casting.

Laju pergantian non-pelarut atau koagulan yang masuk lebih

cepat dari pada laju difusi pelarut yang keluar dari campuran

polimer menyebabkan pori berbentuk menyerupai menjari atau

fingerlike (Tan, dkk., 2011).

Berdasarkan Gambar 4.6 bagian penampang melintang

membran, diketahui bahwa penambahan aditif berpengaruh

terhadap pembentukan morfologi membran asimetris oksida

perovskit LSCF 6428. Membran dengan penambahan aditif PEG

memiliki morfologi pori yang lebih teratur dan seragam

dibandingkan dengan membran tanpa penambahan aditif PEG.

Morfologi membran dengan penambahan PEG 6000 berbeda

dengan membran yang ditambahkan PEG 8000. Hal ini

disebabkan karena setiap komponen aditif memiliki pengaruh

terhadap termodinamika maupun kinetika sistemnya masing-

masing (Mulder, 1996). PEG 6000 lebih mudah larut di dalam

larutan polimer, sehingga dapat membentuk morfologi membran

lebih teratur dibandingkan dengan PEG 8000.

Konsentrasi penambahan aditif PEG ke dalam larutan

casting juga berpengaruh terhadap morfologi membran. Semakin

besar konsentrasi PEG yang ditambahkan (pada jenis aditif PEG

yang sama ) ke dalam larutan casting membentuk membran

Page 61: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

46

asimetris dengan lapisan rapat yang semakin tipis dan ukuran

diameter pori yang semakin kecil dan banyak. Hal ini disebabkan

karena konsentrasi aditif PEG yang semakin besar menyebabkan

pelarut yang digunakan untuk melarutkan PEG juga semakin

banyak sehingga konsentrasi polimer dan viskositas larutan

meningkat. Larutan polimer menjadi tidak stabil secara

termodinamika yang menyebabkan terjadinya demixing secara

cepat saat pencelupan ke dalam bak koagulan ( Ma, dkk., 2011).

Namun, disisi lain viskositas yang besar membuat laju pemadatan

larutan polimer menurun sehingga terdapat cukup waktu untuk

terjadinya penataan ulang larutan casting membentuk pori-pori

sebelum membran memadat (Lalia, dkk., 2013)..

4. 4 Morfologi Membran Asimetris Oksida Perovskit LSCF

6428 (Pasca-Sintering)

Membran mentah yang telah terbentuk selanjutnya dilakukan

proses sintering. Proses sintering dilakukan dalam 2 yakni tahap

dekomposisi polimer dan tahap pemadatan sesuai dengan yang

telah dijelaskan pada sub bab 4.1. Membran yang telah melalui

proses sintering ditunjukkan oleh Gambar 4.7. Membran

mengalami penyusutan ukuran selama proses sintering. Besarnya

penyusutan ukuran membran antara sebelum dan sesudah

sintering ditunjukkan pada Tabel 4.1. Hal ini terjadi karena

hilangnya polimer perekat selama proses sintering. Selain itu

jarak antar serbuk perovskit menjadi lebih kecil bahkan hilang

sehingga membran setelah sintering tampak lebih rapat dan keras

(Mulder, 1996). Penyusutan yang dialami membran menyebabkan

permukaan membran menjadi sedikit melengkung. Membran

tanpa penambahan aditif mengalami penyusutan paling besar dan

membuat permukaannya menjadi peling melengkung.

Gambar 4. 7 Membran setelah sintering

Page 62: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

47

Tabel 4. 1 Penyusutan ukuran membran setelah sintering

Variasi Membran

ketebalan

sebelum

sintering

ketebalan

setelah

sintering

% penyusutan

Tanpa aditif 0,170 0,075 55,882

PEG 6000 0,23 % 0,160 0,100 37,500

PEG 6000 0,39 % 0,140 0,080 42,857

PEG 6000 0,55 % 0,170 0,090 47,059

PEG 8000 0,23 % 0,130 0,080 38,462

PEG 8000 0,39 % 0,160 0,110 31,250

PEG 8000 0,55 % 0,140 0,100 28,571

Membran yang telah melalui proses sintering juga diamati

morfologinya menggunakan SEM. Hasil pengamatan

menggunakan SEM ditunjukkan oleh Gambar 4.8. Berdasarkan

foto SEM pada Gambar 4.8 terlihat bahwa morfologi membran

tidak jauh berubah dibandingkan dengan sebelum sintering,

namun ukuran porinya menjadi lebih kecil dan permukaannya

menjadi lebih rapat.

*dilanjutkan ke halaman 48

A

B

Page 63: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

48

*lanjutan dari halaman 47

Keterangan : Lapisan rapat

Gambar 4. 8 Foto SEM morfologi membran asimetris LSCF 6428

setelah sintering (kiri : permukaan rapat, tengah :

permukaan berpori, kanan : penampang melintang).

A-G (PEG 6000 0,23;0,39;0,55 %, PEG 8000

0,23;0,39;0,55 %, tanpa aditif)

C

D

E

F

G

Page 64: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

49

Membran setelah proses sintering masih mempertahankan

struktur asimetris. Terlihat bahwa membran tanpa aditif dan

membran dengan penambahan aditif 6000 masih memiliki

kecenderungan struktur morfologi yang sama seperti sebelum

sintering. Namun, untuk membran dengan penambahan PEG

8000 pada konsentrasi kecil mengalami penyusutan pori bahkan

hilang sehingga terlihat hampir seperti membran rapat. Membran

yang ditambahkan PEG 8000 dengan konsentrasi 0,55 % masih

menunjukkan struktur asimetris.

Selanjutnya dilakukan pengukuran volume pori membran

asimetris. Tabel 4.2 menunjukkan volume pori membran

asimteris tiap variasi aditif PEG yang ditambahkan. Volume pori

ditentukan dari perubahan massa membran sebelum dan sesudah

membran dimasukkan dalam air mendidih pada rentang waktu

yang sama. Jumlah air yang terserap ke dalam membran dianggap

sebagai volume pori membran asimetris. Membran yang tanpa

penambahan aditif PEG memiliki volume pori yang lebih kecil

dibandingkan dengan membran yang ditambahkan dengan PEG.

Untuk membran dengan penambahan PEG 6000 memiliki volume

pori yang lebih besar dibandingkan dengan membran dengan

penambahan PEG 8000. Hal itu sesuai dengan foto SEM pada

Gambar 4.8 yang menunjukkan bahwa membran dengan

penambahan aditif PEG 6000 memiliki morfologi pori yang lebih

teratur. Membran dengan konsentrasi PEG 6000 0,39 % memiliki

volume pori yang terbesar. Hal ini juga sesuai dengan foto SEM

pada Gambar 4.8.

Tabel 4. 2 Pengukuran volume pori membran asimetris Variasi Volume pori (mL/g)

Tanpa Aditif 0,07

PEG 6000 0,23% 0,10

PEG 6000 0,39% 0,12

PEG 6000 0,55% 0,09

PEG 8000 0,23% 0,07

PEG 8000 0,39% 0,06

PEG 8000 0,55% 0,07

Page 65: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

50

4.5 Uji Kekerasan Membran

Membran yang telah melalui proses sintering diuji

kekerasannya menggunakan micro vickres hardness. Uji ini

dilakukan untuk mengetahui kekuatan mekanik membran

asimetris oksida perovskit LSCF 6428. Uji kekerasan yang

dilakukan menggunakan parameter yang di telah dijelaskan di sub

Bab 3.2.5. Hasil uji ditunjukkan Tabel 4.3.

Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui bahwa membran tanpa

penambahan aditif PEG memiliki nilai kekerasan bervariasi

antara 278,9-488,9 Hv. Membran yang ditambahkan PEG 6000

dengan konsentrasi 0,23 %, 0,39 % dan 0,55 % memiliki nilai

kekerasan yang bervariasi masing-masing 412,1-673,3 Hv, 121,3-

310,0 Hv dan 348,9-562,6 Hv. Sedangkan membran dengan

penambahan PEG 8000 memiliki rata-rata nilai kekerasan yang

lebih tinggi yakni 292,7-622,2 Hv untuk konsentrasi 0,23 %,

412,5-591,9 Hv untuk konsentrasi 0,39 % dan 297,6-598 Hv

untuk konsentrasi 0,55 %. Berdasarkan uji ANOVA terhadap

hasil uji nilai kekerasan membran asimetris perovskit LSCF 6428

(terlampir pada Lampiran B.6) diketahui bahwa variasi

penambahan aditif PEG menghasilkan perbedaan nilai kekerasan

membran yang signifikan.

Berdasarkan hasil uji kekerasan diketahui bahwa kekerasan

membran berbanding terbalik dengan volume pori membran.

Membran dengan volume pori yang besar memiliki nilai

kekerasan yang kecil. Diketahui bahwa membran dengan

penambahan aditif PEG 6000 0,39 % memiliki volume yang

paling besar, namun memiliki nilai kekerasan yang paling kecil.

Hal ini disebabkan karena membran dengan volume pori yang

besar memiliki kekosongan yang besar di dalamnya sehingga

mengurangi kekuatan mekanik (kekerasan) membran asimetris.

(Tan dkk., 2011).

Page 66: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

51

Tabel 4. 3 Nilai Kekerasan Membran

Variasi Kekerasan tiap

titik (Hv)

rata-rata

Kekerasan (Hv)

Tanpa

Aditif

386,20

412,36 488,90

456,40

451,40

278,90

PEG 6000

0,23%

420,50

506,60 673,30

517,30

509,80

412,10

PEG 6000

0,39%

310,00

200,08 169,60

166,20

121,30

233,30

PEG 6000

0,55%

373,40

409,90 377,10

348,90

387,50

562,60

PEG 8000

0,23%

406,30

460,52 463,80

292,70

622,20

517,60

PEG 8000

0,39%

513,40

507,62 412,50

591,90

489,10

531,20

PEG 8000

0,55%

297,60

494,66 478,20

507,00

598,00

592,50

Page 67: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

52

4.6 Koefisien Ekspansi Termal Membran Asimetris Oksida

Perovskit LSCF 6428

Membran asimetris oksida perovskit LSCF 6428 yang telah

melalui proses sintering diuji TMA (Thermo Mechanical

Analysis) untuk mengetahui koefisien ekspansi termal membran.

Pengujian TMA menggunakan dillatometer dengan metode yang

telah dijelaskan pada sub bab 3.2.6. Hasil TMA ditunjukkan pada

Gambar 4.9 dan 4.10.

Besarnya nilai koefisien ekspansi termal membran

dipengaruhi oleh faktor kimia dan faktor fisik. Faktor kimia tidak

berpengaruh terhadap nilai koefisien ekspansi termal membran

pada kasus ini karena semua membran dibuat dari material yang

sama (oksida perovskit LSCF 6428), sehingga nilai koefisien

ekspansi termal hanya dipengaruhi dari morfologi membran.

Berdasarkan Gambar 4.9, Gambar 4.10 dan 4.11 diketahui bahwa

membran dengan penambahan aditif PEG 8000 dan membran

tanpa penambahan aditif memiliki koefisien ekpansi termal yang

lebih linear dari pada membran dengan penambahan PEG 6000.

Nilai koefisien ekspansi termal ditunjukkan pada Tabel 4.4 - 4.6.

Besarnya nilai koefisien ekspansi termal membran dengan

penambahan PEG 8000 berbanding terbalik dengan konsentrasi

PEG yang ditambahkan. Hal ini disebabkan oleh morfologi

membran asimetris (Machfudzoh, 2014). Berdasarkan foto SEM

pada Gambar 4.8 membran yang ditambahkan PEG dengan

konsentrasi yang lebih besar memiliki morfologi bentuk pori yang

lebih kecil.

Page 68: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

53

Tabel 4. 4 Nilai koefisien ekspansi termal membran asimetris

perovskit LSCF 6428 dengan penambahan aditif

PEG 8000

PEG 8000 0,23 % PEG 8000 0,39% PEG 8000 0,55%

Rentang

suhu

(°C)

Koefisien

ekspansi

termal

(10-6

/°C)

Rentang

suhu

(°C)

Koefisien

ekspansi

termal

(10-6

/°C)

Rentang

suhu

(°C)

Koefisien

ekspansi

termal

(10-6

/°C)

50-155 12,67 50-227 8,39 50-210 8,01

155-390 20,43 227-444 13,26 210-326 12,71

390-497 16,19 444-767 13,45 326-709 5,35

497-852 18,25 767-819 17,87 709-814 10,80

852-990 25,44 819-990 17,86 814-990 4,29

Tabel 4. 5 Nilai koefisien ekspansi termal membran asimetris

perovskit LSCF 6428 dengan penambahan aditif

PEG 6000

PEG 6000 0,23 % PEG 6000 0,39% PEG 6000 0,55%

Rentang

suhu

(°C)

Koefisien

ekspansi

termal

(10-6

/°C)

Rentang

suhu

(°C)

Koefisien

ekspansi

termal

(10-6

/°C)

Rentang

suhu

(°C)

Koefisien

ekspansi

termal

(10-6

/°C)

85-225 -0,64 85-188 -0,60 85-213 -0,60

225-402 1,11 188-346 7,53 213-399 2,97

402-711 11,17 346-471 2,84 399-609 -5,16

711-770 1,97 471-749 -566,56 609-828 4,79

770-875 -3,95 749-861 7,91 828-990 11,80

879-990 -19,26 861-990 17,72

Page 69: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

54

Tabel 4. 6 Nilai koefisien ekspansi termal membran asimetris

perovskit LSCF 6428 tanpa penambahan aditif

Rentang

suhu (°C)

Koefisien

ekspansi termal

(10-6

/°C)

50-193 15,02

193-397 12,14

397-786 13,82

786-907 11,53

907-990 -9,56

Gambar 4. 9 Hasil TMA membran dengan penambahan PEG

8000

Page 70: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

55

Gambar 4. 10 Hasil TMA membran dengan penambahan PEG

6000

Gambar 4. 11 Hasil TMA membran tanpa penambahan aditif

Page 71: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

56

“Halaman ini sengaja dikosongkan”

Page 72: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

57

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari penelitian ini, dapat disimpulkan

bahwa penambahan aditif PEG berpengaruh terhadap

pembentukan morfologi membran asimetris oksida perovskit

LSCF 6428. Membran dengan penambahan aditif PEG 6000

memiliki morfologi pori yang lebih seragam dan teratur

dibandingkan membran dengan penambahan aditif 8000 serta

tanpa aditif. Pada jenis aditif yang sama, membran dengan

penambahan konsentrasi aditif PEG yang lebih tinggi memiliki

lapisan rapat yang semakin tipis dan lapisan berpori dengan

morfologi yang lebih seragam. Membran dengan penambahan

aditif PEG 8000 memiliki nilai kekuatan mekanik (kekerasan)

yang lebih besar dibandingkan membran dengan penambahan

aditif PEG 6000 pada konsentrasi yang sama karena memiliki

volume pori yang lebih kecil.

5.2 Saran

Pada penelitiannya selanjutnya diharapkan dapat

menentukan pengaruh penambahan aditif PEG dengan berat

molekul yang lain, diutamakan lebih rendah dari PEG 6000, dan

rentang konsentrasi yang semakin banyak terhadap pembentukan

morfologi dan kekuatan mekanik membran asimetris oksida

perovskit. Selain itu, juga dapat dilakukan uji fluks permeasi

oksigen terhadap membran oksida perovskit yang dihasilkan.

Page 73: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

58

“ Halaman ini sengaja dikosongkan”

Page 74: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

59

DAFTAR PUSTAKA

Abate, L.; Blanco, I.; Cicala, G.; Spina, R.L; Restuccia, C.L.

(2006) Thermal and Rheological Behavior of Some Random

Aromatic Polyether sulfone / Poly etherether sulfone

Copolymers, Polymer Degradation and Stability, Vol 91,

Hal 924-930.

Akbari-Fakhrabadi, A.; Satishkumar, P.; Ramam, K.; Palma, R.;

Mangalaraja, R.V. (2015) Low Frequency Ultrasound

Assisted Synthesis of La0,6Sr0,4Co0,2Fe0,8O3-δ (LSCF)

Perovskite Nanostructure, Powder Technology, vol 276, Hal

200-203.

Akbari-Fakhrabadi, A.; Meruane, V.; Jamshidijam, M.; Gracia-

Pinilla, M.A.; Garcia, R.; Orella, M. (2016) Structural and

Mechanical Propreties of La0,6Sr0,4M0,1Fe0,9O3-δ (M: Co, Ni

and Cu) Perovskites, Ceramics International.

Athayde, D.D.; Souza, D.F.; Silva, A.M.A.; Vasconcelos, D.;

Nunes, E.H.M.; da Costa, Joao C.D.; Vasconcelos, W.L.

(2016) Review of Perovskite Ceramic Synthesis and

Membrane Preparation Methods, Ceramics International,

Vol 42, Hal 6555-6571.

Atkins, P.W; Overtoon,T.L.; Rourke,J.P.; Weller, M.T.;

Armstrong, F.A. (2010) Inorganic Chemistry Fifth Edition,

W.H. Freeman and Company, New York

Bakeri, Gh.; Ismail, A.F.; Niassar, M.S.; Matsuura,T. (2010)

Effect of Polimer Concentration on the Structure and

Performance of Polyetherimide Hollow Fiber Membranes,

Journal of Membrane Science, Vol 363, Hal 103-111.

Burgraaf, A. and Cot, L. (1996) Fundamentals of Inorganic

Membrane Science and Technology, Elsevier, Amsterdam.

Page 75: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

60

Callister, William D. Jr. (2007) Materials Science and

Engineering : Introduction 7th Edition,John Wiley &

Sons.Inc, USA

Chakrabarty, B.; Goshal, A.K.; Purkait, M.K. (2008) Effect of

Molecular Weight of PEG on Membrane Morphology and

Transport Properties, Journal of Membrane Science, Vol

309, Hal 209-221.

Chien, C.W.; Chen, O.Y.; Liu, Y.; Li, K. (2008) Ceramic

Asymmetric Hollow Fibre Membranes-One Setp Fabrication

Process, Journal of Membrane Science, Vol 320, Hal 191-

197.

Cousin, P and Ross, R.A. (1990) Preparation of Mixed Oxides; A

Riview, Materials Science and Engineering, Vol A130, Hal

119-125.

Feng, C.; Shi, B.; Li, G.; Wu, Y. (2004) Preliminary research on

microporous membrane from F2.4 for membrane distillation,

Sep. Pur. Tech.Vol 39,Hal 221-228.

Feng, L.M.; Jiang, L.Q.; Zhu, M.; Liu, H.B.; Zhou, X.; li, C.H.

(2008) Formability of ABO3 Cubic Perovskite, Journal of

Physicsand Chemistry of Solids, Vol 69, Hal 967-974.

Fontananova, E.; Jansen, J.C.; Cristiano, A.; Curcio, E.; Drioli, E.

(2006) Effect of Additives in the Casting Solution on the

formation of PVDF membranes, Desalination, Vol 192, Hal

190-197.

Hawort, P; Smart, S.; Glasscock, J.; Diniz, J.C.C. (2011) Yitrium

Doped BSCF Membranes for Oxygen Separation, Sep. Purif.

Technol., Vol 81, Hal 88-93.

Hudabillah, S.K.; Harun, Z.; Othman, M.H.D.; Ismail, A.F.;

Salleh, W.N.W.; Basri, H.; Yunos, M.Z.; Gani, P. (2016)

Preparation and Characterization of Low Cost Porous

Ceramic Membrane Support from Kaolin Using Phase

Inversion/Sintering Technique for Gas Separation : Effect of

Page 76: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

61

Kaolin Content and Non-Solvent Coagulant Bath, chemical

Engineering Research and Design, vol 112, Hal 24-35.

Humphries, W.T.; Wildnauer, R.H. (1971) Thermomechanical

Analysis of Stratum Corneum, The Journal of Investigative

Dermatology, vol 57, Hal 32-37.

Husnah, Khomsatu Dian (2014) Preparasi Membran Datar

Asimetris Oksida Perovskit CaTiO3, Skripsi, Institut

Teknologi Sepuluh Nopember

Jalowiecki-Duhamel, L.; Zarrou, H.; D’Huysser, A. (2008)

Hydrogen Production at Low Temperature from Methane on

Cerium and Nickel Based Mised Oxides, International of

Hydrogen Energy, vol 33, Hal 5527-5534.

Jin, W.; Li, S.; Huang, P.; Xu, N.; Shi, J.; Lin, Y.S. (2000)

Tubular Lanthanum Cobaltite Perovskite-Type Membrane

Reactors for Partial Oxidation of Methane to Syngas,

Journal of Membrane Science, Vol 166, Hal 13-22.

Mizusaki, J.; Mima, Y.; Yamuchi, S.; Fueki, K.; Tagawa, H.

(1989) Journal Solid State Chemistry, Vol 80, Hal 102-111.

Kang, Uk-Joong (2005) Sintering : Densification, Grain Growth

& Microstructure, Butterworth-Heinemann, Korea.

Khayet, M.; Matsuura, T (2011) Formation of Flat Sheet Phase

Inversion MD Membrane, Membran Distillation, Hal 41-58

Kim, J.; Lee, K. (1998) Effect of PEG Additive on Membrane

Formation by Phase Inversion, Journal of Membrane

Science, Vol 138, Hal 153-163.

Lalia, B.S.; Kochkodan, V.; Hashaikeh, R.; Hilal, N. (2013) A

Review on Membrane Fabrication : Structure, Properties,

and Performance Relationship, Desalination, Vol 326, Hal

77-95.

Page 77: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

62

Lane, J.A.; Benson, S.J.; Waller, D.; Kilner, J.A. (1999) Oxygen

Transport in La0,6Sr0,4Co0,2Fe0,8O3-δ, Solid State Ionics, Vol

121, Hal 201-208.

Lankhorst, M.H.R. and Elshof, J.E. (1997) Thermodynamic

Quantities and Defect Structure of La0,6Sr0,4Co1-yFeyO3-δ

(y=0-0,6) from High-Temperature Coulometric Titration

Experiment, Journal of Solid State Chemistry, Vol 130, Hal

302-310

LU Y.; Dioxon, A.G.; Moser, W.R.; Ma, Y.H. (2000) Oxygen-

permeable Dense Membrane Reactor for the Oxidative

Coupling of Methane, Journal of Membrane Science, Vol

170, Hal 27-34

Ma, Y.; Shi, F.; Ma, J.; Wu, M.; Zhang, J.; Gao, C. (2011) Effect

of PEG additive on the Morphology and Performance of

Polysulfone Ultrafiltration Membranes, Desalination, vol

272, Hal 51-58

Machfudzoh, Maya (2014) Pengaruh Suhu Sintering terhadap

Morfologi dan Sifat Mekanik Membran Rapat Asimetris

CaTiO3, Skripsi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Maulidah, Ninik (2011) Sintesis dan Karakterisasi Oksida

Perovskit La1-xSrxCo1-yFeyO3-δ (0,0≤x,y≥0,5) dengan

Metode Solid State, Skripsi, Institut Teknologi Sepuluh

Nopember

Mulder, M. (1996) Basic principles of Membrane Technology,

2nd ed., Kluwer Academic Publisher, Dordrecht

Muller, O. and Roy, R. (1974) The Major Ternary Structural

Families, Springer-Verlag, Berlin.

Nurherdiana, S.D.; Sholichah, N.; Iqbal, R.M.; Sahasrikirana,

M.S.; Utomo, W.P.; Akhlus, S.; Nurlina; Fansuri, H. (2017)

Preparation of La0.7Sr0.3Co0.2Fe0.8O3−δ (LSCF 7328) by

Combination of Mechanochemical and Solid State Reaction,

Page 78: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

63

Symposium on Materials Science and Engineering, hal 399-

403.

Othman, N.H.; Wu, Z.; Li, K. (2013) Bi1,5Y0,3Sm0,2O3-δ- based

Ceramic Hollow Fibre Membranes for Oxygen Separation

and Chemical Reactions, Journal of Membrane Science, vol

432, Hal 58-65.

Pei, S.; Kleefisch, M.S.; Kobylinski, T.P.; Faber, J.; Udovich, C.

A.; Zhang-mccoy, V.; Dabrowski, B.; Balachandra, U.;

Mieville, R. L.; Poeppel, R. B. (1995) Failure Mechanisms

of Ceramic Membrane Reactors in Partial Oxidation of

Methane to Synthesis Gas, Catalyst Letter, Vol 30, Hal 201-

212.

Petric, A.; Huang, P.; Tietz, F. (2000) Evaluation of La-Sr-Co-Fe-

O Perovskite for Solid Oxide Fuel Cells and Gas Separation

Membranes, Solid State Ionics, vol 135, Hal 719-725.

Prasetyoko, D.; Fansuri, H.; Ni’mah, Y.L.; Fadlan, A. (2016)

Karakterisasi Struktur Padatan, Deepublish, Yogyakarta.

Roseno, K.T.C.; Brackmann, R.; da Silva, M.A.; Schmal, M.

(2016) Investigation of LaCoO3, LaFeO3 and LaCo0,5Fe0,5O3

Perovskite as Catalyst Precursors for Syngas Production by

Partial Oxidation of Methane, International Journal of

Hydrogen Energy, Vol 41, Hal 18178-18192.

Santos, L. C. L.; Moraes, C.; Hudhes, R. (2011) Characterization

of Hollow Fibre Membranes for Oxygen Permeation and

Partial Oxidation Reactions, Brazilian Journal of Petroleum

and Gas, Vol 5, Hal 45-54

Sari, A.; Bicer, A.; Alkan, C. (2017) Thermal Energy Storage

Characteristics of Poly(Styrene-co-maleicanhydride)-grafit-

PEG as Polymeric Solid-solid Phase Change Materials, Solar

Energy Materials & Solar Cells, vol 161, Hal 219-225.

Shao Z.P.; Xiong, G.X.; Cong,Y.; Yang, W.S. (2000) Synthesis

and Oxygen Permeation Study of Novel Perovskite-type

Page 79: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

64

BaBixCo0,2Fe0,8-xO3-δ Ceramic Membranes, Journal of

Membrane Science, vol 164, Hal167–176.

Strathmann, Heinrich (2011) Introduction to Membrane Science

and Technology, Wiley-VCH Verlag & Co, Weinheim.

Strathmann,H.; Kock, K.; Amar, P. (1975) The Formation

Mechanism of Asymetric Membranes, Desalination, Vol 16,

Hal 179-203.

Sunarso, J; Baumann, S.; Serra, J.M.; Meulenberg, W.A.; Liu, S.;

Lin, Y.S.; da Costa, J.C.D. (2008) Mixed Ionic-Electronic

Conducting (MIEC) Ceraic-Based Membranes for Oxygen

Separation, Journal of Membrane Science. Vol 320, Hal 13-

41.

Swierczek, Konrad (2008) Thermoanalysis, nonstoichiometry and

thermal expansion of La0.4Sr0.6Co0.2Fe0.8O3−δ,

La0.2Sr0.8Co0.2Fe0.8O3−δ, La0.9Sr0.1Co1/3Fe1/3Ni1/3O3−δ and

La0.6Sr0.4Co0.2Fe0.6Ni0.2O3−δ perovskites, Solid State Ionic, vol

179, Hal 126-130.

Tan, X.; Wang, Z.; Li, K. (2010) Effects of Sintering on the

Properties of La0,6Sr0,4Co0,2Fe0,8O3-δPerovskite Hollow Fiber

Membranes, Ind. Eng. Chem. Res, Vol 49, Hal 2895-2901.

Tan, X.; Liu, N.; Meng, B.; Liu, S. (2011) Morphology Control of

the Perovskite Hollow Fiber Membranes for Oxigen

Separation Using Different Bore Fluids, Journal of

Membrane Science, Vol 378, Hal 308-318.

Teraoka, Y.; Zhang, H.; Furukawa, S.; Yamazoe, N. (1985)

Oxygen Permeation Through Perovskite-Type Oxides,

Chemistry Letters, Vol 14, Hal 1743-1746

Tomaszewska, M. (1996) Preparation and properties of flat-sheet

membranes from polyvinylidene fluoride for membrane

distillation, Desalination, Vol 104, Hal 1-11

Page 80: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

65

Ulbricht, Mathias (2014) Membrane Separation Using

Molecularly Imprinted Polymers, Journal of

Chromatography B. Vol 804, Hal 113-125.

Utami, Zulita Dian (2014) Preparasi Membran Perovskit CaTiO3

dengan Aditif Polietilen Glikol, Skripsi, Institut

Teknologi Sepuluh Nopember.

Wang, H.; Cong, Y.; Yang, W.(2002) Oxygen Permeation Study

in a Tubular Ba0,5Sr0,5Co0,8Fe0,2O3-δ Oxygen Permeable

Membrane, Journal of Membrane Science, Vol 210, Hal

259-271.

West, Anthony R.(2014) Solid State Chemistry and Its

Application Second Edition, John Wiley & Sons Ltd, UK.

Yuan, R.; He, W.; Zhang, Y.; Gao, J.; Chen, C. (2016)

Preparation and Characterization of Support Planar

Zr0,84Y0,16O1,92-La0,8Sr0,2Cr0,5Fe0,5O3-δ Composite Membrane,

Journal of Membrane Science, Vol 499, Hal 335-342.

Yusran, Muhammad (2014) Pengaruh penambahan Aditif pada

Membran Datar Asimetris Oksida Perovskit LaCo0,8Ni0,2O3

dan LaCo0,8Cu0,2O3, Skripsi, Institut Teknologi Sepuluh

Nopember.

Page 81: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

66

LAMPIRAN A

SKEMA KERJA

A.1. Skema Kerja Sintesis La0,6Sr0,4Co0,2Fe0,8O3-δ

Dilakukan

2x

Dilakukan

2x

Campuran serbuk halus

~ Dikalsinasi suhu 400 °C (1

jam), 890 °C (2 jam) dengan

laju 3 °C/menit

~ Digerus (15 menit)

Serbuk halus

~ Dikalsinasi suhu 1000 °C (2

jam)

~ Digerus (15 menit)

Serbuk halus

Dikarakterisasi menggunakan XRD

Serbuk LSCF 6428

La2O3 SrCO3 Co2O3 Fe2O3

Ditimbang sesuai dengan

stokhiometri, lalu dicampur

Campuran Prekursor

Digerus selama 2 jam

Page 82: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

67

A.2. Skema Kerja Preparasi Membran Asimetris Perovskit

La0,6Sr0,4Co0,2Fe0,8O3-δ

PESf DMSO PEG*

Diaduk menggunakan

magnetic stirrer

Larutan polimer homogen

Diaduk selama 48 jam

dengan magnetic stirrer

Perovskit LSCF 6428

lolos ayakan 400 mesh

Campuran polimer + Perovskit

Dicetak dan dimasukkan ke dalam bak

koagulan selama 24 jam

Membran mentah

~ Diangkat dari bak koagulan dan

dikeringkan pada suhu ruang

~ Dikarakterisasi TGA-DSC, SEM

Membran mentah

Dilakukan dekomposisi polimer dan

sintering pada suhu 1250 °C selama 4 jam

Membran rapat asimetris

Dikarakterisasi SEM, TMA dan Micro

Vickers Hardness

Data *PEG 6000 dan 8000

dengan konsentrasi 0;

0,55; 0,39 dan 0,23 %

Page 83: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

68

LAMPIRAN B

PERHITUNGAN

B.1. Perhitungan Sintesis LSCF 6428

Reaksi yang terjadi :

0,3 La2O3 (s) + 0,4 SrCO3 (s) + 0,067 Co3O4 (s) + 0,4 Fe2O3 (s) → La0,6Sr0,4Co0,2Fe0,8O3-δ (s) + COx (g)

Data berat molekul

Mr La0,6Sr0,4Co0,2Fe0,8O3-δ = 222,8576 g/mol

Mr La2O3 = 325,82 g/mol

Mr SrCO3 = 147, 62 g/mol

Mr Co3O4 = 240,79 g/mol

Mr Fe2O3 = 159,674 g/mol

Massa produk yang diinginkan adalah 75 gram.

Perhitungan mol LSCF 6428

Mol produk yang diinginkan = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛𝑘𝑎𝑛

𝑀𝑟

= 75 𝑔

222,8576 𝑔/𝑚𝑜𝑙

= 0,336 mol

Perhitungan massa prekursor yang dibutuhkan

La2O3

Mol La2O3 = 0,3 x 0,336 mol

= 0,1008 mol

Massa La2O3 = mol x Mr La2O3

= 0,1008 mol x 325,82 g/mol

= 32, 8426 g

SrCO3

Mol SrCO3 = 0,4 x 0,336 mol

= 0,1344 mol

Massa SrCO3 = mol x Mr SrCO3

Page 84: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

69

= 0,1344 mol x 147,62 g/mol

= 19,840 g

Co3O4

Mol Co3O4 = 0,067 x 0,336 mol

= 0,0225 mol

Massa Co3O4 = mol x Mr CoCO3

= 0,0225 mol x 240,79 g/mol

= 5,418 g

Fe2O3

Mol Fe2O3 = 0,4 x 0,336 mol

= 0,1334 mol

Massa Fe2O3 = mol x Mr Fe2O3

= 0,1334 mol x 159,674 g/mol

= 21,3005 g

B.2. Perhitungan Komposisi Membran Asimetris Perovskit

LSCF 6428

PESf : DMSO : LSCF 6428 = 5,23% : 42,66% : 52,11% (b/b)

Jumlah larutan suspensi polimer = 12,80 gram

ρ Dimethyl Sulfoxide = 1,092 g/mL

Massa Polietersulfon = 5,23% × 12,80 gram

= 0,67 gram

Volume DMSO = (m / ρ)

= ( 42,66 % × 12,80 gram )

1,092 g/mL

= 5,00 mL

Massa Perovskit LSCF 6428 = 52,11 % × 12,80 gram

= 6,67 gram

Massa 0,23 % PEG = 0,23 % × 12,80 gram

=0,03 gram

Page 85: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

70

Massa 0,39 % PEG = 0,39% × 12,80 gram

= 0,05 gram

Massa 0,55 % PEG = 0,55 % × 12,80 gram

= 0,07 gram

B.3. Perhitungan % Penyusutan Membran

% Penyusutan = 𝑘𝑒𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑎𝑤𝑎𝑙 −𝑘𝑒𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑎𝑘𝑕𝑖𝑟

𝑘𝑒𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑎𝑤𝑎𝑙 × 100 %

=0,17−0,075

0,17 × 100 %

= 55,88 %

Tabel 1 Hasil % Penyusutan Membran

Variasi Membran

ketebalan

sebelum

sintering

(cm)

ketebalan

setelah

sintering

(cm)

%

penyusutan

Tanpa aditif 0,17 0,075 55,88

PEG 6000 0,23% 0,16 0,1 37,50

PEG 6000 0,39% 0,14 0,08 42,86

PEG 6000 0,55% 0,17 0,09 47,06

PEG 8000 0,23% 0,13 0,08 38,46

PEG 8000 0,39% 0,16 0,11 31,25

PEG 8000 0,55% 0,14 0,1 28,57

B.4. Perhitungan Volume pori

Volume pori = massa setelah – massa sebelum ÷ρair

𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚

= ( 0,1345 – 0,1256) g ÷1 g/mL

0,1256

= 0,0709 mL/g

Page 86: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

71

Tabel 2 Pengukuran volume pori membran

Variasi Massa

awal (g)

Massa

akhir (g)

Volume

pori

(mL/g)

Tanpa Aditif 0,1256 0,1345 0,0709

PEG 6000 0,23% 0,1530 0,1680 0,0980

PEG 6000 0,39% 0,0569 0,0635 0,1160

PEG 6000 0,55% 0,0997 0,1091 0,0943

PEG 8000 0,23% 0,1272 0,1363 0,0715

PEG 8000 0,39% 0,1143 0,1218 0,0656

PEG 8000 0,55% 0,1153 0,1236 0,0720

B.5. Perhitungan nilai kekerasan Membran.

L = 1

2× (𝐷1 + 𝐷2)

= 1

2× 49,13 + 44,79) μm

= 46,96 μm

Hv = 1,854 ×𝑃

𝐿2

= 1,854 ×0,5 𝐾𝑔𝑓

(0,04696 𝑚𝑚 )2

= 420,5 Kgf/mm2

Tabel 3 Hasil Uji Kekerasan Membran

Variasi Beban

(Kgf)

D1

(μm)

D2

(μm)

Hv tiap

titik

(Kgf/mm2)

Hv

rata-rata

(Kgf/mm2)

Tanpa

Aditif 0,2

32,24 29,74 386,2

412,36

20,88 34,2 488,9

27,88 29,13 456,4

26,14 31,19 451,4

37,84 35,09 278,9

Page 87: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

72

PEG 6000

0,23% 0,5

49,13 44,79 420,5

506,6

36,45 37,77 673,3

41,09 43,58 517,3

51,96 33,34 509,8

49,98 44,9 412,1

PEG 6000

0,39% 0,2

41,6 27,57 310

200,08

39,77 53,77 169,6

46,97 47,49 166,2

51,61 58,97 121,3

38,26 41,48 233,3

PEG 6000

0,55% 0,5

49,55 50,11 373,4

409,9

48,9 50,27 377,1

54,22 48,88 348,9

44,3 53,52 387,5

35,71 45,48 562,6

PEG 8000

0,23% 0,5

41,14 54,41 406,3

460,52

37,38 52,04 463,8

51,23 61,33 292,7

39,57 37,63 622,2

46,12 38,52 517,6

PEG 8000

0,39% 0,5

43,61 41,38 513,4

507,62

39,74 55,07 412,5

33,58 45,59 591,9

44,42 42,66 489,1

38,75 44,8 531,2

PEG 8000

0,55% 0,5

58,25 53,39 297,6

494,66 40,83 47,23 478,2

40,88 44,64 507

34,83 43,93 598

Page 88: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

73

37,17 41,95 592,5

B.6. Uji ANOVA Nilai Kekerasan Membran Asimetris

Perovskit LSCF 6428

SUMMARY

Groups Count Sum Average Variance

Tanpa Aditif 5 2061,8 412,36 6954,483

PEG 6000 0,23% 5 2533 506,6 11064,27

PEG 6000 0,39% 5 1000,4 200,08 5367,287

PEG 6000 0,55% 5 2049,5 409,9 7487,035

PEG 8000 0,23% 5 2302,6 460,52 15128,17

PEG 8000 0,39% 5 2538,1 507,62 4270,837

PEG 8000 0,55% 5 2473,3 494,66 14876,92

ANOVA

Source of

Variation SS df MS F P-value F crit

Between

Groups 352677,8 6 58779,64 6,31563 0,00027 2,44526

Within

Groups 260596 28 9307

Total 613273,8 34

Pada tabel hasil uji ANOVA menunjukkan F hitung (6,31563) > F

kritis (2.44526) sehingga Ho ditolak, artinya penambahan aditif

PEG pada membran asimetris perovskit LSCF 6428

menghasilkan nilai kekerasan membran yang berbeda signifikan.

Page 89: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

74

LAMPIRAN C

HASIL KARAKTERISASI

C.1. Hasil Analisa Difraksi Sinar X

Gambar 1 Difraktogram LSCF 6428

C.2. Hasil TGA-DSC Membran Mentah LSCF 6428

Position [°2Theta] (Copper (Cu))

10 20 30 40 50 60 70 80

Counts

0

500

1000

1500 LSCF 6428

Page 90: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

75

Gambar 2 Termogram TGA-DSC membran tanpa aditif

Page 91: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

76

Gambar 3 Termogram TGA-DSC membran dengan PEG 6000

Page 92: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

77

Gambar 4 Termogram TGA-DSC Membran dengan PEG 8000

C.3. Hasil TMA Membran Asimetris LSCF 6428

Gambar 5 Hasil TMA Membran Tanpa Aditif

Page 93: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

78

Gambar 6 Hasil TMA Membran dengan Penambahan PEG

0,23%

Gambar 7 Hasil TMA membran dengan penambahan PEG 6000

0,39%

Page 94: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

79

Gambar 8 Hasil TMA membran dengan penambahan PEG 6000

0,55%

Gambar 9 Hasil TMA membran dengan penambahan PEG 8000

0,23%

Page 95: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

80

Gambar 10 Hasil TMA membran dengan penambahan PEG 8000

0,39%

Gambar 11 Hasil TMA membran dengan penambahan PEG 8000

0,55%

Page 96: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

81

C.4. Hasil Karakterisasi Micro Vickers Hardness

Gambar 12 Hasil Uji Micro Vickers Hardness membran dengan

penambahan PEG 8000 0,23 %

Gambar 13 Hasil Uji Micro Vickers Hardness membran dengan

penambahan PEG 6000 0,55 %

Gambar 14 Hasil Uji Micro Vickers Hardness membran dengan

penambahan PEG 8000 0,55 %

Page 97: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

82

Gambar 15 Hasil Uji Micro Vickers Hardness membran dengan

penambahan PEG 6000 0,23 %

Gambar 16 Hasil Uji Micro Vickers Hardness membran dengan

penambahan PEG 6000 0,39 %

Gambar 17 Hasil Uji Micro Vickers Hardness membran dengan

penambahan PEG 8000 0,39 %

Page 98: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

83

Gambar 18 Hasil Uji Micro Vickers Hardness membran tanpa

penambahan PEG

Page 99: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

84

“Halaman ini senagaja dikosongkan”

Page 100: MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081repository.its.ac.id/48093/1/1413100081-undergraduate_Theses.pdf · MOHAMMAD HASNAN HABIB NRP. 1413100081 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

85

BIODATA PENULIS

Penulis dilahirkan di Tulungagung

pada tanggal 07 April 1995 dan

merupakan anak kedua dari

pasangan Ghufron dan

Miftkhunikmah. Penulis memiliki

nama lengkap Mohammad Hasnan

Habib dan biasa dipanggil Hasnan

atau Habib oleh teman-temannya.

Penulis pernah menempuh

pendidikan formal di MI Islamiyah

Kalidawir, MTsN Tunggangri dan

MAN 2 Tulungagung. Penulis

dinyatakan diterima sebagai mahasiswa di departemen Kimia ITS

lewat jalur SBMPTN pada tahun 2013 dengan NRP 1413100081.

Selama kuliah penulis tidak hanya sibuk dengan hal-hal akademik

saja, tapi juga aktif sebagai fungsionaris dan kepanitian ormawa

di ITS. Tercatat penulis pernah aktif menjadi staf departemen

Syiar di Chemistry Islamic Studies (CIS) ITS 2014-2015, staf

kemeterian Pengembangan Sumber Daya Mahasiswa (PSDM)

BEM ITS 2014-2015 dan ketua Himpunan Mahasiswa Kimia

(HIMKA) ITS 2015-2016. Penulis juga pernah menjadi peserta

aktif LKMM dari jenjang Pra TD sampai TL dan juga terdaftar

aktif sebagai pemandu LKMM ITS. Penulis merupakan salah satu

anggota kelompok penelitian Material for Energy and

Environment di bawah bimbingan Hamzah Fansuri, Ph.D dan

Ir.Endang Purwanti S., M.T. Penulis dapat dihubungi melalu

email [email protected]