laporan UJI KARBOHIDRAT.docx
-
Upload
mahesa-reyhan-prayoga -
Category
Documents
-
view
194 -
download
9
Transcript of laporan UJI KARBOHIDRAT.docx
UJI KARBOHIDRAT( Laporan Praktikum Biokmia )
MAHESA REYHAN PRAYOGA
1214051052
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2013
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Karbohidrat ('hidrat dari karbon', hidrat arang) atau sakarida (dari bahasa
Yunani σάκχαρον, sákcharon, berarti "gula") adalah segolongan besarsenyawa
organik yang paling melimpah di bumi. Karbohidrat sendiri terdiri
atas karbon, hidrogen, dan oksigen. Karbohidrat memiliki berbagai fungsi dalam
tubuh makhluk hidup, terutama sebagai bahan bakar (misalnya glukosa),
cadangan makanan (misalnya pati pada tumbuhan danglikogen pada hewan), dan
materi pembangun (misalnya selulosa pada
tumbuhan, kitin pada hewan dan jamur). Pada proses fotosintesis, tumbuhan
hijau mengubah karbon dioksida menjadi karbohidrat.
Secara biokimia, karbohidrat adalah polihidroksil-aldehida atau polihidroksil-
keton, atau senyawa yang menghasilkan senyawa-senyawa ini bila dihidrolisis.
Karbohidrat mengandung gugus fungsi karbonil (sebagai aldehida atau keton) dan
banyak gugus hidroksil. Pada awalnya, istilah karbohidrat digunakan untuk
golongan senyawa yang mempunyai rumus (CH2O)n, yaitu senyawa-senyawa
yang n atom karbonnya tampak terhidrasi oleh n molekul air. Namun demikian,
terdapat pula karbohidrat yang tidak memiliki rumus demikian dan ada pula yang
mengandung nitrogen, fosforus, atau sulfur.
Bentuk molekul karbohidrat paling sederhana terdiri dari satu
molekul gula sederhana yang disebut monosakarida, misalnya glukosa, galaktosa,
dan fruktosa. Banyak karbohidrat merupakan polimer yang tersusun dari molekul
gula yang terangkai menjadi rantai yang panjang serta dapat pula bercabang-
cabang, disebut polisakarida, misalnya pati, kitin, dan selulosa. Selain
monosakarida dan polisakarida, terdapat pula disakarida (rangkaian dua
monosakarida) dan oligosakarida (rangkaian beberapa monosakarida).
1.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah :
1. Mengetahui penetapan karbohidrat dan gula pereduksi dengan uji Benedict.
2. Memahami proses metabolisme karbohidrat khusus glikolisis pada ragi.
II . TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karbohidrat
Karbohidrat adalah senyawa yang mengandung unsur-unsur: C, H dan O,
terutama
terdapat didalam tumbuh-tumbuhan yaitu kira-kira 75%. Dinamakan karbohidrat
karena senyawa-senyawa ini sebagai hidrat dari karbon; dalam senyawa tersebut
perbandingan antara H dan O sering 2 berbanding 1 seperti air. Jadi C6H12O6
dapat
ditulis C6(H2O)6, C12H22O11 sebagai C12 (H2O)11 dan seterusnya, dan
perumusan
empiris ditulis sebagai CnH2nOn atau Cn (H2O)n (Sastrohamidjojo, H., 2005).
2.2 Klasifikasi Karbohidrat dan Penamaan
Karbohidrat dibagi menjadi beberapa klas atau golongan sesuai dengan sifat-
sifatnya
terhadap zat-zat penghidrolisis. Karbohidrat atau gula dibagi menjadi empat kelas
pokok:
1. Gula yang sederhana atau monosakarida, kebanyakan adalah senyawa senyawa
yang mengandung lima dan enam atom karbon. Karbohidrat yang mengandung
6 karbon disebut heksosa. Gula yang mengandung 5 karbon disebut pentosa.
Kebanyakan gula sederhana adalah merupakan polihidroksi aldehida yang
disebut aldosa dan polihidroksi keton disebut ketosa.
2. Oligosakarida, senyawa berisi dua atau lebih gula sederhana yang dihubungkan
oleh pembentukan asetal antara gugus aldehida dan gugus keton dengan gugus
hidroksil. Bila dua gula digabungkan diperoleh disakarida, bila tiga diperoleh
trisakarida dan seerusnya ikatan penggabungan bersama-sama gula ini disebut
ikatan glikosida.
3. Polisakarida, di mana di dalamnya terikat lebih dari satu gula sederhana yang
dihubungkan dalam ikatan glikosida. Polisakarida meliputi pati, sellulosa dan
dekstrin.
4. Glikosida, dibedakan dari oligo dan polisakarida yaitu oleh kenyataan bahwa
mereka mengandung molekul bukan gula yang dihubungkan dengan gula oleh
ikatan glikosida (Sastrohamidjojo, H., 2005).
2.3 Karbohidrat dalam Bahan Makanan
Umumnya buah-buahan mengandung monosakarida, seperti glukosa dan fruktosa.
Disakarida seperti gula tebu banyak terkandung pada batang tebu, di dalam susu
terdapat laktosa atau gula susu. Beberapa oligosakarida seperti dekstrin terdapat
dalam sirup, pati, roti dan bir. Sedangkan polisakarida seperti pati banyak terdapat
dalam serealia dan umbi-umbian. Selama proses pematangan buah, kandungan pati
akan mengalami perubahan menjadi gula pereduksi yang akan menimbulkan rasa
manis (Winarno, 2002).
2.4 Uji Benedict
Modifikasi pereaksi Fehling adalah pereaksi Benedict, yang merupakan campuran
17,3 gram kupri sulfat, 173 gram natrium sitrat, dan 100 gram natrium karbonat
dalam 100 gram air. Pemanasan karbohidrat pereduksi dengan pereaksi Benedict
akan terjadi perubahan warna dari biru, hijau, kuning, kemerah-merahan dan
akhirnya terbentuk endapan merah bata kupro oksida apabila konsentrasi
karbohidrat pereduksi cukup tinggi. Seperti halnya pereaksi Fehling, dalam reaksi
ini, karbohidrat pereduksi akan teroksidasi menjadi asam onat, sedangkan pereaksi
Benedict (sebagai Cu++) akan tereduksi menjadi kupri oksida. Jadi, dalam uji ini
terjadi proses oksidasi dan proses reduksi (Sumardjo, 2008).
III. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 4 Juni 2013 di laboratorium
biokimia jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas
Lampung.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah Erlenmeyer, tabung reaksi, cawan
Krus, hotplate, thermometer, pipet, gelas ukur, beaker glass dan spatula. Bahan
yang digunakan adalah roti, kentang, jagung, gula pasir, daun seledri, mentimun,
natrium sitrat, natrium karbonat,tembaga sulfat, iodide, glukosa, aquades, ragi,
glukosa, laktosa dan sukrosa.
3.3 Diagram Alir
1. Pembuatan larutan benedict
2. Uji karbohidrat pada bahan
17,3 g natrium sitrat dan 10 g natrium karbonat dimasukan ke dalam Erlenmeyer
Dimasukan 60 mL air suling, dipanaskan hingga larut lalu disaring
Dilarutkan 17,3 g tembaga sulfat ke dalam 15 ml aquades
Diambahkan larutan tembaga sulfat ke larutan natrium sulfat dan natrium karbonat
Ditambahkan air suling hingga volume 1 L
Disiapkan bahan yang akan diuji
Dihaluskan masing-masing bahan di dalam cawan krus
Bahan yang sudah halus, kemudian ditetesi larutan benedict/iodine
Ditambahkan larutan tembaga sulfat ke larutan natrium sulfat dan natrium karbonat
Diamati perubahan warna yang terjadi
3. Uji gula pereduksi pada laktosa, sukrosa, dan glukosa
4. Glikolisis pada ragi
a. Suspensi ragi tanpa pemasan
Disiapkan alat dan baan yang akan digunakan
Dimasukan laktosa, sukrosa dan maltose masing-masing ke dalam beaker glass sebanyak 1 g
Diambil 20 tetes sampel dan dimasukan ke dalam air yang dipanaskan pada hotplate selama 5 menit
Amati perubahan yang terjadi
1/2 sdt ragi dan 5 g glukosa dimasukkan ke dalan beaker glass, kemudian ditambahkan 100 ml air dingin lalu dihomogenkan dan didiamkan selama 15 menit
Sampel diambil sebanyak 20 tetes dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 10 tetes benedict, kemudian dihomogenkan
Tabung reaksi+sampel dimasukkan kedalam air yang dipanaskan di atas hotplate selama 5 menit
Setelah itu, sampel didinginkan dan amati perubahan yang terjadi
b. Suspensi ragi dengan pemanasan
c. Perlakuan tanpa ragi
1/2 sdt ragi dan 5 g glukosa dimasukkan ke dalan beaker glass, kemudian ditambahkan 100 ml air panas, lalu dihomogenkan dan didiamkan selama 15
menit
Sampel diambil sebanyak 20 tetes dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 10 tetes benedict, kemudian dihomogenkan
Tabung reaksi+sampel dimasukkan kedalam air yang dipanaskan di atas hotplate selama 5 menit
Setelah itu, sampel didinginkan dan amati perubahan yang terjadi
5 g glukosa dimasukkan ke dalan beaker glass, kemudian ditambahkan 100 ml air dingin lalu dihomogenkan dan didiamkan selama 15 menit
Sampel diambil sebanyak 20 tetes dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 10 tetes benedict, kemudian dihomogenkan
Tabung reaksi+sampel dimasukkan kedalam air yang dipanaskan di atas hotplate selama 5 menit
Setelah itu, sampel didinginkan dan amati perubahan yang terjadi
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Uji Karbohidrat dengan Iodine
No. Bahan
Sebelum
penambahan
iodine
Setelah
penambahan iodine Gambar
1. Seledri Hijau tua, segar Warna tetap
2. Mentimun Hijau muda Tetap
3. Kentang CoklatHijau tua
4.Gula
(sukrosa)Putih
Biru muda
5. Jagung Kuning
Kuning kehijau-
hijauan
6. Roti Putih
Biru ++ (lebih pekat
dari gula)
4.1.2 Uji gula pereduksi dengan reaksi benedict
No. Bahan
Sebelum
penambahan
benedict
Setelah penambahan
benedict Gambar
1. Glukosa BeningMerah bata lebih pekat ++
2. Susu skim Krem
Kuning tua
3. Sukrosa BeningMerah bata
4. Susu HiLO PutihCoklat kecoklatan
5. Susu Kedelai Kuning
Warna tetap, ada endapan
4.1.3 Uji glikolisis ragi
a. Perlakuan tanpa pemanasan (air dingin)
Larutan sebelum
dikasih benedict
Larutan setelah
dikasih benedict
Larutan setelah
dipanaskan
Kuning / krem keruh Biru Hijau
b. Perlakuan dengan pemanasan (air panas)
Larutan sebelum
dikasih benedict
Larutan setelah
dikasih benedict
Larutan setelah
dipanaskan
Kuning keruh Biru muda Kuning
c. Perlakuan tanpa ragi
Larutan sebelum
dikasih benedict
Larutan setelah
dikasih benedict
Larutan setelah
dipanaskan
Bening Biru Oranye
4.2 Pembahasan
Pada uji karbohidrat menggunakan iodine monosakarida yang ditetesi larutan
iodine dapat menghasilkan warna yang khas. Hal ini disebabkan karena dalam
larutan pati, terdapat unit-unit glukosa yang membentuk rantai heliks karena
adanya ikatan dan konfigurasi pada tiap unit glukosanya. Bentuk ini dapat
menyebabkan pati membentuk kompleks dengan molekul iodine yang dapat
masuk ke dalam spiralnya, sehingga menyebabkan warna biru tua pada kompleks
tersebut (Fessenden,1986).
Berdasarkan penjelasan diatas, perubahan warna biru pada bahan yang
diteteskan larutan iodine karena adanya reaksi antara karbohidrat (amilum)
dengan dengan molekul iodine. Seperti pada tabel data pengamatan kita dapat
melihat bahan bahan yang ditetesi iodine akan menghasilkan warna biru. Apabila
kita cermati terjadi perbedaan warna biru pada beberapa bahan. Hal ini
disebabkan pengaruh dari konsentrasi karbohidrat pada bahan yang ditetesi
dengan iodine.
Pada uji Benedict, pereaksi ini akan bereaksi dengan gugus aldehid, kecuali
aldehid dalam gugus aromatik, dan alpha hidroksi keton. Oleh karena itu,
meskipun fruktosa bukanlah gula pereduksi, namun karena memiliki gugus alpha
hidroksi keton, maka fruktosa akan berubah menjadi glukosa dan mannosa
dalam suasana basa dan memberikan hasil positif dengan pereaksi benedict.
Untuk mengetahui adanya monosakarida dan disakarida pereduksi dalam
makanan, sample makanan dilarutkan dalam air, dan ditambahkan sedikit
pereaksi benedict. Dipanaskan dalam waterbath selamaa 4-10 menit. Selama
proses ini larutan akan berubah warna menjadi biru (tanpa adanya glukosa),
hijau, kuning, orange, merah dan merah bata atau coklat menunjukan
kandungan glukosa tinggi (Poedjiadi,1994).
Pada uji Benedict, indikator terkandungnya Gula Reduksi adalah dengan terbentuknya endapan berwarna merah bata. hal teresebut dikarenakan terbentuknya hasil reaksi berupa Cu2O.
Berikut reaksi yang berlangsung :
O O║ ║R—C—H + Cu2+ 2OH- → R—C—OH + Cu2O
Gula pereduksi membentuk endapan merah bata yaitu Cu2O (Winarno,2002)
Glikolisis merupakan proses penguraian atau katabolisme karbohidrat (glukosa)
menjadi asam piruvat. Glikolisis dapat berlangsung secara aerob (memerlukan
oksigen) dan juga anaerob (tanpa oksigen). Dalam kondisi aerob, piruvat yang
terbentuk akan dioksidasi menjadi CO2 dan H2O. Sedangkan dalam kondisi
anaerob, karbohidrat seperti glukosa dan sukrosa akan diuraikan oleh enzim dalam
ragi menjadi alkohol dan CO2 sebagai produk akhir (Toha, 2001).
Pada uji glikolisis ragi terdapat 3 perlakuan yang berbeda. Pada percobaan
pertama menggunakan air dingin, pada percobaan kedua menggunakan air panas
dan yang terakhir tidak ada penambahan ragi. Pada perlakuan pertama, setelah
larutan ditetesi benedict dihasilkan warna biru lalu pada saat dipanaskan berwarna
hijau, sedangkan pada perlakuan dengan air panas, setelah larutan ditetesi
benedict menghasilkan warna biru muda. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah
mikroba, pada saat penambahan air panas sebagian ragi akan mati lalu akan
mempengaruhi konsentrasi glukosa pada larutan, sehingga warna yang dihasilkan
sedikit berbeda dengan larutan pada perlakuan air dingin baik sebelum maupun
sesudah dipanaskan. Pada perlakuan tanpa ragi larutan berawarna bening karena
tidak adanya aktifitas glikolisis karena tidak dilakukannya penambahan ragi.
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah :
1. Untuk menguji kandungan glukosa dalam suatu bahan dapat
menggunakan larutan iodine.
2. Larutan benedict digunakan untuk mengetahui ada tidaknya gula
pereduksi dalam suatu bahan.
3. Suhu tinggi dapat mempengaruhi metabolisme ragi.
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden,1986. Kimia Organik jilid 2. Erlangga, Jakarta.
Poedjiadi, Anna.1994. Dasar-dasar Biokimia. Universitas Indonesia Press,
Jakarta.
Sastrohamidjojo, H.2005, Kimia Organik. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Sumardjo, Damin.2008. Pengantar Kimia. EGC, Jakarta.
Toha, Abdul Hamid A. 2001. Biokimia: Metabolisme Biomolekul. Manokwari:
Alfabeta.
Winarno, F.G.2002. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
LAMPIRAN
Bahan yang digunakan pada uji karbohidrat
Pada saat proses pemanasan menggunakan hotplate
Larutan benedict yang akan digunakan
Pada saat penetesan larytan benedict pada bahan