LAPORAN ASKEP POLIDAKTILI

30
LAPORAN ASKEP POLIDAKTILI

Transcript of LAPORAN ASKEP POLIDAKTILI

Page 1: LAPORAN ASKEP POLIDAKTILI

LAPORAN ASKEP POLIDAKTILI

Page 2: LAPORAN ASKEP POLIDAKTILI

A. Medis

1. Pengertian

Polidaktili atau polidaktilisme (berasal dari bahasa Yunani kuno πολύς (polus)

yang artinya banyak dan δάκτυλος (daktulos) yang artinya jari, dikenal sebagai

hiperdaktilisme, yaitu anomali kongenital pada manusia dengan jumlah jari

tangan atau kaki berlebihan. Kelainan ekstremitas kongenital bervariasi dari

kelainan yang hampir tak terlihat hingga tidak adanya ekstremitas.

Polidaktili adalah kelainan bawaan dimana didapatkan jari lebih dari lima pada

satu tangan atau kaki.

Polidaktili adalah suatu kelainan yang diwariskan oleh gen autosomal dominan P. yang

di maksud dengan sifat autosomal ialah sifat keturunan yang ditentukan oleh gen pada

autosom. Gen ini ada yang dominan dan ada pula yang resesip. Oleh karena laki-laki dan

perempuan mempunyai autoaom yang sama, maka sifat keturunan yang ditentukan oleh

gen autosomal dapat dijumpai pada laki-laki maupun perempuan. Sehingga orang bissa

mempunyai tambahan jari pada kedua tangan atau kakinya. Yang umum dijumpai ialah

terdapatnya jari tambahan  pada satu atau kedua tangannya. Tempatnya jari tammbahan

itu berbeda-beda, ada yang terdapat didekat ibu jari dan ada pula yang terdapat didekat

jari kelingking.

Page 3: LAPORAN ASKEP POLIDAKTILI

Suatu kelainan yang diwariskan gen autosomal dominan P, sehingga penderita

akan mendapatkan tambahan jari pada satu atau dua tangannya dan atau pada

kakinya. Orang normalnya adalah yang memiliki homozigotik resesif pp.

Polidaktili juga dikenal sebagai Hyperdaktili, bisa terjadi ditangan atau dikaki

manusia ataupun hewan. Tempat jari tambahan tersebut berbeda-beda ada yang di

dekat ibu jari dan ada pula yang berada di dekat jari kelingking.

(http://dokteryudabedah.com/tentang-polidaktili/)

Orang normal adalah homozigotik resesip pp. pada individu heterozigotik Pp

derajat ekspresi gen dominan itu dapat berbeda-beda, sehingga lokasi tambahan

jari dapat bervariasi. Bila seorang laki-laki polidaktili heterizigotik menikah

dengan orang perempuan normal, maka dalam keturunan kemungkinan timbulnya

polidaktili ialah 50%

p          ♀          pp        x          ♂         Pp

                                 normal                        polidaktili

F1        Pp = polidaktili (50%)

                        Pp = normal (50%)

2. Anatomi Fisiologi

3. Epidemiologi

Page 4: LAPORAN ASKEP POLIDAKTILI

4. Klasifikasi

Ada 3 derajat polidaktili, yaitu:

1.      Tipe 1: jari tambahan melekat pada kulit dan nervus.

2.      Tipe 2: jari tambahan dengan bagian normalnya melekat pada tulang atau

sendi.

3.   Tipe 3: jari tambahan dengan bagian normalnya berhubungan dengan os

metakarpal tambahan pada tangan.

Duplikasi dapat bervariasi dari jari dengan persendian yang terbentuk baik hingga

jari yang mengalami rudimenter. Kelainan pada metatarsal yang berhubungan

biasa didapatkan nervus  Klasifikasi morfologi dideskripsikan oleh Venn-Watson,

sebagaimana gambar di bawah ini:

Gambar . Klasifikasi Venn-Watson berdasarkan konfigurasi anatomi metatarsal

dan bagian tulang yang mengalami duplikasi.

5. Etiologi

Adapun etiologinya yaitu sebagai berikut:  

         Asphyxiating thoracic dystrophy

         Carpenter syndrome

         Ellis-van Creveld syndrome (chondroectodermal dysplasia)

         Familial polydactyly

         Laurence-Moon-Biedl syndrome

         Rubinstein-Taybi syndrome

         Smith-Lemli-Opitz syndrome

         Trisomi 13

         Trisomi 21

         Tibial hemimelia. (http://www.umm.edu/ency/article/ 003176trt.htm)

Page 5: LAPORAN ASKEP POLIDAKTILI

Sebagaimana telah disebutkan di atas, polidaktili dapat bermanifestasi tunggal

atau sebagai bagian dari suatu sindrom anomali kongenital. Bila diagnosis berdiri

sendiri maka berhubungan dengan mutasi dominan autosom pada gen tunggal,

namun variasi pada berbagai gen juga mungkin terjadi. Secara khusus gen mutasi

yang terlibat dalam pola perkembangan, akan menyebabkan anomali kongenital

dengan polidaktili sebagai salah satu sindromnya.

(http://en.wikipedia.org/wiki/Polydactyly)

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya polidaktili antara lain :

1.             Kelainan Genetik dan Kromosom

Diturunkan secara genetik (autosomal dominan). Jika salah satu pasangan suami

istri memiliki polidaktili, kemungkinan 50% anaknya juga polidaktili. Kelainan

genetik pada ayah atau ibu kemungkinan besar akan berpengaruh atas polidaktili

pada anaknya. Di antara kelainan-kelainan ini ada yang mengikuti hukum Mendel

biasa, tetapi dapat pula diwarisi oleh bayi yang bersangkutan sebagai unsur

dominan ("dominant traits") atau kadang-kadang sebagai unsur resesif.

Penyelidikan daIam hal ini sering sukar, tetapi adanya kelainan kongenital yang

sama dalam satu keturunan dapat membantu langkah-langkah selanjutya.

2.             Faktor Teratogenik

Teratogenik (teratogenesis) adalah istilah medis yang berasal dari bahasa Yunani

yang berarti membuat monster. Dalam istilah medis, teratogenik berarti terjadinya

perkembangan tidak normal dari sel selama kehamilan yang menyebabkan

kerusakan pada embrio sehingga pembentukan organ-organ berlangsung tidak

sempurna (terjadi cacat lahir). Di dalam Keputusan Menteri Pertanian nomor

434.1 (2001), teratogenik adalah sifat bahan kimia yang dapat menghasilkan

kecacatan tubuh pada kelahiran.

Teratogenik adalah perubahan formasi dari sel, jaringan, dan organ yang

dihasilkan dari perubahan fisiologi dan biokimia. Senyawa teratogen akan berefek

teratogenik pada suatu organisme, bila diberikan pada saat organogenesis.

Apabila teratogen diberikan setelah terbentuknya sel jaringan, sistem fisiologis

dan sistem biokimia, maka efek teratogenik tidak akan terjadi. Teratogenesis

merupakan pembentukan cacat bawaan. Malformasi (kelainan bentuk) janin

Page 6: LAPORAN ASKEP POLIDAKTILI

disebut terata, sedangkan zat kimia yang menimbulkan terata disebut zat

teratogen atau teratogenik.

 (http://faudinocent.blogspot.com/2011/10/teratogenik.htmlnn)

Perubahan yang disebabkan teratogen meliputi perubahan dalam pembentukan

sel, jaringan dan organ sehingga menyebabkan perubahan fisiologi dan biokimia

yang terjadi pada fase organogenesis. Umumnya bahan teratogenik dibagi

menjadi 3 kelas berdasarkan golongan nya yakni bahan teratogenik fisik, kimia

dan biologis.

a.      Faktor teratogenik fisik

Bahan tertogenik fisik adalah bahan yang bersifat teratogen dari unsur-unsur fisik

misalnya Radiasi nuklir, sinar gamma dan sinar X (sinar rontgen). Bila ibu

terkena radiasi nuklir (misal pada tragedi chernobil) atau terpajan dengan agen

fisik tersebut, maka janin akan lahir dengan berbagai kecacatan fisik. Tidak ada

tipe kecacatan fisik tertentu pada paparan ibu hamil dengan radiasi, karena agen

teratogenik ini sifatnya tidak spesifik karena mengganggu berbagai macam organ.

Dalam menghindari terpaaan agen teratogen fisik, maka ibu sebaiknya

menghindari melakukan foto rontgen apabila ibu sedang hamil. Foto rontgen

yang terlalu sering dan berulang pada kehamilan kurang dari 12 minggu dapat

memberikan gangguan berupa kecacatan lahir pada janin.

(http://faudinocent.blogspot.com/2011/10/teratogenik.htmlnn)

b.      Faktor teratogenik kimia

Bahan teratogenik kimia adalah bahan yang berupa senyawa senyawa kimia yang

bila masuk dalam tubuh ibu pada saat saat kritis pembentukan organ tubuh janin

dapat menyebabkan gangguan pada proses tersebut. Kebanyakan bahan

teratogenik adalah bahan kimia. Bahkan obat-obatan yang digunakan untuk

mengobati beberapa penyakit tertentu juga memiliki efek teratogenik.

Alkohol merupakan bahan kimia teratogenik yang umum terjadi terutama di

negara-negara yang konsumi alkohol tinggi. Konsumsi alkohol pada ibu hamil

selama kehamilannya terutama di trisemester pertama, dapat menimbulkan

kecacatan fisik pada anak dan terjadinya kelainan yang dikenal dengan fetal

alkoholic syndrome . Konsumsi alkohol ibu dapat turut masuk kedalam plasenta

dan memperngaruhi janin sehingga pertumbuhan otak terganggu dan terjadi

Page 7: LAPORAN ASKEP POLIDAKTILI

penurunan kecerdasan/retardasi mental. Alkohol juga dapat menimbulkan bayi

mengalami berbagai kelainan bentuk muka, tubuh dan anggota gerak bayi begitu

ia dilahirkan. Obat-obatan untuk kemoterapi kanker umumnya juga bersifat

teratogenik. Beberapa polutan lingkungan seperti gas CO, senyawa karbon dan

berbagai senyawa polimer dalam lingkungan juga dapat menimbulkan efek

teratogenik.

(http://faudinocent.blogspot.com/2011/10/teratogenik.htmlnn)

c.          Faktor teratogenik biologis

Agen teratogenik biologis adalah agen yang paling umum dikenal oleh ibu hamil.

Istilah TORCH atau toksoplasma, rubella, cytomegalo virus dan herpes

merupakan agen teratogenik biologis yang umum dihadapi oleh ibu hamil dalam

masyarakat. Infeksi TORCH dapat menimbulkan berbagai kecacatan lahir dan

bahkan abortus sampai kematian janin. Selain itu, beberapa infeksi virus dan

bakteri lain seperti penyakit sifilis/raja singa juga dapat memberikan efek

teratogenik.(http://faudinocent.blogspot.com/2011/10/teratogenik.htmlnn).

6. Tanda dan Gejala

a. Ditemukan sejak lahir.

b. Dapat terjadi pada salah satu atau kedua jari tangan atau kaki.

c. Jari tambahan bisa melekat pada kulit ataupun saraf, bahkan dapat melekat

sampai ke tulang.

d. Jari tambahan bisa terdapat di jempol (paling sering) dan keempat jari lainnya.

e. Dapat terjadi bersamaan dengan kelainan bawaan lainnya, walaupun jarang.

(http://engzkatroxz.blogspot.com/2010/12/polidaktili.html)

7. Patofisiologi

Polidaktili, disebabkan kelainan kromosom pada waktu pembentukan organ tubuh

janin. Ini terjadi pada waktu ibu hamil muda atau semester pertama pembentukan

organ tubuh. Kemungkinan ibunya banyak mengonsumsi makanan mengandung

bahan pengawet. Atau ada unsur steratogenik yang menyebabkan gangguan

Page 8: LAPORAN ASKEP POLIDAKTILI

pertumbuhan. Kelebihan jumlah jari bukan masalah selain kelainan bentuk tubuh.

Namun demikian, sebaiknya diperiksa kondisi jantung dan paru bayi, karena

mungkin terjadi multiple anomali.

Orang normalnya adalah yang memiliki homozigotik resesif pp. Pada individu

heterozigotik Pp derajat ekspresi gen dominan itu dapat berbeda-beda sehingga

lokasi tambahan jari dapat bervariasi. Bila seorang laki-laki polidaktili

heterozigotik menikah dengan perempuan normal, maka dalam keturunan

kemungkinan timbulnya polidaktili adalah 50% (teori mendel). Ayah polidaktili

(heterozigot) Pp x, ibu normal homozigot (pp) maka anaknya polidaktili

(heterozigot Pp) 50%, normal (homozigot pp) 50%.

(http://dokteryudabedah.com/tentang-polidaktili/)

8. Pemeriksaan Diagnostik

Diagnosis dapat ditegakn dengan beberapa cara sebagai berikut :

a. Anamnesis:

Apakah ada anggota keluarga yang dilahirkan dengan jari tambahan?

Apakah ada riwayat keluarga dengan kelainan yang berhubungan

dengan polidaktili

Apakah ada gejala lain?

b. Pemeriksaan Fisis

Terlihat adanya jari tambahan (inspeksi)

c. Pemeriksaan Penunjang

Analisa kromosom

Foto polos

(http://www.umm.edu/ency/article/ 003176trt.htm)

9. Penatalaksanaan Medik

Pembedahan diindikasikan untuk memperbaiki kosmetik dan bila ada keluhan

kecocokan untuk memakai sepatu (bila polidaktili terdapat pada kaki).

Biasanya operasi dilakukan saat usia pasien lebih dari 1 tahun agar pengaruh

pada perkembangan dan gaya jalan minimal. Operasi sebaiknya ditunda hingga

Page 9: LAPORAN ASKEP POLIDAKTILI

perkembangan tulang (ossifikasi) selesai sehingga memungkinkan penilaian

anatomi yang akurat. (http://emedicine.medscape.com/article/ 1260255-

overview)

a. Polidaktili pada tangan

Klasifikasi Waffel digunakan untuk menyederhanakan pengkategorian

secara klinis dan perencanaan prosedur pembedahan. (http://jos.online.org-

pdfov14i3p295.pdf)

Pedoman dalam mengoperasi polidaktili pada jari tangan: 

1) Jari radial hipoplastik yang direseksi.

2) Pada polidaktili tipe II dan III dengan kaliber yang simetris dan

memiliki komponen tulang, dipillih prosedur Bilhaut Cloquet yang

memungkinkan stabilitas sendi karena mempertahankan

ligamentum kolateral ulnar dan radial sendi interphalanx.

Komplikasi prosedur antara lain kekakuan sendi, hipertrofi jaringan

parut, deformitas punggung kuku. Perbaikan nail bed yang cermat

dan rekonstruksi ukuran kuku yang serupa untuk mencegah masalah

kecacatan ini. Penting pula untuk memperingatkan pasien akan jari

yang tersisa pasti akan mengalami hipoplasia, yaitu dalam hal lebar

dan lingkarannya.

3) Untuk polidaktili tipe II, instabilitas sendi sering terjadi karena

kelainan berkembang pada level sendi. Ligamentum kolateral,

perlekatan kapsul, dan tendon ekstrinsik dari jari hipoplastik

merupakan struktur esensial untuk menjaga stabilitas sendi.

Instabilitas yang mucul belakangan akibat gangguan pada jaringan

lunak yang mengakibatkan peregangan kronik dan rekonstruksi

jaringan lunak yang tidak seimbang. Oleh karena itu, lebih baik

dilakukan over-tensioning pada rekonstruksi jaringan lunak. 

Namun penilaian instabilitas sendi (>5% angulasi pada IPJ) sering

pula tidak tepat.

4) Pada polidaktili tipe III, anomali tidak mencapai IPJ sehingga

diharapkan hasil yang memuaskan setelah dilakukan eksisi

sederhana. Meskipun demikian, dilaporkan pula adanya komplikasi

setelah ligasi sederhana pada bifid thumb yaitu deformitas Z ibu jari

(Z thumb deformity), instabilitas sendi, dan deformitas sendi.

Page 10: LAPORAN ASKEP POLIDAKTILI

Namun instabilitas sendi ini dapat pula berasal dari instabilitas

preoperatif. Tarikan eksentrik pada oto-otot ekstensor pada IPJ

mungkin berperan dalam perubahan sekunder dalam kapsul sendi

dan ligamentum kolateral. Over-tightening ligament kolateral dan

re-alignment tendon ekstrinsik yang tepat dapat memperbaiki

instabilitas sendi. Prosedur Bilhaut-Cloquet tidak dapat

memperbaiki instabilitas sendi pada polidaktiili tipe III akibat eksisi

sederhana, namun bisa pada tipe II.

5) Ligamentum kolateral radial dengan perlekatannya pada flap

periosteal dipertahankan dan over-tightened untuk menjaga

stabilitas sendi dan mencegah deformitas.

6) Jari tipe II dan IV biasanya berhubungan dengan phalanx proksimal

dan kepala metakarpal yang sangat besar.

7) Osteotomi korektif lebih dipilih untuk deformitas angular residual

tulang. (http://jos.online.org-pdfov14i3p295.pdf)

8) Realignment dengan atau tanpa augmentasi tendon penting untuk

mengembalikan kelurusan aksial dan mencegah deformitas Z karena

tarikan tendon yang eksentris. Pada tipe IV, prosedur yang biasa

dilakukan adalah suturing duplicated extensor jari radial ke

ekstensor longus jari ulnar dan melekatkan kembali m. abductor

pollicis brevis dan m. extensor pollicis brevis ke basis phalanx

proksimal. Delapan dari sebelas penderita polidaktili tipe IV

mengalami instabilitas sendi, dan tiga mengalami deformitas sendi.

Komplikasi ini lebih nyata pada MCPJ yang besar dan pada

proksimal deformitas. Empat pasien dengan kaput metacarpal I

yang bifaset dan membesar yang melalui rekonstruksi mengalami

kekakuan sendi. Hal ini disebabkan oleh ukuran dan kontur

permukaan artikulasi kaput metacarpal, yang dapat diatasi dengan

kondroplasti yang teliti dengan scalpel tajam untuk membuat

permukaan artikulasi yang sesuai dengan basis phalanx proksimal.

Suatu on-top plasty (transposisi bagian distal sebuah jari terhadap

bagian proksimal dari jari lain) pada kasus ini menghasilkan

keluaran yang bagus dan ibu jari dengan alignment normal. Pada

polidaktili tipe IV, jari ulnar dengan kaliber yang sama dan unit

Page 11: LAPORAN ASKEP POLIDAKTILI

tendon fungsional yang intak dipindahkan ke basis komponen

radial, tepatnya phalanx proksimal komponen ulnar. Permukaan

artikular ulnar dengan kaput metacarpal dirapikan untuk

membentuk basis yang stabil, dan disesuaikan ukurannya degan

phalanx proksimal komponen radial. Prosedur ini menjaga integritas

pembungkus jaringan lunak yang penting pada sisi radial,

khususnya ligamentum kolateral, kapsul dan otot abduktor pollicis.

K-wire intraosseus dipasang sementara untuk mentransfikskan

osteotomi. Perlu diperhatikan re-alignment pada tendon dengan

aksis baru pada jari yang direkonstruksi. Prosedur ini menghasilkan

penyatuan tulang yang lebih baik dan mencegah komplikasi lambat.

(http://emedicine.medscape.com/article/ 1260255-overview)

9) Tujuan terapi polidaktili adalah untuk mempertahankan jari yang

paling fungsional, tanpa mengingat apakah berupa bi- atau tri-

phalangeal (http://jos.online.org-pdfov14i3p295.pdf)

b. Polidaktili pada kaki

Penanganan termasuk eksisi jari tambahan dan rekonstruksi jaringan lunak di

sekitar jari yang tersisa untuk memperbaiki kesejajaran bila terdapat deviasi.

Jari paling medial pada polidaktili preaksial dan jari paling lateral pada

polidaktili postaksial adalah jari yang dipilih untuk direseksi agar kaki bisa

menyempit dengan tepi lateral atau medial yang lurus. Pada polidaktili

postaksial, dilakukan insisi oval atau racquet-shaped pada jari paling lateral

melalui kulit dan fasia. Tendon dibelah ke distal sejauh mungkin. Kapsul sendi

metatarsophalangeal (MTP) dibelah dan jari dipisahkan dari artikulasinya.

Ketelitian diperlukan untuk menyeimbangkan dengan tepat antara musculus

hallucis abductor dan adductor serta meminimalkan hallux varus. Koreksi

terhadap longitudinal bracket epiphysis mencegah berkembangnya hallux

varus dan metatarsal I yang kependekan. Kapsul diperbaiki seakurat mungkin.

Bila jari yang lebih lateral yang hipoplastik dan dieksisi, ligamentum

intermetatarsal harus ditaksir ulang. Penempatan Kirschner wire (K-wire)

selama 4-6 minggu dapat membantu mempertahankan posisi dan mencegah

deformitas varus atau dapat pula dibalut atau digips (cast). Pada polidaktili

sentral, insisi racquet-shaped dorsal dilakukan pada dasar/lantai duplikasi. Jari

tambahan dieksisi melalui disartikulasi. Ligamentum intermetatarsal dinilai

Page 12: LAPORAN ASKEP POLIDAKTILI

ulang sebelum ditutup. Gips (cast) atau orthosis bermanfaat pada postoperasi

untuk meminimalkan sisa kaki depan yang melebar. Dengan indikasi

kosmetik, dilakukan penutupan kulit plastik/sintetis yang cermat. Walking cast

pada memungkinkan anak-anak bisa tetap bergerak aktif dan sekaligus

melindung daerah insisi. Komplikasi postoperatif antara lain hallux varus

residual dan jaringan parut akibat operasi. (http://jos.online.org-

pdfov14i3p295.pdf)

10. Pencegahan

11. Prognosis

Kebanyakan pasien memiliki hasil keluaran yang baik hingga sempurna.

Tindakan yang hati-hati menentukan keluaran yang baik dalam hal kosmetik

dan fungsional. Potensi pertumbuhan dari jari yang direkonstruksi masih belum

diketahui. Pengukuran lebar kuku, lingkaran dan panjang jari, menunjukkan

potensi pertumbuhan jari yang tersisa setelah eksisi jari yang hipoplasti.

Namun, jari hipoplastik ini telah mengganggu sehingga meskipun pembedahan

dilakukan sejak dini, pertumbuhan jari normal tidak akan pernah tercapai.

(http://jos.online.org-pdfov14i3p295.pdf)

12. Komplikasi

B. Keperawatan

1. Pengkajian

a. Anamnesis mengenai riwayat keluarga

b. Riwayat pranatal – postnatal

c. Pengkajian hasil laboratorium

d. Pemeriksaan status neurologis

e. Riwayat kelahiran serta berat badan lahir harus dilakukan dengan hati –hati.

f. Pemeriksaan fisik dilakukan keseluruh tubuh untuk menggali adanya

kelainan atau anomali lainnya dibagian tubuh lain. Pemeriksaan fisik

dengan dilakukan secara sistematik.

Berikut adalah pemeriksaan yang harus dilakukan yaitu :

Page 13: LAPORAN ASKEP POLIDAKTILI

a. Catat dan dokumentasikan nomor jari tangan yang mengalami gangguan,

keterlibatan jaringan yang mengalami penambahan, penyatuan, panjang

setiap jari, dan tampilan dari kuku.

b. Pengambilan foto pada tangan terutama pada saat pertama kali kunjungan

biasanya sangat membantu diagnosis.

c. Lakukan pergerakan pasif untuk memeriksa adanya penambahan tulang

dengan penambahan jaringan lunak.

d. Periksa dengan mempalpasi adanya polidaktili yang tersembunyi.

e. Tingkat anomali dari struktur tendon dan neurovakular mencerminkan

kompeksitas dari polidaktili. Adanya kondisi polidaktili komplet atau

kompleks biasanya melibatkan bagian distal dari falang ( jari ).

f. Selalu melakukan pemeriksaan radiografi untuk membantu identifikasi

anomali lainnya, seperti bony synostosis, delta falang atau symphalangism.

2. Diagnosa

a. Pre Operasi

1) Gangguan konsep diri (citra diri) b/d anomali kongenital / perubahan

bentuk tubuh (kaki/tangan)

2) Ansietas b/d rencana pembedahan.

3) Kurang pengetahuan (kebutuhan untuk belajar) mengenai kondisi,

prognosis, dan kebutuhan pengobatan b/d kurang informasi mengenai

penyakit atau pengobatan.

b. Pasca Operasi

1) Nyeri b/d luka pascaoperasi

2) Kerusakan integritas kulit b/d pembedahan

3) Resiko tinggi infeksi b/d tindakan pembedahan

4) Kurang pengetahuan (kebutuhan untuk belajar) mengenai kondisi,

prognosis, dan kebutuhan pengobatan b/d  kurang informasi mengenai

penyakit atau pengobatan.

3. Intervensi Keperawatan

a. Pre Operasi

1) Gangguan konsep diri (citra diri) b/d anomali kongenital / perubahan

bentuk tubuh (kaki/tangan)

Page 14: LAPORAN ASKEP POLIDAKTILI

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan klien dapat

menunjukkan harga diri dengan mengungkapkan penerimaan diri secara

verbal.

Intervensi :

a) Dorong individu mengekspresikan perasaan, khususnya mengenai

bagaimana individu merasakan, memikirkan atau memandang dirinya.

R/ : dapat membantu klien berfikiran positif terhadap dirinya sendiri

b) Dorong interaksi dengan teman sebaya dan orang dewasa yang

mendukung.

R/ : memberikan rasa percaya diri klien

c) Kaji dan jelaskan kepada klien tentang keadaan penambahan jari klien

R/ intervensi awal bisa mencegah distress psikologis pada klien

d) Bantu klien menggunakan mekanisme koping yang positif

R/ mekanisme koping yang positif dapat membantu klien lebih percaya

diri, kooperatif terhadap tindakan yang akan dilakukan dan mencegah

terjadinya kecemasan tambahan

e) Orientsikan klien terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang

diharapkan

R/ orientasi dapat menurunkan kecemasan

f) Libatkan system pendukung dalam perawatan klien

R/ kehadiran system pendukung meningkatkan citra diri klien.

2) Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan.

Tujuan : setelah klien diberikan asuhan keperawatan, diharapkan klien

dapat menunjukkan perasaan dan mengidentifikasi cara yang sehat dalam

berhadapan dengan mereka, tampil santai, dapat beristirahat / tidur cukup,

dan melaporkan penurunan rasa takut dan cemas berkurang ke tingkat

yang dapat diatasi.

Intervensi :

a) Informasikan pasien / orang terdekat tentang peran advokat perawat

intraoperasi.

R/ : Kembangkan rasapercaya / hubungan, turunkan rasa takut akan

kehilangan control pada lingkungan yang asing.

Page 15: LAPORAN ASKEP POLIDAKTILI

b) Identifikasi tingkat rasa takut yang mengharuskan dilakukannya

penundaan prosedur pembedahan.

R/ : Rasa takut yang berlebihan atau terus menerus akan

mengakibatkan reaksi stress yang berlebihan, resiko potensial dari

pembalikan reaksi terhadap prosedur / zat-zat anestesi.

c) Validasi sumber rasa takut. Sediakan informasi yang akurat dan

faktual.

R/ : Mengidentifikasi rasa takut yang spesifik akan membantu pasien

untuk menghadapinya secara realistis, misalnya kesalahan identifikasi /

operasi  yang salah, kesalahan anggota tubuh yang di

operasi.penggambaran yang salah, dll.

d) Diskusikan penundaan / penangguhan pembedahan pembedahan

dengan dokter, anestesiologis, pasien dan keluarga sesuai kebutuhan.

R/ : Mungkin diperlukan jika rasa takut yang berlebihan tidak

berkurang / teratasi.

3) Kurang pengetahuan (kebutuhan untuk belajar) mengenai kondisi,

prognosis, dan kebutuhan pengobatan b/d kurang informasi.

Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan klien dapat

mengutarakan pemahaman proses penyakit / proses pra operasi dan

harapan pasca operasi, dapat melakukan prosedur yang dilakukan dan

menjelaskan alasan dari suatu tindakan, dan memulai perubahan gaya

hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam perawatan.

Intervensi :

a)   Kaji tingkat pemahaman pasien.

R/ : Berikan fasilitas perencanaan program pengajaran pasca operasi.

b) Tinjau ulang patologi khusus dan antisipasi prosedur pembedahan.

R/ : Sediakan pengetahuan berdasarkan hal dimana pasien dapat

membuat pilihan terapi berdasarkan informasi dan setuju untuk

menikuti prosedur dan adanya kesempatan untuk menjelaskan

kesalahan konsep.

c) Gunakan sumber-sumber bahan pengajaran, audiovisual sesuai

keadaan.

Page 16: LAPORAN ASKEP POLIDAKTILI

R/ : Bahan yang dibuat secara khusus akan dapat memenuhi kebutuhan

pasien untuk belajar.

d) Melaksanakan program pengajaran pra operasi individual : pembatasan

dan prosedur pra operasi / pasca operasi misalnya perubahan urinarius

dan usus, pertimbangan diet, tingkat / perubahan aktivitas, latihan

pernapasan dan kardiovaskuler dan control rasa sakit.

R/ : Meningkatkan pemahaman / kontrol pasien dan meungkinkan

partisipasi dalam perawatan pasca operasi.\

b. Pasca Operasi

1) Nyeri b/d luka pasca operasi

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1X24 jam,

diharapkan nyeri klien berkurang bahkan hilang

Intervensi :

a) Kaji karakteristik, lokasi dan intensitas nyeri klien (skala 0-10).

R/ : Mengetahui tingkat rasa nyeri, berguna dalam pengawasan

keefektifan obat.

b) Ajarkan teknik relaksasi seperti : imajinasi, musik yang lembut.

R/ : Membantu untuk memfokuskan kembali perhatian dan membantu

pasien untuk mengatasi nyeri / rasa tidak nyaman.

c) Berikan posisi yang nyaman.

R/ : Posisi dapat membantu mengurangi nyeri.

d) Kolaborasi dengan medik pemberian analgetik.

R/ : Terapi analgetik dapat mengurangi nyeri

2) Kerusakan integritas kulit b/d tindakan pembedahan

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1X24 jam,

diharapkan klien menunjukkan penyembuhan jaringan progresif.

Intervensi :

a) Kaji daerah sekitar luka, apakah ada pus, atau jahitan basah.

R/ :       Deteksi awal jika terjadi gangguan dalam proses

penyembuhan.

b) Periksa luka secara teratur, catat karakteristik dan integritas kulit.

R/ : Pengenalan akan adanya kegagalan proses penyembuhan luka /

berkembangnya komplikasi secara dini dapat mencegah terjadinya

kondisi yang lebih serius.

Page 17: LAPORAN ASKEP POLIDAKTILI

c) Kaji jumlah dan karakteristik cairan luka.

R/ : Menurunnya cairan menandakan adanya evolusi dari proses

penyembuhan, apabila pengeluaran cairan terus menerus / adanya

eksudat yang bau menunjukkan terjadinya komplikasi (misalnya

perdarahan, infeksi).

d) Beri penguatan pada balutan awal / penggantian sesuai indikasi.

Gunakan teknik aseptik yang ketat.

R/ : Lindungi luka dari perlukaan mekanis dan kontaminasi. Mencegah

akumulasi cairan yang dapat menyebabkan ekskoriasi (pengikisan

kulit).

e) Gunakan teknik aseptik saat merawat luka

R/ : Mencegah infeksi dan mencegah transmisi infeksi bakterial pada

luka

f) Perhatikan intake nutrisi klien.

R/ : Penting untuk mempercepat penyembuhan luka.

3) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan.

Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan klien dapat

mengidentifikasikan factor-faktor resiko individu dan intervensi untuk

mengurangi potensial infeksi, dan dapat mempertahankan lingkungan

aseptik yang aman.

Intervensi :

a) Tetap pada fasilitas control infeksi, sterilisasi dan prosedur / kebijakan

aseptik.

R/ : tetapkan mekanisme yang dirancang untuk mencegah infeksi.

b) Uji kesterilan semua peralatan.

R/ : Benda-benda yang dipaket mungkin tampak steril, meskipun

demikian, setiap benda harus secara teliti diperiksa kesterilannya,

adanya kerusakan pada pemaketan, efek lingkungan pada paket, dan

teknik pengiriman.

c) Identifikasi gangguan pada teknik aseptik dan atasi dengan segera pada

waktu terjadi.

R/ : Kontaminasi dengan lingkungan / kontak personal akan

menyebabkan daerah yang steril menjadi tidak steril sehingga

meningkatkan resiko infeksi.

Page 18: LAPORAN ASKEP POLIDAKTILI

d) Berikan antibiotik sesuai petunjuk.

R/ : Dapat diberikan secara profilaksis bila dicurigai terjadinya infeksi

atau kontaminasi.

4) Kurang pengetahuan (kebutuhan untuk belajar) mengenai kondisi,

prognosis, dan kebutuhan pengobatan b/d  kurang informasi

mengenai penyakit atau pengobatan.

Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan klien dapat

mengutarakan pemahaman proses penyakit / harapan pasca operasi,

melakukan prosedur yang dilakukan dan menjelaskan alasan dari suatu

tindakan, memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta

dalam perawatan.

Intervensi :

a) Kaji tingkat pemahaman pasien.

R/ : Berikan fasilitas perencanaan program pengajaran pasca operasi.

b) Tinjau ulang patologi khusus dan antisipasi prosedur pembedahan.

R/ : Sediakan pengetahuan berdasarkan hal dimana pasien dapat

membuat pilihan terapi berdasarkan informasi dan setuju untuk

menikuti prosedur dan adanya kesempatan untuk menjelaskan

kesalahan konsep.

c) Gunakan sumber-sumber bahan pengajaran, audiovisual sesuai

keadaan.

R/ : Bahan yang dibuat secara khusus akan dapat memenuhi kebutuhan

pasien untuk belajar.

d) Melaksanakan program pengajaran pasca operasi individual :

pembatasan dan prosedur pasca operasi misalnya perubahan urinarius

dan usus, pertimbangan diet, tingkat / perubahan aktivitas, latihan

pernapasan dan kardiovaskuler dan control rasa sakit.

R/ : Meningkatkan pemahaman / kontrol pasien dan meungkinkan

partisipasi dalam perawatan pasca operasi.

Page 19: LAPORAN ASKEP POLIDAKTILI

DAFTAR PUSTAKA

Engz katroxz .2010 [cited 2012 November 4];.Available from: URL

http://engzkatroxz.blogspot.com/2010/12/polidaktili.html

Novick C. Polydactyly of the foot [Online]. 2009 Dec 4 [cited 2012 November 4]; [5

screens]. Available from: URL: http://emedicine.medscape.com/article/ 1260255-

overview

University of Maryland Medical Center. Polydactyly-treatment. [Online]. 2009 [cited 2012

November 4]; Available from: URL: http://www.umm.edu/ency/article/

003176trt.htm

Weill Cornell Medical College [Online]. [cited 2012 November 4]; Available from: URL:

http://www.cornellsurgery.org/patients/health/congenital-hand-defor-mities.html

Wikipedia [Online]. 2008 June [cited 2012 November 4 ]; Available from:

URL:http://en.wikipedia.org/wiki/Polydactyly

Yen CH, Chan WL, Leung HB, Mak KH. Thumb polydactyly: clinical outcome after

reconstruction. Journal of Orthopaedic Surgery [serial online] 2006 [cited 2012

November 4];14(3):295-302. Available from: URL: http://jos.online.org-

pdfov14i3p295.pdf

Yuda handaya[ONLINE]. 2010 Dec 28 [cited 2012 November 4]; Available from:

URL:http://dokteryudabedah.com/tentang-polidaktili/