Karya Tulis Ilmiah

download Karya Tulis Ilmiah

of 37

Transcript of Karya Tulis Ilmiah

EXCALIBUSIMPLEMENTASI EKSTRAK KAPSUL ALBUMIN IKAN GABUS (Chana striata) SEBAGAI MALNUTRITION ADJUVAN THERAPHY DANNANO CARIER Interferon Gamma (IFN-) MACROFAGE ACTIVATIONPASIEN MULTI DRUG RESISTANT TUBERKULOSIS PARU

KARYA TULIS ILMIAH

(Subtema: Pemanfaatan Sumber Daya Alam dalam upaya preventif, kuratif, rehabilitatif, terhadap penyakit berbasis Immunologi)

Diusulkan oleh:Ngurah Agung Reza Satria Nugraha Putra132010101031/Angkatan 2013Henggar Allest Pratama 122010101080/Angkatan 2012Calysta Citra Sekarsari122010101067/Angkatan 2012

UNIVERSITAS JEMBERJEMBER2015HALAMAN PENGESAHAN

Judul Karya Gagasan Tertulis:EXCALIBUS : Implementasi Ekstrak KapsulAlbuminIkan Gabus (Chana Striata) Sebagai Malnutrition Adjuvan TheraphydanNano Carier Interferon Gamma (IFN-) Macrofage Activation Pasien Multi Drug ResistantTuberkulosis Paru

Penulis:1. Ngurah Agung Reza Satria Nugraha Putra(132010101031)2. Henggar Allest Pratama (122010101080)3. Calysta Citra Sekarsari (122010101067)

Dosen Pembimbing:dr. Erfan Efendi, Sp. An

Jember, 27 Juli 2015Dosen Pembimbing, Ketua

dr. Erfan Efendi, Sp. AnNgr. Agung Reza SNIDN 0028036802 NIM 132010101031

Mengetahui,Pembantu Dekan IIIFakultas Kedokteran Universitas Jember

dr. Sugiyanta, M. KedNIP. 19790207 200501 1 001

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis yang berjudul EXCALIBUS : Implementasi Ekstrak KapsulAlbuminIkan Gabus (Chana Striata) Sebagai Malnutrition Adjuvan Theraphydan Nano Carier Interferon Gamma (IFN-) Macrofage Activation Pasien Multi Drug ResistantTuberkulosis Paru. Adapun maksud dilaksanankannya penyusunan karya tulis ini ialah dalam rangka mengikuti Airlangga Medical Scientic Week 2015 Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.Penyusunan karya tulis ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada : 1. dr. Sugiyanta, M. Ked selaku Pembantu Dekan III Fakultas Kedokteran Universitas Jember yang selalu mendukung dalam meningkatkan kreativitas mahasiswanya;2. dr. Erfan Efendi, Sp. An selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan hingga terwujudnya gagasan ini;3. PanitiaAirlangga Medical Scientic Week 2015yang telah mengadakan lomba bergengsi sehingga kami dapat mengapresiasikan ide kami;4. orang tua penulis yang selalu memberikan dukungan dan doanya; dan5. seluruh pihak yang telah ikut andil dalam proses penyelesaian karya tulis ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan sehingga isi karya tulis ini dapat menjadi lebih baik lagi. Semoga tulisan ini dapat memberi manfaat dan sumbang asih ilmiah yang sebesar-besarnya bagi penulis dan pembaca.

Jember,26 Juli 2015PenulisDAFTAR ISIHalamanHALAMAN SAMPULiHALAMAN PENGESAHANiiKATA PENGANTARiiiDAFTAR ISIivBAB 1. PENDAHULUAN11.1 Latar Belakang11.2 Gagasan Kreatif31.3 Tujuan41.4 Manfaat4BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA52.1 Tuberkulosis52.2 Tuberkulosis Multi Drug Resistant (TB MDR)112.3 IFN-132.4 Albumin142.5 Ikan Gabus15BAB 3. METODE PENULISAN183.1 Jenis Penulisan183.2 Analsis Data183.3Teknik Pengambilan Data183.2 Prosedur Penulisan18BAB 4. ANALISIS DAN SINTESIS194.1 Peran EXCALIBUSSebagai Terapi Adjuvan TB MDR194.2 Model Terapi EXCALIBUS Sebagai Terapi Adjuvan TB MDR21BAB 5. PENUTUP235.1 Kesimpulan235.2 Saran23DAFTAR PUSTAKA24DAFTAR RIWAYAT HIDUP27

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangTuberkulosis (TB) hingga saat ini masih merupakan penyakit dengan jumlah kasus yang sangat besar. Berdasarkan Global Tuberculossis Report 2014, pada tahun 2013 diperkirakan 9 juta orang terinfeksi TB (1,5 juta diantaranya adalah kasus baru) dan 1,5 juta diantaranya meninggal akibat TB. Dari 9 juta orang yang terinfeksi TB, 56 % diantaranya berasal dari asia tenggara. Persentase ini merupakan persentase penyumbang kasus TB tertinggi di dunia. Indonesia menempati urutan ke tiga dalam jumlah kasus TB terbesar setelah India dan Cina(WHO, 2014). Jawa Timur merupakan penyumbang TB terbesar kedua di Indonesia. Kabupaten Jember menduduki peringkat kedua setelah Surabaya sebagai penyumbang TB terbesar di Jawa Timur dengan jumlah 3.104 penderita TB (Kemenkes 2014).Multidrug-resistant tuberculosis (MDR-TB) adalah jenis tuberkulosis yang tidak berespon terhadap pengobatan paling tidak dua obat anti-TB lini pertama yang paling kuat, yaitu isoniazid dan rifampicin. Di seluruh dunia diperkirakan 5% dari seluruh pasien tuberkulosis terkena MDR-TB. Survei data tahun 2013 juga menunjukkan setidaknya terdapat 480.000 pasien TB di seluruh dunia yang berkembang menjadi MDR-TB dan 210.000 diantaranya meninggal(WHO, 2014). Berdasarkan studi cohort WHO tahun 2009-2011 terdapat sepuluh negara dengan insidensi MDR-TB tertinggi di dunia, salah satunya Indonesia disamping China, India, Uzbekistan, Rusia, Filipina, Afrika Selatan, Myanmar, Pakistan, dan Ukraina. Dari total pasien MDR-TB jumlah kematian masih cukup tinggi yaitu sekitar 20% dan 25% lainnya hilang follow up (WHO, 2014).Malnutrisi adalah kondisi yang sering menyertai TB. Malnutrisi merupakan kondisi saat status gizi dalam tubuh di bawah normal. Hal ini ditandai dengan adanya hipoalbuminemia (Luckita, 2013).Dalam perjalanan penyakitnya, ketika Mycobacterium tuberculosis masuk ke parutubuh, akan terjadi proses inflamasi. Proses inflamasi yang terus berlanjut akan menyebabkan penurunan kadar albumin plasma akibat peningkatan katabolisme albumin (Muthuraj et all, 2010). Peningkatan katabolisme albumin terjadi akibat adanya peningkatan kebutuhan resting energy pada pasien tuberkulosis. Semua hal ini menyebabkan perburukkan status gizi pada pasien tuberkulosis. Selain itu, kadar albumin yang rendah dapat mempengaruhi keefektifan obat antituberkulosis (OAT). Hal ini dikarenakan OAT membutuhkan albumin sebagai carieer menuju target kerja obat sehingga kadar albumin yang berkurang akan menurunkan keefektifan kerja obat (Gunawan, 2009).Mycobacterium tuberculosisdapat menurunkan sistem imun tubuh. Ketika tubuh terinfeksi Mycobacterium tuberculosistubuh akan merespon dengan mengeluarkan IFN- oleh sel Natural Killer (NK) dan limfosit T. IFN- inilah yang akan mensensitisasi makrofag untuk memfagositosisMycobacterium tuberculosisyang masuk ke dalam tubuh. Namun, Mycobacterium tuberculosisdapat memproduksi Interleukin 6 (IL 6) dan sitokin sitokin lain yang dapat menghambat proses signaling IFN- menuju makrofag sehingga kadar IFN- dalam darah tetap tinggi karena tidak dapat berikatan dengan reseptor IFN- di makrofag (Nagabhushanam et al., 2014).Pada tahun 2005, Center of Desease Control And Prevention(CDC) mempublikasikan guidelinebaru tentang upaya diagnosis TB dengan menggunakan QuantiFERON TB Gold Test dengan cara IGRA (Interferon Gamma Release Assay) untuk memeriksa kadar Interferon Gamma (IFN-) dalam darah. Prosedur diagnostik ini dapat mendeteksi adanya kuman TB di dalam tubuh baik dalam fase infeksi aktif maupun fase laten sehingga pemeriksaan IGRA dapat digunakan sebagai monitoring adanya perkembangan infeksi dan status imunologis penderita TB (Mazurek et al., 2010). Hal ini merupakan penemuan baru yang sangat penting khususnya dalam melakukan monitoring efek terapi yang diberikan terhadap status imunologis dan perkembangan infeksi. Dengan melakukan pemeriksaan IFN- dapat dilakukan monitoring terhadap perubahan sistem imun dan infeksi selama mendapatkan terapi Obat Anti Tuberkulosis (OAT). Selain itu, pemeriksaan IFN- memungkinkan juga untuk mengetahui efektifitas model terapi baru dan perbandingannya jika dikombinasi dengan OAT.Pengobatan TB MDR sejauh ini adalah dengan memberikan antibiotik dengan dosis yang tinggi dan jenis yang lebih banyak. Namun, proses ini kurang efektif karena Mycobacterium tuberculosis yang menginfeksi terlanjur resisten dengan antiobiotik yang diberikan. Masalah lain yang menjadi kendala dalam pengobatan TB MDR adalah masa pengobatan yang lama (2 tahun) sehingga tingkatdrop out yang tinggi. Infeksi yang berkepanjangan juga menurunkan status gizi pasien TB MDR sehingga sering didapatkan malnutrisi dan kondisi umum yang buruk. Kondisi ini semakin menambah masalah pengobatan TB.Cara lain yang dapat dimanfaatkan dalam pengobatan TB MDR adalah dengan mengoptimalkan fungsi signaling makrofag oleh IFN- dengan memberikan terapi adjuvan berupa albumin. Dengan mengoptimalkan fungsi IFN- maka proses imunitas humoral tubuh dapat berfungsi secara maksimal. Albumin dapat berperan sebagai nano carierIFN- yang berfungsi untuk mengantarkan IFN- menuju reseptornya di makrofag tanpa dihambat IL 6 dan sitokin sitokin lain yang dilepaskan Mycobacterium tuberculosisuntuk menghambat fungsi signaling IFN-. Adanya albumin nanopartikel tersebut menyebabkan proses signaling IFN- ke makrofag lebih maksimal sehingga proses signaling lebih efektif daripada IFN- bebas tanpa adanya albumin(Segura et al., 2007). Efektifnya proses signaling menyebabkan makrofag yang teraktifasi lebih banyak dan lebih optimal dalam mefagositosis Mycobacterium tuberculosis. Dengan memeriksa kadar IFN- dalam darah dapat pula dilakukan monitoring perkembangan terapi.Ikan gabus (Channa striata) merupakan sumber alternatif albumin berkadar tinggi. Ikan gabus memiliki kandungan protein yang tertinggi dibandingkan dengan ikan sejenisnya. Dalam 100 gram ikan gabus, 16,2 gram diantaranya mengandung protein dan 64,62 % nya adalah albumin. Selain itu, ikan gabus juga mengandung zinc dan zat besi cukup tinggi yang mampu meningkatkan sistem imun(Mustafa et al., 2012). Ekstraksi ikan gabus yang dilakukan dalam bentuk kapsul memiliki keunggulan dengan tidak dihasilkannya bau amis seerti pada ekstraksi albumin cair. Oleh sebab itu, penulis ingin mengangkatekstrak kapsul albumin ikan gabus untuk diimplementasikan sebagai terapi adjuvan TB MDR dalam karya tulis berjudul EXCALIBUS :Implementasi Ekstrak KapsulAlbuminIkan Gabus (Chana Striata) Sebagai Adjuvan TheraphyNano Carier Interferon Gamma (IFN-) Macrofage Activation Pasien Multi Drug ResistantTuberkulosis Paru.

1.2 Gagasan KreatifGagasan kreatif yang ingin disampaikan melalui karya tulis ini adalah mengimplementasikan EXCALIBUS ekstrak albumin kapsul ikan gabus (Chana striata) untuk diberikan sebagai salah satu modalitas terapi pasien TB MDR sebagai pendukung Obat Anti Tuberkulosis. Dalam karya tulis ini akan dianalisa bagaimana peranan EXCALIBUSdalam memperbaiki kondisi malnutrisi sekaligus juga memperbaiki sistem imun melalui perannya sebagai nano carier IFN- dalam proses aktivasi makrofag. Selain itu juga akan dianalisabagaimana efektifitas EXCALIBUS sebagai bentuk model terapi adjuvan TB MDR.

1.3 TujuanTujuan dari karya tulis ini ialah :a. untuk menganalisis peranan EXCALIBUSsebagai terapi adjuvan TB MDR dalam memperbaiki malnutrisi dan proses signaling IFN-;b. untukmenganalisismodel terapiEXCALIBUSsebagai terapi adjuvan TB MDR.

1.4 ManfaatManfaat dari karya tulis ini ialah sebagai berikut.a. Karya tulis ini dapat dijadikan tinjauan pustaka bagi penulis lainnya dalam hal pemanfaatan ekstrak kapsul albumin ikan gabus (Chana striata) sebagai adjuvan terapi TB MDR.b. Karya tulis ini dapat dijadikan acuan dalam pengobatan TB MDR.Karya tulis ini dapat dijadikan acuan dalam penelitian mengenai TB MDR.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tuberkulosis2.1.1 EpidemiologiTuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi mycobacterium tuberculosis. Menurut Global Tuberculosis Report 2014 di negara maju rata rata 10 20 kasus baru tiap 100.000 penduduk. Namun di Indonesia, angka insidensinya masih tinggi. Tercatat 2013 yang lalu angka insidensinya sebesar 460.000 atau 183/100.000 penduduk. Angka kematiannya pun masih tinggi yaitu 25/100.000 penduduk. Peningkatan kasus HIV juga sangat berpengaruh terhadap peningkatan insidensi TB.Saat ini Indonesia bahkan lebih tinggi dari China dan India yang sebelumnya berada di atas Indonesia dalam hal insidensi TB. India setiap yahunnya mengalami tren penurunan yang cukup signifikan. Namun, angka insidensi dan mortalitas nya juga masih tinggi. Tercatat pada tahun 2013 insidensi TB di Indi mencapai 173/100.000 penduduk dengan angka kematiannya 19/100.000 penduduk. Di China, angka insidensi TB semakin menurun hingga hanya 70/100.000 penduduk dangan angka kematian 3/100.000 penduduk. Namun, di wilayah Afrika, angka TB masih tinggi dan penurunannya dari tahun ke taun kurang signifikan. Di Kongo misalnya, insidensi TB tahun 2013 mencapai 326/100.000 penduduk dengan angka kematian 68/100.000 penduduk. Infeksi TB cenderung sering pada negara negara berkembang yang beriklim tropis. Asia Tenggara menduduki peringkat pertama dalam Insidensi TB. Tingkat sosioekonomi yang rendah dan kepadatan penduduk membuat penyebaran infeksi TB semakin cepat meluas. Resiko penularan di Asia dan Amerika Latin diperkirakan mencapai 2-5 % per tahun (Global Tuberculosis Report, 2014).2.1.2 EtiologiEtiologi TB adalah adanya infeksi Mycobacterium tuberculosis dalam tubuh. Mycobacterium tuberculosis dapat menyerang jaringan paru dan ekstraparu seperti limfa dan tulang. Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang, tidak berspora, dan tidak berkapsul. Berukuran lebar 0,3-0,6 m dan 1-4 m. Dinding Mycobacterium tuberculosis tersusun dari lapisan lemak hingga mencapai 60% yang terdiri dari : asam mikolat, complex-waves, trehalosa dimikolat, dan mycobacterial sulfolipids yang berperan dalam virulensinya. Asam mikolat merupakan asam lemak berlantai panjang yang dihubungkan dengan arbinogal aktan oleh ikatan glikolipid dengan peptidoglikan dan jembatan fosfodiester. Sementara complex-waves dan fosfodiester berpern dalam proses nekrosis kaseosa dan imunogenitas. Unsur lain yang terdapat dalam dinding bakteri tersebut adalah polisakarida seperti arabinogalaktan dan arabinonamanan. Struktur dinding sel yang kompleks tersebut menyebabkan Mycobacterium tuberculosis bersifat tahan asam pada pewarnaan Ziehl Nielson. Komponen antigen yang ditemukan dalam dinding sel dan sitoplasma yaitu komponen lipid, polisakarida, dan protein. Genom Mycobacterium tuberculosis memiliki ukuran 4,4 Mb (Mega base) dengan kandungan Guanin dan Sitosin terbanyak (Mukti HA, 2002). Mycobacterium tuberculosis bersifat obligat anaerob dan pertumbuhannya lambat. Diperlukan waktu 18 jam untuk bereplikasi dan dengan metode kultur baru akan terlihat 6-8 minggu. Suhu optimal untuk pertumbuhannya adalah 37 C dengan pH 6,4-7,0. Mycobacterium tuberculosis bersifat tidak tahan panas. Dengan pemanasan 60 C selama 15 20 menit akan menyebabkan kematian. Bakteri ini juga sangat rentan dengan sinar ultraviolet dan alkohol. Dengan penyinaran ultraviolet selama 10 menit dan perendaman dalam alkohol 75% selama 3-5 menit akan membunuh kuman ini. Namun, bakteri ini relatif lebih tahan terhadap bahan bahan kima dan tahan terhadap pengeringan sehingga memungkinkan untuk tetap hidup pada ruangan, tempat tidur, selimut, atau bahkan sputum (Garay, 2004).2.1.3 PatogenesisBerdasarkan patogenesisnya, tuberkulosis dibagi menjadi 2 yaitu tuberkulosis primer dan tuberkulosis post primer.A. Tuberkulosis PrimerMycobacterium tuberculosis yang masuk melalui saluran nafas akan berada di jaringan paru sehingga akan membentuk suatu lokus yang disebut sebagai lokus primer. Lokus primer ini dapat muncul di bagian mana saja di dalam paru. Dari lokus primer ini akan terlihat peradangan saluran limfe menuju hilus diikuti pembesaran hilus. Lokus primer disertai pembesaran hilus ini disebut kompleks primer. (Konsensus TB, 2006). Setelah itu akan muncul respon imun terhadap infeksi Mycobacterium tuberculosis tersebut dengan adanya sel T helper yang tersensitisasi membentuk IFN-. IFN- akan menginisiasi makrofag untuk memfagositosis Mycobacterium tuberculosis yang telah masuk ke intrasel jaringan paru. Namun, Mycobacterium tuberculosis akan berusaha mempertahankan diri dengan mengeluarkan IL 6 untuk menghambat sensitisasi IFN- ke makrofag (Nagabhushanam et al., 2014).. Jika sistem imun tubuh baik atau bakteri yang masuk tidak berjumlah banyak, kompleks primer yang telah terbentuk bisa sembuh tanpa meninggalkan cacat sama sekali. Namun, dapat juga timbul bekas (antara lain sarang Ghon, garis fibrotik, perkapuran hilus) atau bahkan menyebar jika sistem imun tubuh kurang memadai atau infeksi kuman dalam jumlah besar. Penyebaran dapat bersifat bronkogen, perkontuinatum, hematogen dan limfogen. Penyebaran secara perkontuinatum dan bronkogen akan menyebabkan tuberkulosis pada paru dan dapt menular ke paru yang lain sedangkan penyebaran secara limfogen dan hematogen bila tidak terdapat imun yang kuat dapat menyebabkan keadaan yang cukup gawat seperti tuberkulosis milier ataupun meningitis tuberkulosa. Penyebaran ini juga dapat mengenai organ tubuh lainnya seperti ginjal dan tulang (Konsensus TB, 2006).B. Tuberkulosis Post-PrimerTuberkulosis post primer akan muncul bertahun tahun setelah infeksi primer. Bentuk tuberkulosis inilah yang sering menimbulkan masalah kesehatan di masyarakat karena sering menimbulkan penularan. Tuberkulosis post-primer dimulai dengan adanya pembentukan sarang dini di lobus apikal superior ataupun inferior. Sarang tersebut dapat diresorbsi sendiri tanpa menimbulkan cacat namun bisa saja segera meluas dan terjadi penyembuhan fibrosis paru yang akan sembuh dengan mentuh pengapuran. Kompleks tersebut nantinya akan aktif kembali membentuk perkejuan yang dapat keluar jika dibatukkan. Namun bisa saja kompleks tersebut mengalami perkejuan sehingga muncul cavitas berdinding tipis yang akan terus meneba (sklerotik). Kavitas tersebut dapat meluas dan menimbulkan lokus baru, memadat dan membentuk tuberkuloma yang akan mengapur dan menyembuh, dapat pula bersih dan sembuh (open health cavity). Kaviti yang meluas dan menyebar akan menimbulkan gejala dan memerlukan pengobatan (Werdhani, 2002).2.1.4 KlasifikasiBerdasarkan hasil pemeriksaan dahak, tuberkulosis paru dibagi menjadi :a. TB Paru BTA negatifTB Paru dinyatakan negatif jika pada pemeriksaan sputum sebanyak 3 kali tidak ditemukan bakteri Mycobacterium tuberculosis namun gejala klinis dan pemeriksaan radiologis menunjukka tuberkulosis aktif.b. TB Paru BTA positifTB Paru dinyatakan positif jika sekurang kurangnya 2 dari 3 pemeriksaan sputum ditemukan bakter Mycobacterium tuberculosis atau ada 1 pemeriksaan sputum yang positif disertai pemeriksaan radiologi yang menunjukkan TB paru aktif atau didapatkannya biakan pada kultur sputum.Hasil pemeriksaan BTA dapat bernilai negatif walaupun sebenarnya terdapat Mycobacterium tuberculosis di dalam paru. Hal ini karena pemeriksaan BTA akan bernilai positif jika bakteri yang ada dalam tubuh lebih dari atau sama dengan 105 bakteri.Berdasarkan pasien, tuberkulosis paru dibagi menjadi :a. Kasus BaruKasus baru adalah pasien yang belum pernah mendapat terapi OAT atau mendapat terapi OAT kurang dari 1 bulan.b. Kasus KambuhKasus kambuh adalah pasien yang sebelumnya pernah mendapatkan terapi OAT dan dinyatakan sembuh namun kembali lagi berobat dengan hasil diagnosa positif.c. Kasus Drop OutKasus drop out adalah pasien yang telah menjalani terapi selama bulan namun tidak kembali lagi untuk mengambil obat 2 bulan lebih sebelum masa pengobatannya selesai.d. Kasus GagalKasus gagal adalah pasien yang masih tetap positif atau kebali positif di akhir masa pengobatan.e. Kasus KronikKasus kronik adalah pasien yang masih tetap positif setelah menjalani pengobatan ulang kategori 2 dengan pengawasan baik.f. Kasus Bekas TBKasus bekas TB adalah pasien yang terdiagnosa TB dengan BTA negatif rontgen positif namun setelah menjalani pengobatan lengkap gambaran rontgen tidak mengalami perbaikan (Konsensus TB, 2006) 2.1.5 Penularan dan PenyebaranTuberkulosis dutularkan melalui droplet nuclei. Droplet adalah partikel kecil berukuran 1-5 yang di dalamnya berisi kuman kuman TB. Droplet nuclei ini akan keluar dari paru paru penderita TB melalui batuk, bersin, berteriak, atau berbicara. Droplet nuclei ini jika terhirup akan masuk ke paru kemudian sampai di alveoli. Pasien TB yang batuk lebih dari 48 kali setiap hari (terutama pada malam hari) berpeluang 48% menginfeksi keluarga atau orang yang kontak dengan pasien tersebut. Sedangkan orang yang batuk kurang dari 12 kali dalam semalam berpeluang 28% menginfeksi orang yang kontak dekat dengan pasien tersebut. Selain melewati saluran nafas, Mycobacterium tuberculosis dapat menular melalui luka pada mukosa dan kulit namun penularan dengan cara ini sangat jarang. Jika dari penularan tersebut terbentuk satu lokus infeksi maka dapat menyebar ke bagian tubuh lain melaui darah, limfe, dan intestinal (bila dahak tertelan), dan bisa juga menetap di paru (Werdhani, 2002).2.1.6 Gejala KlinisGejala klinis pada TB paru meliputi gejala sistemik dan gejala respiratorik.a. Gejala sistemikGejala klinik yang sering menyertai TB adalah demam, malaise, keringat malam, anoreksia, dan penurunan berat yang signifikan.b. Gejala respiratorikGejala respiratorik yang sering menyertai TB adalah batuk lebih dari 2 minggu, batuk darah, sesak nafas, dan nyeri dada. Gejala ini sangat bervariasi tergantung pada luas lesi yang terdapat pada paru. Manifestasi batuk timbul saat bronkus mengalami iritasi oleh karena adanya sekret yang dihasilkan dari inflamasi Mycobacterium tuberculosis (Aditama, 2002).2.1.7 DiagnosisDiagnosis TB Paru berdasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis dilakukan untuk mencari gejala klinis yang khas pada TB dan faktor resiko yang ada pada pasien. Pemeriksaan fisik ditujukan untuk menilai kondisi umum pasien namun sulit menilai kerusakan yang ada di dalam paru secara palpasi, perkusi, dan auskultasi (Aditama, 2007). Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan sputum dan foto toraks. Pemeriksaan sputum menggunakan metode sewaktu pagi sewaktu (SPS) dilakukan untuk mendiagnosis, menilai keberhasilan pengobatan, dan menentukan potensi penularan. Apabila dalam 3 kali pemeriksaan didapatkan 3 kali positif, 2 kali positif, atau 1 kali positif dalam 2 kali pengulangan maka dapat diagnosis positif TB. Namun, apabila tidak memenuhi kriteria tersebut namun gejala klinis mendukung TB maka dapat dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan radiologik berupa foto rontgen thorax PA. Apabila ditemukan gambaran radiologi yang dicurigai sebagai lesi TB aktif (cavitas, bercak milier, nodul segemn apikal atau superior tiap lobus) maka dapat didiagnosis BTA negatif dengan rontgen positif yang merupakan diagnosis positif TB.

Gambar 1. Skema alur dignosis TB Paru (Konsensus TB, 2006)IFN- dapat digunakan sebagai diagnosis TB. Keunggulan IFN- sebagai alat untuk mendiagnosis TB adalah dapat mendeteksi adanya kuman TB baik fase aktif maupun fase laten. Fase aktif adalah masa ketika kuman TB aktif berkembang dan memperbanyak diri sedangkan fase laten adalah masa ketika kuman TB tidak belum aktif (dorman). Quantiferon Test - Interferon Gamma Relative Assay (QFT IGRA) direkomendasikan oleh WHO untuk mendeteksi adanya infeksi TB lebih baik daripada tes Mantoux ataupun BTA. Dinyatakan positif TB apabila ditemukan kadar IFN- 0,35 IU/ml dalam serum. (Mazurek, 2010). 2.1.8 TerapiPengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.a. Tahap awal (intensif) Tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan.b. Tahap Lanjutan Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lamaTahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya kekambuhan

2.2 Tuberkulosis Multi Drug Resistant (TB MDR)2.2.1 EpidemiologiMultidrug-resistant tuberculosis (MDR-TB) adalah jenis tuberkulosis yang tidak berespon terhadap pengobatan paling tidak dua obat anti-TB lini pertama yang paling kuat, yaitu isoniazid dan rifampicin. Di seluruh dunia diperkirakan 5% dari seluruh pasien tuberkulosis terkena MDR-TB pada tahun 2013. Survei data tahun 2013 juga menunjukkan setidaknya terdapat 480.000 pasien TB di seluruh dunia yang berkembang menjadi MDR-TB dan 210.000 diantaranya meninggal. Berdasarkan studi cohort WHO tahun 2009-2011 terdapat sepuluh negara dengan insidensi MDR-TB tertinggi di dunia, salah satunya Indonesia disamping China, India, Uzbekistan, Rusia, Filipina, Afrika Selatan, Myanmar, Pakistan, dan Ukraina. Dari total pasien MDR-TB sekitar 55% diantaranya dapat terobati dengan tuntas, namun jumlah kematian masih cukup tinggi yaitu sekitar 20% dan 25% lainnya hilang follow up (WHO, 2014).2.2.2 EtiologiDasar molekular resistensi isoniazid dan rifampisin sudah dapat dimengerti. Resistensi isoniazid disebabkan oleh mutasi pada salah satu dari dua tempat utama yaitu pada gen katG atau gen inhA. Sedangkan resistensi rifampisin disebabkan oleh karena adanya mutasi point pada gen rpo pada subunit beta dari DNA-dependen RNA polimerase. Pemeriksaan genetik yang mendeteksi adanya resistensi rifampisin dengan keakuratan >95% sangat dimungkinkan pasien tersebut terkena MDR-TB, yang artinya disertai dengan resistensi isoniazid. Hanya 10% resistensi rifampisin yang merupakan monoresitan, sehingga resistensi rifampisin adalah marker MDR-TB pada >95% kasus. Karena prevalensi yang terus meningkat inilah MDR-TB dibagi menjadi basic MDR-TB yaitu tuberkulosis dengan resistensi rifampisin dan isoniazid, dan MDR-TB plus yaitu tuberkulosis dengan pola yang sama dengan basic MDR-TB namun dengan tambahan resistensi satu atau lebih obat anti-TB lini pertama atau lini kedua (Omerod, 2005). 2.2.3 Diagnosis Pemeriksaan lab memegang peranan penting dalam diagnosis dan menejemen MDR-TB. Pemeriksaan lab yang murah dan mudah dilakukan adalah kultur bakteri dengan pemeriksaan resistensi antibiotik. Meskipun merupakan pemeriksaan yang sederhana namun pemeriksaan ini jarang dilakukan, bahkan di negara-negara dengan insiden MDR-TB yang tinggi (LoBue et al., 2009)2.2.4 PengobatanBedauiline dan delamanid adalah dua obat baru yang digunakan untuk pengobatan MDR-TB dan WHO telah mengembangkan pentunjuk sementara untuk penggunaannya. Regimen obat baru untuk memendekkan pengobatan MDR-TB tersebut masih dalam penelitian (WHO, 2014).

2.3 IFN-2.3.1 Pengertian InterferonInterferon ditemukan pada tahun 1957. Isaac dan Lindeman melakukan pengamatan pada sel ayam yang diinkubasi dengan virus influensa inaktif kemudian diamati. Hasilnya ditemukan suatu substansi yang melindungi sel dari infeksi virus yang lain. Fenomena ini oleh Isaac dan Newton disebut fenomena interferensi dan substansi aktif yang melindungi sel tersebut dinamakan interferon (Jonasch dan Haluska, 2001)Interferon adalah kelompok sitokin yang memiliki aktivitas sebagai antivirus, antibakteri, antiproliferatif, dan antimodulasi yang disintesis sebagai respon adanya induksi virus, bakteri, antigen, dan asam nukleat asing. Interferon dapat digunakan dalam pengobatan tumor, kanker, dan penyakit kelainan darah yang hingga kini terus diteliti.2.3.2 Klasifikasi InterferonBerdasarkan jenis reseptornya, IFN diklasifikasikan menjadi 2 yatitu IFN tipe 1 yang berikatan dengan reseptor tipe 1 dan IFN tipe 2 yang berikatan dengan reseptor tipe 2. IFN tipe 1 terdiri dari IFN-, , , , dan . IFN tipe 1 dihasilkan oleh hampir semua sel terutama sel leukosit dan fibroblas. Partikel virus, nukleat asing, dan antigen asing berperan dalam menginduksi produksi dari IFN tipe 1. Selanjutnya IFN tipe 1 akan beredar daam sirkulasi untuk berikatan dengan reseptor di sel sel sehat untuk menghambat progresifitas replikasivirus atau antigen asing tersebut. IFN tipe 2 hanya terdiri dari IFN-. IFN- disintesis oleh sel T helper yang telah tersensitisasi dengan antigen dan sel Natural Killer (NK cell). IFN- memiliki aktifitas imunomodulasi yang lebih besar dari IFN tipe 1. IFN- yang beredar dalam sirkulasi akan langsung berikatan dengan makrofag untuk memfagositosis bakteri yang telah disensitisasi dengan sel T helper.2.3.3 Fungsi IFN- dan Keterkaitannya dengan TBInterferon berfungsi sebagai salah satu sistem imun humoral untuk pertahanan tubuh ketika ada agen asing menginfeksi tubuh. Jika infeksi yang masuk berupa virus atau DNA asing, ataupun bakteri maka kadar interferon akan meningkat (Jonasch dan Haluska, 2001).IFN- berfungsi sebagai aktifator makrofag dalam menghadapi infeksi bakteri. IFN- memiliki peranan terpenting dalam proses aktifator makrofag untuk sebagai agen antitumor dan antimikrobial. Produksi IFN- dipicu oleh sitokin sitokin yang dilepaskan Antigen Precenting Cells (APCs). Ketika terdapat infeksi, agen infeksi pertama kali dideteksi oleh APCs. Selanjutnya APCs akan mengeluarkan sitokin sitokin yang akan merangsang NK sel di pusat inflamasi untuk mengeluarkan IFN-. IFN- inilah yang akan mengaktifasi makrofag untk melakukan fagositosis terhadap infeksi bakteri tersebut (Schroder et al., 2004).IFN- berfungsi sebagai agen protektor terhadap infeksi bakteri intrasel khususnya pada infeksi bakteri pada makrofag. Berry et al., (2010) membuktikan bahwa kadar interferon meningkat pada infeksi Mycobacterium tuberculosis namun tidak pada infeksi Streptococcus dan Staphylococcus. Mycobacterium tuberculosis mempunyai mekanisme tersendiri dalam melawan respon imun yang diperantarai IFN-. Mycobacterium tuberculosis dapat memproduksi IL-6 yang akan menghambat proses signaling IFN- menuju makrofag. IL-6 akan mengakibatkan down regulation pada produksi IFN- dan signaling IFN- terhadap makrofag. Proses penghambatan ini krusial dalam patogenesis TB karena dengan adanya proses ini proses fagositosis tidak bisa berjalan optimal sehingga Mycobacterium tuberculosis stabil di dalam tubuh (Martinez et al., 2013).Penelitian tentang IFN- terhadap tuberkulosis juga sebelumnya pernah dilakukan di Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh Indreswari dan Suharyo (2013) didapatkan peningkatan kadar IFN- pada orang yang serumah dengan pasien TB dan menurun kadarnya ketika dievaluasi kembali setelah pasien tersebut sembuh. Hal ini semakin menguatkan kesimpulan bahwa IFN- dapat dijadikan sebagai parameter dalam mengamati perjalanan infeksi Mycobacterium tuberculosis mulai dari fase dini.

2.4 Albumin2.4.1 Pengertian AlbuminAlbumin merupakan protein plasma yang paling banyak dalam tubuh manusia, yaitu sekitar 55-60% dan total kadar protein serum normal adalah 3,8-5,0 g/dl. Albumin terdiri dari rantai tunggal polipeptida dengan berat molekul 66,4 kDa dan terdiri dari 585 asam amino. Pada molekul albumin terdapat 17 ikatan disulfida yang menghubungkan asam-asam amino yang mengandung sulfur. Molekul albumin berbentuk elips sehingga dengan bentuk molekul seperti itu tidak akan meningkatkan viskositas plasma dan larut sempurna. Kadar albumin serum ditentukan oleh fungsi laju sintesis, laju degradasi, dan distribusi antara kompartemen intravaskular dan ekstravaskular. Cadangan total albumin 3,5-5,0 g/kg BB atau 250-300 g pada orang dewasa sehat dengan berat 70 kg, dari jumlah ini 42% berada di kompartemen plasma dan sisanya di dalam kompartemen ektravaskular (Evans, 2002).Malnutrisi adalah kondisi yang sering menyertai TB. Kondisi malnutrisi ini dapat tercermin dari penurunan berat badan dan albumin serum pada penderita TB. Infeksi Mycobacterium tuberculosis akan merangsang pembentukan sitokin sitokin untuk melawan infeksi. Pembentukan sitokin sitokin ini akan menginduksi down regulation sintesis albumin. Infeksi TB meningkatkan kebutuhan energi untukmempertahankan fungsi normal tubuh yang ditandai denganpeningkatan penggunaan energi saat istirahat/resting energy expenditure(REE). Peningkatan ini mencapai 10-30% darikebutuhan energi orang normal. Proses ini menimbulkananoreksia akibat peningkatan produksi leptin sehingga terjadipenurunan asupan dan malabsorpsi nutrien.Penderita TBjuga mengalami peningkatan proteolisis dan lipolisis yang akan memperburuk malnutrisi yang terjadi (Pratomo, 2012).

2.5 Ikan GabusIkan Gabus (Chana striata) adalah ikan air tawar yang banyak terdapat di Indonesia. Persebaran ikan gabus di Indonesia tersebar mulai dari Jawa, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, dan Ambon. Ikan gabus merupakan karnivora dengan bentuk ramping, panjang, dan di bagian punggung lebih ramping. Berikut adalah gambar dan taksonomi ikan gabus.

Gambar 3. Ikan Gabus (Chana striata)Kingdom: AnimaliaFilum: ChordataKelas: ActinopterygiiOrdo: PerciformesFamili: ChannidaeGenus: ChannaSpesies: C. Striata(Putra, 2009)Ikan gabus memiliki kadar protein yang tinggi dibandingkan dengan ikan lain. Kandungan ikan gabus hanya kalah dengan ikan patin.

Tabel 1. Perbandingan Kandungan Protein Ikan Gabus dengan Ikan Lain (Tabel dikutip dari Mustafa et al., (2012))Selain itu, dibandingkan dengan jenis makanan tinggi protein yang lain, ikan gabus juga memiliki kandungan protein dan albumin yang relatif lebih tinggi.

Tabel 2. Perbandingan Kandungan Protein Ikan Gabus dengan Makanan Lain (Tabel dikutip dari Mustafa et al., (2012))Dalam ekstrak 100 ml ikan gabus tidak hanya terdapat protein saja. Namun, ada pula mikronutrien yang lain seperti zinc, lemak, dan besi.

Tabel 3. Kandungan 100 ml Ekstrak Ikan Gabus (Tabel dikutip dari Mustafa et al., (2012))

BAB 3. METODE PENULISAN

3.1 Jenis PenulisanData yang ada di dalam karya tulis ini berdasar pada kajian pustaka (library research) yang dilakukan oleh penulis.Data yang didapatkan kemudian dikaji secara deskriptif dan analitik sehingga menghasilkan kajian ilmiah yang dapat dikembangkan dan diterapkan secara berkelanjutan.

3.2 Analisis DataData yang akan dianalisis berupa peran dan model terapi EXCALIBUSsebagai terapi adjuvan TB MDR dalam memperbaiki malnutrisi dan proses signaling IFN-.

3.3 Teknik Pengambilan DataData mengenai peranan dan model terapi EXCALIBUSsebagai terapi adjuvan TB MDR didapatkan melalui analisis jurnal ilmiah yang relevan. Selain itu, literatur berupa textbook dan buku yang sesuai juga menjadi sumber dalam melakukan analisis data.

3.4 Prosedur PenulisanPenulisan dilakukan setelah berbagai data terkumpul.Data tersebut kemudian diseleksi untuk medapatkan data yang relevan dan sesuai dengan analisis yang dilakukan penulis.Kajian yang ditulis dalam pembahasan dibagi menjadi dua subab dengan masing-masing sub-subab yang menunjang analisis tersebut. Subab yang dibahas dalam menyelesaikan rumusan masalah meliputi :1. peran EXCALIBUSsebagai terapi adjuvan TB MDR, dan2. model terapi EXCALIBUSsebagai terapi adjuvan TB MDR

BAB 4. ANALISIS DAN SINTESIS

4.1 Peran EXCALIBUSSebagai Terapi Adjuvan TB MDRPemilihan ekstrak kapsul albumin ikan gabus (EXCALIBUS) sebagai terapi adjuvan TB MDR tidak lepas fungsi vital albumin dalam memperbaiki kondisi umum dan sistem imun yang mengalami penurunan pada pasien TB MDR. Ikan gabus (Chana striata) dipilih karena kandungan albuminnya yang tinggi dibandingkan dengan ikan yang lain. Selain itu, ikan gabus memiliki kandungan besi dan zinc yang tinggi sehingga dapat memperkuat sistem imun.4.1.1 Peran EXALIBUS dalam Memperbaiki MalnutrisiPenurunan status gizi akibat peradangan oleh Mycobacterium tuberculosis dapat diinterpretasikan dengan kadar albumin plasma. Hal ini dapat diterapkan karena keadaaan kadar albumin yang menurun menyebabkan zat gizi tidak dapat ditransfer menuju sel tubuh sehigga tubuh mengalami kekurangan zat gizi. Oleh karena itu, albumin sebagai pembawa nutrient tubuh dapat digunakan sebagai biomarker angka kecukupan gizi. Perubahan kadar albumin plasma menunjukkan adanya perubahan status kecukupan gizi (Lombardo, 2012).Ketika Mycobacterium tuberculosis masuk ke paru-paru tubuh, akan terjadi proses inflamasi/peradangan akibat reaksi bakteri dengan sistem imun tubuh. Proses peradangan yang terus berlanjut dan meluas akan menyebabkan penurunan kadar albumin plasma akibat peningkatan produksi protein fase akut seperti Interleukin 6 dan tumor necrosis factor. Adanya produksi sitokin inflamasi akan menekan produksi albumin. Penurunan kadar albumin ini juga diakibatkan adanya peningkatan kebutuhan resting energy pada pasien tuberkulosis (Muthuraj et all, 2010). Semua hal ini menyebabkan perburukkan status gizi pada pasien tuberkulosis (Pratomo, 2012).Selain itu, kadar albumin yang rendah dapat mempengaruhi keefektifan obat antituberkulosis (OAT). Hal ini dikarenakan OAT membutuhkan albumin sebagai carieer menuju target kerja obat sehingga kadar albumin yang berkurang akan menurunkan keefektifan kerja obat (Gunawan, 2009).Pemberian kapsul albumin ikan gabus terbukti mampu menaikkan kadar albumin serum. Hal ini dibuktikan olehWahyuni et al., (2013) dimana dilakukan penelitian terhadap 20 pasien post operasi yang mengalami hipoalbumin kemudian diberikan terapi albumin ikan gabus dengan dosis 2 gr / hari selama 7 hari dan dilakukan post test. Hasilnya 17 pasien kadar albuminnya normal dan 3 pasien memiliki kadar albumin yang lebih. Hasil ini membuktikan bahwa pemberian albumin ikan gabus terbukti secara klinis meningkatkan kadar albumin serum pada manusia.4.1.2 Peran EXALIBUS sebagai nano carier IFN-Ketika Mycobacterium tuberculosis masuk ke paru, tubuh akan berusaha melawan melalui berbagai reaksi fagositosis yang diperantarai makrofag. Namun, bakteri ini akan masuk ke dalam sel sel jaringan paru dan mengeluarkan sitokin - sitokin yang memperlemah reaksi fagositosis tersebut (Nagabhushanam et al., 2014). IFN- memiliki peran penting dalam mengatur respon imun terhadap infeksi Mycobacterium tuberculosis. Ketika terjadi infeksi Mycobacterium tuberculosis, tubuh akan berusaha melawan dengan mengeluarkan berbagai reaksi fagositosis yang diperantarai oleh makrofag. Namun, mediator mediator yang dikeluarkan Mycobacterium tuberculosisdapat menurunkan kemampuan makrofagdengan cara menghambat IFN- sebagai aktivator proses fagositosis oleh makrofag.Akibatnya kadar IFN- bebas dalam darah tinggi karena tidak berikatan dengan reseptornya di makrofag karena dihambat mediator - mediator tersebut. Perubahan kadar IFN- dalam darah dapat dijadikan parameter kekuatan sistem imun tubuh terhadap infeksi Mycobacterium tuberculosis (Mazurek et al., 2010).Albumin dapat berfungsi sebagai nanoparticel dalam proses signaling IFN- ke makrofag. Hal ini dibuktikan oleh Segura et al., (2007), dengan adanya penambahan albumin secara in vitro dan in vivo, terjadi peningkatan kadar IFN- dan penurunan jumlah koloni bakteri Brucella abortus secara signifikan dibandingkan dengan yang tidak diinduksi albumin. Sama seperti Mycobacterium tuberculosis, Brucella abortus merupakan bakteri yang mampu memproduksi IL 6 yang merupakan sitokin penghambat IFN-. Penelitian ini masih dilakukan pada tikus karena penelitian tentang efek pemberian albumin terhadap IFN- sejauh ini belum ada. Namun penelitian ini dapat dijadikan sebagai gambaran bahwa albumin dapat berfungsi sebagai nano carier IFN- dalam fungsi fagositosis terhadap infeksi bakteri intrasel.

4.2 Model Terapi EXCALIBUS Sebagai Terapi Adjuvan TB MDRRancangan model terapi EXCALIBUS membutuhkan analisis yang cukup matang.Rancangan tersebut terdiri atas ekstraksi ikan gabus yang cukup efektif, dosis yang mencukupi, serta perkiraan biaya dalam penerapan EXCALIBUS4.2.1 Ekstraksi Albumin Ikan Gabus (Chana striata)Ekstraksi albumin ikan gabus (Chana striata) memerlukan teknik tertentu. Hal ini diperlukan mengingat sifat molekul albumin yang mudah rusak dan mudah mengalami denaturasi karena proses pemanasan. Ikan gabus yang diekstrak haruslah memiliki kadar albumin setinggi mungkin dan kadar air serta rendemen yang serendah mungkin. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Askar (2013) metode paling efektif dalam ekstraksi adalah dengan langkah langkah sebagai berikut :a. Ikan gabus ditimbang kemudian dibersihkan/disiangi (dibuang sisik, isi perut, insang, sirip, kepala dan kulitnya)b. Dipotong-potong kemudian dicuci sampai bersih kemudian ditiriskan kemudian dipisahkan antara daging dengan tulangnya lalu ditimbangc. Ikan lalu dicincang/dihancurkan dan ditambahkan aquadest dengan perbandingan berat : volume yaitu 1 : kemudian diambil ekstraknya sampai adonan ikan tersebut agak kering.d. Cairan yang diperoleh dicampurkan dengan pelarut heksan dengan perbandingan volume : volume yaitu 1 : untuk memisahkan lemak kemudian dipisahkan dengan menggunakan corong pisahe. Ditambahkan antioksidan BHT dengan perbandingan 0,02% dari volume ekstrak ikan kemudian ditimbangf. Dikeringkan dalam freeze drier selama + 24 jamg. Adonan yang telah memadat dan benar-benar kering lalu dihancurkan/digiling dengan menggunakan alat disc meal.h. Diayak dengan ayakan halus lalu dimasukkan ke dalam kapsul.Metode ini mampu menghasilkan kadar protein tertinggi yaitu 64,36%, kadar air yang rendah 10,13%, dan rendemen 2,05%.4.2.2 Dosis EXCALIBUSMenurut penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni et al., (2013) dengan dosis 2 gram / hari selama 7 hari dapat menaikkan kadar albumin serum secara efektif dan bermakna klinis. Dosis tersebut dapat dijadikan acuan dalam pemberian terapi albumin ikan gabus. Pemberiannya dapat disiasati dengan kapsul 0,7 gram dalam 3 kali pemberian. Sejauh ini kami belum menemukan dosis efektif albumin ikan gabus yang digunakan untuk menurunkan kadar IFN- secara signifikan.4.2.3 Rancangan Biaya EXCALIBUSHarga ikan gabus adalah berkisar Rp. 30.000,00 sampai Rp. 45.000,00 per 1 kg. Dengan konsumsi ekstrak albumin ikan gabus 2 gr / hari maka diperlukan 60 gram tiap bulan. Manurut Tawali et al., (2012), produksi 3000 kapsul (masing masing kapsul 0,7 gr) membutuhkan 150 kg ikan gabus sehingga untuk menghasilkan 60 gram ekstrak albumin (konsumsi tiap bulan) diperlukan 0,3 kg ikan gabus yang harganya berkisar antara Rp. 10.000,00 sampai Rp. 15.000,00. Produksi dalam tingkat home industry dapat dilakukan dengan kemampuan produksi 1000 kapsul per hari dengan 2 pekerja. Dengan menambahkan biaya produksi, harga 60 kapsul ekstrak albumin ikan gabus berkisar antara Rp 25.000,00 sampai Rp. 30.000,00. Harga tersebut relatif murah bagi penderita TB yang umumnya diderita oleh masyarakan dengan kemampuan ekonomi yang kurang.

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan Kesimpulan dari gagasan tertulis ini ialah sebagai berikut.a. EXCALIBUS mampu meningkatkan kadar albumin serum pada pasien penderita hipoalbumin secara signifikan. Peningkatan kadar albumin serum dapat dijadikan sebagai indikasi perbaikan kondisi status gizi dari kondisi malnutrisi. EXCALIBUS juga mampu berperan sebagai nano carier IFN- sehingga dapat mempercepat fagositosis infeksi bakteri intrasel pada tikus. Sejauh ini belum ada penelitian dengan subjek manusia namun penelitian tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran bahwa albumin dapat berfungsi sebagai nano carier IFN-b. Model terapi EXCALIBUS berbentuk kapsul ekstrak albumin ikan gabus dengan dosis 2 gram per hari dapat dilakukan dengan biaya Rp 25.000,00 sampai Rp. 30.000,00 per bulan. 5.2 SaranSaran dari gagasan tertulis ini ialah sebagai berikut.a. Penulis menyarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang dosis efektif albumin ikan gabus yang berpengaruh signifikan terhadap kadar IFN- pada manusia.b. Penulis menyarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut tentang efek samping yang mungkin ditimbulkan pasca pemberian albumin ikan gabus jika dikombinasikan dengan Obat Anti Tuberkulosis pada TB MDR dalam jangka panjang.

DAFTAR PUSTAKA

Aditama et all. 2007. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis EDISI 2. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Alsagaff H, Mukti HA. Tuberkulosis Paru. Dasar Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga University Press, 2002 : 73 109.

Berry, Graham, McNab, Xu, Bloch, Oni, Wilkinson, Banchereau, Skinner, Wilkinson, Quinn, Blankenship, Dhawan, Cush, Mejias, Ramilo, Kon, Pascual, Banchereau, Chaussabel, OGarra. 2010. An interferon-inducible neutrophil-driven blood transcriptional signature in human tuberculosis.Nature. 466: 973977.Evans, T. W. 2002. Review article: Albumin as a Drug--Biological Effects of Albumin Unrelated to Oncotic Pressure. Aliment Pharmacol Therapeutics 5: 6 11Garay SM. Pulmonary Tuberculosis. Philadelphia : Lippincot Williams Wilkins, 2004(2) : 345.

Gunawan, S. G. 2009. Farmakologi dan Terapeutik FK UI EDISI 5. Jakarta: Balai Penerbit FK UIIndreswari, Sri Andarini, dan Suharyo. 2013. Perkembangan Kadar Interferon Gamma Sebagai Potensi Screening Pada Orang Kontak Serumah Dengan Penderita Tuberkulosis Paru. Prosiding Seminar Nasional Kependudukan.Jonasch, Eric dan Haluska, Frank G.. 2001. Interferon in Oncological Practice: Review of Interferon Biology, Clinical Application, and Toxicities. The Oncologist. Vol 6: 34-55.Kemenkes, 2014. Tuberculosis Paru di Jawa Timur. www.depkes.go.id Diakses tanggal 19 Juni 2015.Konsensus TB, 2006. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. www.klikparu.com Diakses 19 Juni 2015.LoBue, P., Sizemore, C., Castro, K.G. 2009. Plan to Combat ExtensivelyDrug-Resistant Tuberculosis, Recommendations of the Federal Tuberculosis Task Force. GA: Department of health and human services Centers for Disease Control and Prevention

Lombardo, C. C. 2012. The Nutritional Status of Patients with Tuberculosis in Comparison with Tuberculosis-free Contacts in Delft, Western Cape. South African Journal of Clinical Nutrition: 25: (4) 180 185

Martnez, Papadatos, Yang, Wallace, Kumar, Pieper, Sali, Brown, Overington, Renom.2013 Target Prediction for an Open Access Set of Compounds Active against Mycobacterium tuberculosis. DOI:10.1371/journal.pcbi.1003253.Martinez, Alejandra N., Mehra, Smriti, Kaushal, Deepak. 2013. Role of Interleukin 6 in Innate Immunity to Mycobacterium tuberculosis. JID. 2013: 207.Mazurek, G. H., Jereb, J., Vernon, A., LoBue, P., Goldberg, S., dan Castro, K. 2010. Updated Guidelines for Using Interferon Gamma Release Assays to Detect Mycobacterium tuberculosis Infection. Centers for Disease Control and Prevention.Vol. 59 / RR-5.

Mustafa, A., Widodo, M. A., dan Kristianto, Y. 2012. Albumin And Zinc Content of Snakehead Fish (Chana striata) Extract And Its Role In Health. International Journal of Science and Technology.1(2): 1-8.Muthuraj, M., Kamatchiyammal, S., Usharani, B., dan Manupriya, S. 2010. Serum Zinc, Calcium and Albumin Levels inPulmonary Tuberculosis Patients Co-Infected with HIV. Global Journal of Biotechnology & Biochemistry. 5(1): 27 35

Nagabhushanam, V., Solache, A., Ting, L., Escaron, C., Zhang, J., dan Ernst, J. 2014. Innate Inhibition of Adaptive Immunity: Mycobacterium tuberculosis-Induced IL-6 Inhibits Macrophage Responses toIFN-. The Journal of Immunology. 171: 4750-4757.

Omerod, L.P. 2005. Multidrug-resistant tuberculosis (MDR-TB): epidemiology, prevention and treatment. United Kingdom:Oxford University Press on behalf of The British Council.

Parhusip, Mual Bobby. E.. 2009. Peranan Foto Dada Dalam Mendiagnosis Tuberkulosis Paru Tersangka Dengan BTA Negatif di Puskesmas Kota Madya Medan. Tesis. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara.

Pratomo, I. P., Burhan, E., Tambunan, V. 2012. Malnutrisis dan Tuberkulosis. J Indon Med Assoc. 62(6): 231-236.

Putra. R. M. 2009. Pola Lingkaran Pertumbuhan Otolith Ikan Gabus (Channa striata) di Perairan Sungai Siak Provinsi Riau. Berkala Perikanan Terubuk: 37(2) 1 11

Schroder, K., Hertzog, P. J., Ravasi, T., dan Hume D. A. Interferon-: An Overview of Signal, Mecanism, And Function. Journal of Leukocyte Biology.75: 163.

Segura, S., Gamazo, C., Irache, J. M., dan Espuelas, S. 2007. Gamma Interferon Loaded onto Albumin Nanoparticles: In Vitro And In Vivo Activities Againts Brucella abortus. American Society for Microbiology. 51(4): 1310-1314.

Tawali, AbuBakar; Roreng, Kurniaty, Mahendradatta, Meta, Suryati. 2012. Difusi Teknologi Produksi Konsentrat Protein dari Ikan Gabus Sebagai Food Suplement di Jayapura. Prosiding InSINas 2012.

Werdhani, Retno Asti. 2002. Patofisiologi, Diagnosis, dan Klasifikasi Tuberkulosis. FK UI.

World Health Organization. 2014. Multidrug-resistant Tuberculosis (MDR-TB).http://www. who.int/tb/ challenges/mdr/mdr_tb_factsheet.pdf [20 Juli 2015]WHO. 2014. Global Tuberculosis Report 2014. www.who.int/tb/data Diakses tanggal 19Juni 2015.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis 1Nama : Ngurah Agung Reza Satria Nugraha PutraTempat/Tanggal Lahir : Denpasar, 10 November 1995Jenis Kelamin : Laki-lakiAlamat Asal : Perum.Nuansa Kori Sading, Badung, BaliAgama : HinduEmail : [email protected] yang pernah dibuat : 1. Scoparone dari Ekstrak Artemisia annua l. sebagai Inhibitor Hepatotoksik Niasin dalam Minuman Berenergi2. Pentingnya Pendidikan Seks dan Reproduksi Bagi Siswa

Penulis 2Nama : Henggar Allest PratamaTempat/Tanggal Lahir : Pacitan, 3 November 1994Jenis Kelamin : Laki - LakiAlamat Asal : Ds. Bogoharjo, Kec. Ngadirojo, Kab. PacitanAgama : IslamEmail : [email protected] yang pernah dibuat :1. Kina Candy : Pemanfaatan Kina Sebagai Upaya Preventif Malaria2. Potensi Ekstrak Tannin Dalam Daun Jambu Biji (Psidium Guajava) Sebagai Terapi Alternatif Diabetes Melitus

Penulis 3Nama :Calysta Citra SekarsariTempat/Tanggal Lahir :Trenggalek, 16 Desember 1994Jenis Kelamin :PerempuanAlamat Asal : RT 04/ RW 02 Kel.Tamanan, TrenggalekAgama : IslamEmail :[email protected] yang pernah dibuat :1. "Theoc-Teblung" Theobroma cacao L. Alternatif Terapi Prevensi Hipoksia bagi Pendaki Gunung.2. Poster : Manakah yang terbaik untuk bayiku? Berikan Bayi anda ASI eksklusif hingga usia 6 bulanPoster : waspada tonsilitis difteri! Temukan aku sebelum toksikku menyebar!1

2