KAJIAN BIOAKTIVITAS EKSTRAK ETANOL 70% DAUN SUKUN ...

29
LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI) KAJIAN BIOAKTIVITAS EKSTRAK ETANOL 70% DAUN SUKUN (ARTOCARPUS ALTILIS (PARKINSON EX F.A.ZORN) FOSBERG), DAUN ALPUKAT (PERSEA AMERICANA MILL) DAN DAUN LIDAH MERTUA (SANSEVIERIA TRIFASCIATA PRAIN) DALAM MENGHAMBAT Α- AMILASE SECARA IN VITRO Tim Pengusul Ketua Peneliti (Lusi Putri Dwita, M.Si., Apt. NIDN 0321028801) Anggota Peneliti (Vivi Anggia, M.Farm, Apt. NIDN 0313028702) Nomor Surat Kontrak Penelitian: 501/F.03.07/2017 Nilai Kontrak : Rp.15.750.000 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI DAN SAINS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA TAHUN 2018

Transcript of KAJIAN BIOAKTIVITAS EKSTRAK ETANOL 70% DAUN SUKUN ...

Page 1: KAJIAN BIOAKTIVITAS EKSTRAK ETANOL 70% DAUN SUKUN ...

LAPORAN

PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEK (PPI)

KAJIAN BIOAKTIVITAS EKSTRAK ETANOL 70% DAUN SUKUN

(ARTOCARPUS ALTILIS (PARKINSON EX F.A.ZORN) FOSBERG), DAUN

ALPUKAT (PERSEA AMERICANA MILL) DAN DAUN LIDAH MERTUA

(SANSEVIERIA TRIFASCIATA PRAIN) DALAM MENGHAMBAT Α-

AMILASE SECARA IN VITRO

Tim Pengusul

Ketua Peneliti (Lusi Putri Dwita, M.Si., Apt. NIDN 0321028801)

Anggota Peneliti (Vivi Anggia, M.Farm, Apt. NIDN 0313028702)

Nomor Surat Kontrak Penelitian: 501/F.03.07/2017

Nilai Kontrak : Rp.15.750.000

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS FARMASI DAN SAINS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

TAHUN 2018

Page 2: KAJIAN BIOAKTIVITAS EKSTRAK ETANOL 70% DAUN SUKUN ...

i

Page 3: KAJIAN BIOAKTIVITAS EKSTRAK ETANOL 70% DAUN SUKUN ...

ii

Page 4: KAJIAN BIOAKTIVITAS EKSTRAK ETANOL 70% DAUN SUKUN ...

iii

Page 5: KAJIAN BIOAKTIVITAS EKSTRAK ETANOL 70% DAUN SUKUN ...

iv

ABSTRAK

Pencarian sumber pengobatan diabetes masih merupakan menjadi perhatian penelitian di dunia. Flavonoid, khususnya

kuersetin merupakan salah satu golongan senyawa yang tersebar luas pada tumbuhan dan telah diteliti aktivitas

hambatannya terhadap enzim α-amilase. Tanaman Indonesia yang telah digunakan secara empiris sebagai antidiabetes

diantaranya adalah Sukun, Alpukat, dan Lidah mertua. Penelitian ini dilakukan untuk menguji aktivitas ektrak etanol

70% daun sukun, daun alpukat dan daun lidah mertua dalam menghambat enzim α-amilase serta mengidentifikasi

kandungan kuersetin dari masing-masing ekstrak tanaman. Sampel daun diekstraksi dengan menggunakan metode

maserasi, dilanjutkan skrining fitokimia dan identifikasi senyawa kuersetin menggunakan metode LC-MS. Daya

inhibisi enzim α-amilase diuji secara in vitro dengan mengukur absorbansi dinitrosalisilat menggunakan

spektrofotometer Uv-Vis pada panjang gelombang 524 nm. Hasil pengujian menunjukkan ekstrak etanol 70 % daun

alpukat, daun lidah mertua, dan daun sukun memiliki nilai IC50 berturut-turut sebesar 139.06 µg/ml, 158,32 µg/mL

dan 156,04 𝜇g/ml. ketiga tanaman menunjukkan potensi dalam menghambat enzim alfa amilase, dimana potensi

tertinggi ditunjukkan oleh daun alpukat dengan potensi relatif sebesar 30,72% dibandingkan akarbose.

Page 6: KAJIAN BIOAKTIVITAS EKSTRAK ETANOL 70% DAUN SUKUN ...

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. i

SURAT KONTRAK PENELITIAN ................................................................ ii

ABSTRAK ....................................................................................................... iii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ............................................................................................ v

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vi

BAB 1. PENDAHULUAN ..............................................................................

1.1 Latar Belakang ..............................................................................

1.2 Rumusan Masalah .........................................................................

1.3 Tujuan Penelitian ...........................................................................

1.4 Urgensi Penelitian .........................................................................

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................

BAB 3. METODE PENELITIAN ....................................................................

3.1 Lokasi Penelitian ...........................................................................

3.2 Alat Penelitian ...............................................................................

3.3 Bahan Penelitian ............................................................................

3.4 Prosedur Penelitian ......................................................................

3.5 Analisis Data .................................................................................

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................

BAB 6. LUARAN YANG DICAPAI...............................................................

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

LAMPIRAN ....................................................................................................

1

1

2

2

2

3

10

10

10

10

10

15

16

22

22

23

25

Page 7: KAJIAN BIOAKTIVITAS EKSTRAK ETANOL 70% DAUN SUKUN ...

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes mellitus (DM) adalah gangguan endokrin atau gangguan metabolik dengan

peningkatan prevalensi global. Kadar glukosa darah tinggi (hiperglikemik) adalah gejala dari

diabates mellitus sebagai konsekuensi dari tidak memadainya sekresi insulin pankreas atau

buruknya insulin yang dihasilkan untuk memobilisasi glukosa yang diarahkan oleh sel target (Piero

et al. 2015). Indonesia berada diurutan ke empat dalam urutan prevalensi diabetes mellitus

tertinggi di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat. Jumlah penderita ini kian bertambah

dari tahun-ketahun, khususnya penderita DM tipe 2 (Ristedikti 2016). Data Perkumpulan

Endokrinologi (PERKENI) terbaru di tahun 2015 menyatakan bahwa jumlah penderita diabetes

mellitus di Indonesia mencapai 9,1 juta orang. Indonesia mengalami peningkatan dari peringkat

ke-7 menjadi peringkat ke-5 teratas di antara negara-negara dengan jumlah penderita terbanyak

dunia.

Hiperglikemia postprandial pada penderita diabetes mellitus dapat dicegah melalui

penghambatan enzim α-amilase (Whitcomb and Lowe 2007). Enzim ini bertanggung jawab dalam

proses penguraian karbohidrat menjadi bentuk glukosa dan maltosa, yaitu dengan menghidrolisis

ikatan glukosa yang terdapat di dalam pati, glikogen dan turunan polisakarida lainnya melalui

pemotongan ikatan α-1,4-glikosidik (Sundarram and Murthy 2014). Inhibisi kerja enzim α-amilase

secara efektif dapat mengurangi pencernaaan karbohidrat kompleks dan absorbsi glukosa ke dalam

darah sehingga dapat mengurangi peningkatan kadar glukosa pada penderita diabetes mellitus (de

Sales et al. 2012).

Flavonoid merupakan golongan senyawa yang memberikan peranan penting terhadap

inhibisi kerja enzim alfa amylase. Quercetin merupakan salah satu golongan senyawa flavonoid

telah diteliti memberikan hambatan yang baik terhadap enzim α-amilase dibandingkan α-

glukosidase (Tadera et al., 2016). Quercetin merupakan senyawa flavonoid, bagian dari polifenol

yang terkandung pada berbagai jenis tumbuhan dan terdistribusi luas pada makanan seperti buah-

buahan dan sayur-sayuran (Coşkun et al. 2004). Daun alpukat (Persea americana Mill), daun lidah

mertua (Sansevieria trifasciata Prain.) dan daun sukun (Artocarpus altilis (Parkinson Ex

F.A.Zorn) Fosberg) adalah tanaman yang telah banyak dimanfaatkan secara tradisional oleh

masyarakat untuk berbagai penyakit, salah satunya untuk pengobatan diabetes.

Page 8: KAJIAN BIOAKTIVITAS EKSTRAK ETANOL 70% DAUN SUKUN ...

2

Pada studi ini dilakukan pengkajian lebih lanjut mengenai aktivitas hambatan ekstrak daun

alpukat, daun lidah mertua dan daun sukun terhadap enzim α-amilase dan identifikasi senyawa

quercetin, sebagai salah satu senyawa yang memberikan peranan penting terhadap aktivitas

hambatan enzim α-amilase.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu dilakukan pengujian aktivitas dari tiga buah

tanaman Indonesia yaitu daun sukun, daun alpukat dan daun lidah mertua yang digunakan secara

empirik untuk mengatasi diabetes mellitus sehingga dapat diketahui kemungkinan mekanisme

kerja dari tanaman tersebut sebagai antidiabetes, salah satunya melalui hambatan enzim alfa

amilase.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui aktivitas ekstrak etanol 70% daun sukun, daun alpukat dan lidah mertua

dalam menghambat enzim alfa amilase.

1.4 Urgensi Penelitian

Indonesia mengalami peningkatan dari peringkat ke-7 menjadi peringkat ke-5 teratas di

antara negara-negara dengan jumlah penderita terbanyak dunia. Tingginya prevalensi diabetes

mellitus membuktikan bahwa diabetes mellitus merupakan masalah kesehatan masyarakat yang

sangat serius dan membutuhkan penanganan yang tepat bagi penderitanya. Oleh karena itu

dibutuhkan kandidat-kandidat obat baru untuk penenangan diabetes mellitus, salah satu nya

melalui mekanisme hambatan enzim alfa amilase.

Page 9: KAJIAN BIOAKTIVITAS EKSTRAK ETANOL 70% DAUN SUKUN ...

3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman dan Kandungan Fitokimia

a. Alpukat

Klasifikasi lengkap tanaman alpukat Persea americana atau Persea gratissima

(sinoim) adalah sebagai berikut (Plantamor 2016) :

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Superdivisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Magnoliidae

Ordo : Laurales

Famili : Lauraceae

Marga : Persea

Spesies : Persea americana Mill.

1. Nama Daerah

Di Indonesia, tanaman alpukat dikenal dengan pohon nama alpuket (Jawa Barat),

alpokat (Jawa Timur/Jawa Tengah), boah pokat, jamboo pokat (Batak), advokat, jamboo

mentega, jamboo pooan, pookat (Lampung) (Prihatman 2000). Sedangkan di negara-

negara lain dikenal dengan nama bo (Vietnam), buah mentega, avokado & apokado

(Malaysia), luk noel & awokhado (Thailand), yiu lie (Cina) dan avocado (Inggris)

(Plantamor 2016).

2. Deskripsi Tumbuhan

Tanaman alpukat berasal dari dataran rendah/tinggi Amerika Tengah dan

diperkirakan masuk ke Indonesia pada abad ke-18. Alpukat terbagi menjadi tiga ras,

yaitu ras Meksiko, Guatemala dan Hindia Barat. Alpukat merupakan pohon dengan

tinggi 3-10 meter dengan batang bulat, berkayu dan berwarna cokelat kotor. Batang

bercabang banyak dengan ranting berambut halus dan daun tunggal yang bertangkai

sepanjang 1,5-5 cm. Letak tumbuh daunnya berdesakan di ujung ranting, daun tebal

berbetuk lonjong hingg oval, serta ujung dan pangkalnya runcing. Tepi daun kadang-

kadang agak menggulung ke atas dengan daun muda berwarna kemerahan dan berambut

rapat serta daun tua berwarna hijau dan tidak berbulu. Bentuk bunga majemuk,

berkelamin dua dan tersusun dalam malai yang keluar dekat ujung ranting dengan warna

bunga kuning kehijauan. Buah buni berbentuk bundar atau bulat telur berwarna hijau

Page 10: KAJIAN BIOAKTIVITAS EKSTRAK ETANOL 70% DAUN SUKUN ...

4

atau hijau kekuningan berbintik-bintik ungu atau keseluruhan berwarna ungu dengan

panjang 5-20 cm, berbiji satu dengan diameter 2,5-5 cm dan keping biji berwarna putih

kemerahan. Daging buah yang sudah masak berwarna hijau kekuningan dan bertekstur

lunak (AgroMedia 2008).

3. Kandungan Kimia

Buah alpukat mengandung saponin. alkaloid, flavonoid dan tanin serta daun yang

juga mengandung saponin, alkaloid, flavonoid, polifenol, quersetin dan gula alkohol

persiit (AgroMedia 2008).

b. Lidah Mertua

Tumbuhan daun lidah mertua dapat diklasifikasikan sebagai berikut

(www.plantamor.com) :

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Superdivisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Subkelas : Liliidae

Ordo : Liliales

Famili : Agavaceae

Genus : Sansevieria

Spesies : Sansevieria trifasciata Hort. ex Prain

1. Nama Daerah

Sumatera : Ki Kolo, letah menyawak (Sumatera), Lidah buawaya

Jawa : Nenas belanda (Sunda), Pacing towo (Jawa), Mandalika (Madura)

(Depkes RI 1997)

2. Deskripsi Tumbuhan

Lidah mertua (Sansevieria trifasciata Prain) merupakan herba menahun, tinggi

mencapai 1,8 m dengan akar rimpang, bulat, dan berwarna kuning oranye. Daun

tunggal, berkumpul sebagai roset akar, 2-6 helai daun tumbuh berkumpul di pangkal

akar, bentuk lanset, panjang 15-150 cm, lebar 4-9 cm, permukaan licin, dan berwarna

hijau bernoda putih atau kuning. Bunga majemuk bentuk tandan, diujung akar rimpang,

bertangkai panjang, tandan bunga panjang 40-85cm, berkas bunga berbilang 5-10, daun

pelindung menyerupai selaput kering, benang sari 6, menempel pada tabung mahkota

bagian atas, kepala putik membulat, dasar mahkota membentuk tabung, panjang ± 1

cm, ujung berbagi 6, berwarna putih kekuningan. Buah buni, berbiji 1-3, bulat dengan

Page 11: KAJIAN BIOAKTIVITAS EKSTRAK ETANOL 70% DAUN SUKUN ...

5

diameter 5-8 mm dan berwarna hijau. Biji berbentuk bulat telur dan berwarna hitam.

Akar serabut berwarna kuning oranye (Depkes RI 1997).

3. Kandungan Kimia

Daun dan rimpang lidah mertua (Sansevieria trifasciata Prain) mengandung

saponin, kardenolin, disamping itu daunnya juga mengandung polifenol (Depkes RI

1997). Kandungan kimia daun dan rimpang lidah mertua yang telah dilaporkan adalah

vitamin C, tanin, glukogalin, asam galat, asam elegat, korilagin, terchebin chebulagic

acid, chebulinic acid, 3,6-digaloilglukosa, mucid acid, abamagenin, phylembic acid

dan emblikol (Hariana, 2008). Daun lidah mertua mengandung alkaloid, flavonoid,

saponin, glikosida, terpenoid, tanin, protein dan karbohidrat (Sunilson 2009).

c. Daun Sukun

Tumbuhan daun sukun dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Plantamor, 2017) :

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Superdivisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Dilleniidae

Ordo : Urticales

Famili : Moraceae

Genus : Artocarpus

Spesies : Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg

1. Nama Daerah

Tanaman sukun terdapat di berbagai wilayah di Indonesia, dan dikenal dengan

berbagai nama seperti, sukun, timbul, kelewih, kaluwen (Jawa), suune (Ambon), amo

(Maluku Utara), kamandi, urknem atau beitu (Papua), karara (Bima, Sumba dan Flores),

susu aek (Rote), naunu (Timor), hatopul (Batak), baka atau bakara (Sulawesi Selatan).

Nama lain sukun di berbagai negara yaitu : breadfruit (English), fruit a pain (French),

fruta pao, pao de massa (Portuguese), broodvrucht, broodboom (Holland), dan ulu

(Hawai) (Siregar 2009).

2. Deksripsi Tanaman

Tinggi pohon sukun dapat mencapai 30 m, dapat tumbuh baik sepanjang tahun

evergreen di daerah tropis basah dan bersifat semi-deciduous di daerah yang beriklim

monsoon. Batang memiliki kayu yang lunak, tajuknya rimbun dengan percabangan

Page 12: KAJIAN BIOAKTIVITAS EKSTRAK ETANOL 70% DAUN SUKUN ...

6

melebar ke arah samping, kulit batang berwarna hijau kecoklatan, berserat kasar dan

pada semua bagian tanaman memiliki getah encer. Akar tanaman sukun biasanya ada

yang tumbuh mendatar/menjalar dekat permukaan tanah dan dapat menumbuhkan tunas

alami. Tanaman sukun berdaun tunggal yang bentuknya oval-lonjong, ukuran panjang

20-60 cm dan lebar 20-40 cm, dengan tangkai daun 3-7 cm (Adinugraha dkk 2014).

3. Kandungan Kimia

Artocarpus altilis (Park) Fosberg mengandung beberapa zat berkhasiat seperti

saponin, polifenol, asam hidrosianat, asetilkolin, tanin, riboflavin, fenol. Daun tanaman

ini juga mengandung kuersetin, kaporol dan artoindonesianin. Dimana artoindonesianin

dan kuersetin adalah kelompok senyawa dari flavonoid (Shabella 2012).

2.2 Metode Ekstraksi

Metode maserasi digunakan untuk simplisia kering dengan cairan penyari yang

direkomendasikan adalah etanol atau campuran etanol-air. Maserasi dilakukan dengan

cara satu bagian simplisia dimasukkan kedalam bejana maserasi (maserator), ditambahkan

10 bagian cairan penyari dan direndam selama 6 jam sambil sekali-kali diaduk, kemudian

didiamkan hingga 24 jam. Proses ekstraksi dihentikan ketika tercapai kesetimbangan

antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi dalam sel tanaman. Maserat

dipisahkan dengan separator dan jika dibutuhkan proses dapat diulangi dengan jumlah dan

jenis cairan penyari yang sama, kemudian semua maserat dikumpulkan dan diuapkan

hingga mencapai kekentalan yang diinginkan. Keuntungan dari maserasi adalah

pengerjaannya mudah, peralatannya murah dan sederhana serta dapat digunakan untuk

mengekstrak atau menghindari rusaknya senyawa-senyawa yang bersifat termolabil

Kerugian utama dari metode maserasi ini adalah memakan banyak waktu, pelarut yang

digunakan cukup banyak, dan besar kemungkinan beberapa senyawa hilang. Selain itu,

beberapa senyawa mungkin saja sulit diekstraksi pada suhu kamar. (BPOM RI 2013 ;

Mukhriani 2014) .

Page 13: KAJIAN BIOAKTIVITAS EKSTRAK ETANOL 70% DAUN SUKUN ...

7

2.3 Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolisme karbohidrat,

lemak, dan protein yang dikarenakan adanya kelainan pada sekresi insulin, kerja insulin

(sensitivitas) atau keduanya (Dipiro et al 2014). Diabetes mellitus yang ditandai dengan

hiperglikemia dapat menyebabkan komplikasi seperti retinopati, neuropati, nefropati dan

penyakit jantung (Hsieh et al 2010).Jenis DM yang dapat diatasi dengan antidiabetik oral

adalah DM tipe 2, yaitu DM yang diakibatkan oleh penurunan respon biologi terhadap

insulin. Hal ini disebut dengan resistensi insulin di mana terjadi defisiensi insulin relatif

(Aravind and Sridevi 2017).

Timbulnya DM tipe 2 dikaitkan akibat dari diet gaya barat, meningkatnya obesitas,

gaya hidup dan peningkatan populasi minoritas. DM tipe 2 ditandai dengan kombinasi

beberapa tingkat resistensi insulin dan relatif kurangnya sekresi insulin (yang cukup untuk

menormalkan kadar glukosa plasma) dari waktu ke waktu. Kebanyakan individu dengan

DM tipe 2 menunjukkan obesitas perut, yang dengan sendirinya menyebabkan resistensi

insulin. Selain itu, hipertensi, dislipidemia dan peningkatan tingkat plasminogen activator

inhibitor-1 (PAI-1) yang berkontribusi pada keadaan hiperkoagulasi dan sering hadir dalam

pasien DM (DiPiro 2014). Penderita DM tipe dua biasanya mengalami lesu, poliuria,

nokturia dan polidipsia serta penurunan berat badan secara signifikan yang lebih sering

terjadi pada pasien kelebihan berat badan atau obesitas (DiPiro 2015). Diabetes tipe 2

memiliki kecenderungan genetik yang kuat dan lebih sering terjadi pada semua kelompok

etnis selain yang dari keturunan Eropa (DiPiro 2014) .

a. Akarbose

Obat antidiabetik oral terdiri dari beberapa golongan, yaitu GLP-1 reseptor

agonis, amylinomimetic, sulfonilurea, meglitinide, biguanid, thiazolidinedin,

inhibitor DPP4 dan inhibitor alfa glukosidase. Akarbose adalah termasuk dari obat

golongan inhibitor alfa glukosidase, yaitu bekerja dengan sasaran pencegahan

hiperglikemia postprandial. Akarbose adalah suatu pseodo-tetrasaccharida, yaitu

molekul gula yang terdapat ikatan nitrogen antara bagian pertama dan kedua dari

molekul gula tersebut. Modifikasi ini menjadikan akarbose memiliki afinitas yang

lebih tinggi dari enzim α-glukosidase, sehingga memungkinkan akarbose untuk

berkompetitif dengan α-glukosidase dalam berikatan dengan karbohidrat di saluran

Page 14: KAJIAN BIOAKTIVITAS EKSTRAK ETANOL 70% DAUN SUKUN ...

8

cerna (Dinicolantonio, Bhutani, and Keefe 2015). Hanya karbohidrat dalam bentuk

glukosa dan fruktosa yang dapat diabsorbsi, sehingga hambatan peruraian

polisakarida atau oligosakarida menjadi glukosa akan menghambat absobrsi glukosa

(Priyanto 2009). Proses tersebut akan mengakibatkan kadar gula darah menjadi turun

dan mendekati normal, yaitu kadar gula puasa <110 mg/dl dan kadar gula 2 jam

setelah tes toleransi glukosa <140 mg/dl.Selain menghambat enzim α-glukosidase,

akarbose juga bisa menghambat enzim α-amylase (Kalra 2014).

2.4 Enzim α-Amylase

a. α -Amylase

Enzim adalah golongan protein yang paling banyak terdapat dalam sel hidup dapat

mempunyai fungsi penting sebagai katalisator reaksi biokimia yang secara kolektif

membentuk metabolisme perantara antar sel. Enzim bekerja tanpa mengubah reaksi dan

juga tidak mengubah kesetimbangan reaksi. Enzim bekerja secara spesifik, artinya setiap

enzim umumnya mengatalisis suatu reaksi tertentu saja untuk suatu substrat (zat yang

direaksikan) yang tertentu (Sinaga 2012).

Enzim amilase adalah sekelompok enzim yang merombak pati, glikogen, dan

polisakarida lain. Enzim amilase memotong rantai polisakarida yang panjang,

menghasilkan campuran glukosa dan maltosa. Enzim amilase dihasilkan oleh berbagai

jenis organisme hidup, mulai dari tumbuhan, manusia dan hewan. Kelompok enzim ini

memiliki banyak variasi dalam aktivitasnya, sangat spesifik, tergantung pada sumber

organismenya dan tempatnya bekerja. Enzim α-amilase terdapat dalam saliva dan

pankreas dapat memecah ikatan 1-4 yang terdapat dalam amilum disebut endoamilase dan

juga memecah bagian dalam atau bagian tengah molekul amilum. (Toha 2010).

Hasil hidrolisis enzim α-amilase yaitu berupa maltosa dan berbagai jenis α-limit

dekstrin yaitu oligosakarida yang terdiri dari empat atau lebih residu gula yang semuanya

mengandung ikatan α-1,6 (Obiro dkk 2008). Enzim α-amilase umumnya aktif bekerja

pada kisaran suhu 25-95oC dan bersifat stabil pada kisaran pH antara 5,5 dan 8,0. Enzim

α-amilase memiliki beberapa sisi aktif yang dapat mengikat 4 hingga 10 molekul substrat

sekaligus (Whitcomb & Lowe 2007).

Page 15: KAJIAN BIOAKTIVITAS EKSTRAK ETANOL 70% DAUN SUKUN ...

9

b. Uji Penghambatan Enzim α-Amylase

Dalam mengatasi kadar glukosa darah yang melebihi normal, bisa diatasi dengan

cara menghambat enzim α-amylase (Rais et al. 2013). Dengan dihambatnya enzim ini,

maka akan mencegah terjadinya pemecahan karbohirat menjadi glukosa.

Penghambatan enzim α-amylase dilakukan dengan cara mencampurkan ekstrak dengan

buffer sodium fosfat 0,02 M lalu dicampur dengan enzim α-amylase dan kemudian

diinkubasi pada suhu 25oC selama 10 menit. Campuran tersebut kemudian

ditambahkan dengan pati yang telah dicampur dengan buffer sodium fosfat 0,02 M dan

diinkubasi kembali pada suhu dan waktu yang sama. Reaksi kemudian dihentikan

dengan penambahan reagen DNS atau asam 3,5-dinitrosalicylic, yaitu suatu metode

yang digunakan untuk mengukur gula pereduksi dengan teknik kolorimetri yang

menyerap cahaya pada panjang gelombang 540 nm (Thalapaneni, Chidambaram, &

Ellappan, 2008). Oleh karena itu, hasil dari perlakuan di atas diukur absorbansinya

dengan menggunakan spektrofotomete UV-Vis pada panjang gelombang 540 nm.

2.5 Spektrofotometri UV-Vis

Spektrofotometri sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan

fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang

tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang

diabsorpsi. Jadi, spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi

tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi sebagai panjang

gelombang. (Gandjar 2007). Spektrofotometer ultraviolet-visible (UV-Vis) adalah alat

instrumen analisis yang termasuk dalam spektroskopi absorpsi (Khopkar 2010).

Prinsip spektrofotometer UV-Vis adalah radiasi pada rentang gelombang 200-700 nm

dilewatkan melalui suatu larutan senyawa. Elektron-elektron pada ikatan di dalam molekul

menjadi tereksitasi sehingga menempati keadaan kuantum yang lebih tinggi dan dalam proses

menyerap sejumlah energi yang melewati larutan tersebut. Semakin longgar elektron tersebut

ditahan di dalam ikatan molekul, semakin panjang gelombang radiasi yang diserap. Faktor-

faktor yang mengatur serapan radiasi pada daerah UV/Vis adalah adanya gugus kromofor dan

ausokrom. Kromofor adalah sistem ikatan rangkap yang diperpanjang, sedangkan ausokrom

adalah gugus hidroksil dan gugus amino yang dipengaruhi oleh pH (Watson 2009).

Page 16: KAJIAN BIOAKTIVITAS EKSTRAK ETANOL 70% DAUN SUKUN ...

10

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Fitokimia, Biokimia, dan Kimia Terpadu Fakultas

Farmasi dan Sains, Jurusan Farmasi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA, Jakarta

Timur.

3.2. Alat Penelitian

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah timbangan analitik, kain flanel, ayakan

mesh 40, toples kaca, kertas saring, vacuum rotary evaporator, hotplate, tabung reaksi, pipet tetes,

batang pengaduk, corong, labu ukur, gelas ukur, beaker glass, lemari asam, Spektrofotometer Uv-

Vis, blender, pH meter, kuvet kuarsa, magnetic stirrer, waterbath dan pipet mikro 10-100 μL dan

100-1000 μL.

3.3. Bahan Penelitian

a. Simplisia

Simplisia diperoleh dari Balai Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) Bogor.

Determinasi di lakukan di Herbarium Bogoriense, Balitbang Botani-Puslitbang Biologi LIPI

Bogor.

b. Bahan Kimia

Bahan-bahan yang digunakan adalah akuades, akuades bebas CO2, etanol 70%, metanol,

HCl pekat, HCl 2N, logam Mg, FeCl3, pereaksi Mayer, pereaksi Dragendroff, eter, asam asetat

anhidrat, H2SO4 pekat, KH2PO4, NaOH, natrium kalium tertrat, soluble starch dan reagen

dinitrosalisilat (DNS) yang terdiri dari: Asam 3,5-dinitrosalisilat.

c. Bahan Uji

Enzim α-amilase dari Bacillus amyloliquefeciens yang diperoleh dari PT. ELO KARSA

UTAMA Kebayoran lama, Jakarta.

d. Bahan Pembanding

Bahan pembanding sebagai kontrol positif yaitu akarbosa (1 tablet glukobay mengandung

50 mg akarbosa).

e. Instrumen :

Identifikasi dengan LC-MS dilakukan untuk mengetahui adanya kandungan senyawa

kuersetin pada ekstrak tanaman uji. LC-MS analysis was carried out with the instrument of Agilent

Page 17: KAJIAN BIOAKTIVITAS EKSTRAK ETANOL 70% DAUN SUKUN ...

11

Technologies 7890 with Auto Sampler and 5975 Mass Selective Detector and gas chromatograph

interfaced to a mass spectrometer instrument employing the following conditions: HP Ultra 2.

Capilarry coloumn; length (m) 30x0.25 (mm) I.D x 0.25 (µm) Film Thickness, operating in

electron impact mode at 70eV; Helium gas was used as carier gas at a constant flow of 1.2 µl/menit

and injection volume of 5 µl was employed (split ration 100:1) injection port temperature 250oC;

ion source temperature 230oC. Initial oven temperature at 80oC hold for 0 minute, rising at 3oC/

min to 150oC hold for 1 minute and finally rising 20oC/min to 280oC hold for 26 minutes.

3.4. Prosedur Penelitian

1. Determinasi Simplisia

Determinasi simplisia dilakukan untuk memastikan kebenaran simplisia yang akan dipakai.

Determinasi dilakukan di Herbarium Bogoriense, Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi LIPI

Bogor.

2. Pengumpulan dan Penyediaan Bahan Uji

Bahan yang digunakan untuk uji aktivitas inhibitor adalah daun lidah mertua segar yang

diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balitro) Kementrian Pertanian, Bogor.

Daun lidah mertua segar sebanyak 10 kg dibersihkan dari pengotor, dicuci dengan air mengalir,

dan dikeringkan dengan cara diangin-anginkan. Didapat daun kering sebanyak ± 1 kg, kemudian

dibuat serbuk dengan cara digiling dan diayak dengan ayakan nomor 40. Serbuk disimpan dalam

wadah bersih, kering dan tertutup.

3. Pembuatan Ekstrak Etanol 70% Daun Alpukat, Lidah Mertua dan Sukun

Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi. Masing-masing satu bagian simplisia

dimasukkan kedalam maserator, lalu ditambahkan 10 bagian atau sampai terendam cairan penyari

yaitu etanol 70%. Direndam selama 6 jam pertama sambil sekali-sekali diaduk agar zat aktif yang

terdapat pada simplisia terlarut, kemudian didiamkan selama 24 jam. Maserat dipisahkan dengan

menggunakan kertas saring, proses penyarian diulangi sebanyak 3 kali dengan jenis dan jumlah

pelarut yang sama (BPOM RI 2012). Untuk menentukan akhir maserasi dilakukan dengan cara

organoleptis, seperti warna dan pemeriksaan zat aktif secara kualitatif pada maserat terakhir.

Maserat yang diperoleh dipekatkan dengan menggunkan vacuum rotary evaporator.

4. Pemeriksaan Mutu Ekstrak Etanol 70% Daun Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata

Prain)

Page 18: KAJIAN BIOAKTIVITAS EKSTRAK ETANOL 70% DAUN SUKUN ...

12

a. Pemeriksaan Organoleptis

Pemeriksaan organoleptis meliputi pemeriksaan bentuk, warna, bau, dan rasa terhadap ekstrak

(Depkes RI 2000).

b. Penetapan Kadar Air

Kadar air merupakan banyaknya hidrat yang terkandung atau banyaknya air yang terserap

oleh zat. Sejumlah zat uji ditimbang dengan seksama yang diperkirakan mengandung 2-4 ml air

dan dimasukkan kedalam labu. Sebanyak kurang lebih 200 ml toluen P dimasukkan kedalam labu,

lalu dihubungkan dengan alat. Toluen P dituangkan ke dalam tabung penerima melalui alat

pendingin. Labu dipanaskan hati-hati selama 15 menit. Setelah toluen telah mendidih, suling

dengan kecepatan lebih kurang 2 tetes tiap detik sampai sebagian besar air tersuling, kemudian

kecepatan penyulingan dinaikkan hingga 4 tetes tiap detik. Setelah semua air tersuling, bagian

dalam pendingin dicuci dengan toluen sambil dibersihkan dengan sikat tabung yang disambung

pada sebuah kawat tembaga dan telah dibasahi dengan toluen. Penyulingan dilanjutkan setelah 5

menit, kemudian tabung pengeringan dibiarkan mendingin sampai suhu kamar. Jika ada tetesan

yang melekat pada dinding tabung penerima, digosok dengan karet yang diikat pada sebuah kawat

tembaga dan dibasahi dengan toluen hingga tetesan air turun. Setelah air dan toluen memisah

sempurna, volume air dilihat. Kadar air dihitung dalam % b/v (Depkes RI 2002).

c. Perhitungan Rendemen

Perhitungan rendemen ekstrak dengan cara menghitung jumlah ekstrak kering yang

didapatkan kemudian dibagi dengan jumlah serbuk kering sebelum dilakukan ekstraksi kemudian

dikalikan 100%.

Rendemen ekstrak = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑛𝑡𝑎𝑙

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 x 100%

5. Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 70% Daun Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata

Prain) (Depkes RI 2000)

Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya kandungan alkaloid,

saponin, flavonoid, tanin, steroid dan terpenoid. Prosedur masing–masing pengujian adalah

sebagai berikut :

a. Alkaloid

Dimasukkan 50 mg ekstrak ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 1 ml HCl 2 N dan 9 ml

akuades, dipanaskan di atas penangas air pada suhu 100oC selama 2 menit, kemudian didinginkan

Page 19: KAJIAN BIOAKTIVITAS EKSTRAK ETANOL 70% DAUN SUKUN ...

13

dan disaring. Dipindahkan hasil saringan dan dibagi ke dalam 2 tabung reaksi. Pada tabung

pertama diberi pereaksi Dreagendroff, jika terbentuk endapan berwarna merah, maka

menunjukkan adanya alkaloid. Pada tabung kedua diberi pereaksi Mayer, jika terbentuk endapan

berwarna putih, maka menunjukkan adanya alkaloid.

b. Saponin

Dimasukkan 50 mg ekstrak ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 10 ml air

panas, setelah itu didinginkan dan dikocok kuat-kuat selama 10 detik, sehingga terbentuk buih

yang mantap selama tidak kurang dari 10 menit setinggi 1–10 cm. Penambahan 1 tetes HCl 2 N,

buih tidak hilang, maka menunjukkan adanya saponin.

c. Flavonoid

Dimasukkan 50 mg ekstrak ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 10 ml metanol,

dipanaskan di atas penangas air pada suhu 100oC, lalu disaring dan filtratnya ditambahkan HCl

pekat dan logam Mg. Terbentuknya warna merah menunjukkan sampel mengandung flavonoid.

d. Tanin

Dimasukkan 50 mg ekstrak ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 12,5 ml air, dididihkan

di atas penangas air pada suhu 100oC selama 5 menit, kemudian didinginkan dan disaring. Filtrat

ditambahkan 1-2 tetes FeCl3 1%, jika terbentuk warna biru tua atau hijau kehitaman menunjukkan

adanya tanin.

e. Terpenoid dan Steroid

Dimasukkan 50 mg ekstrak ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 2 ml etanol, dipanaskan

sebentar, kemudian didinginkan dan disaring. Filtratnya diuapkan lalu ditambahkan eter, 3 tetes

asam asetat anhidrat dan 1 tetes H2SO4 pekat, jika terjadi perubahan warna merah atau ungu

menunjukkan adanya terpenoid dan warna hijau menunjukkan adanya steroid.

6. Pembuatan Reagen

a. Larutan Dapar Fospat pH 6,9

Larutan kalium dihidrogen fosfat (KH2PO4) 0,2 M (4,0827 g dalam 150 ml akuades) dibuat

dengan cara mencampurkan 125 ml dengan 56 ml larutan natrium hidroksida (NaOH) 0,2 M (0,8

g dalam 100 ml akuades) kemudian dienverkan dengan akua bebas CO2 hingga 500 ml (Depkes

RI 1979).

Page 20: KAJIAN BIOAKTIVITAS EKSTRAK ETANOL 70% DAUN SUKUN ...

14

b. Larutan Substrat (Pati) 1 %

Ditimbang seksama 1 g pati kentang dilarutkan dalam 100 ml dapar fosfat, kemudian

dididihkan selama 15 menit dan setelah dingin ditambahkan akuades untuk mendapatkan volume

yang sama dengan volume awal.

c. Larutan Akarbosa

Ditimbang seksama 7,5 mg akarbosa dilarutkan dalam 50 ml dapar fosfat pH 6,9 maka

diperoleh konsentrasi sebesar 150 µg/ml. Kemudian larutan akarbosa konsentrasi 150 µg/ml

dilakukan pengenceran menggunakan dapar fosfat pH 6,9 hingga diperoleh konsentrasi 95, 61, 39,

25 dan 16 µg/ml.

d. Pembuatan Reagen DNS (Dinitrosalisilat)

Reagen DNS terdiri dari dua campuran larutan yaitu larutan A dan larutan B. Larutan A

terdiri dari 5 g Asam 3,5-dinitrosalisilat dan 5 g NaOH 2N dilarutkan dalam 100 ml akuades.

Larutan B terdiri dari 150 g Na/K tartrat dilarutkan dalam 200 ml akuades. Larutan A dan B

dicampur, lalu dicukupkan dalam labu takar dengan akuades bebas CO2 hingga volumenya 500

ml, kemudian diaduk dengan pengaduk magnetik selama satu malam. Larutan dimasukkan ke

dalam botol berwarna gelap dan disimpan pada suhu 4oC (Bintang 2010).

7. Uji Inhibisi Enzim α-Amilase Secara In Vitro

Sebanyak 500 µl sampel uji (ekstrak etanol 70% daun lidah mertua 90, 150, 260, 450, serta

780 µg/ml dan akarbosa 16, 25, 39, 61, 95 dan 150 µg/ml) ditambahkan ke 500 µl 0,02 M dapar

fosfat (PH 6,9 dengan 0,006 M NaCl) yang mengandung larutan α-amilase (0,5 µg/ml) dan

diinkubasi pada 25°C selama 10 menit. Ditambahkan larutan pati 1% (b/v) sebanyak 500 µl pada

0,02 M dapar fosfat yang ditambahkan ke masing-masing tabung pada interval waktunya,

kemudian diinkubasi kembali pada suhu 25°C selama 10 menit. Setelah inkubasi kedua, reaksi

dihentikan dengan penambahan pereaksi DNS sebanyak 1000 µl. Tabung reaksi kemudian

diinkubasi dalam air mendidih selama 5 menit, kemudian didinginkan sampai suhu kamar.

Selanjutnya ditambahkan 10.000 µl akuades pada campuran reaksi dan diencerkan, lalu dilakukan

pengukuran absorbansi pada panjang gelombang 540 nm (Thalapaneni et al. 2008).

Page 21: KAJIAN BIOAKTIVITAS EKSTRAK ETANOL 70% DAUN SUKUN ...

15

Tabel 1. Komposisi Larutan Pada Uji Aktivitas Inhibisi α-Amilase

Larutan Ekstrak (µl) Dapar (µl) Enzim(µl) Pati (µl) DNS (µl) Akuades (µl)

Blanko - 1000 - 500 1000 10.000

Kontrol Blanko - 500 500 500 1000 10.000

Kontrol Sampel 500 500 - 500 1000 10.000

Sampel 500 - 500 500 1000 10.000

Akarbosa 500 - 500 500 1000 10.000

8. Analisis Data

a. Persentase Inhibisi dan IC50

Persentase inhibisi digunakan untuk melihat adanya penghambatan enzim α-amilase serta

membandingkan reaksi enzim substrat, sehingga dapat digunakan untuk menentukan daya inhibisi

(Trinoviani, Kholisoh, and Ar-rifa 2016). Persentase inhibisi dengan rumus:

% inhibisi = 𝐴𝑏𝑠 𝐶−𝐴𝑏𝑠 𝑋

𝐴𝑏𝑠 𝐶 x 100%

Keterangan :

C = Abs kontrol blanko – Abs blanko

X = Abs sampel – Abs kontrol sampel

Data yang diperoleh dari inhibisi (%) dianalisis menggunakan analisis probit untuk

menghitung nilai IC50. Nilai IC50 dapat dihitung menggunakanpersamaan Regresi linier, hubungan

antara logaritma konsentrasi sebagai X dengan Probit sebagai Y. Angka IC50 didapat dengan cara

memasukkan nilai 5 sebagai Probit ke dalam persamaan Regresi linier, kemudian hasil substitusi

di antilogaritma. Hasil tersebut merupakan angka IC50 (Wulan et al. 2015).

b. Potensi Relatif

Potensi relatif digunakan untuk melihat besarnya potensi sampel atau ekstrak dalam

penghambatan terhadap enzim α-amilase yang dibandingkan dengan kontrol positif berupa

akarbosa. Potensi relatif dihitung dengan menggunakan rumus (P et al. 2011):

Potensi relatif = Nilai IC50 akarbosa

Nilai IC50 ekstrak etanol daun lidah mertua × 100%

Page 22: KAJIAN BIOAKTIVITAS EKSTRAK ETANOL 70% DAUN SUKUN ...

16

BAB 4. HASIL DAN KESIMPULAN

Aktivitas penghambatan enzim α-amilase bermanfaat dalam mengatasi hiperglikemia pada

pasien diabetes mellitus dengan cara mengurangi pencernaaan karbohidrat kompleks dan absorbsi

glukosa ke dalam darah sehingga dapat mengurangi peningkatan kadar glukosa pada penderita

diabetes mellitus (Shinde et al. 2008). Pengujian penghambatan enzim α-amilase dilakukan untuk

mengetahui penurunan aktivitas enzim α-amilase dalam memecah pati. Prinsip pengujian adalah

melihat reaksi antara maltosa, hasil penguraian pati, dan glukosa dengan DNS (3,5-dinitrosalisilat)

sehingga menghasilkan warna. Reaksi dihentikan dengan pemanasan pada suhu 1000C selama 5

menit agar enzim terdenaturasi (Samudra et al. 2015).

Hasil uji aktivitas penghambatan enzim α-amilase ditunjukkan dengan nilai IC (Inhibition

Concentration). IC50 adalah konsentrasi sampel yang dibutuhkan untuk menghambat 50% enzim

α-amilase. Hasil inhibisi yang diperoleh dianalisis dengan tabel Probit. Pengujian aktivitas ekstrak

etanol daun lidah mertua dalam menghambat enzim α-amilase dibandingkan dengan akarbosa.

Gambar. Hasil Uji Aktivitas inhibisi Alfa-Amilase Sampe UJi

02468

0 1 2 3 4

Prob

it

Log Konsentrasi (μg/ml)

Daun Alpukat

Daun Lidah Mertua

Daun Sukun

Akarbosa

Page 23: KAJIAN BIOAKTIVITAS EKSTRAK ETANOL 70% DAUN SUKUN ...

17

Gambar. Hasil IC50 Sampel Uji

Akarbosa merupakan obat antidiabetes yang dapat memperlambat absorpsi gula setelah

makan yaitu dengan menunda hidrolisis karbohidrat, disakarida dan absorpsi glukosa; serta

menghambat metabolisme sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa (DiNicolantonio et al. 2015).

Tabel 2. Hasil Skrining Fitokimia ekstrak sampel uji

Sampel Alkaloid Flavonoid Tannin Steroid Terpenoid Saponin

Ekstrak daun alpukat + + + + - +

Ekstrak daun sukun - + + - + +

Ekstrak daun lidah

mertua

+ + + + - +

Ekstrak daun alpukat, daun lidah mertua dan daun sukun diinvestigasi lebih lanjut

mengenai kandungan kuersetinnya dengan instrument LC-MS. Berdasarkan hasil identifikasi LC-

MS diketahui bahwa kuersetin memberikan puncak maksimum pada waku retensi 19,16 (Gambar

1) dengan BM 300, 82 dan waktu retensi 20,099 dengan BM 300, 75 dan 300, 88. Sedangkan pada

seluruh ekstrak sampel uji tidak dapat diidentifikasi adanya quercetin. Pada ekstrak daun alpukat

ditemukan adanya puncak maksimum pada waktu retensi 19,55 tapi tidak ada satupun senyawa

yang memberikan BM 300,82 yang merupakan BM quersetin. Selanjutnya pada ekstrak daun

sukun dan daun lidah mertua tidak ditemukan adanya puncak kromatogram pada waktu retensi

19,16 (gambar 6, gambar 7 dan gambar 8).

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

IC50

Sampel Uji

Daun Alpukat

Daun Lidah Mertua

Daun Sukun

Akarbosa

Page 24: KAJIAN BIOAKTIVITAS EKSTRAK ETANOL 70% DAUN SUKUN ...

18

Gambar 1. Kromatogram LC-MS dari kuersetin (TIC)

Gambar 2. Kromatogram LC-MS dari kuersetin pada waktu retensi 19,162

Page 25: KAJIAN BIOAKTIVITAS EKSTRAK ETANOL 70% DAUN SUKUN ...

19

Gambar 3. Kromatogram LC-MS dari kuersetin pada waktu retensi 20,099

Gambar 4. Kromatogram LC-MS dari ekstrak daun alpukat (TIC)

Page 26: KAJIAN BIOAKTIVITAS EKSTRAK ETANOL 70% DAUN SUKUN ...

20

Gambar 5. Kromatogram LC-MS ekstrak daun alpukat pada waktu retensi 20,503

Gambar 6. Kromatogram LC-MS dari ekstrak daun sukun (TIC)

Page 27: KAJIAN BIOAKTIVITAS EKSTRAK ETANOL 70% DAUN SUKUN ...

21

Gambar 7. Kromatogram LC-MS dari ekstrak daun lidah mertua (TIC)

Gambar 8. Kromatogram LC-MS dari ekstrak daun lidah mertua pada waktu retensi 18,992

Page 28: KAJIAN BIOAKTIVITAS EKSTRAK ETANOL 70% DAUN SUKUN ...

22

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa seluruh sampel uji memberikan hambatan

terhadap aktivitas enzim α-amilase tetapi ekstrak daun alpukat memberikan aktivitas yang lebih

baik dibandingkan ekstrak daun sukun dan lidah mertua. Hasil skrining fitokimia menunjukan

bahwa semua ekstrak uji positif mengandung flavonoid, sedangkan pada identifikasi lebih lanjut

dengan LC-MS tidak ditemukan adanya kuersetin pada seluruh sampel uji. Dari penelitian ini

dapat diketahui bahwa senyawa flavonoid yang bertanggung jawab terhadap aktivitas

penghambatan enzim α-amilase ini bukanlah quercetin.

Page 29: KAJIAN BIOAKTIVITAS EKSTRAK ETANOL 70% DAUN SUKUN ...

23

DAFTAR PUSTAKA

Coşkun, Ömer, Mehmet Kanter, Ferah Armutçu, and Kurtuluş Çetin. 2004. “Protective Effects Of

Quercetin, A Flavonoid Antioxidant, In Absolute Ethanol-Induced Acut Gastric Ulcer” 1 (3):

37–42.

DiNicolantonio, James J, Jaikrit Bhutani, and James H O’Keefe. 2015. “Acarbose: Safe and

Effective for Lowering Postprandial Hyperglycaemia and Improving Cardiovascular

Outcomes.” Open Heart 2 (1): e000327. doi:10.1136/openhrt-2015-000327.

Owolabi, MA, HAB Coker, and SI Jaja. 2010. “Bioactivity of the Phytoconstituents of the Leaves

of Persea Americana.” Journal of Medicinal Plants Research 4 (12): 1130–35.

doi:10.5897/JMPR09.429.

P, Sudha, Smita S Zinjarde, Shobha Y Bhargava, and Ameeta R Kumar. 2011. “Potent Alpha-

Amylase Inhibitory Activity of Indian Ayurvedic Medicinal Plants.” BMC Complementary

and Alternative Medicine 11: 5. doi:10.1186/1472-6882-11-5.

Piero, M N, G M Nzaro, and J M Njagi. 2015. “Diabetes Mellitus – a Devastating Metabolic

Disorder” 4 (40): 1–7. doi:10.15272/ajbps.v4i40.645.

Ratna Wulan, Dyah, Edi Priyo Utomo, and Chanif Mahdi. 2015. “Antidiabetic Activity of Ruellia

Tuberosa L., Role of α -Amylase Inhibitor: In Silico , In Vitro , and In Vivo Approaches.”

Biochemistry Research International 2015: 1–9. doi:10.1155/2015/349261.

Sales, Paloma Michelle de, Paula Monteiro de Souza, Luiz Alberto Simeoni, Pérola de Oliveira

Magalhães, and Dâmaris Silveira. 2012. “α-Amylase Inhibitors: A Review of Raw Material

and Isolated Compounds from Plant Source.” Journal of Pharmacy and Pharmaceutical

Sciences 15 (1): 141–83. doi:10.18433/J35S3K.

Shinde, Jayantrao, Tony Taldone, Michael Barletta, Naveen Kunaparaju, Bo Hu, Sunil Kumar,

Jessica Placido, and S. William Zito. 2008. “??-Glucosidase Inhibitory Activity of Syzygium

Cumini (Linn.) Skeels Seed Kernel in Vitro and in Goto-Kakizaki (GK) Rats.” Carbohydrate

Research 343 (7): 1278–81. doi:10.1016/j.carres.2008.03.003.

Sundarram, Ajita, and Thirupathihalli Pandurangappa Krishna Murthy. 2014. “α -Amylase

Production and Applications : A Review.” Journal of Applied & Environmental Microbiology

2 (4): 166–75. doi:10.12691/jaem-2-4-10.

Tadera, Kenjiro, Yuji Minami, Kouta Takamatsu, and Tomoko Matsuoka. 2006. “Inhibition of

Alpha-Glucosidase and Alpha-Amylase by Flavonoids.” Journal of Nutritional Science and

Vitaminology 52 (2): 149–53. doi:10.3177/jnsv.52.149.

Thalapaneni, Nageswara Rao, Kumar Appan Chidambaram, Thilagam Ellappan, Mohana Lakshmi

Sabapathi, and Subhash C Mandal. 2008. “Inhibition of Carbohydrate Digestive Enzymes by

Talinum Portulacifolium (Forssk) Leaf Extract.” Journal of Complementary and Integrative

Medicine 5 (1). doi:10.2202/1553-3840.1120.

Trinoviani, Elvi, Ai Kholisoh, and Nisa Fitriani Ar-rifa. 2016. “Aktivitas Penghambatan α -

Glukosidase Seduhan Dan Ekstrak Etanol Campuran Formula Terpilih Teh Putih Dan

Stevia.”

Whitcomb, David C., and Mark E. Lowe. 2007. “Human Pancreatic Digestive Enzymes.”

Digestive Diseases and Sciences 52 (1): 1–17. doi:10.1007/s10620-006-9589-z.