ISSN 0854-4425 JURNAL BIOLOGI INDONESIA · riannya. Di dalamnya terdapat unsur-unsur pelestarian...

23
Vol. 7, No. 1 Juni 2011 Akreditasi: No 816/D/08/2009 BOGOR, INDONESIA JURNAL BIOLOGI INDONESIA ISSN 0854-4425 Phylogenetic relationships within Cockatoos (Aves: Psittaciformes) Based on DNA Sequences of The Seventh intron of Nuclear β-fibrinogen gene Dwi Astuti 1 Forest Condition Analysis Based on Forest Canopy ClosureWith Remote Sensing Approach Mahendra Primajati, Agung Budi Harto & Endah Sulistyawati 13 Genetic Variation of Agathis loranthifolia Salisb. in West Jawa Assessed by RAPD Tedi Yunanto, Edje Djamhuri, Iskandar Z. Siregar, & Mariyana Ulfah 25 Bird Community Structure in Karimunjawa Islands, Central Jawa Niarsi Merry Hemelda, Ummi Syifa Khusnuzon, & Putri Sandy Pangestu 35 Morfologi Larva dan Pola Infeksi Falcaustra kutcheri Bursey et.al., 2000 (Nematoda : Cosmocercoidea: Kathalaniidae) Pada Leucocephalon yuwonoi (McCord et.al., 1995) Di Sulawesi Tengah, Indonesia Endang Purwaningsih & Awal Riyanto 45 Tingkat Eksploitasi Ikan Endemik Bonti-bonti (Paratherina striata) di Danau Towuti Syahroma Husni Nasution 53 Bentuk Sel Epidermis, Tipe dan Indeks Stomata 5 Genotipe Kedelai pada Tingkat Naungan Berbeda Titik Sundari & Rahmat Priya Atmaja 67 Sintesis Alkil N-asetilglukosamina (Alkil-GlcNAc) dengan Enzim N-asetilheksosaminidase yang diisolasi dari Aspergillus sp. 501 Iwan Saskiawan & Rini Handayani 81

Transcript of ISSN 0854-4425 JURNAL BIOLOGI INDONESIA · riannya. Di dalamnya terdapat unsur-unsur pelestarian...

Page 1: ISSN 0854-4425 JURNAL BIOLOGI INDONESIA · riannya. Di dalamnya terdapat unsur-unsur pelestarian sehingga dalam pelaksanaannya diperlukan suatu sistem pengelolaan yang tepat dan baik.

J. Biol. Indon. Vol 7, No.1 (2011)

Vol. 7, No. 1 Juni 2011Akreditasi: No 816/D/08/2009

BOGOR, INDONESIA

JURNALBIOLOGIINDONESIA

ISSN 0854-4425

JURNALBIOLOGIINDONESIA

ISSN 0854-4425

Phylogenetic relationships within Cockatoos (Aves: Psittaciformes) Based on DNA Sequences of The Seventh intron of Nuclear β-fibrinogen gene Dwi Astuti

1

Forest Condition Analysis Based on Forest Canopy ClosureWith Remote Sensing Approach Mahendra Primajati, Agung Budi Harto & Endah Sulistyawati

13

Genetic Variation of Agathis loranthifolia Salisb. in West Jawa Assessed by RAPD Tedi Yunanto, Edje Djamhuri, Iskandar Z. Siregar, & Mariyana Ulfah

25

Bird Community Structure in Karimunjawa Islands, Central Jawa Niarsi Merry Hemelda, Ummi Syifa Khusnuzon, & Putri Sandy Pangestu

35

Morfologi Larva dan Pola Infeksi Falcaustra kutcheri Bursey et.al., 2000 (Nematoda : Cosmocercoidea: Kathalaniidae) Pada Leucocephalon yuwonoi (McCord et.al., 1995) Di Sulawesi Tengah, Indonesia Endang Purwaningsih & Awal Riyanto

45

Tingkat Eksploitasi Ikan Endemik Bonti-bonti (Paratherina striata) di Danau Towuti Syahroma Husni Nasution

53

Bentuk Sel Epidermis, Tipe dan Indeks Stomata 5 Genotipe Kedelai pada Tingkat Naungan Berbeda Titik Sundari & Rahmat Priya Atmaja

67

Sintesis Alkil N-asetilglukosamina (Alkil-GlcNAc) dengan Enzim N-asetilheksosaminidase yang diisolasi dari Aspergillus sp. 501 Iwan Saskiawan & Rini Handayani

81

Page 2: ISSN 0854-4425 JURNAL BIOLOGI INDONESIA · riannya. Di dalamnya terdapat unsur-unsur pelestarian sehingga dalam pelaksanaannya diperlukan suatu sistem pengelolaan yang tepat dan baik.

J. Biol. Indon. Vol 7, No. 1 (2011)

Jurnal Biologi Indonesia diterbitkan oleh Perhimpunan Biologi Indonesia.Jurnal ini memuat hasil penelitian ataupun kajian yang berkaitan dengan masalah biologiyang diterbitkan secara berkala dua kali setahun (Juni dan Desember).

Editor Pengelola

Dr. Ibnu MaryantoDr. I Made Sudiana

Deby Arifiani, S.P., M.ScDr. Izu Andry Fijridiyanto

Dewan Editor Ilmiah

Dr. Abinawanto, F MIPA UIDr. Achmad Farajalah, FMIPA IPB

Dr. Ambariyanto, F. Perikanan dan Kelautan UNDIPDr. Aswin Usup F. Pertanian Universitas Palangkaraya

Dr. Didik Widiyatmoko, PK Tumbuhan, Kebun Raya Cibodas-LIPIDr. Dwi Nugroho Wibowo, F. Biologi UNSOED

Dr. Parikesit, F. MIPA UNPADProf. Dr. Mohd.Tajuddin Abdullah, Universiti Malaysia Sarawak Malaysia

Assoc. Prof. Monica Suleiman, Universiti Malaysia Sabah, MalaysiaDr. Srihadi Agungpriyono, PAVet(K), F. Kedokteran Hewan IPB

Y. Surjadi MSc, Pusat Penelitian ICABIOGRADDrs. Suharjono, Pusat Penelitian Biologi-LIPI

Dr. Tri Widianto, Pusat Penelitian Limnologi-LIPIDr. Witjaksono Pusat Penelitian Biologi-LIPI

Alamat RedaksiSekretariat

d/a Pusat Penelitian Biologi - LIPIJl. Ir. H. Juanda No. 18, Bogor 16002 , Telp. (021) 8765056

Fax. (021) 8765068Email : [email protected]; [email protected]

Website : http://biologi.or.id

Jurnal ini telah diakreditasi ulang dengan nilai A berdasarkan SK Kepala LIPI 816/D/2009 tanggal 28 Agustus 2009.

Page 3: ISSN 0854-4425 JURNAL BIOLOGI INDONESIA · riannya. Di dalamnya terdapat unsur-unsur pelestarian sehingga dalam pelaksanaannya diperlukan suatu sistem pengelolaan yang tepat dan baik.

J. Biol. Indon. Vol 7, No.1 (2011)

KATA PENGANTAR

Jurnal Biologi Indonesia yang diterbitkan oleh PERHIMPUNAN BIOLOGIINDONESIA edisi volume 7 nomer 1 tahun 2011 memuat 15 artikel lengkap dan1artikel tulisan pendek, empat artikeldiantaranya telah dipresentasi pada seminarATCBC di bali 2010. Penulis pada edisi ini sangat beragam yaitu dari DepartemenKementerian Pertanian Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Fak. MIPA-Biologi Universitas Negeri Malang, Universitas CenderawasihJayapura, Universitas Islam Negeri Hidayatulah Jakarta, Jurusan Biologi FMIPAIPB, Program Studi Sarjana Biologi, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH),ITB, Jurusan Konservasi Fakultas Kehutanan IPB, Puslit Biologi LIPI, DepartmenBiologi FMIPA, University Indonesia, Puslit Limnologi LIPI-LIPI, Puslit Biologi-LIPI dan UPT Loka Konservasi Biota Laut Biak-LIPI. Topik yang dibahas padaedisi ini meliputi bidang Botani, mikrobiologi, zoologi, remote sensing.

Editor

Page 4: ISSN 0854-4425 JURNAL BIOLOGI INDONESIA · riannya. Di dalamnya terdapat unsur-unsur pelestarian sehingga dalam pelaksanaannya diperlukan suatu sistem pengelolaan yang tepat dan baik.

J. Biol. Indon. Vol 7, No. 1 (2011)

UCAPAN TERIMA KASIH

Jurnal Biologi Indonesia mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepadapara pakar yang telah turut sebagai penelaah dalam Volume 7, No 1, Juni 2011:

Dr. Niken T. M. Pratiwi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPBDr. Tike Sartika, Balitnak, Departemen Pertanian, CiawiSigit Wiantoro SSi, MSc, Puslit Biologi-LIPIDrs. Awal Riyanto, Puslit Biologi-LIPIDrs. Roemantyo, Puslit Biologi-LIPIDr. Andria Agusta, Puslit Biologi LIPIIr. Titi Juhaeti MSi, Puslit Biologi-LIPIDr. Nuril Hidayati, Puslit Biologi-LIPIIr. Heryanto MSc, Puslit Biologi-LIPIDrh. Taufik Purna Nugraha MSi, Puslit Biologi-LIPI

Sebagian dari edisi ini dibiayai oleh DIPA Puslit Biologi-LIPI 2011

Page 5: ISSN 0854-4425 JURNAL BIOLOGI INDONESIA · riannya. Di dalamnya terdapat unsur-unsur pelestarian sehingga dalam pelaksanaannya diperlukan suatu sistem pengelolaan yang tepat dan baik.

J. Biol. Indon. Vol 7, No.1 (2011)

DAFTAR ISI

Phylogenetic relationships within Cockatoos (Aves: Psittaciformes) Based on DNA Sequences of The Seventh intron of Nuclear β-fibrinogen gene Dwi Astuti

1

Forest Condition Analysis Based on Forest Canopy ClosureWith Remote Sensing Approach Mahendra Primajati, Agung Budi Harto & Endah Sulistyawati

13

Genetic Variation of Agathis loranthifolia Salisb. in West Jawa Assessed by RAPD Tedi Yunanto, Edje Djamhuri, Iskandar Z. Siregar, & Mariyana Ulfah

25

Bird Community Structure in Karimunjawa Islands, Central Jawa Niarsi Merry Hemelda, Ummi Syifa Khusnuzon, & Putri Sandy Pangestu

35

Morfologi Larva dan Pola Infeksi Falcaustra kutcheri Bursey et.al., 2000 (Nematoda : Cosmocercoidea: Kathalaniidae) Pada Leucocephalon yuwonoi (McCord et.al., 1995) Di Sulawesi Tengah, Indonesia Endang Purwaningsih & Awal Riyanto

45

Tingkat Eksploitasi Ikan Endemik Bonti-bonti (Paratherina striata) di Danau Towuti Syahroma Husni Nasution

53

Bentuk Sel Epidermis, Tipe dan Indeks Stomata 5 Genotipe Kedelai pada Tingkat Naungan Berbeda Titik Sundari & Rahmat Priya Atmaja

67

Sintesis Alkil N-asetilglukosamina (Alkil-GlcNAc) dengan Enzim N-asetilheksosaminidase yang diisolasi dari Aspergillus sp. 501 Iwan Saskiawan & Rini Handayani

81

Eritrosit dan Hemoglobin pada Kelelawar Gua di Kawasan Karst Gombong, Kebumen,Jawa Tengah Fahma Wijayanti, Dedy Duryadi Solihin, Hadi Sukadi Alikodra, & Ibnu Maryanto

89

Kajian Hubungan Antara Fitoplankton dengan Kecepatan Arus Air Akibat Operasi Waduk Jatiluhur Eko Harsono

99

Dimorfisme Seksual, Reproduksi dan Mangsa Kadal Ekor Panjang Takydromus sexlineatus Daudin, 1802 (Lacertilia :Lacertidae) Mumpuni

121

Serapan Karbondioksida (CO2) Jenis-Jenis Pohon di Taman Buah "Mekar Sari" Bogor, Kaitannya dengan Potensi Mitigasi Gas Rumah Kaca N. Hidayati, M. Reza, T. Juhaeti & M. Mansur

133

Page 6: ISSN 0854-4425 JURNAL BIOLOGI INDONESIA · riannya. Di dalamnya terdapat unsur-unsur pelestarian sehingga dalam pelaksanaannya diperlukan suatu sistem pengelolaan yang tepat dan baik.

J. Biol. Indon. Vol 7, No. 1 (2011)

Analisis Fekunditas dan Diameter Telur Kerang Darah (Anadara antiquata) di Perairan Pulau Auki, Kepulauan Padaido, Biak, Papua Andriani Widyastuti

147

Giving Formulated Pellet on Javan Porcupine (Hystrix javanica F. Cuvier, 1823): Effects on Feed Intake, Feed Conversion, and Digestibility in Pre-Domestication Condition Wartika Rosa Farida & Roni Ridwan

157

Profil Mamalia Kecil Gunung Slamet Jawa Tengah Maharadatunkamsi

171

TULISAN PENDEK Kondisi Parameter Biologi Plankton dan Ikan di Perairan Danau Sentani

Auldry F. Walukow 187

Page 7: ISSN 0854-4425 JURNAL BIOLOGI INDONESIA · riannya. Di dalamnya terdapat unsur-unsur pelestarian sehingga dalam pelaksanaannya diperlukan suatu sistem pengelolaan yang tepat dan baik.

171

Jurnal Biologi Indonesia 7 (1): 171-185 (2011)

Profil Mamalia Kecil Gunung Slamet Jawa Tengah

Maharadatunkamsi

Pusat Penelitian Biologi-LIPI, Jl. Raya Jakarta Bogor Km. 46, Cibinong, Bogor 16911,Telpon (021) 8765056, Fax (021) 8765068, Email: [email protected]

ABSTRACT

Profile of Small mammals from Gunung Slamet, Central Jawa. Research of small mammals atGunung Slamet, Central Jawa was conducted. Three types of habitats as representation ofprimary forest, secondary forest and plantation were examined at Kalipagu, Kaliwadas andBambangan in order to record its small mammals biodiversity. Combination of trapping anddirect observation recorded 31 species of small mammals from the areas observed. Shannon-Wiener index was the highest in secondary forest (3.8) compared to primary forest (3.6) andplantation (3.4). The results indicated that most small mammals of Gunung Slamet use secondaryforest for their home range. However data on microchiropterans that were more frequentlyrecorded in plantations indicated that agricultural plants were their primary foraging areas. Onthe other hand, most of small mammals species were rely on both secondary forest and primaryforest as an important food resources. The dendogram resulting from cluster analysis wasconcordant with this view. Primary forest and secondary forest clustered closely together,while plantation was recognized as a distinct group.

Key words: Small mammals, Gunung Slamet, biodiversity, habitat.

PENDAHULUAN

Gunung Slamet (3.432 m) merupakangunung api tertinggi di Jawa Tengah danmerupakan gunung tertinggi ke dua diJawa. Secara administratif, GunungSlamet berada di perbatasan Kabupaten:Brebes, Banyumas, Purbalingga, Tegaldan Pemalang. Kawasan Gunung Slametadalah salah satu kawasan khas berupahutan hujan tropis dataran tinggi yangmasih tersisa di Jawa. Sebagai kawasanyang khas, Gunung Slamet merupakanhabitat tempat hidupnya berbagai spesiessatwa mamalia endemik Jawa antara lainOwa Jawa (Hylobates moloch), LutungBudeng (Trachypithecus auratus),

Rekrekan (Presbytis comata frederi-cae), Kukang Jawa (Nycticebusjavanicus), tikus Lesoq-lati Jawa(Maxomys bartelsii) dan tikus TimpausJawa (Niviventer lepturus) (Corbet &Hill 1992, Supriatna 2006, Nekaris &Shekelle 2008). Di samping itu macantutul (Panthera pardus melas), dankucing hutan (Prionailurus bengalen-sis) dapat ditemukan melalui jejak, bekascakaran, bulu dan kotorannya (Setiawan2007).

Seperti halnya dengan gunung yanglain, Gunung Slamet mempunyai fungsiekologis penting. Setidaknya terdapat tiganilai penting Gunung Slamet, yaitu fungsikonservasi berbagai keanekaragaman

Page 8: ISSN 0854-4425 JURNAL BIOLOGI INDONESIA · riannya. Di dalamnya terdapat unsur-unsur pelestarian sehingga dalam pelaksanaannya diperlukan suatu sistem pengelolaan yang tepat dan baik.

172

Maharadatunkamsi

sumber daya alam hayati besertaekosistemnya, fungsi penunjang kehidu-pan (air, iklim, longsor) dan fungsipemanfaatan secara lestari berbagaikeanekaragaman sumber daya alamhayati. Dengan demikian ekosistemGunung Slamet ikut menjaga stabilitaskawasan di bawahnya seperti keterse-diaan air bersih, kebersihan dankesejukan udara, ketersediaan lahanpertanian yang subur, serta mencegahbanjir dan longsor. Namun demikiandibalik potensi besar ini, keutuhan ekosis-tem Gunung Slamet menghadapi tekananekologis (Widhiono 2004). Hal ini dilatarbelakangi akibat adanya pembukaan hutanuntuk pertanian, perburuan liar, pencuriankayu, dan kebakaran hutan yangmenyebabkan hilangnya habitat fauna danfragmentasi habitat.

Pemanfaatan secara bijaksana ataskeanekeragaman hayati yang kita milikimenjadi hal yang mutlak untuk pelesta-riannya. Di dalamnya terdapat unsur-unsur pelestarian sehingga dalampelaksanaannya diperlukan suatu sistempengelolaan yang tepat dan baik. Untukitu diperlukan pengetahuan tentangspesies, populasi, sebaran dan potensisumber daya hayati ini. Berdasarkanpertimbangan tersebut, maka dilakukanpenelitian ini untuk mengumpulkan datakeanekaragaman, komunitas dan sebaranmamalia kecil Gunung Slamet yang akanmenjadi salah satu dasar pertimbanganuntuk pengelolaan dan pengembanganyang berkesinambungan di kawasan ini.

BAHAN DAN CARA KERJA

Kelompok hewan mamalia kecil

menurut definisi International BiologicalProgram yaitu spesies mamalia yangberat badan dewasa kurang dari 5 kg(Suyanto 1999), sedangkan selebihnyatermasuk dalam kelompok mamalia besar.Umumnya yang dianggap hewanmamalia kecil adalah kelelawar, tikus dancucurut. Pada kenyatannya pembagianini dapat menyebabkan tumpang tindih,seperti contoh pada bangsa karnivora dimana terdapat beberapa spesies yangberbobot badan dewasa kurang dari 5 kg,sebaliknya cukup banyak yang berbobotbadan lebih dari 5 kg.

Lokasi pengamatan di GunungSlamet difokuskan pada tiga lokasi yaituKalipagu, Jalur Kaliwadas dan JalurBambangan. Pada setiap lokasi dilakukanpengamatan selama 4 hari denganmengambil cuplikan pada habitat hutanprimer, hutan sekunder dan kawasankebun penduduk. Detail informasi posisiGPS untuk masing-masing habitat yangdiamati adalah sebagai berikut:1. Hutan primer:(07o18 '12,2"LS;109o12 '14,7"BT-07o18'12,9"LS; 109o12'16,8"BT) 900-1.000 m dpl.(07o18'12,4"LS; 109o12'09,7"BT-07o18'13,1"LS; 109o12'07,7"BT) 900-1.100 m dpl.(07o15 '17,9"LS;109o09 '41,7"BT-07o15'09,8"LS; 109o09'33,6"BT) 1.900-2.000 m dpl.(07o13'37,0"LS; 109o14'48,1"BT -07o13'41,9"LS; 109o14'40,5"BT) 1.900-2.100 m dpl.(07o16 '42,9"LS;109o09 '22,2"BT-07o16'53,0"LS; 109o09'12,8"BT) 2.000-2.200 m dpl.2.Hutan sekunder

Page 9: ISSN 0854-4425 JURNAL BIOLOGI INDONESIA · riannya. Di dalamnya terdapat unsur-unsur pelestarian sehingga dalam pelaksanaannya diperlukan suatu sistem pengelolaan yang tepat dan baik.

173

Profil Mamalia Kecil Gunung Slamet Jawa Tengah

(07o18'39,2"LS; 109o12'59,4"BT-07o18'35,2"LS; 109o13'00,4"BT) 700-800m dpl.(07o18 '31,6"LS;109 o12 '59,6"BT-07o18'29,1"LS; 109o12'57,4"BT) 800-900m dpl.(07o13 '37,3"LS;109 o14 '50,7"BT-07o13'41,4"LS; 109o14'50,4"BT) 1.800-1.900 m dpl.(07o16 '00,3"LS;109 o09 '32,4"BT-07o16'02,9"LS; 109o09'20,1"BT) 1.900-2.000 m dpl.(07o16 '03,2"LS;109 o09 '05,7"BT-07o16'06,2"LS; 109o09'31,4"BT) 1.900-2.000 m dpl.3. Kebun penduduk(07o18 '45,4"LS;109 o12 '40,0"BT-07o18'49,9"LS; 109o12'39,1"BT) 600-700m dpl.(07o18 '50,5"LS;109 o12 '44,4"BT-07o18'54,8"LS; 109o12'44,8"BT) 600-700m dpl.(07o13 '31,5"LS;109 o16 '00,4"BT-07o13'31,5"LS; 109o15'53,9"BT) 1.400-1.500 m dpl.(07o13 '32,4"LS;109 o15 '50,1"BT-07o13'28,1"LS; 109o15'39,7"BT) 1.400-1.500 m dpl.(07o15 '58,7"LS;109 o09 '36,7"BT-07o15'56,3"LS; 109o09'44,6"BT) 1.900-2.000 m dpl.

Metoda survai yang digunakan dalamkegiatan ini meliputi kombinasipenangkapan dan pengamatan langsung(Jones et. al. 1996, Suyanto 2004)sebagai berikut:

Perangkap kawat digunakan untukmengoleksi tikus dan hewan mamaliadarat kecil lainnya. Satu seri garis lurusperangkap yang terdiri dari 70 buahperangkap kawat berukuran 25 x 10 x

10 Cm dipasang pada setiap habitatdengan jarak masing-masing sekitar 10meter. Dengan demikian satu seriperangkap panjangnya ± 700 meter.Umpan yang digunakan adalah ikan asin,kelapa bakar dan campuran pido denganpetis terasi. Perangkap tikus diletakkanpada tempat-tempat yang diperkirakanmerupakan sarang tikus atau jalurjelajahnya seperti rongga-rongga bawahpohon, lubang-lubang besar dan tempat-tempat lewat tikus.

Untuk mengoleksi berbagai spesiescecurut digunakan jebakan sumuran (pitfall trap). Satu seri jebakan sumuranyang terdiri dari 10 buah ember yangditanam sejajar dengan permukaan tanahdan diberi pagar plastik setinggi 40-50 cmdengan panjang 20 m dipasang padasetiap habitat. Jebakan sumurandipasang pada tempat-tempat yangmempunyai serasah tebal atau pada tepianbatang kayu yang roboh.

Untuk menangkap kelelawar danmamalia kecil arboreal digunakan empatjaring kabut ukuran 12 x 2,6 meter.Pemasangan jaring kabut dilakukan padatempat-tempat yang diperkirakanmerupakan jalur terbang kelelawar sepertilorong di dalam hutan dan sekitar sungai.Untuk penangkapan di dalam gua dancelah bebatuan, selain jaring juga dibantudengan nenggunakan jaring tangan (handnet

Penjelajahan lapangan dilakukanpada tempat-tempat yang diperkirakanmenjadi daerah jelajah hewan mamaliakecil. Hal ini dilakukan untuk pendataanspesies mamalia kecil yang dapatdijumpai secara langsung.

Page 10: ISSN 0854-4425 JURNAL BIOLOGI INDONESIA · riannya. Di dalamnya terdapat unsur-unsur pelestarian sehingga dalam pelaksanaannya diperlukan suatu sistem pengelolaan yang tepat dan baik.

174

Maharadatunkamsi

Penghitungan indeks keragaman spesiesdilakukan dengan menggunakan IndeksShannon-Wienner, sedangkan derajatkesamaan dihitung dengan menggunakanindeks Jaccard (Ludwig & Reynold1988, Krebs 1989). Indeks kelimpahansetiap spesies pada habitat yang diamatidihitung untuk mengetahui nilaipentingnya (Krebs 1989). Pengelompok-kan habitat digambarkan dengan analisiskluster dengan menggunakan metodaunweighted pair-group method usingarithmetic averages (UPGMA, Sneath& Sokal 1973) dengan menggunakanmatrik jarak ketidaksamaan Euclidean(Tabachnick & Fidell 2001). Seluruhanalisis dilakukan dengan menggunakanprogram Ecological Methodology versi5.2 dan NTSYSpc Versi 2.10.

HASIL

Informasi keragaman mamalia kecildi kawasan Gunung Slamet belumpernah diungkapkan secara kom-prehensif. Survei ini berhasil mendoku-mentasikan spesies-spesies hewanmamalia kecil di kawasan ini yangjumlahnya 31 spesies di mana detailnyadisajikan dalam Tabel 1. Spesieskarnivora yang tercatat berjumlah 5,chiroptera 12, rodensia 10, scandentia 1dan soricomorpha 3 spesies. Dari 31spesies mamalia kecil yang terdapat diGunung Slamet, 3 spesies di antaranyadilindungi, 4 spesies endemik Jawa, 2spesies masuk dalam daftar kategoriCITES Appendix 2 dan 1 spesiestermasuk dalam daftar IUCN Red DataBook sebagai hampir terancam (NT:

Near Threatened) (Suyanto et. al. 2002,IUCN 2011, CITES, 2011).

Indeks keanekaragaman spesiesShannon-Wiener secara keseluruhanyang merupakan gabungan dari habitatyang diamati menunjukkan angka yangsangat tinggi yaitu 4,4. Sedangkan indekskeragaman spesies Shannon-Wiennermamalia kecil di masing-masing plotadalah sebagai berikut: hutan primer (3,6),hutan sekunder (3,8) dan kebun (3,4).Tingginya angka keanekaragamanspesies dan terdapatnya mamalia kecillindungan, endemik dan mempunyaistatus konservasi internasional CITESdan IUCN, menunjukkan bahwakawasan hutan Gunung Slametmerupakan habitat penting bagi hewanmamalia kecil.

Tingkat kesamaan antar habitatmamalia kecil di Gunung Slamet dihitungmenggunakan indeks Jaccard. NilaiJaccard indeks antar pasangan habitatyang diamati menunjukkan nilai antara0,17 sampai 0,52 (Tabel 2). Pengelom-pokkan sebaran mamalia kecilberdasarkan hasil analisis kluster denganmenggunakan matriks jarak ketidaksa-maan Euclidean menunjukkan adanyapengelompokkan antara hutan primerdengan hutan sekunder, sedangkanhabitat kebun terpisah dan membentukkelompok tersendiri (Gambar 1).

PEMBAHASAN

Indeks keragaman Shannon-Wienerdibagi dalam 5 kategori yaitu: <1 sangatrendah, 1-2 rendah, 2-3 sedang, 3-4 tinggidan >4 sangat tinggi (Odum 1994).Sedangkan Soerianegara (1996)

Page 11: ISSN 0854-4425 JURNAL BIOLOGI INDONESIA · riannya. Di dalamnya terdapat unsur-unsur pelestarian sehingga dalam pelaksanaannya diperlukan suatu sistem pengelolaan yang tepat dan baik.

175

Profil Mamalia Kecil Gunung Slamet Jawa Tengah

Tabel 1. Daftar spesies hewan mamalia kecil yang berhasil didokumentasikan di GunungSlamet.

J e n i s*)Hutan Primer

Hutan Sekunder Kebun Total Status

KarnivoraHerpestes javanicusMelogale orientalis 5 5 EMydaus javanensis 3 1 4 PParadoxurus 2 2Prionailurus bengalensis 1 1 P 2Mega ChiropteraAethalops alectoChironax melanocephalus 18 9 27Cynopterus brachyotis 6 6Cynopterus horsfieldii 3 2 5Cynopterus sphinx 1 2 3Cynopterus titthaecheilus 2 1 2 5Macroglossus sobrinus 3 11 14 28Micro ChiriopteraArielulus circumdatusHipposideros ater 12 12Miniopterus pusillus 2 2Minioptrerus schreibersi 1 15 16Myotis muricola 6 6RodensiaLeopoldamys sabanusMaxomys bartelsii 5 10 15 ENiviventer cremoriventer 1 1Niviventer fulvescens 3 11 14Niviventer lepturus 3 1 4 ERattus exulans 8 8 16Rattus tanezumi 2 4 10 16Ratufa bicolor 1 1 2 P 2 NTCallosciurus nigrovittatus 1 1Callosciurus notatus 4 4ScandentiaTupaia javanicaSoricomorphaCrocidura brunneaCrocidura monticola 1 2 3Crocidura orientalis 6 4 10Jumlah individu (ekor) 69 99 86 249Jumlah spesies 17 21 14 31Indeks Shannon Wiener 3.6 3.8 3.4 4.4

2 2

6 10 16

1 1 E

13 13

1 1 2

9 3 7

Catatan*) Penamaan dan sistematika mengikuti Suyanto et al. (2002); Wilson dan Reeder (2005).Status: E: Endemik Jawa, P: dilindungi, NT: Near threatened IUCN, 2: CITES Appendix 2.

Page 12: ISSN 0854-4425 JURNAL BIOLOGI INDONESIA · riannya. Di dalamnya terdapat unsur-unsur pelestarian sehingga dalam pelaksanaannya diperlukan suatu sistem pengelolaan yang tepat dan baik.

176

Maharadatunkamsi

mengatakan bahwa indeks keragamandikatakan tinggi jika nilainya lebih dari 3,5.Adapun nilai maksimum Indeks Shannon-Wienner. (Ludwig & Reynold 1988)

Nilai keseluruhan Indeks Shannon-Wiener di kawasan Gunung Slamet yangmerupakan gabungan dari hutan primer,hutan sekunder dan kawasan perkebunanmenunjukkan nilai sebesar 4,4.Keragaman spesies hewan mamalia dikawasan ini secara keseluruhan sangattinggi yaitu 31 spesies dengan totalindividu yang tercatat sebanyak 249 ekor.Penelitian mamalia kecil di beberapakawasan hutan menunjukkan indekskeragaman yang lebih rendah. Penelitianmamalia kecil di kawasan TamanNasional Gunung Ciremai, Jawa Baratmencatat 22 spesies hewan mamalia kecildengan indeks Shannon-Wiener sebesar3,7 (Maharadatunkamsi & Maryati 2007).Indeks Shannon-Wiener untuk mamaliakecil di kawasan Resort Kawah Ratu,Taman Nasional Gunung Halimun, JawaBarat adalah sebesar 2,8 dengan jumlah

spesies sebanyak 14 (Maharadatunkamsi2011). Di Sulawesi, Maharadatunkamsi(2006) mencatat mamalia kecil di TamanNasional Bogani Nani Wartabonesebanyak 12 spesies menghasilkan indeksShannon-Wiener sebesar 3,2.Sedangkan kajian keragaman hewanmamalia kecil di kawasan TapanuliSelatan mendokumentasikan 42 spesieshewan mamalia kecil dengan indeksShannon-Wiener sebesar 3,2 (PT.Hatfield 2005).

Untuk mengamati lebih jauh lagitentang keanekaragaman mamalia kecildi Gunung Slamet, maka dilakukanpenghitungan indeks keragaman spesiesShannon-Wienner pada setiap habitatyang diamati (Tabel 1). Berdasarkanindeks keragaman spesies Shannon-Wiener, maka areal hutan sekundermemiliki nilai keragaman tertinggi 3,8 (21spesies, 99 ekor), diikuti oleh hutan primer3,6 (17 spesies, 69 ekor) dan kawasankebun 3,4 (14 spesies, 86 ekor). Jikadibandingkan dengan habitat hutan

Tabel 2. Indeks kesamaan Jaccard mamalia kecil antar habitat di kawasan Gunung Slamet.

Gambar 1. Dendrogram pengelompokan habitat sebaran mamalia kecil berdasarkan jarakketidaksamaan Euclidean.

Habitat Hutan primer Hutan sekunder Kebun Hutan primer 1,00 --- --- Hutan sekunder 0,52 1,00 --- Kebun 0,24 0,17 1,00

Page 13: ISSN 0854-4425 JURNAL BIOLOGI INDONESIA · riannya. Di dalamnya terdapat unsur-unsur pelestarian sehingga dalam pelaksanaannya diperlukan suatu sistem pengelolaan yang tepat dan baik.

177

Profil Mamalia Kecil Gunung Slamet Jawa Tengah

sekunder. Vegetasi hutan sekunder yangtidak homogen memungkinkantumbuhnya spesies tumbuhan bawahseperti rerumputan dan semak. Selainitu, hutan sekunder Gunung Slametmempunyai tutupan bawah tidak terlalurapat dengan tajuk sedang di atasnya.Dengan demikian komponen penyusunhabitatnya masih cukup lengkap. Kondisiseperti ini merupakan tempat yang disukaioleh tikus dan cucurut.

Berbagai spesies hewan mamaliakecil merupakan sumber makanan bagihewan karnivora seperti garangan(Herpestes javanicus), biul (Melogaleorientalis), sigung (Mydaus javanen-sis) dan kucing kuwuk (Prionailurusbengalensis) (Wood & Liau 1984,Kitchener et. al. 1990, Suyanto et. al.1997). Sejalan dengan banyaknya tikusdan cucurut di hutan sekunder, maka halini mengundang berbagai spesieskarnivora untuk berburu mangsanya.Dari ketiga habitat yang diamati diGunung Slamet, pada hutan sekunderditemukan hewan karnivora denganjumlah dan spesies terbanyak (4 spesies,5 ekor) dibanding dengan hutan primer(2 spesies, 4 ekor) dan kebun (1 spesies,5 ekor).

Sampai pada batas tertentu, padahabitat yang terganggu kepadatanhewan mamalia akan meningkat karenahewan akan mengambil manfaat dariselain adanya hutan, juga buah-buahandan hasil pertanian sebagai sumberpakannya (Kitchener et. al. 1987 & 1990,Maharadatunkamsi 2006). Hasilpenelitian ini menunjukkan bahwa adakecenderungan meningkatnyakeragaman spesies mamalia kecil sejalan

primer (17 spesies) sebagai indikatorfaktor pembanding utama (Alikodra 1990& Bernard 2004), maka terdapatpeningkatan kekayaan spesies di habitathutan sekunder sebesar 23,5% menjadi21 spesies. Sebaliknya, habitat yangmempunyai kekayaan spesies terendahadalah habitat kebun (14 spesies) dengannilai penurunan sebesar 17,6% terhadaphutan primer. Hal ini mengindikasikanbahwa hutan sekunder dapatmemberikan alternatif utama bagikehidupan hewan mamalia kecil diGunung Slamet. Hal yang sama jugaditemukan di beberapa kawasan lainseperti di Pulau Lombok (Kitchener et.al. 1991), Resort Kawah Ratu, TamanNasional Gunung Halimun Salak(Maharadatunkamsi 2011) dan PulauGag, Papua (Maryanto & Kitchener1999). Data spesies-spesies mamaliakecil yang ditemukan di lokasi dengan tipehabitat yang berbeda memperlihatkanperbedaan degradasi spesies dan jumlahindividu.

Keberadaan tikus (Rodensia:Muridae) dan cucurut (Soricomorpha:Sciuridae) di kawasan Gunung Slametterbanyak ada di hutan sekunder.Tercatat sebanyak 7 spesies (48 ekor)tikus dan 3 spesies (16 ekor) cucuruthidup dalam habitat ini. Tikus spesiesLeopoldamys sabanus, Niviventerfulvescens dan Maxomys bartelsiiditemukan dalam jumlah yang banyak dihutan sekunder yang merupakan lokasiyang lebih terbuka dibanding hutanprimer. Hal yang sama juga dijumpaipada cucurut (Soricidae) di manaCrocidura brunnea merupakan spesiesyang terbanyak dijumpai di hutan

Page 14: ISSN 0854-4425 JURNAL BIOLOGI INDONESIA · riannya. Di dalamnya terdapat unsur-unsur pelestarian sehingga dalam pelaksanaannya diperlukan suatu sistem pengelolaan yang tepat dan baik.

178

Maharadatunkamsi

dengan semakin tingginya gangguanmanusia terhadap habitat hutan sekunderGunung Slamet, di mana pada habitat inidikelilingi oleh tanah pertanian danperkebunan. Kondisi seperti inimendukung kehidupan spesies mamaliakecil yang menghuni struktur yangdibangun manusia namun juga hidup dihutan sekunder Gunung Slamet sepertikelelawar M. sobrinus, tikus (Rattusexulans dan R. tanezumi) dan bajingkelapa Callosciurus notatus (LihatTabel 1). Hal ini menunjukkan bahwaberbagai spesies kelelawar, khususnyakelelawar pemakan buah dan beberapaspesies rodensia dapat sekaligusmemanfaatkan keberadaan hutansekunder dan lahan pertanian disekitarnya sebagai daya dukung untukmelangsungkan hidupnya.

Kawasan hutan primer merupakantempat kedua tertinggi dalamkeanekaragaman mamalia di GunungSlamet. Berbeda dengan kondisi tikusdan cucurut di hutan sekunder, kelelawarpemakan buah (Mega Chiroptera) palingbanyak ditemukan di kawasan hutanprimer yaitu 6 spesies (36 ekor). Dalampenelitian ini, spesies kelelawar denganindividu terbanyak di hutan primerGunung Slamet adalah Chironaxmelanocephalus (18 ekor) danAethalops alecto (9 ekor). Kondisihutan primer dengan penutupan tajuklebat merupakan tempat yang lebihdisukai kelelawar sebagai tempathidupnya untuk mencari makan,berkembang biak dan berlindung daripredator. C. melanocephalus dan A.alecto juga ditemukan di hutan sekundernamun dengan jumlah yang jauh lebih

sedikit. Kedua spesies kelelawar ini hidupdi hutan primer dan hutan sekunder padaketinggian 600-1.800 m dpl, tetapi C.melanocephalus kadang dijumpai padaketinggian 300 m dpl. Hidup dalam kolonikecil 2-8 ekor, bersarang pada pohonpaku-pakuan dan gua yang dangkal(Lekagul & McNelly 1997, Suyanto et.al. 1997, Maharadatunkamsi 2006).Kelelawar ini terbang mencari pakan dilapisan bawah hutan. Pakan utamanyadiduga buah-buahan lunak dari tumbuhanhutan seperti buah ficus dan buah karet.Nektar juga merupakan salah satu pakanpentingnya (Payne et. al . 1985,Kitchener et. al. 1993).

Keberadaan kelelawar C.melanocephalus dan A. alecto menun-jukkan bahwa hutan primer di kawasanGunung Slamet relatif masih utuh, namunsudah mulai terganggu. Indikatorkerusakan habitat dapat ditunjukkandengan meningkatnya populasi mamaliakecil yang komensal/semi komensal. Halini ditunjukkan dengan adanya kelelawarCynopterus horsfieldii, C. sphinx, C.titthaecheilus dan Macroglossussobrinus serta tikus rumah Rattustanezumi. Keempat spesies kelelawarini dan tikus rumah merupakan salah satuindikator kerusakan lingkungan yangmerupakan isyarat adanya ancaman bagikeutuhan habitat untuk kelestarian faunadi kawasan hutan Gunung Slamet.Cynopterus spp. dan M. sobrinusbiasanya hidup mulai dari dataran rendahsampai pegunungan (1.500 m dpl) padaberbagai habitat terganggu sepertiperkebunan, hutan sekunder dan hutanterganggu. Disamping itu dikhawatirkankeberadaan R. tanezumi akan mendesak

Page 15: ISSN 0854-4425 JURNAL BIOLOGI INDONESIA · riannya. Di dalamnya terdapat unsur-unsur pelestarian sehingga dalam pelaksanaannya diperlukan suatu sistem pengelolaan yang tepat dan baik.

179

Profil Mamalia Kecil Gunung Slamet Jawa Tengah

spesies tikus hutan, termasuk yang khasdan endemik Jawa seperti tikusMaxomys bartelsii dan Niviventerlepturus. Tikus rumah (R. tanezumi)dan tikus polinesia (R. exulans) hiduppada ketinggian 0 sampai 2.000 m di ataspermukaan laut, sifatnya komensal danmempunyai daya merusak tinggi. Lebihsering dijumpai di lingkungan pemukiman,juga menyukai daerah perkebunan danpersawahan namun tidak menetap didaerah persawahan (Kitchener et. al.1990 & Suyanto, 2006). Keberadaankedua spesies tikus ini di hutan GunungSlamet mengikuti aktivitas manusiaseperti pembukaan hutan untuk tanamanindustri, kebun sayur dan pendakian.

Habitat terganggu mempunyai dayadukung yang rendah bagi kehidupanhewan. Plot kebun di sekitar GunungSlamet merupakan kawasan yangmengalami gangguan tinggi. Hal initerlihat dari rendahnya keragamanmamalia kecil dalam kawasan terganggu.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwakawasan kebun di sekitar Gunung Slametmempunyai indeks keragaman spesiesShannon-Wienner terendah (3,4) dengan14 spesies hewan mamalia kecil yangterdiri dari 86 ekor (Tabel 1). Hutanadalah suatu kesatuan ekosistem berupahamparan lahan berisi sumber daya alamhayati yang didominasi pepohonan dalamkeseimbangan alam lingkungannya yangsatu dengan yang lainnya tidak dapatdipisahkan. Pembukaan kawasan hutanakan berpengaruh negatip terhadapkondisi vegetasi yang akan menyebabkanberkurangnya habitat fauna danmenurunnya daya dukung bagikehidupan fauna di dalamnya. Hal ini

berarti hilangnya tempat bagi hewanmamalia kecil untuk melakukan aktivitashidupnya seperti mencari pakan,berkembang biak dan berlindung dariancaman predator (Ginsberg & Clode1994, Maharadatunkamsi & Maryati2007, Fukuda et. al. 2009).

Pada habitat kebun di dominasi olehspesies mamalia komensal yangmelakukan aktivitas hidupnya mengikutikegiatan manusia seperti kelelawarpemakan buah (M. sobrinus dan C.brachyotis), kelelawar pemakanserangga (Hipposideros ater danMyotis muricola) dan tikus (R. tanezumidan R. exulans). Spesies kelelawarpemakan buah dan tikus inimengandalkan pada ketersediaan buah-buahan di kebun dan mengambil manfaatdari adanya usaha pertanian dan kebundi sekitarnya. Kelelawar Myotismuricola menggunakan gulungan pohondaun pisang yang banyak ditanam dalamkebun sebagai sarangnya. Beberapaspesies kelelawar pemakan serangga(Miniopterus schreibersi dan H. ater)memanfaatkan terowongan air dan gua-gua yang terdapat di sekitar pemukimanuntuk tempat bertenggernya. Spesieskelelawar pemakan serangga ini terbangmencari pakannya berupa serangga disekitar kebun, lahan pertanian,pemukiman dan lampu penerangan jalan(Lekagul & McNelly 1997, Churchill1998, Maharadatunkamsi 2011).

Derajat kesamaan antara ketigahabitat di kawasan Gunung Slamet inidihitung dengan menggunakan indeksJaccard (Ludwig & Reynold 1988,Krebs 1989). Adapun hutan primer danhutan sekunder menunjukkan tingkat

Page 16: ISSN 0854-4425 JURNAL BIOLOGI INDONESIA · riannya. Di dalamnya terdapat unsur-unsur pelestarian sehingga dalam pelaksanaannya diperlukan suatu sistem pengelolaan yang tepat dan baik.

180

Maharadatunkamsi

kesamaan yang tinggi dengan nilai indeksJaccard sebesar 0,52 (Tabel 2). Hal inimenujukkan bahwa berdasarkan sebaranhewan mamalia kecil, maka kedua tempatini mempunyai nilai kesamaan sebesar52%. Derajat kesamaaan yang lebihrendah (0,24) dijumpai pada hutan primerdengan kebun, sedangkan hutan sekunderdengan kebun menunjukkan tingkatkesamaan terendah dengan nilai indeksJaccard sebesar 0,17 (17%). Namundemikian ketika kelompok hutan primerdan hutan sekunder digabung sebagaihabitat hutan kemudian dibandingkandengan kebun menunjukkan tingkatkesamaan indeks Jaccard sebesar 0,28(28%). Derajat kesamaaan yang rendahantara habitat hutan, baik primer maupunsekunder, dengan kebun menunjukkanperbedaan dalam komunitas mamaliayang tersusun dari spesies yang berbeda.Korelasi antar habitat digambarkanmelalui analisis kluster yang dibuatberdasarkan matriks jarak ketidaksa-maan Euclidean dengan menggunakanmetoda UPGMA. Gambar 1 menunjuk-kan adanya pola sebaran mamalia kecilberdasarkan kondisi habitatnya. Habitathutan primer dan hutan sekudermembentuk kelompok sendiri padatingkat ketidaksamaan yang rendahsekitar 15%, sedangkan kebun terpisahdari kelompok hutan dengan nilaiketidaksamaan sekitar 97%. Konsistensipengelompokkan habitat hutan primerdengan hutan sekunder, dan pemisahankebun menjadi kelompok tersendiri jugaditunjukkan dengan indeks kesamaanJaccard. Tingkat kesamaan Jaccardantara hutan primer dengan sekundermenujukkan nilai yang tinggi yaitu 0,52

dan rendahnya nilai kesamaan Jaccardantara kelompok hutan dengan kebun(0,28). Korelasi antara habitat hutanyang terdiri dari hutan primer dan hutansekunder membentuk kelompok tersendirisebagai habitat yang relatif masih utuhdi mana di dalamnya hidup berbagaispesies mamalia kecil penghuni hutan.Sedangkan habitat kebun menunjukkanadanya tekanan terhadap kondisi ekologissetempat yang ditandai dengan melim-pahnya spesies-spesies mamaliakomensal.

Habitat hutan membentuk kelompoktersendiri di mana di dalamnya hidupmamalia kecil yang pada umumnyamerupakan spesies yang hanya hidup dihutan dan tidak ditemukan pada habitatkebun (Tabel 1). Empat spesieskarnivora kecil ditemukan hidup di hutanprimer dan/atau sekunder (Herpestesjavanicus, Mydaus javanensis, Para-doxurus hermaphroditus dan Prionali-lurus bengalensis), sedangkan di habitatkebun hanya ditemukan satu spesieskarnivora yaitu Melogale orientalis.Fenomena yang sama juga ditemukandalam kelompok kelelawar dan tikus.Dua spesies kelelawar pemakan buah(Aethalops alecto dan Chironaxmelanocephalus) merupakan spesiesyang dominan di habitat hutan primer dansekunder, sebaliknya kedua spesies initidak ditemukan dalam kebun. Limaspesies tikus (Leopoldamys sabanus,Maxomys bartelsii, Niviventer cremo-riventer, Niviventer fulvescens danNiviventer lepturus) dan dua spesiesbajing (Callosciuruis nigrovittatus danC. notatus) hanya ditemukan di dalamhabitat hutan. Sedangkan untuk cucurut,

Page 17: ISSN 0854-4425 JURNAL BIOLOGI INDONESIA · riannya. Di dalamnya terdapat unsur-unsur pelestarian sehingga dalam pelaksanaannya diperlukan suatu sistem pengelolaan yang tepat dan baik.

181

Profil Mamalia Kecil Gunung Slamet Jawa Tengah

hanya ditemukan pada habitat hutanprimer dan sekunder. Sebaliknya,komunitas mamalia kecil pada habitatkebun di dominasi oleh spesies komensal(Tabel 1). Kelelawar pemakan buah(Cynopterus spp.) merupakan spesiesyang paling banyak ditemukan di kebun.Hal yang sama terlihat pada tikus Rattustanezumi dan R. exulans di manakeduanya merupakan spesies yang hidupmengikuti aktivitas manusia. Dilihat darinilai kelimpahan relatif, kelelawarChironax melanocephalus danAethalops alecto merupakan spesiesyang dominan di hutan primer GunungSlamet masing-masing dengan nilaikelimpahan relatif sebesar 0,26 dan 0,13.Pada habitat hutan sekunder, kelimpahanrelatif tertinggi terdapat pada tikusLeopoldamys sabanus (0,13) danNiviventer fulvescens (0,11), dankelelawar Macroglossus sobrinus(0,11). Sedangkan pada habitat kebun,kelelawar Miniopterus schreibersi danM. sobrinus merupakan spesies dengankelimpahan relatif tertinggi yaitu 0,17 dan0,16. Kesemuanya ini menunjukkanbahwa hutan dan kebun di kawasanGunung Slamet masing-masingmempunyai susunan komunitas dankeanekaragaman mamalia kecil yangberbeda. Hal ini disebabkan karenavariasi-variasi lingkungan antara keduatempat ini dapat mempengaruhi polasebaran dan keanekaragaman spesieshewan (Gaston 2000).

Hutan Gunung Slamet baik primermaupun sekunder merupakan habitatyang baik untuk kehidupan mamalia kecil.Di dalamnya hidup beberapa spesiestikus penghuni hutan dataran tinggi seperti

Maxomys bartelsii, Niviventer lepturusdan Leopoldamys sabanus. Spesies-spesies ini hanya hidup di hutan dan tidakdijumpai di habitat lainnya, bahkan M.bartelsii dan N. lepturus hanya dijumpaidi Pulau Jawa. Spesies-spesies mamaliakecil ini merupakan hewan penghunihutan primer dan sekunder dataran tinggi(Kitchener et. al. 1993 dan Nowak 1999).Hutan Gunung Slamet dihuni olehberbagai mamalia kecil yang mempunyaisebaran terbatas namun menunjukkankepadatan populasi dan jumlah spesiesmamalia kecil yang cukup baik. Hal inimerupakan indikasi tingkat keragamanyang tinggi dan di dalamnya terjadiinteraksi yang seimbang antara mamaliakecil dengan komponen lainnya sebagaisatu kesatuan ekosistem. Namundemikian yang perlu mendapat perhatianbahwa beberapa mamalia kecil penghunihutan Gunung Slamet merupakan spesiesyang rentan terhadap kerusakan habitat.Selain itu peran alamiahnya sebagaipemencar biji, penyerbuk bunga danmangsa bagi karnivora kecil dan burungpemangsa turut membantu keseimbanganekologis dalam kawasan ini. Oleh karenaitu kawasan hutan Gunung Slametmerupakan bagian penting untukkonservasi sehingga perlu dijagakelestariannya sebagai tempat hidupnyaberbagai sumber daya hayati.

Secara umum hasil penelitian inimenunjukkan bahwa hutan primermerupakan habitat penting bagi hewanyang langka dan dilindungi, rentan atauterancam kepunahan, yang menjadikanhutan ini menjadi penting secara ekologi.Namun demikian, keanekaragamanmamalia kecil di hutan primer bisa lebih

Page 18: ISSN 0854-4425 JURNAL BIOLOGI INDONESIA · riannya. Di dalamnya terdapat unsur-unsur pelestarian sehingga dalam pelaksanaannya diperlukan suatu sistem pengelolaan yang tepat dan baik.

182

Maharadatunkamsi

tinggi atau lebih rendah jika dibandingkandengan hutan sekunder, bergantung padaberbagai kondisi lokal, variabel lingkungansetempat, atau pun letak geografisnya.Hutan sekunder Gunung Slametmempunyai tingkat keanekaragamantertinggi. Spesies mamalia kecil yanghidup di hutan sekunder memanfaatkanvegetasi hutan sekunder dan kawasankebun di dekatnya untuk mencari pakan.Mereka dengan mudah dapat bergerakmondar mandir dari hutan sekunder kekawasan kebun. Kondisi seperti inimerupakan daya dukung yang baiksehingga keberadaan mamalia kecil dihutan sekunder merupakan yang tertinggidi kawasan Gunung Slamet. Namundemikian biasanya keanekaragamanmamalia akan semakin menurun sejalandengan semakin rusaknya habitat sepertipada perkebunan dan pemukiman.Rendahnya tingkat keragaman spesiespada habitat kebun mencerminkantingginya tekanan ekologis akibatmeningkatnya intensitas penggunaanlahan. Tekanan ekologis akibatmenurunnya kualitas habitat akan lebihterasa pada hewan yang mempunyaidaerah sebaran terbatas, mempunyaistatus konservasi, endemik dan/atauhanya hidup di habitat yang spesifikseperti hutan pegunungan (Maharadatun-kamsi 2001, Maharadatunkamsi et. al.2003, Ruedi 1995 dan Kitchener et. al.1993). Oleh karena itu diperlukan upayalebih lanjut, komprehensif dan terusmenerus untuk menjaga kelestarian hutanGunung Slamet dan keanekaragamanhayatinya untuk menjamin fungsi

ekologisnya sebagai penunjang kehidupanmasyarakat di sekitarnya.

KESIMPULAN

1. Survei ini mendokumentasikan 5spesies karnivora, 12 spesies kelelawar,10 spesies rodensia, 3 spesies cecurutdan 1 spesies insektivora hidup dikawasan Gunung Slamet.

2. Adanya spesies lindungan,endemik dan mempunyai statuskonservasi internasional merupakanindikasi kawasan hutan Gunung Slametadalah habitat penting untuk hewanmamalia kecil.

3. Keberadaan hewan mamaliakecil komensal seperti kelelawar(Cynopterus spp dan Macroglossussobrinus) dan tikus (R. tanezumi dan R.exulans) merupakan isyarat adanyagangguan terhadap keutuhan kawasanhutan Gunung Slamet.

4. Perlu diadakan monitoring untukmengetahui kondisi sumberdaya hayatiGunung Slamet yang hasilnya dapatdipakai sebagai salah satu indikatorkualitas ekosistem di dalamnya.

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam kesempatan ini penulismenyampaikan terima kasih kepadaKepala Puslit Biologi-LIPI, KepalaBidang Zoologi dan KSK BioregionalDAS yang telah memberikan dukungandan kepercayaan untuk pelaksanaantugas ini. Penelitian di Kaliwadas dibiayaioleh Dana Insentif Peneliti danPerekayasa Tahun 2009. Kami

Page 19: ISSN 0854-4425 JURNAL BIOLOGI INDONESIA · riannya. Di dalamnya terdapat unsur-unsur pelestarian sehingga dalam pelaksanaannya diperlukan suatu sistem pengelolaan yang tepat dan baik.

183

Profil Mamalia Kecil Gunung Slamet Jawa Tengah

menyampaikan terima kasih kepadaKepala Perum Perhutani BanyumasTimur yang memberikan ijin untukmelakukan penelitian di kawasanKalipagu, Jalur Pendakian Bambangan,dan Kaliwadas. Sdr. Nanang, T. BagusPrakarsa, Sutar, Timan Harno, Anwardan Sukamto membantu untukkelancaran pekerjaan di lapangan.

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra, HS. 1990. Pengelolaan SatwaLiar Jilid I. Pusat Antar Univer-sitas, Institut Pertanian Bogor,Bogor.

Bernard, H. 2004. Effects of selectivelogging on the microhabitat-usepattrens of non-volant mammals inBornean tropical lowland mixed-dipterocarp forest. Nature & Hu-man Activities 8: 1-11.

Churchill, S. 1998. Australian Bats. NewHolland Publishers (Australia) PtyLtd, Frenchs Forest.

CITES. 2011. The CITES species data-base. http://www.cites.org/eng/app/appendices.shtml. Down-loaded on 8 January 2011.

Corbet, GB. dan JE. Hill. 1992. TheMammals of the Indomalayan Re-gion: A Systematic Review. Natu-ral History Museum Publ., OxfordUniversity Press.

Fukuda, D., OB. Tisen, K. Momose &S. Sakai. 2009. Bat diversity in thevegetation mosaic around a low-land dipterocarp forest of Borneo.Raffles Bull. Zool. 57(1):213-221.

Gaston, KJ. 2000. Global patterns inbiodiversity. Nature 405:220-227.

Ginsberg, JR. & D. Clode. 1994. Hunt-ing. Dalam: Halliday, T. & A.Pressley. (eds). Animal Behavior.pp 43-57. The University ofOklahama press, Norman.

IUCN 2011. IUCN Red List of Threat-ened Species. Version 2010.4.<www.iucnredlist. org>. Down-loaded on 10 January 2011.

Jones, C., WJ. McShea, MJ. Conroy &TH. Kunz. 1996. Capturing mam-mals. In: Wilson, DE., FR. Cole, JD.Nichols, R. Rudran & MS. Foster.(eds). Measuring and Monitor-ing Biological Diversity. Stan-dard Methods for Mammals.Smithsonian Institution Press,Washington and London. pp 115-155.

Kitchener DJ., Boeadi, L. Charlton &Maharadatunkamsi. 1990. Wildmammals of Lombok Island, NusaTenggara, Indonesia: Systematicsand Natural History. Rec Wes AustMus Suppl No. 33: 1 - 129.

Kitchener, DJ., S. Hisheh, LH. Schmittand I. Maryanto. 1993. Morpho-logical and genetic variation inAethalops alecto (Chiroptera,Pteropodidae) from Java, Bali andLombok Is, Indonesia. Mammalia57:255-272.

Kitchener, DJ., Y. Wang, AJ. Bradley,RA. How & J. Dell. 1987. Smallmammals and habitat disturbancenear Kunming, South West China.Indo-Malayan Zool. 4: 161-186.

Krebs CJ. 1989. Ecological Methodol-ogy. Harper & Row Publishers,New York.

Lekagul, B. & JA. McNelly. 1997. Mam-

Page 20: ISSN 0854-4425 JURNAL BIOLOGI INDONESIA · riannya. Di dalamnya terdapat unsur-unsur pelestarian sehingga dalam pelaksanaannya diperlukan suatu sistem pengelolaan yang tepat dan baik.

184

Maharadatunkamsi

mals of Thailand. The associationfor the Conservation of Wildlife,Bangkok.

Ludwig AL, JF. Reynolds. (1988). Sta-tistical Ecology. John Wiley andSons, Inc, New York, Chichester,Brisbane, Toronto, Singapore.

Maharadatunkamsi. 2001. Relationshipbetween altitudinal changes anddistribution of rats: a preliminarystudy from Gunung Botol, GunungHalimun National Park. BeritaBiologi 5(6): 697-701.

Maharadatunkamsi, S. Hisheh, DJ.Kitchener & LH. Schmitt. 2003.Relationship between morphology,genetics and geography in the CaveFruit Bat Eonyctyeris spelaea(Dobson, 1871) from Indonesia. J.Linn. Soc. 78(4): 511 - 522.

Maharadatunkamsi. 2006. Biodiversity inSulawesi: Small Mammals ofToraut, Bogani Nani WartaboneNational Park. Biota 11: 1-7.

Maharadatunkamsi & Maryati. 2007.Komunitas hewan mamalia kecil dilereng barat dan lereng timurTaman Nasional Gunung Ciremai.J. Biol Indonesia 4(2): 75-86.

Maharadatunkamsi. 2011. Biodiversity ofSmall Mammals in Kawah RatuResort, Mount Salak, West Jawa,Indonesia. Biodiversitas inpress.

Maryanto, I & DJ. Kitchener. 1999.Mammals of Gag Island Papua,Indonesia. Treubia 31 (3): 177-218.

Nekaris, A. & M. Shekelle. 2008.Nycticebus javanicus. In: IUCN2010. IUCN Red List of Threat-ened Species. Version 2010.4.<www.iucnredlist.org>. Down-

loaded on 09 January 2011.Nowak, RM. 1999. Walker's Mammals

of the World. Vol 1. 6th ed. TheJohn Hopkins University Press,Baltimore.

Odum, EP. 1994. Dasar-Dasar Ekologi.3rd ed. Gajah Mada UniversityPress, Yogyakarta.

Payne J., CM. Francis & K. Phillipps.1985. Field Guide to the Mam-mals of Borneo. Sabah Society/World Wildlife Fund, KualaLumpur.

PT. Hatfield, 2005. Survey of Terres-trial Ecology, Air Quality andNoise for the Martabe ProjectArea, North Sumatra, Indonesia.Consultant report produced for PT.Newmont Horas Nauli, Bogor.

Ruedi, M. 1995. Taxonomic revision ofshrews of the genus Crocidura fromSunda Shelf and Sulawesi with de-scription of two new species(Mammalia: Soricidae). J. Linn.Soc. 115:211-265.

Setiawan, A., Djuwantoko, AW. Bintari,YWC. Kusuma, S. Pudyatmoko &MA. Imron. 2007. Population anddistribution of Rekrekan (Presbytisfredericae ) in the Southern Slopeof Mt.Slamet. Biodiversitas 8(4):305-308.

Soerianegara, I. 1996. Ekologi,Ekologisme dan PengelolaanSumberdaya Hutan. FakultasKehutanan Institut Pertanian Bogor,Bogor.

Sneath PHA. & RR. Sokal. 1973. Nu-merical Taxonomy. Freeman, SanFrancisco.

Supriatna, J. (2006) Conservation Pro-

Page 21: ISSN 0854-4425 JURNAL BIOLOGI INDONESIA · riannya. Di dalamnya terdapat unsur-unsur pelestarian sehingga dalam pelaksanaannya diperlukan suatu sistem pengelolaan yang tepat dan baik.

185

Profil Mamalia Kecil Gunung Slamet Jawa Tengah

Memasukkan: Januari 2011Diterima: April 2011

grams for the Endangered JavanGibbon (Hylobates moloch). Pri-mate Consv. 21: 155-162.

Suyanto, A. 1999. Pengelolaan koleksimamalia. Dalam: Suhardjono, YR.(ed). Buku Pegangan Pengelo-laan Koleksi Spesimen Zoologi.Pusat Penelitian dan Pengem-bangan Biologi-LIPI, Bogor. pp 21-46.

Suyanto, A. 2004. Pengumpulan datalapangan mamalia. Dalam: Prijono,SN.,D. Peggie dan Mulyadi (eds).Pedoman Pengumpulan DataKeanekaragaman Fauna. PusatPenelitian Biologi-LIPI. pp 3-16.

Suyanto, A. 2006. Rodent di Jawa. PusatPenelitian Biologi-LIPI, Bogor.

Suyanto A, M. Yoneda, Maharadatun-kamsi, MH. Sinaga & Yusuf. 1997.Collection of small mammals inGunung Halimun National Park. In:Yoneda M, J. Sugardjito & H.Simbolon (eds). Research andConservation Biodiversity in In-donesia Vol. II. The inventory ofNatural Resources in GunungHalimun National Park. LIPI,JICA and PHPA, Bogor. 81-93.

Suyanto, A., M. Yoneda, I. Maryanto,Maharadatunkamsi & J. Sugarjito.2002. Check list of Indonesianmammals. 2nd ed. LIPI, JICA andPHPA, Bogor.

Tabachnick, BG. & LS. Fidell. 2001.Using Multivariate Statistics. 4thedition. A Pearson Education Com-pany, New York. London, Toronto,Sydney, Tokyo and Singapore

Widhiono, I. 2004. Dampak modifikasihutan terhadap keragaman hayatikupu-kupu di Gunung Slamet JawaTengah. Biosfera 21(3): 89-94.

Wilson, DE. & M. Reeder. 2005. Mam-mal Species of the World: A Taxo-nomic and Geographic Refer-ence. 3rd edition. John HopkinsUniversity Press, Baltimore.

Wood, BJ. & SS. Liau. 1984. A long-term study of Rattus tiomanicuspopulations in an oil palm planta-tion in Johore, Malaysia: II. Recov-ery From Control and EconomicAspects. J. Appl. Ecol. 21(2):465-472.

Page 22: ISSN 0854-4425 JURNAL BIOLOGI INDONESIA · riannya. Di dalamnya terdapat unsur-unsur pelestarian sehingga dalam pelaksanaannya diperlukan suatu sistem pengelolaan yang tepat dan baik.

J. Biol. Indon. Vol 7, No.1 (2011)

PANDUAN PENULIS

Naskah dapat ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Naskah disusun dengan urutan:JUDUL (bahasa Indonesia dan Inggris), NAMA PENULIS (yang disertai dengan alamat Lembaga/Instansi), ABSTRAK (bahasa Inggris, maksimal 250 kata), KATA KUNCI (maksimal 6 kata),PENDAHULUAN, BAHAN DAN CARA KERJA, HASIL, PEMBAHASAN, UCAPANTERIMA KASIH (jika diperlukan) dan DAFTAR PUSTAKA.

Naskah diketik dengan spasi ganda pada kertas HVS A4 maksimum 15 halaman termasukgambar, foto, dan tabel disertai CD. Batas dari tepi kiri 3 cm, kanan, atas, dan bawah masing-masing 2,5 cm dengan program pengolah kata Microsoft Word dan tipe huruf Times New Romanberukuran 12 point. Setiap halaman diberi nomor halaman secara berurutan. Gambar dalambentuk grafik/diagram harus asli (bukan fotokopi) dan foto (dicetak di kertas licin atau di scan).Gambar dan Tabel di tulis dan ditempatkan di halam terpisah di akhir naskah. Penulisan simbol α,β, χ, dan lain-lain dimasukkan melalui fasilitas insert, tanpa mengubah jenis huruf. Kata dalambahasa asing dicetak miring. Naskah dikirimkan ke alamat Redaksi sebanyak 3 eksemplar (2 eksemplartanpa nama dan lembaga penulis).

Penggunaan nama suatu tumbuhan atau hewan dalam bahasa Indonesia/Daerah harusdiikuti nama ilmiahnya (cetak miring) beserta Authornya pada pengungkapan pertama kali.

Daftar pustaka ditulis secara abjad menggunakan sistem nama-tahun. Contoh penulisanpustaka acuan sebagai berikut :

Jurnal :Hara, T., JR. Zhang, & S. Ueda. 1983. Identification of plasmids linked with polyglutamate

production in B. subtilis. J. Gen. Apll. Microbiol. 29: 345-354.Buku :Chaplin, MF. & C. Bucke. 1990. Enzyme Technology. Cambridge University Press. Cambridge.Bab dalam Buku :Gerhart, P. & SW. Drew. 1994. Liquid culture. Dalam : Gerhart, P., R.G.E. Murray, W.A. Wood,

& N.R. Krieg (eds.). Methods for General and Molecular Bacteriology. ASM., Washington.248-277.

Abstrak :Suryajaya, D. 1982. Perkembangan tanaman polong-polongan utama di Indonesia. Abstrak

Pertemuan Ilmiah Mikrobiologi. Jakarta . 15 –18 Oktober 1982. 42.Prosiding :Mubarik, NR., A. Suwanto, & MT. Suhartono. 2000. Isolasi dan karakterisasi protease

ekstrasellular dari bakteri isolat termofilik ekstrim. Prosiding Seminar nasional IndustriEnzim dan Bioteknologi II. Jakarta, 15-16 Februari 2000. 151-158.

Skripsi, Tesis, Disertasi :Kemala, S. 1987. Pola Pertanian, Industri Perdagangan Kelapa dan Kelapa Sawit di

Indonesia.[Disertasi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor.Informasi dari Internet :Schulze, H. 1999. Detection and Identification of Lories and Pottos in The Wild; Information

for surveys/Estimated of population density. http//www.species.net/primates/loris/lorCp.1.html.

Page 23: ISSN 0854-4425 JURNAL BIOLOGI INDONESIA · riannya. Di dalamnya terdapat unsur-unsur pelestarian sehingga dalam pelaksanaannya diperlukan suatu sistem pengelolaan yang tepat dan baik.

J. Biol. Indon. Vol 7, No. 1 (2011)

Eritrosit dan Hemoglobin pada Kelelawar Gua di Kawasan Karst Gombong, Kebumen,Jawa Tengah Fahma Wijayanti, Dedy Duryadi Solihin, Hadi Sukadi Alikodra, & Ibnu Maryanto

89

Kajian Hubungan Antara Fitoplankton dengan Kecepatan Arus Air Akibat Operasi Waduk Jatiluhur Eko Harsono

99

Dimorfisme Seksual, Reproduksi dan Mangsa Kadal Ekor Panjang Takydromus sexlineatus Daudin, 1802 (Lacertilia :Lacertidae) Mumpuni

121

Serapan Karbondioksida (CO2) Jenis-Jenis Pohon di Taman Buah "Mekar Sari" Bogor, Kaitannya dengan Potensi Mitigasi Gas Rumah Kaca N. Hidayati, M. Reza, T. Juhaeti & M. Mansur

133

Analisis Fekunditas dan Diameter Telur Kerang Darah (Anadara antiquata) di Perairan Pulau Auki, Kepulauan Padaido, Biak, Papua Andriani Widyastuti

147

Giving Formulated Pellet on Javan Porcupine (Hystrix javanica F. Cuvier, 1823): Effects on Feed Intake, Feed Conversion, and Digestibility in Pre-Domestication Condition Wartika Rosa Farida & Roni Ridwan

157

Profil Mamalia Kecil Gunung Slamet Jawa Tengah Maharadatunkamsi

171

TULISAN PENDEK Kondisi Parameter Biologi Plankton dan Ikan di Perairan Danau Sentani

Auldry F. Walukow 187