Hubungan antara Sikap terhadap Uang dan Kebahagiaan pada ...
Transcript of Hubungan antara Sikap terhadap Uang dan Kebahagiaan pada ...
Hubungan antara Sikap terhadap Uang dan Kebahagiaan pada Karyawan
Nadia Rindila, Bertina Sjabadhyni
Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, Jalan Kampus UI, Depok, 16424, Indonesia
E-mail: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara sikap terhadap uang dan kebahagiaan pada karyawan. Sikap terhadap uang diukur dengan mengadaptasi Money Ethic Scale oleh Tang (1995), α=0,893 dan kebahagiaan diukur dengan mengadaptasi Oxford Happiness Questionnaire oleh Hills dan Argyle (2002), α=0,891. Penelitian ini dilakukan kepada 177 karyawan dengan menggunakan teknik accidental sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif signifikan antara sikap terhadap uang dan kebahagiaan pada karyawan (r=0,210, p<0,01). Penelitian menunjukkan bahwa semakin positif sikap terhadap uang, maka semakin tinggi pula kebahagiaan pada karyawan.
The Correlation between Attitude towards Money and Employee Happiness
Abstract
This study aims to seek the correlation between attitudes toward money and employee happiness. Attitudes toward money is measured with Money Ethic Scale (Tang, 1995), α=0,893 and happiness is measured with Oxford Happiness Questionnaire (Hills & Argyle, 2002), α=0,891. Data were collected from 177 employees with accidental sampling. The result of this study shows that there is positive significant correlation between attitudes toward money and employee happiness, which is the more positive attitudes toward money of employees, the higher of happiness.
Keywords: attitude towards money, happiness, employee Pendahuluan
Indeks kebahagiaan sudah tidak asing lagi di beberapa negara dunia. Menurut hasil
riset lembaga survei internasional, Gallup dan Accenture, dari survei terhadap 30 negara,
karyawan di Indonesia paling tidak bahagia dengan pekerjaannya. Gallup mengklaim hanya
sedikit karyawan di Indonesia yang benar-benar puas dengan pekerjaannya (Triananda, dalam
beritasatu.com, 2014).
Rinaldo Augusta, seorang pendiri Qerja.com, melalui beritasatu.com (2014)
mengatakan bahwa hasil riset Accenture, mengungkapkan dari 30 negara yang disurvei
Indonesia menduduki posisi terendah, yakni 82% para karyawan tidak bahagia. Hal ini akan
berdampak ke psikis karyawan dan juga perusahaan. Kinerja karyawan tentunya akan kurang
optimal dan karyawan akan sulit untuk menikmati hidupnya.
Hubungan antara sikap terhadap..., Nadia Rindila, F.PSIKOLOGI UI, 2014
Karyawan yang tidak bahagia dapat merugikan perusahaan karena performa yang
ditampilkannya tidak optimal, memiliki kelalaian yang tinggi, dan cenderung sering
mengganti pekerjaan mereka sehingga hal ini membuat biaya yang dikeluarkan perusahaan
sangat besar. Sedangkan karyawan yang bahagia memiliki kelalaian yang rendah dan jarang
mengganti pekerjaan mereka (Diener & Seligman, 2004). Orang yang berbahagia merasa
lebih aman, membuat keputusan dengan mudah, lebih bersemangat dalam menjalin hubungan
sosial, merasa lebih puas dengan orang-orang yang ada di sekitar mereka, merasa puas dengan
fisik mereka, lebih sehat mental, hidup lebih lama dan sukses dengan aspek sosial dan
profesional (Amabile dan Kramer, 2011).
Kebahagiaan adalah suatu hal yang menjadi harapan dalam kehidupan seseorang,
bahkan semua orang sangat mendambakan kehidupan yang berbahagia semasa hidupnya
(Seligman, 2005). Kebahagian adalah sebuah konsep penting bagi setiap individu. Pertama,
bagian emosi dan ketertarikan pada orang yang bahagia membuatnya selalu bersikap
semangat dan baik. Kedua, bagian sosial yang membawa pada perkembangan hubungan
sosial. Ketiga, kognitif pada individu bahagia mereka berpikir dan menganalisis dengan
keterbukaan pada kegiatan sehari-harinya (Omidian, dalam Amabile dan Kramer, 2011).
Dalam upaya mencapai kebahagiaan tidak jarang selalu dikaitkan dengan harta
semata, baik itu berupa uang maupun materi (Seligman, 2005). Disebutkan pula bahwa
kebanyakan orang bekerja hanya untuk mendapatkan uang (Taneja, 2012). Berdasarkan hasil
riset Accenture disebutkan bahwa 82% karyawan tidak puas dan bekerja hanya benar-benar
terpaksa untuk mendapatkan penghasilan (Triananda, dalam beritasatu.com). Uang telah
digunakan untuk dapat menarik, mempertahankan, dan memotivasi karyawan di organisasi
karena uang merupakan esensi dan faktor penting dalam kehidupan sehari-hari (Taneja,
2012). Berdasarkan Maslow, kebahagiaan akan tercapai ketika manusia memenuhi
kebutuhannya. Kebutuhan ini disusun dari kebutuhan dasar hingga puncak yang disebut
hirarki kebutuhan Maslow. Kebutuhan-kebutuhan tersebut meliputi fisik, keamanan,
sosial/cinta, penghargaan, dan aktualisasi diri (Cascio, 2013). Uang sangat dibutuhkan dalam
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut.
Bagi yang memiliki uang terbatas, hal ini dapat memicu munculnya kecemasan dan
ketidakbahagiaan (Tang, 1995). Di lingkungan materialistis sekarang ini, peran uang tidak
terbatas sebagai alat pembayaran, namun sebagai sarana dan dasar untuk kebahagiaan
(Taneja, 2012). Diener, Sandvik, Sidlitz, dan Diener, dalam Berg (2008) mengatakan bahwa
uang memiliki korelasi positif dengan kebahagiaan, dimana semakin tinggi uang, maka
semakin tinggi kebahagiaan.
Hubungan antara sikap terhadap..., Nadia Rindila, F.PSIKOLOGI UI, 2014
Banyak penelitian yang dilakukan untuk melihat hubungan antara kebahagiaan dan
uang. Umumnya penelitian yang dilakukan dengan cara membandingkan kebahagiaan antara
orang yang tinggal di negara makmur dengan orang yang tinggal di negara belum makmur. Di
negara yang belum makmur, kaya dengan memiliki banyak uang berarti bisa lebih bahagia.
Namun di negara yang lebih makmur dimana hampir semua orang memperoleh kebutuhan
dasar, peningkatan kekayaan tidak begitu berdampak pada kebahagiaan (Seligman, 2005).
Kebanyakan orang bekerja untuk uang dan menginginkan untuk meperoleh uang yang
lebih. Ketika orang memperoleh uang lebih banyak, mereka secara langsung mengubah
standar mereka dan bahkan menginginkan lebih banyak uang lagi (Tang, 1995).
Sesungguhnya hal ini perlu disadari oleh setiap orang, karena bertambahnya uang dan materi
tidaklah selalu otomatis menyebabkan meningkatnya kebahagiaan dalam hidup seseorang,
namun bukan berarti pula bahwa uang dan materi tidak diperlukan dalam hidup (Seligman,
2005).
Hasil survei Jobstreet.com melalui Sulaeman, dalam nationalgeographic.co.id (2014)
menyatakan bahwa bekerja di perusahaan ternama atau mendapat gaji yang tinggi tidak
menjamin seorang karyawan merasa bahagia. Hasil survei Jobstreet.com Indonesia
menemukan bahwa 62 persen karyawan di Jakarta sulit tidur nyenyak karena masih
memikirkan pekerjaan.
Jika dilihat dari survei ini justru membuktikan bahwa tingginya gaji tidak dapat
menjamin kebahagiaan. Setiap orang memiliki standar yang berbeda-beda terhadap jumlah
uang yang dapat dikatakan cukup atau terbatas. Uang adalah bagian yang sangat penting dari
kehidupan kita, terutama di dunia yang menjadi lebih komersil (Seligman, 2002). Taneja
(2012) menyatakan bahwa peningkatan signifikansi uang di kehidupan seseorang zaman
sekarang, membuatnya penting untuk memahami sikap terhadap uang karena hal itu dapat
menentukan perilaku seseorang terhadap uang. Setiap individu memiliki penilaian berbeda
terhadap uang yang dimilikinya.
Meskipun studi tentang uang telah sejak lama dilakukan, seperti studi psikologi
manusia, namun area sikap terhadap uang masih cukup baru (Taneja, 2012). Sikap terhadap
uang menjadi topik penting pada penelitian dalam area psikologi ekonomi, psikologi yang
berhubungan dengan pekerjaan, psikologi konsumen, dan manajemen sumber daya manusia
(Lea & Belk, dalam Tang, 1995). Peneliti dan manager human resouce semakin menyadari
pentingnya studi sikap terhadap uang karyawan, gaji, dan kepuasan gaji karena memiliki
pengaruh yang signifikan pada perilaku, performa, dan keefektifan orang dalam organisasi
Hubungan antara sikap terhadap..., Nadia Rindila, F.PSIKOLOGI UI, 2014
(Lawler, dalam Tang, 1995). Sikap terhadap uang merupakan persepsi seseorang terhadap
uang. (Taneja, 2012).
Menurut Tang (dalam Furnham & Argyle, 1998) sikap terhadap uang adalah perasaan,
pikiran, dan tingkah laku orang terhadap uang. Terdapat tiga faktor pada sikap terhadap uang,
yaitu success, evil, dan budget. Seseorang dapat berpikir atau beranggapan (komponen
kognitif) bahwa uang merupakan tolak ukur keberhasilannya dalam pekerjaan, uang sebagai
sumber kekayaan, kekuasaan, yang termasuk pada faktor success. Seseorang dapat memiliki
perasaan bahwa uang itu bukan merupakan sumber kejahatan yang termasuk pada faktor evil.
Seseorang juga dapat menabung, serta menganggarkan uangnya dengan cermat, sebagai
wujud dari faktor budget (Tang, 2002).
Sebagian besar dari kita memiliki perasaan yang kuat tentang uang. Perasaan ini dapat
membuat sulit bagi kita untuk sampai pada keputusan yang rasional tentang uang dan untuk
menjaga hubungan yang harmonis saat kita berhadapan dengan uang. Beberapa orang merasa
bersalah tentang memiliki terlalu banyak uang, beberapa merasa malu tidak memiliki cukup
uang. Lainnya takut untuk berurusan dengan uang, sama sekali takut bahwa hal itu akan
merusak mereka dalam beberapa cara atau membuat mereka merasa tidak mampu. Namun,
yang lain khawatir tentang uang, yang mempengaruhi kualitas hidup mereka dengan selalu
bertanya-tanya apakah mereka memiliki cukup uang atau tidak. Selain itu, beberapa merasa
bingung atau malah cemas tentang uang tapi tidak tahu sumber untuk memperolehnya. Hal
yang wajar bagi setiap orang memiliki berbagai perasaan tentang uang pada saat yang sama,
dan bahkan beralih ke perasaan yang lain (Finn 1992, dalam Tang, 2002).
Berdasarkan Seligman (2002), individu yang menempatkan uang di atas tujuan yang
lainnya juga akan cenderung menjadi kurang puas dengan pemasukan dan kehidupannya
secara keseluruhan. Meskipun telah ada yang menyebutkan bahwa sikap terhadap uang dapat
mempengaruhi kebahagiaan, seperti yang telah disebutkan oleh Seligman (2005) sikap
seseorang terhadap uang akan mempengaruhi kebahagiaannya lebih daripada uang itu sendiri.
Taneja (2012) menyatakan bahwa sikap terhadap uang telah diteliti di berbagai macam
demografis dan hasilnya ditemukan berbeda. Konsep sikap terhadap uang tiap orang berbeda
dapat dipengaruhi oleh sosio-ekonomi dan setting budaya. Berdasarkan pemaparan-
pemaparan di atas, peneliti merasa perlu melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan
antara sikap dan kebahagiaan pada karyawan di Indonesia.
Tinjauan Teoritis
Sikap terhadap Uang
Hubungan antara sikap terhadap..., Nadia Rindila, F.PSIKOLOGI UI, 2014
Menurut Tang (dalam Furnham & Argyle, 1998) sikap terhadap uang adalah perasaan,
pikiran, dan tingkah laku orang terhadap uang. Seseorang dapat memiliki perasaan bahwa
uang itu penting atau uang sebagai sumber kejahatan. Seseorang dapat berpikir atau
beranggapan bahwa uang merupakan tolak ukur keberhasilannya dalam pekerjaan, uang
sebagai sumber kekayaan, kekuasaan, serta kebahagian. Seseorang dapat menabung, beramal,
berusaha dengan berbagai cara untuk menghasilkan uang, serta menganggarkan uangnya
dengan cermat.
Sikap terhadap uang merupakan sebuah proses pada individu yang memberikan
penilaian evaluatif yang terbentuk dari kognitif, afektif, dan perilaku individu dan
menunjukan kesukaan dan ketidaksukaan terhadap alat tukar yang berbentuk uang (Tang,
1995).
Berdasarkan Tang (1992) terdapat 6 faktor pada sikap terhadap uang, yaitu good, evil,
achievement, respect, budget, dan freedom/power. Kemudian Tang (1995) mengerucutkan
menjadi 3 faktor, yaitu: success, budget, dan evil, dimana pada faktor success meliputi good,
achievement, freedom dan respect.
a. Faktor success
Pada faktor success, uang merupakan simbol kesuksesan yang meliputi 4 hal,
yaitu: achievement, respect, freedom/power, dan good. Achievement
merepresentasikan pencapaian seseorang, seperti “uang merepresentasikan pencapaian
individu”. Faktor respect merepresentasikan kehormatan, seperti “uang membuat saya
dihormati di lingkungan saya” dan “uang akan membantu saya mengeksperikan
kompetensi dan kemampuan saya”. Faktor freedom atau power merepresentasikan
kebebasan dan kekuasaan, seperti “uang memberikan otonomi dan kebebasan” serta
“uang memberikan kesempatan untuk menjadi yang kita inginkan.” Selanjutnya, good
meliputi sikap-sikap positif terhadap uang, seperti “uang merupakan hal yang penting
dan berharga”.
b. Faktor evil
Faktor evil merepresentasikan sikap-sikap negatif terhadap uang, seperti “uang
adalah akar dari segala kejahatan” dan “uang itu jahat.”
c. Faktor budget
Faktor “budget” dalam komponen ini. Faktor ini merepresentasikan
kemampuan individu untuk membuat anggaran terhadap uang yang dimiliki, seperti
Hubungan antara sikap terhadap..., Nadia Rindila, F.PSIKOLOGI UI, 2014
“saya menggunakan uang dengan hati-hati” dan “saya menganggarkan uang saya
dengan baik.”
Kebahagiaan
Kebahagiaan merupakan sesuatu hal yang seseorang sering merasa gembira atau
emosi positif dan merasa puas dengan diri serta hidupnya (Hills & Argyle, 2002). Seligman &
Steen (2005) mendefinisikan kebahagiaan meliputi: a) emosi positif dan kesenangan
(kehidupan yang menyenangkan), b) ketertarikan, dan c) hidup bermakna.
Argyle dan Crosland, dalam Diener dan Suh (2000) berpendapat bahwa kebahagiaan
meliputi tiga hal, yaitu frekuensi dari afek positif atau kegembiraan, level dari kepuasan pada
suatu periode, dan kehadiran dari perasaan negatif seperti depresi dan kecemasan.
Diener (2007) menyatakan bahwa kebahagiaan merupakan bentuk nyata dari kepuasan
hidup dimana kebahagiaan tersebut merupakan sesuatu yang lebih dari suatu pencapaian
tujuan dikarenakan pada kenyataannya kebahagiaan selalu dihubungkan dengan kesehatan
yang lebih baik, kreativitas yang lebih tinggi serta tempat kerja yang lebih baik. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa kebahagiaan adalah sesuatu yang membuat pengalaman
yang menyenangkan berupa perasaan senang, damai dan termasuk juga di dalamnya
kesejahteraan, kedamaian pikiran, kepuasan hidup serta tidak adanya perasaan tertekan.
Semua kondisi ini adalah merupakan kondisi kebahagiaan yang dirasakan individu.
Kepuasan hidup sendiri adalah dampak positif dari kepuasan kerja. Ada berbagai
macam cara orang dalam menerjemahkan arti kepuasan hidup. Di antaranya ada sebagaian
orang yang mengatakan bahwa uang yang banyak sudah dapat membuat hidupnya puas. Akan
tetapi ada juga orang yang tidak mempunyai uang banyak, tetapi sudah merasakan kepuasan
hidup karena kondisi keluarganya yang tentram dan kondisi pekerjaan serta lingkungan yang
baik. Sementara ada orang yang belum merasakan kepuasan hidup walaupun hidup dalam
kemewahan uang. Dengan demikian, maka penghasilan yang sama belum tentu memberikan
kepuasan hidup yang sama bagi setiap orang (Spector, dalam Diener & Suh, 2000).
Berdasarkan Maslow, kebahagiaan akan tercapai ketika manusia memenuhi
kebutuhannya. Kebutuhan ini disusun dari kebutuhan dasar hingga puncak yang disebut
hirarki kebutuhan Maslow. Kebutuhan-kebutuhan tersebut meliputi fisik, keamanan,
sosial/cinta, penghargaan, dan aktualisasi diri.
Dari berbagai definisi yang telah dipaparkan, peneliti menyimpulkan bahwa
kebahagiaan merupakan pencapaian utama dalam hidup tiap individu meliputi kepuasaan
terhadap diri dan hidup yang dapat dicapai ketika kebutuhan-kebutuhan baik fisik, mental,
serta spritual individu terpenuhi.
Hubungan antara sikap terhadap..., Nadia Rindila, F.PSIKOLOGI UI, 2014
Karyawan
Karyawan adalah seseorang yang bekerja untuk orang lain dengan imbalan
kompensasi finansial dan lainnya. Selain itu, karyawan merupakan seseorang yang bekerja di
bawah kontrak secara tersirat maupun tersurat, lisan atau tertulis, dimana atasan memiliki
kekuasaan atau hak untuk mengendalikan dan mengarahkannya dalam rincian mengenai
bagaimana pekerjaan yang harus dilakukan (Muhl, 2002).
Berdasarkan Hoop, Iravani, dan Liu (2006), terdapat dua jenis karyawan, yaitu
karyawan white collars dan karyawan blue collars. Karyawan white collars merujuk pada
tenaga non-manual seperti supervisor, clerks, para profesional, dan senior manager. Sebagian
ilmuwan menyepakati bahwa white collar merupakan tenaga kerja yang memiliki ilmu
pengetahuan yang baik. Sementara itu, yang blue collars melakukan pekerjaan berulang
dengan tangan mereka, yang lebih melibatkan pada kemampuan fisik dari pada pengetahuan.
Pada penelitian ini, peneliti merujuk pada karyawan white collars. Disebutkan pula
bahwa insetif berupa uang merupakan bagian penting dalam menunjung kreativitas dan
performa pada karyawan white collars (Hoop, Iravani, dan Liu, 2006), Selanjutnya, di
Indonesia sendiri pada umumnya karyawan white collars memiliki tingkat pendidikan terakhir
minimal SMA. Berdasarkan teori pendidikan karir Super, rentang usia individu bekerja dari
21-55 tahun yang terbagi dalam tiga tahapan di dalamnya, yaitu implementation stage pada
usia 21-24 tahun, stabilization pada usia 25-35 tahun, dan consolidation pada usia 36-55
tahun.
Oleh karena itu, peneliti menetapkan hal tersebut menjadi kriteria dalam pemilihan
sampel. Dengan memiliki pendidikan terakhir minimal SMA diharapkan responden telah
dapat memahami kesuluruhan item-item pada kuisioner dengan baik.
Metode Penelitian
Masalah Penelitian
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, peneliti
merumuskan permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini:
a. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara sikap terhadap uang dan
kebahagiaan pada karyawan?
b. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara faktor success pada sikap
terhadap uang dan kebahagiaan pada karyawan?
c. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara faktor evil pada sikap
terhadap uang dan kebahagiaan pada karyawan?
Hubungan antara sikap terhadap..., Nadia Rindila, F.PSIKOLOGI UI, 2014
d. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara faktor budget pada sikap
terhadap uang dan kebahagiaan pada karyawan?
Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini terdiri dari hipotesis konseptual dan hipotesis
operasional yang masing-masing terdiri dari Hipotesis Alternatif (Ha) dan Hipotesis Null
(Ho).
a. Hipotesis Alternatif (Ha)
a. Terdapat hubungan yang signifikan antara sikap terhadap uang dan
kebahagiaan pada karyawan.
b. Terdapat hubungan yang signifikan antara faktor success pada sikap terhadap
uang dan kebahagiaan pada karyawan.
c. Terdapat hubungan yang signifikan antara faktor evil pada sikap terhadap uang
dan kebahagiaan pada karyawan.
d. Terdapat hubungan yang signifikan antara faktor budget pada sikap terhadap
uang dan kebahagiaan pada karyawan.
b. Hipotesis Null (Ho)
a. Tidak terdapat hubungan (yang signifikan) antara sikap terhadap uang dan
kebahagiaan pada karyawan.
b. Tidak terdapat hubungan (yang signifikan) antara faktor success pada sikap
terhadap uang dan kebahagiaan pada karyawan.
c. Tidak terdapat hubungan (yang signifikan) antara faktor evil pada sikap
terhadap uang dan kebahagiaan pada karyawan.
d. Tidak terdapat hubungan (yang signifikan) antara faktor budget pada sikap
terhadap uang dan kebahagiaan pada karyawan.
Definisi Operasional Sikap terhadap Uang
Secara operasional, sikap terhadap uang adalah skor total Money Ethic Scale (MES)
oleh Tang (1995). Alat ukur ini terdiri dari 12 item dan menggunakan skala tipe Likert dari 1-
4, yaitu 1: sangat tidak setuju, 2: tidak setuju, 3: setuju dan 4: sangat setuju. Skor total
merupakan penjumlahan dari skor masing-masing item. Semakin besar skor total yang
didapatkan responden menunjukkan semakin positif sikap terhadap uang.
Definisi Operasional Kebahagiaan
Hubungan antara sikap terhadap..., Nadia Rindila, F.PSIKOLOGI UI, 2014
Secara operasional, sikap terhadap uang adalah skor total Oxford Happiness
Questionnaire (OHQ) oleh Hills dan Argyle (2002). Alat ukur ini terdiri dari 8 item dan
menggunakan skala tipe Likert dari 1- 4, yaitu 1: sangat tidak setuju, 2: tidak setuju, 3: setuju
dan 4: sangat setuju. Skor total merupakan penjumlahan dari skor masing-masing item.
Semakin besar skor total yang didapatkan responden menunjukkan semakin bahagia.
Tipe Penelitian
Kumar (2005) membagi tipe penelitian berdasarkan tiga kategori, yaitu: 1) aplikasi
dari penelitian, 2) tujuan dari penelitian, dan 3) tipe pencarian informasi.
Berdasarkan aplikasi, penelitian ini merupakan applied research karena teknik,
prosedur, dan metodologi penelitian yang membentuk metodelogi penelitian dapat diterapkan
untuk pengumpulan informasi mengenai beragam aspek dari sebuah situasi, masalah, atau
fenomena.
Berdasarkan tujuan penelitiannya, maka penelitian ini tergolong penelitian
korelasional karena peneliti ingin mengetahui ada atau tidaknya hubungan dari variabel satu
dan variabel lainnya. Hal ini berdasarkan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui apakah
terdapat hubungan antara sikap terhadap uang dan kebahagiaan pada karyawan.
Selanjutnya, dilihat dari tipe pencarian informasi, penelitian ini termasuk penelitian
kuantitatif karena data hasil penelitian berupa data numerik dan variasi dalam sebuah situasi,
masalah, atau isu dikuantifikasikan dengan dibantu oleh penggunaan statistika.
Desain Penelitian
Desain penelitian diklasifikasikan menjadi tiga tipe, berdasarkan: jumlah pertemuan
dengan responden penelitian, periode refrensi penelitian, dan sifat dari penelitian (Kumar,
2005). Jika dilihat berdasarkan dari jumlah pertemuan dengan responden penelitian, penelitian
ini termasuk cross-sectional study karena peneliti hanya melakukan kontak dengan responden
dan melakukan pengambilan data penelitian sebanyak satu kali. Kemudian, berdasarkan
periode refrensi penelitian, penelitian ini termasuk retrospective study karena meneliti suatu
kondisi yang telah dilakukan. Selanjutnya, berdasarkan sifat dari penelitian, penelitian ini
termasuk ke dalam penelitian non-eksperimental karena peneliti tidak melakukan manipulasi
terhadap variabel penelitian.
Sampel Penelitian
Sampel adalah sekumpulan individu yang dipilih dari populasi dan merepresentasikan
populasi dalam sebuah penelitian (Gravetter & Forzano, 2009).
Adapun dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Karyawan yang bekerja di perusahaan yang berlokasi di Jabodetabek
Hubungan antara sikap terhadap..., Nadia Rindila, F.PSIKOLOGI UI, 2014
b) Usia 21-55 tahun
c) Memiliki tingkat pendidikan terakhir minimal SMA
Penelitian ini menggunakan teknik non-probability sampling. Non-probability
sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak semua anggota dalam populasi
memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel penelitian (Kumar, 2005). Jenis
teknik non-probability sampling yang dilakukan adalah accidental sampling yang
berdasarkan ketersediaan dan kemudahan dalam mengakses responden. Accidental sampling
merupakan teknik pengambilan sampel dengan memilih berdasarkan ketersediaan dan
keinginan responden untuk berpartisipasi (Kumar, 2005).
Menurut Kumar (2005), terdapat beberapa cara untuk mengumpulkan data melalui
sumber primer. Cara yang dapat dilakukan adalah melalui observasi, wawancara, dan
kuisioner. Peneiti memilih untuk menggunakan teknik pengambilan data melalui kuisioner
yang disebarkan kepada responden dengan karakteristik yang sesuai. Pada penelitian ini,
peneliti menggunakan dua alat ukur berupa kuisioner, yaitu Money Ethic Scale oleh Tang
(1995) untuk mengukur sikap terhadap uang dan Oxford Happiness Questionnaire (OHQ)
oleh Hills dan Argyle (2002) untuk mengukur kebahagian. Kedua kuisioner ini telah
diadaptasi oleh peneliti dan diuji kembali reliabilitasnya, yaitu Money Ethic Scale, α= 0,893
dan Oxford Happiness Questionnaire, α= 0,891.
Hasil Penelitian Gambaran Umum Responden Penelitian
Gambaran umum sejumlah 177 responden didapatkan dari data responden pada
kuisioner, yaitu: usia, jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan, dan pendapatan
per bulan. Tabel 1 Gambaran Umum Responden Penelitian, N=177
Karakteristik Data Responden N Persentase
Usia 21-31 139 78.5%
32-43 21 11.8%
44-55 17 9.6%
Jenis Kelamin Laki-laki 86 48.6%
Perempuan 91 51.4%
Status Perkawinan Menikah
Belum Menikah 56
121 31.6% 68.4%
Hubungan antara sikap terhadap..., Nadia Rindila, F.PSIKOLOGI UI, 2014
Tingkat Pendidikan SMA 121 68.4%
D1 1 0.6%
D2 1 0.6%
D3 20 11.3%
S1 107 60.5%
S2 203 13.0%
Pendapatan per Bulan < 2.500.000 12 3.8% 2.500.000 - 4.000.000 47 15% 4.000.001 - 5.500.000 27 8.6% 5.500.001 - 7.000.000 43 13.7%
> 7.000.000 48 15.3% Gambaran Umum Sikap terhadap Uang Responden
Rentang skor total sikap terhadap uang responden yang diukur dengan MES berkisar
dari 12 hingga 47. Sementara rata-rata skor total responden sebesar 30,96 dengan standar
deviasi 5,436. Hal ini dapat dikatakan bahwa gambaran sikap uang responden tergolong
tinggi. Berdasarkan persebaran skor tersebut, responden yang memperoleh skor di atas rata-
rata yaitu sejumlah 99 responden (56%), sedangkan 78 responden (44%) memperoleh skor di
bawah rata-rata.
Gambaran Umum Kebahagiaan Responden Rentang skor total kebahagiaan responden berkisar 9 sampai 31. Sementara itu, rata-
rata skor total responden adalah 20,95, dengan standar deviasi 3,241. Responden yang
memperoleh skor total kebahagiaan di atas rata-rata adalah sebanyak 113 orang (63,84%),
sementara 64 orang (36,16%) memperoleh skor total di bawah rata-rata.
Hubungan antara Sikap terhadap Uang dan Kebahagiaan
Hasil perhitungan menggunakan pearson product moment, diperoleh koefisien
korelasi sebesar r= 0,210, dengan p<0,01 (2-tailed). Koefisien korelasi yang positif
menunjukkan bahwa sikap terhadap uang dan kebahagiaan memiliki arah hubungan yang
positif yang artinya, semakin positif sikap terhadap uang, maka akan semakin tinggi pula
kebahagiaan karyawan.
Hubungan antara Faktor Sikap terhadap Uang dan Kebahagiaan
Dari hasil analisis menggunakan pearson product moment, dua dari tiga faktor sikap
terhadap uang memiliki hubungan yang signifikan dengan kebahagiaan dimana p<0,01 (2-
tailed). Kedua faktor tersebut yaitu success dan budget. Faktor success memiliki hubungan
yang paling kuat dibandingkan faktor lainnya dengan nilai r=0,260, dan mampu menjelaskan
6,76% dari variasi skor kebahagiaan. Kemudian faktor budget memiliki nilai korelasi r=
Hubungan antara sikap terhadap..., Nadia Rindila, F.PSIKOLOGI UI, 2014
0,251, dengan kata lain dimensi budget menjelaskan 6,3% varians skor kebahagiaan.
Sedangkan pada faktor evil, r=0,876 tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan
kebahagiaan dimana p > 0,01.
Hasil tersebut memiliki koefisien korelasi yang positif yang menunjukkan hubungan
tiap faktor sikap terhadap uang dan kebahagiaan berbanding lurus dimana semakin positif
faktor success dan budget pada sikap terhadap uang tersebut, maka semakin tinggi pula
kebahagiaan.
Pembahasan
Pada analisis utama penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan
Pearson’s Product Moment Correlation, terdapat hubungan yang positif signifikan antara
sikap terhadap uang dan kebahagiaan pada karyawan. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan
Seligman (2005) menyimpulkan penilaian atau pun sikap seseorang terhadap uang akan
mempengaruhi kebahagiaannya lebih daripada uang itu sendiri.
Hubungan ini mempunyai arah yang positif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
tinggi sikap terhadap uang, maka semakin tinggi kebahagiaan. Begitu pula sebaliknya,
semakin negatif sikap terhadap uang, maka semakin rendah pula kebahagiaan. Semakin tinggi
sikap terhadap uang, menunjukkan semakin positif sikap terhadap uang yang berarti semakin
menilai bahwa uang merepresentasikan kesuksesan, uang tidak jahat, dan mereka
menganggarkan uang secara hati-hati (Tang, 1995). Adanya korelasi ini menunjukkan bahwa
penilaian karyawan secara positif dengan merepresentasikan uang sebagai kesuksesan, serta
dapat menganggarkan uang dengan hati-hati dapat meningkatkan kebahagiaannya. Hal ini
dapat menjelaskan mengapa di zaman sekarang orang begitu mengejar uang.
Seperti yang telah dijelaskan pada teori Hirarki Kebutuhan Maslow, untuk pencapaian
kebahagiaan maka kebuthan-kebutuhan tersebut harus telah dipenuhi dari kebutuhan dasar
hingga yang tertinggi. Dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut tentunya dibutuhkan
uang. Dari kebutuhan paling dasar, yaitu fisik yang dipenuhi dengan aktivitas makan dan
minum. Untuk bisa makan dan minum, manusia harus memiliki uang. Selanjutnya untuk
memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi lagi, uang yang dibutuhkan juga lebih banyak, hingga
seterusnya sampai pada kebutuhan yang tertinggi.
Oleh karena itu, sikap terhadap uang karyawan positif. Dari hasil gambaran sikap
terhadap uang dapat dilihat skor yang diperoleh lebih banyak yang di atas rata-rata
dibandingkan di bawah rata-rata. Hal ini menunjukkan bahwa sikap terhadap uang karyawan
positif. Individu yang bekerja memiliki sikap terhadap uang yang positif (Taneja, 2012). Uang
Hubungan antara sikap terhadap..., Nadia Rindila, F.PSIKOLOGI UI, 2014
telah digunakan untuk dapat menarik, mempertahankan, dan memotivasi karyawan di
organisasi karena uang merupakan esensi dan faktor penting dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi yang memiliki uang terbatas, hal ini dapat memicu munculnya kecemasan dan
ketidakbahagiaan (Tang, 1995).
Sangat wajar jika karyawan menempatkan uang pada tujuan utama dalam bekerja
karena dengan itu karyawan dapat mencapai kebahagiaannya melalui terpenuhinya
kebutuhan-kebutuhannya sesuai dengan hirarki kebutuhan Maslow.
Berdasarkan hasil perhitungan coefficient of determinition, hanya 4,41% variasi skor
kebahagiaan dapat dijelaskan dari hubungan sikap terhadap uang karyawan, sedangkan
95,59% dari kebahagiaan karyawan dapat dijelaskan karena faktor lain selain sikap terhadap
uang. Jika dilihat dengan hanya menghubungan salah satu faktor. Hal ini menjelaskan bahwa
sikap terhadap uang memiliki hubungan dengan kebahagiaan.
Seligman (2002) menyatakan terdapat beberapa faktor eksternal dan internal yang
mempengaruhi kebahagiaan seseorang, namun tidak semuanya memiliki pengaruh besar.
Faktor-faktor tersebut yaitu: uang (pendapatan), pernikahan, kesehatan, emosi positif,
kepuasan terhadap masa lalu, optimisme terhadap masa depan, dan kebahagiaan terhadap
masa depan.
Sebagai analisis berikutnya, peneliti melakukan analisis pada faktor sikap terhadap
uang yang kemudian masing-masing faktor dihubungkan dengan kebahagiaan. Dari ketiga
faktor, dua faktor yang memiliki hubungan positif yang signifikan pada kebahagiaan, yaitu
success dan budget.
Faktor sukses meliputi: achievement, good, respect, dan freedom. Faktor achievement
merepresentasikan pencapaian seseorang, seperti “uang merepresentasikan pencapaian
individu” dan “uang merupakan simbol kesuksesan. Pada respect, uang dipersepsikan sebagai
kehormatan, seperti “uang membuat saya dihormati di lingkungan saya” dan “uang akan
membantu saya mengeksperikan kompetensi dan kemampuan saya”. Dimensi respect
menunjukkan bahwa uang membantu individu untuk mengekspresikan kompetensi dan
kemampuan mereka serta membantu memperoleh self-esteem dan rasa hormat dari orang lain
(Tang, 1992). Orang yang bahagia memiliki self-esteem, merasa diri mereka telah baik dan
yang kurang merasa dirinya berharga secara umum tidak bahagia (Argyle, 2002).
Pada good meliputi sikap-sikap positif terhadap uang, seperti “uang merupakan hal
yang penting dan berharga”. Uang adalah bagian yang sangat penting dari kehidupan kita,
terutama di dunia yang menjadi lebih komersil (Seligman, 2002). Kemudian, seperti yang
telah diutarakan pula bahwa freedom atau power, uang dipersepsikan sebagai kebebasan dan
Hubungan antara sikap terhadap..., Nadia Rindila, F.PSIKOLOGI UI, 2014
kekuasaan, seperti “uang memberikan otonomi dan kebebasan” serta “uang memberikan
kesempatan untuk menjadi yang kita inginkan”. Faktor freedom menunjukkan bahwa dengan
uang, individu dapat memiliki otonomi, kebebasan, dan keamanan, serta dapat menjadi
seseorang yang diinginkan dan dapat mempengaruhi orang lain (Tang, 1992). Orang yang
memiliki kekuasaan dan kebebasan atas apa yang ia lakukan cenderung lebih bahagia karena
mereka kecil kemungkinan dari adanya merasakan tekanan (Veenhoven, dalam Diener & Suh,
2000).
Faktor budget merepresentasikan kemampuan individu untuk membuat anggaran
terhadap uang yang dimiliki, seperti “saya menggunakan uang dengan hati-hati” dan “saya
menganggarkan uang saya dengan baik” (Tang, 1992). Seperti yang telah disebutkan pada
teori, faktor budget ini merupakan komponen dari perilaku sikap terhadap uang. Dimana
ketika seseorang dapat menganggarkan uang dengan baik maka ia dapat menggunakan uang
tersebut sebagai jaminan di masa depannya. Uang adalah jaminan yang memungkinkan
seseorang memiliki apa yang diinginkannya di masa depan dan meskipun saat ini ia tidak
butuh apa pun, uang tetap dapat menjamin kemungkinan seseorang untuk memuaskan
keinginan-keinginan baru yang muncul kemudian (Aristoteles, dalam Furnham & Argyle,
1998). Hal ini secara tidak langsung dapat memunculkan optimisme terhadap masa depan,
dimana hal ini merupakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi kebahagian
(Seligman, 2002).
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan, diperoleh
kesimpulan bahwa hipotesis null ditolak dan hipotesis alternatif diterima. Hasil penelitian dan
analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara sikap terhadap
uang dan kebahagian pada karyawan.
Peneliti melakukan analisis korelasi masing-masing faktor sikap terhadap uang dan
kebahagiaan. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat dua dari tiga faktor sikap terhadap uang
memiliki hubungan positif yang signifikan dengan kebahagiaan, yaitu success, dan budget.
Kedua faktor tersebut memiliki hubungan yang hampir sama kuat, namun lebih tinggi pada
faktor success. Sedangkan pada faktor evil tidak memiliki hubungan yang signifikan pada
kebahagiaan.
Saran
Hubungan antara sikap terhadap..., Nadia Rindila, F.PSIKOLOGI UI, 2014
Peneliti memberikan beberapa saran yang dapat digunakan untuk penelitian
selanjutnya. Saran yang diberikan berupa saran metodologis dan saran praktis.
Saran Metodologis
1. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya penyebaran data demografis
lebih merata karena hal ini dapat berpengaruh terhadap hasil penelitian. Peneliti harus
lebih memperhatikan penyebaran usia, pendapatan, serta tingkat pendidikan terakhir
agar jumlahnya seimbang.
2. Dalam penyebaran kuisioner, peneliti disarankan untuk lebih
memperketat kontrol agar semua kuisioner yang disebar dapat diolah semua dengan
diisi secara lengkap dan karakteristik yang sesuai.
3. Pada penelitian selanjutnya, peneliti menyarankan untuk lebih
mengkhususkan sampel penelitian dengan membandingkan berdasarkan jabatan
sehingga lebih terlihat hal-hal yang ikut mempengaruhi pada kedua variabel.
Saran Praktis
1. Perusahaan diharapkan melakukan survey tahunan pada karyawan
mengenai kebahagiaan sehingga dapat menjadi bahan evaluasi bagi perusahaan untuk
melihat gambaran kebahagiaan karyawan. Dari evaluasi ini, nantinya dapat menjadi
bahan pertimbangan perusahaan untuk menentukan hal-hal apa yang perlu
ditingkatkan dan penting untuk diperhatikan untuk dapat mencapai kebahagiaan
karyawan.
2. Penelitian ini menjelaskan mengapa uang menjadi hal yang penting di
dalam kehidupan, karena sikap terhadap uang yang positif direpresentasikan bahwa
uang merupakan kesuksesan yang meliputi achievement, respect/self-esteem, freedom,
budget sehingga dapat meningkatkan kebahagiaan. Hal ini secara tidak langsung
menjelaskan representasi sukses dapat mempengaruhi kebahagiaan karyawan. Oleh
karena itu, bisa menjadi masukan bagi perusahaan untuk dapat menyediakan sarana
lain yang dapat merepresentasikan hal-hal tersebut tidak hanya dalam bentuk uang,
namun dalam hal lain seperti: pujian maupun penghargaan dalam bentuk lainnya.
3. Perusahaan sebaiknya memperhatikan kebutuhan karyawan dengan
menyediakan ataupun meningkatkan fasilitas-fasilitas yang dapat menunjang
karyawan dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhannya, seperti yang telah disebutkan
bahwa dalam pencapaian kebahagiaan maka kebutuhan-kebutuhan berdasarkan hirarki
kebutuhan Maslow harus terpenuhi.
Hubungan antara sikap terhadap..., Nadia Rindila, F.PSIKOLOGI UI, 2014
Daftar Referensi Amabile, T. M. & Kramer, S. J. (2011). The Power of Small Wins. Harvard Business Review. Berg, M. C. (2008). New age advice: ticket to happiness? J Happiness Stud (2008), 9:361–
377. Carr, A. (2004). Positive psychology: The science of happiness and human strengths. New
York: Brunner-Routledge. Cascio, W. F. (2013). Managing Human Resources, Productivity, Quality of Work, Life,
Profits. New York: Mac-Graw Hill. Diener, E.D. (1985). Life satisfaction and religiosity in broad probability samples. Journal of
Psychological Inquiry, Vol. 13, p: 206-09. Diener, E.D. (2007). Personality, culture, and subjective well-Being: Emotional and cognitive
evaluations of life. Annual revision psychological journal, Vol. 54; page: 403– 25 Diener, E. & Seligman, M.E.P. (2004). Beyond Money: Toward an Economy of Well-Being.
Psychological Science in The Public Interest, Vol-5, No.1. Diener, E. & Suh, E.M. (2000). Culture and subjective wellbeing. Cambridge: MIT Press. Eddington, n. & Shuman, r. (2005). Subjective well being (happiness). Continuing psychology
education: 6 continuing education hours. Furnham, A. & Argyle, M. (1998). The Psychology of Money. London: Routledge. Gravetter, F. J. & Wallnau, L. B. (2007). Essential of Statistics for the Behavioral Sciences.
USA: Thomson Wadsworth. Gravetter, F. J & Forzano, L. A. (2009). Research Methods for the Behavioral Science.
Canada: Wadsworth. Guilford, J. P. & Fruchter. (1978). Fundamental Statistics in Psychology and Education, 6th
ed. New York: McGraw-Hill. Hopp, W. J., Iravani, S. M., & Liu, F. (2009). Managing White Collar Work: An Operations
Oriented Survey. Production and operations management, 18(1), 1-32. Kumar, R. (2005). Resarch Methodology: A Step by Step Guide for Beginners. London:
SAGE Publications. Muhl, C. J. (2002). What is an Employee- The Answer Depends on the Federal Law. Monthly
Lab. Rev., 125, 3. Nunally, J. C. & Bernstein, I. H. (1994). Psychometric Theory. New York: McGraw-Hill. Sarwono, S. W. & Meinarno, E. A. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika. Schuster, J. R., & Zingheim, P. K. (1992.) The New Pay: Linking Employee and
Organizational Performance. New York: Lexington Books. Seligman, M.E.P. (2002). Authentic Happiness. New York: Free Press. Seligman, M.E.P & Steen, T. A. (2005). Positive Psychology Progress: Empirical Validation
of Interventions. Psychological Science, 7,186-189. Seligman, M.E.P. (2005). Character, Strenght, and Virtues: A Handbook & Classification.
New York: Oxford University press. Sugiyono (2003). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sulaeman, A. (2014). 62 Persen Karyawan di Jakarta Tidak Dapat Tidur Nyenyak. Diakses
pada November 2014 dari http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/09/62-persen-karyawan-di-jakarta-tidak-dapat-tidur-nyenyak
Taneja, R. M. (2012). Money Attitude – An Abridgement. International Refereed Research Journal, Vol. III, 3(3), July 2012.
Tang, T. L. P. (1992). The meaning of money revisited. Journal of Organizational Behavior, Vol. 13, 197-202 (1992).
Hubungan antara sikap terhadap..., Nadia Rindila, F.PSIKOLOGI UI, 2014
Tang, T. L. P. (1995). The Development of Short Money Ethic Scale: Attitudes toward Money and Pay Satisfaction Revisited. Indiv. Diff., Vol. 19, No. 6, pp, 809-816, 1995.
Tang, T.L.P. (2002). Income, Money Ethic, Pay Satisfaction, Commitment, and Unecthical Behaviors: A Study of 12 Countries. Paper Presented at Academy of Management, Denver, Colorado.
Triananda, K. (2014). Survei: Dari 30 Negara, Karyawan di Indonesia Paling Tidak Bahagia. Diakses pada November 2014 dari http://www.beritasatu.com/ekonomi-karier/182879-survei-dari-30-negara-karyawan-di-indonesia-paling-tidak-bahagia.html
Hubungan antara sikap terhadap..., Nadia Rindila, F.PSIKOLOGI UI, 2014
Hubungan antara sikap terhadap..., Nadia Rindila, F.PSIKOLOGI UI, 2014