Hubungan antara Sikap terhadap Uang dan Kebahagiaan pada ...

18
Hubungan antara Sikap terhadap Uang dan Kebahagiaan pada Karyawan Nadia Rindila, Bertina Sjabadhyni Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, Jalan Kampus UI, Depok, 16424, Indonesia E-mail: [email protected] Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara sikap terhadap uang dan kebahagiaan pada karyawan. Sikap terhadap uang diukur dengan mengadaptasi Money Ethic Scale oleh Tang (1995), α=0,893 dan kebahagiaan diukur dengan mengadaptasi Oxford Happiness Questionnaire oleh Hills dan Argyle (2002), α=0,891. Penelitian ini dilakukan kepada 177 karyawan dengan menggunakan teknik accidental sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif signifikan antara sikap terhadap uang dan kebahagiaan pada karyawan (r=0,210, p<0,01). Penelitian menunjukkan bahwa semakin positif sikap terhadap uang, maka semakin tinggi pula kebahagiaan pada karyawan. The Correlation between Attitude towards Money and Employee Happiness Abstract This study aims to seek the correlation between attitudes toward money and employee happiness. Attitudes toward money is measured with Money Ethic Scale (Tang, 1995), α=0,893 and happiness is measured with Oxford Happiness Questionnaire (Hills & Argyle, 2002), α=0,891. Data were collected from 177 employees with accidental sampling. The result of this study shows that there is positive significant correlation between attitudes toward money and employee happiness, which is the more positive attitudes toward money of employees, the higher of happiness. Keywords: attitude towards money, happiness, employee Pendahuluan Indeks kebahagiaan sudah tidak asing lagi di beberapa negara dunia. Menurut hasil riset lembaga survei internasional, Gallup dan Accenture, dari survei terhadap 30 negara, karyawan di Indonesia paling tidak bahagia dengan pekerjaannya. Gallup mengklaim hanya sedikit karyawan di Indonesia yang benar-benar puas dengan pekerjaannya (Triananda, dalam beritasatu.com, 2014). Rinaldo Augusta, seorang pendiri Qerja.com, melalui beritasatu.com (2014) mengatakan bahwa hasil riset Accenture, mengungkapkan dari 30 negara yang disurvei Indonesia menduduki posisi terendah, yakni 82% para karyawan tidak bahagia. Hal ini akan berdampak ke psikis karyawan dan juga perusahaan. Kinerja karyawan tentunya akan kurang optimal dan karyawan akan sulit untuk menikmati hidupnya. Hubungan antara sikap terhadap..., Nadia Rindila, F.PSIKOLOGI UI, 2014

Transcript of Hubungan antara Sikap terhadap Uang dan Kebahagiaan pada ...

Page 1: Hubungan antara Sikap terhadap Uang dan Kebahagiaan pada ...

Hubungan antara Sikap terhadap Uang dan Kebahagiaan pada Karyawan

Nadia Rindila, Bertina Sjabadhyni

Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, Jalan Kampus UI, Depok, 16424, Indonesia

E-mail: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara sikap terhadap uang dan kebahagiaan pada karyawan. Sikap terhadap uang diukur dengan mengadaptasi Money Ethic Scale oleh Tang (1995), α=0,893 dan kebahagiaan diukur dengan mengadaptasi Oxford Happiness Questionnaire oleh Hills dan Argyle (2002), α=0,891. Penelitian ini dilakukan kepada 177 karyawan dengan menggunakan teknik accidental sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif signifikan antara sikap terhadap uang dan kebahagiaan pada karyawan (r=0,210, p<0,01). Penelitian menunjukkan bahwa semakin positif sikap terhadap uang, maka semakin tinggi pula kebahagiaan pada karyawan.

The Correlation between Attitude towards Money and Employee Happiness

Abstract

This study aims to seek the correlation between attitudes toward money and employee happiness. Attitudes toward money is measured with Money Ethic Scale (Tang, 1995), α=0,893 and happiness is measured with Oxford Happiness Questionnaire (Hills & Argyle, 2002), α=0,891. Data were collected from 177 employees with accidental sampling. The result of this study shows that there is positive significant correlation between attitudes toward money and employee happiness, which is the more positive attitudes toward money of employees, the higher of happiness.

Keywords: attitude towards money, happiness, employee Pendahuluan

Indeks kebahagiaan sudah tidak asing lagi di beberapa negara dunia. Menurut hasil

riset lembaga survei internasional, Gallup dan Accenture, dari survei terhadap 30 negara,

karyawan di Indonesia paling tidak bahagia dengan pekerjaannya. Gallup mengklaim hanya

sedikit karyawan di Indonesia yang benar-benar puas dengan pekerjaannya (Triananda, dalam

beritasatu.com, 2014).

Rinaldo Augusta, seorang pendiri Qerja.com, melalui beritasatu.com (2014)

mengatakan bahwa hasil riset Accenture, mengungkapkan dari 30 negara yang disurvei

Indonesia menduduki posisi terendah, yakni 82% para karyawan tidak bahagia. Hal ini akan

berdampak ke psikis karyawan dan juga perusahaan. Kinerja karyawan tentunya akan kurang

optimal dan karyawan akan sulit untuk menikmati hidupnya.

Hubungan antara sikap terhadap..., Nadia Rindila, F.PSIKOLOGI UI, 2014

Page 2: Hubungan antara Sikap terhadap Uang dan Kebahagiaan pada ...

Karyawan yang tidak bahagia dapat merugikan perusahaan karena performa yang

ditampilkannya tidak optimal, memiliki kelalaian yang tinggi, dan cenderung sering

mengganti pekerjaan mereka sehingga hal ini membuat biaya yang dikeluarkan perusahaan

sangat besar. Sedangkan karyawan yang bahagia memiliki kelalaian yang rendah dan jarang

mengganti pekerjaan mereka (Diener & Seligman, 2004). Orang yang berbahagia merasa

lebih aman, membuat keputusan dengan mudah, lebih bersemangat dalam menjalin hubungan

sosial, merasa lebih puas dengan orang-orang yang ada di sekitar mereka, merasa puas dengan

fisik mereka, lebih sehat mental, hidup lebih lama dan sukses dengan aspek sosial dan

profesional (Amabile dan Kramer, 2011).

Kebahagiaan adalah suatu hal yang menjadi harapan dalam kehidupan seseorang,

bahkan semua orang sangat mendambakan kehidupan yang berbahagia semasa hidupnya

(Seligman, 2005). Kebahagian adalah sebuah konsep penting bagi setiap individu. Pertama,

bagian emosi dan ketertarikan pada orang yang bahagia membuatnya selalu bersikap

semangat dan baik. Kedua, bagian sosial yang membawa pada perkembangan hubungan

sosial. Ketiga, kognitif pada individu bahagia mereka berpikir dan menganalisis dengan

keterbukaan pada kegiatan sehari-harinya (Omidian, dalam Amabile dan Kramer, 2011).

Dalam upaya mencapai kebahagiaan tidak jarang selalu dikaitkan dengan harta

semata, baik itu berupa uang maupun materi (Seligman, 2005). Disebutkan pula bahwa

kebanyakan orang bekerja hanya untuk mendapatkan uang (Taneja, 2012). Berdasarkan hasil

riset Accenture disebutkan bahwa 82% karyawan tidak puas dan bekerja hanya benar-benar

terpaksa untuk mendapatkan penghasilan (Triananda, dalam beritasatu.com). Uang telah

digunakan untuk dapat menarik, mempertahankan, dan memotivasi karyawan di organisasi

karena uang merupakan esensi dan faktor penting dalam kehidupan sehari-hari (Taneja,

2012). Berdasarkan Maslow, kebahagiaan akan tercapai ketika manusia memenuhi

kebutuhannya. Kebutuhan ini disusun dari kebutuhan dasar hingga puncak yang disebut

hirarki kebutuhan Maslow. Kebutuhan-kebutuhan tersebut meliputi fisik, keamanan,

sosial/cinta, penghargaan, dan aktualisasi diri (Cascio, 2013). Uang sangat dibutuhkan dalam

pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut.

Bagi yang memiliki uang terbatas, hal ini dapat memicu munculnya kecemasan dan

ketidakbahagiaan (Tang, 1995). Di lingkungan materialistis sekarang ini, peran uang tidak

terbatas sebagai alat pembayaran, namun sebagai sarana dan dasar untuk kebahagiaan

(Taneja, 2012). Diener, Sandvik, Sidlitz, dan Diener, dalam Berg (2008) mengatakan bahwa

uang memiliki korelasi positif dengan kebahagiaan, dimana semakin tinggi uang, maka

semakin tinggi kebahagiaan.

Hubungan antara sikap terhadap..., Nadia Rindila, F.PSIKOLOGI UI, 2014

Page 3: Hubungan antara Sikap terhadap Uang dan Kebahagiaan pada ...

Banyak penelitian yang dilakukan untuk melihat hubungan antara kebahagiaan dan

uang. Umumnya penelitian yang dilakukan dengan cara membandingkan kebahagiaan antara

orang yang tinggal di negara makmur dengan orang yang tinggal di negara belum makmur. Di

negara yang belum makmur, kaya dengan memiliki banyak uang berarti bisa lebih bahagia.

Namun di negara yang lebih makmur dimana hampir semua orang memperoleh kebutuhan

dasar, peningkatan kekayaan tidak begitu berdampak pada kebahagiaan (Seligman, 2005).

Kebanyakan orang bekerja untuk uang dan menginginkan untuk meperoleh uang yang

lebih. Ketika orang memperoleh uang lebih banyak, mereka secara langsung mengubah

standar mereka dan bahkan menginginkan lebih banyak uang lagi (Tang, 1995).

Sesungguhnya hal ini perlu disadari oleh setiap orang, karena bertambahnya uang dan materi

tidaklah selalu otomatis menyebabkan meningkatnya kebahagiaan dalam hidup seseorang,

namun bukan berarti pula bahwa uang dan materi tidak diperlukan dalam hidup (Seligman,

2005).

Hasil survei Jobstreet.com melalui Sulaeman, dalam nationalgeographic.co.id (2014)

menyatakan bahwa bekerja di perusahaan ternama atau mendapat gaji yang tinggi tidak

menjamin seorang karyawan merasa bahagia. Hasil survei Jobstreet.com Indonesia

menemukan bahwa 62 persen karyawan di Jakarta sulit tidur nyenyak karena masih

memikirkan pekerjaan.

Jika dilihat dari survei ini justru membuktikan bahwa tingginya gaji tidak dapat

menjamin kebahagiaan. Setiap orang memiliki standar yang berbeda-beda terhadap jumlah

uang yang dapat dikatakan cukup atau terbatas. Uang adalah bagian yang sangat penting dari

kehidupan kita, terutama di dunia yang menjadi lebih komersil (Seligman, 2002). Taneja

(2012) menyatakan bahwa peningkatan signifikansi uang di kehidupan seseorang zaman

sekarang, membuatnya penting untuk memahami sikap terhadap uang karena hal itu dapat

menentukan perilaku seseorang terhadap uang. Setiap individu memiliki penilaian berbeda

terhadap uang yang dimilikinya.

Meskipun studi tentang uang telah sejak lama dilakukan, seperti studi psikologi

manusia, namun area sikap terhadap uang masih cukup baru (Taneja, 2012). Sikap terhadap

uang menjadi topik penting pada penelitian dalam area psikologi ekonomi, psikologi yang

berhubungan dengan pekerjaan, psikologi konsumen, dan manajemen sumber daya manusia

(Lea & Belk, dalam Tang, 1995). Peneliti dan manager human resouce semakin menyadari

pentingnya studi sikap terhadap uang karyawan, gaji, dan kepuasan gaji karena memiliki

pengaruh yang signifikan pada perilaku, performa, dan keefektifan orang dalam organisasi

Hubungan antara sikap terhadap..., Nadia Rindila, F.PSIKOLOGI UI, 2014

Page 4: Hubungan antara Sikap terhadap Uang dan Kebahagiaan pada ...

(Lawler, dalam Tang, 1995). Sikap terhadap uang merupakan persepsi seseorang terhadap

uang. (Taneja, 2012).

Menurut Tang (dalam Furnham & Argyle, 1998) sikap terhadap uang adalah perasaan,

pikiran, dan tingkah laku orang terhadap uang. Terdapat tiga faktor pada sikap terhadap uang,

yaitu success, evil, dan budget. Seseorang dapat berpikir atau beranggapan (komponen

kognitif) bahwa uang merupakan tolak ukur keberhasilannya dalam pekerjaan, uang sebagai

sumber kekayaan, kekuasaan, yang termasuk pada faktor success. Seseorang dapat memiliki

perasaan bahwa uang itu bukan merupakan sumber kejahatan yang termasuk pada faktor evil.

Seseorang juga dapat menabung, serta menganggarkan uangnya dengan cermat, sebagai

wujud dari faktor budget (Tang, 2002).

Sebagian besar dari kita memiliki perasaan yang kuat tentang uang. Perasaan ini dapat

membuat sulit bagi kita untuk sampai pada keputusan yang rasional tentang uang dan untuk

menjaga hubungan yang harmonis saat kita berhadapan dengan uang. Beberapa orang merasa

bersalah tentang memiliki terlalu banyak uang, beberapa merasa malu tidak memiliki cukup

uang. Lainnya takut untuk berurusan dengan uang, sama sekali takut bahwa hal itu akan

merusak mereka dalam beberapa cara atau membuat mereka merasa tidak mampu. Namun,

yang lain khawatir tentang uang, yang mempengaruhi kualitas hidup mereka dengan selalu

bertanya-tanya apakah mereka memiliki cukup uang atau tidak. Selain itu, beberapa merasa

bingung atau malah cemas tentang uang tapi tidak tahu sumber untuk memperolehnya. Hal

yang wajar bagi setiap orang memiliki berbagai perasaan tentang uang pada saat yang sama,

dan bahkan beralih ke perasaan yang lain (Finn 1992, dalam Tang, 2002).

Berdasarkan Seligman (2002), individu yang menempatkan uang di atas tujuan yang

lainnya juga akan cenderung menjadi kurang puas dengan pemasukan dan kehidupannya

secara keseluruhan. Meskipun telah ada yang menyebutkan bahwa sikap terhadap uang dapat

mempengaruhi kebahagiaan, seperti yang telah disebutkan oleh Seligman (2005) sikap

seseorang terhadap uang akan mempengaruhi kebahagiaannya lebih daripada uang itu sendiri.

Taneja (2012) menyatakan bahwa sikap terhadap uang telah diteliti di berbagai macam

demografis dan hasilnya ditemukan berbeda. Konsep sikap terhadap uang tiap orang berbeda

dapat dipengaruhi oleh sosio-ekonomi dan setting budaya. Berdasarkan pemaparan-

pemaparan di atas, peneliti merasa perlu melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan

antara sikap dan kebahagiaan pada karyawan di Indonesia.

Tinjauan Teoritis

Sikap terhadap Uang

Hubungan antara sikap terhadap..., Nadia Rindila, F.PSIKOLOGI UI, 2014

Page 5: Hubungan antara Sikap terhadap Uang dan Kebahagiaan pada ...

Menurut Tang (dalam Furnham & Argyle, 1998) sikap terhadap uang adalah perasaan,

pikiran, dan tingkah laku orang terhadap uang. Seseorang dapat memiliki perasaan bahwa

uang itu penting atau uang sebagai sumber kejahatan. Seseorang dapat berpikir atau

beranggapan bahwa uang merupakan tolak ukur keberhasilannya dalam pekerjaan, uang

sebagai sumber kekayaan, kekuasaan, serta kebahagian. Seseorang dapat menabung, beramal,

berusaha dengan berbagai cara untuk menghasilkan uang, serta menganggarkan uangnya

dengan cermat.

Sikap terhadap uang merupakan sebuah proses pada individu yang memberikan

penilaian evaluatif yang terbentuk dari kognitif, afektif, dan perilaku individu dan

menunjukan kesukaan dan ketidaksukaan terhadap alat tukar yang berbentuk uang (Tang,

1995).

Berdasarkan Tang (1992) terdapat 6 faktor pada sikap terhadap uang, yaitu good, evil,

achievement, respect, budget, dan freedom/power. Kemudian Tang (1995) mengerucutkan

menjadi 3 faktor, yaitu: success, budget, dan evil, dimana pada faktor success meliputi good,

achievement, freedom dan respect.

a. Faktor success

Pada faktor success, uang merupakan simbol kesuksesan yang meliputi 4 hal,

yaitu: achievement, respect, freedom/power, dan good. Achievement

merepresentasikan pencapaian seseorang, seperti “uang merepresentasikan pencapaian

individu”. Faktor respect merepresentasikan kehormatan, seperti “uang membuat saya

dihormati di lingkungan saya” dan “uang akan membantu saya mengeksperikan

kompetensi dan kemampuan saya”. Faktor freedom atau power merepresentasikan

kebebasan dan kekuasaan, seperti “uang memberikan otonomi dan kebebasan” serta

“uang memberikan kesempatan untuk menjadi yang kita inginkan.” Selanjutnya, good

meliputi sikap-sikap positif terhadap uang, seperti “uang merupakan hal yang penting

dan berharga”.

b. Faktor evil

Faktor evil merepresentasikan sikap-sikap negatif terhadap uang, seperti “uang

adalah akar dari segala kejahatan” dan “uang itu jahat.”

c. Faktor budget

Faktor “budget” dalam komponen ini. Faktor ini merepresentasikan

kemampuan individu untuk membuat anggaran terhadap uang yang dimiliki, seperti

Hubungan antara sikap terhadap..., Nadia Rindila, F.PSIKOLOGI UI, 2014

Page 6: Hubungan antara Sikap terhadap Uang dan Kebahagiaan pada ...

“saya menggunakan uang dengan hati-hati” dan “saya menganggarkan uang saya

dengan baik.”

Kebahagiaan

Kebahagiaan merupakan sesuatu hal yang seseorang sering merasa gembira atau

emosi positif dan merasa puas dengan diri serta hidupnya (Hills & Argyle, 2002). Seligman &

Steen (2005) mendefinisikan kebahagiaan meliputi: a) emosi positif dan kesenangan

(kehidupan yang menyenangkan), b) ketertarikan, dan c) hidup bermakna.

Argyle dan Crosland, dalam Diener dan Suh (2000) berpendapat bahwa kebahagiaan

meliputi tiga hal, yaitu frekuensi dari afek positif atau kegembiraan, level dari kepuasan pada

suatu periode, dan kehadiran dari perasaan negatif seperti depresi dan kecemasan.

Diener (2007) menyatakan bahwa kebahagiaan merupakan bentuk nyata dari kepuasan

hidup dimana kebahagiaan tersebut merupakan sesuatu yang lebih dari suatu pencapaian

tujuan dikarenakan pada kenyataannya kebahagiaan selalu dihubungkan dengan kesehatan

yang lebih baik, kreativitas yang lebih tinggi serta tempat kerja yang lebih baik. Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa kebahagiaan adalah sesuatu yang membuat pengalaman

yang menyenangkan berupa perasaan senang, damai dan termasuk juga di dalamnya

kesejahteraan, kedamaian pikiran, kepuasan hidup serta tidak adanya perasaan tertekan.

Semua kondisi ini adalah merupakan kondisi kebahagiaan yang dirasakan individu.

Kepuasan hidup sendiri adalah dampak positif dari kepuasan kerja. Ada berbagai

macam cara orang dalam menerjemahkan arti kepuasan hidup. Di antaranya ada sebagaian

orang yang mengatakan bahwa uang yang banyak sudah dapat membuat hidupnya puas. Akan

tetapi ada juga orang yang tidak mempunyai uang banyak, tetapi sudah merasakan kepuasan

hidup karena kondisi keluarganya yang tentram dan kondisi pekerjaan serta lingkungan yang

baik. Sementara ada orang yang belum merasakan kepuasan hidup walaupun hidup dalam

kemewahan uang. Dengan demikian, maka penghasilan yang sama belum tentu memberikan

kepuasan hidup yang sama bagi setiap orang (Spector, dalam Diener & Suh, 2000).

Berdasarkan Maslow, kebahagiaan akan tercapai ketika manusia memenuhi

kebutuhannya. Kebutuhan ini disusun dari kebutuhan dasar hingga puncak yang disebut

hirarki kebutuhan Maslow. Kebutuhan-kebutuhan tersebut meliputi fisik, keamanan,

sosial/cinta, penghargaan, dan aktualisasi diri.

Dari berbagai definisi yang telah dipaparkan, peneliti menyimpulkan bahwa

kebahagiaan merupakan pencapaian utama dalam hidup tiap individu meliputi kepuasaan

terhadap diri dan hidup yang dapat dicapai ketika kebutuhan-kebutuhan baik fisik, mental,

serta spritual individu terpenuhi.

Hubungan antara sikap terhadap..., Nadia Rindila, F.PSIKOLOGI UI, 2014

Page 7: Hubungan antara Sikap terhadap Uang dan Kebahagiaan pada ...

Karyawan

Karyawan adalah seseorang yang bekerja untuk orang lain dengan imbalan

kompensasi finansial dan lainnya. Selain itu, karyawan merupakan seseorang yang bekerja di

bawah kontrak secara tersirat maupun tersurat, lisan atau tertulis, dimana atasan memiliki

kekuasaan atau hak untuk mengendalikan dan mengarahkannya dalam rincian mengenai

bagaimana pekerjaan yang harus dilakukan (Muhl, 2002).

Berdasarkan Hoop, Iravani, dan Liu (2006), terdapat dua jenis karyawan, yaitu

karyawan white collars dan karyawan blue collars. Karyawan white collars merujuk pada

tenaga non-manual seperti supervisor, clerks, para profesional, dan senior manager. Sebagian

ilmuwan menyepakati bahwa white collar merupakan tenaga kerja yang memiliki ilmu

pengetahuan yang baik. Sementara itu, yang blue collars melakukan pekerjaan berulang

dengan tangan mereka, yang lebih melibatkan pada kemampuan fisik dari pada pengetahuan.

Pada penelitian ini, peneliti merujuk pada karyawan white collars. Disebutkan pula

bahwa insetif berupa uang merupakan bagian penting dalam menunjung kreativitas dan

performa pada karyawan white collars (Hoop, Iravani, dan Liu, 2006), Selanjutnya, di

Indonesia sendiri pada umumnya karyawan white collars memiliki tingkat pendidikan terakhir

minimal SMA. Berdasarkan teori pendidikan karir Super, rentang usia individu bekerja dari

21-55 tahun yang terbagi dalam tiga tahapan di dalamnya, yaitu implementation stage pada

usia 21-24 tahun, stabilization pada usia 25-35 tahun, dan consolidation pada usia 36-55

tahun.

Oleh karena itu, peneliti menetapkan hal tersebut menjadi kriteria dalam pemilihan

sampel. Dengan memiliki pendidikan terakhir minimal SMA diharapkan responden telah

dapat memahami kesuluruhan item-item pada kuisioner dengan baik.

Metode Penelitian

Masalah Penelitian

Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, peneliti

merumuskan permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini:

a. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara sikap terhadap uang dan

kebahagiaan pada karyawan?

b. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara faktor success pada sikap

terhadap uang dan kebahagiaan pada karyawan?

c. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara faktor evil pada sikap

terhadap uang dan kebahagiaan pada karyawan?

Hubungan antara sikap terhadap..., Nadia Rindila, F.PSIKOLOGI UI, 2014

Page 8: Hubungan antara Sikap terhadap Uang dan Kebahagiaan pada ...

d. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara faktor budget pada sikap

terhadap uang dan kebahagiaan pada karyawan?

Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini terdiri dari hipotesis konseptual dan hipotesis

operasional yang masing-masing terdiri dari Hipotesis Alternatif (Ha) dan Hipotesis Null

(Ho).

a. Hipotesis Alternatif (Ha)

a. Terdapat hubungan yang signifikan antara sikap terhadap uang dan

kebahagiaan pada karyawan.

b. Terdapat hubungan yang signifikan antara faktor success pada sikap terhadap

uang dan kebahagiaan pada karyawan.

c. Terdapat hubungan yang signifikan antara faktor evil pada sikap terhadap uang

dan kebahagiaan pada karyawan.

d. Terdapat hubungan yang signifikan antara faktor budget pada sikap terhadap

uang dan kebahagiaan pada karyawan.

b. Hipotesis Null (Ho)

a. Tidak terdapat hubungan (yang signifikan) antara sikap terhadap uang dan

kebahagiaan pada karyawan.

b. Tidak terdapat hubungan (yang signifikan) antara faktor success pada sikap

terhadap uang dan kebahagiaan pada karyawan.

c. Tidak terdapat hubungan (yang signifikan) antara faktor evil pada sikap

terhadap uang dan kebahagiaan pada karyawan.

d. Tidak terdapat hubungan (yang signifikan) antara faktor budget pada sikap

terhadap uang dan kebahagiaan pada karyawan.

Definisi Operasional Sikap terhadap Uang

Secara operasional, sikap terhadap uang adalah skor total Money Ethic Scale (MES)

oleh Tang (1995). Alat ukur ini terdiri dari 12 item dan menggunakan skala tipe Likert dari 1-

4, yaitu 1: sangat tidak setuju, 2: tidak setuju, 3: setuju dan 4: sangat setuju. Skor total

merupakan penjumlahan dari skor masing-masing item. Semakin besar skor total yang

didapatkan responden menunjukkan semakin positif sikap terhadap uang.

Definisi Operasional Kebahagiaan

Hubungan antara sikap terhadap..., Nadia Rindila, F.PSIKOLOGI UI, 2014

Page 9: Hubungan antara Sikap terhadap Uang dan Kebahagiaan pada ...

Secara operasional, sikap terhadap uang adalah skor total Oxford Happiness

Questionnaire (OHQ) oleh Hills dan Argyle (2002). Alat ukur ini terdiri dari 8 item dan

menggunakan skala tipe Likert dari 1- 4, yaitu 1: sangat tidak setuju, 2: tidak setuju, 3: setuju

dan 4: sangat setuju. Skor total merupakan penjumlahan dari skor masing-masing item.

Semakin besar skor total yang didapatkan responden menunjukkan semakin bahagia.

Tipe Penelitian

Kumar (2005) membagi tipe penelitian berdasarkan tiga kategori, yaitu: 1) aplikasi

dari penelitian, 2) tujuan dari penelitian, dan 3) tipe pencarian informasi.

Berdasarkan aplikasi, penelitian ini merupakan applied research karena teknik,

prosedur, dan metodologi penelitian yang membentuk metodelogi penelitian dapat diterapkan

untuk pengumpulan informasi mengenai beragam aspek dari sebuah situasi, masalah, atau

fenomena.

Berdasarkan tujuan penelitiannya, maka penelitian ini tergolong penelitian

korelasional karena peneliti ingin mengetahui ada atau tidaknya hubungan dari variabel satu

dan variabel lainnya. Hal ini berdasarkan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui apakah

terdapat hubungan antara sikap terhadap uang dan kebahagiaan pada karyawan.

Selanjutnya, dilihat dari tipe pencarian informasi, penelitian ini termasuk penelitian

kuantitatif karena data hasil penelitian berupa data numerik dan variasi dalam sebuah situasi,

masalah, atau isu dikuantifikasikan dengan dibantu oleh penggunaan statistika.

Desain Penelitian

Desain penelitian diklasifikasikan menjadi tiga tipe, berdasarkan: jumlah pertemuan

dengan responden penelitian, periode refrensi penelitian, dan sifat dari penelitian (Kumar,

2005). Jika dilihat berdasarkan dari jumlah pertemuan dengan responden penelitian, penelitian

ini termasuk cross-sectional study karena peneliti hanya melakukan kontak dengan responden

dan melakukan pengambilan data penelitian sebanyak satu kali. Kemudian, berdasarkan

periode refrensi penelitian, penelitian ini termasuk retrospective study karena meneliti suatu

kondisi yang telah dilakukan. Selanjutnya, berdasarkan sifat dari penelitian, penelitian ini

termasuk ke dalam penelitian non-eksperimental karena peneliti tidak melakukan manipulasi

terhadap variabel penelitian.

Sampel Penelitian

Sampel adalah sekumpulan individu yang dipilih dari populasi dan merepresentasikan

populasi dalam sebuah penelitian (Gravetter & Forzano, 2009).

Adapun dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Karyawan yang bekerja di perusahaan yang berlokasi di Jabodetabek

Hubungan antara sikap terhadap..., Nadia Rindila, F.PSIKOLOGI UI, 2014

Page 10: Hubungan antara Sikap terhadap Uang dan Kebahagiaan pada ...

b) Usia 21-55 tahun

c) Memiliki tingkat pendidikan terakhir minimal SMA

Penelitian ini menggunakan teknik non-probability sampling. Non-probability

sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak semua anggota dalam populasi

memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel penelitian (Kumar, 2005). Jenis

teknik non-probability sampling yang dilakukan adalah accidental sampling yang

berdasarkan ketersediaan dan kemudahan dalam mengakses responden. Accidental sampling

merupakan teknik pengambilan sampel dengan memilih berdasarkan ketersediaan dan

keinginan responden untuk berpartisipasi (Kumar, 2005).

Menurut Kumar (2005), terdapat beberapa cara untuk mengumpulkan data melalui

sumber primer. Cara yang dapat dilakukan adalah melalui observasi, wawancara, dan

kuisioner. Peneiti memilih untuk menggunakan teknik pengambilan data melalui kuisioner

yang disebarkan kepada responden dengan karakteristik yang sesuai. Pada penelitian ini,

peneliti menggunakan dua alat ukur berupa kuisioner, yaitu Money Ethic Scale oleh Tang

(1995) untuk mengukur sikap terhadap uang dan Oxford Happiness Questionnaire (OHQ)

oleh Hills dan Argyle (2002) untuk mengukur kebahagian. Kedua kuisioner ini telah

diadaptasi oleh peneliti dan diuji kembali reliabilitasnya, yaitu Money Ethic Scale, α= 0,893

dan Oxford Happiness Questionnaire, α= 0,891.

Hasil Penelitian Gambaran Umum Responden Penelitian

Gambaran umum sejumlah 177 responden didapatkan dari data responden pada

kuisioner, yaitu: usia, jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan, dan pendapatan

per bulan. Tabel 1 Gambaran Umum Responden Penelitian, N=177

Karakteristik Data Responden N Persentase

Usia 21-31 139 78.5%

32-43 21 11.8%

44-55 17 9.6%

Jenis Kelamin Laki-laki 86 48.6%

Perempuan 91 51.4%

Status Perkawinan Menikah

Belum Menikah 56

121 31.6% 68.4%

Hubungan antara sikap terhadap..., Nadia Rindila, F.PSIKOLOGI UI, 2014

Page 11: Hubungan antara Sikap terhadap Uang dan Kebahagiaan pada ...

Tingkat Pendidikan SMA 121 68.4%

D1 1 0.6%

D2 1 0.6%

D3 20 11.3%

S1 107 60.5%

S2 203 13.0%

Pendapatan per Bulan < 2.500.000 12 3.8% 2.500.000 - 4.000.000 47 15% 4.000.001 - 5.500.000 27 8.6% 5.500.001 - 7.000.000 43 13.7%

> 7.000.000 48 15.3% Gambaran Umum Sikap terhadap Uang Responden

Rentang skor total sikap terhadap uang responden yang diukur dengan MES berkisar

dari 12 hingga 47. Sementara rata-rata skor total responden sebesar 30,96 dengan standar

deviasi 5,436. Hal ini dapat dikatakan bahwa gambaran sikap uang responden tergolong

tinggi. Berdasarkan persebaran skor tersebut, responden yang memperoleh skor di atas rata-

rata yaitu sejumlah 99 responden (56%), sedangkan 78 responden (44%) memperoleh skor di

bawah rata-rata.

Gambaran Umum Kebahagiaan Responden Rentang skor total kebahagiaan responden berkisar 9 sampai 31. Sementara itu, rata-

rata skor total responden adalah 20,95, dengan standar deviasi 3,241. Responden yang

memperoleh skor total kebahagiaan di atas rata-rata adalah sebanyak 113 orang (63,84%),

sementara 64 orang (36,16%) memperoleh skor total di bawah rata-rata.

Hubungan antara Sikap terhadap Uang dan Kebahagiaan

Hasil perhitungan menggunakan pearson product moment, diperoleh koefisien

korelasi sebesar r= 0,210, dengan p<0,01 (2-tailed). Koefisien korelasi yang positif

menunjukkan bahwa sikap terhadap uang dan kebahagiaan memiliki arah hubungan yang

positif yang artinya, semakin positif sikap terhadap uang, maka akan semakin tinggi pula

kebahagiaan karyawan.

Hubungan antara Faktor Sikap terhadap Uang dan Kebahagiaan

Dari hasil analisis menggunakan pearson product moment, dua dari tiga faktor sikap

terhadap uang memiliki hubungan yang signifikan dengan kebahagiaan dimana p<0,01 (2-

tailed). Kedua faktor tersebut yaitu success dan budget. Faktor success memiliki hubungan

yang paling kuat dibandingkan faktor lainnya dengan nilai r=0,260, dan mampu menjelaskan

6,76% dari variasi skor kebahagiaan. Kemudian faktor budget memiliki nilai korelasi r=

Hubungan antara sikap terhadap..., Nadia Rindila, F.PSIKOLOGI UI, 2014

Page 12: Hubungan antara Sikap terhadap Uang dan Kebahagiaan pada ...

0,251, dengan kata lain dimensi budget menjelaskan 6,3% varians skor kebahagiaan.

Sedangkan pada faktor evil, r=0,876 tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan

kebahagiaan dimana p > 0,01.

Hasil tersebut memiliki koefisien korelasi yang positif yang menunjukkan hubungan

tiap faktor sikap terhadap uang dan kebahagiaan berbanding lurus dimana semakin positif

faktor success dan budget pada sikap terhadap uang tersebut, maka semakin tinggi pula

kebahagiaan.

Pembahasan

Pada analisis utama penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan

Pearson’s Product Moment Correlation, terdapat hubungan yang positif signifikan antara

sikap terhadap uang dan kebahagiaan pada karyawan. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan

Seligman (2005) menyimpulkan penilaian atau pun sikap seseorang terhadap uang akan

mempengaruhi kebahagiaannya lebih daripada uang itu sendiri.

Hubungan ini mempunyai arah yang positif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin

tinggi sikap terhadap uang, maka semakin tinggi kebahagiaan. Begitu pula sebaliknya,

semakin negatif sikap terhadap uang, maka semakin rendah pula kebahagiaan. Semakin tinggi

sikap terhadap uang, menunjukkan semakin positif sikap terhadap uang yang berarti semakin

menilai bahwa uang merepresentasikan kesuksesan, uang tidak jahat, dan mereka

menganggarkan uang secara hati-hati (Tang, 1995). Adanya korelasi ini menunjukkan bahwa

penilaian karyawan secara positif dengan merepresentasikan uang sebagai kesuksesan, serta

dapat menganggarkan uang dengan hati-hati dapat meningkatkan kebahagiaannya. Hal ini

dapat menjelaskan mengapa di zaman sekarang orang begitu mengejar uang.

Seperti yang telah dijelaskan pada teori Hirarki Kebutuhan Maslow, untuk pencapaian

kebahagiaan maka kebuthan-kebutuhan tersebut harus telah dipenuhi dari kebutuhan dasar

hingga yang tertinggi. Dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut tentunya dibutuhkan

uang. Dari kebutuhan paling dasar, yaitu fisik yang dipenuhi dengan aktivitas makan dan

minum. Untuk bisa makan dan minum, manusia harus memiliki uang. Selanjutnya untuk

memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi lagi, uang yang dibutuhkan juga lebih banyak, hingga

seterusnya sampai pada kebutuhan yang tertinggi.

Oleh karena itu, sikap terhadap uang karyawan positif. Dari hasil gambaran sikap

terhadap uang dapat dilihat skor yang diperoleh lebih banyak yang di atas rata-rata

dibandingkan di bawah rata-rata. Hal ini menunjukkan bahwa sikap terhadap uang karyawan

positif. Individu yang bekerja memiliki sikap terhadap uang yang positif (Taneja, 2012). Uang

Hubungan antara sikap terhadap..., Nadia Rindila, F.PSIKOLOGI UI, 2014

Page 13: Hubungan antara Sikap terhadap Uang dan Kebahagiaan pada ...

telah digunakan untuk dapat menarik, mempertahankan, dan memotivasi karyawan di

organisasi karena uang merupakan esensi dan faktor penting dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi yang memiliki uang terbatas, hal ini dapat memicu munculnya kecemasan dan

ketidakbahagiaan (Tang, 1995).

Sangat wajar jika karyawan menempatkan uang pada tujuan utama dalam bekerja

karena dengan itu karyawan dapat mencapai kebahagiaannya melalui terpenuhinya

kebutuhan-kebutuhannya sesuai dengan hirarki kebutuhan Maslow.

Berdasarkan hasil perhitungan coefficient of determinition, hanya 4,41% variasi skor

kebahagiaan dapat dijelaskan dari hubungan sikap terhadap uang karyawan, sedangkan

95,59% dari kebahagiaan karyawan dapat dijelaskan karena faktor lain selain sikap terhadap

uang. Jika dilihat dengan hanya menghubungan salah satu faktor. Hal ini menjelaskan bahwa

sikap terhadap uang memiliki hubungan dengan kebahagiaan.

Seligman (2002) menyatakan terdapat beberapa faktor eksternal dan internal yang

mempengaruhi kebahagiaan seseorang, namun tidak semuanya memiliki pengaruh besar.

Faktor-faktor tersebut yaitu: uang (pendapatan), pernikahan, kesehatan, emosi positif,

kepuasan terhadap masa lalu, optimisme terhadap masa depan, dan kebahagiaan terhadap

masa depan.

Sebagai analisis berikutnya, peneliti melakukan analisis pada faktor sikap terhadap

uang yang kemudian masing-masing faktor dihubungkan dengan kebahagiaan. Dari ketiga

faktor, dua faktor yang memiliki hubungan positif yang signifikan pada kebahagiaan, yaitu

success dan budget.

Faktor sukses meliputi: achievement, good, respect, dan freedom. Faktor achievement

merepresentasikan pencapaian seseorang, seperti “uang merepresentasikan pencapaian

individu” dan “uang merupakan simbol kesuksesan. Pada respect, uang dipersepsikan sebagai

kehormatan, seperti “uang membuat saya dihormati di lingkungan saya” dan “uang akan

membantu saya mengeksperikan kompetensi dan kemampuan saya”. Dimensi respect

menunjukkan bahwa uang membantu individu untuk mengekspresikan kompetensi dan

kemampuan mereka serta membantu memperoleh self-esteem dan rasa hormat dari orang lain

(Tang, 1992). Orang yang bahagia memiliki self-esteem, merasa diri mereka telah baik dan

yang kurang merasa dirinya berharga secara umum tidak bahagia (Argyle, 2002).

Pada good meliputi sikap-sikap positif terhadap uang, seperti “uang merupakan hal

yang penting dan berharga”. Uang adalah bagian yang sangat penting dari kehidupan kita,

terutama di dunia yang menjadi lebih komersil (Seligman, 2002). Kemudian, seperti yang

telah diutarakan pula bahwa freedom atau power, uang dipersepsikan sebagai kebebasan dan

Hubungan antara sikap terhadap..., Nadia Rindila, F.PSIKOLOGI UI, 2014

Page 14: Hubungan antara Sikap terhadap Uang dan Kebahagiaan pada ...

kekuasaan, seperti “uang memberikan otonomi dan kebebasan” serta “uang memberikan

kesempatan untuk menjadi yang kita inginkan”. Faktor freedom menunjukkan bahwa dengan

uang, individu dapat memiliki otonomi, kebebasan, dan keamanan, serta dapat menjadi

seseorang yang diinginkan dan dapat mempengaruhi orang lain (Tang, 1992). Orang yang

memiliki kekuasaan dan kebebasan atas apa yang ia lakukan cenderung lebih bahagia karena

mereka kecil kemungkinan dari adanya merasakan tekanan (Veenhoven, dalam Diener & Suh,

2000).

Faktor budget merepresentasikan kemampuan individu untuk membuat anggaran

terhadap uang yang dimiliki, seperti “saya menggunakan uang dengan hati-hati” dan “saya

menganggarkan uang saya dengan baik” (Tang, 1992). Seperti yang telah disebutkan pada

teori, faktor budget ini merupakan komponen dari perilaku sikap terhadap uang. Dimana

ketika seseorang dapat menganggarkan uang dengan baik maka ia dapat menggunakan uang

tersebut sebagai jaminan di masa depannya. Uang adalah jaminan yang memungkinkan

seseorang memiliki apa yang diinginkannya di masa depan dan meskipun saat ini ia tidak

butuh apa pun, uang tetap dapat menjamin kemungkinan seseorang untuk memuaskan

keinginan-keinginan baru yang muncul kemudian (Aristoteles, dalam Furnham & Argyle,

1998). Hal ini secara tidak langsung dapat memunculkan optimisme terhadap masa depan,

dimana hal ini merupakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi kebahagian

(Seligman, 2002).

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan, diperoleh

kesimpulan bahwa hipotesis null ditolak dan hipotesis alternatif diterima. Hasil penelitian dan

analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara sikap terhadap

uang dan kebahagian pada karyawan.

Peneliti melakukan analisis korelasi masing-masing faktor sikap terhadap uang dan

kebahagiaan. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat dua dari tiga faktor sikap terhadap uang

memiliki hubungan positif yang signifikan dengan kebahagiaan, yaitu success, dan budget.

Kedua faktor tersebut memiliki hubungan yang hampir sama kuat, namun lebih tinggi pada

faktor success. Sedangkan pada faktor evil tidak memiliki hubungan yang signifikan pada

kebahagiaan.

Saran

Hubungan antara sikap terhadap..., Nadia Rindila, F.PSIKOLOGI UI, 2014

Page 15: Hubungan antara Sikap terhadap Uang dan Kebahagiaan pada ...

Peneliti memberikan beberapa saran yang dapat digunakan untuk penelitian

selanjutnya. Saran yang diberikan berupa saran metodologis dan saran praktis.

Saran Metodologis

1. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya penyebaran data demografis

lebih merata karena hal ini dapat berpengaruh terhadap hasil penelitian. Peneliti harus

lebih memperhatikan penyebaran usia, pendapatan, serta tingkat pendidikan terakhir

agar jumlahnya seimbang.

2. Dalam penyebaran kuisioner, peneliti disarankan untuk lebih

memperketat kontrol agar semua kuisioner yang disebar dapat diolah semua dengan

diisi secara lengkap dan karakteristik yang sesuai.

3. Pada penelitian selanjutnya, peneliti menyarankan untuk lebih

mengkhususkan sampel penelitian dengan membandingkan berdasarkan jabatan

sehingga lebih terlihat hal-hal yang ikut mempengaruhi pada kedua variabel.

Saran Praktis

1. Perusahaan diharapkan melakukan survey tahunan pada karyawan

mengenai kebahagiaan sehingga dapat menjadi bahan evaluasi bagi perusahaan untuk

melihat gambaran kebahagiaan karyawan. Dari evaluasi ini, nantinya dapat menjadi

bahan pertimbangan perusahaan untuk menentukan hal-hal apa yang perlu

ditingkatkan dan penting untuk diperhatikan untuk dapat mencapai kebahagiaan

karyawan.

2. Penelitian ini menjelaskan mengapa uang menjadi hal yang penting di

dalam kehidupan, karena sikap terhadap uang yang positif direpresentasikan bahwa

uang merupakan kesuksesan yang meliputi achievement, respect/self-esteem, freedom,

budget sehingga dapat meningkatkan kebahagiaan. Hal ini secara tidak langsung

menjelaskan representasi sukses dapat mempengaruhi kebahagiaan karyawan. Oleh

karena itu, bisa menjadi masukan bagi perusahaan untuk dapat menyediakan sarana

lain yang dapat merepresentasikan hal-hal tersebut tidak hanya dalam bentuk uang,

namun dalam hal lain seperti: pujian maupun penghargaan dalam bentuk lainnya.

3. Perusahaan sebaiknya memperhatikan kebutuhan karyawan dengan

menyediakan ataupun meningkatkan fasilitas-fasilitas yang dapat menunjang

karyawan dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhannya, seperti yang telah disebutkan

bahwa dalam pencapaian kebahagiaan maka kebutuhan-kebutuhan berdasarkan hirarki

kebutuhan Maslow harus terpenuhi.

Hubungan antara sikap terhadap..., Nadia Rindila, F.PSIKOLOGI UI, 2014

Page 16: Hubungan antara Sikap terhadap Uang dan Kebahagiaan pada ...

Daftar Referensi Amabile, T. M. & Kramer, S. J. (2011). The Power of Small Wins. Harvard Business Review. Berg, M. C. (2008). New age advice: ticket to happiness? J Happiness Stud (2008), 9:361–

377. Carr, A. (2004). Positive psychology: The science of happiness and human strengths. New

York: Brunner-Routledge. Cascio, W. F. (2013). Managing Human Resources, Productivity, Quality of Work, Life,

Profits. New York: Mac-Graw Hill. Diener, E.D. (1985). Life satisfaction and religiosity in broad probability samples. Journal of

Psychological Inquiry, Vol. 13, p: 206-09. Diener, E.D. (2007). Personality, culture, and subjective well-Being: Emotional and cognitive

evaluations of life. Annual revision psychological journal, Vol. 54; page: 403– 25 Diener, E. & Seligman, M.E.P. (2004). Beyond Money: Toward an Economy of Well-Being.

Psychological Science in The Public Interest, Vol-5, No.1. Diener, E. & Suh, E.M. (2000). Culture and subjective wellbeing. Cambridge: MIT Press. Eddington, n. & Shuman, r. (2005). Subjective well being (happiness). Continuing psychology

education: 6 continuing education hours. Furnham, A. & Argyle, M. (1998). The Psychology of Money. London: Routledge. Gravetter, F. J. & Wallnau, L. B. (2007). Essential of Statistics for the Behavioral Sciences.

USA: Thomson Wadsworth. Gravetter, F. J & Forzano, L. A. (2009). Research Methods for the Behavioral Science.

Canada: Wadsworth. Guilford, J. P. & Fruchter. (1978). Fundamental Statistics in Psychology and Education, 6th

ed. New York: McGraw-Hill. Hopp, W. J., Iravani, S. M., & Liu, F. (2009). Managing White Collar Work: An Operations

Oriented Survey. Production and operations management, 18(1), 1-32. Kumar, R. (2005). Resarch Methodology: A Step by Step Guide for Beginners. London:

SAGE Publications. Muhl, C. J. (2002). What is an Employee- The Answer Depends on the Federal Law. Monthly

Lab. Rev., 125, 3. Nunally, J. C. & Bernstein, I. H. (1994). Psychometric Theory. New York: McGraw-Hill. Sarwono, S. W. & Meinarno, E. A. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika. Schuster, J. R., & Zingheim, P. K. (1992.) The New Pay: Linking Employee and

Organizational Performance. New York: Lexington Books. Seligman, M.E.P. (2002). Authentic Happiness. New York: Free Press. Seligman, M.E.P & Steen, T. A. (2005). Positive Psychology Progress: Empirical Validation

of Interventions. Psychological Science, 7,186-189. Seligman, M.E.P. (2005). Character, Strenght, and Virtues: A Handbook & Classification.

New York: Oxford University press. Sugiyono (2003). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sulaeman, A. (2014). 62 Persen Karyawan di Jakarta Tidak Dapat Tidur Nyenyak. Diakses

pada November 2014 dari http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/09/62-persen-karyawan-di-jakarta-tidak-dapat-tidur-nyenyak

Taneja, R. M. (2012). Money Attitude – An Abridgement. International Refereed Research Journal, Vol. III, 3(3), July 2012.

Tang, T. L. P. (1992). The meaning of money revisited. Journal of Organizational Behavior, Vol. 13, 197-202 (1992).

Hubungan antara sikap terhadap..., Nadia Rindila, F.PSIKOLOGI UI, 2014

Page 17: Hubungan antara Sikap terhadap Uang dan Kebahagiaan pada ...

Tang, T. L. P. (1995). The Development of Short Money Ethic Scale: Attitudes toward Money and Pay Satisfaction Revisited. Indiv. Diff., Vol. 19, No. 6, pp, 809-816, 1995.

Tang, T.L.P. (2002). Income, Money Ethic, Pay Satisfaction, Commitment, and Unecthical Behaviors: A Study of 12 Countries. Paper Presented at Academy of Management, Denver, Colorado.

Triananda, K. (2014). Survei: Dari 30 Negara, Karyawan di Indonesia Paling Tidak Bahagia. Diakses pada November 2014 dari http://www.beritasatu.com/ekonomi-karier/182879-survei-dari-30-negara-karyawan-di-indonesia-paling-tidak-bahagia.html

Hubungan antara sikap terhadap..., Nadia Rindila, F.PSIKOLOGI UI, 2014

Page 18: Hubungan antara Sikap terhadap Uang dan Kebahagiaan pada ...

Hubungan antara sikap terhadap..., Nadia Rindila, F.PSIKOLOGI UI, 2014