Fundamental Antena

33
FUNDAMENTAL ANTENA RADAR PSR Antena adalah sebuah Tranduser yang berfungsi merubah Energi Listrik dari Radio Frekuesnsi menjadi Medan Electromagnetic untuk dipancarkan ke udara (space ). Ukuran fisik dari Radiating Element biasanya akan disesuaikan dengan ukuran λ ( Panjang Gelombang ), sehingga semakin tinggi sebuah Nilai Frekuensi maka akan menghasilkan ukuran antenna yang semakin kecil ( λ = C/f ). I.TIPE ANTENA 1. DIRECTIONAL ANTENA A. Karakteristik Antena Directional : a. Narrow Beam b. Power terarah lebih besar B. Table Jenis Antena Directional : NO JENIS ANTENA GAMBAR KETERANGAN 1 YAGI 1. Cocok untuk shorter Links 2. Gain Ant : 7 dBi dan 15 dBi 2 PARABOLIC 1. Cocok digunakan untuk Medium dan Long Links 2. Gain Ant : 18 – 28 dBi 3. Paling banyak digunakan 1

Transcript of Fundamental Antena

Page 1: Fundamental Antena

FUNDAMENTAL ANTENA RADAR PSR

Antena adalah sebuah Tranduser yang berfungsi merubah Energi Listrik dari Radio Frekuesnsi menjadi Medan Electromagnetic untuk dipancarkan ke udara (space ).

Ukuran fisik dari Radiating Element biasanya akan disesuaikan dengan ukuran λ ( Panjang Gelombang ), sehingga semakin tinggi sebuah Nilai Frekuensi maka akan menghasilkan ukuran antenna yang semakin kecil ( λ = C/f ).

I. TIPE ANTENA1. DIRECTIONAL ANTENA

A. Karakteristik Antena Directional :a. Narrow Beamb. Power terarah lebih besar

B. Table Jenis Antena Directional :

NO

JENIS ANTENA GAMBAR KETERANGAN

1 YAGI 1. Cocok untuk shorter Links

2. Gain Ant : 7 dBi dan 15 dBi

2 PARABOLIC 1. Cocok digunakan untuk Medium dan Long Links

2. Gain Ant : 18 – 28 dBi

3. Paling banyak digunakan

1

Page 2: Fundamental Antena

3 SECTORAL 1. Directional in nature, tetapi dapat di adjust 450 – 1800

2. Gain Ant : 10 – 19 dBi

C. Fungsi Antena Directional :a. Kominikasi Point to Pointb. Komunikasi Point to Multipoint

D. Aplikasi Antena Directional :a. Radarb. ILS ( Localizer, Glide Path, Marker Beacon )c. VSAT

2. OMNI DIRECTIONAL ANTENAA. Karakteristik Antena Omni Directional :a. Terpancar kesegala arah ( melingkar 3600 ) dengan kuat Medan dan Polaritas sama di segala

arah tersebutb. Power besar c. Jarak Pancar rendah ( Short Distance )

2

Page 3: Fundamental Antena

d. Cakupan Pancar Luas ( Wide Coverage )e. Gain antenna : 3 – 10 dBi

B. Jenis Antena Omni Directional :a. Antena Batangb. Antena umbrella

Grb -3 Antena Batang

C. Fungsi Antena Omni Directional :a. Komunikasi Point to Multipoint

D. Aplikasi Antena Omni Directional :a. NDBb. DMEc. HT

3

Page 4: Fundamental Antena

II. PARAMETER ANTENA

1. Gain

Gain merupakan sebuah parameter penting yang sangat menentukan keandalan sebuah antena. Pada antena, ada sudut-sudut tertentu dari radiasi yang memberikan densitas daya yang lebih besar dibandingkan yang lain (ketika diukur pada jarak yang sama).

Dimana :

P : Daya yang digunakan pada terminal-terminal antenna 4.phi.d² : Permukaan area dari bidang dengan radius d n : Efisiensi total antena

4

Page 5: Fundamental Antena

Gain antena bisa juga digambarkan sebagai daya keluaran dalam arah particular. Gain biasanya diekspresikan dalam dBi.

2. AREA EFECTIVE

Antena aperture adalah salah satu yang menggunakan aperture dua dimensi, seperti sebuah horn atau sebuah reflector parabola. Gain dari aperture antena, seperti reflektor parabola, dapat dihitung menggunakan prinsip area efektif, atau area jangkauan, yang didefinisikan sebagai

dimana Ap adalah area fisik dari antena dan n adalah efisiensi total antena (biasanya berkisar antara 50% hingga 80%). Sedangkan gain untuk antena aparture adalah

[2.3]

Jika yang diketahui hanya dimensi-dimensi fisik, bisa diasumsikan efisiensinya kira-kira 0.6, dan perkiraan gain ini sangat umum bagi kebanyakan antena.

3. POLA RADIASI

Pola radiasi dari sebuah antena adalah penggambaran secara grafis dari gain (dB) terhadap sudut. Tepatnya merupakan pola dua dimensi, sebuah fungsi azimuth dan sudut elevasi. Ilustrasinya dapat dilihat pada gambar 2.1.

5

Page 6: Fundamental Antena

Gambar 2.1 Pola radiasi antenna

Pola radiasi biasanya selalu menggambarkan pola far-field, dimana gain atau directivity hanyalah sebuah fungsi daripada azimuth dan sudut elevasi yang bebas terhadap jarak d.

Mainlobe antena merupakan lobe dimana gain puncak terjadi. Beamwidth dari sebuah antena didefinisikan sebagai jarak angular antara dua titik pada pola mainlobe antena yang berada 3 dB dibawah nilai gain maksimum.

Gambar 2.2 Tipikal pola radiasi antena (gain normal) dalam satu dimensi

4. POLARISASI

Polarisasi didefinisikan sebagai orientasi dari bidang yang terdiri dari komponen medan listrtik dari bentuk gelombang yang teradiasi.

Dalam banyak kasus, polarisasi dari sebuah antena dapat ditentukan melalui sebuah inspeksi. Umpamanya :

a. antena yang membentang vertical akan menghasilkan dan menerima polarisasi vertikal. b. jika yang membentang adalah elemen antena horizontal, polarisasi gelombangnya pun

horizontal

Polarisasi vertical dan horizontal termasuk ke dalam polarisasi linear. Tipe lain adalah polarisasi tipe circular dan elliptical. Polarisasi circular sama dengan linear, hanya saja vector polarisasinya berotasi clockwise atau counterclockwise. Polarisasi circular adalah kasus khusus dari polarisasi elliptical, dimana componen-komponen vertical dan horizontal dari vector polarisasi mempunyai magnitude yang sama.

6

Page 7: Fundamental Antena

A.POLARISASI VERTICAL

B. POLARISASI HORIZONTAL

7

Page 8: Fundamental Antena

C. POLARISASI CIRCULAR

Polarisasi Circular pada gel EM dalam Electrodynamic adalah sebuah Polarisasi yang terbentuk dari kumpulan setiap vector E ( Medan Listrik ) yang fixed disuatu titik di space, dimana kumpulan tersebut akan membentuk lingkaran sejalan dengan bertambahnya waktu.

Dan jika bentuk gel EM ini dianggap diam, maka terbentuklah apa yang dinamakan HELIX disepanjang arah propagasi.

Polarisasi Circular adalah bentuk simple dari Polarisasi Elip, dan polarisasi pada umumnya banyak digunakan adalah polarisasi Linear.

Gbr-1. Polarisasi Circular yang dibentuk oleh E (Medan Listrik) yang menjalar dan melingkar sesuai dengan Aturan Tangan Kanan dan bergerak CW

Pada Gbr-1 diatas terlihat bahwa Vektor E mempunyai nilai AMPLITUDO KONSTAN namun ARAH nya BERUBAH pada setiap derajat di Sumbu Jalar ( diasumsikan berputar ) dan Tegak Lurus terhadap Sumbu Jalar nya.

8

Page 9: Fundamental Antena

Polarisasi Circular pada Gbr-1 juga bisa juga disebut menggunakan aturan Tangan Kanan dengan dengan arah polarisasi melingkar CW atau menggunakan Aturan Tangan Kanan Putaran Screw ( Mur ) di udara ( space ).

Agar mudah memahami prinsip Polarisasi Circular, maka biasanya E ( Medan Listrik ) dibagi menjadi 2 komponen, yaitu :

a. Komponen Vertical warna Birub. Komponen Horizontal warna Hijau

Pada Gbr-1 terlihat bahwa komponen Horizontal ( Hijau ) Leading / mendahului ¼ λ ( 900 ) terhadap komponen Verical ( Biru ), sehingga menghasilkan bentuk HELIX, yang akan menyebabkan nilai max dari komponen Vertical akan selalu berada pada titik nilai min komponen Hroizontal atau sebaliknya. Hasil dari pengaturan seperti ini adalah adanya bentuk HELIX yang tersusun dari beberapa/sejumlah Vektor E yang terbentuk dari komponen Vertical dan komponen Horizontal yang matching.

Gbr-2. Left-handed/Counter-clockwise circularly polarized light displayed with and without the use of components.

Pada Gbr-2 terlihat bahwa komponen Horizontal ( Hijau ) Lagging / ketinggalan ¼ λ ( 900 ) terhadap komponen Verical ( Biru ), sehingga menghasilkan bentuk HELIX, yang akan menyebabkan nilai max dari komponen Vertical akan selalu berada pada titik nilai min komponen Hroizontal atau sebaliknya. Hasil dari pengaturan seperti ini adalah adanya bentuk

9

Page 10: Fundamental Antena

HELIX yang tersusun dari beberapa/sejumlah Vektor E yang terbentuk dari komponen Vertical dan komponen Horizontal yang matching.

ATURAN TANGAN KANAN / KIRI

Gbr-3 Aturan tangan kanan dengan gerak melingkar CW menuju Sumber ( Source )

Gbr-4 Aturan tangan kiri dengan gerakan melingkar CCW menuju Sumber ( Source )

Polarisasi Circular berdasarkan aturan tangan kanan atau aturan tangan kiri akan bergantung kepada putaran Vektor E ( Medan Listrik ) yang diinginkan.

NO ATURAN ARAH PUTAR VEKTOR E (MEDAN LISTRIK)

PHASE KOMPONEN

1 TANGAN KANAN CW KOMP HORZ LEADING ¼ λ THD KOMP VERTICAL

2 TANGAN KIRI CCW KOMP HORZ LAGGING ¼ λ THD KOMP VERTICAL

3

D.POLARISASI ELIPE. POLARISASI SUPERPOSISI

10

Page 11: Fundamental Antena

TEORI POLA COSECANT SQUARE

1.PEDAHULUAN

Pola Cosecant Square disini diperuntukan bagi sistem Radar ( pengamatan ) penerbangan, dimana

dengan menggunakan pola ini maka Pancaran Main Beam dari suatu Radar dapat diatur dan ditentukan.

Gambar – 1.1 Pola Cosecant Square

Cosecant Square adalah adanya kesamaan kuat medan pada bagian input Receiver dari suatu Radar,

pada saat Target bergerak dengan Flight Level yang konstant pada area Main Beam dari pancaran Radar

tersebut.

Didalam praktek ditemukan 2 hal yang dapat mempengaruhi Pola Cosecant Square, yaitu :

Gambar – 1.2 Pembentukan Pola Cosecant Square

a. Posisi dan Bentuk dari Parabolik ReflektorBila posisi Radiator ( Horn ) sudah berada di Focal Point terhadap Parabolik Reflektor, maka akan

menghasilkan :

11

Page 12: Fundamental Antena

- Untuk area bagian tengah dari Pola Cosecant Square akan dihasilkan Lobe Radiasi yang tajam pada saat RF Energi meninggalkan Reflektor secara parallel.

- Untuk area bagian Margin ( pingging ) dari Pola Cosecant Square akan dihasilkan dengan cara membelokan sebagian RF Energi yang terpancar

b. Banyaknya Beam yang dihasilkan oleh beberapa HORN Antena pada saat menembakan RF Energi ke Parabolik Reflektor

- RF Energi yang terpancar dari Radiator ( Horn ) untuk bagian margin Parabolik Reflektor harus dibuat lebih lemah ( kecil ) dari pada RF Energi untuk bagian center Parabolik Reflektor, sehingga akan dihasilkan Power Density yang kecil pada bagian margin Parabolik Reflektor

Gambar – 1.3 Perbedaan RF Energi yang dipancarkan oleh Radiator

- Power Density 12 ( Warna Kuning muda ) lebih kecil dari power Density 11 ( Merah )

- Power Density 11 ( Warna Merah) akan lebih kecil dari power Density10 ( Warna Biru muda )

- Dst

12

Page 13: Fundamental Antena

2. TINJAUAN MATEMATIS COSECANT SQUARE

Gambar 1.4 HUBUNGAN ANTARA SUDUT ELEVASI, RANGE, DAN HIGH

Rumusan Triangular pada segi tiga Siku dapat diterapkan untuk mencari RANGE ( R ) pada gambar

diatas :

R= hSinε

=hcosec ε .....................................................................................................pers. 1

Kemudian pers.1 akan di hubungkan dengan pers. pada Radar.

Bila diasumsikan bahwa seluruh Echo ( Repply Signal ) mempunyai Signal Strength yang sama pada saat

tiba di bagian input Receiver, maka RANGE oleh ditentukan oleh :

PE≈G2

R4

G2≈R4

G≈R2, dimana PE = Konstant ............................................................................pers. 2

13

Page 14: Fundamental Antena

Kemudian Pers. 2 dapat disederhanakan dengan memasukan pers. 1 untuk mendapatkan hubungan

antara Cosecant Square dan Antena Gain ( G )

G≈ (h .cos ec . ε )2, dimana h = Konstant ................................................................pers.3

Sehingga didapatkan :

G≈cosec 2ε ...........................................................................................................pers. 4

3. PENERAPAN RUMUSAN COSECANT SQUARE

Diketahui Radar PSR Thales dengan jenis Antena AN 2000S yang akan dipasang di Bandara A adalah

sebagai berikut :

- Coverage ( R ) = 250 Nm = ± 500 km (Persyaratan ICAO dan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara)

- ε=300 ( Sesuai Spek Teknis Radar PSR Thales )

Maka didapatkan :

a. Maximum Flight Level ( H )

Max Flight Level ( H ) dari Target / pesawat yang masih masuk dalam area Cosecant square Radar ini

adalah :

Max Flight Level ( H ) = R . Sin ε

= 500 Km X Sin 300

= 500 Km X 0.5

= 250 Km

= 750.000 Feet

14

Page 15: Fundamental Antena

Bila melihat Max Flight Level sebesar 750.000 ft, maka Cosecant Square yang dihasilkan oleh peralatan

Radar ini sudah sangat jauh melampaui batas max ACC ( Air Traffic Control Centre ) yang bertanggung

jawab mengontrol ruang udara ( Vertical Limit ) sampai max 46.000 ft ( lihat Tabel – 1.1 )

Gambar - 1.4 IMAJINASI STRUKTUR RUANG UDARA

Tabel – 1.1 PEMBAGIAN WIALAYAH CONTROL

NO PARAMETER ADC APP ACC KETERANGAN

1 LATERAL LIMIT 5 Nm 30 Nm - -

2 VERTICAL LIMIT 4000 Ft 6000 – 10000 Ft 46000 Ft -

b. GAIN ANTENA ( G )

Gain Antena Radar PSR adalah :

G≈cosec 2εG≈cosec 230

G≈1

(Sin 300 ) (Sin300)G≈1

0 .5 . 0 .5

G≈10 .25

G≈4

15

Page 16: Fundamental Antena

ANTENA PRIMARY SURVEILLANCE RADAR ( AN 2000S – THALLES )

1. PENDAHULUAN

AN 2000S adalah satu jenis Antena S-Band PSR yang didesign untuk Terminal Approach Surveillance Radar System, yang menggunakan 2 buah Curvature Reflector untuk merefleksikan / membelokan gelombang dengan polarisasi vertical atau Circular

Karakterisitik AN 2000S :

1. Berdimensi kecil :- Kecepatan Putar max 15 Rpm- Dapat dipasang pada area bandara

2. Sharp Azimuth Beam :- Keakuratan didukung dengan penggunaan prinsip Doppler- Mempunyai tingkat akurasi dan resolusi yang tinggi

3. Elevation Pattern Featuring :- Dapat mengetahui dan menghilangkan dengan segera Target yang berasal dari Sudut elevasi

rendah, sehingga sistem Antena ini lebih baik dari pada sistem antena yang dipunyai oleh Radar PSR versi terdahulu

- Adanya peningkatan pada Gain Antena untuk dapat menghasilkan Sudut elevasi yang lebih besar, sehingga kemampuan untuk mendeteksi Target

1.1 KOMPOSISI ANTENA

16

Page 17: Fundamental Antena

Gambar -1.1

Kerterangan Gambar – 1.1 :

1. Rangka Penunjang

2. Curvature Reflector

3. Support Antena

4. RF Boom

5. Feed Horn

1.2 KELENGKAPAN PENUNJANG ANTENA NA 2000S

- Antena akan diputar oleh Drive Mechanism yang mendapat supply tegangan dan dikontrol oleh Antena Control Cabinet

- RF Signal dan Signal Kontrol yang dikirimkan ke sistem Antena akan melalui jalur yang bersifat fixed dan berputar ( melalui Rotary Joint )

17

Page 18: Fundamental Antena

Gambar – 1.2 BLOK DIAGRAM PENUNJANG KERJA ANTENA AN 2000S

- Bagian Transitter PSR akan mengirimkan RF Signal ke Antena melalui sebuah Wave Guide

- Bagian Receiver PSR akan menerima RF Signal yang berasal dari Antena melelui Wave Guide dan Coaxial kabel.

- Air Dryer Compressor berfungsi untuk memberi tekanan udara kepada Wave guide

18

NOTE :

Sudut Elevasi Antena PSR ditetukan dengan cara melakukan penyetingan terhadap TILT Device dari Curvature Reflector dan Feed Horn

Page 19: Fundamental Antena

1.3 KOMPONEN ANTENA AN 2000S

Gambar – 1.3 ANTENA DILIHAT DARI SISI KIRI

Keterangan Gambar – 1.4 :

1. Support untuk Antena SSR ( Secondary Surveillance Radar )

2. Double Culvarture Reflector

3. Upper Feed Horn

4. Lower Feed Horn

5. Polarizer

6. Receiveing Horn

7. Radiating Horn

8. RF Boom

1.3.1 CURVATURE REFLECTOR

Double Curvature Reflector ( 2 ) terdiri dari sebuah Layer Aluminium yang berbentuk jaring untuk mengantisipasi bila terjadi Trubulance.

Bagian atas ( 1 ) diperuntukan sebagai Support ( dudukan ) apabila akan diletakan Antena SSR collocated dengan Antena PSR

19

Page 20: Fundamental Antena

1.3.2 FEED HORN

Posisi peletakan Feed Horn akan dibuat fokus terhadap Reflector. Ada 2 buah Feed Horn dengan karakteristik sebagai berikut :

Gambar – 1.5 FEED HORN

1. Upper Feed Horn ( 3 )

- Bersifat Low Coverage

- Dapat melakukan perubahan penggunaan dari Waveguide Circular ke Waveguide Rectangular

- Mempunyai Polarizer

- Dapat dirubah polarisasinya dari Circular ke Square ( Linear )

- Mempunyai Phase Shifter fixed

- Mempunyai Radiating Horn dan Receiveing Horn ( untuk menerima Low Site Angle / Low Coverage )

- Mempunyai Penghubung antara Wave Guide dengan Coaxial kabel

20

Page 21: Fundamental Antena

2. Lower Feed Horn (4 )

- Bersifat High Coverage

- Dapat melakukan perubahan penggunaan dari Waveguide Circular ke Waveguide Rectangular

- Mempunyai Polarizer yang tertutup housing

- Dapat dirubah polarisasinya dari Circular ke Square

- Mempunyai Phase Shifter fixed

- Mempunyai Radiating Horn

CATATAN :

1. Masing – masing Feed Horn dilengkapi dengan sebuah Horn Supplay yang merupakan sebuah Square Guide, yang mana Square Guide tersebut mendapatkan dan menyalurkan RF Signal ( Micro wave ) yang berasal dari Polarizer.

2. POLARIZER adalah sebuah komponen berbentuk Silinder yang dilengkapi dengan satu set IRIS, dengan tujuan untuk melakukan penyetingan Polarisasi Gelombang dari 00 - 450.

3. IRIS adalah Lepengan bulat berbahan Metal yang akan disisipkan pada Silinder ( Polarizer ) secara tegak lurus yang berfungsi sebagai penyeting Polarisasi Gelombang dari 00 - 450.

4. Pengontrolan Polarisasi 00 adalah untuk POLARISASI VERTICAL dan Polarisai 450 adalah untuk POLARISASI CIRCULAR akan dilakukan oleh 450 Turn Motor secara bersamaan pada ke dua Feed Horn.

21

Page 22: Fundamental Antena

Gambar – 1.6 IRIS PADA POLARIZER

1.3.3 RF BOOMMicrowave Link untuk ke dua Feed Horn akan disalurkan melalui RF BOOM, dengan mekanisme sebagai berikut :

1. Low Coverage HornMicrowave Link akan terhubung dengan Low Coverage Horn melalui Rotary Joint dengan terlebih dahulu melewati sebuah Waveguide Semi Rigid

2. High Coverage HornMicrowave Link akan terhubung dengan High Coverage Horn melalui sebuah Coaxial kabel dengan losses rendah

1.3.4 PROSEDURE PENYETINGAN TILT JACK SCREW ( 3 ) difungsikan untuk melakukan penyetingan terhadap SUDUT ELEVASI dari Reflector / Feed Horn TILT ANGLE SCALE PLATE ( 16 ) difungsikan untuk melakukan penyetingan terhadap SUDUT ELEVASI dari Reflector / Feed Horn, namun biasanya dilakukan hanya sekali saja pada saat instalasiINCLINOMETER ( 9 ) berfugsi untuk menetapkan REFEREN SUDUT ELEVASI

22

CATATAN :Dari Waveguide sampai dengan Low Coverage Feed Horn akan mendapatkan pressure dari Air Dyer Compressor untuk membuang dielektrikal udara.

Page 23: Fundamental Antena

Gambar – 1.6

23

Page 24: Fundamental Antena

2. PENJABARAN TEKNIS

AN 2000S adalah sebuah Antena S-Band yang digunakan untuk Terminal Approach Sueveillance Radar yang terdiri dari :

- 2 buah Radiator Feed Horn ( Source )

- Double Curvature Reflector

Gambar – 2.1 BLOK DIAGRAM ANTENA AN 2000S

Dalam pengoperasian Antena AN 2000S ini akan berfungsi sebagai sebuah INTERFACE bagi sistem Transmiter dan Receiver dari PSR.

24

Page 25: Fundamental Antena

Upper Feed Horn ( Low Coverage Horn ) selama proses transmisi akan melepaskan microwave energi yang diumpankan dari bagian Transmitter menuju Reflectorlalu dipancarkan / dipropagasikan pada main axis.

Sebuah External Switching Device selama proses penerimaan akan mengatur ( switching ) Coverage Horn agar dapat menerima microwave energi yang berasal dari Target via Reflector secara switcing ( tidak continyu )

REFLECTOR

Reflector yang berupa parabolik berbentuk Double Curvature Reflector berfungsi untuk membentuk :

1. Azimuth Angle

2. Cosecant Square dalam bentuk Sudut Elevasi

Reflector ini tersusun dari deretan sejumlah parabola pada arah sumbu Hoizontal dan Vertical, yang mempunyai titik central pada tengah dari parabolik tersebut. Secara fungsi Reflector ini dapat dijabarkan menjadi :

1. A pseudo – Parabolic section

Berhubungan dengan Radiating Main Lobe untuk Low Elevation Angle

2. A pseudo – Elliptical part

Berhubungan dengan Radiation Cosecant Square untuk High Elevation Angle

FEEDER SISTEM

Low Coverage Horn yang terletak pada bagain atas difungsikan untuk melakukan Pemancaran dan Penerimaan, sedangkan High Coverage Horn ( terletak bagian bawah ) difungsikan untuk Penerimaan saja ( Reception only )

Gambar – 2.2 PROSES PEMANCARAN DAN PENERIMAAN

25

Page 26: Fundamental Antena

Pada Gambar – 1.5 Feed Horn terlihat bahwa masing – masing Feed Horn dilengkapi dengan Ajustable Polarizer ¼ λ ( 00 - 450 ) yang berfungsi sebagai MATCHING UNIT.

POLARIZER

Polarizer berfungsi untuk mengubah Polarisasi yang digunakan dari Vertical ke Circular ataupun sebaliknya.

Bila microwave yang dipancarkan menggunakan polarisasi Circular, maka pada bagian Receiver ( Penerima ) yang menangkap Repply Signal dalam bentuk Circular polarisasi juga, akan segera merubah bentuk polarisasi Cicular tersebut menjadi Linear Polarisasi ( Lihat Gambar – 1.6 Iris pada Polarizer )

Kegunaan dari Polarisasi Circular adalah untuk mengetahui apakah ECHO ( Repply Signal ) berasal ISOTROPIC Target ( Rain & Snow ) atau berasal dari Pesawat ( UNISTROPIC Target ), yaitu dengan cara melakukan pembandingan ATTEUNASI yang dilakukan pada bagaian Aircraft Channel. Atteunasi yang dihasilkan oleh Target ISOTROPIC akan jauh lebih besar dari pada Atteunasi yang dihasilkan oleh Target yang berupa pesawat.

Polarizer dapat disetting pada 2 posisi, yaitu :

1. Posisi 00 untuk Linear Polarisasi

2. Posisi 450 untuk Circular Polarisasi

HORN DAN PHASE SHIFTER

Radiating element akan melakukan MATCHING antara Waveguide terhadap Atmosphere. Dengan menggunakan Waveguide yang mempunyai sifat konstan Linear, maka sangatlah mungkin untuk mengalirkan suatu microwave dengan NILAI IMPEDANSI yang dipunyai Microwave tersebut mendekati Nilai IMPEDANSI yang dipunyai oleh udara, sehingga dapat terjadi MATCHING antara microwave dengan Airspacewave.

26

Page 27: Fundamental Antena

Gambar 2.3 RADIATING HORN

Sebuah Fixed Phase Shift digunakan untuk melakukan penggeseran Phase 00 – 450 terhadap komponen Vertical dan komponen Horizontal dari RF Signal ( microwave ) yang akan diberikan kepada Horn pada saat memilih Polarisasi yang akan digunakan.

COUPLER CROSS POLARISASI

Coupuler Cross Polarisasi akan terhubung dengan sebuah Coaxial kabel dengan fungsi untuk menerima ECHO ( Reverse Cross Polarisasi ) pada saat dipilih Circular Polarisasi untuk dipancarkan.

PROBE yang berupa sebuah ROD ¼ λ akan digunakan untuk melakukan peng-coupling-an terhadap Cross Polarisasi wave berada didalam Waveguide dengan posisi orthogonal terhadap Wave dengan polarisasi Linear

27

Page 28: Fundamental Antena

3. SPESIFIKASI ANTENA AN 2000S

Tabel 3.1 SPESIFIKASI TEKNIS

28