Fisika Sma
-
Upload
bangkit-salam -
Category
Documents
-
view
311 -
download
7
Transcript of Fisika Sma
Update – 20080306 fredi yuastiarso, s.si
KELAS X Bearan & Dimensi
(1) Besaran pokok Besaran satuan (SI) - panjang m - massa kg - waktu s - suhu K - kuat arus A - intensitas cahaya Cd - jumlah zat kmol Besaran Dimensi - panjang L - massa M - waktu T - suhu θ - kuat arus I - intensitas cahaya J - jumlah zat N
(2) Besaran vektor Besaran yang memiliki nilai dan arah Contoh : kecepatan, percepatan, gaya, momentum, medan magnet
(3) Besaran skalar Besaran yang hanya memiliki nilai Contoh : kelajuan, panjang, massa, suhu
Pengukuran
(4) Mikrometer sekrup Dilaporkannya : 3,5 + 0,14 = 3,64 mm
(5) Jangka sorong Dilaporkannya: 2,21 cm
Operasi Angka Penting
(6) Penjumlahan Jumlah angka di belakang koma dari hasil, sama dengan jumlah angka dibelakang koma yang terkecil dari elemen-elemen yang dijumlahkan
+3086,202,81086,12
hasil : 20,3 (satu angka di blakang koma)
(7) Pengurangan Jumlah angka di belakang koma dari hasil, sama dengan jumlah angka dibelakang koma yang terkecil dari elemen-elemen yang dikurangkan
−9086,32,81086,12
hasil : 3,9 (satu angka di blakang koma)
(8) Perkalian Jumlah angka penting hasil sama dengan jumlah angka penting terkecil dari elemen-elemen yang dikalikan 0,2222 × 1,11 = 0,247 (4 a.p.) (3 a.p.) (3.a.p.)
(9) Kuadrat
Jumlah angka penting hasil sama dengan jumlah angka penting dari elemen yang dikuadratkan ( ) 2,11,1 2 = 2ap 2ap
(10) Penarikan akar
Jumlah angka penting hasil sama dengan jumlah angka dari elemen yang diakar kuadratkan
0,3273 =
2ap 2ap juga....
Vektor (11) Resultan dua vektor
θcos...2 212
22
1 AAAAR ++=
θ = sudut apit antara A dan B
(12) Resultan lebih dari dua vektor Cari komponen-komponen pada sumbu x dan sumbu y – nya dulu, kemudian dibeginikan:
( ) ( )22 ∑∑ += yx FFR
(13) Perkalian silang (cross product) dua
vektor bentuk X i + Y j + Z k kzjyixa 111 ++=
r
kzjyixb 222 ++=r
barr
× =
22222
11111
yxzyxyxzyxjikji
barr
× = (merah) – (hitam)
(14) Besar hasil kali silang dua vektor bentuk X i + Y j + Z k (perkalian vektor)
222 ZYXba ++=×rr
(15) Perkalian titik (dot product) dua
vektor bentuk X i + Y j + Z k (perkalian skalar) Notasi dengan vektor satuan kembar jika dikalikan hasilnya satu dan yang tidak kembar hasilnya nol i.i = j.j = k.k = 1
(16) Besar hasil kali silang dua vektor yang mengapit sudut
θsinBABArrrr
=×
(17) Hasil kali titik dua vektor yang
mengapit sudut
θcos. BABArrrr
=
GLB
(18) Kecepatan
waktunperpindahav =
(19) Kelajuan
waktujarakv =
GLBB
(20) Mencari percepatan (a)
tvv
a t 0−=
(21) Mencari jarak tempuh (s) 2
0 21. attvS +=
(22) Mencari kecepatan akhir (vt) atvvt += 0
(23) Hubungan kecepatan akhir (vt) dengan kecepatan awal (v0) dan jarak (s)
asvvt 220
2 += dipercepat a-nya positif diperlambat a-nya negatif
(24) GLBB gerak vertikal ke atas Berlaku rumus (21), (22) dan (23) dengan a = -g g = percepatan gravitasi
(25) GLBB gerak vertikal ke bawah Berlaku rumus (21), (22) dan (23) dengan a = +g
Gerak Melingkar Beraturan
(26) Putaran
πθ
2=N
N = banyak putaran θ = sudut yang ditempuh
(27) Panjang lintasan (s) S = R.θ R = jari-jari putaran
(28) Kecepatan sudut (ω)
Tf
tππθω 22 ===
ƒ = frekuensi putaran T = periode
(29) Hubungan kecepatan sudut (ω) dengan kecepatan linier (v)
Rv .ω= (30) Percepatan sentripetal (as)
RRvas .2
2ω==
(31) Mencari gaya desakan pada mobil (N) di puncak bukit
w – N = Rvm
2
w = berat R = jari-jari kelengkungan bukit
10
15
20
Berhimpit di “14” Satu..
Dua.. Tiga..
Setengah lebih...
0
2
Berhimpit di “1”
2,2..
θ
A B
N
w
Update – 20080306 fredi yuastiarso, s.si
(32) Mencari gaya desakan mobil di lembah bukit
N – w = Rvm
2
(33) Mencari gaya tegang tali (T) dari beban yang diputar vertikal ketika berada di titik terendah
T – w = Rvm
2
R = panjang tali
(34) Mencari gaya tegang tali (T) dari beban yang diputar vertikal ketika berada di titik tertinggi
T + w = Rvm
2
(35) Mencari gaya tegang tali (T) dari beban yang diputar vertikal ketika berada di posisi mendatar
T = Rvm
2
(36) Mencari gaya tegang tali (T) dari beban yang diputar vertikal ketika membentuk sudut θ
T – w cos θ = Rvm
2
(37) Hubungan sistem roda-roda a. satu poros
2
2
1
1
21
Rv
Rv
=
= ωω
R = jari-jari roda b. bersinggungan atau dihubung tali
2211
21RR
vvωω =
=
Dinamika gerak tanpa gesekan (38) Hukum Newton II
(bergeser/translasi) amF .=∑
(39) Gaya desakan beban dalam lift yang
bergerak dipercepat ke atas amF .=∑
N – w = m.a N = w + m.a
(40) Gaya desakan beban dalam lift yang bergerak dipercepat ke bawah N = w - m.a
Jika diperlambat, rumus 39 & 40, nilai “a” dimasukknan negatif
(41) Mencari percepatan sistem katrol
dengan massa katrol diabaikan
mFa
ΣΣ
=
konversi suhu
(42) Termometer celcius 00C → suhu es melebur 1000C → suhu air mendidih
(43) Termometer reamur 00C → suhu es melebur 800C → suhu air mendidih
(44) Termometer fahrenheit 320C → suhu es melebur 2120C → suhu air mendidih
(45) Termometer Kelvin Tidak didasarkan pada titik didih dan titik lebur air Didasarkan pada energi 0 K → suhu di mana laju gerak partikel minimum (v ~ 0)
(46) Celcius – Reamur
)080()0100(
−−
=R
C
tt
45
=R
C
tt
(47) Celcius – Fahrenheit
)32212()0100(
32 −−
=−F
C
tt
95
32=
−F
C
tt
(48) Reamur – Fahrenheit
)32212()080(
32 −−
=−F
R
tt
94
32=
−F
R
tt
(49) Celcius – Kelvin TK = 273 + tC
Pemuaian zat
(50) Pemuaian panjang T∆=∆ α0ll
lll ∆+= 0 → ( )T∆+= α10ll
=∆l perubahan panjang =0l panjang bahan saat suhu t0
=l panjang bahan setelah suhu t ∆T = t – t0 = perubahan suhu α = koefisien muai panjang/linier
(51) Pemuaian luas TAA ∆=∆ β0
AAA ∆+= 0 → ( )TAA ∆+= β10
=∆A perubahan luas =0A luas bahan saat suhu t0 =A luas bahan setelah suhu t
∆T = t – t0 = perubahan suhu β = koefisien muai luas/bidang
(52) Pemuaian volume TVV ∆=∆ γ0
VVV ∆+= 0 → ( )TVV ∆+= γ10
=∆V perubahan volume =0V volume bahan saat suhu t0 =V luas bahan setelah suhu t
∆T = t – t0 = perubahan suhu γ = koefisien muai luas/bidang
(53) Hubungan α dengan β β = 2α
(54) Hubungan α dengan γ γ = 3α
Kalor, perubahan wujud & rambatan (55) Diagram kalor dan perubahan wujud
m = massa zat L = kalor lebur U = kalor uap c = kalor jenis
(56) Konsep awal Jika zat berubah wujud, maka tidak berubah suhu Jika zat berubah suhu, maka tidak berubah wujud
(57) Asas black air suhu t1 dicampur dengan air suhu t2 (t1 > t2) Q serap = Q lepas m1.c.∆t1 = m2.c.∆t2
m1.c.( t1 - t) = m2.c. .( t – t2)
t = suhu akhir setelah tercapai kesetimbangan
(58) Asas black Air1 suhu t1 dimasukkan ke wadah (kalorimeter) berisi Air2 suhu t2 di mana wadah turut berperan (t2 > t1) Disini, kapasitas kalor wadah tidak diabaikan Q serap = Q lepas
Q air 2 + Q wadah = Q air 1 m1.c.∆t2 + C. ∆t2 = m1.c.∆t1
m1.c. .( t2 - t) + C. .( t2 - t) = m1.c. .( t – t1)
bedakan! C = kapasitas kalor wadah c = kalor jenis
(59) Asas black benda dimasukkan ke dalam wadah berisi air dan wadah ikut berperan kapasitas kalor wadah tidak diabaikan Q serap = Q lepas
Q air + Q wadah = Q benda m1.cair.∆t + C. ∆t = m1.cbenda.∆tbenda
(60) Asas black air dengan es, es belum
lebur Dianalisis dulu! Qserap = Qes = mesces∆tes + mesL
Qlepas= Qair = maircair∆tair = maircair (t – 0)
Qserap > Qlepas ; maka es belum lebur semua, dan suhu akhirnya 00C massa es yg belum lebur (mx)
LQQ
m lepasserapx
−=
-t 0C es
0 0C es
0 0C air
1000C air 1000C uap
Q = m.cair.∆t
Q = m.ces.∆t
Q =
m.L
Q =
m.U
Roda 1
Roda 2
Roda 2
Roda 1
N
w
T
w
T
w cos θ
T
w
θ
T w
Update – 20080306 fredi yuastiarso, s.si
(61) Asas black air dengan es; es tepat lebur Dianalisis dulu juga! Qserap = Qes = mesces∆tes + mesL Qlepas= Qair
= maircair∆tair = maircair (t – 0) Qserap = Qlepas ; maka es tepat lebur semua, dan suhu akhirnya 00C
(62) Asas black air dengan es; es lebur
semua menjadi air dan suhu kesetimbangan t’ > 0 Qserap = Qes = mesces∆tes + mesL Qlepas= Qair
= maircair∆tair = maircair (t – 0) Qserap < Qlepas ; maka es telah lebur semua menjadi air, dan suhu akhirnya t’ > 00C harus diitung lagi jika diinginkan suhu akhir kesetimbangannya!
mesces∆tes +mesL +mescair.(t’–0)=maircair.(t–t’) (63) Laju kalor konduksi / daya kalor
konduksi (satuan J.s-1 atau watt)
l
TAktQP ∆==
..
k = konduktivitas termal/ koefisien konduksi =l panjang bahan / tebal bahan
A = luas bahan
(64) Laju kalor konveksi / daya kalor konveksi (satuan J.s-1 atau watt)
TAhtQP ∆== ..
h = koefisien konveksi A = luas bahan
(65) Laju kalor konveksi / daya kalor konveksi (satuan J.s-1 atau watt)
ATetQP 4..σ==
A = luas bahan e = emisivitas bahan (benda hitam e = 1) σ = 5,67 × 10-8 W.m-2.K-4
T = suhu dalam K Optik Geometri (Pemantulan)
(66) Sudut deviasi sinar datang pada cermin datar (δ) δ = 180 – 2i
i = sudut datang (67) menghitung jumlah bayangan (N)
dua cermin datar yang membentuk sudut α
1360−=
αN
(68) cermin lengkung
2Rf =
'111ssf
+=
hhM
ssM
'
'
=
−=
ƒ = jarak fokus (titik api) cermin s = jarak benda s’ = jarak bayangan M = perbesaran
Hukum-hukum: - segala sesuatu yang berada di
depan CERMIN adalah nyata - segala sesuatu yang berada di
depan CERMIN adalah maya - bayangan MAYA pasti TEGAK
(lihat Maya pasti tegak) - bayangan NYATA pasti TERBALIK
(lihat Nyoto pasti terbalik)
berharga (+) berharga (-) ƒ Cermin
Cekung Cermin Cembung
S Benda di depan (Benda nyata)
Benda di belakang (Benda maya)
S’ Bayangan di depan (Bayangan nyata)
Bayangan di belakang (Bayangan maya)
M Bayangan tegak
Bayangan terbalik
Optik Geometri (Pembiasan)
(69) pembiasan sinar datang dari medium rapat (n1) ke medium renggang (n2) maka sinar akan dibiaskan menjauhi garis normal → n1 > n2 sinar datang dari medium renggang (n1) ke medium rapat (n2) maka sinar akan dibiaskan mendekati garis normal → n1 < n2
(70) Snellius rnin sinsin 21 =
2211 λλ nn =
2211 vnvn =
ƒ1 = ƒ2 (frekuensi tetap) n = indek bias λ = panjang gelombang v = cepat rambat gelombang
(71) Kaca plan paralel ( )
rritd
cossin −
=
d = pergeseran sinar t = tebal kaca plan paralel i = sudut datag r = sudut bias
(72) Pemantulan sempurna Sudut kritis (ik) = sudut di mana sinar mengalami pembiasan sebesar 900, dan jika sudut datang lebih besar dari sudut kritis akan terjadi pemantulan sempurna terjadi jika sinar dari medium rapat (n1) ke renggang (n2)
1
2sinnnik =
(73) Persamaan pembentuk fokus
+
−=
21
1111RRn
nf m
l
permukaan cembung/konvek → R bernilai positif permukaan cekung/konkaf → R bernilai negatif permukaan cekung/plan → R bernilai tak hingga (~)
(74) Lensa tipis
'111ssf
+=
hhM
ssM
'
'
=
−=
ƒ = jarak fokus (titik api) lensa s = jarak benda s’ = jarak bayangan M = perbesaran
berharga (+) berharga (-) ƒ Lensa cembung Lensa cekung S Benda
di depan lensa (Benda nyata)
Benda di belakang lensa (Benda maya)
S’ Bayangan di belakang (Bayangan nyata)
Bayangan di depan (Bayangan maya)
M Bayangan tegak Bayangan terbalik Hukum-hukum: - bayangan MAYA pasti TEGAK
(lihat Maya pasti tegak) - bayangan NYATA pasti TERBALIK
(lihat Nyoto pasti terbalik)
(75) Kekuatan lensa (P)
fP 100=
f dalam cm satuan P adalah dioptri (D)
(76) Fokus gabungan
...111
21++=
fff
(77) Kekuatan lensa gabungan
P gab = P1 + P2 + ...
(78) Permukaan sferis (lengkung)
Rnn
sn
sn 1221
'−
=+
n1 = indek bias medium tempat benda n2 =indek bias medium tempat pengamat s = jarak benda ke permukaan lengkung s’ = jarak bayangan ke permukaan lengkung R = jari-jari kelengkungan R berharga positif jika benda dan pusat kelengkungan tidak sepihak R berharga negatif jika benda dan pusat kelengkungan sepihak
snsn
M.
'.
2
1−=
M = perbesaran
Alat optik (79) Cacat mata
'100100
ssP −=
s = titik dekat atau titik jauh yang diinginkan; untuk kondisi normal titik dekat 25 cm, titik jauh = ~ s’ = titik dekat atau titik jauh si penderita - rabun jauh (miopi) → titik jauh < ~
(yg bermasalah titik jauhnya) - rabun dekat (hipermetropi) → titik
dekat > 25 cm (yg bermasalahtitik dekatnya)
(80) Lup
Akomodasi maksimum (s’ = -sn)
M = 1+f
Sn
Tanpa akomodasi (s = f)
Update – 20080306 fredi yuastiarso, s.si
M = f
Sn
Rumus tambahan: Akomodasi pada jarak x
M = x
Snf
Sn+
M = perbesaran angular Sn = titik dekat pengamat ƒ = fokus lup
(81) Teropong bintang/astronomi
M = ok
obff
L = okob ff + M = perbesaran angular L = panjang teropong ƒob = fokus obyektif ƒok = fokus okuler
(82) Teropong bumi/medan
M = ok
obff
L = okpob fff ++ 4 M = perbesaran angular L = panjang teropong ƒob = fokus obyektif ƒok = fokus okuler ƒp = fokus lensa pembalik
(83) Teropong panggung/galileo/tonil
Okuler lensa negatif (divergen) dan obyektif lensa positif (konvergen)
M = ok
obff
−
L = okob ff + → fokus okuler
dimasukkan negatip M = perbesaran angular L = panjang teropong
(84) Mikroskop
Indeks “ob” = untuk obyektif Indeks “ok” = untuk okuler Sob = jarak benda obyektif Sob’ = jarak bayangan obyektif Sok = jarak benda okuler Sok’ = jarak bayangan okuler ƒob = fokus obyektif ƒok = fokus okuler Sn = titik dekat pengamat Akomodasi maksimum (s’ok = - sn)
obob
obobob fs
fss−
=.'
okn
okn
okok
okokok fs
fsfsfss
−−−
=−
=.
''.
M = Mob × Mok = perbesaran total
+×= 1'
ok
n
ob
obfS
SSM
L = Sob’ + Sok = panjang mikroskop
Tanpa akomodasi (sok = okf )
obob
obobob fs
fss−
=.'
M = Mob × Mok = perbesaran total
×=
ok
n
ob
obfS
SSM '
L = Sob’ + okf = panjang mikroskop
Listrik DC
(85) Nilai hambatan konduktor(R)
AR lρ=
ρ = hambat jenis bahan A = luas penampang bahan =l panjang bahan
R = hambatan (86) Kuat arus listrik (I)
tQI =
Q = banyak muatan t = selang waktu
(87) Hukum ohm
IVR =
V = beda potensial I = kuat arus listrik
(88) Susunan hambatan seri R = R1 + R2 + ....
Arus pada tiap-tiap hambatan sama Beda potensial tiap-tiap hambatan tidak sama (89) Susunan hambatan paralel
...1111
321+++=
RRRR par
Arus pada tiap-tiap hambatan tidak sama Beda potensial tiap-tiap hambatan sama (90) Jembatan wheatstone
kalo merah kali merah sama dengan hitam kali hitam, maka kuning ilang
(91) Transformasi ∆ ke Y
kalo merah kali merah tidak sama dengan hitam kali hitam?
Kalo ga sama, resistor bagian tengah ga isa diilangin. Trus rangkaian diubah dulu jd kayak gini
Rumus ngubahnya ini:
321
21RRR
xRRRA ++=
321
31RRR
xRRRB ++=
321
32RRR
xRRRC ++=
(92) Transformasi Y ke ∆
( ) ( ) ( )
A
CBCABA
RRRRRRRR ×+×+×
=1
( ) ( ) ( )B
CBCABA
RRRRRRRR ×+×+×
=2
( ) ( ) ( )C
CBCABA
RRRRRRRR ×+×+×
=3
(93) Daya listrik (P)
RIR
VIVP .. 22===
(94) Energi listrik (W)
tRItR
VtPW ... 22
==×=
(95) Loop tunggal
total
totalR
I ε=
(96) Tegangan jepit (beda potensial)
pada loop tunggal RIV .+= ε
(97) Loop majemuk
i. susun dalam bentuk berbanjar, ruas demi ruas dengan garis kawat horizontal rangkaian tanpa ada komponen (tujuan: agar V-nya sama karena membentuk paralel)
ii. cari hambatan total paralelnya dulu...
iii. beda potensial ditentukan dengan rumus berikut:
paralelRR
V ×
Σ=
ε
iv. jika diinginkan arus tiap ruas, maka dilanjutkan dengan rumus berikut:
RIV .+= ε
R3 R2 R1
R3
R2
R1
A B
A B
A B RA
RB
RC
A B
R1
R2
R3
A B
RB R1
R2
R3
RA
RC
Update – 20080306 fredi yuastiarso, s.si
v. Ingat! Ketemu kutub positif maka ε ditulis positif begitu juga kalo negatif
vi. Ingat! Arus selalu dimisalkan keluar dari kutub positif
vii. Ingat! Arah arus berlawanan dengan arah baca, brarti “–I”
KELAS XI SMA
Persamaan Gerak Linier/Lurus (98) Bentuk persamaan umum posisi
pada bidang 3 dimensi (x, y, z)
kZjYiXr ˆˆˆ ++=r
(99) Kecepatan rata-rata
0
0
ttrr
trv t
rt −−
=∆∆
=rrr
r
(100) Kecepatan sesaat (pada saat t tertentu)
dtrdvt
rr=
(101) Besar kecepatan
222zyx vvvv ++=
r
(102) Percepatan rata-rata
0
0
ttvv
tva t
rt −−
=∆∆
=rrr
r
(103) percepatan sesaat (pada saat
t tertentu)
dtvdart
rr
=
(104) Besar percepatan
222zyx aaaa ++=
r
(105) Mencari kecepatan dari
persamaan percepatan
dtavv ttt ∫+=00rrr
(106) Mencari posisi dari persamaan
kecepatan dtvrrt
rrv+= 0
(107) Hubungan vt, vo dan a pada gerak
partikel di satu dimensi
dxavv xxt ∫+=
022
02
Persamaan percepatan (a) tidak bergantung waktu tetapi bergantung posisi
Parabola
(108) kecepatan saat t (v) tgvv y .sin0 −= α → GLBB
θcos0vvx = → GLB / konstan vy = kecepatan pada sumbu y vx = kecepatan pada sumbu x
22yx vvv +=
(109) koordinat saat t
20 .
21.sin tgtvy −= θ
( )tvx .cos0 θ= θ = sudut elevasi atau sudut kemiringan terhadap horizontal x = jarak mendatar pada saat t y = ketinggian pada saat t
(110) ketinggian maksimum (hmaks)
gv
hmaks .2sin 22
0 θ=
(111) waktu tempuh hingga hmaks
gvt θsin0=
(112) jarak mendatar maksimum/ terjauh (xmaks)
gvhmaks
θ2sin20=
(113) waktu tempuh untuk xmaks
gvt θsin.2 0=
(114) kecepatan di titik tertinggi
θcos.
0
0
2222
vvv
vvvv
x
xyx
==
+=+=
(115) separuh parabola (contoh: benda yang jatuh dari pesawat)
gyt 2
=
x = vx.t x = jarak mendatar y = tinggi awal benda dari permukaan tanah sebelum jatuh t = waktu hingga sampai ke tanah vx = kecepatan mendatar semula
Gerak Melingkar Berubah Beraturam
(116) Mencari percepatan sudut (α)
tt 0ωω
α−
=
(117) Mencari posisi sudut (θ)
20 2
1. tt αωθ +=
(118) Mencari kecepatan sudut (ωt) tt αωω += 0
(119) Hubungan ωt, ωt , ω0, θ dan α
θαωω .220
2 +=t dipercepat α-nya positif diperlambat α-nya negatif
(120) Hubungan α dengan a a = α.R
R = jari-jari lintasan (121) Percepatan total benda yang
bergerak melingkar dengan jari-jari lintasan R
( ) ( )222
22
.RRa
aaa
tot
tstot
αω +=
+=
Persamaan Gerak Melingkar/Rotasi
(122) kecepatan sudut rata-rata
12
12
tttrt −−
=∆∆
=θθθω
(123) kecepatan sudut sesaat
dtd
tθω =
(124) percepatan sudut rata-rata
12
12
tttrt −−
=∆∆
=ωωωα
(125) percepatan sudut sesaat
dtd
tωα =
(126) menentukan posisi sudut dari
kecepatan sudut
∫+= ttot o
dt.ωθθ
(127) menentukan kecepatan sudut dari percepatan sudut
∫+= ttot o
dt.αωω
(128) Hubungan θ, ω dan α
∫+= θθ θαωω
odot .222
Elastisitas
(129) Modulus Young/Elastisitas (E)
l
l
∆==
..
AF
reganganteganganE
=l panjang bahan =∆l pemuluran bahan
F = gaya tegang A = luas penampang bahan
(130) Gaya pegas
F = k.x F = k.y juga bole...
k = konstanta pegas x atau y = pemuluran pegas
(131) Energi potensial pegas
Ep = ½ k y2
(132) Susunan pegas
Seri → ...111
21++=
kkktot
Paralel → ktot = k1 + k2 + ...
(133) Periode getaran bandul
gT lπ2=
l = Panjang tali g = percepatan gravitasi
(134) Periode getaran pegas
kmT π2=
m = massa beban k = konstanta pegas
(135) Hubungan k, m dan ω k = m ω2
(136) Simpangan Gerak Harmonik
Sederhana tAy ωsin=
A = amplitudo ω = 2πƒ
(137) kecepatan GHS
tAdtdyv ωω cos==
Atau, 22 yAv −= ω
(138) Laju maksimum GHS Avmaks .ω=
(139) Percepatan GHS
ytAdtdva 22 sin ωωω −=−==
(140) Percepatan maksimum GHS
Aamaks .2ω= (141) Energi total pegas
Energi total pegas adalah energi mekanik pegas Etot = Ep + Ek
Etot = ½ k.A2
Update – 20080306 fredi yuastiarso, s.si
(142) Konsep energi pada GHS Di simpangan maksimum (amplitudo) Ep → maksimum Ek → minimum a → maksimum
v → minimum Di titik setimbang (y= 0) Ep → minimum
Ek → maksimum a → minimum
v → maksimum
Gravitasi (143) Gaya gravitasi (F)
221
rmmGF =
G = konstanta gravitasi = 6,67 × 10-11 N.kg-2.m2 r = jarak antara kedua massa penjumlahan gaya-gaya gravitasi dengan operasi vektor
(144) Percepatan gravitasi / medan gravitasi (g)
2RMGg =
M = massa planet R = jari-jari titik ke pusat massa penjumlahan medan-medan gravitasi dengan operasi vektor
(145) Energi potensial gravitasi
rmm
GE p21−=
(146) Potensial gravitasi
rmGV −=
(147) Laju orbit stasioner satelit
mengorbit planet
( ) ( )hRgR
hRMGv
+=
+=
h = ketinggian satelit dari permukaan planet R = jari-jari planet
(148) Gaya berat
w = m . g
Hukum Kepler III (149) Periode revolusi planet terhadap
matahari
22
22
21
21
RT
RT
=
R = jari-jari orbit planet terhadap bumi T = periode revolusi
Dinamika gerak dengan gesekan
(150) Konsep gesekan ƒs = µs.N ƒk = µk.N
µs = koefisien gesek statis µk = koefisien gesek kinetis N = gaya normal (gaya tegak lurus bidang gerak
ƒs = gaya gesek statis → acuan buat menentukan diam atau gerak
F < ƒs → diam dgn gaya gesek ƒ = F
F = ƒs → tepat akan bergerak dgn gaya gesek ƒ = F = ƒs
F > ƒs → bergerak dgn gaya gesek ƒ = ƒk
Usaha dan Energi (151) Energi potensial
Ep = m.g.h
(152) Energi kinetik Ek = ½ m v2
(153) Energi mekanik EM = Ep + Ek
(154) Hukum kekekalan energi mekanik
untuk gaya-gaya konservatif Ep1 + Ek1 = Ep2 + Ek2
(155) Hukum kekekalan energi mekanik
untuk gaya-gaya non konservatif Ep1 + Ek1 = Ep2 + Ek2 + Weks
(156) Usaha (W)
W = F.s F adalah gaya sejajar bidang gerak s = perpindahan benda
(157) Hubungan usaha dengan energi W = ∆Ek
Momentum dan Impuls
(158) Momentum (p) p = m × v
penjumlahan momentum-momentum mengikuti operasi vector
(159) Impuls (I) I = F.t
(160) Hubungan impuls dan momentum I = ∆p = p’ – p F.t = p’ – p
(161) Hukum kekekalan momentum m1v1 + m2v2 = m1v1’ + m2v2’
(162) Koefisien restitusi (e) ( )
21
21 ''vvvve
−−−
=
digunakan untuk menyelesaikan soal-soal tumbukan
(163) Tumbukan lenting sempurna Langkah pertama
m1v1 + m2v2 = m1v1’ + m2v2’ Langkah kedua
e = 1 ( )
21
21 ''1vvvv
−−−
=
Eliminasi langkah pertama dengan langkah kedua
(164) Tumbukan lenting sebagian Langkah pertama
m1v1 + m2v2 = m1v1’ + m2v2’ Langkah kedua
0 < e < 1 nilai e sesuai soal
( )21
21 ''vvvve
−−−
=
Eliminasi langkah pertama dengan langkah kedua
(165) Tumbukan tak lenting sama
sekali Setelah tumbukan kedua benda bergerak bersama-sama (melekat; nempel, bersarang)
m1v1 + m2v2 = (m1 + m2) v’
(166) Benda dijatuhkan dan memantul
...2
3
1
2
0
1 ====hh
hh
hh
e
h0 = ketinggian dijatuhkan h1 = tinggi pantulan pertama h2 = tinggi pantulan kedua h3 = tinggi pantulan ketiga
Dinamika Rotasi (167) Momen gaya (τ)
Fr ×=τ r = jarak titik kerja gaya ke pusat rotasi F = gaya tegak lurus terhadap benda yang diputar; jika belum tegak lurus maka diproyeksikan dulu biar tegak lurus
(168) Momen inersia (I) materi I = m.r2
silinder pejal (katrol) I = ½ m.r2
bola pejal I = 5
2 mr2
batang dengan poros di salah satu ujung I = 3
1 m.L2
kulit bola I = 3
2 mr2
(169) Hubungan τ dan α
τ = I × α α = percepatan sudut
(170) Mencari percepatan sistem katrol dengan massa katrol tidak diabaikan (katrol silinder pejal)
Σ+Σ
Σ=
katrolmm
Fa
21
(171) Mencari kecepatan benda
menggelinding di akhir bidang miring dengan kecepatan awal nol
12+
=x
gha
x = faktor inersia
(172) Mencari percepatan benda menggelinding di bidang miring
1sin+
=x
ga θ
x = faktor inersia
(173) Ek rotasi
221 ωIEk =
(174) Momentum sudut (L)
L = I.ω = m.v.r
Update – 20080306 fredi yuastiarso, s.si
(175) Hukum kekekalan momentum sudut Satu benda
I.ω = I’.ω’ Banyak benda
I1.ω1 + I1.ω1 = I1’.ω1’ + I2’.ω2’
(176) Energi kinetik benda yang berotasi dan bertranslasi secara bersamaan (contoh:menggelinding)
Ek = Ekrot + Ektrans
Ek = ½ I ω2 + ½ m v2
Kesetimbangan Benda Tegar
(177) Kesetimbangan translasi 0=ΣF
(178) Kesetimbangan rotasi
0=Στ
(179) Kesetimbangan rotasi dan translasi
0=ΣF dan 0=Στ (180) Titik berat
Koordinat titik berat
......
21
2211++++
=AA
AxAxx
......
21
2211++++
=AA
AyAyy
A = luas bidang - untuk volume, A tinggal diganti V - bentuk lubang → A atau V berharga negative
Titik berat pusat massa beberapa benda asimetris yang sering keluar
Setengah luas lingkaran
π34Ry =
Setengah bola pejal
83Ry =
Kerucut pejal
hy41
=
Fluida (181) Massa jenis
Vm
=ρ
m = massa V = volume
(182) Tekanan
AFp =
A = luas permukaan
(183) Fluida statis pompa hidrolik
22
22
1
1
22
22
1
1
2
2
1
1
rF
rF
dF
dF
AF
AF
=
=
=
A = luas penampang pipa pompa d = diameter r = jari-jari
(184) Tekanan hidrostatis Ph = ρ.g.h h = kedalaman titik terhadap permukaan fluida
(185) Gaya hidrostatis pada alas Fh = ρ.g.h.A A = luas permukaan bidang alas
(186) Gaya hidrostatis pada dinding vertikal
Fh = 21ρ.g.h.A
(187) Tekanan mutlak (P) P = Pu + Ph = Pu + ρgh
Pu = tekanan udara luar Ph = tekanan hidrostatis h = kedalaman titik
(188) Fluida statis pipa U ...... 2211 +=+ hh ρρ
ρ = massa jenis h = tinggi zat
(189) Gaya archimedes/gaya angkat ke atas (Fa) Fa = ρf.Vbf.g
ρf = massa jenis fluida Vbf = volume benda yang ada di fluida / volume fluida yang dipindahkan
(190) Mengapung (Fa = w; ρf > ρb) bbbff VV .. ρρ =
(191) Melayang (Fa = w; ρf = ρb)
Vbf = Vb karena tercelup semua
(192) Tenggelam (Fa < w; ρf < ρb) Konsekuensinya terdapat berat semu (berat dalam fluida) Vbf = Vb karena tercelup semua Berat semu (wf) wf = w – Fa wf = ρb.Vb.g – ρf.Vb.g wf = (ρb – ρf)Vb.g
(193) Tegangan Permukaan
dF
=γ
Pada kawat:
l2F
=γ
=l panjang kawat F = gaya yang bekerja
(194) Kapilaritas
rgy
..cos2
ρθγ
=
y = tinggi fluida dalam pipa γ = tegangan permukaan r = jari-jari pipa kapiler θ = sudut kontak
(195) Viskositas (kekentalan zat) - Hukum stokes, gaya gesekan
dalam fluida Fƒ = k h v
k bergantung bentuk benda, untuk bola → 6πrηv
- laju terminal adalah kecepatan benda yang terbesar dan konstan untuk benda berbentuk bola :
( )fbgrv ρρ
η−=
92 2
η = koefisien viskositas r = jari-jari benda berbentuk bola ρb = massa jenis benda ρƒ = massa jenis fluida
(196) Debit (Q)
tVvAQ == .
A = luas penampang v = laju V = volume t = waktu
(197) Persamaan kontinuitas (debit konstan – tak brubah) A1v1 = A2v2 = ... dst d1
2v1 = d22v2 = ... dst
d = diameter pipa
(198) Persamaan bernoulli P1 + ½ρv1
2 + ρgh1 = P2 + ½ρv22 + ρgh2
P1 > P2 maka v1 < v2 begitu sebaliknya! Tapi, inget, debit tetep
(199) Gaya angkat sayap pesawat (F) F = ½ ρ (v1
2 – v22) A = (p2 – p1) A
A = luas penampang sayap ρ = massa jenis udara
(200) Venturimeter (tanpa pipa U di bagian bawahnya) v2
2 – v12 = 2 g h
h = beda tinggi fluida pada pipa vertikal v2 = laju pada pipa horizontal yang kecil v1 = laju pada pipa horizontal yang besar Dalam soal-soal, biasanya nanti disertai penggunaan rumus no.194 dulu
(201) Venturi dan manometer (venturi dengan pipa U di bagian bawahnya)
v22 – v1
2 = 2
−ρρρ ' g h
h = beda tinggi fluida pada pipa vertikal v2 = laju pada pipa horizontal yang kecil v1 = laju pada pipa horizontal yang besar Dalam soal-soal, biasanya nanti disertai penggunaan rumus no.197 dulu
(202) Toricelli (wadah berisi cairan dilubangi)
Kecepatan keluarnya air dari lubang:
hgv ..2=
Jarak mendatar pancuran air
yhR .2=
h = jarak lubang ke permukaan cairan y = jarak lubang ke permukaan tanah
Teori Kinetik Gas (203) Persamaan umum gas ideal
pV = nRT V = volume p = tekanan T = suhu dalam kelvin n = jumlah mol gas ideal
(204) Hukum Boyle - Gay lussac
tan....2
22
1
11 konsTVP
TVP
===
V = volume ya...
Update – 20080306 fredi yuastiarso, s.si
(205) Energi kinetik rata-rata
kTEk23
=
(206) Hubungan energi kinetik dengan tekanan
EkVNp
=32
V = volume ya... (207) Mencari laju efektif (vef) dari
tabel distribusi gerak partikel Cari ini dulu:
.......
21
222
2112
++++
=NN
vNvNv
Terus baru ini:
2vvef =
(208) Laju efektif hanya bergantung suhu lho...
MrRTvef
3=
(209) Laju efektif bisa dicari dari massa jenis dan tekanannya
ρpvef
3=
(210) Derajad kebebasan gas ideal (v) Monoatomik (contoh: He; Ne; dsb)
v = 3 (3translasi) Diatomik (contoh: H2; O2; dsb)
v = 5 (3translasi dan 2rotasi) Poliatomik (contoh: CO2 dsb)
v = 7 (3translasi, 2rotasi, 2vibrasi)
Termodinamika (211) Usaha isobarik (tekanan konstan)
W = p∆V
(212) Usaha isokhorik (volume konstan) W = 0
(213) Usaha isotermal (suhu konstan)
W = 1
2lnVVnRT
Pada rumus no.211, 212, 213 berlaku hukum Boyle-Gay Lussac (214) Usaha adiabatik (proses tiada
transfer kalor dari sistem ke lingkungan)
Di sini tidak berlaku Boyle – Gay Lussac
( )221111 VpVpW −−
=γ
γ = tetapan Laplace
V
p
CC
=γ
pengganti Boyle-Gay Lussac nya adalah sbb:
122
111
2211−− =
=γγ
γγ
VTVT
VpVp
(215) Mencari usaha bentuk grafik
bukan siklus W = luasan garis terhadap sb. x
Perhatikan arah proses! Ke kanan W(+) ke kiri W(-)
(216) Mencari usaha bentuk grafik dari suatu siklus W = luasan siklus
(217) Perubahan energi dalam (∆U)
TRnU ∆=∆ ..23
pada siklus → ∆U = 0
(218) Hukum termodinamika 1 Q = ∆U + W
(219) Ketentuan positif-negatif kalor
dan usaha Q(+) → kalor ber(+) → menyerap Q(-) → kalor ber(-) → melepas W(+) → melakukan/menghasilkan usaha W(-) → dikenai usaha
(220) Entropi (S)
TQS =
(221) Mesin carnot
1QW
=η
1
21TT
−=η → maksimum/ideal
1
21QQ
−=η → mesin
21 QQW −=
η = efisiensi W = usaha Q1 = kalor yang diserap Q2 = kalor yang dibuang T1 = suhu tinggi T2 = suhu rendah
(222) Mesin pendingin
21
2TT
TKp−
=
Kp = koefisien performansi KELAS XII
Elektrostatiska (223) Gaya elektrostatis (vektor)
221
r
qqkF =
k = 9 × 109 N.m2C-2
r = jarak antara dua muatan
(224) Kuat medan listrik (vektor)
2r
qkE = → satuan N.C-1
(225) Energi potensial listrik (skalar)
rqqkE pot
21=
(226) Potensial listrik (skalar)
rqkV = → satuan volt
(227) Hubungan rapat muatan dengan
kuat medan listrik
00 εεσ
AQE ==
σ = rapat muatan ε0 = permitivitas hampa = 8,85×10-12 C2.N-1.m-2
(228) Hubungan gaya coulomb dengan
kuat medan listrik F = q.E
(229) Hubungan potensial listrik dengan kuat medan listrik
V = E.r r = jarak titik ke pusat muatan
(230) Hubungan beda potensial listrik dengan kuat medan listrik pada dua keping sejajar bermuatan V = E.d
d = jarak antar keping
(231) Usaha pemindahan muatan
( )1212
11.. VVqrr
QkqVqW −=
−=∆=
V2 = potensial di titik akhir V1 = potensial di titik awal q = muatan yang dipindahkan Q = muatan yang jadi acuan
(232) Fluks listrik θφ cos... AEAE ==
rr
θ = sudut antara arah E dengan normal bidang
Kapasitor (233) Kapasitor (C → satuan farad[F] )
VQC =
(234) Kapasitas kapasitor keping sejajar
(a) hampa
dA
C 0ε=
(b) berisi bahan
d
AdAC r 0εεε==
εr = permitivitas relatif = konstanta dielektrik d= jarak antar keping A = luasan keping
(235) Susunan kapasitor
Seri → ...111
21++=
CCCseri
Paralel → Cpar = C1 + C2 + ...
(236) Energi kapasitor
QVC
QW
VCW
21
2121
2
2
==
=
Gelombang & Bunyi BUNYI
(237) Hubungan frekuensi (ƒ) dan periode (T)
Tf 1=
(238) Cepat rambat gelombang (v)
Tfv λλ == .
λ = panjang gelombang (panjang satu gelombang)
(239) Frekuensi sudut atau kecepatan sudut (ω)
ω = 2πƒ = Tπ2
(240) Persamaan sederhana simpangan gelombang (y)
θsinAy =
A = simpangan maksimum = amplitudo θ = sudut fase
Update – 20080306 fredi yuastiarso, s.si
(241) Sudut fase (θ) ( )0.. θωθ ++= xkt
θ0 = sudut fase awal k = bilangan gelombang
(242) Bilangan gelombang (k)
λπ2
=k
(243) Beberapa turunan persamaan
simpangan gelombang (y) untuk sudut fase awal nol (θ0= 0)
( )
−=
−=
xtfAy
kxtAy
λππ
ω2.2sin
.sin
−= x
TtAy
λππ 22sin
−=
vxtfAy π2sin
x = posisi titik terhadap sumber gelombang T= periode ƒ = frekuensi v = laju gelombang λ = panjang gelombang
(244) Ketentuan arah simpangan - (+)A arah gerak gelombang mula-mula
ke atas - (-)A arah gerak gelombang mula-mula
ke bawah - (ω.t) dan (k.x) sama-sama (+) atau
sama-sama (-), merambat ke kiri - (ω.t) dan (k.x) beda tanda, merambat
ke kanan
(245) Kecepatan titik / transversal dalam gelombang saat t tertentu (vt)
( )kxtAdtdyvt −== .cos ωω
(246) Kecepatan maksimum titik / transversal dalam gelombang
Av ω=max
(247) Percepatan titik dalam gelombang saat t tertentu
( ) ykxtAat22 .sin ωωω −=−−=
(248) Percepatan maksimum titik dalam gelombang
Aa 2max ω=
(249) Beda fase sebuah titik dalam interval waktu tertentu
Tt∆
=∆ϕ
(250) Beda fase dua titik pada jarak tertentu
λϕ x∆
−=∆
(251) Sefase dan berbeda fase untuk dua titik dalam gelombang
Sefase jika
=∆λx
bukan pecahan, bilangan
ganjil ato genep Beda fase jika
=∆λx
pecahan (misal: 2 21 , 17 4
3 ,
60 41 , dsb)
(252) Persamaan simpangan superposisi gelombang
+−=
2..sin
2cos2 00 θ
ωθ
xktAyR
θ0 = beda sudut fase dua gelombang
2cos2 0θAAR = = Amplitudo gelombang
superposisi
=20θ Konstanta fase
(253) Persaman simpangan gelombang
stasioner ujung bebas (ys) tkxAyS ωsincos2=
(254) Amplitudo gelombang stasioner ujung bebas (As)
kxAAS cos2=
(255) Jumlah simpul ujung bebas dari ujung pantul
( )4
12 λ−= nSb
(256) Jumlah perut ujung bebas dari ujung pantul
( )2
1 λ−= nPb
(257) Persamaan simpangan gelombang stasioner ujung terikat (ys)
tkxAyS ωcossin2=
(258) Amplitudo gelombang stasioner ujung tetap (As)
kxAAS sin2=
(259) Jumlah simpul ujung terikat/tetap dari ujung pantul
( )2
1 λ−= nSt
(260) Jumlah perut ujung terikat/tetap dari ujung pantul
( )4
12 λ−= nPt
(261) Ketentuan “n” untuk perut & simpul semua gelombang stasioner
,........3,2,1=n
(262) Amplitudo masing-masing gelombang penyusun baik ujung bebas atau ujung terikat
22
0AA =
(263) Hukum Melde/cepat rambat bunyi dalam dawai/senar/tali
mlFFv .
==µ
µ = massa per satuan panjang = lm
F = gaya tegangan tali
(264) Frekuensi ke n dawai (ƒn)
( ) ( )µFnvnfn
ll 21
21 +
=+=
( )m
Fnfnl
l
.2
1+=
(265) Perbandingan frekuensi nada-
nada pada dawai ....:3:2:1....::: 210 =fff
(266) Panjang gelombang dawai
( )12+
=nlλ
(267) Pipa organa terbuka
( )l2
1 vnfn +=
(268) Perbandingan frekuensi pipa organa terbuka
....:3:2:1....::: 210 =fff
(269) Panjang gelombang pipa organa terbuka
( )12+
=nlλ
(270) Pipa organa tertutup
( )l4
12 vnfn +=
(271) Perbandingan frekuensi pipa organa tertutup
....:5:3:1....::: 210 =fff
(272) Panjang gelombang pipa organa tertutup
( )124+
=nlλ
(273) Ketentuan “n” untuk dawai & pipa ,........2,1,0=n
(274) Daya gelombang (P → satuan watt)
vAP 22
21 µω=
A = amplitudo
(275) Intensitas bunyi (I → satuan W.m-2)
24 rP
API
π==
P = daya bunyi r = jarak pendengar ke sumber
(276) Mencari intensitas untuk jarak pada pengamatan yang kedua
2
2
1
1
2
=
rr
II
r1= jarak pengamatan pertama r2 = jarak pengamatan kedua
(277) Intensitas gabungan beberapa
sumber Igab = I1 + I2 + I3 +....
Nada dasar Nada atas ke satu Dst...
Perut / simpul ke-1
Perut / simpul ke-2
Update – 20080306 fredi yuastiarso, s.si
(278) Mencari taraf intensitas (TI atau β) 1 buah sumber bunyi berintensitas I atau beberapa sumber dengan intensitas gabungan I
oIITI log10=
I0 = intensitas ambang (10-12 watt.m-2)
(279) Selisih taraf intensitas bunyi jarak awal dengan jarak akhir
1
2log20rr
TI =∆
(280) Taraf intensitas bunyi setelah
mengalami perubahan jumlah sumber
nTITIn log100 += TI0 = taraf intensitas satu sumber bunyi TIn = taraf intensitas sejumlah n sumber bunyi identik n = jumlah sumber bunyi pada pengamatan kedua
(281) Taraf intensitas bunyi setelah mengalami perubahan jarak
1
20 log20
rrTITI −=
TI0 = taraf intensitas pada jarak pengamatan mula-mula TIn = taraf intensitas pada jarak pengamatan kedua r2 = jarak pada pengamatan kedua r1 = jarak pada pengamatan mula-mula
(282) Taraf intensitas bunyi setelah mengalami perubahan jumlah sumber dan jarak
1
20 log20log10
rrnTITI −+=
(283) Efek Doppler
ss
pp f
vvvv
f .±
±=
ƒp = frekuensi pendengar ƒS = frekuensi sumber v = laju bunyi di udara vp = laju pendengar vs = laju sumber vp → positif jika mendekat → negatif jika menjauh vS → positif jika menjauh → negatif jika mendekat
(284) Layangan bunyi
21 fff −=l
Magnet (285) Medan magnet titik di tengah-
tengah
ai
Bπµ2
0=
µ0 = 4π × 10-7 i = kuat arus B = medan magnet a = jarak titik ke kawat berarus (tegak lurus)
(286) Medan magnet titik di salah satu ujung
ai
Bπµ4
0=
(287) Medan magnet di pusat kawat melingkar penuh
aiB
20µ=
(288) Medan magnet di pusat kawat melingkar sebagian
aiB
23600
0µθ
=
(289) Medan magnet titik yang segaris (sesumbu) dengan pusat kawat melingkar
3
20
2raiB µ
=
(290) Medan magnet di pusat solenoida
l
NiB 0µ=
=l panjang solenoida N = banyak lilitan
(291) Medan magnet di ujung-ujung solenoida
l20 NiB µ
=
Dalam soal-soal mencari medan magnet gabungan, rumus untuk solenoida yang dipakai rumus yang di ujung ini
(292) Gaya magnet kawat berarus dalam medan magnet homogen
θsinBiF l=
θ = sudut antara arah perpindahan i dengan B =l panjang perpindahan kawat
jika tegak lurus maka θ = 900
(293) Gaya magnet partikel bermuatan yang bergerak dalam medan magnet homogen
θsinBqvF =
q = muatan partikel
θ = sudut antara v dengan B v = kecepatan partikel jika tegak lurus maka θ = 900
(294) Jari-jari lintasan partikel yang bergerak menembus tegak lurus medan magnet homogen (R)
qBvmR
..
=
m = massa partikel q = muatan partikel v = laju partikel
(295) Gaya per satuan panjang kawat-kawat berarus yang saling sejajar
aiiF
πµ2
210=l
- Arus searah tarik-menarik - Arus berlawanan tolak-menolak
Hukum Faraday (296) Fluks magnet (φ)
θφ cos. BAAB ==rr
θ = sudut antara arah B dengan normal bidang
(297) GGL kumparan - untuk menyelesaikan soal jika fluks
dalam bentuk persamaan sebagai fungsi waktu
dtdN φε −=
- untuk menyelesaikan soal jika fluks bukan bentuk persamaan
( )t
Nt
N ot∆−
−=∆∆
−=φφφε
N = jumlah lilitan
(298) GGL kumparan dengan medan magnet yang berubah-ubah (luas tetap)
untuk menyelesaikan soal jika B dalam bentuk persamaan sebagai fungsi waktu
dtdBNA−=ε
untuk menyelesaikan soal jika B bukan bentuk persamaan
tBNA∆∆
−=ε
(299) GGL generator tABN .sinωωε =
ωε ABN=max
(300) GGL kawat konduktor yang
bergerak di atas kawat U vBl−=ε
=l panjang konduktor bebas v = laju konduktor
(301) Arus induksi
Ri
ε=
R = hambatan
(302) Gaya pada kawat konduktor yang bergerak di atas kawat U
RvBBiF
22 ll ==
(303) induktansi diri (L) solenoida
l
ANL
20µ=
A = luas penampang =l panjang solenoida
N = jumlah lilitan
(304) induktansi diri (L) toroida
rAN
Lπ
µ2
20=
R = jari-jari efektif toroida
a
a
a
a θ
r
a
Update – 20080306 fredi yuastiarso, s.si
(305) induktansi silang (lilitan dililiti)
l
ANNL 210µ=
(306) GGL induktansi diri untuk menyelesaikan soal jika arus dalam bentuk persamaan sebagai fungsi waktu
dtdiL−=ε
untuk menyelesaikan soal jika arus bukan bentuk persamaan
tiL
∆∆
−=ε
L = induktansi diri BUKAN panjang!
(307) Energi dalam induktor (solenoid atao kumparan atao lilitan)
221 iLU =
i = arus listrik
(308) Transformator
P
S
PP
SS
PP
SSPP
ININ
IVIV
===..
.
.η
P
S
P
S
NN
VV
=
η = efisiensi V = tegangan I = kuat arus P = daya Indek s → sekunder/kluaran Indek p → primer/masukkan Untuk transformator ideal → η = 1
Optik Fisis
DEVIASI MINIMUM PRISMA (309) Deviasi Minimum (δm) Prisma
sudut besar (β > 150)
2sin
2sin ββδ
m
pm
nn
=
+
β = sudut pembias prisma np = indek bias prisma nm = indek bias medium tepat prisma
(310) Deviasi Minimum Prisma sudut kecil (β < 150)
βδ
−= 1
m
pm n
n
(311) Sudut Dispersi Sudut antara deviasi minimum ungu dengan merah
mu minmin δδϕ −=
( )βϕ mu nn −=
(312) Susunan prisma akromatik Tujuan : menghilangkan sudut dispersi
( ) ( ) ffmfukkmku nnnn ββ −=−
k = krona f = flinta
(313) Susunan prisma pandang lurus Tujuan : menghilangkan sudut deviasi salah satu warna ( ) ( ) 2211 11 ββ −=− nn
INTERFERENSI YOUNG/CELAH GANDA
(314) Pita Terang / konstruktif / maksimum
λ
λθ
mLy
d
md
t =
=sin
yt = jarak pola terang ke terang pusat L = jarak dua celah ke layar m = orde pola d = jarak antara kedua celah
m = 0 → terang pusat m = 1 → terang pertama m = 2 → dst
(315) Pita Gelap / destruktif /
minimum
λ
λθ
+=
+=
21
21sin
mLy
d
md
g
yg = jarak pola gelap ke terang pusat L = jarak dua celah ke layar m = orde pola
tidak ada gelap pusat d = jarak antara kedua celah
m = 0 → gelap PERTAMA m = 1 → gelap KEDUA dst... (316) Jarak / interval dua pita
ba yyy −=∆
ordekecilyordebesary
b
a
==
(317) Jarak dua pola sejenis yang berurutan (gelap dengan gelap, atau terang dengan terang)
dLy λ
=∆
(318) Jarak dua pola tak sejenis yang berurutan (gelap dengan terang) Contoh : gelap pertama dengan terang pertama, gelap kedua dengan terang ketiga, dsb)
dLy
2λ
=∆
INTERFERENSI LAPISAN TIPIS renggang - rapat - kurang rapat
(contoh gelembung sabun) (319) Pola terang/konstruktif/maks
λ
+=
212 mnt
(320) Pola gelap / destruktif / min λmnt =2
n = indek bias lapisan tipis t = tebal lapisan m = orde pola, masukkan apa adanya
INTERFERENSI LAPISAN TIPIS renggang - rapat - lebih rapat
(contoh: SiO di atas Si) (321) Pola terang / konstruktif /
maksimum λmnt =2
(322) Pola gelap / destruktif / minimum
λ
+=
212 mnt
n = indek bias lapisan tipis t = tebal lapisan m = orde pola, masukkan apa adanya
INTERFERENSI LAPISAN BERBENTUK KAPAK
(323) Pola terang / konstruktif / maks
λθ
λ
+=
+=
21tan2
212
mx
mt
(324) Pola gelap / destruktif / min
λθλ
mxmt
==tan2
2
t = tebal penyangga x = panjang kaca planparalel yang dipasang horizontal m = orde pola, masukkan apa adanya INTERFERENSI CINCIN NEWTON
(325) Jari2 terang/konstruktif/maks
( )n
Rmrt
λ21+
=
untuk medium antara lensa dan kaca planparalel udara, n = 1 tidak disebutkan mediumnya, dianggap di udara
m = 1, 2, 3, ....
(326) Jari2 gelap/destruktif/min
nRmrt
λ=
m = 1, 2, 3, .... DIFRAKSI CELAH TUNGGAL
(327) Difraksi gelap / destruktif / min
λ
λθ
mLyd
md
=
=sin
m = 1, 2, 3, ....
(328) Difraksi terang/konstruktif/maks
λ
λθ
+=
+=
21
21sin
mLyd
md
d = lebar celah m = 1, 2, 3, ....
(329) Lebar rumbai pusat / terang pusat
dLyy g
λ22 1 ==∆
KISI DIFRAKSI (330) Kisi difraksi pola terang
λθ
λθ
mN
md
=
=
sin1sin
N = banyak gores per meter m = 1, 2, 3, ....
penghitungan terang dimulai dari terang pertama
DAYA URAI ALAT OPTIK (331) Sudut batas resolusi (θm)
nDDmλλθ 22,1'22,1 ==
λ’ = panjang gelombang sumber cahaya dalam alat optik (mata, teropong, dsb) λ = panjang gelombang sumber cahaya di udara n = indek bias alat optik D = diameter bukaan optik (pupil, diafragma kamera, dsb)
Update – 20080306 fredi yuastiarso, s.si
(332) Jarak pisah minimum agar masih terlihat terpisah (y)
nDL
DLy λλ 22,1'22,1 ==
L = jarak dua sumber cahaya / benda yang memantulkan cahaya ke alat optik n = indek bias alat optik
POLARISASI
(333) Macam polarisasi - polarisasi akibat penyerapan - polarisasi akibat pemantulan - polarisasi melalui pembias ganda - polarisasi oleh hamburan
(334) Sudut pantul sinar terpolarisasi (ip)
u
zp n
ni =tan
(335) Intensitas yang keluar dari polaroid pertama (polarisator) I1 = ½ I0
(336) intensitas yg kluar dari polaroid kedua (analisator)
I2 = I1 cos2θ = ½ I0 cos2θ
G.E.M (337) Urut-urutan gelombang
elektromagnetik
Gelombang radio Gelombang TV Gelombang mikro (microwave) Infra Merah
Merah Jingga Kuning Hijau Biru Nila Ungu
Ultra violet Sinar X (Rontgent) Sinar Gamma
(338) Hubungan cepat rambat G.E.M, amplitudo medan magnet dan listrik
00
1εµ
==BEc
c = 3 × 108 m.s-1 = laju GEM
E = amplitudo medan listrik (N.C-1) B = amplitudo medan magnet (T) µ0 = permeabilitas ruang hampa / udara ε0 = permitivitas ruang hampa / udara
(339) Hubungan panjang gelombang dan
cepat rambat G.E.M
fc
=λ
Rumus tambahan: Intensitas gelombang elektromagnetik
00
2 ..µµ
BEBcI ==
Listrik AC
(340) Tegangan efektif dan arus efektif
2
maxVVef =
2
maxIIef =
Vef dan Ief selanjutnya cukup ditulis V dan I. Jika pada soal disebutkan nilai tegangan atau arus, tanpa ada embel-embel keterangan itu efektif atau maksimum, maka tegangan dan arus tersebut adalah harga efektif yang dimaksud.
(341) Rangkaian hambatan murni
tVVt .sinmax ω= tII t .sinmax ω=
IV
IVR ==
max
max
V dan I sefase (342) Rangkaian induktif murni
LX L .ω= = reaktansi induktif
IV
IVX L ==
max
max
V mendahului I
+=
2.sinmax
πω tVVt
tII t .sinmax ω= Atau, I tertinggal oleh V
tVVt .sinmax ω=
−=
2.sinmax
πω tIIt
(343) Rangkaian kapasitif murni
CX C .
1ω
= = reaktansi kapasitif
IV
IV
X L ==max
max
V tertinggal oleh I
−=
2.sinmax
πω tVVt
tII t .sinmax ω= Atau, I mendahului V
tVVt .sinmax ω=
+=
2.sinmax
πω tIIt
(344) Rangkaian kombinasi RLC
( )22
max
maxCL XXR
IV
IVz −+===
z = impedansi rangkaian
( )22CLR VVVV −+=
V = tegangan rangkaian/sumber
RIVR .= = tegangan resistor
LL XIV .= = tegangan induktor
CC XIV .= = tegangan kapasitor V = I.z = tegangan sumber/rangkaian
induktifbersifatXX CL →>kapasitifbersifatXX CL →<
resonansiterjadiXX CL →=
dengan frekuensi resonansi
LC
fR1
21π
=
(345) Daya rangkaian RLC / daya sesungguhnya / daya disipasi P = Ief
2. R = Vef.Ief.cos θ (346) Daya semu
P = Ief2. z
(347) Daya reaktif
P = Ief2. (XL – XC)
(348) Diagram fasor
(a) Induktif
Dalam hitungan, θ → berharga positif (b) Kapasitif
Dalam hitungan, θ → berharga negatif (349) Hubungan trigonometrikal
( ) ( )
R
CLCL
VVV
RXX −
=−
=θtan
( ) ( )
VVV
ZXX CLCL −
=−
=θsin
VV
ZR R==θcos
(350) Faktor daya (cos θ)
ZR
=θcos
Relativitas
(351) Transformasi galileo vuu xx += '
=xu laju titik terhadap kerangka acuan
utama ='xu laju titik terhadap kerangka acuan
kedua =v laju kerangka acuan kedua terhadap
kerangka acuan utama
(352) penjumlahan relativitas khusus
2
'.1
'
cvu
vuu
x
xx
+
+=
(353) konstanta relativitas
Ο=
−
=1
1
1
2
2
cv
γ
(354) Hubungan Ο dengan v Seperti nilai sudut untuk sinus dengan cosinus yang saling berkebalikan
Contoh : =v 0,6c → =Ο 0,8 =v 0,8c → =Ο 0,6
=v 321
c → =Ο21
=v c21 → =Ο 3
21
=v c221
→ =Ο 221
θ
R
z XL - XC
- θ R
z XL - XC
ƒrek
, En
ergi,
suhu
. M
akin k
ecil
Panj
ang
gelomba
ng m
akin b
esar
CAH
AYA
TA
MPA
K
Update – 20080306 fredi yuastiarso, s.si
=v c32
→ =Ο35
323 22
=−
dst... (355) kontraksi panjang
00 LLL Ο==γ
L = panjang bergerak / relativistik L0 = panjang diam
perluasan:
00 AAA Ο==γ
A = luas bergerak / relativistik A0 = luas diam
00 VVV Ο==γ
V = volume bergerak / relativistik V0 = volume diam
(356) massa relativistik/massa benda ketika bergerak (m)
Ο== 0
0mmm γ
m0 = massa diam (357) dilatasi waktu (∆t)
Ο∆
=∆=∆ 00
ttt γ
=∆t selang waktu pengamat bergerak =∆ 0t selang waktu pengamat diam
(358) momentum relativistik (p)
Ο===
vmvmmvp 00γ
(359) energi relativistik/energi total benda bergerak (E)
Ο==
Ο==
202
00
.. cmcmE
EEE γ
=E energi relativistik / totak =0E energi diam
(360) energi kinetik (Ek)
( ) 000 111 EEEEEk
−Ο
=−=−= γ
(361) hubungan energi total, energi diam dan momentum
2220
2 cpEE +=
Teori Kuantum (362) intensitas radiasi (I)
4.. TeI σ= e = emisivitas; untuk benda hitam → e=1 σ = 5,67 × 10-8 W.m2.K-4 T = suhu dalam kelvin
(363) daya radiasi (P)
ATeAIP ... 4σ=×= A = luas permukaan bahan
(364) energi radiasi (W)
tATetPW .... 4σ=×= t = waktu
(365) hukum pergeseran wien
TC
maks =λ
C = tetapan wien = 2,9 × 10-3 m.K T = suhu dalam kelvin
=maksλ panjang gelombang radiasi
untuk intensitas radiasi maksimum
(366) teori Max Planck fhE .= → satu foton
E = energi foton
h = tetapan planck = 6,6 × 10-34 J.s
fhnE ..= → beberapa foton n = banyak foton 1 eV = 1,6 × 10-19 J
(367) Hubungan energi foton (E) dengan daya radiasi (P) E = P × t
(368) efek fotolistrik 0WEE fmaksk −=
Ek maks = energi kinetik maksimum elektronfoto (elektron yang keluar dari permukaan logam)
Ef = energi foton radiasi
W0 = fungsi kerja / energi ambang dari logam
(369) energi kinetik efekfotolistrik dalam hubungannya dengan frekuensi
0. WfhE maksk −=
0.. fhfhE maksk −= f = frekuensi foton f0 = frekuensi ambang logam
(370) energi kinetik efekfotolistrik dalam hubungannya dengan panjang gelombang foton
0. WchE maksk −=λ
0..λλchchE maksk −=
λ = panjang gelombang foton λ0 = panjang gelombang ambang logam
(371) konsep efekfotolistrik energi kinetik dan kecepatan elektronfoto dipengaruhi oleh frekuensi
energi radiasi (Ef) lebih kecil dari fungsi kerja (W0) maka tidak terjadi efekfotolistrik walaupun intensitas radiasi sangat besar
dengan kata lain : frekuansi radiasi (ƒ) lebih kecil dari frekuensi ambang (ƒ0), maka tidak terjadi efekfotolistrik walaupun intensitas radiasi sangat besar
energi radiasi (Ef) lebih besar dari fungsi kerja (W0) maka terjadi efekfotolistrik
dengan kata lain : frekuensi radiasi (ƒ) lebih besar dari frekuensi ambang (ƒ0) maka terjadi efekfotolistrik dan jumlahnya elektronfoto yang keluar dipengaruhi intensitas radiasi
(372) efek compton
( )
( )θλ
θλλ
cos1.
cos1.
'
0
0
−=∆
−=−
cmh
cmh
θ = sudut hamburan foton ∆λ = perubahan panjang gelombang foton
cmh.0
= panjang gelombang compton
λ’ = panjang gelombang foton setelah menumbuk partikel
λ = panjang gelombang foton sebelum menumbuk partikel
(373) Konsep efek compton λ’ > λ Efoton’ < Efoton
ff <' p’ < p (momentum foton)
(374) panjang gelombang de broglie (λ)
Vqmh
Emh
vmh
ph
k ...2..2
.
==
==
λ
λ
Ek = energi kinetik q = muatan partikel, untuk elektron, e = 1,6 × 10-19 C v = laju partikel V = beda potensial pemercepat Fisika Inti dan Radioaktivitas
(375) Nuklida AXZ
A = nomer massa = proton + netron Z = nomer atom = jumlah proton Untuk atom netral, jumlah proton = jumlah elektron
(376) defek massa ∆m = z.mproton + (A-Z).mnetron - mnuklida
(377) energi ikat inti
Ei = ∆m × 931 MeV
(378) energi ikat per nukleon
B = AEi
(379) energi yang dibebaskan pada reaksi inti
Q = (mreaktan – mproduk) × 931 MeV Reaktan → ruas kiri
Produk → ruas kanan
(380) Kelemahan teori atom Dalton atom masih dapat dibagi lagi menjadi proton, elektron dan netron
(381) Kelemahan teori atom J.J.
Thompson Tidak dapat menjelaskan peristiwa hamburan partikel alfa
(382) Teori atom hidrogen menurut
rutherford Energi orbital
rkeE2
2−=
e = muatan elektron r = jari2 orbit elektron Laju orbital
rmkev
.
2=
m=massa elektron
(383) Kelemahan teori atom Rutherford
> Tidak dapat menjelaskan percobaan Maxwell tentang gelombang elektromagnet dan kestabilan elektron mengelilingi inti > Tidak dapat menjelaskan spektrum atom yang berupa spektrum diskrit (garis) dan bukan kontinu
(384) Teori Atom menurut Bohr Elektron menegelilingi inti dengan tidak menyerap atau melepas energi
Update – 20080306 fredi yuastiarso, s.si
di mana momentum sudut elektron
merupakan kelipatan dari π2h
Momentum sudut elektron (L)
π2hnL =
Elektron dapat bertransisi dari orbit ke orbit, jika bertransisi dari orbit dalam ke orbit luar maka elektron menyerap energi, begitu sebaliknya Energi orbital (tingkat energi)
eVn
En 26,13
−=
Jari-jari orbital elektron
02 53,0 AnRn ×=
Laju elektron
16
.102,2 −×= sm
nvn
Arus orbital elektron
r
veTefei
.2..π
===
Energi ionisasi
eVn
Ei 26,13
=
(385) Kelemahan teori atom Bohr
Tidak dapat menjelaskan atom berelektron banyak
(386) spektrum atom hidrogen
−= 22
111
BA nnR
λ
nA = kulit yang dituju elektron yang berpindah nB = kulit asal elektron yang berpindah untuk masing-masing deret: Lymann
−= 22
1111
BnR
λ
nB = 2, 3, 4, ..... ~ Balmer
−= 22
1211
BnR
λ
nB = 3, 4, 5, ..... ~ Paschen
−= 22
1311
BnR
λ
nB = 4, 5, 6, ..... ~ Brackett
−= 22
1411
BnR
λ
nB = 5, 6, 7 ..... ~ Pfund
−= 22
1511
BnR
λ
nB = 6, 7, 8, ..... ~
Untuk λ maks → nB = angka (deret) terkecil masing-masing spektrum Untuk λ min → nB = ~
(387) panjang gelombang minimum sinar X
VAV
Vech
∆×
=∆
=
03
min.104,12
..λ
(388) jumlah inti sisa yang belum luruh (Nt)
Tt
t NN
=
21
0
N0 = jumlah inti semula t = lama waktu meluruh T = waktu paro
(389) jumlah massa sisa yang belum luruh (mt)
Tt
t mm
=21
0
m0 = massa inti semula t = lama waktu meluruh T = waktu paro
(390) konstanta peluruhan (λ)
TT693,02ln
==λ
(391) aktivitas bahan radioaktif (R) Rt = λ Nt Satuan → bacquerel (Bq) atau inti.s-1
(392) aktivitas bahan setelah waktu t (Rt)
Tt
t RR
=21
0
R0 = aktivitas inti semula t = lama waktu meluruh T = waktu paro
(393) serapan bahan
HVLx
II
=21
0
x = tebal bahan HVL = lapisan harga paruh I = intensitas setelah menembus bahan I0 = intensitas sebelum menembus bahan
(394) koefisien pelemahan bahan (µ)
HVLHVL693,02ln
==µ
(395) energi reaktor nuklir
Eout = η N. Etiap fisi η = efisiensi
(396) daya reaktor nuklir
Pout × t = η ANMr
gram . . Etiap fisi
NA = 6 × 1023 partikel per mol 1 eV = 1,6 × 10-19 J
Atom Berelektron banyak (397) Bilangan kuantum
(a) bilangan kuantum utama (n) bernilai : 1, 2, 3, 4...
memberikan kuantisasi tingkat energi dan menyatakan kulit
(b) bilangan kuantum orbital ( l )
memberikan kuantisasi momentum sudut orbital elektron dalam mengorbit inti & menyatakan sub kulit atom
besar momentum sudut orbital:
( ) hll 1+=L
Dengan π2h
=h
Nilai bilangan kuantum orbital yaitu:
0, 1, 2, 3, ..., (n - 1)
Jd, untuk bilangan kuantum n terdapat “n buah” bilangan kuantum orbital
l Sub kulit 0 1 2 3 ...
s p d f ...
(c) bilangan kuantum magnetis
orbital (m l ) Bilangan kuantum magnetis orbital memberikan spesifikasi arah L.
Untuk arah medan magnet diambil sejajar sumbu z, maka komponen L dalam arah z :
LZ = m l . h
Harga m l adalah: - l ,..., -1,0,1,...., l
Banyaknya orientasi arah vektor L dalam medan magnet:2 l + 1
l L LZ
0
1
2 ....
0
h2
h6 ....
0
- h ,0, h
-2 h , h ,0, h ,2 h ......
Sudut (θ) antara L dengan arah sumbu z:
( )1cos
+==
ll
lmL
LZθ
(d) bilangan kuantum magnetis spin
(ms) rotasi elektron pada sumbunya disebut spin
spin elektron menghasilkan momentum sudut spin (S) yang ditentukan oleh bilangan spin (s ) yaitu ½
momentum sudut spin (S):
( ) h1+= ssS Atau
h321
=S
Update – 20080306 fredi yuastiarso, s.si
Komponen sumbu z dari S ditentukan oleh bilangan kuantum magnetis spin (ms) yang nilainya : ± ½
SZ = ms. h
(398) tingkat-tingkat energi atom berelektron banyak untuk atom-atom hidrogenik (sejenis hidrogen) tingkat energi atom
eVn
zEn 2
26,13−=
Jari-jari orbital elektron 0
2
253,0 A
znRn ×=
Laju elektron
16
..102,2 −×= sm
nzvn
z = nomer atom untuk atom-atom berlektron banyak
eVn
zE ef
n 2
26,13−=
zef = nomer atom efektif
(399) Spektrum emisi (a) spektrum garis
dihasilkan oleh gas bertekanan sangat rendah atau diberi beda potensial sangat tinggi jika gas di dalam tabung lucutan terjadi ketika atom-atom gas dalam keadaan dasar menyerap energi sehingga elektronnya tereksitasi dan ketika elektron kembali ke keadaan dasar dipancarkan energi dalam bentuk gelombang elektromagnet
(b) spektrum emisi dihasilkan oleh gas-gas dalam keadaan molekuler terdiri atas kelompok-kelompok garis yang sangat rapat sehingga membentuk pita
(c) spektrum kontinu dihasilkan oleh zat padat, zat cair yang berpijar dihasilkan oleh gas yang bertekanan sangat tinggi yang berpijar (ex. Matahari) terdiri dari cahaya pada seluruh daerah frekuensi
(400) Spektrum absorbsi
Terjadi karena penyerapan panjang gelombang tertentu dan berupa garis-garis hitam pada spektrum
(401) Asas larangan pauli, konfigurasi elektron dan sistem periodik unsur silahkan pelajari di mata pelajaran kimia, wis cah… ra tega
aku, sante wae, suk ora kabeh kanggo… ana sing dikethok…