BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi Diabetes...

28
9 BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi Diabetes Melitus Diabetes melitus adalah sindrom klinis yang biasanya ditandai dengan hiperglikemia akibat dari defisiensi insulin yang absolut maupun relatif. Kurangnya hormon insulin yang dikeluarkan dari sel β pankreas di dalam tubuh maka akan mempengaruhi metabolisme karbohidrat, protein, dan juga lemak, karena kadar glukosa dalam darah sangat erat diatur oleh insulin sebagai regulator utama perantara metabolisme sehingga hal ini menyebabkan gangguan yang signifikan (Animesh, 2006). Diabetes melitus adalah suatu keadaan hiperglikemik kronik yang disertai dengan berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal. Ketika hormon mengalami gangguan akibat kelainan - kelainan tersebut maka akan menyebabkan berbagai komplikasi pada mata, ginjal, pembuluh darah dan juga saraf (Mansjoer, 2001). American Diabetes Association ADA (2010), menyebutkan diabetes melitus adalah kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang disebabkan karena adanya kelainan sekresi insulin, kerja insulin, maupun kedua - duanya. Hiperglikemia di difinisikan sebagai kadar glukosa puasa yang cenderung lebih tinggi dari 110 mg/dL. Kadar glukosa serum puasa normal adalah 70 sampai 110 mg/dL.

Transcript of BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi Diabetes...

Page 1: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi Diabetes Melitusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11865/2/T1_462012066_BAB II... · berdasarkan pada hasil diagnosa dari tenaga kesehatan

9

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi Diabetes Melitus

Diabetes melitus adalah sindrom klinis yang biasanya ditandai dengan

hiperglikemia akibat dari defisiensi insulin yang absolut maupun relatif.

Kurangnya hormon insulin yang dikeluarkan dari sel β pankreas di dalam

tubuh maka akan mempengaruhi metabolisme karbohidrat, protein, dan

juga lemak, karena kadar glukosa dalam darah sangat erat diatur oleh

insulin sebagai regulator utama perantara metabolisme sehingga hal ini

menyebabkan gangguan yang signifikan (Animesh, 2006).

Diabetes melitus adalah suatu keadaan hiperglikemik kronik yang

disertai dengan berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal.

Ketika hormon mengalami gangguan akibat kelainan - kelainan tersebut

maka akan menyebabkan berbagai komplikasi pada mata, ginjal, pembuluh

darah dan juga saraf (Mansjoer, 2001).

American Diabetes Association ADA (2010), menyebutkan diabetes

melitus adalah kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik

hiperglikemia yang disebabkan karena adanya kelainan sekresi insulin,

kerja insulin, maupun kedua - duanya. Hiperglikemia di difinisikan sebagai

kadar glukosa puasa yang cenderung lebih tinggi dari 110 mg/dL. Kadar

glukosa serum puasa normal adalah 70 sampai 110 mg/dL.

Page 2: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi Diabetes Melitusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11865/2/T1_462012066_BAB II... · berdasarkan pada hasil diagnosa dari tenaga kesehatan

10

2.2 Epidemiologi Diabetes Melitus

Diabetes melitus telah di tetapkan oleh WHO sebagai penyakit global

saat ini. Pada setiap negara terjadi peningkatan jumlah penderita diabetes

melitus. Berdasarkan data dari WHO (2006), diprediksikan terdapat 171 juta

jiwa di dunia yang menderita penyakit diabetes pada tahun 2000, dan pada

tahun 2030, di perkirakan jumlah penderita diabetes melitus akan

bertambah menjadi 366 juta penderita.

Diabetes melitus tertinggi di dunia Pada tahun 2000, ditempati oleh

negara India, Cina, Amerika, Indonesia, Jepang, Pakistan, Rusia, Brazil,

Italia, dan Bangladesh. Ini merupakan sepuluh besar negara dengan

prevalensi diabetes melitus tertinggi di dunia. Pada tahun 2030 India, Cina,

dan Amerika diprediksikan akan tetap menduduki posisi tiga teratas negara

dengan diabetes melitus tertinggi, dan Indonesia diprediksikan akan tetap

berada dalam sepuluh besar dan menempati urutan ke 4 terbesar dalam

jumlah penderita diabetes mellitus di dunia (Wild, dkk., 2004; PERSI, 2008).

Pada tahun 2000 masyarakat Indonesia yang menderita penyakit

diabetes melitus adalah sebanyak 8,4 juta jiwa, dan diprediksikan akan

semakin meningkat di tahun 2030 menjadi sekitar 21,3 juta jiwa. Data ini

menunjukkan bahwa angka kejadian diabetes melitus tidak hanya tinggi

presentase di negara maju tetapi juga terjadi di negara - negara

berkembang, seperti di Indonesia. Data RISKESDAS tahun 2007,

menunjukkan bahwa secara nasional, prevalensi diabetes melitus

berdasarkan pada hasil diagnosa dari tenaga kesehatan serta adanya

Page 3: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi Diabetes Melitusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11865/2/T1_462012066_BAB II... · berdasarkan pada hasil diagnosa dari tenaga kesehatan

11

gejala adalah sebesar 1,1%. Sedangkan prevalensi diabetes melitus

berdasarkan hasil pengukuran gula darah pada penduduk yang berusia >15

tahun di daerah perkotaan adalah sebesar 5,7% (Departemen kesehatan,

2008).

2.3 Klasifikasi Diabetes Melitus

2.3.1 Diabetes Melitus Tipe I

Diabetes tipe 1 adalah tipe yang berkaitan dengan kerusakan

dan gangguan dari fungsi pankreas dalam menghasilkan

insulin. Tipe ini hanya sekitar 5 - 10 % dari keseluruhan kasus

diabetes melitus. Jika tanpa insulin sel tubuh tidak dapat

menyerap glukosa yang diperlukan tubuh sebagai sumber

energi untuk dapat menjalankan fungsinya. Diabetes melitus

tipe 1 juga sering terjadi dan menyerang orang di bawah usia 30

tahun sehingga sering dijuluki sebagai diabetes anak-anak

karena kebanyakan penderitanya adalah anak-anak serta

remaja. Pada diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat

menghasilkan insulin yang cukup akibat dari kelainan sistem

imun tubuh yang menghancurkan sel penghasil insulin atau juga

karena infeksi virus sehingga hormon insulin dalam tubuh

berkurang dan menyebabkan timbunan gula pada aliran darah.

Akibat dari kekurangan insulin ini glukosa tidak dapat dipakai

sebagai energi karena tetap berada di dalam aliran darah.

Page 4: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi Diabetes Melitusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11865/2/T1_462012066_BAB II... · berdasarkan pada hasil diagnosa dari tenaga kesehatan

12

Ada beberapa kemungkinan yang menjadi penyebab

pankreas tidak bisa menghasilkan insulin yang cukup pada

penderita diabetes tipe 1 karena faktor genetik atau faktor

keturunan. Beberapa penelitian yang telah membuktikan bahwa

orang dengan riwayat keluarga yang menderita penyakit

diabetes melitus tipe ini lebih berisiko dari pada orang yang

tidak memiliki riwayat diabetes melitus. Hal ini menandakan

bahwa faktor genetik (keturunan) berperan sangat penting. Jika

kedua orang tua atau salah satu yang menderita diabetes

melitus, maka anak akan berisiko terkena diabetes melitus juga.

Tubuh yang kehilangan kemampuan untuk membentuk

insulin juga dapat menyebabkan diabetes melitus tipe I karena

sistem kekebalan tubuh menghancurkan sel yang memproduksi

hormon insulin dan juga virus atau zat kimia yang menyebabkan

kerusakan pada kelompok - kelompok sel dalam pankreas

tempat insulin dibuat. Semakin banyak sel yang rusak, maka

semakin besar seseorang akan menderita diabetes melitus

(Brunner, 2001).

Page 5: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi Diabetes Melitusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11865/2/T1_462012066_BAB II... · berdasarkan pada hasil diagnosa dari tenaga kesehatan

13

2.3.2 Diabetes Melitus Tipe II

Diabetes melitus tipe II berbeda dengan diabetes melitus

tipe 1. Diabetes melitus tipe II, yang menjadi penyebabnya

adalah produksi hormon insulin yang dihasilkan tidak cukup.

Kebanyakan dari hormon insulin yang diproduksi atau

dihasilakan, dihisap oleh sel lemak akibat dari gaya hidup dan

pola makan penderita yang tidak baik yang pada akhirnya

pankreas tidak dapat membuat insulin yang cukup untuk

mengatasi kekurangannya sehingga kadar gula dalam darah

akan naik (Brunner, 2001).

Diabetes melitus tipe II merupakan penyakit yang

berhubungan dengan pola makan. Pola makan merupakan

gambaran mengenai komposisi makanan yang dimakan setiap

hari oleh seseorang. Dengan gaya hidup masyarakat di

perkotaan dengan pola yang tinggi lemak, garam, dan gula

secara berlebihan akan mengakibatkan berbagai penyakit

termasuk diabetes melitus (Suyono, 2007).

Sekitar 90% sampai dengan 95% orang menderita diabetes

melitus tipe II sehingga menjadikan diabetes melitus tipe II

sebagai jenis diabetes melitus yang hampir sebagian besar

diderita oleh masyarakat. Diabetes ini sering diderita oleh orang

dewasa yang berusia di atas 30 tahun dan cenderung semakin

parah secara bertahap. Kurangnya latihan fisik atau olahraga

Page 6: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi Diabetes Melitusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11865/2/T1_462012066_BAB II... · berdasarkan pada hasil diagnosa dari tenaga kesehatan

14

juga merupakan salah satu faktor terjadinya diabetes melitus

tipe II. Jika seseorang dalam hidupnya kurang melakukan

latihan fisik maka cadangan glikogen ataupun lemak akan tetap

tersimpan di dalam tubuh, inilah yang memicu terjadinya

berbagai macam penyakit degeneratif salah satu contohnya

diabetes melitus tipe II (Yunir, Soebardi, Suharko 2008).

2.4 Etiologi

2.4.1 Diabetes Melitus Tipe I

Diabetes tipe I di tandai dengan penghancuran sel-sel beta

pankreas, kombinasi faktor genetik, imonologi dan (misalnya

infeksi virus) di perkirakan turut menimbulkan destruksi sel beta.

2.4.1.1 Faktor-Faktor Genetik

Penderita diabetes melitus tipe I tidak mewarisi

diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu

kecenderungan genetik ke arah terjadinya diabetes

tipe I. Kecendrungan genetik ini di temukan pada

individu yang memiliki tipe antigen Human Leucocyte

Antigen (HLA) tertentu. HLA adalah suatu kumpulan

gen yang bertanggung jawab atas antigen

transplantasi dan proses imun lainnya. Sebanyak

95% pasein berkulit putih dengan diabetes tipe I

memperlihatkan tipe HLA yang spesifik (DR3 atau

Page 7: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi Diabetes Melitusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11865/2/T1_462012066_BAB II... · berdasarkan pada hasil diagnosa dari tenaga kesehatan

15

DR4). Risiko terjadinya diabetes melitus tipe I

meningkat tiga sampai lima kali lipat pada setiap

individu yang memiliki salah satu dari kedua tipe HLA

ini. Risiko tersebut akan meningkat sepuluh sampai

dua puluh kali lipat pada individu yang memiliki tipe

HLA DR3 dan DR4 (jika dibandingkan dengan

populasi umum) (Brunner, 2001).

2.4.1.2 Faktor – Faktor Imunologi

Pada diabetes tipe I terdapat suatu respon

autoimun. Ini merupakan respon yang abnormal

dimana antibody mengarah pada jaringan tubuh yang

normal dengan cara bereaksi terhadap jaringan

tersebut yang dianggap sebagai jaringan asing.

Sebuah riset dilakukan untuk mengevaluasi efek

preparat imunosupresif terhadap perkembangan

penyakit pada pasien diabetes tipe I yang baru

terdiagnosis atau pasien dengan antibodi yang

terdeteksi tetapi tidak memperlihatkan gejala klinis

diabetes (Brunner, 2001).

2.4.1.3 Faktor – Faktor Lingkungan

Banyak penyelidikan yang dilakukan terhadap

kemungkinan faktor - faktor eksternal yang dapat

memicu destruksi sel beta. Contoh hasil penyelidikan

Page 8: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi Diabetes Melitusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11865/2/T1_462012066_BAB II... · berdasarkan pada hasil diagnosa dari tenaga kesehatan

16

yang menyebutkan bahwa racun atau virus dapat

memicu terjadinya proses autoimun yang dapat

menimbulkan destruksi pada sel beta. Interaksi antara

faktor - faktor genetik, imunologi dan lingkungan

dalam etiologi diabetes tipe I merupakan pokok

perhatian untuk dilakukan riset lebih lanjut. Meskipun

kejadian yang menimbulkan destruksi sel beta tidak

dapat dimengerti sepenuhnya, namun pernyataan

bahwa kerentanan genetik merupakan faktor dasar

yang melandasi terjadinya diabetes tipe I adalah hal

yang secara umum dapat diterima (Brunner, 2001).

2.4.2 Diabetes Melitus Tipe II

Diabetes Melitus tipe II adalah tipe diabetes melitus yang

sering terjadi dibanding dengan diabetes tipe I. Diabetes ini

biasanya menyerang usia - usia dewasa tetapi tidak menutup

kemungkina bahwa usia muda atau remaja juga banyak

terdiagnosa diabetes melitus tipe II. Diabetes melitus tipe II

terjadi diakibatkan karena insulin yang dihasilkan oleh pankreas

tidak cukup sehingga menyebabkan kadar gula di dalam darah

menjadi tidak normal. Diabetes tipe 2 menjadi semakin umum

oleh karena faktor risikonya yaitu obesitas dan kurangannya

berolahraga. Diabetes melitus tipe II terjadi karena adanya

Page 9: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi Diabetes Melitusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11865/2/T1_462012066_BAB II... · berdasarkan pada hasil diagnosa dari tenaga kesehatan

17

resistensi insulin yaitu kurangnya insulin relatif yang didominasi

oleh adanya gangguan sekresi insulin dengan resistensi insulin

(ADA, 2012).

Insiden diabetes melitus tipe II meningkat di seluruh dunia.

Diabetes melitus tipe II terjadi lebih dikarenakan kecenderungan

perilaku hidup, faktor lingkungan dan juga genetik. Meskipun

risiko diabetes melitus tipe II dikarenakan faktor gentetik namun

belum di dintifikasi sepenuhnya bahwa penyebab utamanya

adalah faktor genetik. Diabetes tipe II memiliki faktor risiko yang

besar dan mengarah lebih kepada gaya hidup atau lifestyle

penderita yang tidak baik misalnya kurangnya aktivitas fisik yang

jarang dilakukan, asupan gizi yang tidak seimbang, stres, diet

dan mengkonsumsi minuman yang mengandung pemanis juga

mempengaruhi dan meningkatkan risiko munculnya penyakit

diabetes tipe 2 sehingga akan lebih muda terkena diabetes

melitus tipe ini (Brunner, 2001).

2.5 Fungsi Gula Dalam Tubuh

Gula darah mengacu pada kadar atau banyaknya kandungan gula

dalam sirkulasi darah dalam tubuh. Gula dalam darah biasanya disebut

sebagai glukosa, yakni bentuk gula yang paling sederhana. Selain

glukosa, terdapat gula yang disebut sebagai glikogen. Glikogen

merupakan gula dalam bentuk yang lebih kompleks dan biasa

Page 10: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi Diabetes Melitusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11865/2/T1_462012066_BAB II... · berdasarkan pada hasil diagnosa dari tenaga kesehatan

18

ditemukan di dalam hati dan juga otot, yang fungsinya adalah sebagai

cadangan makanan. Sumber utama gula darah manusia berasal dari

makanan. Pada makanan gula merupakan proses pencernaan dari

karbohidrat yang banyak ditemukan pada nasi, roti, kentang, dan umbi-

umbian. Sumber gula lainnya ialah berasal dari dalam tubuh dan dalam

kondisi puasa lama, gula dihasilkan oleh hati (Brunner, 2001).

Fungsi utama dari gula dalam tubuh adalah untuk menghasilkan

energi. Diibaratkan tubuh ini adalah mobil, maka gula darah adalah

bensinnya. Gula yang berasal dari makanan yang dimakan akan masuk

ke dalam aliran darah. Kemudian gula - gula tersebut akan masuk ke

dalam otot dan gula akan diubah menjadi energi. Energi ini yang

menjamin kelangsungan hidup sel - sel, menghasilkan panas tubuh,

menghasilkan gerakan tubuh, dan sebagainya.

2.5.1 Kadar Gula yang rendah

Darah yang kadar gulanya menurun sampai 50 mg

glukosa dalam 100 cc tergolong hipoglikemia. Ada dua jenis

gejala yang timbul secara terpisah atau bersamaan. Pertama

gejala yang berkaitan dengan saraf akibat dari kekurangan

glukosa dalam otak untuk mempertahankan aktifitas -

aktifitas sel otak yang normal. Kedua gejala yang timbul

akibat tubuh mengimbangi kadar gula dalam darah dengan

menghasilkan hormon epinephrine secara darurat. Ini akan

membuat penderita menjadi berkeringat, muka pucat,

Page 11: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi Diabetes Melitusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11865/2/T1_462012066_BAB II... · berdasarkan pada hasil diagnosa dari tenaga kesehatan

19

gemetar, kedinginan, lapar, lemah, dan jantung berdebar

(Brunner, 2001).

2.5.2 Kadar Gula yang tinggi

Kadar gula darah dikatakan terlalu tinggi jika melebihi

angka 200 mg/dL. Dalam dunia medis kadar gula darah yang

terlalu tinggi biasa disebut dengan istiah hiperglikemia.

Kondisi ini terjadi ketika tubuh tidak memiliki cukup insulin.

Hormon insulin merupakan hormon yang dilepas oleh

pankreas. Insulin tersebut berfungsi untuk menyebarkan gula

dalam darah ke seluruh sel tubuh untuk dapat diproses

menjadi energi. Kondisi ini biasanya dialami oleh penderita

diabetes yang tidak bisa menjalani gaya hidup sehat dengan

baik, misalnya terlalu banyak mengkonsumsi makan, kurang

berolahraga, dan atau lupa mengonsumsi obat diabetes atau

insulin. Kondisi lain yang menyebabkan hiperglikemia pada

penderita diabetes adalah stres, mengkonsumsi obat -

obatan steroid, sedang menjalani operasi, sedang terinfeksi

penyakit tertentu.

Hiperglikemia dapat menyerang siapa saja, terutama jika

menderita sakit berat. Tanda-tanda seseorang yang memiliki

kadar gula darah tinggi adalah badan terasa lelah, bobot

tubuh berkurang, sering buang air kecil dan sering

merasakan haus. Jika kadar gula darah melebihi 350 mg/dL,

Page 12: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi Diabetes Melitusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11865/2/T1_462012066_BAB II... · berdasarkan pada hasil diagnosa dari tenaga kesehatan

20

gejala yang mungkin akan dirasakan adalah tingkat

kesadaran menurun, adanya perasaan muda gelisah,

penglihatan tidak jelas, dan merasa pusing. Selain itu

perubahan pada kondisi kulit seperti memerah, kulit kering,

dan terasa panas. Selain menderita hal-hal tersebut, kadar

gula darah terlalu tinggi terutama yang tidak pernah

mendapat pengobatan, dapat menyebabkan bahaya serius

seperti ketoasidosis diabetikum atau sindrom diabetes

hyperosmolar (Brunner, 2001).

2.6 Perawatan Luka

Perawatan luka menurut Habbs dan Perrin (1985), merupakan

layanan kesehatan yang dilakukan di rumah pasien (Lerman & Eric,

1993), sehingga perawatan luka dalam keperawatan merupakan

layanan keperawatan di rumah pasien yang telah melalui sejarah yang

panjang. Perawatan luka juga merupakan pelayanan kesehatan yang

berkesinambungan dan komprehensif yang diberikan kepada seorang

individu, keluarga, di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk

meningkatkan, mempertahankan, dan memulihkan kesehatan mereka,

atau memaksimalkan kemandirian dan meminimalkan kecacatan akibat

dari penyakit yang mereka derita. Layanan kesehatan diberikan sesuai

dengan kebutuhan pasien atau keluarga yang sudah direncanakan,

Page 13: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi Diabetes Melitusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11865/2/T1_462012066_BAB II... · berdasarkan pada hasil diagnosa dari tenaga kesehatan

21

dikoordinir, oleh pemberi pelayanan melalui staf yang sudah diatur

berdasarkan perjanjian bersama (Depkes RI, 2006).

2.7 Luka

Luka merupakan kerusakan dari integritas kulit yang dapat terjadi

ketika kulit terpapar pada suhu atau pH, zat kimia, gesekan, trauma

tekanan dan juga radiasi. Penyembuhan luka berarti suatu respon tubuh

terhadap berbagai cedera dengan proses pemulihan yang kompleks dan

dinamis yang dapat menghasilkan pemulihan anatomi dan fungsi secara

terus menerus (Black, 2006). Penyembuhan luka yang terkait dengan

regenerasi sel sampai kepada fungsi organ tubuh kembali pulih,

ditunjukkan dengan tanda-tanda atau respon yang berurutan dimana sel

secara bersama-sama berinteraksi, melakukan tugas dan berfungsi

secara normal. Idealnya luka yang sudah sembuh dan kembali normal

secara struktur anatomi, fungsi dan penampilan.

2.8 Penyembuhan Luka

Penyembuhan luka didefinisikan sebagai suatu proses yang

kompleks dan dinamis yang menghasilkan perbaikan terhadap struktur

anatomis dan fungsi jaringan (Hess, 2002). Batasan waktu penyembuhan

luka di tentukan oleh tipe luka dan lingkungan ekstrinsik dan intrinsik.

Page 14: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi Diabetes Melitusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11865/2/T1_462012066_BAB II... · berdasarkan pada hasil diagnosa dari tenaga kesehatan

22

2.8.1 Fase penyembuhan luka

Penyembuhan luka adalah sesuatu yang kompleks dengan

melibatkan banyak sel. Proses penyembuhan luka terdiri dari

beberapa fase yaitu koagulasi, inflamasi, proliferasi,

remodeling.

2.8.1.1 Fase Koagulasi dan Inflamasi

Fase Inflamasi secara klinis di tandai dengan

tanda - tanda utama yaitu rubor, tumor, kalor, dolor

dan functio laesa. Proses peradangan atau inflamasi

terjadi segera setelah injuri, dan secara spontan

proses koagulasi pembentukan asam arachidonic,

growth factor bekerja bersamaan dalam proses

inflamasi. Saat terjadi injuri pada vaskuler, kalsium

intraseluler di keluarkan dan mengaktivasi faktor dan

proses koagulasi ekstrinsik. Bersamaan dengan itu

terjadi reflex vasokonstriksi, ini terjadi untuk

membantu hemostasis yang bekerja untuk menjaga

hasil akhir dari koagulasi berupa plug fibrin. Fibrin

merupakan matrik luka di mana platelet beregregasi

untuk menghentikan perdarahan. Pada fase inflamasi

di mulai beberapa menit setelah luka dan

berlangsung selama 3-4 hari. Segera setelah injuri

pembuluh darah dan limfatik rusak. lima sampai

Page 15: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi Diabetes Melitusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11865/2/T1_462012066_BAB II... · berdasarkan pada hasil diagnosa dari tenaga kesehatan

23

sepuluh menit pertama terjadi vasokonstriksi

selanjutnya diikuti oleh vasodilatasi (Black, 2008).

2.8.1.2 Fase Proliferasi

Fase ini dimulai 2-3 hari setelah luka dan ditandai

dengan pergerakan fibroblast ke area luka. Fibroblast

berimigrasi melalui fibrin yang terbentuk pada fase

inflamasi. Pada minggu pertama setelah injuri

fibroblast dipengaruhi makrofag untuk membentuk

dan mensintesis glikosamin dan proteoglikan, matrik

ekstaseluler jaringan granulasi dan kolagen.

Fibroblast menjadi dominan, pada fase ini terus

meningkat pada hari ke 7-14 setelah luka. Kemudian

setelah mensekresikan molekul kolagen, fibroblast

berperan dan pertugas untuk meletakan serat – serat

dalam matrik, terutama serat kolagen. Serat ini akan

membentuk jejaring yang saling berkaitan.

Peningkatan kolagen pada luka berarti meningkatnya

kekuatan ikatan jaringan pada luka selama

pembentukan fibroblast keratinosit dan sel endotelial

juga terbentuk. Keratinosis dan endotelial juga

menghasilkan faktor pertumbuhannya sendiri untuk

melakukan proliferasi (Torre, 2006).

Page 16: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi Diabetes Melitusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11865/2/T1_462012066_BAB II... · berdasarkan pada hasil diagnosa dari tenaga kesehatan

24

2.8.1.3 Fase Remodeling

Fase Remodeling berarti kolagen secara acak

tersimpan pada jaringan granulasi. Remodeling

kolagen menjadi jaringan yang lebih terstruktur,

berlangsung pada fase maturasi luka, untuk

meningkatkan kekuatan regangan luka. Selama

pembentukan skar kolagen tipe III pada jaringan

granulasi di ganti dengan kolagen tipe I sampai

terbentuk kulit normal. selama fase ini sintesis

kolagen seimbang dengan kolagenesis, ini

menciptakan kekuatan maksimal 80 % dari jaringan

aslinya yang berakhir sampai dengan 2 tahun setelah

luka. Luka akan tertutup oleh migrasi epitel yang

bergerak dari tepi luka. Sel epitel akan menyebrangi

luka sampai terbentuk sel epitel lain dan kemudian

akan di inhibisi untuk menghentikan pergerakan sel

epitel (Torre, 2006).

2.8.2 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka

Luka terjadi karena adanya beberapa faktor yang

menyebabkan ganguan pada mekanisme penyembuhan

luka. Ada beberapa faktor yang diadaptasi dari (Hess 2002)

yang dapat mempengaruhi penyembuhan luka, antara lain :

Page 17: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi Diabetes Melitusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11865/2/T1_462012066_BAB II... · berdasarkan pada hasil diagnosa dari tenaga kesehatan

25

2.8.2.1 Tekanan

Luka atau daerah sekitar luka yang mendapat

tekanan secara terus menerus akan menghambat

aliran kapiler sehingga suplai darah ke area luka

terganggu.

2.8.2.2 Lingkungan

Lingkungan yang kering dapat menyebabkan

dehidrasi sel pada area luka dan dapat terjadi

kematian sel. Hal ini menyembabkan terbentuknya

krustae pada area luka yang dapat menghambat

pertumbuhan jaringan.

2.8.2.3 Infeksi

Infeksi lokal maupun sistemik dapat menghalangi

proses penyembuhan luka. Tanda - tanda seperti

adanya drainase, eksudat, indurasi. Demam adalah

indikasi dilakukannya kultur pada luka. Selulitis pada

jaringan lunak akan memperpanjang fase inflamasi

dengan menyebabkan protease jaringan dengan

mendegragasi jaringan granulasi baru dan faktor

pertumbuhan jaringan dengan menunda deposisi

kolagen.

Page 18: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi Diabetes Melitusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11865/2/T1_462012066_BAB II... · berdasarkan pada hasil diagnosa dari tenaga kesehatan

26

2.8.2.4 Pemilihan Balutan

Pemilihan balutan yang tepat akan

berpengaruh pada kesembuhan luka yang

lebih baik. Jika pemilihan balutan salah maka

akan memperburuk kondisi luka tersebut.

Tujuan pemilihan balutan yaitu, untuk

membuang jaringan mati, melindungi luka dari

trauma, mengontrol kejadian infeksi,

mempercepat proses penyembuhan luka dan

kontrol bau (Bryant, 2000).

2.8.2.5 Wound Bad Preparation

Persiapan dasar luka menjadi penting dalam

proses penyembuhan luka, karena dengan kita

memahami kondisi luka maka akan sangat

memudahkan kita untuk melakukan suatu tindakan

pada luka tersebut. Persiapan dasar luka pada

perawatan luka yaitu dengan mencuci luka. Mencuci

luka akan meningkatkan, memperbaiki dan

mempercepat proses penyembuhan luka. selain itu

juga penting untuk membuang jaringan nekrotik pada

luka dan pemilihan thopycal terapi yang tepat (Bryant,

2000).

Page 19: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi Diabetes Melitusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11865/2/T1_462012066_BAB II... · berdasarkan pada hasil diagnosa dari tenaga kesehatan

27

2.8.2.6 Memahami Warna Pada Luka

Dua jenis nekrosis yang terdapat pada luka yaitu

Slough dan Escar. Slough jaringan nekrosis basah,

mudah lepas dan berwarna kuning, sedangkan Escar

adalah jaringan nekrosis yang mengalami granulasi,

tipis, menempel pada luka dan berwarna cokelat

sampai hitam. Berdasarkan warna pada luka, maka

dapat ditentukan perawatan yang tepat dan benar.

2.9 Klasifikasi Grade Luka Diabetes

Ada beberapa referensi yang yang dapat digunakan dalam

pengklasifikasian luka diabetes melitus. Berikut ini adalah klasifikasi

diabetes melitus menurut University of texas diabetic food

classification (2000) dalam (Hess, 2002).

9.1 Tabel Klasifikasi Grade Diabetes Melitus

Stage Grade 0 Grade I Grade II Grade III

A Sebelum atau

sesudah terjadi

ulseratif pada kaki

yang beresiko

Luka

superfisial

tidak mengenai

tendon kapsula

Luka

mengenai

tendon atau

kapsula pada

Luka

mengenai

tulang

Page 20: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi Diabetes Melitusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11865/2/T1_462012066_BAB II... · berdasarkan pada hasil diagnosa dari tenaga kesehatan

28

terjadi luka atau tulang sendi

B Terdapat infeksi Terdapat

infeksi

Terdapat

infeksi

Terdapat

infeksi

C Terdapat iskemia Terdapat

iskemia

Terdapat

iskemia

Terdapat

iskemia

D Terdapat infeksi

dan iskemia

Terdapat

infeksi dan

iskemia

Terdapat

infeksi dan

iskemia

Terdapat

infeksi dan

iskemia

2.10 Perawatan Luka Diabetes Melitus

2.10.1 Perawatan Dengan Metode Konvensional

Fenomena yang masih terjadi di Indonesia sampai saat ini

yaitu sebagian besar perawat masih percaya bahwa penyembuhan

luka yang baik adalah dengan membuat lingkungan atau daerah

sekitar luka tetap kering atau menggunakan cara konvensional

untuk merawat luka (Junaidi, 2007). Luka yang dirawat dengan

metode konvensional akan lebih lama dalam proses penyembuhan

dan akan memakan waktu dalam penanganan luka karena kurang

adanya pengkajian terhadap riwayat penyakit pasien oleh perawat

ataupun dokter. Selain beberapa hal yang telah disebutkan di

atas, perhatian terhadap perawatan luka juga masih sangat

kurang karena perawat di Indonesia masih menggunakan

Page 21: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi Diabetes Melitusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11865/2/T1_462012066_BAB II... · berdasarkan pada hasil diagnosa dari tenaga kesehatan

29

perawatan luka konvensional untuk memberikan perawatan

kepada pasien ulkus diabetikum padahal saat ini sudah mulai

berkembang perawatan luka yang lebih canggih.

Sebagian besar rumah sakit di Indonesia masih menerapkan

prinsip perawatan luka konvensional, metode modern dressing

masih sangat jarang di lakukan. Di Indonesia dari total 1012 rumah

sakit hanya 25 rumah sakit atau 2.4 % yang menerapkan metode

modern dressing (Ismail, 2008). Perawatan konvensional dan

modern memiliki perbedaan dan ciri khas masing-masing baik

dalam praktik maupun teori serta kelebihan dan kekurangannya.

Menurut Singh, dkk., (2011), sebanyak 60 % dari kelompok

modern dressing dalam merawat luka menunjukkan bersih dari

organisme secara penuh dalam dua minggu, dan sekitar 90 %

dalam 4 minggu meskipun ada beberapa luka yang tidak

menunjukkan bersih dari organisme di akhir minggu keempat. Di

sisi lain, hanya 42 % dari luka di kelompok konvensional

ditemukan steril setelah dua minggu perawatan. Setelah empat

minggu pengobatan konvensional sekitar (20 %) luka masih

ditemukan sekumpulan organisme patogen.

Page 22: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi Diabetes Melitusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11865/2/T1_462012066_BAB II... · berdasarkan pada hasil diagnosa dari tenaga kesehatan

30

Ada beberapa material yang sering digunakan dalam

perawatan konvensional yang dilakukan di rumah sakit, yaitu :

2.10.1.1 Kasa

Kasa berperan sebagai bahan penyerap

produksi eksudasi ulkus, mempertahankan

suhu, kelembapan, mencegah masuknya

bakteri dan sebagai penutup luka.

2.10.1.2 NaCl

NaCl digunakan untuk membersihkan luka

karena sifatnya yang isotonis dan tidak iritan

dapat membantu dalam proses penyembuhan

luka.

2.10.1.3 Hidrogen Peroksida

Digunakan sebagai penghancur jaringan

nekrotik dan bersifat iritan terhadap jaringan

granulas, bahan ini sekarang sudah banyak di

tinggalkan dan hampir tidak digunakan lagi.

2.10.1.4 Set Steril

Set steril digunakan selama proses

perawatan mulai dari bengkok, kom, spuit,

pinset anatomi, pinset cirugi, klem, gunting

nekrotomi, dan sarung tangan steril.

Page 23: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi Diabetes Melitusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11865/2/T1_462012066_BAB II... · berdasarkan pada hasil diagnosa dari tenaga kesehatan

31

2.10.1.5 Under Pad

Under pad digunakan sebagai alas

dibawah luka selama prose perawaatan

berlangsung untuk tetap menjaga kebersihan

dalam perawatan luka.

2.10.1.6 Verban dan Sofratule

Verban digunakan sebagai viksasi kasa

penutup luka atau bisa juga digunakan plester

jika ukuran luka tidak terlalu luas dan sofratule

digunakan sebagai antibiotik topikal dan

berfungsi memperkecil adanya kontak antara

luka dengan kasa sehingga mempermudah

pengangkatan kasa pada saat perawatan.

Ada beberapa manajemen luka konvensional yang biasa

dilakukan di rumah sakit diantaranya :

2.10.1.7 Manajemen luka sebelumnya tidak mengenal

adanya lingkungan luka yang lembab.

2.10.1.8 Manajemen perawatan luka yang lama hanya

membersihkan luka mengunakan cairan normal

salin atau ditambahkan dengan Iodin Povidine,

Hidrogen Peroksida. Antiseptik – antiseptik seperti

itu dapat mengganggu proses penyembuhan dari

luka, dan tidak hanya membunuh kuman tapi

Page 24: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi Diabetes Melitusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11865/2/T1_462012066_BAB II... · berdasarkan pada hasil diagnosa dari tenaga kesehatan

32

membunuh leukosit yg bertugas membunuh kuman

patogen dan kemudian di tutup dengan kasa kering.

2.10.1.9 Ketika akan merawat luka di hari berikutnya,

kasa tersebut akan menempel pada luka dan

menyebabkan rasa sakit, disamping itu sel-sel yang

baru tumbuh pada luka menjadi rusak.

2.10.1.10 Luka dalam kondisi kering dapat

memperlambat proses penyembuhan dan akan

menimbulkan bekas pada luka.

2.10.2 Perawatan dengan Metode Modern

Perkembangan perawatan luka berkembang sangat pesat dan

cepat dalam dunia kesehatan. Metode perawatan luka yang saat

ini tengah berkembang adalah perawatan luka dengan

menggunakan prinsip moisture balance. Dalam beberapa literature

disebutkan bahwa dengan menggunakan prinsip ini akan lebih

efektif untuk proses penyembuhan luka bila dibandingkan dengan

menggunakan metode konvensional. Perkembangan pengetahuan

tentang cara-cara penyembuhan luka modern menjadi suatu trand

tersendiri dalam dunia kesehatan yang berdampak pada

kebutuhan peningkatan kualitas pengetahuan dan ketrampilan

tenaga kesehatan khususnya bagi perawat yang berkecimpung di

bidang ini (Bryant, 2000).

Page 25: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi Diabetes Melitusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11865/2/T1_462012066_BAB II... · berdasarkan pada hasil diagnosa dari tenaga kesehatan

33

Perawatan luka dengan menggunakan prinsip lembab dikenal

sebagai metode modern dressing dan memakai alat ganti balut

yang lebih modern. Prinsip moisture balance belum begitu familiar

bagi perawat di Indonesia. Perawatan luka menggunakan teknik

modern dressing telah berkembang di Indonesia terutama rumah

sakit besar di kota - kota besar seperti Bandung, Yogyakarta,

Surabaya, dan Jakarta sedangkan untuk rumah sakit - rumah sakit

setingkat Kabupaten, perawatan luka menggunakan teknik modern

masih belum terlalu berkembang dengan baik bahkan belum ada

sama sekali. Perawatan luka dengan menggunakan prinsip

moisture balance atau prinsip lembab dikenal sebagai metode

modern dressing yang memakai bahan-bahan pembalut yang lebih

modern dan topical therapy yang mempunyai karakteristik dan

keunggulan masing-masing sesuai dengan kondisi luka pasien.

(Sotani, 2009).

Bersamaan dengan itu biaya pelayanan dalam dunia

kesehatan saat ini terbilang cukup tinggi namun semua itu tidak

sesuai dengan apa yang diberikan dan tingkat kesembuhannya

cukup lama. Hal yang menjadi penghambat saat ini yaitu faktor

demografi sehingga pelayanan kesehatan keseluruh penjuru

negeri tidak tersampaikan dengan baik. Banyak masyarakat yang

tidak dapat menikmati fasilitas kesehatan hanya karena

penyebaran tenaga kesehatan yang tidak merata. Kalau pun ada,

Page 26: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi Diabetes Melitusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11865/2/T1_462012066_BAB II... · berdasarkan pada hasil diagnosa dari tenaga kesehatan

34

pengetahuan yang dimilikinya tidak cukup tentang perawatan luka,

terlebih lagi dengan luka yang memiliki dimensi yang cukup luas

dan memiliki banyak eksudat. Kurangannya pengetahuan perawat

tentang perawatan luka yang besar dan memiliki banyak eksudat

menyebabkan luka yang tidak kunjung sembuh, dan menyebabkan

klien harus berulang kali mengontrol luka dalam jarak yang cukup

jauh untuk mengganti balutan dengan dibekali antibiotik. Oleh

karena itu metode modern dressing diharpakan dapat membantu

tenaga kesehatan agar mengerti dan memiliki pemahaman yang

cukup untuk melakukan tindakan pengobatan luka dengan metode

modern dressing agar tenaga kesehatan yang ada di Indonesia

dapat disebar secara merata untuk membantu penyembuhan luka

klien (Gitaraja, 2015).

Menanggapi hal demikian, para perawat perlu untuk memiliki

pengetahuan dan keterampilan yang adekuat terkait dengan

proses perawatan luka, dimulai dari pengkajian yang

komprehensif, perencanaan intervensi, implementasi tindakan, dan

evaluasi, serta dokumentasi. Isu lain yang harus benar - benar

dipahami oleh perawat adalah berkaitan dengan cost

effectiveness. Manajemen untuk perawatan luka modern sangat

mengedepankan isu tersebut. Hal ini didukung dengan semakin

banyaknya inovasi-inovasi terbaru dalam perkembangan produk-

produk yang dapat dipakai untuk merawat luka. Dalam hal ini,

Page 27: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi Diabetes Melitusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11865/2/T1_462012066_BAB II... · berdasarkan pada hasil diagnosa dari tenaga kesehatan

35

perawat sangat perlu untuk benar-benar memahami dan

mempelajari produk-produk tersebut dengan baik sebagai bagian

dari suatu proses dalam mengambil keputusan yang sesuai

dengan kebutuhan pasien. Pada umumnya, pemilihan produk yang

tepat harus berdasarkan pertimbangan biaya (cost), keamanan

(safety) dan kenyamanan (comfort). Secara umum, perawatan luka

yang saat ini berkembang lebih ditekankan pada intervensi yang

melihat sisi klien dari berbagai dimensi, yaitu dimensi psikis, fisik,

psikis, sosial, dan ekonomi.

Banyak contoh yang dapat dikemukakan contohnya pada

kasus klien dengan diabetes melitus banyak dari mereka yang

beranggapan bahwa luka harus diamputasi. Namun, tindakan

amputasi tersebut ternyata bisa digagalkan jika luka tersebut

dirawat dengan saksama dengan metode yang benar dan tentunya

dilakukan oleh perawat yang berkompeten dalam bidang tersebut.

Kesembuhan luka pada tingkat tertentu seperti kasus luka akibat

diabetes tergantung pada kedisiplinan penderita dalam perawatan.

Ketika luka di rawat dengan benar dan tepat serta menggunakan

metode yang lebih baik maka luka tersebut akan menjadi lebih

baik. hal yang harus kita lakukan yaitu memperkenalkan kepada

masyarakat bahwa ada program perawatan di rumah atau home

care yang sekarang telah berkembang pesat di Indonesia agar

Page 28: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi Diabetes Melitusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11865/2/T1_462012066_BAB II... · berdasarkan pada hasil diagnosa dari tenaga kesehatan

36

masyarakat mengerti tentang cara perawatan luka yang tepat dan

benar itu penting.

Ada beberapa manajemen luka dengan menggunakan metode

modern dressing yang biasanya dilakukan di pusat perawatan luka

modern antara lain :

2.10.2.1 Moist wound healing (perawatan luka

lembab) diawali pada tahun 1962 oleh Prof.

Winter.

2.10.2.2 Moist wound healing adalah metode

yang dapat mempertahankan lingkungan

luka tetap lembab untuk memfasilitasi

proses penyembuhan luka.

2.10.2.3 Lingkungan luka yang lembab dapat

diciptakan dengan occlusive dressing

(perawatan luka tertutup).