BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATArepository.ub.ac.id/1911/6/BAB 5.pdf · 2020. 10. 15. ·...
Transcript of BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATArepository.ub.ac.id/1911/6/BAB 5.pdf · 2020. 10. 15. ·...
56
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA
Pada penelitian efek pemberian kombinasi artesunat dan ekstrak batang
brotowali (Tinospora crispa) terhadap ekspresi iNOS dan HIF-1α pada jaringan
otak mencit C57BL/6J yang diinfeksi Plasmodium berghei anka ini terdapat 7
kelompok perlakuan mencit yang terdiri dari 3 ekor mencit tiap kelompoknya.
Tujuh kelompok perlakuan tersebut terdiri dari:
K- : Kelompok kontrol negatif (kelompok mencit yang tidak dinfeksi Plasmodium
berghei dan tidak mendapatkan terapi artesunat maupun ekstrak brotowali).
K+ : Kelompok kontrol positif (kelompok mencit yang dinfeksi Plasmodium
berghei, namun tidak diberikan terapi artesunat dan ekstrak brotowali).
P1 : Kelompok artesunat (kelompok mencit yang diinfeksi Plasmodium berghei
dan diberikan terapi artesunat 32 mg/hari/ekor).
P2 : Kelompok brotowali (kelompok mencit yang diinfeksi Plasmodium berghei
dan diberikan terapi ekstrak brotowali 70 mg/kgBB/ekor).
P3 : Kelompok kombinasi dosis 1 (kelompok mencit yang diinfeksi Plasmodium
berghei dan diberikan terapi kombinasi artesunat 32 mg/hari/ekor dan ekstrak
brotowali 50 mg/hari/ekor).
P4 : Kelompok kombinasi dosis 2 (kelompok mencit yang diinfeksi Plasmodium
berghei dan diberikan terapi kombinasi artesunat 32 mg/hari/ekor dan ekstrak
brotowali 60 mg/hari/ekor).
P5 : Kelompok kombinasi dosis 3 (kelompok mencit yang diinfeksi Plasmodium
berghei dan diberikan terapi kombinasi artesunat 32 mg/hari/ekor dan ekstrak
brotowali 70 mg/hari/ekor).
57
Pada semua mencit dilakukan pengukuran derajat parasitemia setiap hari
dan dimatikan pada hari ke-7 setelah infeksi, kemudian dibuat sediaan
imunohistokimia untuk mengamati ekspresi iNOS dan HIF-1α pada potongan
otak mencit.
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Uji Fitokimia dan Kromatografi Lapis Tipis
Ekstrak brotowali dibuat di Pusat Penelitian Kimia- LIPI (Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia) Bandung. Hasil eksraksi kemudian dilakukan uji
fitokimia dan kromatografi lapis tipis (KLT) untuk mengetahui kadar total fenol
dan flavonoid. Hasil uji fitokimia ekstrak brotowali didapatkan kandungan fenol,
terpenid, triterpenoid, flavonoid, saponin dan alkaloid (Tabel 5.1). Hasil
kromatografi lapis tipis kadar total fenol adalah 43,34±1,92 (Tabel 5.2) dan kadar
total flavonoid adalah 74,26±1,32 (Tabel 5.3).
Tabel 5.1 Analisa Fitokimia Ekstrak Brotowali
Analisa Positif/negatif Keterangan
Fenol +++ Kuning menjadi hijau kehitaman
Terpenoid +++ Coklat menjadi ungu
Triterpenoid + Coklat menjadi ungu
Steroid - -
Flavonoid + Warna hijau jingga
Tanin - Warna hijau
Saponin + Muncul buih
Alkaloid + Endapan oranye dengan dragendorff
58
Tabel 5.2 Penetapan Kadar Total Fenol
Berat
sampel
(µg)
Absorbansi
(760 nm)
Berat total fenol
eq. Asam gallat
(µg)
% Kadar total
fenol eq. Asam
gallat
% Rata-rata kadar
total fenol eq. Asam
gallat
20 0,75 9,07 45,38 43,34±1,92
20 0,71 8,32 41,58
20 0,72 8,61 43,05
Tabel 5.3 Penetapan Kadar Total Flavonoid
Berat
sampel
(µg)
Absorbansi
(420 nm)
Berat total
flavonoid eq.
Rutin (µg)
% Kadar total
flavonoid eq.
Rutin
% Rata-rata kadar
total flavonoid eq.
Rutin
20 0,74 14,55 72,74 74,26±1,32
20 0,76 14,99 74,97
20 0,76 15,01 75,07
5.1.2 Derajat Parasitemia
Dari hasil derajat parasitemia didapatkan bahwa parasitemia mulai terjadi
peningkatan pada hari ke-4 setelah infeksi. Pada K+ didapatkan derajat
parasitemia yang terus meningkat sampai hari ke-7, pada P2 didapatkan
penurunan derajat parasitemia pada hari ke-6, pada P1 dan P5 terjadi penurunan
derajat parasitemia pada hari ke-4, sedangkan pada P3 dan P4 terjadi
penurunan derajat parasitemia pada hari ke-5 setelah infeksi (Gambar 5.1).
59
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
1 2 3 4 5 6 7
De
raja
t P
aras
ite
mia
(%
)
Hari Perlakuan
Kontrol positif
Artesunat
Brotowali
Kombinasi dosis I
Kombinasi dosis II
Kombinasi dosis III
Gambar 5.1 Grafik Derajat Parasitemia Mencit Kelompok Perlakuan
5.1.3 Hasil Pengamatan Imunohistokimia
Ekspresi HIF-1α dan iNOS diamati dan diukur melalui pemeriksaan
imunohistokimia pada sampel otak mencit menggunakan mikroskop pembesaran
400x. Sel yang mengekspresikan iNOS menunjukkan sitoplasma yang berwarna
coklat, sedangkan sel yang mengekspresikan HIF-1α akan menunjukkan inti dan
sitoplasma yang berwarna coklat pada semua jenis sel yang berinti terutama sel
glia. Pengukuran dilakukan dengan cara menghitung rerata sel yang
mengekspresikan iNOS dan HIF-1α dari 10 lapang pandang (Al-Dissi et al.,
2010) (Gambar 5.2 dan Gambar 5.3).
60
Gambar 5.2. Ekspresi HIF-1α pada pemeriksaan dengan teknik imunohistokimia
pada semua kelompok dengan perbesaran 400x. (K-) Kontrol negatif, (K+) Kontrol
Positif (K+), (P1) Artesunat, (P2) Brotowali, (P3) Kombinasi dosis I, (P4) Kombinasi dosis
II, (P5) Kombinasi dosis III. Tanda panah menunjukkan sel dengan ekspresi HIF-1α.
P5
P1
K- K+
P2
P3 P4
61
Gambar 5.3. Ekspresi iNOS pada pemeriksaan dengan teknik imunohistokimia
pada semua kelompok dengan perbesaran 400x. (A) Kontrol negatif (K-), (B) Kontrol Positif (K+), (C) Artesunat (P1), (D) Brotowali (P2), (E) Kombinasi dosis I (P3), (F)
Kombinasi dosis II (P4), (G) Kombinasi dosis III (P5). Tanda panah menunjukkan sel dengan ekspresi iNOS.
K- K+
P1 P2
P4 P3
P5
62
5.2 Analisis Data
5.2.1 Uji Pengaruh Ekstrak Brotowali Terhadap Ekspresi HIF-1α
Ekspresi HIF-1α pada otak mencit dari masing-masing kelompok hewan
coba diamati pada hari ke-7 setelah infeksi. Tabel 5.4 menyajikan perbedaan
rata-rata ekspresi HIF-1α pada otak mencit dari masing-masing kelompok hewan
coba yang diamati pada hari ke-7.
Tabel 5.4. Rerata Ekspresi HIF-1α pada Otak Mencit yang Diinfeksi Plasmodium berghei Kelompok Rata-rata Standart Deviasi
K- (Kontrol negatif) 9,67 0,58
K+ (Kontrol positif) 44,67 3,51
P1 (Artesunat) 23,67 3,05
P2 (Brotowali) 23,00 2,00
P3 (Kombinasi dosis I) 18,33 3,06
P4 (Kombinasi dosis II) 16,67 1,15
P5 (Kombinasi dosis III) 16,33 1,52
Keterangan K- = Kontrol negatif, K+= Kontrol positif, P1 = Artesunat, P2 = Brotowali, P3 = Kombinasi dosis I, P4 = Kombinasi dosis II, P5 = Kombinasi dosis III
Uji normalitas dilakukan dengan uji Kolmogorov Smirnov dan uji
homogenitas dilakukan dengan uji Levene. Ringkasan uji asumsi dapat dilihat
pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5. Uji Asumsi Normalitas dan Homogenitas HIF-1α
Variabel Uji Normalitas Uji Homogenitas
Nilai Sig Keterangan Nilai Sig Keterangan
HIF-1α 0,002 Tidak memenuhi 0,294 Memenuhi
Berdasarkan Tabel 5.5. HIF-1α tidak memenuhi asumsi normalitas namun
memenuhi asumsi homogenitas. Variabel HIF-1α perlu dilakukan transformasi.
Uji asumsi pada hasil transformasi disajikan pada Tabel 5.6.
63
Tabel 5.6. Uji Asumsi Normalitas dan Homogenitas transformasi HIF-1α
Variabel Uji Normalitas Uji Homogenitas
Nilai Sig Keterangan Nilai Sig Keterangan
HIF-1α 0,116 Memenuhi 0,426 Memenuhi
Berdasarkan Tabel 5.6. HIF-1α memenuhi asumsi normalitas dan asumsi
homogenitas. Uji beda yang digunakan adalah One Way ANOVA dan dilakukan
uji post hoc dengan uji Tukey. Nilai sig yang diperoleh sebesar 0,000<α (0,05)
dan dapat disimpulkan ada perbedaan HIF-1α antara K-, K+, P1, P2, P3, P4 dan
P5. Hasil uji lanjut (post hoc) Tukey disajikan pada Tabel 5.7.
Tabel 5. 7 Uji Tukey pada ekspresi HIF-1α pada otak mencit yang diinfeksi Plasmodium Berghei
Perlakuan HIF-1α
K- 9,67±0,58 a
K+ 44,67±3,51 d
P1 23,67±3,05 c
P2 23,00±2,00 c
P3 18,33±3,06 bc
P4 16,67±1,15 b
P5 16,33±1,52 b
*Notasi yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan rata-rata α=5%. Keterangan K- = Kontrol negatif, K+= Kontrol positif, P1 = Artesunat, P2 = Brotowali, P3 = Kombinasi dosis I,
P4 = Kombinasi dosis II, P5 = Kombinasi dosis III
Tabel 5.7 menunjukkan bahwa rerata ekspresi HIF-1α yang paling tinggi
adalah pada kelompok kontrol positif. Rerata yang paling rendah adalah kontrol
negatif. Kelompok kontrol positif dengan rerata tertinggi yaitu 44,67 ± 3,51 dan
kelompok negatif dengan rerata terendah yaitu 9,67 ± 0,58. Terdapat perbedaan
yang signifikan antara K+ dengan K- (p = 0,000), P1 (p=0,000), P2 (p=0,000), P3
(p=0,001), P4 (p=0,003), P5 (p=0,005). Terdapat perbedaan yang signifikan
antara K- dengan P1 (p=0,000), P2 (p=0,000), P3 (p=0,000), P4 (p=0,000), P5
64
(p=0,000). Tidak ada perbedaan yang nyata antara kelompok perlakuan P3
dengan P4 (p=0,953), P3 dengan P5 (p=0,889) serta P4 dengan P5 (p=1,000).
Terdapat perbedaan yang bermakna antara P1 dengan P4 (p=0,019), P1 dengan
P5 (p=0,013), P2 dengan P4 (p=0,034) dan P2 dengan P5 (p=0,023). Grafik
rerata HIF-1α pada masing-masing kelompok perlakuan disajikan pada Gambar
5.4.
Kelompok
Gambar 5.4. Grafik rerata HIF-1α pada Semua Kelompok
Keterangan K- = Kontrol negatif, K+= Kontrol positif, P1 = Artesunat, P2 = Brotowali, P3 = Kombinasi dosis I, P4 = Kombinasi dosis II, P5 = Kombinasi dosis III
5.2.2 Uji Pengaruh Ekstrak Brotowali Terhadap Ekspresi iNOS
Ekspresi iNOS pada otak mencit dari masing-masing kelompok diamati
pada hari ke-7 setelah infeksi. Tabel 5.8 menyajikan perbedaan rerata ekspresi
iNOS pada otak mencit dari masing-masing kelompok hewan coba yang diamati
pada hari ke-7.
Ju
mla
h H
IF-1
α
65
Tabel 5.8 Rerata Ekspresi iNOS pada Otak Mencit pada Semua Kelompok
Kelompok Rata-rata Standar Deviasi
K- (Kontrol negatif) 11,67 4,51
K+(Kontrol positif) 46,33 4,16
P1 (Artesunat) 25,67 1,15
P2 (Brotowali) 26,67 2,08
P3 (Kombinasi dosis I) 21,00 2,64
P4 (Kombinasi dosis II) 17,33 2,08
P5 (Kombinasi dosis III) 17,00 2,00
Uji normalitas dilakukan dengan uji Kolmogorov Smirnov dan uji
homogenitas dilakukan dengan uji Levene. Ringkasan uji asumsi dapat dilihat
pada Tabel 5.9.
Tabel 5.9. Uji Asumsi Normalitas dan Homogenitas Ekspresi iNOS
Variabel Uji Normalitas Uji Homogenitas
Nilai Sig Keterangan Nilai Sig Keterangan
iNOS 0,046 Tidak memenuhi 0,355 Memenuhi
Berdasarkan Tabel 5.9. data ekspresi iNOS tidak memenuhi asumsi
normalitas namun memenuhi asumsi homogenitas. Variabel iNOS perlu
dilakukan transformasi. Uji asumsi pada hasil transformasi disajikan pada Tabel
5.10.
Tabel 5.10. Uji Asumsi Normalitas dan Homogenitas transformasi iNOS
Variabel Uji Normalitas Uji Homogenitas
Nilai Sig Keterangan Nilai Sig Keterangan
iNOS 0,200 Memenuhi 0,158 Memenuhi
66
Berdasarkan Tabel 5.10. iNOS memenuhi asumsi normalitas dan asumsi
homogenitas. Uji beda yang digunakan adalah One Way ANOVA dan dilakukan
uji post hoc dengan uji Tukey. Nilai sig yang diperoleh sebesar 0,000<α (0,05)
Dapat disimpulkan ada perbedaan ekspresi iNOS antara K-, K+, P1, P2, P3, P4
dan P5. Hasil uji lanjut (post hoc) Tukey disajikan pada Tabel 5.11.
Tabel 5. 11 Uji Tukey pada ekspresi iNOS pada otak mencit yang diinfeksi Plasmodium Berghei
Perlakuan iNOS
K- 11,67±4,51 a
K+ 46,33±4,16 d
P1 25,67±1,15 bc
P2 26,67±2,08 c
P3 21,00±2,64 bc
P4 17,33±2,08 ab
P5 17,00±2,00 ab *Notasi yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan rata-rata α=5%
Keterangan K- = Kontrol negatif, K+= Kontrol positif, P1 = Artesunat, P2 = Brotowali, P3 = Kombinasi dosis I, P4 = Kombinasi dosis II, P5 = Kombinasi dosis III
Tabel 5.11 menunjukkan bahwa rerata ekspresi iNOS yang paling tinggi
adalah pada kelompok kontrol positif. Rerata tersebut berbeda secara signifikan
dengan kelompok perlakuan yang lain dengan nilai sig<α. Rerata yang paling
rendah adalah kontrol negatif, rerata yang diperoleh dari kontrol negatif juga
menunjukkan perbedaan dengan kelompok yang lain. Pada uji tukey diketahui
bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara kelompok artesunat (P1)
dengan P3 (p =0,59), P1 dengan P4 (p=0,06) dan P1 dengan P5 (p=0,05).
Terdapat perbedaan signifikan antara kelompok brotowali tunggal (P2) dengan
P4 (p=0,04), P2 dengan P5 (p=0,03). Grafik rerata iNOS pada masing-masing
kelompok perlakuan disajikan pada Gambar 5.5.
67
Kelompok
Gambar 5.5. Grafik rerata iNOS pada Semua Kelompok
Keterangan K- = Kontrol negatif, K+= Kontrol positif, P1 = Artesunat, P2 = Brotowali, P3 = Kombinasi dosis I, P4 = Kombinasi dosis II, P5 = Kombinasi dosis III
5.2.3. Uji Korelasi Antara Peningkatan Dosis Brotowali Dengan Ekspresi
HIF-1α
Berdasarkan hasil uji korelasi menunjukkan nilai koefisien korelasi antara
dosis brotowali dan HIF-1α sebesar -0,832 dengan nilai signifikansi sebesar
0,001 (p<0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara dosis ekstrak brotowali dengan HIF-1α. Korelasi bersifat negatif,
sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi dosis ekstrak brotowali maka
semakin rendah ekspresi HIF-1α. Hal ini juga dapat dilihat pada Gambar 5.6.
Gambar 5.6. Diagram Pencar Dosis Ekstrak Brotowali dan HIF-1α
Ju
mla
h i
NO
S
HIF
-1α
68
Selanjutnya dilakukan analisis regresi linier berganda, diperoleh model
regresi hubungan dosis brotowali terhadap HIF-1α diperoleh model sebagai Y =
23,638-0,109X, dengan Y adalah HIF-1α dan X adalah dosis brotowali. Pada
hasil pengujian analisis regresi pada tabel 5.14 diperoleh nilai R2 = 69,2%, p=
0,000. Nilai signifikansi kurang dari 0,05, sehingga diambil keputusan H0 ditolak
pada taraf α = 5% dan disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
antara variabel X (dosis) terhadap variabel Y (HIF-1α) (Tabel 5.12).
Tabel 5.12. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Dosis terhadap persentase HIF-1α
Variabel Dependen Variabel
Independen B Signifikan Keterangan
HIF-1a Konstanta 23,638 0,000 Non Signifikan
Dosis -0,109 0,001 Non Signifikan
Koefisien Determinasi (R2)
Signifikansi
= 0,050 = 0,692 = 0,001
Besarnya slope (koefisien regresi) diperoleh sebesar -0,109 yaitu bernilai
negatif. Hal ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan dosis sebanyak 1
mg/kgBB/hari cenderung akan menurunkan HIF-1α sebanyak 0,109. Rerata HIF-
1α tanpa ada penambahan dosis sebesar 23,638
5.2.4. Uji Korelasi Antara Peningkatan Dosis Brotowali Dengan Ekspresi
iNOS
Berdasarkan hasil uji korelasi menunjukkan nilai koefisien korelasi antara
dosis brotowali dan iNOS sebesar -0,874 dengan nilai signifikansi sebesar 0,001
(p<0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara dosis ekstrak brotowali dengan iNOS. Korelasi bersifat negatif, sehingga
dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi dosis ekstrak brotowali maka semakin
rendah ekspresi iNOS. Hal ini juga dapat dilihat pada Gambar 5.7.
69
Gambar 5.7. Diagram pencar dosis ekstrak brotowali dan iNOS
Selanjutnya dilakukan analisis regresi linier berganda, diperoleh model
regresi hubungan dosis brotowali terhadap iNOS diperoleh model sebagai Y =
25,914-0,126X, dengan Y adalah iNOS dan X adalah dosis brotowali. Pada hasil
pengujian analisis regresi pada tabel 5.15 diperoleh nilai R2 = 76,5%, p= 0,000.
Nilai signifikansi kurang dari 0,05, sehingga diambil keputusan H0 ditolak pada
taraf α = 5% dan disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara
variabel X (dosis) terhadap variabel Y (iNOS) (Tabel 5.13).
Tabel 5.13. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Dosis terhadap persentase iNOS
Variabel Dependen Variabel
Independen B Signifikan Keterangan
iNOS
Konstanta 25,914 0,000 Non
Signifikan
Dosis -0,126 0,000 Non
Signifikan
Koefisien Determinasi (R2) Signifikansi
= 0,050 = 0,765 = 0,000
Besarnya slope (koefisien regresi) diperoleh sebesar -0,126 yaitu bernilai
negatif. Hal ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan dosis sebanyak 1
mg/kgBB/hari cenderung akan menurunkan iNOS sebanyak 0,126. Rerata iNOS
tanpa ada penambahan dosis sebesar 25,914.
70
5. 2. 5 Uji Korelasi Antara Peningkatan Ekspresi HIF-1α dan Ekspresi iNOS
Berdasarkan hasil uji korelasi menunjukkan nilai koefisien korelasi antara
ekspresi HIF-1α dan iNOS sebesar 0,905 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000
(p<0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara HIF-1α dan iNOS
signifikan. Korelasi bersifat positif di mana semakin tinggi HIF-1α semakin tinggi
iNOS. Hal ini juga dapat dilihat pada Gambar 5.8.
HIF-1α
Gambar 5.8. Diagram Hubungan Ekspresi HIF-1α dan iNOS
Selanjutnya dilakukan analisis regresi linier berganda, diperoleh model
regresi hubungan HIF-1α terhadap iNOS diperoleh model sebagai Y =
2,491+0,975X, dengan Y adalah iNOS dan X adalah HIF-1α. Pada hasil
pengujian analisis regresi pada table 5.14 diperoleh nilai R2 = 38,8%, p= 0,011.
Nilai signifikansi lebih dari 0,000, sehingga diambil keputusan H0 ditolak pada
taraf α = 5% dan disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara
variabel X (HIF-1α) terhadap variabel Y (iNOS) (Tabel 5.14).
Tabel 5.14. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda HIF-1α terhadap iNOS
Variabel Dependen
Variabel Independen
B Signifikan Keterangan
iNOS Konstanta 2,491 0,207 Non Signifikan
HIF-1α 0,975 0,000 Signifikan
α Koefisien Determinasi (R2) Signifikansi
= 0,050 = 0,917 = 0,000
iNO
S
71
Besarnya slope (koefisien regresi) diperoleh sebesar 0,975 yaitu bernilai
positif. Hal ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan 1 satuan HIF-1α
cenderung akan menaikkan iNOS sebesar 0,975. Rerata iNOS tanpa ada
penambahan HIF-1α sebesar 2,491.