BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI...

125
8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Umum 2.1.1 Definisi Teater Teater berasal dari bahasa Yunani kuno θέατρον (théatron, “a place for viewing”) dan θεάομαι (theáomai, “to see", "to watch", "to observe”). Teater merupakan suatu bentuk kolaboratif dari seni murni yang menggunakan penampilan seniman atau pemain secara langsung untuk menyajikan pengalaman peristiwa nyata maupun fiksi kepada penonton pada tempat tertentu. Para pemain dapat mengkomunikasikan pengalaman ini kepada penonton melalui gerakan, ucapan, mimik, musik, lagu, atau tarian. Elemen-elemen desain dan tata panggung digunakan untuk menghadirkan latar yang mendekati nyata demi tercapainya pengalaman estetis saat menonton pertunjukan. Menurut kamus online Merriam-Webster, kata theatre memiliki 2 definisi utama, yakni teater sebagai sebuah bentuk ekspresi seni pertunjukan itu sendiri (adjective; kata sifat); dan teater sebagai suatu ruang untuk mementaskan seni pertujukan (noun; kata benda). Berdasarkan artikel Regina Alsian dalam blog Teater 35 (2009), secara etimologis teater adalah gedung pertunjukan atau auditorium. Dalam arti luas, teater berarti segala bentuk tontonan yang dipertunjukan di depan orang banyak. Dalam arti sempit, teater adalah drama, kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas dengan media percakapan, gerak dan laku

Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI...

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

8

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Umum

2.1.1 Definisi Teater

Teater berasal dari bahasa Yunani kuno θέατρον (théatron, “a place for

viewing”) dan θεάοµαι (theáomai, “to see", "to watch", "to observe”). Teater

merupakan suatu bentuk kolaboratif dari seni murni yang menggunakan

penampilan seniman atau pemain secara langsung untuk menyajikan pengalaman

peristiwa nyata maupun fiksi kepada penonton pada tempat tertentu. Para

pemain dapat mengkomunikasikan pengalaman ini kepada penonton melalui

gerakan, ucapan, mimik, musik, lagu, atau tarian. Elemen-elemen desain dan tata

panggung digunakan untuk menghadirkan latar yang mendekati nyata demi

tercapainya pengalaman estetis saat menonton pertunjukan.

Menurut kamus online Merriam-Webster, kata theatre memiliki 2 definisi

utama, yakni teater sebagai sebuah bentuk ekspresi seni pertunjukan itu sendiri

(adjective; kata sifat); dan teater sebagai suatu ruang untuk mementaskan seni

pertujukan (noun; kata benda).

Berdasarkan artikel Regina Alsian dalam blog Teater 35 (2009), secara

etimologis teater adalah gedung pertunjukan atau auditorium. Dalam arti luas,

teater berarti segala bentuk tontonan yang dipertunjukan di depan orang banyak.

Dalam arti sempit, teater adalah drama, kisah hidup dan kehidupan manusia

yang diceritakan di atas pentas dengan media percakapan, gerak dan laku

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

9

didasarkan pada naskah yang tertulis ditunjang oleh dekorasi, musik, nyanyian,

tarian, dsb.

Dari berbagai sumber tersebut, dapat disimpulkan bahwa gedung

pertunjukan, atau dalam bahasa Inggris lebih sering disebut dengan theatre,

merupakan sebuah tempat di mana para seniman mempertunjukan karya seninya

yang memiliki unsur audio-visual, berupa gerakan yang bisa dilihat atau ditonton

dan suara yag bisa didengar, baik musik maupun vokal.

2.1.2 Sejarah Umum

Pada mulanya, pertunjukan seni yang berkembang di masyarakat biasa

dipentaskan di mana saja. Tidak ada tempat yang difungsikan secara khusus

sebagai ruang pertunjukan sebagaimana yang ada pada masa sekarang ini.

Pertunjukan yang ditambilkan pun masih berhubungan dengan adat istiadat dan

tradisi dari penduduk setempat, seperti upacara adat yang berisi tari-tarian dan

nyanyian yang dipersembahkan untuk dewa-dewi. Pertunjukan bisa

dilangsungkan di tempat terbuka seperti lahan kosong, panggung terbuka,

amphitheatre, bahkan taman. Di masa lampau, pembangunan gedung

pertunjukan terfokus pada pembuatan panggung yang dapat memberikan

pengalaman visual dan akustik terbaik untuk para penonton.

Dalam bukunya yang berjudul Construction and Design Manual, Theatres

and Concert Halls, Brigit Scmolke menjelaskan dengan detail mengenai sejarah

perkembangan arsitektur teater pada dunia barat.

A. Teater Masa Yunani Kuno

Belum diketahui secara pasti bagaimana arsitektur teater Yunani bisa

muncul di sekitar akhir abad 6SM. The Dyonisian Mysteries, yang biasa

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

10

dirayakan di dalam kompleks kuil, ditinjau secara umum sebagai asal

muasal drama. Teater Yunani Kuno biasa ditampilkan di luar kota pada lahan

yang miring, di mana penontonnya juga terlibat dalam prosesi. Setelah masa

itu, berkembang 2 genre pertunjukan, yakni teater dan drama. Pertunjukan

yang semula berupa perayaan, perlahan mulai dikompetisikan di dalam

komplek teater awal ini.

Gambar 2.1 Teater di Epidaurus

Sumber : tours.keytours.gr

Gambar 2.2 Teater Epidaurus, ground plan

Sumber : www.whitman.edu

Pada peiode Hellenistic, bangunan-bangunan monumental telah

didirikan, begitu juga dengan gedung teater yang baik panggung maupun

kursinya terbuat dari batu. Ukuran gedung teater pada masa itu sangatlah

besar, dapat menampung 13.000 hingga 17.000 penonton. Hal ini

dikarenakan pertunjukan teater tidak diadakan setiap hari atau dalam jangka

waktu yang dekat, hanya dilakukan beberapa hari dalam setahun, sehingga

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

11

menarik minat penonton yang datang dari seluruh penjuru negeri.

B. Teater Masa Romawi

Pada akhir abad 2SM, seni pertunjukan Yunani mulai mempengaruhi

bangsa Romawi dan desain panggung mereka. Bangsa Romawi membangun

gedung teater mereka di dalam kota pada lahan terbuka yang luas.

Ukurannya tidak jauh berbeda dengan teater buatan Yunani, dengan

kapasitas 17.500 penonton. Perbedaan lain dengan teater Yunani adalah

kursi dari teater bangsa Romawi dilengkapi dengan kayu penyangga.

Panggung Romawi jauh diperlebar dengan sehingga ruang auditorium dan

panggung mampu mencapai kesatuan spasial. Ketinggian panggung lebih

rendah dibandingkan dengan ketinggian panggung Yunani. Teater Romawi

memiliki skene, dinding latar dari batu yang berada di belakang panggung.

Gambar 2.3 Teater di Pompeii

Sumber : www.walkersworld.com

Teater pada masa lampau sangat mengandalkan pencahayaan alami,

berbeda dengan teater pada masa sekarang yang menggunakan pencahayaan

buatan, karena pencahayaan alami lebih cepat membuat mata lelah. Perlu

diingat bahwa aktor pada masa lampau menggunakan topeng, gerak tubuh

yang sedehana, dan menggunakan boddy padding. Hal demikian dilakukan

untuk mempermudah pandangan penonton dan penyampaian pesan dari

aktor kepada penonton yang jumlahnya bisa belasan ribu orang.

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

12

C. Teater Masa Abad Pertengahan

Abad pertengahan dimulai ketika kekaisaran Romawi runtuh dan gereja

menjadi penguasa Eropa pada masa itu. Gereja melarang pertunjukan

-pertunjukan yang tidak berhubungan dengan agama. Di saat yang

bersamaan kelompok-kelompok pertunjukan jalanan mulai bermunculan,

seperti penari, penyanyi, pemakan api, dan komedian.

Pada abad ke-11M, pertunjukan drama mulai masuk ke dalam gereja.

Genre yang berbeda kerap kali tampil bergantian sehingga memperkaya

pertunjukan, sehingga tidak ada keseragaman komposisi. Pada abad ke-16M,

kelompok teater profesional menampilkan karya merekan di pekarangan

sebuah penginapan dengan galeri sebagai area khusus untuk penonton.

Penampilan pertama yang memberikan dampak besar terhadap

perkembangan teater, termasuk Globe Theatre, merupakan hasil dari upaya

James Burbage selama periode Elizabethan, tahun 1576. Pada masa ini tidak

ada tirai maupun backdrop yang digunakan. Dekorasi yang digunakan hanya

sebatas properti panggung dan kostum pemain saja.

D. The Globe Theatre

Di Inggris, pengaruh kebudayaan kuno telah lama ditinggalkan. Di

Globe Theatre di London, William Shakespeare mementaskan drama-

dramanya pada panggung berbentuk cekung. Pada masa Shakespeare, teater

berlokasi di luar kota dan dengan demikian juga berada di luar lingkup para

pemimpin kota yang sudah lama berusaha untuk menegakkan larangan

pertunjukan publik.

Sekitar 3.000 penonton dari berbagai kelas sosial datang untuk

menyaksikan pertunjukan di gedung tanpa atap yang mengandalkan cahaya

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

13

matahari sebagai sumber penerangan. Penonton yang lebih kaya duduk di

area balkon, sedangkan yang miskin berdiri di tengah-tengah bangunan.

Panggung menjorok jauh ke tengah, sehinggah sekuruh penonton berjarak

relatif dekat dengan aktor.

Gambar 2.4 The Globe Theatre di London

Sumber : www.webbaviation.co.uk

Gambar 2.5 The Globe Theatre, England

Sumber : wikis.engrade.com

E. Opera di Italia

Tahun 1637, Republic of Venice menyelesaikan pembangunan gedung

opera pertama, memperkenalkan bentuk baru auditorium, berbentuk silindris

dan kotak berbentuk sarang lebah yang menjadi cikal bakal class-oriented

theatre. Area berdiri terdapat di lantai dasar yang disediakan untuk umum,

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

14

dan kotak balkon yang disediakan untuk para bangsawan.

Di Jerman, dibuat sebuah gedung khusus untuk konser pada akhir abad

yang sama. Secara bersamaan, dibangun pula gedung dengan tujuan yang

sama di Italia dan Perancis. Pertunjukan musik sudah hadir di Eropa sejak

lama, biasa diadakan di ballroom atau tempat lainnya yang bukan berfungsi

utama sebagai tempat konser.

Di akhir abad ke-18M, pembangunan gedung opera menyebar ke

seluruh penjuru Eropa. Desain auditorium Italia mencitrakan kombinasi

ideal antara kenyamanan visual dan akustik. Gaya desain ini mencapai

puncaknya pada pembangunan teater La Scala di Milan pada tahun 1778.

Pada masa itu gedung teater telah menjadi tempat pertemuan baru bagi

masyarakat, dan menjadi karakter budaya baru yang unik bagi penduduk

Eropa dan negara-negara yang terpengaruh budaya Eropa.

Gambar 2.6 Teater La Scala, Milan Gambar 2.7 Interior Teater La Scala, Milan

Sumber : www.globeimages.net Sumber : www.britannica.com

F. The Festival Theatre in Bayreuth

Di awal tahun 1872, Richard Wagner mendesain gedung teater festival

di kota Beirut yang akan dibuka pada tahun 1876. Banyak perubahan

dilakukan Wagner untuk desain gedung pertunjukan yang berdampak hingga

sekarang. Tujuannya adalah untuk memberikan pandangan yang baik kepada

setiap penonton dan menata kursi penonton pada sikap keadilan sosial,

socially equitable manner.

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

15

Panggung dibuat hanya menggunakan struktur kayu dan untuk

memberikan jarak pandang yang sama bagi setiap penonton. Bagian depan

panggung terdiri dari 2 lengkung proscenium yang sama besar dengan

internal taper. Hal ini menciptakan sebuah ilusi optik dengan maksud

menghilangkan kesan jarak,yang disengaja. Penonton juga dibuat duduk

dalam kelompok kecil. Secara keseluruhan, 1.645 penonton dapat

ditampung dalam auditorium ini.

Pemain orkestra yang jumlahnya sangat banyak membuat Wagner

menambah area. Orchestra pit dibuat besar dan masuk ke dalam di bawah

panggung dan dapat menampung 130 pemusik. Gagasan ini membuat

orkestra tidak terlihat karena menurutnya orkestra menjadi pengalih

perhatian penonton dari pertunjukan. Orchestra pit menjadi penghubung

antara aktor dengan penonton. Secara akustik, konstruksi seperti ini

memudahkan musik bergabung dengan latar dan langsung berkaitan dengan

panggung. Pada teater Wagner ini, gelombang suara memiliki waktu

dengung yang relatif panjang yang mampu menghasilkan kolaborasi suara

yang baik.

G. Teater di Abad ke-19

Pada abad ke-19, teater dengan konsep tradisional dan Wagnerian hadir

berdampingan. The Prinzgntntheater di Munich, mengambil inspirasi dari

teater Wagner di Beirut. Meskipun memiliki ukuran yang identik, teater ini

memiliki kapasitas kursi yang lebih sedikit, yakni 1.106 penonton. Hal ini

disebabkan ukuran kursi yang diperbesar dari 52x70cm menjadi 60x80cm.

Keuntungan akustik lainya adalah dinding pemencar berbentuk irisan yang

bukan berfungsi untuk menyebar gelombang suara, seperti yang di Beirut,

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

16

namun untuk memfokuskan gelombang suara.

Gambar 2.8 Interior Teater Wagner, Beirut

Sumber : continuo.wordpress.com

Gambar 2.9 Tata Letak Kursi di Teater Wagner, Beirut

Sumber : auralarchitectures.blogspot.com

Permasalahan desain yang utama bagi para asitek di zaman itu adalah

bagaimana bernegosiasi dengan sifat panggung arena dengan panggung

proscenium yang menjorok ke arah auditorium, memberikan jarak antara

aktor dengan latar dan ilusinya. Hingga memasuki abad ke-19, merupakan

hal yang umum bagi arsitek untuk mengatasi masalah akustik tanpa beralih

pada pendekatan ilmiah, tetapi murni dengan memanfaatkan pengalaman

mereka dan pemilihan bahan yang tepat.

H. Teater di Abad ke-20

Seiring dengan perkembangan teknologi, sosial, dan artistik yang terjadi

di masa tersebut, desain dari gedng teateerr mengalami tansformasi yang

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

17

mendalam. Latar panggung yang dicat dan menggunakan gambaran

tradisional akan ruang dan perspektif dibuang demi mewujudkan bangun 3

dimensi yang abstrak. Munculnya bioskop berkontribusi untuk pertunjukan

visual yang baru. Sebagai pembeda antara bioskop dengan teater, dramaturgi

kini membuat sang aktor sebagai pusat perhatian itu sendiri. Backdrop kini

dianggap sebagai penghambat. Lengkung proscenium kini tdak lagi

dianggap sebagai bingkai megah, namun lebih sebagai struktur sekunder

yang biasa saja. Panggung dibagi menjadi 3 zona, yakni panggung utama

dan 2 sisi panggung.

I. Teater Masa Sekarang

Gambar 2.10 International House of Music, Moscow

Sumber : www.matthewfries.com

Kegiatan pertunjukan yang bervariasi membutuhkan jenis panggung

yang berbeda pula. Jadi sudah menjadi hal biasa apabila diperlukan latihan

untuk beradaptasi dengan latar dan bentuk panggung yang tersedia. Satu

panggung diabangun untuk mengakomodasi suatu jenis pertunjukan, tidak

disarankan untuk jenis pertunjukan lainnya, berkaitan dengan spesifikasi dan

fasilitas yang disediakan. Tren terbaru menunjukan bahwa panggung dan

auditorium sebagai sebuah kesatuan. Sebuah aula besar tanpa struktur dasar

menjadi sebuah open floor plan yang bertujuan untuk menciptakan

kesetaraan posisi antara panggung dengan penonton.

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

18

2.1.3 Fungsi dan Tujuan

Terlepas dari fungsi serta keterkaitannya dengan aspek sosial dan budaya,

teater dapat dipahami sebagai tempat yang digunakan sebagai panggung untuk

mementaskan pertunjukan.

A. Teater Sebagai Rumah

Seperti yang diungkapkan Andrew Robert Filmer (2006) dalam

thesisnya mengenai Opera House, tempat-tempat pertunjukan sudah menjadi

tempat yang umum bagi banyak peradaban. Di mana pun manusia

mengembangkan teater sebagai produk budayanya dalam mengekspresikan

diri, mereka juga akan membangun tempat sebagai rumah untuk kegiatan itu,

atau paling tidak meluangkan ruang alami untuk tujuan tersebut.

Filmer melanjutkan, "Istilah sehari-hari seperti 'rumah' dapat

mengindikasikan dengan kuat dasar dari fungsi gedung teater, yakni hanya

sebagai bangunan atau sebatas ruangan. Namun pada perumpamaan ini, saya

ingin mempertajam fungsi dari teater; teater berfungsi sebagai wadah abadi

untuk kegiatan teater. Di dalamnya terdapat pemahaman yang lebih luas

mengenai koneksi penting antara tempat dan pertunjukannya, dibandingkan

dengan pemahaman semiotik tentang bangunan teater sebagai bingkai saja."

B. Teater Sebagai Aktor

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, gedung pertunjukan dibangun

sebagai tempat untuk melangsungkan pertunjukan. Gedung-gedung

pertunjukan itu sendiri merupakan sebuah "pertunjukan abadi" yang

disutradai oleh arsitek, yang juga berperan sebagai pengarang cerita.

Gedung pertunjukan atau teater, sebagai aktor, menjadi landmark terbaik

yang mewakili kebudayaan kota di mana teater itu berdiri melalui bentuk,

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

19

warna, tampilan, dan ruang, bagai menyanyikan alunan nada. (Yin, 2012:3)

2.1.4 Klasifikasi Jenis Kegiatan

A. Secara Universal

Ada banyak ragam kegiatan pertunjukan yang diproduksi untuk

ditampilkan di teater atau gedung pertunjukan. Kegiatan-kegiatan yang

beragam tersebut harus memiliki fleksibilitas yang tinggi agar dapat

ditempatkan dalam ruang yang sama. Ham (1987:13) dalam bukunya

menjelaskan kegiatan tersebut adalah:

1) Drama

Dalam pementasan drama, jumlah pemain yang menampilkan

pertunjukan adalah 2 sampai 20 orang, namun biasanya tidak lebih dari

12 orang pemain.

Gambar 2.11 Cats karya Andrew Lloyd Webber,Broadway (2012)

Sumber : www.chicagotheaterbeat.com

2) Drama (ukuran besar)

Gambar 2.12 Romeo&Juliet karya Shakespeare, Renowned Globe Theater(2013)

Sumber : www.desertsafariabudhabitour.com

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

20

Pada beberapa pementasan drama, seperti drama-drama karya

Shakespeare, memiliki banyak pemain dengan banyak figuran.

3) Grand opera, full-scale ballet, musicals, pantomim

Pertunjukan ini melibatkan penyanyi, penari, dan paduan suara.

Gaya pementasan dan dekorasi yang digunakan biasanya spektakuler

dan menyiratkan bentuk panggung proscenium.

Gambar 2.13 The Nutcracker karya Willam Christensen, Ballet West (2012)

Sumber: online.wsj.com

4) Chamber opera, chamber ballet, music hall and variety, cabaret,

plays with music

Para pemainnya tidak sebanyak pementasan drama, namun harus

dibuat pengaturan letak yang tepat untuk para musisi. Musisi bisa

ditempatkan satu panggung sebagai latar.

Gambar 2.14 Ophelia's Gaze karya Steve Everett (2012)

Sumber: http://vimeo.com/2643909

5) Concerts

Simfoni orkestra rata-rata menampilkan 90 orang pemain, bahkan

bisa lebih dari 120 orang. Pada konser jazz, pop , dan musik tradisional

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

21

biasanya menampilkan jumlah pemain sekitar 10 hingga 12 orang,

tetapi terkadang bisa mencapai 50 orang. Recital adalah pertunjukan

musik dengan skala terkecil, yakni menampilkan seorang penyanyi solo

dan seorang instrumentalist yang disertai pengiring.

Gambar 2.15 Susunan Duduk Pemain Orchestra

Sumber: www.basilicata.travel

6) Film

Gedung pertunjukan biasanya juga dilengkapi dengan proyektor

film untuk memenuhi ketentuan gedung pertunjukan. Sebuah gedung

pertunjukan yang pada awal perencanaannya didesain untuk bioskop

(cinema) memang tidak cocok dan tidak diperkenankan untuk

pertunjukan langsung, namun film tentu bisa dipertunjukan dengan

sangat baik pada gedung yang memiliki fungsi utama sebagai gedung

untuk pertunjukan langsung.

B. Secara Khusus

Pertunjukan seni dan budaya merupakan cerminan dari kebudayaan

suatu bangsa. Indonesia memiliki beragam budaya yang kaya dan patut

dibanggakan oleh warga negaranya. Meskipun berbeda latar belakang

budaya, masyarakat Indonesia tetap merasa sebagai satu bangsa.

Ada begitu banyak kesenian budaya yang dimiliki oleh Indonesia.

Kesenian yang umum dipentaskan dalam tradisi Indonesia adalah tari-tarian,

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

22

musik tradisional, upacara adat, dan juga pementasan wayang. Kesenian ini

pada awalnya dilakukan sebagai salah satu metode penyebaran agama atau

pengajaran adat, bukan sebagai suatu pertunjukan hiburan. Seiring

perkembangan budaya, masyarakat mulai menggunakan pertunjukan adat

sebagai suatu media hiburan. Oleh karena itu dapat kita temuai seni teater

tradisional seperti wayang orang, lenong, ludruk, dan lain-lain.

Pertunjukan yang dilakukan biasanya sudah menjadi sebuah "paket",

misalnya upacara adat yang dibuka oleh tarian yang diiringi oleh nyanyian

dan musik adat. Atau misalnya dalam pertunjukan wayang orang, ada sesi

permainan lakon wayang, diselingi oleh tarian adat, dan diiringi oleh sinden

dan gamelan.

Gambar 2.16 Wayang Orang Bharata

Sumber : wisatajuwa.wordpress.com

Kesenian-kesenian adat ini terus berkembang hingga saat ini.

Pengaruh-pengaruh budaya asing dan modernisasi turut memperkaya variasi

kesenian yang ada. Pengembangan dan pembaruan karya juga terus

dihadirkan untuk menciptakan sebuah kesenian era baru yang sesuai dengan

zamannya sehingga tidak kehilangan penggemar, tanpa melupakan nilai dan

esensi dari seni itu sendiri. Kesenian yang sering disebut dengan

tradisional-kontemporer ini menggunakan elemen-elemen klasik secara

bebeas dan kreatif, sesuai dengan rasa estetik penatanya.

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

23

Gambar 2.17 Tari Kontemporer

Sumber : http://tari.isi-dps.ac.id/about

Untuk pertunjukan seni peran, kisah yang dibawakan mengalami

beberapa adaptasi. Cerita disesuaikan dengn kondisi masyarakat sekarang,

dramatisasi juag ditambahkan, alur cerita tidak sepanjang dan serumit dulu.

Hal ini lebih disebabkan fungsi utama seni saat ini sebagai komoditas

hiburan dan ekspresi jiwa.

2.1.5 Klasifikasi Jenis Aktifitas

Pada pembahasan ini, segala aktivitas yang dibahas merupakan aktivitas

yang dilakukan di dalam area gedung pertunjukan.

A. Pemain

1) Persiapan pertunjukan

Sebelum pertunjukan dipentaskan, para pemain mempersiapkan diri

terlebih dahulu. Aktivitas yang dilakukan seperti latihan dapat

dilakukan beberapa saat sebelum pertunjukan dimulai langsung di atas

panggung, latihan pun hanya sebatas penentuan blocking saat pentas.

Untuk gladiresik biasanya dilakukan di ruangan lain di area gedung

pertunjukan atau bisa dilakukan di tempat lain. Kegiatan merias dan

berganti kostum juga dilakukan sebelum pentas dimulai.

2) Pentas pertunjukan

Saat pertunjukan berlangsung, para pemain bergantian masuk ke

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

24

area pentas (panggung) sesuai dengan bagiannya masing-masing. Para

pemain yang tidak sedang tampil dapat menunggu giliran di belakang

panggung atau menunggu di area samping panggung.

Pada pertunjukan teater, interaksi dan komuikasi harus mampu

dibangun oleh para pemain kepada penonton melalui dialog, tarian,

nyanyian, dan gerakan-gerakan serta ekspresi wajah yang berkaitan

dengan akting dan perannya dalam cerita tersebut. Selain skill dan

kemampuan sang pemain, sampai atau tidaknya pesan dari pemain

kepada penonton turut dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti jarak

penonton dengan panggung, fasilitas sound system, dan lain sebagainya.

B. Tim produksi (Crew)

Crew pertunjukan terdiri dari sutradara dan para asistennya, penulis

naskah, tim properti, tim wardrobe dan make-up, management, tim lighting,

tim sound system, dan semua orang dari pihak internal teater yang ikut serta

di dalam produksi sebuah pementasan.

1) Persiapan pertunjukan

Sebelum pertunjukan dimulai, tim produksi akan mengutamakan

pemasangan properti untuk setting panggung. Pengecekan dan

percobaan lighting dan check sound juga dilakukan agar pertunjukan

dapat berlangsung lancar dan maksimal.

2) Penanganan properti

Properti yang digunakan untuk pementasan biasanya dikerjakan di

tempat lain (workshop). Properti tersebut dibawa ke area gedung dan

dipasang untuk pertunjukan, kemudian dibongkar lagi. Kegiatan

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

25

bongkar-pasang serta loading barang menjadi tanggung jawab pihak

teater yang melakukan pertunjukan.

C. Penonton

1) Duduk

Pertunjukan teater biasanya berlangsung selama 2 sampai 3 jam.

Dengan waktu yang cukup panjang tersebut, kenyamanan duduk dan

ruang sirkulasi menjadi perhatian utama dalam mendesain area duduk

penonton. Tingkat kenyamanan pun harus disesuaikan agar tidak

membuat penonton tertidur saat pertunjukan.

Jarak antar baris yang lebar memang dapat meningkatkan

kenyamanan duduk dibandingkan dengan jarak baris yang sempit,

namun hal ini mempengaruhi kapasitas kursi di dalam ruang auditorium

yang berdampak pada penurunan nilai ekonomis, atau posisi baris

paling belakang yang jauh melampaui batas maksimum penglihatan.

Pada pertunjukan yang bersifat langsung, jarak kursi yang terlalu dekat

juga dapat merusak suasana dan konsentrasi penonton untuk merasakan

pengalaman teatrikal.

2) Melihat

Jarak pandangan penoton tentu memiliki batas maksimum untuk

dapat melihat penampilan pemain dengan jelas, nyaman, dan detail.

Secara teoritis, para penonton harus cukup dekat untuk melihat mimik

wajah dari para pemain.

Untuk pertunjukan teater, batas maksimum penglihatan kira-kira 20

meter dari proscenium stage ke penonton. Sedangkan untuk pertunjukan

opera atau konser, di mana mimik wajah tidak terlalu diperhatikan,

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

26

batas maksimum penglihatan kurang lebih 30 meter dari proscenium

stage. Proscenium stage adalah area panggung terdepan yang berada di

depan layar.

Christina E. Mediastika dalam bukunya yang berjudul Akustika

Bangunan menjelaskan bahwa kemampuan mata manusia untuk melihat

dengan jelas dan nyaman tanpa perlu memalingkan muka berada pada

sudut 20° ke arah kiri dan 20° ke arah kanan atau total 40°. Oleh karena

itu idealnya dibuat panggung yang lebarnya tidak melebihi lebar bagian

depan lantai penonton. Selanjutnya, posisi penonton untuk melihat

dengan jelas dan nyaman ke arah panggung adalah sekitar 100° ke kiri

dan 100° ke kanan dari ujung depan kiri-kanan panggung. Penonton

yang berada pada sudut lebih besar dari 100° akan mendapatkan sudut

pandang yang kurang nyaman ke arah panggung.

Kunci dimensi pada perhitungan jarak pandang bergantung pada

ketinggian mata seseorang pada posisi duduk dari atas lantai dan

ketinggian ujung atas kepala dari mata. Namun, bukan hanya dimensi

anthropometric individu yang menonton, postur dan posisi duduk

penonton juga dapat mempengaruhi penglihatan penonton. Dengan kata

lain, apabila seseorang anak-anak duduk di belakang orang dewasa

bertubuh tinggi besar, ia pasti tidak akan bisa melihat pertunjukan

karena terhalang orang dewasa tersebut, dan kasus-kasus seperti ini

tidak bisa diselesaikan secara matematis (Ham, 1987:29).

3) Mendengarkan

Aktivitas mendengarkan yang dilakukan oleh penonton sangat

berkaitan erat dengan karakter akustik ruang pada area penonton.

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

27

Karakteristik akustik bergantung pada perilaku pantulan suara dan

periode dengung suara. Periode dengung harus pendek bila ruangan

digunakan untuk acara seperti pidato, sehingga penonton dapat

mendengar suara dengan jernih; harus lebih panjang untuk pertunjukan

musik; dan harus lebih panjang lagi untuk nyanyian paduan suara. Ada

dua hal yang mempengaruhi periode dengung suara, yakni jumlah suara

yang diserap dan dipantulkan oleh permukaan ruang auditorium dan

volume auditorium dan panggung.

Terlepas dari sistem penataan suara, apabila ruang auditorium terisi

penuh maka suara dari pemain akan lebih sulit terdengar, namun bila

penonton sedikit maka suara pemain akan terdengar lebih keras dan

jelas. Hal ini disebabkan tubuh manusia memiliki kemampuan

menyerap gelombang suara, semakin banyak penonton maka suara akn

semakin banyak diserap dan lebih sedikit dipantulkan.

4) Menunggu pertunjukan

Sebelum pertunjukan siap dimulai, atau pada kebiasaan di

Indonesia sebelum bunyi gong pertama, para penonton dilarang

memasuki ruang pertunjukan. Penonton pun diwajibkan untuk data

paling tidak 30 menit sebelum pertunjukan dimulai.

Sambil mengunggu diperbolehkan masuk ke dalam area

pertunjukan, para penonton bisa bercengkrama, makan dan minum,

menyaksikan pertunjukan kecil di area-area lain di dalam gedung, atau

berbelanja.

D. Pengelola

1) Mengatur program dan pertunjukan

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

28

Menangani grup pementasan dan mengelola pertunjukan, mengatur

tata cahaya dan tata suara pertunjukan.

2) Menjalankan pemasaran

Kegiatan promosi ke pihak-pihak terkain dan ke khalayak umum

(hubungan masyarakat).

3) Menjalankan administrasi

Mengelola keuangan dan kepegawaian kantor.

4) Mengelola sarana dan prasarana

Melakukan perawatan gedung dan menyediakan peralatan yang

mendukung fasilitas gedung.

2.1.6 Klasifikasi Fasilitas

Secara garis besar fasilitas yang terdapat di dalam sebuah gedung

pertunjukan dapat dibedakan menjdi:

A. Fasilitas Utama

1) Ruang Panggung

Panggung adalah ruang yang menjadi orientasi utama dalam sebuah

ruang pertunjukan. Panggung diperuntukan bagi penampil untuk

mengekspresikan materi yang disajikan. Bentuk dan dimensi panggung

sangat bermacam-macam.

Mediastika (2005:93) mengklsifikasi panggung menurut bentuk dan

tingkat komunikasinya dengan penonton, dibedakan menjadi 4 jenis:

a) Panggung Proscenium

Merupakan panggung dengan peletakan konvensional, yaitu

penonton hanya dapat melihat pertunjukan dari arah depan saja.

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

29

Komunikasi antara pemain dan penonton pada panggung semacam

ini sangat minim. Komunikasi yang dimaksud adalah tatapan mata,

perasaan kedekatan antara pemain dan penonton, dan keinginan

penonton untuk secara fisik terlibat dengan materi yang disajikan,

misalnya ikut bergoyang, dsb. Panggung ini lebih cocok digunakan

untuk pertunjukan seni tari klasik atau seni musik klasik.

Gambar 2.18 Panggung Proscenium

Sumber : drama-music.wikispaces.com

Gambar 2.19 Muriel Kauffman Theatre

Sumber : www.kauffmancenter.org

b) Panggung Terbuka

Masyarakat awam seringkali salah paham dengan menganggap

bahwa semua ruang pertunjukan yang tidak beratap adalah

panggung terbuka. Panggung terbuka adalah istilah yang digunakan

untuk merujuk pengembangan dari panggung proscenium yang

memiliki sebagian area panggung menjorok ke arah penonton,

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

30

sehingga memungkinkan penonton bagian depan untuk

menyaksikan pemain dari arah samping, contohnya catwalk tempat

peragaan busana. Tidak ada hubungannya dengan ada atau tidaknya

atap ruangan. Komunikasi antara pemain dan penonton pada

panggung seperti ini lebih baik dan lebih terbangun.

Gambar 2.20 Panggung Terbuka

Sumber : www.pageout.net

Gambar 2.21 Catwalk oleh Spectrum Production

Sumber : www.spectrumproductions.co.uk

c) Panggung Arena

Panggung arena adalah panggung yang terletak di

tengah-tengah penonton, sehingga penonton dapat berada pada

posisi di depan, samping,, atau bahkan di belakang penampil.

Panggung seperti ini biasanya dibuat semipermanen dalam sebuah

auditorium multifungsi. Komunikasi antara penampil dan penonton

pun dapat berlangsung dengan sangat baik. Panggung arena cocok

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

31

sekali untuk pertunjukan musik yang santai seperti group band

dengan atraksi panggung yang lincah. Panggung area kerap kali

dibuat dapat berputar, sehingga semua penonton pada sisi yang

berbeda dapat melihat penampil dari semua sudut.

Gambar 2.22 Panggung Arena

Sumber : nurainas17.blogspot.com

Gambar 2.23 Arena Stage at the Mead Center for American Theater

Sumber : archrecord.construction.com

d) Panggung Extended

Bentuk panggung extended merupakan pengembangan dari

bentuk proscenium yang melebar ke arah samping kiri dan kanan.

Bagia pelebaran ini tidak dibatasi dinding samping, sehingga

penonton dapat menyaksikan penampil dari arah samping. Bentuk

panggung seperti ini cocok digunakan untuk sajian acara yang

terdiri dari beberapa bagian pertunjukan, misalnya penganugerahan

penghargaan, yang terdiri dari acara penganugerahannya sendiri,

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

32

sajian musik, dan mungkin dilengkapi pula dengan sajian komedi.

Masing-masing sajian tersebut dapat menempati sisi panggung

yang berbeda, sehingga penempatan dekorasi masing-masing

panggung tidak saling mengganggu.

Gambar 2.24 Panggung American Idol

Sumber : archuletafanscene.com

Lain halnya dengan Ham (1987:17) yang mengelompokan jenis

panggung berdasarkan tingkat pengepungan panggung oleh penonton,

sebagai berikut:

a) 360° encirclement

Gambar 2.25 360º Encirclement Stage

Sumber : Ham (1987:17)

Panggung jenis ini dikelilingi penonton dari setiap sisinya,

disebut juga sebagai center stage, island stage, arena, atau

theatre-in-the-round.

b) Transverse stage

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

33

Panggung ini berbentuk melintang dan jarang sekali

ditemukan.

Gambar 2.26 Transverse Stage

Sumber : Ham (1987:18)

c) 210° -220° encirclement

Panggung seperti ini banyak dijumpai pada teater Yunani kuno

dan Helenistik. Jalur masuk ke dalam area pentas dapat dibuat

berupa dinding vertikal pada bagian yang terbuka. Area pentas

utama berada pada fokus dari semua tempat duduk. Yang terpenting

dari teater Yunani asli adalah lokasinya yang di ruang terbuka.

Gambar 2.27 210º-220º Encirclement Stage

Sumber : Ham (1987:19)

d) 180° encirclement

Teater Bangsa Romawi memiliki bentuk seperti ini dan teater

pertama masa Renaissance memiliki pola seperti ini. Penekanan

fokus pertunjukan telah bergerak ke arah dinding belakang yang

sekarang telah menjadi batas area pentas. Versi terbaru dari bentuk

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

34

ini biasa disebut thrust stage, peninsular atau three-sided stage.

Thrust stage sekarang ini memiliki beragam tingkat kelengkungan

dan jarang yang mirip dengan teater kuno.

Gambar 2.28 180º Encirclement Stage

Sumber : Ham (1987:20)

e) 90° encirclement

Bentuknya yang seperempat lingkaran mengharuskan

pertunjukan dilihat terhadap latarnya. Panggung seperti ini

memilikin banyak sekali variasi yang mungkin digunakan, dengan

luasan latar yang lebih beesar dibandingkan dengan thrust stage.

Namun memiliki jarak pandang yang terbatas. Teknik

pertunjukannya tidak jauh berbeda dengan pertunjukan yang

mengunakan panggung proscenium.

Gambar 2.29 90º Encirclement Stage

Sumber : Ham (1987:20)

f) Zero encirclement

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

35

End stage, begitu biasa disebut, hanyalah sebuah panggung

terbuka yang area pentasnya menjadi satu dengan area penonton.

Batas pandangan tercipta bukan karena adanya latar, namun

memang dikarenakan keterbatasan fisik bangunan. Kondisi ini

disebabkan oleh pembatasan truktur yang ada secara sengaja. Pada

dasarnya berbentuk proscenium namun tanpa lengkungan

proscenium dan tanpa area persiapan.

Gambar 2.30 Zero Encirclement Stage

Sumber : Ham (1987:21)

g) Space stage

Panggung yag mengelilingi penonton dari semua sisinya,

disebut juga sebagai wrapped-around stage atau calliper stage.

Gambar 2.31 Space Stage

Sumber : Ham (1987:21)

Latar tidak bisa diletakan pas di belakang dinding proscenium,

karena bisa menghalangi safety curtain dan house curtain. Garis di

mana properti latar tidak boleh diletakan disebut setting line dan

biasanya berjarak 1 meter di belakang proscenium. Bagian dari

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

36

panggung antara setting line hingga ujung panggung disebut forestage.

Apabila panggung dimajukan lagi ke arah penonton maka bagian itu

disebut apron stage, dan dapat berfungsi sebagai panggung terbuka

dengan melakukan pentas di bagian tersebut.

Perlengkapan yang terletak di atas area panggung (over stage

equipment) digunakan sebagai pendukung dan penggantung latar,

peralatan lampu, dan barang lainnya yang berhubungan dengan

pementasan. Semua latar panggung yang berukuran besar dan lebar

dapat dengan mudah disingkirkan dari area latar dengan adanya flying.

Tanpa area terseut, pembersihan dan penyimpanan latar seperti dinding,

ceiling, cycloramas menjadi masalah teknis yang menyulitkan.

Gambar 2.32 Over Stage Equipment

Sumber : Cole (1949 :137)

2) Ruang Penonton atau Auditorium

Ham (1987:11) mengungkapkan dalam bukunya, bahwa hal

pertama yang terlintas bila membahas ruang penonton tentu kapasitas

kursi yang dimiliki ruang pertunjukan.

Page 30: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

37

Kecil kurang dari 500 kursi

Sedang 500-900 kursi

Besar 900-1500 kursi

Sangat Besar lebih dari 1500 kursi

Ham juga menjelaskan kapasitas kursi bukanlah satu-satunya

penentu dari ukuran sebuah gedung pertunjukan. Ukuran panggung,

fasilitas produksi yang mendukung pertunjukan, dan skala pertunjukan

juga sangat banyak berpengaruh.

Sebuah kekeliruan jika menghubungkan biaya produksi sebuah

teater dengan jumlah kursi yang ada tanpa memikirkan standar ruang,

peralatan teknis, yang sesuai dengan tujuan awal dibangunnya. Untuk

alasan ekonomis semata, seluruh kapasitas penonton diharuskan

tercapai. Padahal bila hubungan anatara penonton dengan panggung

tidak terjalin baik maka penonton pun tidak lagi merasa nyaman dan

terhibur sehingga tidak lagi menonton pertunjukan. Kapasitas yang

ditentukan harus berasal dari pertimbangan batas visual dan akustik

ruang sesuai dengan jenis pertunjukan dan hubungan interaksi

panggung antara pemain dan penonton.

Cole (1949:32) berpendapat jika batas visual dan akustik

diaplikasikan pada bidang horizontal untuk auditorium panggung

proscenium, maka akan mengurangi area duduk dengan kualitas

maksimum yang kira-kira berbentuk elips. Susunan kursi berbentuk

kipas menjadi solusi untuk jumlah kursi yang lebih banyak dengan

pandangan ke panggung yang lebih terpusat dan relatif lebih sedikit

kekurangannya dibandingkan dengan susunan kursi horizontal. Pusat

dari kelengkungan auditorium terdapat pada garis tengah, dengan jarak

Page 31: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

38

sebesar antara batas proscenium dengan dinding paling belakang

auditorium, yang terletak di belakang proscenium ke arah panggung.

Gambar 2.33 Titik Pusat Kelengkungan Auditorium

Sumber : Cole (1949:33)

Gambar 2.34 Radial Aisles

Sumber : Cole (1949:34)

Lorong yang terdapat di dalam auditorium hendaknya disesuaikan

dengan pembagian zona kenyamanan kursi. Oleh karena itu, lorong

dengan bentuk radial (radial aisles) merupakan yang terbaik, dengan

menggunakan sudut yang bertumpu pada pusat kelengkungan

auditorium. Meletakan lorong di tengah auditorium sangat tidak

dianjurkan karena akan mengurangi jumlah kursi dengan kualitas

kenyamanan terbaik. Berbeda dengan sistem continental seating yang

memiliki jarak antar baris yang lebar, auditorium dengan jarak baris

normal pada umumnya menggunakan lorong dengan jumlah kursi

paling banyak 14 buah. (Cole, 1949:34)

Page 32: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

39

B. Fasilitas Pendukung

1) Ruang Persiapan Pementasan

a) Ruang Ganti (Dressing room)

Letak terpenting untuk ruang ganti adalah sirkulasinya harus

langsung berhubungan dengan jalur masuk ke panggung. Posisi

terbaiknya adalah berada pada level yang sama dengan panggung,

atau tidak boleh lebih dari 2 pijakan di atas atau di bawah panggung.

Para pemain seringkali keluar-masuk ruang ganti dengan

terburu-buru, sehingga lebar pintu tidak boleh kurang dari 850 mm,

dan lebar koridornya tidak boleh kurang dari 1500 mm untuk

menghindari tabrakan dengan pemain lainnya.

Ketentuan mengenai ruang ganti ditentukan dari jenis kegiatan

pertunjukan yang ditampilkan. Perlu dibedakan antara ruang ganti

yang digunakan oleh aktor dan para pemain teater lainya yang

harus berganti kostum, berdandan, dengan ruang ganti yang

digunakan oleh musisi pada pertunjukan orchestra yang hanya

tinggal mengganti pakaian biasa mereka dengan gaun malam dalam

waktu singkat.

Pembagian kapasitas ruang ganti pun bisa bermacam-macam,

mulai dari yang paling sederhana, satu ruangan besar yang

digunakan bersama-sama, terpisah antara pria dan wanita, hingga

yang rumit, ada ruang khusus untuk bintang pertunjukan (star

dressing room), ruang bersama-sama untuk pemain lainnya, ruang

untuk paduan suara, ruang untuk musisi, dan lain sebagainya.

Dengan pembagian rungan yang rumit seperti ini, dapat dilihat

Page 33: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

40

bahwa status peran seorang pemain memperlihatkan hirarki

pengaturan ruang ganti.

Gambar 2.35 Ruang ganti untuk 1 orang dengan piano

Sumber : Ham (1987:183)

Gambar 2.36 ruang ganti untuk 1 orang, bersebelahan

Sumber : Ham (1987:183)

Gambar 2.37 Ruang ganti bersama

Sumber : Ham (1987:183)

Page 34: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

41

Gambar 2.38 Ruang ganti untuk 4 orang

Sumber : Ham (1987:182)

Gambar 2.39 Ukuran minimum meja rias

Sumber : Ham (1987:181)

Furnitur yang berada di ruang ganti biasanya built-in dengan

kursi-kursi lepasan. Rak penyimpanan dan laci pada tiap meja rias

penting untuk menyimpan barang-barang pribadi pemain. Untuk

menyimpan pakaian dan kostum dibutuhkan lemari baju gantung

dengan kedalaman minimum 600 mm dengan lebar beragam,

tergantung dari jenis pertujukan dan kebutuhan kostum si pemain.

Kursi yang paling tepat adalah yang tanpa lengan, upholstered,

dapat berputar, bisa diatur sendiri. Meja riasnya sendiri memiliki

ukuran yang beragam, namun kedalaman meja sebaiknya tidak

lebih dari 450 mm dihitung dari permukaan cemin, sehingga aktor

Page 35: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

42

tidak terlalu jauh dan dapat melihat dengan nyaman. Di dalam star

dressing room umum dijumpai sofa atau daybed. Setiap ruang ganti

harus dilengkapi dengan cermin panjang dengan lampu-lampu agar

pemain dapat memerikasa kembali kostumnya sebelum memasuki

area panggung.

Fungsi khusus ruang ganti adalah untuk mempersiapkan

make-up panggung yang harus dilakukan dengan bantuan

penerangan buatan dengan kualitas yang menyerupai penerangan

panggung. Ruang ganti tradisional biasanya menggunakan bohlam

tungsten yang mengelilingi cermin meja rias. Bohlam tidak boleh

lebih dari 40 watt agar tidak pusing. Lampu fluorescent sangat tidak

dianjurkan. Tiap meja rias sebaiknya memiliki saklar lampu

masing-masing, sehingga ketika selesai make-up, aktor dapat

beristirahat dan mematikan lampu meja riasnya sendiri agar tidak

pusing karena terlalu banyak cahaya. Soket sebaiknya diletakan

diantara dua meja yang bersebelahan. Tujuannya untuk penggunaan

hair drier, curler, atau bisa untuk vacuum cleaner. Bukan untuk

kepentingan konsumsi makanan seperti memanaskan air atau untuk

microwave.

Untuk fasilitas mandi dan mencuci, selayaknya dipersiapkan 1

basin untuk tiap 4 pemain, dengan kaca dan rak handuk. Untuk

shower juga memiliki perbandingan yang sama. Namun untuk

alasan ekonomis, showers bisa dikelompokan dan dibuat area

mandi bersama untuk dressing room dengan kapasitas yang besar.

Akses antara kamar mandi dengan dressing room harus mudah dan

Page 36: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

43

dekat. Toilet untuk pemain juga memiliki perbandingan idealnya

sendiri. 1 wc untuk tiap 5 wanita, 1 wc untuk tiap 8 pria, dan 1

urinal untuk tiap 5 pria.

Seorang aktor akan menghabisakan banyak waktu di dalam

ruang ganti selama pertunjukan dan di sela-sela waktu pertunjukan.

Selain pencahayaan buatan, pencahayaan alami dan sirkulasi udara

sangat baik untuk psikologi pemain. Bukaan seperti jendela

menjadi penghubung para pemain dengan dunia luar. Tirai atau

blinds dapat dipasang untuk mencegah cahaya matahari masuk

ketika sedang merias wajah.

b) Jalur masuk ke panggung (Entrances to stage)

Perlu ditempatkan koridor sebagai penghubung antara

panggung dengan ruang ganti untuk mencegah kebocoran cahaya.

Perlu diingat juga bahwa mata manusia membutuhkan waktu untuk

beradaptasi dari ruangan yang terang benderang ke area panggung

yang redup. Pencahayaan di area backstage perlu diatur untuk

mengurangi intensitas cahaya sebelum sampai di koridor panggung.

Koridor ini juga berfungsi sebagai pengunci suara yang

menyaring dan meredam suara yang berasal dari ruang ganti. Para

pemain juga bisa berdiri di sini sambil mendengarkan pertunjukan

dan menunggu giliran tampil.

Harus ada setidaknya 2 jalur masuk ke panggung, 1 jalur pada

tiap sisinya. Kadang, jalur masuk terpisah diperluka untuk

mencegah pemain berkerumun. Pada panggung proscenium, sebuah

jalur yang menghubungkan sisi panggung yang satu dengn yang

Page 37: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

44

lainnya menjadi hal yang penting. Sebuah koridor yang

mengelilingi belakang panggung bisa berfungsi sebagai area

persiapan dadakan atau untuk sirkulasi pemain. Koridor ini harus

bebas dari kabel-kabel atau benda-benda lainnya yang dapat

menghalangi bahkan mencelakai pemain. Area ini harus tetap redup

dan minim suara.

Gambar 2.40 Stage and wing

Sumber : theatredesigner.wordpress.com

Jalur masuk tambahan, seperti misalnya balkon Juliet harus

dipertimbangkan teknis pemasangan dan teknis mencapainya.

Jangan samapai menghambat dan membahayakan pemain, karena

semua setting dilakukan dalam gelap.

c) Ruang Latihan (Rehearshal rooms)

Setiap produksi pertunjukan pasti membutuhkan ruang untuk

melakukan latihan. Panggung seringkali digunakan untuk latihan

terkahir (gladiresik) dengan menggunakn kostum, sehingga penata

latar dan penata cahaya dapat ikut berlatih sebelum pertunjukan.

Pada teater besar dengan jadwal pertunjukan yang padat,

kadang memiliki peraturan untuk tidak menggunakan panggung

Page 38: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

45

sebagai tempat latihan. Ruang latihan dibutuhkan untuk kondisi

seperti ini. Ruang laihan merupakan tempat yang dapat digunakan

seluruh peroduksi pertunjukan untuk mempersiapkan pertunjukan

mereka. Ukurannya harus sesuai dengan panggung pentas. Ruangan

lain yang juga digunakan untuk latihan menanyi atau pidato tidak

perlu seluas panggung asli, tempat seperti itu disebut practice

studio.

Gambar 2.41 Ruang latihan, Signature Theatre

Sumber : www.akustiks.com

Letak ruang latihan harus berdekatan dengan dressing room,

dan jika memungkan berdekatqn dengan panggung juga. Ruang

latihan sebaiknya multifungsi, sehingga bisa dijadikan ruang ganti

tambahan, dengan dilengkapi wash basin. Atau menjadi tempat

latihan tari dengan dinding cermin besar yang juga bisa ditutup bila

tidak sedang digunakan. Bisa juga dilengkapi dengan piano.

2) Entrance, hall, foyers, lobby

Pintu masuk utama seharusnya tidak berhadapan langsung

dengan foyer, sehingga kebisingan jalan raya tidak masuk ke dalam

ruangan setiap kali pintu dibuka. Perlu ditempatkan sebuah lobby

dengan pintu ganda yang dapat menutup sendiri. Pada beberapa

bengunan, area ini dapat juga dijadikan ruang tunggu atau tempat

Page 39: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

46

box office. Foyer dibuat untuk menhantarkan para penonton ke

dalam ruang pertunjukan. Foyer harus clear, dapat diberi beberapa

dekorasi seperti poster, lukisan, atau karya seni lainnya.

Gambar 2.42 Lobby auditorium utama, Wuxi Grand Theatre

Sumber : www.bustler.net

3) Refreshment area

Para penonton tiba di gedung teater setengah jam sebelum

pertunjukan dimulai. Sebagian dari mereka tentu akan pergi ke bar atau

restoran untuk sekedar menghabiskan waktu. Selama interval,

kesempatan untuk membeli makanan dan minuman lebih besar. Kadang,

kopi dan teh disediakan di foyer bagi para penonton, makanan-makanan

kecil juga dijual di sana.

a) Bar

Refreshment area yang berada di area foyer, disediakan untuk

aktivitas yang intens. Bar yang tersedia harus cukup untuk

menampung pembeli. Lokasi bar harus berhubungan langsung

dengan sirkulasi publik yang mengrah ke ruang pertunjukan.

Waktu yang dibutuhkan untuk konsumsi harus diperhitungkan.

Semua harus disajikan sepraktis mungkin. Penyajian, penyimpanan,

dan servis menjadi perhatian utama bagi pihak front-of-house.

Page 40: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

47

b) Restoran

Bagi gedung pertunjukan baru, sebuah restoran mampu

menjadi daya tarik tersendiri. Sebuah restoran dengan tema teatrikal

tentu menjadi keunikan yang menguntungkan bagi manajemen,

sedangkan bagi pelanggan akan sangat memudahkan dan

memberikan kenyamanan.

Namun, jika ingin menempatkan sebuah restoran di dalam

gedung pertunjukan haruslah direncanakan sejak awal. Karena

sebuh restoran memiliki turannya sendiri dan struktur-struktur

teknis yang berbeda dengan fungsi gedung pertunjukan.

4) Toilet

Toilet pada area publik biasanya digunakan dalam waktu yang

singkat selama interval. Namun biasanya jumlah penonton yang

memasuki toilet banyak. Dan ketika pertunjukan selesai biasanya para

penonton akan beramai-ramai memasuki toilet. Untuk mencegah antrian

yang panjang, maka perlu diperhitungkan jumlah toilet yang sesuai

dengan kapasitas penonton. Apabila foyer dan refreshement area

terdapat di beberapa lantai, toilet harus disebar sehingga memudahkan

penonton untuk mencapai akses menuju toilet.

Toilet wanita sebaiknya memiliki powder room untuk berdandan,

dilengkapi dengan cermin dan rak sebagai meja rias kecil. Kursi, asbak,

tissue juga sebaiknya disediakan demi kenyamanan pengunjung. Toilet

pria tidak memerlukan area berdandan, namun sebaiknya disediakan

tempat juga untuk merapikan penampilan.

5) Loket tiket

Page 41: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

48

Gambar 2.43 Box office, Traverse Theatre Edinburg

Sumber : www.traverse.co.uk

Ticket box, istilah lain untuk loket tiket, berfungsi sebagai tempat

untuk membeli tiket on the spot. Lokasi yang paling tepat untuk loket

tikar adalah di dekat pintu masuk utama teater, di mana setiap penonton

pasti melewatinya. Keamanan area ini sangat penting karena terjadi

transaksi pembelian tiket dan terdapat antrian, sehingga memungkinkan

terjadi tindak kriminal.

C. Fasilitas Servis

1) Gudang peralatan

Gudang peralatan yang terdapat pada gedung-gedung pertunjukan

di Indonesia biasanya menyimpan properti panggung seperti kursi, meja,

lampu, karpet, dan perlengkapan lainnya yang umum digunakan untuk

pementasan. Properti seperti ini yang disimpan dalam jangka waktu

panjang dan dapat digunakn oleh siapa saja. Untuk properti khusus

seperti pohon, rumah-rumahan, atau benda-benda lainnya biasanya

dibawa sendiri oleh pihak produksi teater.

2) Ruang generator

Ruang ini berhubungan dengan listrik dan sumber energi untuk

pertunjukan.

3) Ruang pengendali

Page 42: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

49

Ada ruang pengendali suara (sound system), ruang pengendali

lighting, ruang pengendali latar. Masing-masing ruang pengendali ini

harus memiliki akses langsung ke arah panggung. Biasanya berupa

jendela observasi.

Nicholas W. Roberts (2004:200) menyatakan perlatan elektronik

sistem audio harus ditempatkan pada rak peralatan di dalam ruang

kontrol. Rak tersebut berukuran 24"x24" (60cmx60cm) dengan tingi 7 ft

(210cm). Sangat tidak wajar jika ruang kontrol memiliki banyak sekali

rak peralatan; 1 atau 2 untuk peralatan kecil, 4 sampai 8 untuk peralatan

yang besar. Sirkulasi sebesar 3 ft (90cm) harus disediakan di depan

masing-masing rak untuk operasi, dan 3 ft (90cm) di belakangnya untuk

instalasi, pemeliharaan, dan servis. Posisi operator harus dekat dengan

ruang peralatannya dan terletak pada posisi penonton.

2.1.7 Persyaratan Umum

Pada setiap bangunan yang diperuntukan sebagai fasilitas umum, tentu ada

persyaratan umum yang harus dipenuhi, baik berupa standarisasi lokal maupun

secara internasional. Berikut ini adalah beberapa persyaratan umum dari sebuah

gedung pertunjukan disertai dengan pembahasan secara mendalam.

A. Garis pandang

1) Garis pandang vertikal

Garis pandang vertikal harus diperiksa melalui beberapa tempat di

dalam ruang pertunjukan. Beberapa faktor yang mempengaruhi garis

pandang antara panggung dengan area penonton dan sebaliknya adalah:

a) Jarak maksimum yang dapat dicapai oleh penonton dari

Page 43: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

50

tempatnya berada ke pemain.

b) Kedalaman acting area dan ketinggian vertikal pentas sesuai

dengan tipe pertunjukan.

c) Titik terendah dan terdekat panggung yang harus dapat dilihat

oleh seluruh penonton.

d) Titik tertinggi dari acting area harus bisa dilihat oleh para

penonton yang letaknya paling jauh dari panggung. Dinding

penutup balkon, proscenium, atau border tidak boleh merusak garis

pandang tersebut.

Gambar 2.44 Metode penghitungan kemringan balkon

Sumber : Ham (1987:33)

Gambar 2.45 Kemiringan lantai auditorium harus berkelanjutan.

Sumber : Ham (1987:34)

2) Garis pandang horizontal

Garis pandang horizontal selalu menjadi hal yang kritis bagi

gedung pertunjukan dengan panggung proscenium. Dengan acting area

Page 44: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

51

yang lebar, garis pandang justru akan semakin terbatas dan berpengaruh

pada lebar area tempat duduk yang dapat disediakan. Pandangan dari

penonton yang duduk di barisan paling samping membatasi luasan

acting area pada panggung. Adanya proscenium atau border lainnya

semakin memangkas acting area.

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, solusi bagi permasalah

penonton yang duduk tepat di belakang penonton lain adalah letak kursi

selang-seling. Namun perlu diingat bahwa kepala dari penonton di baris

depannya akan mempersempit lebar panggung yang dapat dilihat.

B. Akustik ruang

Akustik diartikan sebagai sesuatu yang terkait dengan bunyi atau suara,

sebagaimana yang diungkapkan Dwi Retno Sri Ambarwati dalam jurnalnya,

bahwa akustik merupakan pengolahan tata suara pada suatu ruang untuk

menghasilkan kualitas suara yang nyaman untuk dinikmati, merupakan unsur

penunjang terhadap keberhasilan desain yang baik karena pengaruhnya

sangat luas dan dapat menimbulkan efek-efek fisik dan emosional dalam

ruang sehingga seseorang akan mampu merasakan kesan-kesan tertentu.

J. Pamudji Suptandar mengungkapkan dalam perancangan akustik ruang,

Faktor yang sangat penting yaitu masalah gaung suara agar bisa merata ke

seluruh pemirsa dalam waktu yang bersamaan meskipun posisi duduknya

saling berjauhan dari sumber suara.

Persyaratan tata akustik gedung pertunjukan yang baik dikemukakan

oleh Doelle (1990:54) yang menyebutkan bahwa untuk menghasilkan

kualitas suara yang baik, secara garis besar gedung pertunjukan harus

memenuhi syarat :

Page 45: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

52

1) Kekerasan (Loudness) yang Cukup

Kekerasan yang kurang terutama pada gedung pertunjukan ukuran

besar disebabkan oleh energi yang hilang pada perambatan gelombang

bunyi karena jarak tempuh bunyi terlalu panjang, dan penyerapan suara

oleh penonton dan isi ruang (kursi yang empuk, karpet, tirai ).

Hilangnya energi bunyi dapat dikurangi agar tercapai

kekerasan/loudness yang cukup. Dalam hal ini Doelle (1990:54)

mengemukakan persyaratan yang perlu diperhatikan untuk mencapainya,

yaitu dengan cara memperpendek jarak penonton dengan sumber bunyi,

penaikan sumber bunyi, pemiringan lantai, sumber bunyi harus

dikelilingi lapisan pemantul suara, luas lantai harus sesuai dengan

volume gedung pertunjukan, menghindari pemantul bunyi paralel yang

saling berhadapan, dan penempatan penonton di area yang

menguntungkan.

a. Memperpendek Jarak Penonton dengan Sumber Bunyi.

Mills (1976:15) mengemukakan pendapat mengenai persyaratan

jarak penonton dengan sumber bunyi untuk mendapatkan kepuasan

dalam mendengar dan melihat pertunjukan, "Jarak tempat duduk

penonton tidak boleh lebih dari 20 meter dari panggung agar penyaji

pertunjukan dapat terlihat dan terdengar dengan jelas."

Akan tetapi untuk mendapatkan kekerasan yang cukup saja

(tanpa harus melihat penyaji dengan jelas), misalnya pada

pementasan orkestra atau konser musik, toleransi jarak penonton

dengan penyaji dapat lebih jauh hingga jarak maksimum dengan

pendengar yang terjauh adalah 40 meter, sebagaimana yang

Page 46: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

53

dikemukakan Mills (1976:8).

b. Penaikan Sumber Bunyi

Sumber bunyi harus dinaikkan agar sebanyak mungkin dapat

dilihat oleh penonton, sehingga menjamin gelombang bunyi

langsung yang bebas (gelombang yang merambat secara langsung

tanpa pemantulan) ke setiap pendengar.

c. Pemiringan Lantai

Lantai di area penonton harus dibuat miring karena bunyi lebih

mudah diserap bila merambat melewati penonton dengan sinar

datang miring (grazing incidence). Aturan gradien kemiringan lantai

yang ditetapkan tidak boleh lebih dari 1:8 atau 30°-35° dengan

pertimbangan keamanan dan keselamatan. Kemiringan lebih dari itu

menjadikan lantai terlalu curam dan membahayakan. Bila sumber

bunyi ditinggikan dan area tempat penonton dimiringkan 30° maka

pendengar akan menerima lebih banyak bunyi langsung yang

menguntungkan kekerasan suara.

d. Sumber bunyi harus dikelilingi lapisan pemantul suara

Untuk mencegah berkurangnya energi suara, sumber bunyi

harus dikelilingi oleh permukaan-permukaan pemantul bunyi seperti

gypsum board, plywood, flexyglass dan sebagainya dalam jumlah

yang cukup banyak dan besar untuk memberikan energi bunyi pantul

tambahan pada tiap bagian daerah penonton, terutama pada

tempat-tempat duduk yang jauh .Langit-langit dan dinding samping

auditorium merupakan permukaan yang tepat untuk memantulkan

bunyi. Sehubungan dengan upaya penguatan bunyi tersebut Mills

Page 47: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

54

(1976:28) berpendapat sebagai berikut,"Salah satu cara untuk

memperkuat bunyi dari panggung adalah dengan menyediakan

pemantul di atas bagian depan auditorium untuk memantulkan bunyi

secara langsung ke tempat duduk bagian belakang, dimana bunyi

langsung (direct sound) terdengar paling lemah."

Permukaan-permukaan pemantul bunyi (acoustical board,

plywood, gypsum board dan lain-lain) yang memadai akan

memberikan energi pantul tambahan pada tiap-tiap bagian daerah

penonton, terutama pada bagian yang jauh. Ukuran permukaan

pemantul harus cukup besar dibandingkan dengan dengan panjang

gelombang bunyi yang akan dipantulkan. Sudut-sudut permukaan

pemantul harus ditetapkan dengan hukum pemantulan bunyi dan

langit-langit serta permukaan dinding perlu dimanfaatkan dengan

baik agar diperoleh pemantulan-pemantulan bunyi singkat yang

tertunda dalam jumlah yang terbanyak. Ketepatan dalam meletakkan

langit-langit pemantul dengan pemantulan bunyi yang makin banyak

ke tempat duduk yang jauh, secara efektif menyumbang kekerasan

yang cukup. Langit-langit dan bagian depan dinding-dinding

samping auditorium merupakan permukaan yang cocok untuk

digunakan sebagai pemantul bunyi.

e. Kesesuaian luas lantai dengan volume ruang

Terkait dengan kapasitas tempat duduk, The Association of

British Theatre Technicians oleh Mills (1976:32)

mengklasifikasikan gedung pertunjukan dari yang berukuran kecil

hingga sangat besar yakni: ukuran sangat besar berkapasitas 1500

Page 48: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

55

atau lebih tempat duduk, ukuran besar 900-1500 tempat duduk,

ukuran sedang 500 – 900 tempat duduk dan ukuran kecil kurang dari

500 tempat duduk.

Doelle (1990:58) menyebutkan bahwa nilai volume per tempat

duduk penonton yang direkomendasikan untuk gedung pertunjukan

serbaguna minimal 5.1 m³, optimal 7.1 m³ dan maksimal 8.5 m³. Dari

perbandingan tersebut dapat diperoleh standar ukuran volume yang

dipersyaratkan untuk gedung ukuran tertentu sehingga kelebihan

ataupun kekurangan kapasitas ruang dapat dihindari .

f. Menghindari pemantul bunyi paralel yang saling berhadapan

Bentuk plafond paralel secara horisontal tidak dianjurkan, kana

akan terjadi pemantulan kembali sebagian besar bunyi scara

langsung (direct sound) ke sumber bunyi, dan sebagian lagi

dipantulkan ke langit-langit dengan waktu tunda singkat yang

terbatas baru kemudian disebarkan ke arah penonton sehingga bunyi

langsung yang diterima penonton lebih sedikit sehingga kekerasan

sangat berkurang.

Disarankan bentuk permukaan pemantul bunyi yang miring

dengan permukaan yang tidak beraturan, terutama daerah plafond di

atas sumber bunyi, agar sebagian besar bunyi langsung (direct sound)

menyebar ke arah penonton dengan waktu tunda yang panjang

sehingga bunyi langsung dapat diterima sebagian besar penonton

hingga ke tempat duduk terjauh.

g. Penempatan penonton di area yang menguntungkan

Penonton harus berada di daerah yang menguntungkan, baik

Page 49: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

56

saat menonton maupun melihat pertunjukan, yakni berada pada area

sumbu longitudinal. Area sumbu longitudinal merupakan area untuk

pendengaran dan penglihatan terbaik, sehingga harus diefektifkan

untuk tempat duduk. Harus dihindari perletakan lorong sirkulasi di

area ini.

Selain ditinjau dari kualitas mendengar dan melihat dari segi

penontonnya, juga harus dilihat dari segi kenyamanan pemainnya.

Agar pemain masih bisa leluasa dalam melakukan aksi panggungnya,

maka rentang sudut yang masih bisa ditolerir 135° dari sumber

bunyi.

2. Pemilihan Bentuk Ruang yang Tepat

Doelle (1995:95) menyebutkan bahwa bentuk ruang juga

mempengaruhi kualitas bunyi. Ada beberapa bentuk ruang pertunjukan

yang lazim digunakan , yaitu: bentuk empat persegi (rectangular shape),

bentuk kipas (fan shape), bentuk tapal kuda (horse-shoe shape) dan

bentuk hexagonal (hexagonal shape).

Bentuk Ruang Empat Persegi (rectangular shape) merupakan

bentuk tradisional yang paling umum digunakan Ruang-ruang konser

dari abad ke- 19 dan awal abad ke-20 seperti The Grosser

Musikvereinsaal, Vienna, Andrew’s Hall Glasgow, The Concertgebouw

Amsterdam, The Stadt Casino Basel dan Symphony Hall Boston,

semuanya mempunyai bentuk lantai empat persegi. Keuntungan dari

bentuk ruang ini dijelaskan Mills (1976:28),"Bentuk ruang empat persegi

panjang (rectangular shape) memiliki tingkat keseragaman suara yang

tinggi sehingga terjadi keseimbangan antara suara awal dan suara akhir.

Page 50: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

57

Sisi lebar yang lebih kecil dapat merespon bunyi lateral /bunyi samping,

diperkuat dengan pantulan yang berulang-ulang antar dinding samping

menyebabkan bertambahnya kepenuhan nada, suatu segi akustik ruang

yang sangat diinginkan pada ruang pertunjukan." Kelemahan dari bentuk

ini adalah pada bagian sisi panjangnya, karena menjadikan jarak antara

penonton dengan panggung terlalu jauh.Solusi untuk permasalahan ini

adalah dengan mempersempit area panggung dan memperlebar sisi

depannya.

Lantai bentuk Kipas (Fan Shape) membawa penonton dekat

dengan sumber bunyi karena memungkinkan adanya konstruksi balkon.

Keuntungan lain dari bentuk ini menurut Mills (1986: 29) adalah bentuk

kipas dapat menampung penonton dalam jumlah banyak, disamping itu

juga menyediakan sudut pandang yang maksimum bagi penonton.

Akan tetapi disisi lain, banyak pula kekurangan dari bentuk ini

memiliki kekurangan yang membuat reputasi akustiknya kurang baik,

karena bentuk dinding samping yang melebar ke belakang menyebabkan

pemantulan yang terlalu cepat ke dinding belakang yang dilengkungkan

sehingga menciptakan gema dan pemusatan bunyi sehingga ruang ini

cenderung memiliki akustik yang tidak seragam, dengan kondisi area

duduk penonton bagian tengah yang kurang baik.

Ruang Bentuk Tapal Kuda (Horse-shoe shape) merupakan bentuk

yang memiliki keistimewaan karakteristik yakni adanya kotak-kotak

yang berhubungan (rings of boxes) yang satu di atas yang lain. Walaupun

tanpa lapisan permukaan penyerap bunyi pada interiornya, kotak-kotak

ini berperan secara efisien pada penyerapan bunyi dan menyediakan

Page 51: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

58

waktu dengung yang pendek. Disamping itu bentuk dindingnya membuat

jarak penonton dengan pemain menjadi lebih dekat. (Doelle:1990).

Akan tetapi disisi lain terdapat kekurangan yaitu permukaan dinding

bagian belakang yang cekung merupakan bentuk yang tidak dianjurkan

karena akan terjadi penyerapan suara yang terlalu tinggi di bagian

belakang.

Bentuk Lantai Hexagonal (Hexagonal Shape) di di bawah ini

dapat membawa penonton sangat dekat dengan sumber bunyi, keakraban

akustik dan ketegasan, karena permukaan-permukaan yang digunakan

untuk menghasilkan pemantulan-pemantulan dengan waktu tunda

singkat dapat dipadukan dengan mudah ke dalam keseluruhan rancangan

arsitektur.

3. Distribusi Bunyi yang Merata

Energi bunyi dari sumber bunyi harus terdistribusi secara merata ke

setiap bagian ruang, baik yang dekat maupun yang jauh dari sumber

bunyi. Untuk mencapai keadaan tersebut menurut Doelle (1990:60) perlu

diusahakan pengolahan pada elemen pembentuk ruangnya, yakni unsur

langit-langit, lantai dan dinding, dengan cara membuat permukaan yang

tidak teratur, penonjolan elemen bangunan, langit-langit yang ditutup,

kotak-kotak yang menonjol, dekorasi pada permukaan dinding yang

dipahat, bukaan jendela yang dalam dll.

Pengolahan bentuk permukaan elemen pembentuk ruang terutama

dibagian dinding dan langit-langit dengan susunan yang tidak teratur dan

dalam jumlah dan ukuran yang cukup akan banyak memperbaiki kondisi

dengar, terutama pada ruang dengan waktu dengung yang cukup panjang.

Page 52: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

59

4. Ruang harus bebas dari cacat-cacat akustik

Cacat akustik merupakan kekurangan-kekurangan yang terdapat

pada pengolahan elemen pembentuk ruang gedung pertunjukan yang

menimbulkan permasalahan akustik. Adapun cacat akustik yang biasa

terjadi pada sebuah gedung pertunjukan yang tidak di desain dengan baik

menurut Doelle (1990:64) ada delapan jenis, yakni: gema/echoes,

pemantulan yang berkepanjangan (long - delayed reflections), gaung,

pemusatan bunyi, ruang gandeng (coupled spaces), distorsi, bayangan

bunyi, dan serambi bisikan (whispering gallery).

Gema (echoes) merupakan cacat akustik yang paling berat, terjadi

bila bunyi yang dipantulkan oleh suatu permukaan tertunda cukup lama

untuk dapat diterima dan menjadi bunyi yang berbeda dari bunyi yang

merambat langsung dari sumber suara ke pendengar. Terkait dengan hal

ini Mills (1990:28) berpendapat: Reflections off large plane surfaces risk

being heard as echoes, that is discrete delayed repetitions of the direct

sound. Jadi pemantulan suara yang mengenai permukaan datar yang

lebar beresiko terdengar sebagai gema, yang ditandai dengan adanya

penundaan yang berulang-ulang dari bunyi langsung.

Pemantulan yang Berkepanjangan (Long - Delayed Reflections)

adalah cacat akustik yang sejenis dengan gema, tetapi penundaan waktu

antara penerimaan bunyi langsung dan bunyi pantul agak lebih singkat,

sedangkan gaung merupakan cacat akustik yang terdiri atas gema-gema

kecil yang berturutan dengan cepat. Peristiwa ini dapat diamati bila

terjadi ledakan singkat seperti tepukan tangan atau tembakan yang

dilakukan di antara dua permukaan dinding atau pemantul bunyi yang

Page 53: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

60

sejajar dan rata.Waktu dengung (reverberation time) berperan penting

dalam menciptakan kualitas musik dan kemampuan untuk memahami

suara percakapan dalam ruang. Ketika permukaan ruang memiliki daya

pantul yang tinggi, bunyi akan terus memantul atau menggema secara

berlebihan sehingga mengakibatkan bunyi tidak dapat didengar dan

dimengerti dengan jelas .

Pemusatan Bunyi atau disebut juga dengan hot spots atau titik panas,

merupakan cacat akustik yang disebabkan oleh pemantulan bunyi pada

permukaan-permukaan cekung. Intensitas bunyi di titik panas sangat

tinggi dan merugikan daerah dengar karena menyebabkan distribusi

energi bunyi tidak dapat merata .

Ruang Gandeng (Coupled Spaces) merupakan cacat akustik yang

terjadi bila suatu ruang pertunjukan berhubungan langsung dengan ruang

lain seperti ruang depan dan ruang tangga, maka kedua ruang tersebut

membentuk ruang gandeng. Selama rongga udara ruang yang

bergandengan tersebut terbuka maka masuknya bunyi dengung dari

ruang lain tersebut akan terasa meski dengung di dalam ruang

pertunjukan telah diatasi dengan baik. Gejala ini akan mengganggu

penonton yang duduk dekat pintu keluar masuk yang terbuka.

Distorsi merupakan cacat akustik yang disebabkan oleh perubahan

kualitas bunyi yang tidak dikehendaki. Hal ini terjadi akibat

ketidakseimbangan atau penyerapan bunyi yang terlalu besar oleh

permukaan-permukaan dinding.

Bayangan Bunyi merupakan cacat akustik yang terjadi apabila bunyi

terhalang untuk sampai ke penonton. Gejala ini dapat diamati pada

Page 54: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

61

tempat duduk di bawah balkon yang menonjol terlalu jauh dengan

kedalaman lebih dari dua kali tingginya.

Serambi Bisikan (Whispering Gallery) merupakan cacat akustik

yang disebabkan oleh adanya frekuensi bunyi tinggi yang mempunyai

kecenderungan untuk merangkak sepanjang permukaan-permukaan

cekung yang besar (kubah setengah bola). Suatu bunyi yang sangat

lembut seperti bisikan yang diucapkan di bawah kubah tersebut akan

terdengar pada sisi yang lain. Meskipun gejala ini kadang menyenangkan

dan tidak merusak, akan tetapi tetap saja merupakan suatu keadaan yang

tidak diinginkan bagi akustik yang baik.

5. Penggunaan Bahan Penyerap Bunyi

Pemilihan bahan penyerap bunyi yang tepat untuk melapisi elemen

pembentuk ruang gedung pertunjukan sangat dipersyaratkan untuk

menghasilkan kualitas suara yang memuaskan. Doelle (1990:33)

menjelaskan mengenai bahan-bahan penyerap bunyi yang digunakan

dalam perancangan akustik yang dipakai sebagai pengendali bunyi dalam

ruang-ruang bising dan dapat dipasang pada dinding ruang atau di

gantung sebagai penyerap ruang yakni yang berjenis bahan berpori dan

panel penyerap (panel absorber) serta karpet.

C. Tatanan tempat duduk

Gambar 2.46 Metode menghitung posisi pandangan , titik P berada di bawah

Sumber : Ham (1987:30)

Page 55: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

62

Gambar 2. 47 Sudut maksimum kemiringan penglihatan.

Sumber : Roberts (2004:202)

Tata letak duduk penonton menjadi hal yang penting untuk dipahami.

Seperti yang tertulis pada pembahasan sebelumnya, kenyamanan saat

menonton pertunjukan dipengaruhi batas jarak pandang dan kemampuan

mendengarkan dari tiap individu penonton.

Tiap baris dibuat bertingkat sehingga tiap penonton secara teori tidak

terhalang oleh orang di depannya. Kemiringan lantai minimal 30°. Namun,

masalah terhalang kepala orang yang duduk di depan masih sering terjadi,

maka pola duduk selang-seling menjadi solusinya.

Gambar 2.48 Posisi duduk selang-seling

Sumber : Ham (1987:35)

Dengan pola duduk seperti ini, seorang penonton tidak lagi terhalang

oleh kepala orang yang duduk di depannya. Kepala orang yang duduk 2

baris di depannya yang mungkin akan menghalangi pandangan lurus ke

depannya. Namun orang tersebut duduk 2 baris di bawahnya. Baris di

depannya hanya akan sedikit mempersempit lebar pandangan sisi kiri dan

Page 56: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

63

kanan. Melengkungkan barisan kursi juga dapat menambah fokus

pandangan ke arah pusat panggung.

Area balkon yang juga menampung penonton pada area atas harus

didesain sedemikian rupa sehingga mencegah digunakannya tembok balkon

sebagai tempat meletakan barang-barang seperti tas yang mungkin jatuh dan

menimpa orang lain di bawahnya. Bila terlalu tipis, akan membut penonton

merasa ngeri, tebal idealnya sekitar 250 mm. Railing penjaga perlu dipasang

di setiap ujung dinding balkon.

Gambar 2.49 Kursi Balkon

Sumber : Ham (1987:56)

Jarak sirkulasi pada area penonton menjadi faktor penting berikutnya.

Berdasarkan buku Theatre Planning ABTT, Ham(1987:54) menyebutkan

bahwa:

- A : jarak back-to-back tiap baris untuk kursi dengan sandaran

adalah 760 mm (minimum).

- B : jarak back-to-back tiap baris untuk kursi tanpa sandaran

adalah 610 mm (minimum).

- C : Lebar kursi dengan sandaran tangan adalah 510 mm

(minimum).

- D : Lebar kursi tanpa sandaran tangan adalah 460 mm

(minimum).

Page 57: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

64

- E : Jarak antar baris minimum adalah 305mm.

- F : Jarak maksimum untuk kursi dari lorong adalah 3060mm.

- G : Lebar minimum lorong adalah 1070 mm.

Gambar 2.50 Auditorium Seating

Sumber : Ham (1987:55)

D. Instalasi suara dan komunikasi

Instalasi suara dan komunikasi diatur di dalam sebuah sound control

room. Leaknya bisa bersebelahan dengan lighting control room, atau bahkan

di dalam satu ruangan. Sound control room harus memiliki jendela observasi

yang langsung menghadap panggung dan orchestra pit jika ada, tanpa ada

halangan. Ada saat ketika operator (sound mixer) harus memonitor suara

secara langsung sama seperti pendengaran penonton, bukan suara dari

Page 58: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

65

loudspeaker. Ruangan harus memadai dan kedap suara, serta akustik di

dalamnya sebisa mungkin serupa dengan yang berada di auditorium.

Segalam macam kebel sound system akan berakhir di ruang kontrol ini.

1) Microphone

Mikrofon dari cardioid, harus diletakan dengan cara digantung

sepanjang sisi luar panggung. Jumlahnya tergantung lebar panggung.

Mikrofon ini harus dilengkapi dengan shock absorbent fixings sehingga

getaran dari panggung itu sendiri tidak mempengaruhi mikrofon.

Alternative lain untuk mikrofon gantung adalah dengan menggunakan

long-range gun microphones yang menghadap langsung ke ke

panggung dari posisi front-of-house. Sebuah omni-directional

microphone adalah jenis mikrofon yang paling berguna, namun

membutuhkan penyangga dan kabel yang cukup panjng untuk

memudahkan pergerakan di atas panggung.

Apapun jenisnya, mikrofon yang digunakan harus sekecil mungkin.

Pemilihan jenisnya tergantung dari penggunaan dan posisi

ditempatkannya. Kondisi akustik ruangan juga berhubungan dengan

pemilihan mikrofon.

2) Loudspeaker

Loudspeaker untuk membantu kegiatan pidato atau produksi musik

harus diletakkan sehingga suara timbul dari arah panggung. Pada teater

proscenium, loudspeaker biasanya berada di depan proscenium. Hal ini

dikarenakan line source speakers memiliki desain yang compact dan

kualitas yang baik. Speaker jenis ini aslinya digunakan untuk membantu

kegiatan pidato. Namun untuk fleksibilitas, modifikasi dilakukan untuk

Page 59: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

66

kegiatan musik juga.

Gambar 2. 51 Posisi Speaker pada ceiling.

Sumber : Cole (1949:173)

3) Cables

Semua kabel permanen harus terpasang tegang (tidak menjuntai)

dan terukur beratnya. Spesifikasi dan penempatan kabel mikrofon juga

penting karena gangguan dari sumber luar mungkin terjadi. Kabel layar

harus berada pada jarak minimum 150 mm dari semua kabel ac utama,

harus bersih dari saklar roda, transformer, dan dimmer. Kabel

loudspeaker biasanya lebih berat dibandingkan dengan kabel mikrofon.

Konduktornya terisolasi dan dibungkus dengan pvc atau karet tebal.

E. Tata cahaya panggung

Dalam bukunya Cole (1949:155) menyatakan tata cahaya panggung

memiliki 4 fungsi:

1) Visibility - membuat para penonton dapat melihat dengan jelas, dan

untuk sutradara agar dapat menatur perhatian dengan variasi intensitas

dan warna cahaya.

2) Naturalism - pencahayaan panggung harus dapat mengimitasi

pencahayaan alami maupun buatan pada tempat di mana adegan

Page 60: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

67

tersebut dilakukan, sehingga dapat menciptakan ilusi yang mudah

dipercaya. Fungsi ini termasuk di dalamnya cahaya matahari dan bulan,

desa dan kota, inteior dan eksterior, pada tempat yang nyata maupun

imajinasi.

3) Design - pada oranisasi teater, tata cahaya panggun gmerupakan

bagian dari desain latar. Sang desainer bartanggungjawab untuk

mengatur pencahayaan pertunjukan.

4) Mood - banyak desainer dan sutradara bergantung pada pencahayaan

sebagai fasilitas penting untuk menciptakan suasana yang diinginkan.

Seorang sutradara pada produksi teater, atau seorang koreografer pada

pertunjukan tari memiliki peran penting dalam keseluruhan pertunjukan.

Mereka harus memikirkan efek-efek yang dibangun, baik visual maupun

aural, termasuk di dalamnya pencahayan panggung. Karena keterbatasn

daya, maka sutradara membutuhkan seorang penata cahaya (lighting

designer) untuk membantunya. Seorang penata cahaya harus bekerja sama

dengan sutradara dan penata latar sehingga dapat memahami gaya visual

yang diinginkan.

Semua skema cahaya panggung harus didasari oleh penerangan general.

Dalam pementasan drama, pencahayaan menjadi sumber dari pusat

perhatian mata penonton. Sebaik apapun posisi duduk penonton dalan

hubunganny dengan panggung, komunikasi akan hilang apabila sang aktor

tidak diterangi dengan baik.

Gambar 2.52 2 cara menyinari pemain

Page 61: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

68

Sumber : Ham (1987:113)

Pencahayaan pada acting area dapat diperoleh dari lampu dengan bias

cahaya yang lebar. Sekali pencahayaan ditampilkan, perhatian penonton

dapat menjadi sebuah tuntutan untuk meraih efek dramatis atau dekoratif

(motivating lighting). Hasil seperti ini dapat diciptakan menggunakan

permainan warna, arah, dan intensitas.

Gambar 2.53 Teori peletakan lampu panggung

Sumber : Ham (1987:114)

Ada beberapa posisi dasar pencahayaan panggung dengan hasil

tampilan aktor dan latar yang jelas. Namun jika dimungkinkan,

mengabungkan beberapa lampu dengan sudut berbeda akan menghasilkan

komposisi yang lebih efektif. Beberapa lampu besar dari arah penonton

harus disusun sedemikian rupa sehinnga menyorot wajah aktor dengan

kemiringan 45°. Bila sudutnya lebih curam akan menimbulkan bayangan

gelap di bawah alis mata, dan apabila sudutnya lebih datar akan

Page 62: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

69

menimbulkan bayangan yang merusak pada latar atau pada aktor lain.

Spotlight jarang diarahkan lurus ke arah aktor, biasanya diarahkan

menyilang. Lebar panggung dan ketinggian lampu akan sangat

mempengaruhi sudut kemiringan.

Semua pengaturan lighting dikerjakan di dalam lighting control room

yang juag memiliki jendela observasi yang memungkinkan bagi operator

untuk melihat langsung ke arah panggung, sayap panggung, dan dari

lantaipanggung hingga border. Ruangan sebesar 3 m × 2.4 m seharusnya

cukup, namun harus dipertimbangkan lagi peralatan seperti apa yang

disediakan. Akses normal ke ruang kontrol ini seharusnya dari luar

auditorium dan terpisah dari area publik, namun harus memiliki pintu

langsung ke arah auditorium yang diperlukan untuk kepentingan latihan.

Pintu-pintu yang ada harus kedap cahaya sehingga tidak ada cahaya yang

bocor ke dalam auditorium.

Meskipun peralatan cahaya panggung dapat berubah dari segi ukuran

dan daya listriknya, prinsip -prinsip penting yang mendasari pengelompokan

peralatan tersebut tetap standar. Ada 4 tipe dasar:

1) Spotlight - untuk penerangan di depan, penekanan khusus pada

acting area.

2) Strip light - penerangan pada border, footlight, cyclorama strip.

3) Floodlights - motivating lights, latar

4) Projector - effects, scenery, shadows.

Berikut ini adalah beberap ajenis lampu yang digunakan untuk tata

cahaya panggung.

Tabel 2. 1 Jenis-jenis Lampu Panggung

Page 63: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

70

No. Gambar Nama

1

Spotlight, lensa fresnel

Sumber : www.archiexpo.com

2

Projector parobolic reflector

Sumber : www.ivasart.md

3

Spotlight Ellipsoidal reflector

Sumber : www.theaterlighting.net

4

Conventional PAR strip light

Sumber : www.theaterlighting.net

5

LED strip-footlight

Sumber : www.theaterlighting.net

6

Conventional MR-16 striplight

Sumber : www.theaterlighting.net

7

Floodlight

Sumber : www.wickes.co.uk

Page 64: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

71

8

Chauvet LED Techno Strobe

Sumber : www.wickes.co.uk

9

Follow spot

Sumber : www.theaterlighting.net

Gambar 2. 54 Recomended Basic Layout of Lighting Instrument

Sumber : Cole (1949:156)

F. Pengaturan suhu ruangan dan ventilasi

Ventilasi harus dirancang untuk menghasilkan aliran udara yang baik

denga suhu tang tepat. Orang-orang akan lebih nyaman jika hembusan udara

Page 65: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

72

bertiup ke arah wajah daripada tertiup udara dai arah belakang kepala.

Udara harus dapat menjangkau tiap sudut ruangan tanpa menyisakan

stagnant zone dan suhu udara harus tetap di setiap area ruangan. Sistem

penghawaan juga harus beroperasi dengan tingkat kebisingan yang sangat

rendah.

Jika dinding atau atap dari auditorium di-expose tanpa dilapisi oleh

bagian bangunan yang lain, maka beban pada sistem penghawaan akan lebih

besar. Atap yang buruk, misalnya, akan menyerap panas matahari dan

meradiasikannya kembali pada penonton yang berada tepat di bawahnya.

Apabila dinding auditorium juga di-expose dengan sedikit sekali

perlindungan, akan semakin membuat penonton menjadi tidak nyaman.

Pasokan udara ke dalam auditorium sebaiknya tidak kurang dari

28m3/jam tiap orang. Apabila aliran udara terlalu besar maka ada

kemungkinan tiri-tirai dan latar akan tertiup juga. Ada dua tipe sistem

ventilasi untuk ruang auditorium, yakni upward system of ventilation dan

downward system of ventilation. Upward system of ventilation hanya bisa

digunakan jika udara yang masuk memiliki suhu yang sama dengan udara

yang sudah ada di dalam ruangan. Bila selisih temperatur udara besar, akan

terjadi angin dingin. Downward system of ventilation adalah cara terbaik

untuk menghadirkan udara sejuk ke dalam auditorium tanpa menyebabkan

angin. Inlet dapat diletakan di langit-langit atau di dinding samping dan

belakang pada posisi yang tinggi.

G. Keamanan

Arsitek dan pihak manajemen gedung harus paham dan mengerti

mengenai prinsip-prinsip keamanan gedung, dan bekerja sama untuk

Page 66: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

73

mewujudkannya. Selain permasalahan teknis konstruksi bangunan, perlu

juga dikakukan konsultasi antara pihak arsitek, manajemen gedung, dan

pemerintah daerah tempat gedung tersebut didirikan untuk membahas

mengenai standar keamanan gedung yang berlaku di lokasi tersebut.

Terlepas dari semua masalah teknis yang sudah direncakana dan sudah

dibangun, Ham (1987:42) mengungkapkan bahwa jaminan keamanan publik

yang terbaik adalah efisiensi dan integritas manajemen pengelola sehari-hari,

dan ini dapat mendukung jika yang bersangkutan memiliki keyakian dan

pemahaman tentang perngaturan keamanan.

1) Bahaya dan perlidungan

Bagi panggung pementasan kuno, bahaya terbesar berasal dari

kebakaran di atas panggung. Api akan sangat sulit dipadamkan bila

kanvas dan kayu menjadi material utama panggung. Penggunaan kanvas

tahan api membuat kanvas lebih sulit terbakar. Namun ketika sudah

terbakar, asap yang ditimbulkan menjadi pekat.

Kebakaran yang terjadi pada panggung akan sangat merusak

keseluruhan bangunan. Strategi untuk menangani kebakaran di area

panggung adalah dengan mebatasi api dengan keempat sisi dinding

panggung dan membuat cerobong asap beserta dengan penyedot

asapnya, sehingga menjauhkan api dan asap dari penonton.

2) Dinding proscenium

Dinding proscenium dibuat untuk memberikan batasan antara

panggung dengan area penonton. Dinding proscenium dilengkapi

dengan safety curtain yang akan menutup area panggug dan mencegah

keluarnya api dan asap.

Page 67: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

74

3) Lentera panggung

Ventilasi udara otomatis atau stage lantern (lentera panggung)

merupakan perlindungan terhadap api yang paling penting yang harus

dimiliki panggung pertunjukan.

4) Ventilasi auditorium

Ventilasi pada ruang auditorium didesain untuk mengaatur aliran

udara menuju panggung setiap saat. Harus ada sistem pada lobby untuk

mencegah hantamn udara menuju jalan keluar dari arah panggung.

Bila kebakaran terjadi di atas panggung, maka stage lantern akan

terbuak secara manual, secara otomatis, atau dengan cara terakhir

dengan memecahkan kaca tipis khusus yang berada di bawah panggun

guntuk mengeluarkan panas. Safety curtain diturunkan dan drencher

dinyalakan untuk mencegahnya membengkok akibat panas. Sprinkler

otomatis di aats panggung akan membantu mengurangi besar kobaran

api sebisa mungkin.

Pada kondisi seperti ini, para pemain dan crew hanya memiliki

waktu yang sangat singkat untuk menyelamatkan diri, dan hal semacam

ini sudah harus direncanakan sejak awal, termasuk untk bagian selain

panggung seperti stage basement, the flys, dan the grid. Letak ruangan

lainnya seperti ruang ganti pribadi, gudang properti, kantor, dll, harus

terpisah dari panggung. Petugas pengelola gedung harus dapat

memandu para pengguna gedung untuk dapat menyelamatkan diri dan

tiba di tempat perlindungan yang aman, karena merekalah yng

seharusnya memahami seluruh seluk beluk gedung dan jalur-jalur

evakuasi yang ada.

Page 68: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

75

5) Peralatan pemadaman api

Peralatan pemadaman api dan peletakannya di dalam gedung harus

dikonsultasikan kepada ahlinya, sesuai dengan regulasi yang ada.

Peralatan yang berada di dalam auditorium dan area publik dipasang

secara permanen dan memiliki gulungan selang. Panggunng

menggunakan sistem sprinkler yang juga dilengkapi dengan hydrant,

gulungan selang dan ember.

Panggung dan dressing room harus memiliki lapisan dari wool tebal

atau asbestos. Area belakang panggung harus memiliki pemadam jenis

air yang bisa dibawa oleh tangan, yang juga diletakan di koridor.

Berbagai macam jenis pemadam api diciptakan untuk tujuan yang

berbeda-beda. Pemadam dari karbon dioksida digunakan untuk

memadamkan api yang bersumber dari peralaran listrik. Pemadam

berupa foam untuk kebakaran yang bersumber dari minyak.

6) Pertanggungjawaban pengelola

Jika harus melakukan proses evakuasi, mental dan pelatihan staff

sangat penting. Mereka harus memiliki keyakinan bahwa

langkah-langkah keamanan yang tepat harus siap dilaksanakan

kapanpun. Kesadaran staff bahwa beberapa peralatan tertentu tidak

pernah dipelihara dan ada beberapa bagian yang tidak bekerja

semsetinya, sekecil apapun, akan mengakibatkan bencana.

Permasalahan yang dihadapi pengelola harus benar-benar diperhatikan.

Survei secara berkala dan inspeksi harus dilakuakn untuk meninjau apakah

sarana dan prasarana gedung dipelihara dan dalam kondisi aman.

H. Jalan Keluar

Page 69: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

76

Dari sekian banyak pengunjung yangdatang ke sebuah gedung

pertunjukan, pasti ada sebagian yang baru pertam akali datang. Ada juga

yang belum merasa familiar dengan gedung. Bila terjadikondisi darurat yang

mengharuskan tindak evakuasi dalam waktu singkat, maka akan timbul

kepanikan yang malah akan membuat suasana semakin kacau. Oleh alasan

inilah makan jalur evakuasi perlu dibuat dan disosialisasikan kepada seluruh

pengguna gedung.

Paling sedikit terdapat 2 jalur evakuasi pada tiap lantainya. Tiap-tiap

jalur harus berdiri sendiri dan berjauhan satu sama lain. Dua jalur yang

berdekatan dan berkaitan sau sama lain bukanlah jalur alternatif. Jalur keluar

dari auditorium harus didistribusikan dengan aman dan harus terhubung

dengan sirkulasi normal pada area publik.

Gambar 2.55 Scissors escape stairs

Sumber : Ham (1987:53)

Pada kondisi darurat, seseorang pasti akan menjauhi sumber bahaya.

Bila terjadi kebakaran pada area panggung misalnya, semua orang akan

berlarian menuju baris paling belakang, meskipun safety curtain sudah

ditutup. Sangat tidak bijak bila hanya menyediakan pintu keluar di dekat

Page 70: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

77

proscenium. Oleh karena itu pintu keluar pada area belakang auditorium

akan sangat berguna. Lagipula berjalan menaiki undakan area duduk akan

lebih aman dibandingkn dengan menuruninya. Sedangkan apabila kebakaran

terjadi di bagin belakang auditorium, di mana keadaan ini jarang sekali

terjadi, para penonton dapat keluar melalui pintu di dekat panggung.

Lebar pintu keluar berhubungan dengan fungsinya. Ham (1987:51)

menuliskan,"Rata-rata pergerakan orang di dalam gedung tater adalah 45

orang tiap menit tiap pintu dengan lebar 520-530 mm. Pada bangunan baru,

lebar pintu keluar sebaiknya tidak kurang dari 960-1070 mm."

Jumlah pintu keluar dan lebarnya harus sesuai dengan asusmsi bahwa 1

orang penonton harus dapat meninggalkan auditorium dalam waktu 2,5

menit. Seluruh pintu keluar harus bisa dnegan mudah dibuka dan mudah

dikenali. Jalur evakuasi juga perlu dilengkapi dengan penerangan darurat.

Semua pintu darurat harus dibuka dengan arah keluar. Hanya pintu

masuk utama gedung yang perlu didbuat dapat dibuka dari kedua arahnya.

Pintu putar dan pintu geser sangat tidak dianjurkn karena akan susah dibuka

dan malh membuat susah saat terjadi kondisi darurat.

Jalur evakuasi sebisa mungkin terpisah dari jalur lainnya dan menuju

langsung ke tempat yang aman. Harus dibangun menggunakan material

tahan api dan aman untuk digunakan dalam keadaan panik. Bentuk-bentuk

yang tidak wajar serta permukaan yang tidak rata harus dihindari.

2.1.8 Persyaratan Fasilitas

Perizinan dan peraturan bangunan teater pada awalnya dimaksudkan sebagai

pedoman untuk menjaga ketertiban umum. Pemberian izin seperti ini terkait

Page 71: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

78

dengan persyaratan keamanan gedung dan fungsinya. Berdasarkan alasan inilah

mengapa prosedur untuk mendapatkan persetujian otoritas lokal untuk tempat

hiburan umum berbeda dari persyaratan untuk gedung lainnya.

Pejabat lokal yang bertugas untuk mengatur perundangan, harus memiliki

rasa kepedulian terhadap keberlangsungan seni pertunjukan. Regulasi hanya

dapat dibuat untuk menangani jenis-jenis bangunan yang dikenal, bukan untuk

mengantisipasi ide-ide baru atau bentuk kostruksi.

Di Indonesia, undang-undang tentang bangunan gedung diatur dalam

Undang-Undang RI. Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung. Di

dalam undang-undang ini dijabarkan secara rinci mengenai fungsi, persyaratan

penyelenggaraan, peran masyarakat, dan pembinaan. Pengaturan bangunan

gedung bertujuan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional dan

sesuai dengan tata bangunan gedung yang serasi dan selaras dengan

lingkungannya; mewujudkan tertib penyelenggaraan banguna gedung yang

menjamin keandalan teknis bangunan gedung dari segi keselamatan, kesehatan,

kenyamanan, dan kemudahan; serta mewujudkan kepastian hukum dalam

penyelenggaraan bangunan gedung.

Berikut ini adalah peraturan perundangan yang terkait dengan pelestarian

Gedung Kesenian Jakarta:

Pasal 38

(1) Bangunan gedung dan lingkungannya yang ditetapkan sebagai cagar

budaya sesuai dengan peraturan perundang-undangan harus dilindungi dan

dilestarikan.

(2) Penetapan bangunan gedung dan lingkungannya yang dilindungi dan

dilestarikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh Pemerintah

Page 72: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

79

Daerah dan/atau Pemerintah dengan memperhatikan ketentuan

perundang-undangan.

(3) Pelaksanaan perbaikan, pemugaran, perlindungan, serta pemeliharaan atas

bangunan gedung dan lingkungannya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

hanya dapat dilakukan sepanjang tidak mengubah nilai dan/atau karakter cagar

budaya yang dikandungnya.

(4) Perbaikan, pemugaran, dan pemanfaatan bangunan gedung dan

lingkungan cagar budaya yang dilakukan menyalahi ketentuan fungsi dan/atau

karakter cagar budaya, harus dikembalikan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

(5) Ketentuan mengenai perlindungan dan pelestarian sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) dan ayat (2) serta teknis pelaksanaan perbaikan, pemugaran dan

pemanfaatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dan ayat (4) diatur lebih

lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal ini mengamanatkan bahwa bangunan gedung dan lingkungannya yang

ditetapkan sebagai cagar budaya sesuai dengan peraturan perundang-undangan

harus dilindungi dan dilestarikan, guna mendukung upaya perlindungan dan

pelestarian bangunan dan lingkungan cagar budaya tersebut, perlu disusun

peraturan yang diharapkan dapat memberikan panduan baik bagi masyarakat pada

umumnya, para perancang bangunan dan lingkungan serta asosiasi di bidang

bangunan dan lingkungan, dan khususnya bagi Pemerintah Daerah. Setiap upaya

pelestarian (konservasi) di Indonesia harus selaras dengan maksud dan tujuan

yang tersurat dan tersirat dalam aturan perundangan tersebut.

Pengelolaan Gedung Kesenian Jakarta mengacu pada Peraturan Gubernur

Page 73: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

80

Provinsi DKI Jakarta No. 83 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Gedung

Kesenian. Fungsi dan tugas pokok Gedung Keseina Jakarta mengacu pada

Keputusan Kepada Dinas Kebudayaan dan Permuseuman provinsi DKI Jakarta

No.210/2006 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Tata kerja Pengelola Gedung

Kesenian Jakarta.

2.2. Tinjauan Khusus

Untuk mendapatkan refernsi mengenai gedung-gedung pertunjukan budaya,

perlu dilakukan kegiatan survey terhadap gedung-gedung pertunjukan di Jakarta,

Page 74: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

81

seperti Gedung Kesenian Jakarta, Teater komunitas Salihara, dan graha Bhakti

Budaya. Selain mengobservasi gedung-gedung pertunjukan, perlu juga dilakukan

pengumpulan data mengenai tempat-tempat pertunjukan pariwisata dan budaya yang

sudah ada, seperti Bali Theatre di Bali Safari and Marine Park dan juga Siam

Niramit di Thailand.

2.2.1 Gedung Kesenian Jakarta

Gedung Kesenian Jakarta berlokasi di Jalan Gedung Kesenian no.1, Jakarta

Pusat. Gedung yang dibangun pada masa kolonial Belanda ini masih digunakan

hingga hari ini dan menjadi tempat bagi para seniman dari seluruh Nusantara,

maupun internasional, mempertunjukkan hasil kreasi seninya, seperti drama,

teater, tari, film, sastra, dan lain sebagainya.

Gambar 2.56.Tampak Serong Depan GKJ Gambar 2.57 Tampak Samping GKJ

Sumber : dokumentasi penulis Sumber : dokumentasi penulis

A. Sejarah

1) Masa Inggris

Ide munculnya gedung ini berasal dari Gubernur Jendral Belanda,

Daendels. Kemudian direalisasikan oleh Gubernur Jendral Inggris, Sir

Thomas Stamford Raffles pada tahun 1814 yang merasa prihatin ketika

pertama kali menduduki Batavia pada tahun 1811 karena menyaksikan

kota ini tidak memiliki gedung kesenian.

Pada tanggal 27 Oktober 1814 gedung pertunjukan yang tidak

mengesankan dibuka dan diresmikan. Dinding gedung terbuat dari

Page 75: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

82

gedek dan bagian atasnya ditutup dengan alang-alang, berdiri di atas

lahan kosong dekat daerah Pasar Baru. Walau bentuk teater tersebut

buruk, namun mencapai tujuannya untuk menghibur tentara Inggris

yang haus hiburan.

Dengan bangga gedung tersebut mereka beri nama "Gedung Teater

militer di Weltevreden" tapi orang Belanda mengejeknya dengan

sebutan "Bamboo Theater". Gedung inilah yang merupakan cikal bakal

lahirnya Gedung Kesenian Jakarta.

2) Masa Belanda

"Bamboo Theater" pun akhirnya berpindah tuan. Beruntung

penguasa Belanda tidak menghancurkan gedung pertunjukan tersebut.

Bangunan yang semula bermaterial bambu, atas dukungan langsung

dari Pemerintah Kolonial Belanda, akhirnya diganti menjadi gedung

kesenian yang ideal dan permanen yang dibuka secara resmi pada

tanggal 7 Desember 1821 oleh Pemerintah Kolonial Belanda.

Dalam perkembangan selanjutnya, bangunan ini sering dikenal

dengan nama Gedung Kesenian Pasar Baru, Gedung Komidi

(Comedelgebow) dan Schouwburg (gedung pertunjukan, dalam bahasa

Belanda). Gedung ini bergaya Yunani baru (Neo Grekse Stijl),

merupakan perkembangan dari gaya Rococo yang populer pada masa

itu.

Shcouwburg pada masa itu memang menjadi pusat perhatian seni

pertunjukan, sehingga tak mengherankan apabila Pangeran Hendrik dari

Belanda ketika berkunjung ke Batavia juga pernah mendapat suguhan

sandiwara di gedung ini. Dan pada tahun 1833 didatangkan rombongan

Page 76: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

83

sandiwara dari Perancis, setelah itu secara bergiliran ditampilkan

rombongan kesenian setempat ditambah rombongan yang didatangkan

dari Perancis dan Belanda.

3) Masa Jepang

Masa yang paling menyedihkan dalam perjalanan gedung kesenian

ini adalah ketika masa pendudukan Jepang. Tidak hanya karena tempat

ini telah "dipaksa" harus menyesuaikan diri dengan kepentingan mereka

sebagai penguasa Asia, gedung ini untuk beberapa lama dipakai sebagi

markas tentara sehingga banyak hiasan dan perlengkapan gedung yang

rusak atau hilang. Baru setelah dibentuknya Badan Urusan Kebudayaan

(Keimin Bunka Shidosho) oleh Pemerintah Pendudukan Jepang pada

bulan April 1943, bangunan ini digunakan kembali sebagai tempat

pertunjukan dengan nama Siritsu Gekizyoo.

Menjelang kemerdekaan Indonesia, Gedung Kesenian juga

dijadikan ajang persiapan para seniman muda progresif untuk

menghadapi tugas-tugas untuk menyiapkan kemerdekaan. Ketika bala

tentara Sekutu mendarat di Jakarta setelah Perang Dunia Kedua usai,

mereka membentuk perkumpulan yang mereka beri nama "Seniman

Merdeka". Kelompok ini beranggotakan Usmar Ismail, Cornel

Simanjuntak, Soerjo Soemanto, D. Djajakususma, Soedjono S., Basuki

Resobowo, Rosihan Anwar, Sarifin, Suhaimi, dan satu-satunya gadis

yakni Malidar Malik.

Mereka berkeliing menggunakan sebuah truk yang berhasil mereka

bawa dari Pusat Kebudayaan Jepang (Keimin Bunka Shidosho). Truk

tersebut digunakan untuk mengadakan pertunjukan sandiwara keliling

Page 77: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

84

seta memberi dorongan dan semangat rakyat agar serempak menentang

penjajah. Sedangkan gedung kesenian mereka gunakan sebagai

pangkalan tetap selama perjuangan mereka.

4) Masa Kemerdekaan

Menurut catatan sejarah, Gedung Kesenian Jakarta yang waktu itu

masih bernama Gedung Kesenian pernah digunakan untuk sidang

pertama KNIP, yakni pada tanggal 29 Agustus 1945 atau tept 12 hari

setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Peristiwa penting

ini dicatat karena merupakan peristiwa politik pertama yang

menggunakan gedung kesenian itu. KNIP sendiri waktu itu bisa

disetarakan dengan parlemen atau DPR. Peristiwa ini semakin penting

karena dihadiri oleh Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta.

Pada tahun 1951 gedung pertunjukan ini sempat pula " melenceng"

dari fungsi sebenarnya, yakni dijadikan ruang kuliah para mahasiswa

Fakultas Ekonomi dan hukum Universitas Indonesia, pada pagi hari.

Tetapi dimalam hari tetap dijadikan tempat pentas oleh beberapa

kelompok teater dan drama.

Pada tahun 1968, gedung ini kembali berganti peran, yakni sebagai

bioskop "Diana" di bawah pimpinan Prof. Siswabessy yang kemudian

menjadi Menteri Kesehatan tahun 1968, Disinilah masyarakat bisa

menonton film-film India. Tahun 1969 dibentuk Yayasan Gedung

Kesenian di bawah Almarhum Brigjen Pringadi yang bertujuan menjaga

agar gedung tetap terawat. Setahun kemudian, yayasan tersebut berubah

menjadi bioskop "City Theater " yang khusus memutar film mandarin.

Gedung menjadi tak terawat dan kehilangan fungsinya. Sementara

Page 78: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

85

bangunan lainnya ada yang digunakan sebagai tempat bilar dan kantor

pajak (dibagian belakang). Bahkan ada juga bangunan lama di

lingukngan ini yang dijadikan tempat tinggal.

Setelah mengalami satu periode yang terlantar dan keluhan para

seniman akan butuhnya tempat pertunjukan lain yang lebih memenuhi

syarat, selain Taman Ismail Marzuki (TIM), tiba-tiba terbersit suatu ide

dari Gubernur R. Suprapto untuk merenovasi gedung yang bersejarah

ini dan dikembalikan kepada fungsinya lewat SK Gubernur DKI Jakarta

NO. 4248/14/1984. Arsitektur dari Gedung Kesenian tidak berubah

hanya di dalam gedung direnovasi secara total dan disesuaikan dengan

perkembangan jaman.

Pada tanggal 5 September 1987 Gedung Kesenian Jakarta

diresmikan oleh Gubernur R . Suprapto yang menjabat kembali sebagai

Gubernur DKI jakarta pada periode itu dan Gedung Kesenian Jakarta

kembali sebagai teater yang mempergelarkan kesenian, serupa masa

lampau. Penyelenggaraan pertunjukan kesenian di Gedung Kesenian

Jakarta dilaksanakan oleh grup-grup yang terpilih berdasarkan inovasi

dan kreatifitas yang mewakili kesenian lokal, nasional maupun

internasional. Hal ini terus dilakukan agar Gedung Kesenian Jakarta

tetap menjadi tempat pertunjukan yang representative, eksklusif dan

bertaraf internasional disamping menjadi oase budaya bagi masyarakat

Jakarta, persinggahan dan dialog budaya para seniman dan seniwati

dalam dan luar negeri.

Dalam perjalanannya hingga saat ini , Gedung Kesenian Jakarta

telat menerima beberapa penghargaan, yakni

Page 79: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

86

1. Tahun 2004 Penghargaan Adikaryottama Wisata

2. Tahun 2001 Penghargaan Adikaryottama Wisata

3. Tahun 1997 Penghargaan Gedung Kesenian Jakarta Termasuk 60

Bangunan Terpilih dalam tahun 1996 yang Mendukung Pelestarian

Tapak Sejarah Perkembangan Kota Jakarta Ibukota Negara Republik

Indonesia

4. Tahun 1997 Penghargaan Adikaryottama Wisata

5. Tahun 1996 Penghargaan Adikaryottama Wisata

6. Tahun 1995 Penghargaan Adikaryottama Wisata

B. Visi dan Misi

Viai Gedung Kesenian Jakarta adalah menjadi gedung seni petunjukan

kebanggaan Jakarta khususnya, dan Indonesia serta di tingkat internasional.

Untuk mendukung visi tersebut di atas Gedung Kesenian Jakarta

mempunyai misi:

1) Menyajikan pertunjukan kesenian yang memiliki kualitas yang baik

2) Menjadi sumber inspirasi bagi proses perkembangan budaya bangsa,

khususnya dlaam bidang seni pertunjukan, serta mengkatkan apresiasi

masyarakat terhadap seni budaya

3) Menjadi wadah dialog budaya para seniman/seniwati lokal,

nasional, dan mancanegara melalui karya-karya inovatif yang

diciptakan

4) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam mengimbangi

persaingan atas maraknya gedung-gedung pertunjukan dan galeri-galeri

yang ada serta berperan dalam bidang kesenian melalui pelayanan

secara baik dan profesional.

Page 80: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

87

C. Fungsi dan Tugas Pokok

Mengacu pada Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan Permuseuman

Provinsi DKI Jakarta no. 210/2006 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Tata

Kerja Pengelola Gedung Kesenian Jakarta, fungsi dan tugas pokok Gedung

Kesenian Jakarta adalah:

1. Turut berperan aktif dalam mengembangkan serta meningkatkan

apresiasi masyarakat terhadap kesenian, khususnya seni pertunjukan

dalam nuansa etnik, klasik, tradisi, sampai modern di bidang seni musik,

tari, teater, balet, seni kolaborasi dalam skala nasional khususnya dan

Internasional umumnya.

2. Mendukung Pemda Provinsi DKI Jakarta dalam menampilkan

program -program seni budaya berkualitas sebagai sarana pendukung

bidang pariwisita, ekonomi sekaligus menunjang perkembangan seni

budaya khususnya seni pertunjukan.

3. Meningkatkan saling pengertian internasional melalui kegiatan

pertukaran budaya.

4. Menjalin berbagai hubungan kemitraan demi pengembangan

kesenian Indonesia.

5. Melaksanakan misi Gedung Kesenian Jakarta sebagai etalase budaya

dan tempat yang bergengsi untuk menampilkan kesenian berbobot.

6. Menyediakan fasilitas yang memadai untuk pementasan karya-karya

seni upaya memberi motivasi kepada seniman dalam berkarya.

7. Menyelenggarakan pelayanan yang optimal terhadap mitra kerja

Gedung Kesenian Jakarta termasuk grup pengisi acara dan penonton

kesenian.

Page 81: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

88

8. Menyediakan tempat untuk menjalin hubungan antar bangsa melalui

pementasan kesenian dan saling bertukar apresiasi sebagai sarana

memupuk perkembangan kesenian, persahabatan sekaligus sebagai

rangsangan peningkatan kreatifitas.

D. Struktur Organisasi

Pengelolaan Gedung Kesenian Jakarta mengacu pada Peraturan

Gubernur Provinsi DKI Jakarta No.83 Tahun 2006 tenteng Pedoman

Pengelolaan Gedung Kesenian.

Keputusan Kepala Dinas Permuseuman dan Kebudayaan provinsi DKI

Jakarta No.83 tahun 2006 tentang Stuktur Organisasi Gedung Kesenian

Jakarta.

Diagram 2.1 Struktur Organisasi GKJ

Sumber : GKJ

Pada tahun 2010, Gedung Kesenian Jakarta memiliki 5 orang PNS dan

23 orang Non-PNS. Saat ini, jumlah pegawai meningkat hingga hampir 40

orang dengan jumlah PNS 6 orang di bagian Administrasi, Keuangan, dan

Sarana Prasarana. Sisanya pegawai Non-PNS.

Page 82: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

89

Pengelola GKJ dipimpin oleh seorang direktur dan 4 orang pembantu

direktur yang mengepalai divisinya masing-masing. Berikut ini adalah

penjelasan mengenai tugas yang dimiliki para pegawai GKJ :

1) Divisi Artistik - berhubungan dengan kegiatan pemantasan dan pihak

penampil yang akan melakukan pertunjukan

a) Subdivisi Program mengurus perogram-program yang akan

diselenggarakan di GKJ, dan berhubungn langsung dengan pihak

penampil yang akan melakukan pertunjukan.

b) Subdivisi Pergelaran mengurus jalannya pertunjukan terdiri dari

seorang stage manager, seorang lighting operator, seorang

sound operator, dan 5 orang crew panggung.

2) Divisi Pemasaran - berhubungan dengan pihak-pihak di luar GKJ,

selain grup penampil.

a) Subdivisi Promosi menangani kegiatan promosi program

-program GKJ.

b) Subdivisi Humas menjadi pihak yang berhubungan dengan

pihak luar seperti media, kedutaan besar, pusat kebudayaan asing,

dan sponsor.

3) Divisi Administrasi - mengurus bagian administrasi GKJ.

a) Subdivisi Umum mengurus kepentingan karyawan.

b) Subdivisi Keuangan mengurus keuangan manajemen GKJ.

4) Divisi Sarana Prasarana - mengurus berbagai keperluan gedung

a) Subdivisi Perlengkapan - menyediakan semua kebutuhan

operasional gedung dan kebutuhan pertunjukan.

b) Subdivisi Gedung - melkukan pemeliharaan terhadap gedung.

Page 83: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

90

E. Kegiatan

Dalam penyelenggaraan kegiatan program, Gedung Kesenian Jakarta

mendapat bantuan/subsidi dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui

Dinas Periwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta. Perolehan dana

tersebut digunakan untuk bantuan biaya operasional grup kesenian. Di luar

bantuan/subsidi tersebut Gedung KEsenian Jakarta memperoleh dana dari

kerjasama dengan grup kesenian berupa kegiatan berikut ini.

1) Penjualan Tiket

Pola kerjasama pergelaran dilakukan dengan maksud dapat

menghasilkan pendapatan yang baik dari setiap penyelenggaraan

kegiatan pertunjukan, dengan menggunakan pola kerjasama baik untuk

kedua belah pihak baik Gedung Kesenian Jakarta maupun grup

penampil yang tentunya dengan menampulkan pergelaran seni

pertunjukan yang memiliki kualitas

2) Penggunaan Gedung

Tidak sedikit pergelaran yang ditampilkan di Gedung Kesenian

Jakarta tanpa bantuan biaya operasional ataupun kerjasama bagi hasil

pernjualan tiket dengan Badan Pengelola Gedung Kesenian Jakarta.

Penampil dapat tampil di Gedung Kesenian Jakarta melalui seleksi

materi pertunjukan dan membayar kompensasi biaya penggunaan

fasilitas gedung pertunjukan.

Hasil Kompensasi biaya penggunaan fasilitas ini dialokasikan untuk

gaji pengawal , perawatan dan pengadaan peralatan ringan, perlengkapan

gedung dan kantor, pengadaan bahan promosi dan pengeluaran lain yang

Page 84: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

91

dianggap perlu.

F. Ruang Lingkup Kegiatan

Di bawah naungan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI

Jakarta, Gedung Kesenian Jakarta menjalin hubungan baik dengan badan /

instansi pemerintah lainnya diantaranya : Kementrian Kebudayaan dan

Pariwisata Republik Indonesian, Dinas Penerangan Jalan Umum (PJU)

Provinsi DKI Jakarta, Dinas Pemadam Kebakaran Jakarta Pusat, Dinas

Pertamanan dan Pemakaman Provinsi DKI Jakarta dan lainnya.

Dalam menunjang programnya Gedung Kesenian Jakarta menjalin

hubungan baik dengan:

a. Kedutaan Besar

b. Pusat Kebudayaan Asing

c. Para Penampil diantaranya :

1) Para Seniman

2) Komunitas seni

3) Institusi Pendidikan , diantaranya :

Sekolah Balet, Sekolah,Musik,Lembaga Kesenian,Sanggar

Teater, Wayang Orang , Sekolah dan Universitas di Jakarta, Rumah

Produksi

d. Mitra Sponsor

e. Media Partner diantaranya :

1) Media Cetak (surat kabar,majalah,tabloid)

2) Media elektronik (televisi, radio)

3) Media Online (website, situs)

G. Fasilitas dan Ruang Khusus

Page 85: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

92

1) Entrance dan Lobby

Entarnce menjadi tempat masuknya penonton. GKJ memiliki dua

pintu masuk utama pada sisi depan gedung, dan masing-masing satu

pintu masuk di setiap sisi gedung. Pada bagian depan juga terdapat

ticket box. Sedangkan Lobby berfungsi sebagai area transisi antara

auditorium dan teras gedung.

Gambar. 2.58 Teras depan GKJ Gambar. 2.59 Gong di Lobby GKJ

Sumber : dokumentasi penulis Sumber : dokumentasi penulis

Gambar. 2.60 Ticket Box GKJ

Sumber : dokumentasi penulis

2) Foyer

Foyer merupakan tempat bersantai bagi pengunjung. Di Gedung

Kesenian Jakarta, foyer terletak di sisi kiri dan kanan auditorium,

disediakan tempat duduk dan juga terdapat counter penjualan makanan

dan minuman, serta 1 set gamelan jawa.

Gambar. 2.61.Foyer kanan GKJ

Page 86: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

93

Sumber : dokumentasi penulis

3) Auditorium

Auditorium GKJ memiliki kapasitas tempat duduk 472 kursi; 395

di bagian bawah dan 77 kursi di balkon.

Gambar. 2.62 Auditorium GKJ

Sumber : dokumentasi penulis

4) Panggung

Ukuran panggung 10.5×14.8×4.5 meter dengan kedalaman

panggung 1.17meter. Lantai panggung terbuat dari kayu.

Gambar. 2.63 Tampak Depan Panggung GKJ Gambar 2.64 Peralatan Scenery Panggung

Sumber : dokumentasi penulis Sumber : dokumentasi penulis

Gambar 2.65 Border Panggung

Page 87: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

94

Sumber : dokumentasi penulis

4) Belakang Panggung

GKJ menyebut area di belakang panggungnya sebagai green room,

berfungsi ssebagai tempat istirahat pemain dan ruang tunggu. Ruangan

ini dipenuhi poster-poster pertunjukan dan dilengkapi dengan TV.

Gambar 2.66 Green Room GKJ

Sumber : dokumentasi penulis

5) Wing

Panggung GKJ memilii 2 buah wing, satu di kiri dan satu lagi di

kanan. Wing menjadi jalur masuknya pemain ke acting area. Wing juga

terhubung langsung dengan green room dan ruang rias.

Gambar 2.67 Wing Kiri Panggung GKJ

Sumber : dokumentasi penulis

6) Ruang Rias

Gambar 2.68 Ruang Rias Atas di GKJ 1 Gambar 2.69 Ruang Rias Atas di GKJ 2

Page 88: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

95

Sumber : dokumentasi penulis Sumber : dokumentasi penulis

GKJ memiliki 2 buah ruang rias yang masing-masing dapat menampung

kurang lebih 80 orang pemain. DI dalam ruang rias ini disediakan meja-meja rias

dan gantungan-gantungan baju. Di dalamnya juga terdapat kamar mandi.

7) Gudang Properti

Gudang properti disediakan untuk menyimpan dan mempersiapkan

berbagai properti yang digunakan untuk pertunjukan.

Gambar 2.70 Gudang Properti GKJ

Sumber : dokumentasi penulis

8) Kantor Pengelola

Kantor digunakan oleh para karyawan GKJ untuk melakukan

berbagai aktivitas kerjanya. Awalnya kantor pengelola berada di dalam

gedung pertunjukan. Namun saat kepemimpinan direktur yg kedua,

kantor dipindahkan ke bangunan rumah yang berda di bagian belakang

area GKJ.

Gambar. 2.71 Kantor Pengelola GKJ

Page 89: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

96

Sumber : dokumentasi penulis

H. Fasilitas Lainnya

1) Fasilitas Tata Cahaya di GKJ

Tabel 2.2 Fasilitas Tata Cahaya GKJ

BARANG JUMLAH

Plano Convex Spot (1000 watt / 220 Volt) 15

Fresnel Spot (1000 watt / 220 Volt) 15

PAR 64 (1000 watt / 220 Volt) 10

Fixed Beam Frofil 19° 6

Fixed Beam Frofil 26° 10

Fixed Beam Frofil 36° 10

CYC 1 Kw 12

Follow Spot 750 SR (1000 watt / 220 Volt) 2

Lighting Control Console (180 Pf, 20 Page, 20SM) 1

Dimmer Cabinet (130x15A, 4x25A) 1

Moving Head 1

Smoke Gun 1

Hazer 1

Strobelight 1,5 Kw 1

Sumber : GKJ

2) Fasilitas Tata Suara di GKJ

Page 90: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

97

Tabel 2.3 Fasilitas Tata Suara GKJ

BARANG JUMLAH

Mixer Type Allen & Heath / GL2800-48 Chanel 1

Digital Processor For Speaker TOA Type DP-0206 2

Multi Channel Power Amplifier 2x250watt TOA DA-250 F 2

Multi Channel Power Amplifier 2x250watt TOA DA-550 F 3

CD Recorder TASCAM CD-RW 900SL 1

CD Player DENON 2

Tape Recorder TASCAM 202 mkV 1

Headphone AKG / K240 Studio 1

Speaker System W/Box FOH 4

Power Conditioner Furman PS-Pro E II 1

Stage Monitor Speaker System TOA SR-M3L 2

Stage Monitor Speaker System TOA SR-M3R 2

FGM Speaker (Delay) TOA Z-240 G 4

2 Way Monitor Speaker System (R.Kontrol) TOA Z-240G 2

2 Way Monitor Speaker System (R.Lighting) TOA Z-240G 1

2 Way Monitor Speaker System (Foyerl) TOA Z-240G 2

MIC Dynamic 16

Hanging MIC 6

Wireless Clip-on 6

Stand Mic Tinggi 15

Stand Mic Pendek 15

Wireless Handhall 4

Sumber : GKJ

Page 91: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

98

I. Elemen Interior

1) Lantai

Untuk ruang auditorium lantai dibuat menanjak dan ditutupi semua

oleh karpet berwarna merah yang berfungsi sebagai penyerap suara.

Untuk area lainnya menggunakan keramik.

Gambar. 2.72 Ramp menuju toilet Gambar 2.73 Lorong pada barisan kursi

Sumber : Dokumentasi Penulis Sumber : Dokumentasi Penulis

2) Dinding

Ruang auditorium dibuat dapat memantulkan suara dan menyerap

suara secara terarah dan teratur menggunakan dinding bata dan diselingi

dengan dinding berbahan penyerap suara dan juga kayu. Terdapat

ornamen ukiran dengan gaya rococo yang dicat warna emas. Sedangkan

untuk ruangan lainnya menggunakan dinding bata yang dicat putih.

Gambar 2.74 Detail dinding auditorium Gambar. 2.75 Greenroom

Sumber : Dokumentasi Penulis Sumber : Dokumentasi Penulis

3) Ceiling

Pada ruang auditorium, ceiling berbentuk kubah dengan

Page 92: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

99

penambahan material pendukung akustik di atas kursi bagian belakang.

Kubah dicat putih sama seperti dinding dengan ornamen ukiran classic.

Untuk ruang foyer, ketinggian ceiling cukup tinggi sekitar 5 meter,

dan ceiling juga dihiasi dengan profil-profil khas bangunan classic.

Untuk ruangn lainnya ceiling dibuat rata dan dicat putih.

Gambar. 2.76 Detail ceiling auditorium Gambar 2.77 Detail ornamen ukiran

Sumber : Dokumentasi Penulis Sumber : Dokumentasi Penulis

Gambar. 2.78 Detail ceiling backstage

Sumber : Dokumentasi Penulis

4) Pencahayaan

Penerangan yang digunakan berbeda untuk setiap pengelompokan

ruang. Pada ruang auditorium pencahayaan berasal dari downlight yang

dipasang pada sisi samping area duduk, sumber cahaya lain bisa berasal

dari lampu panggung. Ruangan harus segelap mungkin ketika

pertunjukan berlangsung. Area panggung memiliki sistem pencahayaan

sendiri yang diatur oleh operator dari control room.

Untuk foyer, pencahayaan saat siang hari mengandalkan cahaya

matahari langsung yang masuk melalui jendela-jendela besar di sisi

Page 93: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

100

bangunan, sedangkan pada malam hari lampu-lampu antik seperti

chandelier dan lampu dinding yang sudah ada sejak awal gedung ini

berdiri menjadi sumber cahaya yang cantik. Sedangkan untuk area di

belakang panggung, pencahayaan menggunakan lampu TL

(fluorescent).

Gambar 2.79 Pencahayaan pada foyer Gambar 2.80.Pencahayaan Panggung

Sumber : Dokumentasi Penulis Sumber : Dokumentasi Penulis

5) Penghawaan

Sistem penghawaan yang digunakan adalah AC central yang

disalurkan ke setiap ruangan di dalam gedung. Namun, ceilingnya yang

tinggi uga dapat sangat membantu menciptakan hawa yang sejuk ketika

AC sedang tidak digunakan.

6) Akustik

Akustik pada auditorium dirancang sedemikian rupa sehingga dapat

mendukung kegiatan pertunjukan. Lantai dibuat menanjak dan dilapisi

dengan karpet tebal, dinding dan ceiling juga diberi lapisan akustik.

Pintu-pintu juga didesain untuk mencegah kebocoran suara. Sedangkan

untuk area lainnya, seperti area di belakang panggung, sistem akustik

tidak dirancang maksimal akibat keterbatasan dana renovasi. Akibanya

orang yang berada di green room dan wing harus menjaga ketenangan

Page 94: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

101

dengan berbisik saat biacara atau tidak bicara sama sekali.

Gambar 2.81Auditorium GKJ

Sumber : Dokumentasi Penulis

7) Keamanan

Untuk menjaga sistem keamanan, sejak tahun 2011 Gedung

Kesenian Jakarta telah dilengkapi dengan CCTV pada setiap sudut

ruangan. Dan untuk menangani masalah darurat, setiap sisi auditorium

dilengkapi beberapa pintu yang akan dibuka untuk jalur evakuasi.

J. Permasalahan

Terdapat berabagai permasalahan yang ditemukan pada Gedung

Kesenian Jakarta, antar lain:

1) Kurangnya kepedulian pengunjung terhadap peraturan dasar, seperti

tidak membawa makanan dan minuman ke dalam auditorium, dan

pengunjung yang tidak berpakaian formal.

2) Beberapa bagian gedung belum mendapatkan pemeliharaan yang

baik, seperti kerusakan pada dinding penutup balkon yang belum

diperbaiki.

3) Akses antara Control room untuk lighting dan sound system terpisah

cukup jauh dan peralatan yang ada sudah tua sekali, pihak operator

mendambakan ruangan yang lebih nyaman dan berdekatan.

Page 95: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

102

4) Ruang ganti yang disediakan sudah cukup besar namun peralatan

yang ada di dalamnya kurang terjaga dengan baik.

5) Kapasitas kursi yang tidak banyak menyebabkan penonton

pertunjukan menjadi terbatas.

2.2.2 Komunitas Salihara

Gambar 2.82 Teater Salihara

Sumber : anekafestival.blogspot.com

Komunitas Salihara adalah sebuah kantong budaya yang berkiprah sejak 8

Agustus 2008, dan pusat kesenian multidisiplin swasta pertama di Indonesia.

Berlokasi di atas sebidang tanah seluas sekitar 3.800 m2 di Jalan Salihara 16,

Pasar Minggu, Jakarta Selatan, kompleks Komunitas Salihara terdiri atas tiga unit

bangunan utama: Teater Salihara, Galeri Salihara, dan ruang perkantoran. Saat ini,

Teater blackbox Salihara adalah satu-satunya yang ada di Indonesia. Pada saat ini

kompleks Komunitas Salihara sedang diperluas dengan tambahan fasilitas untuk

studio latihan, wisma seni dan amfiteater.

Komunitas Salihara dibentuk oleh sejumlah sastrawan, seniman, jurnalis, dan

peminat seni. Sejak berdiri, Komunitas Salihara telah menampilkan berbagai

macam acara seni dan pemikiran; sebagian datang dari mancanegara, dan berkelas

dunia pula.

Pernah didapuk sebagai “The Best Art Space” (2010) oleh majalah Time Out

Jakartadan sebagai satu dari “10 Tempat Terunik di Jakarta” (2010) versi Metro

Page 96: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

103

TV, arsitektur Komunitas Salihara juga dinobatkan sebagai “Karya arsitektur yang

menerapkan aspek ramah lingkungan” oleh Green Design Award 2009.

Saat ini Komunitas Salihara banyak dikunjungi oleh masyarakat yang ingin

menikmati program-program kesenian dan pemikiran, klasik dan mutakhir, dan

bermutu tinggi. Di samping itu, Komunitas Salihara menjadi tempat berkumpul

bagi berbagai kelompok minat—misalnya sastrawan, pembuat film, koreografer,

arsitek muda, peminat filsafat, penerjemah, pencinta buku, dan lain-lain.

Komunitas Salihara dapat juga disebut pusat kebudayaan alternatif: ia tidak

dimiliki oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, ataupun kedutaan asing.

A. Sejarah

Komunitas Salihara berdiri pada 2008, tetapi sejarahnya telah dimulai

sejak 1994.Sekitar setahun setelah majalah Tempo diberedel pemerintah Orde

Baru pada 1994, sebagian pengasuh majalah tersebut, bersama sejumlah

wartawan, sastrawan, intelektual dan seniman mendirikan Komunitas Utan

Kayu. Berbentuk sebuah kantong budaya di Jalan Utan Kayu 68H, Jakarta

Timur, Komunitas Utan Kayu terdiri atas Institut Studi Arus Informasi (ISAI),

Galeri Lontar, Teater Utan Kayu (TUK), Kantor Berita Radio 68H, dan

Jaringan Islam Liberal.

Tiga di antaranya yang bergerak di lapangan kesenian—Galeri Lontar,

Teater Utan Kayu, dan Jurnal Kebudayaan Kalam (jurnal ini terbit sejak awal

1994, dengan dukungan penuh majalah Tempo)—secara terus-menerus

berupaya menumbuhkan dan menyebarkan kekayaan artistik dan intelektual,

baik melalui pertunjukan kesenian, pameran seni rupa, ceramah dan diskusi

tentang beragam topik, maupun lewat tulisan yang diterbitkan Kalam.

Galeri Lontar memamerkan karya para seniman dalam dan luar negeri

Page 97: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

104

berupa gambar, lukisan, karya grafis, foto, patung, atau instalasi—terutama

berdasarkan kualitas dan semangat inovatifnya. Galeri ini telah

memperkenalkan para seniman yang kini menempati posisi terdepan dalam

khazanah seni rupa Indonesia.

Teater Utan Kayu secara berkala menyelenggarakan pementasan lakon,

musik, tari, pemutaran film, serta ceramah dan diskusi tentang kebudayaan,

seni, dan filsafat. Teater ini memberi ruang seluas-luasnya bagi seniman dari

khazanah tradisi maupun seniman mutakhir yang ingin bereksperimen dan

menawarkan kebaruan. Komunitas Utan Kayu pun sudah biasa mengelola

kegiatan berskala internasional, di antaranya Jakarta International Puppetry

Festival (2006), Slingshort Film Festival (2006), dan International Literary

Biennale yang berlangsung tiap dua tahun sejak 2001.

Setelah berusia sekitar satu dekade, sayap kesenian Komunitas Utan

Kayu bertekad meneruskan dan mengembangkan apa yang telah dicapai.

Demi menampung perluasan aktivitas itu, para pendiri dan pengelolanya

lantas mengambil prakarsa membangun kompleks Komunitas Salihara.

Dari segi rancang bangun, kompleks Komunitas Salihara dapat

dipandang sebagai sebuah percobaan arsitektur yang unik. Ia karya tiga

arsitek dengan kecenderungan masing-masing—gedung teater dirancang oleh

Adi Purnomo, gedung galeri oleh Marco Kusumawijaya, dan gedung

perkantoran oleh Isandra Matin Ahmad. Ketiganya kemudian duduk bersama

untuk memadukan rancangan ke dalam visi yang sama: membangun rumah

baru bagi kesenian dan pemikiran yang ramah lingkungan dan hemat energi.

Gambar 2.83 Tampak Luar Kompleks Komunitas Salihara

Page 98: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

105

Sumber : rezaprimawanhudrita.wordpress.com

Berdiri sejak 2008, Komunitas Salihara tumbuh bersama khalayak yang

makin cerdas, terbuka, dan demokratis. Para pengelolanya percaya bahwa

kepiawaian di bidang seni adalah investasi yang tak ternilai bagi

pertumbuhan masyarakat Indonesia sejak hari ini. Khalayak adalah bagian

sangat penting dalam menyuburkan kepiawaian tersebut.

B. Visi dan Misi

Visi Komunitas Salihara adalah memelihara kebebasan berpikir dan

berekspresi, menghormati perbedaan dan keragaman, serta menumbuhkan

dan menyebarkan kekayaan artistik dan intelektual. Kami perlu menegaskan

visi ini, karena di Indonesia saat ini, yang sudah menjalankan demokrasi

elektoral dalam dua dasawarsa terakhir, kebebasan berpikir dan berekspresi

masih sering terancam dari atas (dari aparat Negara) maupun dari samping

(dari sektor masyarakat sendiri, khususnya sejumlah kelompok yang

mengatasnamakan agama dan suku).

C. Fungsi dan Tugas Pokok

Dalam pemrograman, Komunitas Salihara memprioritaskan

kesenian-kesenian baru. Kebaruan ini adalah, bagi kami, bukan hanya

Page 99: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

106

menandakan masyarakat pendukung kesenian yang dinamis, tapi juga sikap

kreatif terhadap berbagai warisan kesenian Indonesia dan dunia. Komunitas

Salihara mengajak penonton untuk mendukung kebaruan ini. Namun

diperlukan proses yang agak panjang untuk mencapai situasi ideal ini.

Karena itu, Komunitas Salihara masih menampilkan kesenian yang bersifat

“biasa”, yang kami anggap bisa menjadi jembatan bagi penonton umum

untuk menuju kesenian baru yang kami maksud. Dengan demikian, kami

berharap, pada tahun-tahun mendatang, Komunitas Salihara dapat

mementaskan lebih banyak lagi kesenian baru dan memperluas lingkaran

penonton yang berwawasan baru pula.

Dalam menjalankan program-programnya, Komunitas Salihara dibantu

oleh berbagai lembaga, terutama lembaga-lembaga swasta maupun

perorangan. Di samping itu Komunitas Salihara selalu berusaha bekerjasama

dengan sejumlah lembaga asing—misalnya pusat-pusat kebudayaan asing

yang ada di Jakarta—untuk mendatangkan sejumlah kelompok ke Indonesia.

Mitra Penyelenggara adalah lembaga-lembaga non-pemerintah dan

non-profit yang bersama Komunitas Salihara menyelenggarakan program

seni dan pemikiran di Komunitas Salihara. Lembaga yang pernah menjadi

mitra penyelenggara Komunitas Salihara adalah:

• Goethe Institut Jakarta

• Centre Culturel Francais Jakarta

• The Japan Foundation

• Erasmus Huis

• Istituto Italiano

• Austrian Embassy

Page 100: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

107

• Winternatchten

• Australian Government Institute

• North-Territory Writers’ Centre

• Switzerland Embassy

• Writer’s Journey

• Opera Jelajah Anak Indonesia

D. Kegiatan

Dalam satu tahun, Komunitas Salihara menampilkan sekitar 100 mata

acara pentas tari dan teater, konser musik, pembacaan dan diskusi sastra,

pameran seni rupa, pemutaran film, dan bengkel kerja tari, sastra, dan musik.

Di samping itu, Komunitas Salihara juga menyelenggarakan diskusi dan

ceramah, untuk menggiatkan perbincangan publik yang saat ini belum

banyak ruangnya; baik tentang isu yang sedang hangat, maupun pemikiran

tokoh dari bidang humaniora tertentu. Relatif dirancang secara jangka

panjang, seluruh program disusun oleh Dewan Kurator yang beranggotakan

sastrawan dan seniman terkemuka Indonesia.

Beberapa program khusus sebagai berikut:

1. FESTIVAL SALIHARA

2. BIENAL SASTRA SALIHARA

3. FORUM SENIMAN PEREMPUAN SALIHARA

4. FORUM TEATER SALIHARA

5. SALIHARA JAZZ BUZZ

6. DISKUSI BULANAN SALIHARA

7. SERI KULIAH UMUM SALIHARA

E. Fasilitas dan Ruang Khusus

Page 101: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

108

Sebagai wadah untuk kreasi seni dengan berbagai kegiatan yang

dilakukan, komunitas salihara mempunyai fasilitas-fasilitas yang dapat

mengakomodasi semua kegiatan seni yang akan dilakukan. Fasilitas-fasilitas

tersebut antara lain:

1. Teater Salihara

Teater Salihara dapat menampung hingga 252 penonton. Inilah

gedung teater black box pertama di Indonesia. Berdinding kedap suara,

teater ini dilengkapi ruang rias berikut segala peralatan tata panggung,

tata suara, dan tata cahaya modern.

Gambar 2.84 Kursi Penonton Teater Salihara 1 Gambar 2.85 Dinding Teater Salihara

Sumber: http://www.flickr.com/ Sumber: http://www.flickr.com/

Teater salihara tidak mempunyai penggung untuk pementasan. Hal

ini ditujukan agar para pemain dapat disatukan kembali dengan penonton.

Selain itu ada beberapa hal yang unik pada black box atau teater salihara

ini. Diawali dengan kursi penonton yang dapat dibongkar pasang sesuai

dengan kebutuhan. Setting untuk kursi penonton ini dapat diubah

menjadi berbagai layout seperti menjadi dua sisi yang berhadapan,

dimajukan atau dimundurkan. Setting yang dilakukan untuk perubahan

layout kursi penonton ini dilakukan selama kurang lebih 16 jam.

2. Galeri Salihara

Page 102: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

109

Berbeda dengan bangunan galeri pada umumnya, Galeri Salihara

berbentuk silinder dengan lingkar sedikit oval. Interior dengan dinding

melingkar tanpa sudut memberi ruang pandang lebih luas. Sebuah

ruang serbaguna dan kedai dengan pemandangan terbuka terletak di

bawah bangunan ini. Lantai nya menggunakan barcement dengan

dinding finishing cat berwarna putih.

Gambar 2.86 Galeri Salihara 1 Gambar 2.87 Galeri Salihara 2

Sumber : Dokumentasi Penulis Sumber : Dokumentasi Penulis

3. Serambi Salihara

Gambar 2.88 Serambi Salihara

Sumber : tommytoxcum.blogspot.com

Ruangan ini, yang terletak tepat di bawah Galeri Salihara, dapat

digunakan untuk acara diskusi, kuliah umum, atau pemutaran film,

dengan daya tampung sekitar 70 orang. Serambi Salihara juga

berfungsi sebagai ruang tunggu yang menyediakan bahan bacaan (buku,

majalah, dan katalog pameran) yang hanya bisa dibaca di tempat.

Page 103: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

110

Serambi salihara ini menggunakan barcement sebagai lantai nya yang

di-coating glossy. Finishing untuk dinding adalah cat berwarna putih.

Finishing yang untuk ceiling juga cat berwarna putih.

4. Teater Atap

Inilah ruang terbuka yang merupakan atap bangunan Teater

Salihara. Atap ini juga berfungsi sebagai penyerap air hujan dengan

lantai tanah berumput yang membuat ruangan Teater Salihara di

bawahnya tetap sejuk. Sebagai ruang teater tebuka, Teater Atap telah

dicoba untuk pergelaran wayang kulit, konser musik, pembacaan sastra,

pemutaran film, dan pembukaan pameran seni rupa. Teater Atap

jugadilengkapi dengan fasilitas bar mini yang menyediakan makanan

dan minuman bagi penonton yang sedang menikmati pertunjukan di

sana.

Gambar 2.89 Teater Atap 1 Gambar 2.90 Teater Atap 2

Sumber : http://www.flickr.com/ Sumber : Dokumentasi Penulis

5. Kedai Kopitiam Oey-Salihara

Sambil menunggu pertunjukan dimulai atau untuk menikmati

suasana Komunitas Salihara, pengunjung dapat mencoba menu spesial

dari Kedai Kopi Tiam Oey yang terkenal. Kedai Kopitiam

Oey-Salihara pun menyediakan fasilitas internet nirkabel (WiFi)

gratis.

Page 104: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

111

Gambar 2.91 Kedai Kopitiam Oey-Salihara

Sumber : Dokumentasi Penulis

6. Gerai Salihara

Gerai mungil ini mulai dikelola sejak April 2011

menggabungkan berbagai cindera mata (merchandise) karya seniman

yang pernah berpameran di Galeri, tampil di teater atau bekerja sama

dengan Salihara; mendekatkan pengujung dengan para seniman atau

kelompok seni yang karya-karyanya diminati.

Gambar 2.92 Gerai Salihara Gambar 2.93 Gerai Salihara 2

Sumber : Dokumentasi Penulis Sumber : toysrevil.blogspot.com

7. Perkantoran

Kompleks Komunitas Salihara juga memiliki area perkantoran di

dalamnya. Area tersebut juga didesain selaras dengan konsep

arsitekturnya.

Gambar 2.94 Kantor di Kompleks Salihara

Page 105: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

112

Sumber : buildingindonesia.biz

F. Elemen Interior

1) Lantai

Sebagian besar lantai bangunan di Kompleks Komunitas Salihara

ini menggunakan material barcement. Finishing ini terkesan

sederhana dan menyatu dengan denga konsep eco building.

Gambar 2.95 Lantai Teater Salihara

Sumber : www.flickr.com

2) Dinding

Gambar 2.96 Susunan Bata pada Dinding Teater Salihara

Sumber: buildingindonesia.biz

Kompleks Komunitas Salihara menggunakan dinding bata

Page 106: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

113

sebagai material dinding, terutama pada teater blackbox. Batu bata

dususun sdengan kemiringan 5° untuk sistem akustiknya.

3) Ceiling

Pada ceiling teater tidak menggunakan trap-trap atau susunan

ceiling sebagai suatu pertimbangan untuk akustiknya. Hal ini cukup

menarik untuk dipertimbangkan. Pada teater prosenium ketika

penonton hampir dipastikan selalu duduk ditempat yang sama, plafon

menjadi bagian yang dipertimbangkan untuk pemantulan dan

sebagainya. Untuk lantai menggunakan barcement karena bangunan

ini konsep utamanya adalah eco buiding yang ramah lingkungan.

4) Pencahayaan

Menurut perancang bangunan ini, lighting yang fleksibel dan

sedikit rongga jalur ternyata dianggap cukup. Untuk ruang teater,

pencahayaan mengandalkan pencahayaan buatan, sedangkan untuk

ruangan-ruangan lainnya pencahayaan alami menjadi andalan di siang

hari.

5) Penghawaan

Gambar 2.97 Lobby Salihara

Sumber : karbojournal.org

Dengan bukaan ruang yang besar, udara bisa keluar masuk

dengan bebas ke dalam ruangan-ruangan di kompleks ini. Desain

Page 107: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

114

semi-outdoor juga sangat membantu penggunaan AC. Beberapa

ruangan tetap tertutup dan mengandalkan AC untuk alasan privasi,

seperti kantor dan juga ruang teater yang harus menampung banyak

sekali penonton.

6) Akustik

Keunikan teater ini adalah sistem akustik yang terdapat pada

desainnya tidak menggunakan material peredam suara seperti pada

teater kebanyakan. Sistem akustik dengan mengandalkan pantulan

suara pada dinding bata dengan susunan tertentu seperti ini dinilai

cukup oleh para arsiteknya.

7) Keamanan

Kompleks Komunitas Salihara dilengkapi dengan CCTV untuk

membantu menjaga keamanan. Penjaga kemanan juga disediakan

untuk meningkatkan keamanan di area tersebut.

Untuk bencana alam dan kebakaran, ruang-ruang di dalam

komplek ini telah dilengkapi juga dengan alat pemadam kebakaran

dan jalur-jalur evakuasi.

G. Permasalahan

Terdapat berbagai permasalahan yang ditemukan pada Kompleks

Komunitas Salihara, antar lain:

1) Kapasitas kursi yang tidak banyak menyebabkan penonton

pertunjukan menjadi terbatas.

2) Lahan parkir yang terbatas menjadi salah satu permasalahan ketika

diadakan pertunjukan yang relatif besar dan diminati pengunjung. Saat

ini Kompleks Komunitas Salihara hanya dapat menampung 30-60

Page 108: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

115

mobil.

3) Pengunjungnya sebagian besar adalah anggota komunitas dan para

pecinta seni sastra dan seni pertunjukan. Belum banyak masyarakat

awam yang datang dan tertarik bergabung dengan Komunitas Salihara.

2.2.3 Graha Bhakti Budaya

Gambar 2.98 Tampak Depan Graha Bhakti Budaya

Sumber : Dokumentasi Penulis

Graha Bhakti Budaya berlokasi di Jalan Cikini Raya no. 37 Jakarta Pusat.

Letaknya di dalam kompleks Pusat Kesenian Jakarta, Taman Ismail Marzuki,

menjadikannya salah satu gedung pertunjukan yang ramai digunakan oleh

masyarakat ibukota. Acara-acara seni dan budaya dipertunjukkan secara rutin di

pusat kesenian ini, termasuk pementasan drama, tari, wayang, musik, pembacaan

puisi, pameran lukisan dan pertunjukan film. Berbagai jenis kesenian tradisional

dan kontemporer, baik yang merupakan tradisi asli Indonesia maupun dari luar

negeri juga dapat ditemukan di tempat ini.

Selain Graha Bhakti Budaya, Pusat kesenian Jakarta (PKJ) juga memiliki

beberapa gedung atau area lain yang juga dapat digunakan sebagai tempat

pertunjukan atau pameran seni, seperti Teater Halaman, Teater Kecil, Galeri

Cipta II, dan Galeri Cipta III.

Page 109: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

116

A. Sejarah

TIM berlokasi di Jl. Cikini Raya 73, Jakarta Pusat. Diresmikan

pembukaannya oleh Gubernur Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta

Jenderal Marinir Ali Sadikin pada tanggal 10 November 1968. Ismail

Marzuki (1914 - 1957) adalah seorang komponis pejuang kelahiran Betawi

(Jakarta) yang telah menciptakan lebih dari 200 lagu diantaranya merupakan

lagu - lagu perjuangan bangsa yang hingga kini masih sering

diperdengarkan. Lagu tersebut antara lain Halo Halo Bandung, Berkibarlah

Benderaku, Nyiur Melambai, dan Sepasang Mata Bola. Atas jasanya itu,

komponis Betawi ini diabadikan namanya untuk penamaan Pusat Kesenian

Jakarta yang terkenal dengan sebutan Taman Ismail Marzuki (TIM).

TIM dibangun di atas areal tanah seluas 9 hektar. Dulu tempat ini

dikenal sebagai ruang rekreasi umum Taman Raden Saleh (TRS).

Pengunjung TRS selain dapat menikmati kesejukan paru - paru kota dan

menonton sejumlah hewan, juga bisa menonton balap anjing yang kini

berubah menjadi kantor dan ruang kuliah mahasiswa fakultas perfilman dan

televisi IKJ. Ada juga lapangan bermain sepatu roda berlantai semen.

Fasilitas lainnya adalah 2 gedung bioskop, Garden Hall dan Podium

melengkapi suasana hiburan malam bagi warga yang suka nonton film.

Namun, sejak 37 tahun yang lalu. Suasana seperti itu sudah tidak dapat

ditemukan khususnya setelah Bang Ali mengubah tempat ini menjadi Pusat

Kesenian Jakarta TIM.

Kejelian Bang Ali dalam mengatur tatanan kota Jakarta menjadi bagian

penting dalam sejarah pembangunan kota metropolitan sebagai ibukota

negara. Termasuk salah satunya adalah upaya menyatykan para seniman

Page 110: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

117

Jakarta dalam satu wadah dengan didirikannya TIM. Mengingat para

seniman waktu itu terpecah belah karena kekuatan politik.

RUANG EKSPRESI

TIM sejak berdiri tahun 1968 lalu hingga kini telah menjadi ruang

ekspresi seniman yang menyajikan karya - karya inovatif. Pertunjukan

eksperimen, suatu dunia atau karya seni yang sarat dengan dunia ide.

Membuka pintu seluas - luasnya bagi ruang berpikir dan berkreasi menuju

seni yang berkualitas. Untuk beberapa waktu lamanya harapan muncul suatu

karya dalam dunia penciptaan, menjadi kenyataan. Panggung TIM menjadi

marak dengan karya - karya eksperimen yang sarat ide. Ini ditandai dengan

sejumlah kreator seni yang sempat membuka peta baru di atas pentas.

Diantaranya Rendra, pimpinan Bengkel Teater Yogya dari kampung

Ketanggungan Wetan Yogyakarta. Awalnya karya Rendra, berupa drama Be

Pop atau drama mini kata SSSTTT ditanyangkan di layar kaca TVRI.

Menyusul pentas drama klasik Yunani Oedipus Rex, Menunggu Godot,

Hamlet dan karya pentas mini kata lainnya.

Koreografer kondang, Sardono W. Kusumo, melalui pentas tari Samgita

Pancasona menyuguhkan konsep gerak yang memiliki skala tak terbatas.

Balerina terkemuka, Farida Oetojo mewarnai TIM dengan karya balletnya

yang berani. Slamet Abdul Sjukur, yang lama bermukin di Perancis

menggedor publik dengan konser piano sumbat yang membuat penonton

terpana. Sutradara teater Arifin C. Noer, Teguh Karya, Suryana Anirun

(Bandung) , mempesona publik. Koreografer senior, Bagong Kusudiarjo,

Huriah Adam, pelukis Affandi, Trisno Sumardjo, Hendra Gunawan, Agus

Djaya, Oesman Effendi, S. Sudjojono, Rusli, Rustamadji, Mustika mengisi

Page 111: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

118

TIM dengan karya - karya mereka yang artistik.

B. Visi dan Misi

Visi kami adalah ingin mendorong para seniman untuk mengembangkan

kreativitas dan penciptaaan karya seni; menyalurkan berbagai karya seni

bermutu kepada masyarakat serta memelihara, mengembangkan dan

membangun kesenian di Jakarta. DKJ menjadi payung yang mengayomi,

memelihara dan menjembatani masyarakat seni dengan masyarakat umum,

agar Jakarta menjadi kota seni terdepan. Selain itu mengakomodasi

terciptanya iklim inspiratif bagi para seniman agar dapat mempersembahkan

kreativitas kesenian yang bermutu.

C. Struktur Organisasi

Graha Bhakti Budaya dikelola oleh Pusat Kesenian Jakarta yang juga

berkantor di lokasi yang sama.

Gambar 2. 99 Struktur Organisasi PKJ-TIM

Sumber : www.tamanismailmarzuki.com

D. Fasilitas dan Ruang Khusus

1) Entrance

Page 112: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

119

Pintu masuk utama Graha Bhakti budaya terletak di bagian depan

gedung. Gedung ini memang hanya memiliki satu sisi yang terbuka

untuk publik. Pintu utama berupa pintu kaca yang secara langsung

memperlihatkan lobby dari gedung pertunjukan ini.Pada area ini juga

terdapat ticket box yang terdiri dari 4 loket.

Gambar 2.100 Pintu Utama GBB Gambar 2. 101 Ticket Box GBB

Sumber : leosecondtimes.blogspot.com Sumber : Dokumentasi Penulis

2) Lobby

GBB memiliki 3 buah lobby yang terdapat di setiap lantai. Lobbby

tersebut kosong, dapat digunakan sebagai area pameran atau

refreshment area bagi para pengunjung. Lantainya menggunakan

marmer dan dinding dicat warna gading serta ceiling dicat putih biasa.

Gambar 2. 102 Lobby lantai 1GBB

Sumber : Dokumentasi Penulis

3) Koridor

GBB memiliki koridor samping sebagai penghubung antara lobby

dengan wing panggung. Pada koridor samping ini terdapat pintu

Page 113: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

120

samping dari auditorium. Koridor ini juga menjadi penghubung ke area

perkantoran GBB.

Gambar 2.103 Koridor kiri, lantai 1GBB

Sumber : Dokumentasi Penulis

4) Auditorium

Gambar 2. 104 Auditorium GBB Gambar 2.105 Barisan kursi di GBB

Sumber : tamanismailmarzuki.com Sumber : Dokumentasi Penulis

Auditorium GBB berkapasitas 850 kursi, baris A hingga P di lantai bawah

dan baris O hingga W pada bagian balkon. Pintu masuk utama ke dalam

auditorium adalah melalui lobby lantai 2, dan melalui lobby lantai 3 untuk masuk

ke area balkon. Auditorium berbentuk melebar dengan lantai yang menurun

hingga ke panggung.

5) Panggung

Panggung yang dimiliki GBB cukup besar, yakni berukuran

15x10x6 meter, dengan bentuk extended. Lantai panggung terbuat dari

kayu.

Gambar 2.106 Panggung GBB

Page 114: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

121

Sumber : Dokumentasi Penulis

6) Dressing room

GBB memiliki 1 buah ruang ganti yang berukuran cukup luas di

belakang panggung. Ruang ganti ini dilengkapi dengan cermin besar di

sepeanjang dinding nya dan juga memiliki kamar mandi di dalamnya.

Ruang ganti ini dapat menampung hingga 100 orang.

7) Backstage dan wing

Area belakang panggung yang dimiliki GBB sangat luas dan

memiliki pintu samping untuk keluar-masuk properti pertunjukan.

Selain itu, lantai dan dindingnya berwarna hitam, hal ini dimaksudkan

agar ketika pertunjukan dilangsungkan, area ini jadi tidak terlihat dan

tidak mengganggu pertunjukan.

Gambar 2.107 Wing dari panggung GBB

Sumber : Dokumentasi Penulis

E. Elemen Interior

1) Pencahayaan

Pencahayaan alami dapt diandalkan ketika siang hari untuk ruangan

Page 115: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

122

yang berhubungan langsung ke area luar gedung seperti pada area lobby.

Namun untuk ruangan lainnya, penerangan buatan sangat dibutuhkan,

karena gedung ini tidak memiliki banyak jendela.

2) Penghawaan

Graha Bhakti Budaya sangat mengandalkan AC untuk penghawaan

pada setiap ruangnya. Ketika AC dimatikan, seperti pada saat gedung

tidak digunakan, ruangan akan terasa sangat panas dan pengap.

3) Akustik

Ruang auditoriun GBB menggunakan lantai karpet dan dinding

yang juga dilapisi dengan material akustik untuk menunjang kegiatan

pertunjukan. Ruang ini juga menggunakan beberapa perlatan sound

system.

4) Keamanan

GBB belum dilengkapi dengan CCTV, sehingga keamanannya

belum maksimal. Untuk bencana alam dan kebakaran, ruang-ruang di

dalam komplek PKJ ini telah dilengkapi dengan alat pemadam

kebakaran dan jalur-jalur evakuasi. Semua pengunjung akan diarahkan

langsung ke lapangan parkir yang terletak tepat di depan GBB.

F. Permasalahan

Terdapat berabagai permasalahan yang ditemukan pada Graha Bhakti

Budaya, antar lain:

1) Kurangnya kepedulian pengunjung terhadap peraturan dasar, seperti

tidak membawa makanan dan minuman ke dalam auditorium, dan

pengunjung yang tidak berpakaian formal.

2) Kondisi gedung sudah cukup tua dan terkesan lama dan lusuh.

Page 116: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

123

Dibutuhkan suatu pembaharuan sehingga dapat meningkatkan

kenyamanan dan kepuasan pengunjung terhadap gedung tsb.

3) Ruang ganti yang ada berukuran cukup besar, namun kondisinya juga

kurang terawat.

4) Graha Bhakti Budaya tidak dilengkapi dengan fasilitas pendukung,

hanya auditorium saja. Lobby juga dibiarkan kosong, tidak ada

treatment khusus pada interiornya.

2.2.4 Bali Theatre

Gambar 2..108 Logo Bali Theatre

Sumber : twitter.com

Bali Theatre adalah kompleks teater indoor berkapasitas 1200 penonton,

yang dibangun dengn standar internasional yang memiliki tata cahaya panggung,

state-of-art dan sound system, tempat duduk yang mewah, lounge yang luas, dan

fasilitas modern lainnya. Terletak di jantung Bali Safari and Marine Park di

sepanjang jalan raya pantai yang baru dikembangkan, Jalan Ida Bagus Mantra,

Bali Selatan.

A. Pertunjukan

Teater ini mempersembahkan suatu bentuk pertunjukan seni baru yang

mengkombinasikan tari tradisional dan kontemporer, boneka modern dan

parade hewan hidup. Semua ini diiringi dengan 3 pengaruh musik yang

berbeda. Musik ditulis secara khusus dan dibawakan oleh orkestra Barat

yanf disertai dengan ensamble pentatonik gamelan Bali secara langsung dan

simbal Cina.

Page 117: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

124

Sebuah konsep yang segar tanpa menambah atau mengurangi esensi

warisan budaya Bali. Kolaborasi besar dari 180 pemainnya mencerminkan

setiap aspek sejarah pulau itu dari masa lalu. Bali Agung, demikian judul

pertunjukannya, menceritakan kembali kisah epik Bali dengan adegan surga

pulau itu, suasana kerajaan dan hutan ajaib yang adalah latar untuk adegan

romantis dan heroik.

Gambar 2. 109 Bali Agung 1 Gambar 2. 110 Bali Agung 2

Sumber : www.balitheatre.com Sumber : www.balitheatre.com

Gambar 2. 111 Bali Agung 3 Gambar 2. 112 Bali Agung 4

Sumber : www.balitheatre.com Sumber : www.elexmedia.co.id

Semua ini ditampilkan setiap hari, Selasa hingga Minggu pukul 2.30

sampai dengan pukul 3.30 sore di teater modern, yang merupakan pertama

di Bali terutama untuk melayani penonton internasional. Fitur khusus

termasuk parade sepuluh gajah hidup (memang dahulu raja-raja Bali

berkeliling pulau menggunakan gajah), kolam sungai nyata dengan nakhoda

perahu dan kapal tradisional di atasnya, wayang dan dalang yang

menceritakan kembali sejarah kerajaan dan beberapa hewan eksotis

Page 118: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

125

termasuk harimau, rusa, dan berbagai jenis burung hidup yang

meningkatkan nilai pertunjukan.

B. Cerita

Dalam masa jabatannya pendek dan penuh gejolak antara 1179 - 1181M,

Raja Sri Jaya Pangus dari dinasti Warmadewa memerintah dalam apa yang

mungkin menjadi masa bersejarah dan yang paling menggembirakan dari

kerajaan Bali. Dia menentang hukum adat dengan mengambil orang asing,

Kang Ching Wie dari dinasti Kang Cina, menjadi permaisurinya. Teguran

dari imam besar tidak menghentikan raja dan kekuatan cinta sejatinya.

Gambar 2.113 Karakter Utama dalam Bali Agung

Sumber : www.balitheatre.com

Sang Raja memindahkan istananya ke lokasi baru yang dikenal sebagai

Balingkang, dari kata-kata "Bali" dan "Kang" (dinasti). Di sana, dalam

waktu yang relatif singkat, ia segera memperoleh pengikut yang kuat,

menjadi salah satu dari raja-raja Bali yang paling dihormati. Sayangnya,

tanpa restu dari imam besar, pasangan itu memiliki anak.

Frustrasi, raja berangkat ziarah ke kuil terdekat dari Gunung Batur. Di

sana ia bertemu dengan dewi danau, Dewi Danu, dan asmara yang segera

timbul di antara mereka. Pasangan ini dikaruniai bayi laki-laki. Inilah kisah

cinta dan perkelahian sengit yang ternyata pada akhirnya ia bersama dengan

Page 119: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

126

permaisurinya dikutuk menjadi patung batu.

Namun keilahian pasangan kerajaan ini masih sangat dihormati oleh

orang-orang Bali hari ini, di mana stupa mereka dibawa berkeliling selama

perayaan Galungan dan Kuningan.

C. Fasilitas

Gambar 2. 114 Lobby Bali Theatre Gambar 2. 115 Lounge Bar Bali Theatre

Sumber : www.balitheatre.com Sumber : www.balitheatre.com

Gambar 2. 116 Auditorium Bali Theatre 1

Sumber : www.facebook.com/BaliTheatre

Gambar 2.117 Auditorium Bali Theatre 1

Sumber : www.facebook.com/BaliTheatre

2.2.5 Siam Niramit

Page 120: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

127

Gambar 2. 118 Logo Siam Niramit

Sumber : www.tica.or.th

Siam Niramit merupakan pertunjukan seni dan kebudayaan Thailand kelas

dunia. Pertunjukan spektakuler ini menjadi tontonan wajib bagi para wisatawan

internasional. Siam Niramit memiliki dua tempat pertunjukan, satu di Bangkok

dan satu lagi di Phuket.

A. Pertunjukan

Pertunjukan dilakukan setiap hari pada pukul 8 malam selama 80 menit

tanpa istirahat. Pertunjukan dilakukan di atas panggung raksasa yang

terdaftar Guinness World Records ini menampilkan lebih dari 100 orang

pemain, kostum mewah, dan desain set yang menakjubkan. Efek khusus dan

teknologi tercanggih digunakan untuk menghasilkan pengalaman

menyaksikan pertunjukan yang sangat realistis dan inspiratif.

Gambar 2. 119 Siam Niramit Show

Sumber : www.charmingasiatours.com

B. Cerita

Ada 3 judul cerita dalam pertunjukan di Siam Niramit. Cerita pertama

berjudul Journey Back into History, mengisahkan tentang Negeri Siam

dengan peradaban pada masa lampau telah menjadi rumah bagi beberapa

Page 121: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

128

budaya berbeda. Perkembangan budaya yang terjadi dan pengaruh-pengaruh

budaya lain seperti Cina dan Eropa semua diceritakan dengan sangat indah

di sini.

Gambar 2. 120 Siam Niramit Act 1 Gambar 2.121 Siam Niramit Act 2

Sumber : www.siamniramit.com Sumber : www.siamniramit.com

Gambar 2. 122 Siam Niramit Act 3

Sumber : www.siamniramit.com

Yang kedua adalah Journey Back into Imagination. Meskipun beragam

budaya dan mata pencaharian, semua rakyat Thailand terikat oleh suatu

kepercayaan umum dalam prinsip agama dari Hukum Karma. Perbuatan

baik atau perbuatan buruk di dunia ini akan menghasilkan kebaikan atau

penderitaan dalam kehidupan berikutnya.

Yang ketiga adalah Journey Through Joyous Festivals. Pada cerita ini

kita semua diajak untuk melihat kepercayaan Thai Buddhist secara lebih

dekat. Kepercayaan yang sudah menjadi budaya ini memiliki banyak sekali

perayaan dan festival keagamaan yang dilakukan setiap tahunnya dengan

penuh warna dan kebahagiaan.

C. Atraksi dan Fasilitas

Page 122: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

129

Selain pertunjukan teatrikal, Siam Niramit juga memiliki atraksi-atraksi

lainnya yang juga tak kalah menarik. Atraksi-atraksi ini bisa dinikmati

sebelum pertunjukan dimulai, yakni pada saat lokasi dibuka untuk umum

pada pukul 17.30.

Atraksi dan fasilitas lainnya adalah:

- Village of the 4 regions

- Musik dan tarian tradisional serta atraksi outdoor

- Menunggangi dan memberi makan gajah

- Pijat tradisional Thai

- Toko suvenir

- Restaurant

Siam Niramit juga memiliki fasilitas antar jemput gratis dari Thailand

Cultural Center MRT yang datang setiap 15 menit. Mushola juga tersedia di

tempat wisata ini.

2.2.6 Kuisioner

Untuk melihat seberapa besar antusiasme masyarakat terhadap pertunjukan

seni dan budaya, penulis membuat sebuah kuisioner online yang disebar kepada

masyarakat secara acak melalui situs jejaring sosial. Dalam 7 hari, dari ratusan

orang yang diminta untuk mengisi kuisioner ini, didapat 61 responden.

Tabel 2.4 Hasil survei kuisioner

HASIL SURVEY KUISIONER

KATEGORI PILIHAN JML RESPONDEN PERSENTASE

jenis kelamin pria 24 39

wanita 37 61

usia

15-19 7 11

20-25 45 74

26-35 2 3

36-40 0 0

Page 123: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

130

41-50 0 0

di atas 50 7 11

pekerjaan

pelajar/mahasiswa 40 67

seniman/budayawan 1 2

pelaku bisnis 6 10

profesional 6 10

lain-lain 8 11

suka seni pertunjukan

ya 54 89

tidak 5 8

tidak tahu 2 3

suka pertunjukan tradisional

ya 28 46

tidak 33 54

tidak tahu 0 0

pertunjukan apa yg diminati

musik 44 48

tari 16 18

teater 31 34

jika jakarta punya gedung pertunjukan budaya

ya 36 59

untuk turis 17 28

tidak 1 2

tidak tahu 7 11

Pada pertanyaan esai, jika pergi ke negara lain, sebagian besar responden akan

menonton pertunjukan budaya khas negara tersebut. Semua berpendapat bahwa

kebudayaan lain sangat menarik dan jika menonton pertunjukan tersebut akan sangat

memperkaya wawasan. Hanya ada 1 responden yang berpendapat bahwa pertunjukan

di luar negri sangat menarik, tidak seperti di Indonesia. Tempatnya bagus dan

terpelihara, pertunjukannya juga berkelas.

2.2.7 Kesimpulan Hasil Survey dan Observasi

Tabel 2.5 Kesimpulan Hasil Survey Lokasi

SUBJEK GKJ SALIHARA GBB

Kapasitas

Desain

Akustik

Panggung

Fasilitas lain

Page 124: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

131

Pemeliharaan

Akses ke lokasi

Ekslusivitas

sangat baik; cukup baik; kurang baik

Dari ketiga gedung pertunjukan di Jakarta yang sudah disurvey, ketiganya

memiliki keunggulan masing-masing. Namun dapat kita lihat bahwa Gedung

Kesenian Jakarta merupakan yang terbaik. Kapasitasnya cukup besar meskipun

masuk dalam kategori gedung pertunjukan kecil, karena kurang dari 500 kursi.

Gedung cukup terpelihara, meskipun ada beberapa bagian yang masih perlu

direnovasi, namun gedung dengan usia ratusan tahun ini masih terbilang relative

baik.

Teater Salihara sebetulnya juga baik secara desain dan usianya yang baru

dibangun. Namun kursi teaternya yang tidak permanen dan tidak memiliki

panggung kurang cocok untuk dijadikan sebagai panutan untuk gedung

pertunjukan budaya yang sesuai dengan judul penulisan ini.

Sedangkan Graha Bhakti Budaya memang berkapasitas besar, namun kurang

terpelihara. Gedungnya juga tidak memiliki fasilitas penunjang lainnya selain

auditorium. Tidak memberikan kesan apapun terhadap pengunjung.

Untuk kegiatan pertunjukan, Bali Theatre dan Siam Niramit dapat menjadi

contoh yang baik. Cerita, musik, dan tarian yang ditampilkan mampu mewakili

kebudayaan daerahnya. Pertunjukan juga dikemas dengan fantastis, sangat

menarik minat wisatawan. Dari keduanya dapat diambil kesimpulan bahwa

pertunjukan yang ditampilkan harus dapat dipahami oleh semua orang, dari

semua belahan bumi. Meskipun menggunakan bahasa daerah atau bahasa

Page 125: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00188-DI Bab2001.pdf · 2.1. Tinjauan Umum 2 ... Pada masa itu gedung teater telah menjadi

132

Indonesia, gerak tubuh, ekspresi pemain, tata suara, tata cahaya, dan semua

perlengkapan yang digunakan harus dimaksimalkan untuk menunjang

pementasan. Selain itu, untuk pertunjukan berskala internasional, interior gedung

pertunjukan harus menunjang pertunjukan yang ada. Jangan sampai pertunjukan

yang bagus jadi kurang peminatnya lantaran tempatnya kurang menunjang.

Antusiasme masyarakat terhadap pertunjukan budaya memang belum besar

untuk saat ini, namun jika disediakan fasilitas yang baik dan dikemas lebih

menarik maka peminatnya akan terus bertambah. Berdasarkan hasil survei yang

telah dilakuakan, dapat dianalisa bahwa sebenarnya masyarakat tertarik dengan

hal-hal yang baru dan belum pernah dilihat. Pertunjukan tradisional juga dapat

menyaingi kualitas pertunjukan budaya di luar negeri apabila ditangani dengan

baik.