Antena Yagi
-
Upload
elmer-lopez -
Category
Documents
-
view
480 -
download
3
Transcript of Antena Yagi
i
Perbedaan Penguatan Sinyal Antara Antena UHF Jenis Yagi ½λ
Menggunakan Reflektor Bidang Sudut Permukaan Kawat
Alumunium Bentuk Jala-Jala dengan Antena UHF Jenis Yagi ½λ
Menggunakan Reflektor Bidang Sudut Permukaan Lembaran
Alumunium Padat Pada Daerah Berpenghalang
(Deep Fringe Area)
SKRIPSI
Diajukan Dalam Rangka Penyelesaiaan Studi Strata 1
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Disusun Oleh :
Nama : Triyo Sapari
NIM : 5314000033
Program Studi : S1 - Pendidikan Teknik Elektro
Jurusan : Teknik Elektro
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2005
ii
HALAMAN PENGESAHAN Skripsi dengan judul “Perbedaan Penguatan Sinyal Antara Antena UHF Jenis Yagi ½λ Menggunakan Reflektor Bidang Sudut Permukaan Kawat Alumunium Bentuk Jala-Jala dengan Antena UHF Jenis Yagi ½λ Menggunakan Reflektor Bidang Sudut Permukaan Lembaran Alumunium Padat Pada Daerah Berpenghalang (Deep Fringe Area)”, telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang,yang diselenggarakan pada:
Hari : Senin Tanggal : 25 Juli 2005
Panitia
Ketua Sekretaris
Drs.Djoko Adi Widodo, M.T Drs. R. Kartono, M.Pd NIP.131570 064 NIP. 131 474 229
Pembimbing I Penguji I
Drs. Samiyono, M.T. Drs. Samiyono, M.T NIP. 130 515 758 NIP. 130 515 758
Pembimbing II Penguji II
Drs. Alb. Trismono Drs. Alb. Trismono NIP. 130 529 524 NIP. 130 529 524
Penguji III
Drs. Suryono, M.T. NIP. 130 529 524
Dekan
Prof. Dr. Soesanto NIP. 130 875 753
iii
SARI
Triyo Sapari. 2005. Perbedaan Penguatan Sinyal Antara Antena UHF Jenis Yagi ½λ Menggunakan Reflektor Bidang Sudut Permukaan Kawat Alumunium Bentuk Jala-Jala dengan Antena UHF Jenis Yagi ½λ Menggunakan Reflektor Bidang Sudut Permukaan Lembaran Alumunium Padat Pada Daerah Berpenghalang (Deep Fringe Area). Skripsi. Teknik Elektro. FT. Universitas Negeri Semarang.
Pada daerah yang jauh dari pemancar (Deep Fringe Area) diperlukan suatu antena dengan penguatan yang tinggi. Antena Yagi memiliki efek pengarahan dan penguatan yang lebih baik. Antena Yagi terdiri dari antena dipole setengah gelombang (½λ) yang ditambah pemantul (reflector) dibelakangnya dan beberapa pengarah (director) di depannya. Pada frekuensi UHF (Ultra High Frequency) digunakan antena Yagi yang menggunakan reflektor bidang sudut berupa jala-jala dari kawat alumunium maupun dari permukaan berupa lembaran alumunium padat. Dari hal tersebut timbul pertanyaan bagaimana penguatan sinyal antena UHF jenis Yagi ½λ menggunakan reflektor bidang sudut permukaan kawat alumunium bentuk jala-jala dengan antena UHF Yagi ½λ menggunakan reflektor bidang sudut permukaan lembaran alumunium padat pada daerah berpenghalang (deep finge area) dan adakah perbedaan penguatan sinyal diantara kedua antena UHF jenis Yagi ½λ yang menggunakan dua jenis reflektor bidang sudut tersebut.
Sebelum penelitian dilakukan, diadakan perhitungan untuk membuat antena perencanaan, dengan hasil perhitungan tadi dibuat antena untuk masing-masing saluran stasiun televisi, sehingga ada 10 buah antena untuk 10 saluran stasiun televisi. Penelitian dilakukan di dua tempat yaitu di daerah Pemalang yang berjarak 125 Km dari stasiun relay televisi sebagai daerah pantai, dan daerah Pekalongan Selatan yang berjarak 100 Km dari stasiun relay televisi sebagai daerah pegunungan. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen jenis komparasi. Analisis desain data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji - t.
Setelah diambil datanya dan dimasukkan ke dalam rumus uji “t” didapatkan, untuk daerah pesisir pantai thitung sebesar 8,96 dan ttabel sebesar 2,26 sehingga di daerah pesisir pantai hipotesis alternatif yang menyatakan ada perbedaan diterima dan pada daerah pegunungan diperoleh thitung sebesar 5,53 dan ttabel sebesar 2,26 sehingga di daerah pegunungan hipotesis alternatif yang menyatakan ada perbedaan diterima. Dari data penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa penguatan pada daerah pesisir pantai lebih besar dibandingkan dengan penguatan sinyal pada daerah pegunungan. Sedangkan pada daerah pesisir pantai maupun pegunungan antena Yagi dengan reflektor alumunium jala-jala hampir selalu memiliki penguatan yang lebih besar bila dibandingkan dengan antena Yagi dengan menggunakan reflektor lembaran alumunium padat.
Saran yang dapat diberikan adalah diharapkan untuk meneliti sebanyak mungkin jenis antena dan menggunakan alat yang lebih valid, serta tanpa menggunakan booster untuk menghasilkan data yang lebih akurat.
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO :
“Demi masa Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian
Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menerapi
kesabaran”
[Q.S. Al’Ashr:1-3]
“Di antara kita ada yang seperti kereta dorong beroda satu, hanya berguna ketika
didorong, dan sangat mudah berguling”
Jack Herbert
PERSEMBAHAN:
1. Ibu dan Ayah tercinta
2. Kaka, Bani
3. Semua Keluargaku, Sepupu, Keponakan
4. Adeku Tercinta
5. Anak PTE 2000
6. Rekan-rekan di Kost Etnik
7. Saudaraku di Lekmapala
8. Semua orang yang telah mendidik dan mengajarkan saya bagaimana berilmu
dan berakhlak mulia.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan anugerah-Nya,
sehingga dapat selesai skripsi yang berjudul “Perbedaan Penguatan Sinyal Antara
Antena UHF Jenis Yagi ½λ Menggunakan Reflektor Bidang Sudut Permukaan
Kawat Alumunium Bentuk Jala-Jala dengan Antena UHF Jenis Yagi ½λ
Menggunakan Reflektor Bidang Sudut Permukaan Lembaran Alumunium Padat
Pada Daerah Berpenghalang (Deep Fringe Area)”. Penyusunan skripsi ini
dimaksudkan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan di Jurusan Teknik Elektro Universitas Negeri Semarang.
Sesungguhnya skripsi ini tidaklah mungkin diselesaikan sendiri,
merupakan hasil prestasi, pengalaman, dan pengorbanan banyak pihak, maka pada
kesempatan ini diucapkan terima kasih yang setulusnya kepada :
1. Bapak Drs. Samiyono, MT., Dosen Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, kritik, dan saran dalam penulisan skripsi.
2. Bapak Drs. Alb. Trismono, Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, kritik, dan saran dalam penulisan skripsi.
3. Bapak Drs. Djoko Adi Widodo, MT., Ketua Jurusan Teknik Elektro, Fakultas
Teknik, Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin penelitian.
4. Bapak Drs. Suryono, M.T., Penguji yang telah mengkoreksi sehingga menjadi
lebih baik.
5. Bapak Yunianto Eko, Guru Teknik Elektro SMK N 2 Pati yang telah
memberikan bimbingan dan ijin peminjaman alat untuk penelitian.
vi
6. Bapak dan Ibu Tercinta yang selalu memberikan doa serta fasilitas demi
terselesainya skripsi ini.
7. Keluarga besar di Petanjungan.
8. Adeku Ira Tiarawati yang selalu memberiku semangat dalam suka maupun
duka.
9. Agus M., Khafidz N.H., Sahabat-sahabat di Etnik Cost, Gang Pete Raya
Sekaran, Cah PTE 2000, Terima kasih.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini.
Semoga amal baik yang telah diberikan mendapat balasan lebih dari Allah
SWT dan semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi kita semua, amien.
Semarang, Juli 2005
Peneliti
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... ii
SARI............................................................................................................. iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................ v
DAFTAR ISI ............................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiii
DAFTAR GRAFIK ..................................................................................... xiv
BAB 1. PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Permasalahan ............................................................................ 3
C. Pembatasan Masalah .................................................................. 3
D. Penegasan Istilah........................................................................ 4
E. Tujuan Penelitian ....................................................................... 5
F. Manfaat ..................................................................................... 6
G. Sistematika Skripsi .................................................................... 6
BAB II. LANDASAN TEORI .................................................................... 8
A. Gelombang Elektromagnet ……………………………............ 8
B. Daerah Penangkapan Sinyal Televisi ........................................ 11
C. Jenis-jenis Antena ..................................................................... 12
viii
1. Antena V ............................................................................. 12
2. Antena Rhombik ................................................................. 13
3. Antena Segitiga ................................................................... 13
4. Antena Yagi ½λ .................................................................. 14
5. Antena Konis ....................................................................... 22
D. Penguatan Sinyal Antena .......................................................... 22
E. Frekuensi dan Kanal Televisi .................................................... 24
F. Booster ...................................................................................... 26
G. Kerangka Berpikir ..................................................................... 27
BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................ 29
A. Jenis Penelitian .......................................................................... 29
B. Populasi dan Sampel ................................................................. 30
C. Variabel Penelitian ..................................................................... 31
D. Metode Pengumpulan Data ....................................................... 31
E. Metode Analisis Data ................................................................ 31
F. Hipotesis .................................................................................... 33
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................... 35
A. Hasil Penelitian ......................................................................... 35
B. Pembahasan ............................................................................... 37
C. Keterbatasan Penelitian ............................................................. 38
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 40
A. Simpulan ................................................................................... 40
B. Saran .......................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Gelombang Elektromagnet yang Dipancarkan ke Udara .......... 9 Gambar 2. Berbagai Macam Pengaruh Terhadap Jalannya Gelombang
Elektromagnetik ......................................................................... 10 Gambar 3. Antena V ................................................................................... 12 Gambar 4. Antena Rhombik ...................................................................... 13 Gambar 5. Antena Segitiga ......................................................................... 13 Gambar 6. Antena Yagi ½λ Reflektor Tunggal ........................................... 15 Gambar 7. Antena Yagi ½λ Reflektor Bidang Sudut ................................. 15 Gambar 8. Hubungan untuk Pengukuran Penguatan Sinyal Antena …… 21 Gambar 9. Antena Konis.............................................................................. 22 Gambar 10.Rangkaian Pengukuran Antena UHF Jenis Yagi ½λ
Dengan Menggunakan Reflektor Bidang Sudut Permukaan Kawat Alumunium Bentuk Jala-Jala ..................... 75
Gambar 11.Rangkaian Pengukuran antena UHF jenis Yagi ½λ
Menggunakan Reflektor Bidang Sudut Permukaan Lembaran Alumunium Padat.. .................................................. 76
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Pembagian Spektrum Elektromagnetik ...................................... 8 Tabel 2. Stasiun dan Chanel Televisi di Indonesia .................................. 16 Tabel 3. Pengumpulan Data ..................................................................... 21 Tabel 4. Frekuensi dan Kanal Televisi untuk Frekuensi VHF dan
UHF yang Digunakan di Indonesia ............................................. 25
Tabel 5. Desain Ekperimen ....................................................................... 29 Tabel 6. Persiapan Perhitungan Statistik ................................................... 33 Tabel 7. Data Pengukuran Penguatan Sinyal Antena pada Antena
Perencanaan Jenis Yagi ½λ Reflektor Alumunium Jala-Jala dan Reflektor Alumunium Padat pada Daerah Pegunungan dan Daerah Pesisir Pantai ............................................................ 35
Tabel 8. Data Pengukuran Penguatan Sinyal Antena pada Antena
Perencanaan Jenis Yagi ½λ Reflektor Alumunium Jala-Jala dan Reflektor Alumunium Padat untuk Penerimaan ANTV di Daerah Pesisir Pantai .............................................................. 61
Tabel 9. Data Pengukuran Penguatan Sinyal Antena pada Antena
Perencanaan Jenis Yagi ½λ Reflektor Alumunium Jala-Jala dan Alumunium Padat untuk Penerimaan ANTV di Daerah Pegunungan ................................................................................. 61
Tabel 10.Data Pengukuran Penguatan Sinyal Antena pada Antena
Perencanaan Jenis Yagi ½λ Reflektor Alumunium Jala-Jala dan Alumunium Padat untuk Penerimaan INDOSIAR di Daerah Pesisir Pantai .................................................................. 62
Tabel 11.Data Pengukuran Penguatan Sinyal Antena pada Antena
Perencanaan Jenis Yagi ½λ Reflektor Alumunium Jala-Jala dan Alumunium Padat untuk Penerimaan INDOSIAR di Daerah Pegunungan .................................................................... 62
Tabel 12.Data Pengukuran Penguatan Sinyal Antena pada Antena
Perencanaan Jenis Yagi ½λ Reflektor Alumunium Jala-Jala dan Alumunium Padat untuk Penerimaan TRANS TV di Daerah Pesisir Pantai .................................................................. 63
xi
Tabel 13.Data Pengukuran Penguatan Sinyal Antena pada Antena Perencanaan Jenis Yagi ½λ Reflektor Alumunium Jala-Jala dan Alumunium Padat untuk Penerimaan TRANS TV di Daerah Pegunungan .................................................................... 63
Tabel 14.Data Pengukuran Penguatan Sinyal Antena pada Antena
Perencanaan Jenis Yagi ½λ Reflektor Alumunium Jala-Jala dan Alumunium Padat untuk Penerimaan TPI di Daerah Pesisir Pantai ............................................................................... 64
Tabel 15.Data Pengukuran Penguatan Sinyal Antena pada Antena
Perencanaan Jenis Yagi ½λ Reflektor Alumunium Jala-Jala dan Alumunium Padat untuk Penerimaan TPI di Daerah Pegunungan ................................................................................. 64
Tabel 16.Data Pengukuran Penguatan Sinyal Antena pada Antena
Perencanaan Jenis Yagi ½λ Reflektor Alumunium Jala-Jala dan Alumunium Padat untuk Penerimaan RCTI di Daerah Pesisir Pantai ............................................................................... 65
Tabel 17.Data Pengukuran Penguatan Sinyal Antena pada Antena
Perencanaan Jenis Yagi ½λ Reflektor Alumunium Jala-Jala dan Alumunium Padat untuk Penerimaan RCTI di Daerah Pegunungan ................................................................................. 65
Tabel 18.Data Pengukuran Penguatan Sinyal Antena pada Antena
Perencanaan Jenis Yagi ½λ Reflektor Alumunium Jala-Jala dan Alumunium Padat untuk Penerimaan SCTV di Daerah Pesisir Pantai ............................................................................... 66
Tabel 19.Data Pengukuran Penguatan Sinyal Antena pada Antena
Perencanaan Jenis Yagi ½λ Reflektor Alumunium Jala-Jala dan Alumunium Padat untuk Penerimaan SCTV di Daerah Pegunungan ................................................................................. 66
Tabel 20.Data Pengukuran Penguatan Sinyal Antena pada Antena
Perencanaan Jenis Yagi ½λ Reflektor Alumunium Jala-Jala dan Alumunium Padat untuk Penerimaan GLOBAL TV di Daerah Pesisir Pantai .................................................................. 67
Tabel 21.Data Pengukuran Penguatan Sinyal Antena pada Antena
Perencanaan Jenis Yagi ½λ Reflektor Alumunium Jala-Jala dan Alumunium Padat untuk Penerimaan GLOBAL TV di Daerah Pegunungan .................................................................... 67
Tabel 22.Data Pengukuran Penguatan Sinyal Antena pada Antena
Perencanaan Jenis Yagi ½λ Reflektor Alumunium Jala-Jala dan Alumunium Padat untuk Penerimaan LATIVI di Daerah Pesisir Pantai ............................................................................... 68
xii
Tabel 23.Data Pengukuran Penguatan Sinyal Antena pada Antena Perencanaan Jenis Yagi ½λ Reflektor Alumunium Jala-Jala dan Alumunium Padat untuk Penerimaan LATIVI di Daerah Pegunungan ................................................................................. 68
Tabel 24.Data Pengukuran Penguatan Sinyal Antena pada Antena
Perencanaan Jenis Yagi ½λ Reflektor Alumunium Jala-Jala dan Alumunium Padat untuk Penerimaan TV7 di Daerah Pesisir Pantai ............................................................................... 69
Tabel 25.Data Pengukuran Penguatan Sinyal Antena pada Antena
Perencanaan Jenis Yagi ½λ Reflektor Alumunium Jala-Jala dan Alumunium Padat untuk Penerimaan TV7 di Daerah Pegunungan ................................................................................. 69
Table 26.Data Pengukuran Penguatan Sinyal Antena pada Antena
Perencanaan Jenis Yagi ½λ Reflektor Alumunium Jala-Jala dan Alumunium Padat untuk Penerimaan METRO TV di Daerah Pesisir Pantai .................................................................. 70
Tabel 27.Data Pengukuran Penguatan Sinyal Antena pada Antena
Perencanaan Jenis Yagi ½λ Reflektor Alumunium Jala-Jala dan Alumunium Padat untuk Penerimaan METRO TV di Daerah Pegunungan .................................................................... 70
Tabel 28.Data Hasil Pengukuran Penguatan Antena Pada Masing-
Masing Antena Perencanaan Yagi ½ λ Reflektor Sudut Berupa Jala-Jala Alumunium pada Tiap-Tiap Channel TV Di Daerah Pesisir Pantai .................................................................. 71
Tabel 29.Data Hasil Pengukuran Penguatan Antena Pada Masing-
Masing Antena Perencanaan Yagi ½ λ Reflektor Sudut Berupa Lembaran Alumunium Padat pada Tiap-Tiap Channel TV Di Daerah Pesisir Pantai ......................................... 71
Tabel 30.Perhitungan Uji t untuk Daerah Pesisir Pantai............................. 72 Tabel 31.Data Hasil Pengukuran Penguatan Antena Pada Masing-
Masing Antena Perencanaan Yagi ½ λ Reflektor Sudut Berupa Jala-Jala Alumunium pada Tiap-Tiap Channel TV Di Daerah Pegunungan .................................................................... 73
Tabel 32.Data Hasil Pengukuran Penguatan Antena Pada Masing-
Masing Antena Perencanaan Yagi ½ λ Reflektor Sudut Berupa Lembaran Alumunium Padat pada Tiap-Tiap Channel TV Di Daerah Pegunungan ........................................... 73
Tabel 33.Perhitungan Uji t Untuk Daerah Pegunungan.............................. 74
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Perencanaan Antena Yagi Untuk Masing-Masing Penerimaan Chanel Stasiun Televisi UHF .......................... 43
Lampiran 2. Data Pengukuran Penguatan Sinyal Antena Yagi Untuk
Masing-Masing Antena Perencanaan .................................. 61
Lampiran 3. Data Hasil Pengukuran Penguatan Antena Pada Masing-Masing Antena Perencanaan Yagi ½ λ Reflektor Sudut Berupa Jala-Jala Alumunium dan Lembaran Alumunium Padat pada Tiap-Tiap Channel TV Di Daerah Pesisir Pantai ........................................................... 71
Lampiran 4. Data Hasil Pengukuran Penguatan Antena Pada Masing-
Masing Antena Perencanaan Yagi ½ λ Reflektor Sudut Berupa Jala-Jala Alumunium dan Lembaran Alumunium Padat pada Tiap-Tiap Channel TV Di Daerah Pegunungan ............................................................. 73
Lampiran 5. Rangkaian Pengukuran Antena UHF Jenis Yagi ½λ
Dengan Menggunakan Reflektor Bidang Sudut Permukaan Kawat Alumunium Bentuk Jala-Jala ................ 75
Lampiran 6. Rangkaian Pengukuran antena UHF jenis Yagi ½λ
Menggunakan Reflektor Bidang Sudut Permukaan Lembaran Alumunium Padat ............................................... 76
xiv
DAFTAR GRAFIK
Halaman Grafik 1. Hubungan Diameter Batang Konduktor, Faktor Koreksi K
dan Resistansi Saat Resonansi ................................................... 17
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan kemajuan elektronika dan komunikasi berlangsung
demikian cepat. Hal ini ditandai dengan teknologi-teknologi baru yang
bermunculan dari berbagai bidang. Pertukaran informasi dari suatu tempat ke
tempat lain semakin lancar dan mudah dijangkau, baik melalui telepon,
internet, televisi maupun radio.
Salah satu media yang mengalami kemajuan pesat adalah televisi. Pada
saat ini di Indonesia banyak bermunculan televisi swasta. Masing-masing
berlomba untuk menyuguhkan acara-acara yang menarik, baik itu berupa
informasi tentang pendidikan, teknologi, ekonomi, politik maupun hiburan.
Transfer informasi dari stasiun pemancar dan penerima tidak lepas dari
istilah transmitter dan receiver, dan salah satu alat yang paling penting adalah
antena. Dengan adanya antena, gelombang elektromagnetik dapat diterima
dan dipancarkan. Pada dasarnya dalam dunia komunikasi dikenal antena
vertikal dan antena horisontal, sebutan antena vertikal dan horisontal ini
didasarkan pada polarisasi dari rambatan gelombang elektromagnetiknya.
Model antena yang banyak dikenal adalah antena Yagi, yaitu suatu antena
yang dirancang oleh Profesor Uda dan disempurnakan Hidetsugu Yagi.
Dibandingkan dengan yang lainnya antena Yagi memiliki efek pengarahan
dan penguatan yang lebih baik.
2
Menurut Adimas A.I, (1995 : 16) besar jarak penerimaan yang dapat
dilakukan oleh antena penerima televisi terbagi menjadi tiga kelompok yaitu
Local Area (0 – 30 Km), Fringe Area (35 – 75 Km), Deep Fringe Area (75 –
200 Km). Pada daerah yang jauh dari pemancar (misal daerah Deep Fringe
Area) sinyal televisi yang diterima sangat lemah. Untuk mendapatkan gambar
yang baik, antena televisi dibuat tinggi dan biasanya dibantu pula dengan
penguat antena (booster). Selain dengan cara tersebut juga diperlukan suatu
antena dengan daya yang besar. Daya yang besar diperoleh dari penguatan
yang tinggi dari suatu antena.
Antena Yagi adalah salah satu contoh antena yang banyak dipakai oleh
masyarakat. Antena Yagi terdiri dari antena dipole lipat (folded dipole)
setengah gelombang (½λ) yang ditambah pemantul (reflector) dibelakangnya
dan beberapa pengarah (director) di depannya. Pada frekuensi UHF (Ultra
High Frequency) biasanya digunakan antena Yagi yang menggunakan
reflektor bidang sudut. Bidang sudut di sini maksudnya adalah suatu
permukaan baik berupa jala-jala dari kawat alumunium maupun dari
permukaan berupa lembaran alumunium yang membentuk bidang sudut.
Dari uraian di atas timbul permasalahan adakah perbedaan penguatan
sinyal antara antena UHF jenis Yagi ½λ yang menggunakan reflektor bidang
sudut permukaan kawat alumunium bentuk jala-jala dengan antena UHF jenis
Yagi ½λ yang menggunakan reflektor bidang sudut permukaan lembaran
alumunium padat pada daerah berpenghalang (deep fringe area).
3
B. Permasalahan
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan diteliti
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana penguatan sinyal antena UHF jenis Yagi ½λ menggunakan
reflektor bidang sudut permukaan kawat alumunium bentuk jala-jala
dengan antena UHF Yagi ½λ menggunakan reflektor bidang sudut
permukaan lembaran alumunium padat pada daerah berpenghalang (deep
finge area).
2. Adakah perbedaan penguatan sinyal antena antara menggunakan reflektor
bidang sudut permukaan kawat alumunium bentuk jala-jala dengan antena
UHF Yagi ½λ menggunakan reflektor bidang sudut permukaan lembaran
alumunium padat pada daerah berpenghalang (deep finge area).
C. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan masalah tidak melebar, lebih tertuju dan
terkonsentrasi pada permasalahan yang akan dibahas, maka skripsi ini hanya
disajikan pembahasan sebagai berikut :
1. Penelitian ini hanya meneliti besar penguatan Antena Yagi ½λ
menggunakan reflektor bidang sudut permukaan bentuk jala-jala
alumunium dan Antena Yagi ½λ menggunakan reflektor bidang sudut
permukaan lembaran alumunium padat.
2. Antena Yagi ½λ yang diteliti adalah antena yagi dengan 7 direktor.
3. Penelitian ini tidak memperhitungkan terjadinya refraksi, difraksi, refleksi,
dan absorbsi.
4
4. Pengukuran dilakukan masih menggunakan penguat antena/booster.
5. Pengukuran dilakukan di daerah yang termasuk Deep Fringe Area (75 –
200 Km), meliputi 2 tempat yaitu daerah pesisir pantai dan pegunungan
masing-masing pada satu daerah.
D. Penegasan Istilah
1. Perbedaan adalah suatu selisih dari kesamaan yang ada di antara dua atau
lebih komponen untuk mendapatkan hasil dan mutu kualitas dari perlakuan
yang dilakukan. (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan
Pengembangan bahasa, 1976 : 104).
2. Penguatan Sinyal Antena
Penguatan sinyal antena adalah perbandingan antara tenaga yang diserap
oleh antena tertentu dari gelombang sinyal dengan tenaga yang diserap
oleh antena standard, dalam keadaan tepat sama. (Ichwan Haryadi, 1981 :
92).
3. Antena UHF Yagi ½λ
Antena UHF adalah piranti dan alat untuk memancarkan atau menerima
gelombang elektromagnetik pada UHF atau gelombang yang sangat tinggi.
Sedang jenis Yagi ½λ yaitu terdiri dari antena dipole setengah gelombang
yang ditambah reflektor di belakangnya dan beberapa direktor di
depannya. (Wasito, 1989 : 304). Pada penelitian ini antena Yagi yang
digunakan adalah antena Yagi ½λ yang menggunakan reflektor bidang
sudut permukaan berupa jala-jala alumunium dan antena Yagi ½λ yang
5
menggunakan reflektor bidang sudut permukaan berupa lembaran
alumunium padat.
4. Daerah Deep Fringe Area
Daerah Deep finge Area adalah jarak penangkapan antara 75 – 200 Km
atau daerah yang dibatasi oleh lengkungan bumi. (Adimas A.I, 1995 : 16).
Dari penegasan istilah di atas maka dapat diambil pengertian bahwa
penelitian ini bermaksud untuk mengetahui sejauh mana perbedaan penguatan
sinyal antena antara antena UHF Jenis Yagi ½λ yang menggunakan reflektor
bidang sudut permukaan berupa jala-jala yang terbuat dari alumunium dan
antena UHF jenis Yagi ½λ yang menggunakan reflektor bidang sudut
permukaan berupa lembaran alumunium padat pada penerimaan antara 75 –
200 Km dari pemancar atau stasiun relay.
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan penguatan sinyal antena UHF
jenis Yagi menggunakan reflektor bidang sudut permukaan bentuk jala-
jala alumunium dengan antena UHF yagi menggunakan reflektor bidang
sudut permukaan lembaran alumunium padat pada daerah berpenghalang
(Deep Fringe Area).
2. Untuk mengetahui antena Yagi dengan reflektor mana yang memiliki
penguatan daya sinyal antena yang lebih besar baik di daerah pantai
maupun pegunungan yang termasuk daerah Deep Fringe Area.
6
F. Manfaat Penelitian
Suatu penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan yang
berarti, baik bagi peneliti maupun bagi pembaca. Adapun manfaat dari hasil
penelitian ini adalah :
1. Bagi perancang untuk dapat mengukur suatu sensitivitas penguatan sinyal
antena dari antena UHF jenis Yagi ½λ menggunakan reflektor bidang
sudut permukaan kawat alumunium bentuk jala-jala dan antena UHF Yagi
½λ menggunakan reflektor bidang sudut permukaan lembaran alumunium
padat.
2. Diharapkan dapat membantu masyarakat pada daerah deep fringe area
khususnya daerah pantai dan pegunungan dalam memilih jenis antena
dengan penguatan tinggi sehingga dapat menikmati siaran TV tanpa
banyak gangguan.
G. Sistematika Skripsi
1. Bagian awal, berisi : halaman judul, sari, halaman pengesahan, motto dan
persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel, daftar
lampiran dan daftar grafik.
2. Bagian utama skripsi :
BAB I Pendahuluan, berisi : latar belakang, permasalahan, pembatasan
masalah, penegasan istilah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
sistematika skripsi.
BAB II Landasan Teori, berisi : gelombang elektromagnet, daerah
penangkapan sinyal televisi, jenis-jenis antena, penguatan sinyal antena,
frekuensi dan kanal televisi, booster, dan kerangka berpikir.
7
BAB III Metode Penelitian berisi : jenis penelitian, populasi dan sampel,
variabel penelitian, metode pengambilan data, metode analisis data dan
hipotesis.
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi : hasil penelitian,
pembahasan, keterbatasan penelitian.
BAB V Penutup, berisi : simpulan, saran dan daftar pustaka.
3. Bagian akhir skripsi berisi lampiran.
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Gelombang Elektromagnet
Gelombang televisi di udara merupakan gelombang elektromagnetik,
dan setelah diterima antena ke televisi penerima dirubah menjadi gelombang
listrik dengan frekuensi dan bentuk yang sesuai dengan gelombang
elektromagnetik yang diterima. Gelombang radio, gelombang televisi dan
gelombang-gelombang lainnya mempunyai batas frekuensi sendiri-sendiri.
Batas seluruh frekuensi gelombang elektromagnetik dinamakan spektrum
elektromagnetik. Spektrum elektromagnetik meliputi daerah batas gelombang
dengan frekuensi yang rendah sampai frekuensi sangat tinggi. Pembagian
spektrum elektromagnetik adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Pembagian Spektrum Eletromagnetik
Singkatan dan Kepanjangan Pembagian Spektrum
Elektromagnetik Arti Frekuensi
(MHz)
Panjang Gelombang
(m) VLF (Very Low Frequency) Frekuensi sangat rendah 0,01 – 0,03 30.000 – 10.000
LF (Low Frequency) Frekuensi rendah 0,03 – 0,3 10.000 – 1000
MF (Medium Frequency) Frekuensi sedang 0,3 – 3 1000 – 100
HF (High Frequency) Frekuensi tinggi 3 – 30 100 – 10
VHF (Very High Frequency) Frekuensi sangat tinggi 30 – 300 10 – 1
UHF (Ultra High Frequency) Frekuensi ultra tinggi 300 – 3000 1 – 0,1
SHF (Super High Frequency) Frekuensi Super tinggi 3000 – 30.000 0,1 – 0,001
(Ichwan Haryadi, 1981 : 82)
9
Dari tabel di atas terlihat bahwa masing-masing gelombang
mempunyai batasan daerah frekuensi sendiri-sendiri yang dipergunakan untuk
berbagai macam jenis komunikasi. Gelombang radio dalam bentuk gelombang
elektromagnet yang dipancarkan ke udara akan bergerak dari antena pamancar
ke segala arah, dengan antena pemancar sebagai pusat pancaran.
Pada umumnya gelombang elektromagnet dengan frekuensi tinggi
yang dipancarkan oleh pemancar disebut gelombang radio atau gelombang
RF. Manurut Adimas A.I, (1994 : 20) gelombang RF dibagi menjadi 2
kelompok, yaitu gelombang langit (Sky Wave) dan gelombang darat (Ground
wave).
Gambar 1. Gelombang Elektromagnet yang dipancarkan ke udara
(Ichwan Haryadi, 1981 : 83)
Penyebaran gelombang elektromagnet ke udara tidak mungkin
berjalan mulus namun ada hal-hal yang mempengaruhi jalannya gelombang
elektromagnetik, pengaruh tersebut yaitu :
1. Defraksi (Defraction)
Yaitu sedikit membeloknya arah gelombang. Hal ini terjadi ketika
gelombang mengenai atau melalui ujung suatu benda (rintangan). Defraksi
termasuk pengaruh yang penting terhadap gelombang yang berfrekuensi
rendah.
10
2. Pantulan (Reflection)
Pantulan terjadi bila gelombang membentur suatu benda dan
gelombang tersebut memantul. Pantulan dari gelombang tersebut dapat
saja memiliki intensitas kuat dan dapat pula lemah, tergantung dari
bagaimana keadaan refleksi terjadi.
3. Refraksi (Refraction)
Yaitu membeloknya gelombang ketika gelombang berjalan dari
suatu bahan perantara ke bahan perantara lain. Refraksi sering kali
menghasilkan pembelokkan gelombang radio turun ke bawah, sehingga
gelombang-gelombang berjalan mengikuti lengkungan bumi.
4. Penyerapan (Absorpsi)
Penyerapan gelombang terjadi jika bahan perantara menyerap
energi gelombang. Bahan ini menyerap jika mempunyai tahanan jenis
listrik tertentu.
Gambar 2. Berbagai Macam Pengaruh Terhadap Jalannya Gelombang Elektromagnetik
Pemancar Absorbsi
Lapisan Ionosfer
Gedung
Refraksi
Refleksi
Defraksi
11
B. Daerah Penangkapan Sinyal Televisi
Menurut Adimas A.I., (1995 : 16) secara garis besar panangkapan
yang dapat dilakukan oleh antena penerima TV terbagi menjadi tiga kelompok
besar, yaitu :
1. Kelompok Lokal
Termasuk dalam kelompok yang memiliki jarak penangkapan pendek,
yaitu antara 0 – 30 Km. Biasanya jenis antena yang digunakan adalah
”telescope tunggal” atau ”telescope ganda”, dimana isyarat yang diterima
termasuk dalam kategori VHF.
2. Kelompok Menengah
Sering disebut ”fringe area”, yaitu kelompok dengan jarak penangkapan
antara 30 – 75 Km.
3. Kelompok Pinggir Lingkaran Ujung
Disebut juga dengan ”deep fringe area” dengan jarak penangkapan antara
75 – 200 Km, atau sampai dengan dibatasi oleh lengkungan bumi.
Dari pernyataan di atas jelas bahwa daerah deep fringe area
merupakan daerah penangkapan dengan jarak terjauh dari pemancar televisi
atau stasiun relay. Pada daerah-daerah yang terletak jauh dari pemancar
televisi, lebih-lebih bila terhalang dengan gunung, maka isyarat yang sampai
pada antena penerima sangat lemah. Sinyal pemancar televisi dapat diterima
dengan baik hanya sebatas garis pandang, sehingga jika suatu daerah terletak
dekat dengan stasiun pemancar atau stasiun relay tetapi terhalang oleh
lengkungan bumi atau bukit, maka penerimaan sinyal juga akan melemah.
12
C. Jenis-jenis Antena
Antena adalah piranti atau alat untuk memancarkan atau menerima
gelombang elektromagnet (Wasito, 1989 : 304). Pada saat ini banyak jenis
antena yang digunakan untuk penerima jalur UHF. Jenis-jenis antena
disesuaikan dengan band frekuensi yang bersangkutan, dalam hal ini adalah
band frekuensi UHF. Jenis-jenis antena antara lain :
1. Antena V
Jenis antena V ganda dapat ditemui dalam bentuk antena untuk
jalur VHF tinggi, tetapi dengan modifikasi dan posisi yang sedemikian
rupa ternyata jenis ini dapat pula digunakan untuk jalur UHF. Konstruksi
dari antena ini yaitu panjang masing-masing elemen 55 Inchi. Rentangan
elemen-elemen membentuk sudut V dengan sudut 500 sampai 550,
sedangkan jarak antara elemen yang atas dan yang bawah sekitar 12 Inchi.
kedua elemen (atas dan bawah) dihubungkan dengan batang penghubung,
dan jalur transmisi dihubungkan dengan titik tengah batang dari
penghubung tersebut. Saluran transmisi yang digunakan biasanya
mempunyai impedansi 300 Ohm. Angka penguatan sinyal antena ini
berubah-ubah dari 6 dB pada frekuensi 500 MHz sampai sekitar 11 dB
pada frekuensi 900 MHz.
Gambar 3. Antena V (Ichwan Haryadi, 1981 : 120)
13
2. Antena Rhombik
Antena rhombik ini mempunyai sifat pengarahan yang baik dan
mempunyai band frekuensi yang sangat lebar, sehingga baik digunakan
untuk kanal UHF. Antena ini mempunyai sifat-sifat yang serupa dengan
antena V. Hasil penguatan sinyal antena Rhombik berubah-ubah dari 2 dB
pada frekuensi 500 MHz sampai sekitar 9 dB pada frekuensi 900 MHz.
Gambar 4. Antena Rhombik dipandang dari atas
(Ichwan Haryadi, 1981 : 122) 3. Antena Segitiga
Gambar 5. Antena Segitiga dipandang dari depan
(Ichwan Haryadi, 1981 : 121)
Antena segitiga juga dinamakan antena kipas (fans antenna) atau
”bow tie” (antena hubung simpul). Keuntungan antena jenis antena ini
1300
1300
470 Ω
Transmisi
55 “55 “
55 “ 55 “
550 550
16 Inchi
700700
14
adalah sederhana, mempunyai efisiensi yang besar serta mempunyai
karakteristik lebar band yang luas. Saluran transmisi yang digunakan bisa
berimpedansi 300 Ohm dan bisa pula 75 Ohm. Meliputi daerah frekuensi
antara 450 Mhz sampai 900 MHz.
4. Antena Yagi ½ λ
Dalam usaha meningkatkan pengarahan dan diperoleh daya dari
antena maka pada antena diberikan elemen-elemen lain agar sinyal
terpusat dalam satu arah tertentu. Salah satu teknik pengarahan tersebut
adalah model antena Yagi. Antena Yagi merupakan sebuah susunan
parasitik yang terdiri dari sebuah antena dua kutub setengah gelombang
yang didorong sebuah elemen pemantul parasitik tunggal dan satu atau
beberapa buah elemen pengarah yang masing-masing dipotong agar
bekerja seakan-akan elemen yang terdahulu adalah elemen didorong
sehingga keseluruhan struktur akan mengecil sesuai dengan arah rambatan.
Antena Yagi menggunakan antena dua kutub yang selanjutnya
disebut driven element, ditambah dengan beberapa elemen parasitik.
Elemen parasitik berguna untuk menaikkan efisiensi daya dan
mengarahkan radiasi pada satu sisi.
Elemen parasitik terdiri dari elemen pemantul dan elemen-elemen
pengarah. Elemen pemantul berfungsi untuk memantulkan sebagian energi
ke antena dua kutub. Sedangkan elemen pengarah berfungsi untuk
mengarahkan sebagian energi ke antena dua kutub.
Untuk penggunaan pada UHF, elemen reflektor tunggal Yagi
biasanya digantikan dengan sebuah permukaan pemantul bidang (plane
reflecting surface), baik yang berupa sebuah permukaan rata atau suatu
15
sudut dari dua permukaan. Permukaan yang memantulkan ini dapat berupa
logam padat, atau dapat juga berupa jala-jala kawat atau suatu jaringan
batang-batang logam yang saling dihubungkan. Dengan reflektor sudut
diperoleh keterarahan yang sedikit lebih tajam.
Gambar 6. Antena Yagi ½λ reflektor tunggal (Ichwan Haryadi, 1981 : 114)
Gambar 7. Antena Yagi ½λ reflektor bidang sudut (Henry Jasik, 1961 : 11 - 4 )
Pada penelitian ini digunakan dua macam antena UHF, yaitu jenis
Yagi yang menggunakan reflektor bidang sudut berupa jala-jala
alumunium dan antena UHF jenis Yagi yang menggunakan reflektor
bidang sudut berupa lembaran alumunium padat. Untuk gambar antena
dengan reflektor jala-jala alumunium dan reflektor lembaran alumunium
padat dapat dilihat di lampiran 5 dan 6 pada halaman 75 serta halaman 76.
16
Untuk dapat melakukan penelitian terhadap kedua antena tersebut terlebih
dahulu diperlukan perencanaan untuk membuat kedua jenis antena. Kedua
jenis antena ini direncanakan sesuai dengan chanel dan frekuensi
pemancar televisi yang ada.
Adapun stasiun dan chanel TV yang ada adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Tabel Stasiun dan Chanel Televisi di Indonesia
No. Stasiun TV Chanel (UHF)
Frekuensi Pembawa Gambar (MHz)
Frekuensi Pembawa Suara (MHz)
1. ANTV 25 503,25 508,75
2. INDOSIAR 27 519,25 524,75
3. TRANSTV 29 535,25 540,75
4. TPI 31 551,25 556,75
5. RCTI 33 567,25 572,75
6. SCTV 35 583,25 588,75
7. GLOBALTV 37 599,25 604,75
8. LATIVI 39 615,25 620,75
9. TV7 41 631,25 636,75
10. METROTV 43 647,25 652,75
(Adimas A.I., 2001 : 31)
a) Perencanaan Antena Yagi ½ λ
Antena Yagi menggunakan beberapa elemen, yaitu : elemen
driver, reflektor dan direktor. Masing-masing elemen tersebut
direncanakan sesuai dengan frekuensi pada chanel stasiun televisi yang
bersangkutan. Jadi terdapat perencanaan 10 buah antena Yagi ½ λ
untuk 10 buah stasiun TV jalur UHF.
Untuk mendapatkan panjang gelombang (λ) berlaku persamaan
λ = c/f, dengan c = 3.108 meter/detik.
17
Panjang driver adalah ½ λ, dengan λ adalah c/f. Jadi ½ (c/f)
atau ½ (3 . 108)/f = 150/f meter, frekuensi dalam MHz. Ini adalah
panjang listrik atau panjang ruang bebas bagi antena tersebut
(electrical length/free space length). Antena terbentang antara tanah
dan udara. Antena membutuhkan penyekat terhadap tanah. Udara dan
penyekat menyebabkan efek kapasitif sehingga mempengaruhi
kecepatan rambat gelombang elektromagnet. Oleh karena itu, panjang
antena ½ λ dikoreksi dengan faktor K menjadi (150 K/f) meter dan ini
adalah panjang mekanik (LDE) atau panjang fisik antena (physical
length). Besar nilai K dapat dilihat pada grafik 1, yaitu tergantung
pada besar perbandingan ½ λ terhadap diameter batang konduktor
(bahan antena). Semakin besar diameter batang konduktor, semakin
kecil perbandingan ½ λ terhadap diameter batang konduktor, dan
semakin kecil nilai K, sehingga ukuran panjang antena semakin
pendek. (Karim, A. 1993 : 80).
Grafik 1. Hubungan Diameter Batang Konduktor, Faktor Koreksi K dan Resistansi Saat Resonansi
18
Panjang reflektor adalah panjang fisik antena (LDE) ditambah
dengan 0,1λ. Karena dalam penelitian ini digunakan reflektor sudut
tentu reflektor berbentuk segi empat dengan dimensi panjang dan
tinggi. Panjang merupakan panjang reflektor (LR) = LDE + 0,1λ, dan
tinggi adalah 0,7 λ. (Henry Jasik, 1961 : 11-4).
Direktor dalam penelitian direncanakan berjumlah 7 buah.
Karena penggunaan direktor yang lebih dari satu akan mempengaruhi
faktor pemendekannya, untuk elemen direktor kedua 0,005 lebih
pendek dari direktor pertama dan seterusnya. Panjang masing-masing
direktor adalah sebagai berikut :
Direktor 1 (D1) = LDE – 0,01 λ
Direktor 2 (D2) = D1 – 0,015 λ
Direktor 3 (D3) = D2 – 0,02 λ
Direktor 4 (D4) = D3 – 0,025 λ
Direktor 5 (D5) = D4 – 0,03 λ
Direktor 6 (D6) = D5 – 0,035 λ
Direktor 7 (D7) = D6 – 0,04 λ
Jarak masing-masing elemen pada antena Yagi adalah sebagai
berikut :
Jarak reflektor ke driver = 0,35λ
Jarak driver ke direktor 1 = 0,14λ
Jarak direktor 1 ke direktor 2 = 0,18λ
19
Jarak direktor 2 ke direktor 3 = 0,25λ
Jarak direktor 3 ke direktor 4 = 0,27λ
Jarak direktor 4 ke direktor 5 = 0,30λ
Jarak direktor 5 ke direktor 6 = 0,35λ
Jarak direktor 6 ke direktor 7 = 0,36λ, dan untuk direktor selanjutnya
memakai jarak 0,35 – 0,42λ (Anonim, 1974 : 153).
Perhitungan untuk Antena Yagi Perencanaan masing-masing
penerimaan chanel stasiun televisi UHF dapat dilihat pada lampiran 1.
b) Pengukuran Antena
Alat yang digunakan dalam penelitian penguatan sinyal antena
adalah :
1) Televisi warna
Merk : TOSHIBA
Type : PN 14323M
2) File Level Checker
Merk : LEADER Power Suplay : 12 V
Type : LFC 944C Impedansi Input : 75 Ohm
Band VHF – UHF Attenuator : 80 dB
3) Booster
Merk : Tanaka
Impedansi Input : 75 Ohm
Frekuensi : 48,5 – 956 MHz
20
Alat ukur ini digunakan untuk mengukur penguatan sinyal
antena yang diterima oleh antena penerima UHF jenis Yagi ½ λ
reflektor alumunium jala-jala dan reflektor alumunium padat di daerah
pesisir pantai dan di daerah pegunungan.
Langkah ekperimen yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
dengan melakukan pengukuran penguatan sinyal antena perencanaan
sesuai pada chanel dan frekuensi stasiun televisi pemancar.
Waktu penelitian : 7 – 10 Maret 2005
Tempat penelitian : Desa Petanjungan, Kecamatan Petarukan,
Pemalang yang berjarak ± 125 Km dari
Stasiun Relay di Semarang sebagai daerah
pesisir pantai dan Desa Kajen, Kecamatan
Kajen Pekalongan yang berjarak ± 100 Km
dari stasiun Relay di Semarang sebagai daerah
pegunungan.
Langkah-langkah Penelitian :
Mempersiapkan alat-alat yang digunakan dalam penelitian, yaitu :
1. TV warna
2. File Level Checker
3. Antena UHF Yagi ½ λ reflektor alumunium jala
4. Antena UHF Yagi ½ λ reflektor alumunium padat
5. Kabel koaksial 75 Ohm
6. Booster
21
7. Alat tulis
Setelah mempersiapkan alat-alat yang diperlukan, pasang
antena bentuk I dan arahkan ke stasiun pemancar. Pengukuran antenna
dilakukan dengan mengukur penguatan sinyal antenna yang diterima
antenna perencanaan.
Setelah melakukan pengukuran maka masukkan data
pengukuran dalam tabel.
Tabel 3. Tabel Pengumpulan Data
No. Stasiun TV Channel (UHF) Penguatan (dB) 1. ANTV 25 2. Indosiar 27 3. Trans TV 29 4. TPI 31 5. RCTI 33 6. SCTV 35 7. TV Global 37 8. Lativi 39 9. TV 7 41 10. Metro TV 43
Gambar Langkah Eksperimen
Gambar 8. Hubungan untuk pengukuran penguatan sinyal antena UHF Yagi ½ λ dengan menggunakan reflektor bidang sudut.
Televisi Warna
Booster
FLC
Antena
22
5. Antena Konis
Antena Konis merupakan salah satu antena luar rumah dengan
pemasangan elemen dalam bentuk lain. Di sini susunan elemen dari antena
dibuat membentuk sudut kecil. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat
sebagaimana gambar berikut :
Gambar 9. Antena Konis
(Adimas Ari Irawan, 1994 : 77)
Antena ini memiliki keistimewaan yaitu memiliki lebar band yang
baik, sehingga hanya dengan satu antena saja sudah bisa mencakup seluruh
chanel VHF.
D. Penguatan Sinyal Antena
Penguatan (gain) antena adalah perbandingan antara kemampuan dari
antena tertentu dalam menyerap sinyal televisi dengan kemampuan menyerap
sinyal yang dilakukan oleh antena standard (Adimas A.I, 1994 : 34).
Perbandingan kemampuan penyerapan dari kedua antena itu harus dalam
keadaan sinkron, artinya harus dalam keadaan tepat sama.
Pada umumnya untuk membandingkan angka penguatan sinyal antena
dari kedua antena terlebih dahulu digunakan antena referensi yang digunakan
Proyektor
Reflektor
Transmisi
23
sebagai pembanding. Antena yang digunakan sebagai pembanding antara lain
antena isotropis, antena dipole, dan antena bumi. Antena dipole merupakan
antena yang sering digunakan sebagai antena referensi karena sederhana.
Sedangkan dalam industri antena yang dipakai untuk pembanding adalah
antena isotropis. Penguatan daya dengan antena pembanding antena isotropis
biasanya dituliskan dalam satuan deciBel dibanding isotropis, dan sering
dituliskan sebagai dBi (deciBel di atas isotropis).
Untuk membandingkan suatu antena dengan antena lain, dipakai 7
buah hukum dasar yang memberi keakuratan performans antena (Anonim, tth
: 16). Ketujuh buah hukum dasar itu adalah :
Hukum 1. Antena pembanding yang paling mendasar adalah antena isotropis
yang dipakai sebagai referensi penguatan daya 0 desibel
(dBi/deciBel di atas isotropis).
Hukum 2. Penguatan dari antena dipole ½λ adalah 2,1 dB di atas isotropis.
Hukum 3. Penguatan sinyal antena dengan Quad loop satu elemen (elemen
driver) adalah 4,1 dBi (deciBel di atas antena isotropis) atau 2 dB
di atas antena dipole.
Hukum 4 Penguatan sinyal antena yang mempunyai sebuah reflektor atau
direktor adalah sebesar 5 dB di atas penguatan sinyal antena
dengan elemen driver tersebut.
Hukum 5. Penambahan penguatan daya yang disebabkan penambahan
elemen director ada berbagai ketentuan; untuk penambahan satu
elemen pengarah menyebabkan penambahan penguatan sebesar 2
dB, penambahan selanjutnya memberikan penambahan penguatan
sebesar 1 dB, tiap-tiap penambahan satu director.
24
Hukum 6. Bila kedua pemantul dan pengarah dipakai bersama-sama, maka
penguatan dari pemantul tersebut mengalami penurunan dari 5 dB
menjadi 3 dB.
Hukum 7. Penguatan sinyal antena yang diukur dalam bidang vertikal tidak
boleh dihitung lagi dalam bidang horisontal atau berbagai versi
lain.
E. Frekuensi dan Kanal Televisi
Penggunaan frekuensi dilakukan pada jalur-jalur yang disepakati
secara internasional. Namun demikian banyak negara-negara di dunia yang
menggunakan ketetapan sistem televisi yang tidak sama, karena adanya
perbedaan inilah maka untuk televisi monokrom terbagi dalam dua sistem,
yaitu sistem Federal Communication Commision (FCC) yang digunakan
Amerika, Kanada, Jepang, Timur Jauh, Amerika Latin, dan sitem Comite
Consultatif International des Radio (CCIR) yang digunakan di negara-negara
Eropa Barat termasuk juga Indonesia.
Sedangkan untuk TV warna juga menerapkan dua sistem, yaitu sistem
National Television System Committee (NTSC) yang mulai diterapkan di
Amerika Serikat tahun 1953, dan satunya lagi adalah sistem Phase Alternating
Line (PAL), Indonesia menggunakan sistem PAL.
Pembagian frekuensi dan kanal televisi untuk jalur VHF dan UHF
yang digunakan di Indonesia terlihat pada Tabel 4 berikut :
25
Tabel 4. Frekuensi dan kanal televisi untuk frekuensi VHF dan UHF yang digunakan di Indonesia
Nama Kanal Nomor
Kanal
Jalur Frekuensi
(MHz)
Pembawa Gambar
(MHz)
Pembawa Suara
(MHz)
VHF I (VHF Rendah)
2 3 4
47 – 54 54 – 61 61 – 68
48,25 55,25 62,25
53,75 60,75 67,75
VHF II (VHF Tinggi)
5 6 7 8 9 10 11 12
174 – 181 181 – 188 188 – 195 195 – 202 202 – 209 209 – 216 216 – 223 223 – 230
175,25 182,75 189,25 196,25 203,25 210,25 217,25 224,25
180,75 187,75 194,75 201,75 208,75 215,75 222,75 229,75
UHF
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
69
470 – 478 478 – 486 486 – 494 494 – 502 502 – 510 510 – 518 518 – 526 526 – 534 534 – 542 542 – 550 550 – 558 558 – 566 566 – 574
854 - 862
471,25 479,25 487,25 495,25 503,25 511,25 519,25 527,25 535,25 543,25 551,25 559,25 567,25
855,25
476,75 484,75 492,75 500,75 508,75 516,25 524,75 532,75 540,75 548,75 556,75 564,75 572,75
860,75 (Adimas A.I, 1996 : 31)
Tabel 4 Menunjukkan penguatan kanal dan jalur transmisi untuk VHF
rendah, VHF tinggi dan jalur UHF. Stasiun-stasiun TV di Indonesia
menggunakan kanal 2 sampai dengan 69. Secara keseluruhan mencakup tiga
jalur frekuensi yang berlainan. Untuk VHF jalur I, adalah dari kanal 2 sampai
26
dengan 4, VHF jalur II adalah dari kanal 5 sampai dengan 12, sedangkan
untuk jalur UHF dari kanal 21 sampai dengan 69. Pada kanal 13 sampai
dengan 20 digunakan untuk keperluan khusus (telekomunikasi).
Setiap kanal/saluran mengalami selisih kenaikan 8 MHz dan pembawa
gambar terpaut 5,5 MHz terhadap pembawa suara.
F. Booster
Booster merupakan seperangkat rangkaian elektronik yang berfungsi
untuk menguatkan sinyal atau isyarat televisi yang telah diterima oleh antena
yang kemudian dikirim ke pesawat televisi. Booster mempunyai sistem
penguatan yang berbeda-beda, misalnya booster jalur VHFH (Very High
Frequency High), jalur VHFL (Very High Frequency Low), jalur UHF, jalur
VHF + UHF dengan saklar elektronik, booster antena dengan noise rendah
dan lain-lain.
Dalam penelitian ini menggunakan jalur VHF dan UHF dengan
rangkaian pencampur. Dalam booster terdapat rangkaian :
1. Penyaring pelewat frekuensi rendah (Low Pass Frequency Filter) dan
penyaring pelewat frekuensi tinggi (High Pass Frequency Filter).
2. Pencampur – pembuang jalur (Chanel Elimination Filter) dan penyaring
pelewat jalur frekuensi (Band – Pass Frequency Filter).
3. Bagian penguat.
4. Bagian catu daya.
27
G. Kerangka Berpikir
Antena merupakan piranti atau alat untuk memancarkan atau
menerima gelombang elektromagnetik. Gelombang elektomagnetik dengan
frekuensi tinggi yang dipancarkan antena pemancar disebut gelombang radio.
Gelombang radio membawa sinyal-sinyal informasi dari antena pemancar ke
antena penerima.
Antena pemancar didesain untuk memancarkan sinyal-sinyal
gelombang radio ke udara atau ruang hampa, sedangkan antena penerima
harus berkemampuan untuk menangkap sebanyak mungkin gelombang
elektromagnetik. Sinyal radio yang dipancarkan antena merambat melalui
bermacam-macam lintasan, sebagai ground wave, sky wave, maupun space
wave.
Antena penerima berfungsi untuk menangkap sinyal-sinyal gelombang
elektromagnetik yang dipancarkan oleh antena pemancar. Sebagai penerima
sinyal atau isyarat maka suatu antena penerima harus memiliki tiga sifat
pokok penting, yaitu angka penguatan sinyal antena, sifat pengarahan, dan
sifat-sifat lebar band antena. Penguatan sinyal antena adalah salah satu sifat
pokok yang mempengaruhi baik buruknya kapasitas sinyal yang diterima oleh
antena. Penguatan sinyal antena adalah sebanding dengan ukurannya dan
berbanding terbalik dengan panjang gelombangnya.
Daerah penerimaan yang jauh dari pemancar memerlukan antena
penerima dengan penguatan tinggi. Jenis antena dengan penguatan tinggi
diantaranya adalah antena Yagi. Antena Yagi adalah antena yang terdiri dari
28
antena dipole ½λ yang ditambah reflector dan director di belakangnya,
sedangkan untuk jalur UHF biasanya digunakan reflector bidang sudut baik
berupa jala kawat alumunium maupun reflector bidang sudut berupa
lembaran alumunium.
Untuk mengetahui antena Yagi dengan reflector mana yang lebih
tepat untuk melakukan penerimaan, maka dilakukan pengukuran dan
membandingkan antara dua antena tersebut dengan menghitung penguatan
sinyal antena pada masing-masing antena pada tiap-tiap chanel televisi pada
daerah Deep Fringe, yaitu daerah yang jauh dari pemancar dan terhalang oleh
lengkungan bumi atau pegunungan.
Daerah deep fringe area merupakan daerah penangkapan dengan jarak
terjauh dari pemancar televisi atau stasiun relay. Pada daerah-daerah yang
terletak jauh dari pemancar televisi, lebih-lebih bila terhalang dengan gunung,
maka sinyal yang sampai pada antena penerima sangat lemah. Sinyal
pemancar televisi dapat diterima dengan baik hanya sebatas garis pandang,
sehingga jika suatu daerah terletak dekat dengan stasiun pemancar atau stasiun
relay tetapi terhalang oleh lengkungan bumi atau bukit, maka penerimaan
sinyal juga akan melemah, atau banyak sinyal bayangan setan (Ghost Image).
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam menyusun suatu penelitian, diperlukan suatu langkah-langkah
yang benar sesuai dengan tujuan penelitian, agar penelitian dapat
dipertanggungjawabkan. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode penelitian jenis komparasi, yaitu suatu penelitian dimana
sengaja dibangkitkan sesuatu kejadian atau keadaan, kemudian diteliti
bagaimana perbedaan dan akibatnya. (Suharsimi Arikunto, 1996 : 4).
Komparasi yang dilakukan yaitu dengan melakukan pengukuran-
pengukuran terhadap antena Yagi ½λ yang menggunakan reflektor bidang
sudut permukaan kawat alumunium bentuk jala-jala alumunium dan antena
Yagi ½λ yang menggunakan reflektor bidang sudut permukaan bentuk
lembaran alumunium. Pengukuran yang dilakukan adalah pengukuran
penguatan sinyal antena pada masing-masing chanel televisi. Desain
eksperimen pada penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Tabel 5. Desain eksperimen X Y
Antena UHF jenis Yagi ½λ menggunakan reflektor bidang sudut permukaan kawat alumunium bentuk jala-jala dan antena Yagi ½λ menggunakan reflektor bidang sudut permukaan lembaran alumunium
Pengukuran penguatan sinyal antena Yagi ½λ menggunakan reflektor bidang sudut permukaan kawat alumunium bentuk jala-jala dan antena Yagi ½λ menggunakan reflektor bidang sudut permukaan lembaran alumunium
30
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil
menghitung atau pengukuran kuantitatif maupun kualitatif mengenai
karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan
jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya (Sudjana, 1992 : 6). Populasi
dalam penelitian ini adalah antena UHF jenis Yagi ½λ menggunakan
reflektor bidang sudut permukaan kawat alumuium bentuk jala-jala dan
antena Yagi ½λ menggunakan reflektor bidang sudut permukaan lembaran
alumunium.
2. Sampel Penelitian
Menurut Sudjana (1992 : 6), sampel adalah sebagian dari
populasi yang mencerminkan segala karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah antena jenis Yagi ½λ
menggunakan reflektor bidang sudut permukaan kawat alumunium bentuk
jala-jala dan antena Yagi ½λ menggunakan reflektor bidang sudut
permukaan lembaran alumunium dan tempat pengambilan data adalah di
daerah Pemalang yang berjarak 125 Km dari stasiun relay televisi sebagai
daerah pantai, dan daerah Pekalongan Selatan yang berjarak 100 Km dari
stasiun relay televisi sebagai daerah pegunungan. Teknik pengambilan
sampel adalah total sampling, yaitu mengambil semua populasi sebagai
sampel.
31
C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 1996 : 99). Dalam penelitian
ini yang menjadi objek atau variabel penelitiannya adalah penguatan sinyal
antena yang diukur melalui chanel dari masing-masing stasiun televisi.
D. Metode Pengambilan Data
Data tentang penguatan sinyal antena diperoleh melalui pengukuran
dengan alat File Level Checker, yaitu alat yang digunakan untuk mengetahui
level signal dari suatu pemancar yang diterima oleh televisi penerima pada
suatu daerah tertentu.
E. Metode Analisis Data
Penelitian yang dilakukan termasuk penelitian perbandingan atau
komparatif, yang bertujuan untuk mengetahui adakah perbedaan penguatan
sinyal antena UHF antara jenis Yagi ½λ menggunakan reflekftor bidang sudut
permukaan kawat alumunium bentuk jala-jala dan antena Yagi ½λ
menggunakan reflektor bidang sudut permukaan lembaran alumunium pada
daerah deep fringe area. Analisis data ini sangat penting, karena dari analisa
data nantinya dapat ditarik kesimpulan dari suatu penelitian yang dilakukan.
Dalam menganalisa data diperlukan suatu cara atau metode yang
digunakan untuk menganalisa data yang dipeoleh dari hasil eksperimen. Data
diuji signifikan dengan menggunakan uji t (t-test).
32
Rumus Uji t (Suharsimi Arikunto, 1996 : 300) :
)1(
2
−Σ
=
NNdx
Mdt
Keterangan :
Md = Mean perbedaan dari kelompok satu dengan kelompok dua
Σx2d = Jumlah kuadrat deviasi
N = Jumlah objek
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penggunaan teknik uji
perbedaan mean di sini adalah :
a. Menyusun data yang ada.
b. Membuat tabel persiapan.
c. Memasukkan data dalam tabel persiapan untuk t-test yang terdiri dari 6
kolom dengan cara sebagai berikut :
1. Kolom pertama berisi nomor urut.
2. Kolom kedua berisi data hasil setiap pengukuran antena Yagi ½λ
menggunakan refletor bidang sudut berupa lembaran alumunium.
3. Kolom ketiga berisi data hasil setiap pengukuran antena Yagi ½λ
menggunakan refletor bidang sudut berupa jala-jala alumunium.
4. Kolom keempat berisi nilai selisih dengan simbol D.
5. Kolom kelima berisi deviasi dari mean perbandingan dengan xd = D –
Md, dengan NDMd Σ
= .
6. Kolom keenam berisi deviasi kuadrat dari mean perbedaan (x2d).
33
7. Memasukkan ke dalam rumus t – test dan didapat hasil.
Tabel 6. Persiapan Perhitungan Statistik Uji t
No. X Antena Yagi reflektor lembaran alumunium
Y Antena Yagi reflektor jala-jala alumunium
D xd (D – Md)
x2d
DΣ
dx2Σ
Setelah data dihitung, maka dibandingkan dengan tabel nilai pada taraf
signifikan 5 %. Jika thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima berarti ada
perbedaan penguatan sinyal antena antara antena UHF jenis Yagi ½λ
menggunakan reflektor jala-jala alumunium dengan antena UHF jenis yagi ½λ
menggunakan reflektor lembaran alumunium. Demikian sebaliknya jika thitung
< ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak berarti tidak ada perbedaan penguatan
sinyal antena antara antena UHF jenis Yagi ½λ menggunakan reflektor jala-
jala alumunium dengan antena UHF jenis yagi ½λ menggunakan reflektor
lembaran alumunium.
F. Hipotesis
Dari landasan teori di atas maka di antara antena UHF yang satu
dengan yang lain mempunyai nilai penguatan yang berbeda-beda terhadap
penerimaan tegangan input televisi. Dalam penelitian ini dikemukaan
hipotesis sebagai berikut :
34
Ha : Ada perbedaan penguatan sinyal antara antena UHF jenis Yagi ½λ
menggunakan reflektor bidang sudut permukaan kawat alumunium
bentuk jala-jala dengan antena UHF jenis Yagi ½λ menggunakan
reflektor bidang sudut permukaan lembaran alumunium pada daerah
deep fringe area di daerah pantai dan daerah pegunungan.
Ho : Tidak ada perbedaan penguatan sinyal antara antena UHF jenis Yagi ½λ
menggunakan reflektor bidang sudut permukaan kawat alumunium
bentuk jala-jala dengan antena UHF jenis Yagi ½λ menggunakan
reflektor bidang sudut permukaan lembaran alumunium pada daerah
berpenghalang deep fringe area di daerah pantai dan daerah
pegunungan.
35
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian diambil dari hasil pengukuran antena, yaitu
pengukuran penguatan sinyal antena pada masing-masing antena perencanaan
terhadap chanel stasiun televisi yang ada. Adapun hasil pengukuran penguatan
sinyal antena yang dilakukan di dua tempat, yaitu daerah pesisir pantai dan
daerah pegunungan dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini :
Tabel 7 Data Pengukuran Penguatan Sinyal Antena pada Antena Perencanaan Jenis Yagi ½λ Reflektor Alumunium Jala-Jala dan Reflektor Alumunium Padat pada daerah pengunungan dan daerah pesisir pantai
Penguatan (dB) Daerah Pegunungan
Penguatan (dB) Daerah Pantai No. Stasiun TV Chanel
(UHF) Jala Padat Jala Padat
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
ANTV INDOSIAR TRANSTV TPI RCTI SCTV TVGLOBALLATIVI TV7 MetroTV
25 27 29 31 33 35 37 39 41 43
40 33 35 33 35 33 25 33 27 25
30 31 30 30 32 30 20 30 27 23
54 45 43 44 46 44 33 42 42 37
45 43 40 43 44 42 38 45 36 35
Dari tabel di atas secara umum dapat dilihat bahwa penguatan pada
daerah pesisir pantai lebih besar dibandingkan dengan penguatan sinyal pada
daerah pegunungan. Sedangkan pada daerah pesisir pantai maupun
36
pegunungan antena yagi dengan reflektor alumunium jala-jala hampir selalu
memiliki penguatan yang lebih besar bila dibandingkan dengan antena yagi
dengan menggunakan reflektor lembaran alumunium padat.
Data hasil pengukuran penguatan sinyal antena perencanaan untuk
masing-masing penerimaan stasiun televisi untuk daerah pesisir pantai dan
daerah pegunungan dapat dilihat pada lampiran 2.
Dari hasil pengukuran penguatan sinyal antena terlihat bahwa
penguatan sinyal antena perencanaan tidak selalu mempunyai penguatan yang
terbesar jika dibandingkan dengan yang lain. Hasil pengukuran penguatan
sinyal antena pada daerah pesisir pantai kemudian dihitung, sesuai pada
lampiran 3. Dari hasil perhitungan pada lampiran 3, diperoleh Md sebesar 3,76
dengan Σ D = 37,6 dan N = 10. Dan setelah dimasukkan ke dalam rumus uji
“t” diperoleh nilai t sebesar 8,96. Dengan taraf signifikan 5 % dan derajat
kebebasan N-1 diperoleh ttabel = 2,26.
Hasil pengukuran penguatan sinyal antena pada daerah pegunungan
dihitung sesuai pada lampiran 4. Dari hasil perhitungan pada lampiran 4,
diperoleh Md sebesar 3,65 dengan Σ D = 36,5 dan N = 10. Dan setelah
dimasukkan ke dalam rumus uji “t” diperoleh nilai t sebesar 5,53. dengan taraf
signifikan 5 % dan derajat kebebasan N-1 diperoleh ttabel = 2,26.
37
B. Pembahasan
Dari hasil pengukuran penguatan sinyal diperoleh besarnya penguatan
sinyal antena pada masing-masing channel televisi. Setelah data diperoleh,
kemudian diuji dengan menggunakan uji “t” untuk menguji hipotesis.
Setelah dimasukkan ke dalam uji t cara pendek (short methode) pada
rumus di bab 3, derajat kebebasan atau db dari uji “t” adalah N-1 atau 10 – 1.
dengan taraf signifikan 5 % sehingga ttabel 2,26. Hipotesa nihil yang
menyatakan bahwa tidak ada perbedaan penguatan sinyal antena antara antena
UHF Jenis Yagi ½λ reflektor jala-jala alumunium dengan antena UHF jenis
Yagi ½λ reflektor lembaran alumunium padat pada daerah deep fringe ditolak
jika nilai t yang diperoleh sama dengan atau lebih besar dari 2,26 dan akan
diterima jika nilai t yang diperoleh lebih kecil dari 2,26.
Dari perhitungan statistik di atas diperoleh untuk penguatan pada
daerah pesisir pantai, nilai t = 8,96 dengan taraf signifikan 5 % dan derajat
kebebasan N-1 atau dk = 9 didapat nilai ttabel 2,26. Karena hasil perhitungan
lebih besar dari ttabel, 2,26 < 8,96 sehingga hipotesis yang menyatakan tidak
ada perbedaan penguatan sinyal antara antena UHF Jenis Yagi ½λ reflektor
jala-jala alumunium dengan antena UHF jenis Yagi ½λ reflektor lembaran
alumunium padat pada daerah deep fringe ditolak, hipotesis alternatif yang
menyatakan ada perbedaan penguatan sinyal antara antena UHF Jenis Yagi
½λ reflektor jala-jala alumunium dengan antena UHF jenis Yagi ½λ reflektor
lembaran alumunium padat pada daerah deep fringe diterima.
38
Perhitungan statisik untuk penguatan sinyal pada daerah pegunungan
diperoleh nilai t = 5,53 dengan taraf signifikan 5 % dan derajat kebebasan N-1
atau dk = 9 didapat nilai ttabel.. Karena hasil perhitungan lebih besar dari ttabel,
2,26 < 5,53 sehingga hipotesis yang menyatakan tidak ada perbedaan
penguatan sinyal antara antena UHF Jenis Yagi ½λ reflektor jala-jala
alumunium dengan antena UHF jenis Yagi ½λ reflektor lembaran alumunium
padat pada daerah deep fringe ditolak, hipotesis alternatif yang menyatakan
ada perbedaan penguatan sinyal antara antena UHF Jenis Yagi ½λ reflektor
jala-jala alumunium dengan antena UHF jenis Yagi ½λ reflektor lembaran
alumunium padat pada daerah deep fringe diterima.
Dilihat dari hasil pengukuran penguatan sinyal antena perencanaan
pada masing-masing channel televisi dapat diketahui bahwa antena UHF jenis
Yagi ½λ reflektor jala-jala alumunium mempunyai penguatan yang lebih
besar daripada antena UHF jenis Yagi ½λ reflektor lembaran alumunium
padat untuk penerimaan pada daerah deep fringe baik daerah pesisir pantai
maupun pegunungan.
C. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan, yaitu :
1. Pengukuran dilakukan dengan mengabaikan terjadinya gelombang
refraksi, defraksi dan refleksi.
2. Pengukuran yang dilakukan hanya menggunakan 1 jenis antena saja yaitu
antena yagi ½λ.
39
3. Pengukuran dilakukan masih dengan menggunakan penguatan
antena/booster.
4. Masing-masing pengukuran baik itu di daerah pantai maupun pegunungan
dilakukan dalam 1 daerah.
40
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Dari hasil eksperimen dan penelitian diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :
1. Dari data hasil pengukuran dapat dilihat bahwa penguatan sinyal antena
UHF jenis yagi ½λ menggunakan reflektor bidang sudut permukaan kawat
alumunium bentuk jala-jala lebih besar daripada penguatan antena UHF
jenis yagi ½λ menggunakan reflektor bidang sudut permukaan lembaran
alumunium padat, pada daerah pesisir pantai penguatannya lebih besar
daripada pada daerah pegunungan.
2. Pada pesisir pantai dan daerah pegunungan yang termasuk Deep Fringe
Area diperoleh thitung masing-masing sebesar 8,96 dan 5,53 dengan jumlah
obyek 10 dan taraf signifikansi 5 % diperoleh ttabel 2,26 sehingga thitung > t-
tabel itu berarti ada perbedaan penguatan sinyal antena antara antena UHF
jenis Yagi ½λ menggunakan reflektor bidang sudut permukaan kawat
alumunium bentuk jala-jala dengan antena UHF jenis yagi ½λ
menggunakan reflektor bidang sudut permukaan lembaran alumunium
padat pada pesisir pantai dan daerah pegunungan yang termasuk daerah
berpenghalang (Deep Fringe Area).
3. Kekuatan penerimaan suatu antena dipengaruhi oleh jarak penerimaan dan
kondisi lingkungan sekitar antena penerima, semakin jauh jarak
41
penerimaan semakin kecil daya yang ditangkap, apalagi jika lingkungan
sekitar berupa daerah pegunungan.
B. Saran
Dari hasil eksperimen dan penelitian ini disarankan sebagai berikut :
1. Pada penelitian ini hanya menguji satu jenis antena, yaitu jenis yagi ½λ
dengan alat sederhana, sehingga pada penelitian selanjutnya diharapkan
untuk meneliti sebanyak mungkin jenis antena dan menggunakan alat yang
lebih valid dan spesifik.
2. Pengujian penguatan sinyal antena masih menggunakan booster antena,
untuk mendapatkan data-data yang lebih akurat disarankan untuk
melakukan penelitian tanpa menggunakan booster antena.
42
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,1974. The ARRL Antenna Book. USA : The ARRL Inc.
Anonim, tth. Antena Radio Amatir. Bandung : Binatronika.
Adimas Adi Irawan, 1994. Antena dan Jalur Transmisi. Solo : CV Aneka.
, 1996. Antena VHF-UHF-BOOSTER. Solo : CV Aneka.
Henry Jasik, 1961. Antena Engineering Handbook. New York : McGraw-Hill
Book Company.
Ichwan Haryadi, 1981. Dasar Teknik Televisi. Malang : YPIP Surabaya.
Karim, A. 1993. Teknik Pemancar dan penerima Radio untuk STM Jilid 4.
Jakarta : Elex Media Komputindo.
Suharsimi Arikunto, 1996. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Sudjana, 1992. Metode Statistika. Bandung : Tarsito.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1989. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Wasito S., 1989. Vademekum Elektronika. Bandung : Tarsito.
43
Lampiran 1
Perencanaan Antena Yagi Untuk Masing-Masing Penerimaan Chanel
Stasiun Televisi UHF
1. Perencanaan Antena Yagi ½λ untuk penerimaan AN TV dengan channel 25
UHF dan frekuensi gambar 503,25 MHz
Perencanaan untuk antena penerimaan stasiun Televisi dengan chanel 25 UHF
yang berfrekuensi 503,25 MHz adalah sebagai berikut :
Panjang Driver (LDE) = ½ . c/f = 150/503,5 = 29,80 cm
Diameter bahan yang digunakan 0,95 cm.
36,3195,080,29
021 ==λ
Untuk perbandingan sebesar 31,36 pada grafik 1 diperoleh nilai K sebesar
0,951.
Jadi panjang LDE untuk frekuensi 503,25 adalah = 29,80 x 0,951 = 28,33 cm.
Panjang reflektor (LR) = LDE + 0,1λ λ = c/f = 300/503,25
= 28,33 + 0,1 . 59,61 = 59,61
= 34,29 cm
Tinggi Reflektor (H) = 0,7λ = 0,7 . 59,61
= 41,72 cm
Panjang direktor (D1) = LDE – 0,01λ
= 28,33 – 0,01 . 59,61 = 27,74 cm
Panjang direktor (D2) = LDE – 0,015λ
= 28,33 – 0,015 . 59,61 = 27,44 cm
44
Panjang direktor (D3) = LDE – 0,02λ
= 28,33 – 0,02 . 59,61 = 27,14 cm
Panjang direktor (D4) = LDE – 0,025λ
= 28,33 – 0,025 . 59,61 = 26,84 cm
Panjang direktor (D5) = LDE – 0,030λ
= 28,33 – 0,030 . 59,61 = 26,55 cm
Panjang direktor (D6) = LDE – 0,035λ
= 28,33 – 0,035 . 59,61 = 26,25 cm
Panjang direktor (D7) = LDE – 0,04λ
= 28,33 – 0,04 . 59,61 = 25,95 cm
Untuk jarak masing-masing elemen adalah sebagai berikut :
Jarak dari Reflektor ke driver = 0,35 λ = 20,86 cm
Jarak dari driver ke direktor 1 = 0,14 λ = 8,34 cm
Jarak dari direktor 1 ke direktor 2 = 0,18 λ = 10,72 cm
Jarak dari direktor 2 ke direktor 3 = 0,25 λ = 14,90 cm
Jarak dari direktor 3 ke direktor 4 = 0,27 λ = 16,09 cm
Jarak dari direktor 4 ke direktor 5 = 0,30 λ = 17,88 cm
Jarak dari direktor 5 ke direktor 6 = 0,35 λ = 20,86 cm
Jarak dari direktor 6 ke direktor 7 = 0,36 λ = 21,45 cm
45
2. Perencanaan Antena Yagi ½λ untuk penerimaan INDOSIAR dengan channel
27 UHF dan frekuensi gambar 519,25 MHz.
Perencanaan untuk antena penerimaan stasiun Televisi dengan chanel 27 UHF
yang berfrekuensi 519,25 MHz adalah sebagai berikut :
Panjang Driver (LDE) = ½ . c/f = 150/519,25 = 28,8 cm
Diameter bahan yang digunakan 0,95 cm.
31,3095,080,28
021 ==λ
Untuk perbandingan sebesar 30,31 pada grafik 1 diperoleh nilai K sebesar
0,950.
Jadi panjang LDE untuk frekuensi 519,25 adalah = 28,80 x 0,950 = 27,36 cm.
Panjang reflektor (LR) = LDE + 0,1λ λ = c/f = 300/519,25
= 27,36 + 0,1 . 57,77 = 57,77
= 33,13 cm
Tinggi Reflektor (H) = 0,7λ = 0,7 . 57,77
= 40,43 cm
Panjang direktor (D1) = LDE – 0,01λ
= 27,36 – 0,01 . 57,77 = 26,76 cm
Panjang direktor (D2) = LDE – 0,015λ
= 27,36 – 0,015 . 57,77 = 26,49 cm
Panjang direktor (D3) = LDE – 0,02λ
= 27,36 – 0,02 . 57,77 = 26,20 cm
46
Panjang direktor (D4) = LDE – 0,025λ
= 27,36 – 0,025 . 57,77 = 25,91 cm
Panjang direktor (D5) = LDE – 0,030λ
= 27,36 – 0,030 . 57,77 = 25,62 cm
Panjang direktor (D6) = LDE – 0,035λ
= 27,36 – 0,035 . 57,77 = 25,33 cm
Panjang direktor (D7) = LDE – 0,04λ
= 27,36 – 0,04 . 57,77 = 25,04 cm
Untuk jarak masing-masing elemen adalah sebagai berikut :
Jarak dari Reflektor ke driver = 0,35 λ = 20,21 cm
Jarak dari driver ke direktor 1 = 0,14 λ = 8,08 cm
Jarak dari direktor 1 ke direktor 2 = 0,18 λ = 10,39 cm
Jarak dari direktor 2 ke direktor 3 = 0,25 λ = 14,44 cm
Jarak dari direktor 3 ke direktor 4 = 0,27 λ = 15,59 cm
Jarak dari direktor 4 ke direktor 5 = 0,30 λ = 17,33 cm
Jarak dari direktor 5 ke direktor 6 = 0,35 λ = 20,21 cm
Jarak dari direktor 6 ke direktor 7 = 0,36 λ = 20,79 cm
3. Perencanaan Antena Yagi ½λ untuk penerimaan TRANS TV dengan channel
29 UHF dan frekuensi gambar 535,25 MHz.
Perencanaan untuk antena penerimaan stasiun Televisi dengan chanel 29 UHF
yang berfrekuensi 535,25 MHz adalah sebagai berikut :
Panjang Driver (LDE) = ½ . c/f = 150/535,25 = 28,02 cm
47
Diameter bahan yang digunakan 0,95 cm.
49,2995,002,28
021 ==λ
Untuk perbandingan sebesar 29,49 pada grafik 1 diperoleh nilai K sebesar
0,949.
Jadi panjang LDE untuk frekuensi 535,25 adalah = 28,02 x 0,949 = 26,59 cm.
Panjang reflektor (LR) = LDE + 0,1λ λ = c/f = 300/535,25
= 26,59 + 0,1 . 56,04 = 56,04
= 33,13 cm
Tinggi Reflektor (H) = 0,7λ = 0,7 . 56,04
= 39,22 cm
Panjang direktor (D1) = LDE – 0,01λ
= 27,36 – 0,01 . 56,04 = 26,02 cm
Panjang direktor (D2) = LDE – 0,015λ
= 27,36 – 0,015 . 56,04 = 25,74 cm
Panjang direktor (D3) = LDE – 0,02λ
= 27,36 – 0,02 . 56,04 = 25,46 cm
Panjang direktor (D4) = LDE – 0,025λ
= 27,36 – 0,025 . 56,04 = 25,18 cm
Panjang direktor (D5) = LDE – 0,030λ
= 27,36 – 0,030 . 56,04 = 24,90 cm
Panjang direktor (D6) = LDE – 0,035λ
= 27,36 – 0,035 . 56,04 = 24,62 cm
48
Panjang direktor (D7) = LDE – 0,04λ
= 27,36 – 0,04 . 56,04 = 24,34 cm
Untuk jarak masing-masing elemen adalah sebagai berikut :
Jarak dari Reflektor ke driver = 0,35 λ = 19,61 cm
Jarak dari driver ke direktor 1 = 0,14 λ = 7,84 cm
Jarak dari direktor 1 ke direktor 2 = 0,18 λ = 10,08 cm
Jarak dari direktor 2 ke direktor 3 = 0,25 λ = 14,01 cm
Jarak dari direktor 3 ke direktor 4 = 0,27 λ = 15,13 cm
Jarak dari direktor 4 ke direktor 5 = 0,30 λ = 16,81 cm
Jarak dari direktor 5 ke direktor 6 = 0,35 λ = 19,61 cm
Jarak dari direktor 6 ke direktor 7 = 0,36 λ = 20,17 cm
4. Perencanaan Antena Yagi ½λ untuk penerimaan TPI dengan channel 31 UHF
dan frekuensi gambar 551,25 MHz.
Perencanaan untuk antena penerimaan stasiun Televisi dengan chanel 31 UHF
yang berfrekuensi 551,25 MHz adalah sebagai berikut :
Panjang Driver (LDE) = ½ . c/f = 150/551,25 = 27,21 cm
Diameter bahan yang digunakan 0,95 cm.
64,2895,021,27
021 ==λ
Untuk perbandingan sebesar 28,64 pada grafik 1 diperoleh nilai K sebesar
0,948.
Jadi panjang LDE untuk frekuensi 551,25 adalah = 27,21 x 0,948 = 25,80 cm.
49
Panjang reflektor (LR) = LDE + 0,1λ λ = c/f = 300/551,25
= 25,80 + 0,1 . 54,42 = 54,42
= 31,24 cm
Tinggi Reflektor (H) = 0,7λ = 0,7 . 54,42
= 38,09 cm
Panjang direktor (D1) = LDE – 0,01λ
= 25,80 – 0,01 . 54,42 = 25,25 cm
Panjang direktor (D2) = LDE – 0,015λ
= 25,80 – 0,015 . 54,42 = 24,98 cm
Panjang direktor (D3) = LDE – 0,02λ
= 25,80 – 0,02 . 54,42 = 24,71 cm
Panjang direktor (D4) = LDE – 0,025λ
= 25,80 – 0,025 . 54,42 = 24,43 cm
Panjang direktor (D5) = LDE – 0,030λ
= 25,80 – 0,030 . 54,42 = 24,16 cm
Panjang direktor (D6) = LDE – 0,035λ
= 25,80 – 0,035 . 54,42 = 23,89 cm
Panjang direktor (D7) = LDE – 0,04λ
= 25,80 – 0,04 . 54,42 = 23,62 cm
Untuk jarak masing-masing elemen adalah sebagai berikut :
Jarak dari Reflektor ke driver = 0,35 λ = 19,04 cm
Jarak dari driver ke direktor 1 = 0,14 λ = 7,61 cm
Jarak dari direktor 1 ke direktor 2 = 0,18 λ = 9,79 cm
50
Jarak dari direktor 2 ke direktor 3 = 0,25 λ = 13,60 cm
Jarak dari direktor 3 ke direktor 4 = 0,27 λ = 14,69 cm
Jarak dari direktor 4 ke direktor 5 = 0,30 λ = 16,32 cm
Jarak dari direktor 5 ke direktor 6 = 0,35 λ = 19,04 cm
Jarak dari direktor 6 ke direktor 7 = 0,36 λ = 19,59 cm
5. Perencanaan Antena Yagi ½λ untuk penerimaan RCTI dengan channel 33
UHF dan frekuensi gambar 567,25 MHz.
Perencanaan untuk antena penerimaan stasiun Televisi dengan chanel 33 UHF
yang berfrekuensi 567,25 MHz adalah sebagai berikut :
Panjang Driver (LDE) = ½ . c/f = 150/567,25 = 26,44 cm
Diameter bahan yang digunakan 0,95 cm.
83,2795,044,26
021 ==λ
Untuk perbandingan sebesar 27,83 pada grafik 1 diperoleh nilai K sebesar
0,947.
Jadi panjang LDE untuk frekuensi 567,25 adalah = 26,44 x 0,947 = 25,03 cm.
Panjang reflektor (LR) = LDE + 0,1λ λ = c/f = 300/567,25
= 25,03 + 0,1 . 52,88 = 52,88
= 30,31 cm
Tinggi Reflektor (H) = 0,7λ = 0,7 . 52,88
= 37,01 cm
Panjang direktor (D1) = LDE – 0,01λ
= 25,03 – 0,01 . 52,88 = 24,50 cm
51
Panjang direktor (D2) = LDE – 0,015λ
= 25,03 – 0,015 . 52,88 = 24,23 cm
Panjang direktor (D3) = LDE – 0,02λ
= 25,03 – 0,02 . 52,88 = 23,97 cm
Panjang direktor (D4) = LDE – 0,025λ
= 25,03 – 0,025 . 52,88 = 23,70 cm
Panjang direktor (D5) = LDE – 0,030λ
= 25,03 – 0,030 . 52,88 = 23,44 cm
Panjang direktor (D6) = LDE – 0,035λ
= 25,03 – 0,035 . 52,88 = 23,17 cm
Panjang direktor (D7) = LDE – 0,04λ
= 25,03 – 0,04 . 52,88 = 22,91 cm
Untuk jarak masing-masing elemen adalah sebagai berikut :
Jarak dari Reflektor ke driver = 0,35 λ = 18,50 cm
Jarak dari driver ke direktor 1 = 0,14 λ = 7,40 cm
Jarak dari direktor 1 ke direktor 2 = 0,18 λ = 9,51 cm
Jarak dari direktor 2 ke direktor 3 = 0,25 λ = 13,22 cm
Jarak dari direktor 3 ke direktor 4 = 0,27 λ = 14,27 cm
Jarak dari direktor 4 ke direktor 5 = 0,30 λ = 15,86 cm
Jarak dari direktor 5 ke direktor 6 = 0,35 λ = 18,50 cm
Jarak dari direktor 6 ke direktor 7 = 0,36 λ = 19,03 cm
52
6. Perencanaan Antena Yagi ½λ untuk penerimaan SCTV dengan channel 35
UHF dan frekuensi gambar 583,25 MHz
Perencanaan untuk antena penerimaan stasiun Televisi dengan chanel 35 UHF
yang berfrekuensi 583,25 MHz adalah sebagai berikut :
Panjang Driver (LDE) = ½ . c/f = 150/583,25 = 25,71 cm
Diameter bahan yang digunakan 0,95 cm.
06,2795,071,25
021 ==λ
Untuk perbandingan sebesar 27,06 pada grafik 1 diperoleh nilai K sebesar
0,947.
Jadi panjang LDE untuk frekuensi 583,25 adalah = 25,71 x 0,947 = 24,34 cm.
Panjang reflektor (LR) = LDE + 0,1λ λ = c/f = 300/583,25
= 24,34 + 0,1 . 51,43 = 51,43
= 29,48 cm
Tinggi Reflektor (H) = 0,7λ = 0,7 . 51,43
= 36,00 cm
Panjang direktor (D1) = LDE – 0,01λ
= 24,34 – 0,01 . 51,43 = 23,82 cm
Panjang direktor (D2) = LDE – 0,015λ
= 24,34 – 0,015 . 51,43 = 23,56 cm
Panjang direktor (D3) = LDE – 0,02λ
= 24,34 – 0,02 . 51,43 = 23,31 cm
53
Panjang direktor (D4) = LDE – 0,025λ
= 24,34 – 0,025 . 51,43 = 23,05 cm
Panjang direktor (D5) = LDE – 0,030λ
= 24,34 – 0,030 . 51,43 = 22,79 cm
Panjang direktor (D6) = LDE – 0,035λ
= 24,34 – 0,035 . 51,43 = 22,54 cm
Panjang direktor (D7) = LDE – 0,04λ
= 24,34 – 0,04 . 51,43 = 22,28 cm
Untuk jarak masing-masing elemen adalah sebagai berikut :
Jarak dari Reflektor ke driver = 0,35 λ = 18,00 cm
Jarak dari driver ke direktor 1 = 0,14 λ = 7,20 cm
Jarak dari direktor 1 ke direktor 2 = 0,18 λ = 9,25 cm
Jarak dari direktor 2 ke direktor 3 = 0,25 λ = 12,85 cm
Jarak dari direktor 3 ke direktor 4 = 0,27 λ = 13,88 cm
Jarak dari direktor 4 ke direktor 5 = 0,30 λ = 15,42 cm
Jarak dari direktor 5 ke direktor 6 = 0,35 λ = 18,00 cm
Jarak dari direktor 6 ke direktor 7 = 0,36 λ = 18,51 cm
7. Perencanaan Antena Yagi ½λ untuk penerimaan TV GLOBAL dengan
channel 37 UHF dan frekuensi gambar 599,25 MHz
Perencanaan untuk antena penerimaan stasiun Televisi dengan chanel 37 UHF
yang berfrekuensi 599,25 MHz adalah sebagai berikut :
54
Panjang Driver (LDE) = ½ . c/f = 150/599,25 = 25,03 cm
Diameter bahan yang digunakan 0,95 cm.
34,2695,003,25
021 ==λ
Untuk perbandingan sebesar 26,34 pada grafik 1 diperoleh nilai K sebesar
0,946.
Jadi panjang LDE untuk frekuensi 599,25 adalah = 25,03 x 0,946 = 23,67 cm.
Panjang reflektor (LR) = LDE + 0,1λ λ = c/f = 300/567,25
= 23,67 + 0,1 . 50,06 = 50,06
= 28,67 cm
Tinggi Reflektor (H) = 0,7λ = 0,7 . 50,06
= 35,04 cm
Panjang direktor (D1) = LDE – 0,01λ
= 23,67 – 0,01 . 50,06 = 23,16 cm
Panjang direktor (D2) = LDE – 0,015λ
= 23,67 – 0,015 . 50,06 = 22,91 cm
Panjang direktor (D3) = LDE – 0,02λ
= 23,67 – 0,02 . 50,06 = 22,66 cm
Panjang direktor (D4) = LDE – 0,025λ
= 23,67 – 0,025 . 50,06 = 22,41 cm
Panjang direktor (D5) = LDE – 0,030λ
= 23,67 – 0,030 . 50,06 = 22,16 cm
55
Panjang direktor (D6) = LDE – 0,035λ
= 23,67 – 0,035 . 50,06 = 21,91 cm
Panjang direktor (D7) = LDE – 0,04λ
= 23,67 – 0,04 . 50,06 = 21,66 cm
Untuk jarak masing-masing elemen adalah sebagai berikut :
Jarak dari Reflektor ke driver = 0,35 λ = 17,52 cm
Jarak dari driver ke direktor 1 = 0,14 λ = 7,00 cm
Jarak dari direktor 1 ke direktor 2 = 0,18 λ = 9,01 cm
Jarak dari direktor 2 ke direktor 3 = 0,25 λ = 12,51 cm
Jarak dari direktor 3 ke direktor 4 = 0,27 λ = 13,51 cm
Jarak dari direktor 4 ke direktor 5 = 0,30 λ = 15,01 cm
Jarak dari direktor 5 ke direktor 6 = 0,35 λ = 17,52 cm
Jarak dari direktor 6 ke direktor 7 = 0,36 λ = 18,02 cm
8. Perencanaan Antena Yagi ½λ untuk penerimaan LATIVI dengan channel 39
UHF dan frekuensi gambar 615,25 MHz
Perencanaan untuk antena penerimaan stasiun Televisi dengan chanel 39 UHF
yang berfrekuensi 615,25 MHz adalah sebagai berikut :
Panjang Driver (LDE) = ½ . c/f = 150/615,25 = 24,38 cm
Diameter bahan yang digunakan 0,95 cm.
66,2595,038,24
021 ==λ
Untuk perbandingan sebesar 25,66 pada grafik 1 diperoleh nilai K sebesar
0,945.
56
Jadi panjang LDE untuk frekuensi 615,25 adalah = 24,38 x 0,945 = 23,03 cm.
Panjang reflektor (LR) = LDE + 0,1λ λ = c/f = 300/615,25
= 23,03 + 0,1 . 48,76 = 48,76
= 27,90 cm
Tinggi Reflektor (H) = 0,7λ = 0,7 . 48,76
= 34,13 cm
Panjang direktor (D1) = LDE – 0,01λ
= 23,03 – 0,01 . 48,76 = 22,54 cm
Panjang direktor (D2) = LDE – 0,015λ
= 23,03 – 0,015 . 48,76 = 22,29 cm
Panjang direktor (D3) = LDE – 0,02λ
= 23,03 – 0,02 . 48,76 = 22,05 cm
Panjang direktor (D4) = LDE – 0,025λ
= 23,03 – 0,025 . 48,76 = 21,81 cm
Panjang direktor (D5) = LDE – 0,030λ
= 23,03 – 0,030 . 48,76 = 21,56 cm
Panjang direktor (D6) = LDE – 0,035λ
= 23,03 – 0,035 . 48,76 = 21,32 cm
Panjang direktor (D7) = LDE – 0,04λ
= 23,03 – 0,04 . 48,76 = 21,07 cm
Untuk jarak masing-masing elemen adalah sebagai berikut :
Jarak dari Reflektor ke driver = 0,35 λ = 17,06 cm
Jarak dari driver ke direktor 1 = 0,14 λ = 6,82 cm
57
Jarak dari direktor 1 ke direktor 2 = 0,18 λ = 8,77 cm
Jarak dari direktor 2 ke direktor 3 = 0,25 λ = 12,19 cm
Jarak dari direktor 3 ke direktor 4 = 0,27 λ = 13,16 cm
Jarak dari direktor 4 ke direktor 5 = 0,30 λ = 14,62 cm
Jarak dari direktor 5 ke direktor 6 = 0,35 λ = 17,06 cm
Jarak dari direktor 6 ke direktor 7 = 0,36 λ = 17,55 cm
9. Perencanaan Antena Yagi ½λ untuk penerimaan TV7 dengan channel 41 UHF
dan frekuensi gambar 631,25 MHz.
Perencanaan untuk antena penerimaan stasiun Televisi dengan chanel 41 UHF
yang berfrekuensi 631,25 MHz adalah sebagai berikut :
Panjang Driver (LDE) = ½ . c/f = 150/631,25 = 23,75 cm
Diameter bahan yang digunakan 0,95 cm.
01,2595,075,23
021 ==λ
Untuk perbandingan sebesar 25,01 pada grafik 1 diperoleh nilai K sebesar
0,945.
Jadi panjang LDE untuk frekuensi 615,25 adalah = 23,75 x 0,945 = 22,45 cm.
Panjang reflektor (LR) = LDE + 0,1λ λ = c/f = 300/631,25
= 22,45 + 0,1 . 47,52 = 47,52
= 27,20 cm
Tinggi Reflektor (H) = 0,7λ = 0,7 . 47,52
= 33,26 cm
58
Panjang direktor (D1) = LDE – 0,01λ
= 22,45 – 0,01 . 47,52 = 21,97 cm
Panjang direktor (D2) = LDE – 0,015λ
= 22,45 – 0,015 . 47,52 = 21,73 cm
Panjang direktor (D3) = LDE – 0,02λ
= 22,45 – 0,02 . 47,52 = 21,49 cm
Panjang direktor (D4) = LDE – 0,025λ
= 22,45 – 0,025 . 47,52 = 21,26 cm
Panjang direktor (D5) = LDE – 0,030λ
= 22,45 – 0,030 . 47,52 = 21,02 cm
Panjang direktor (D6) = LDE – 0,035λ
= 22,45 – 0,035 . 47,52 = 20,78 cm
Panjang direktor (D7) = LDE – 0,04λ
= 22,45 – 0,04 . 47,52 = 20,54 cm
Untuk jarak masing-masing elemen adalah sebagai berikut :
Jarak dari Reflektor ke driver = 0,35 λ = 16,63 cm
Jarak dari driver ke direktor 1 = 0,14 λ = 6,65 cm
Jarak dari direktor 1 ke direktor 2 = 0,18 λ = 8,55 cm
Jarak dari direktor 2 ke direktor 3 = 0,25 λ = 11,88 cm
Jarak dari direktor 3 ke direktor 4 = 0,27 λ = 12,30 cm
Jarak dari direktor 4 ke direktor 5 = 0,30 λ = 14,25 cm
Jarak dari direktor 5 ke direktor 6 = 0,35 λ = 16,63 cm
Jarak dari direktor 6 ke direktor 7 = 0,36 λ = 17,10 cm
59
10. Perencanaan Antena Yagi ½λ untuk penerimaan METROTV dengan channel
43 UHF dan frekuensi gambar 647,25 MHz
Perencanaan untuk antena penerimaan stasiun Televisi dengan chanel 43 UHF
yang berfrekuensi 647,25 MHz adalah sebagai berikut :
Panjang Driver (LDE) = ½ . c/f = 150/647,25 = 23,17 cm
Diameter bahan yang digunakan 0,95 cm.
38,2495,017,23
021 ==λ
Untuk perbandingan sebesar 24,38 pada grafik 1 diperoleh nilai K sebesar
0,944.
Jadi panjang LDE untuk frekuensi 647,25 adalah = 23,17 x 0,944 = 21,77 cm.
Panjang reflektor (LR) = LDE + 0,1λ λ = c/f = 300/647,25
= 21,77 + 0,1 . 46,34 = 46,34
= 26,40 cm
Tinggi Reflektor (H) = 0,7λ = 0,7 . 46,34
= 32,43 cm
Panjang direktor (D1) = LDE – 0,01λ
= 21,77 – 0,01 . 46,34 = 21,30 cm
Panjang direktor (D2) = LDE – 0,015λ
= 21,77 – 0,015 . 46,34 = 21,07 cm
Panjang direktor (D3) = LDE – 0,02λ
= 21,77 – 0,02 . 46,34 = 20,84 cm
Panjang direktor (D4) = LDE – 0,025λ
60
= 21,77 – 0,025 . 46,34 = 20,61 cm
Panjang direktor (D5) = LDE – 0,030λ
= 21,77 – 0,030 . 46,34 = 20,37 cm
Panjang direktor (D6) = LDE – 0,035λ
= 21,77 – 0,035 . 46,34 = 20,14 cm
Panjang direktor (D7) = LDE – 0,04λ
= 21,77 – 0,04 . 46,34 = 19,91 cm
Untuk jarak masing-masing elemen adalah sebagai berikut :
Jarak dari Reflektor ke driver = 0,35 λ = 16,21 cm
Jarak dari driver ke direktor 1 = 0,14 λ = 6,48 cm
Jarak dari direktor 1 ke direktor 2 = 0,18 λ = 7,87 cm
Jarak dari direktor 2 ke direktor 3 = 0,25 λ = 11,58 cm
Jarak dari direktor 3 ke direktor 4 = 0,27 λ = 12,51 cm
Jarak dari direktor 4 ke direktor 5 = 0,30 λ = 13,90 cm
Jarak dari direktor 5 ke direktor 6 = 0,35 λ = 16,21 cm
Jarak dari direktor 6 ke direktor 7 = 0,36 λ = 16,68 cm
61
Lampiran 2
Data Pengukuran Penguatan Sinyal Antena Yagi Untuk Masing-Masing Antena Perencanaan
Tabel 8 Data Pengukuran Penguatan Sinyal Antena pada Antena Perencanaan Jenis Yagi ½λ Reflektor Alumunium Jala-Jala dan Reflektor Alumunium Padat untuk penerimaan ANTV di daerah pesisir pantai
Penguatan (dB) No. Stasiun TV Chanel (UHF)
Jala Padat 1. ANTV 25 54 45 2. Indosiar 27 51 43 3. Trans TV 29 50 40 4. TPI 31 47 35 5. RCTI 33 52 36 6. SCTV 35 40 34 7. TV Global 37 33 15 8. Lativi 39 37 35 9. TV 7 41 38 33 10. Metro TV 43 30 15
Tabel 9 Data Pengukuran Penguatan Sinyal Antena pada Antena Perencanaan Jenis Yagi ½λ Reflektor Alumunium Jala-Jala dan Alumunium padat untuk penerimaan ANTV di daerah pegunungan
Penguatan (dB) No. Stasiun TV Chanel (UHF) Jala Padat
1. ANTV 25 40 30 2. Indosiar 27 40 30 3. Trans TV 29 38 29 4. TPI 31 33 27 5. RCTI 33 38 28 6. SCTV 35 35 30 7. TV Global 37 15 - 8. Lativi 39 20 20 9. TV 7 41 20 15 10. Metro TV 43 15 -
62
Tabel 10 Data Pengukuran Penguatan Sinyal Antena pada Antena Perencanaan Jenis Yagi ½λ Reflektor Alumunium Jala-Jala dan Alumunium padat untuk penerimaan INDOSIAR di daerah pesisir pantai
Penguatan (dB) No. Stasiun TV Chanel (UHF) Jala Padat
1. ANTV 25 25 25 2. Indosiar 27 45 43 3. Trans TV 29 35 30 4. TPI 31 38 34 5. RCTI 33 37 37 6. SCTV 35 38 33 7. TV Global 37 35 31 8. Lativi 39 43 42 9. TV 7 41 37 32 10. Metro TV 43 35 31
Tabel 11 Data Pengukuran Penguatan Sinyal Antena pada Antena Perencanaan Jenis Yagi ½λ Reflektor Alumunium Jala-Jala dan Alumunium padat untuk penerimaan INDOSIAR di daerah pegunungan
Penguatan (dB) No. Stasiun TV Chanel (UHF) Jala Padat 1. ANTV 25 15 15 2. Indosiar 27 33 31 3. Trans TV 29 25 22 4. TPI 31 28 21 5. RCTI 33 30 27 6. SCTV 35 30 27 7. TV Global 37 15 - 8. Lativi 39 31 23 9. TV 7 41 25 20 10. Metro TV 43 20 10
63
Tabel 12 Data Pengukuran Penguatan Sinyal Antena pada Antena Perencanaan Jenis Yagi ½λ Reflektor Alumunium Jala-Jala dan Alumunium padat untuk penerimaan TRANS TV di daerah pesisir pantai
Penguatan (dB) No. Stasiun TV Chanel (UHF) Jala Padat 1. ANTV 25 30 15 2. Indosiar 27 35 33 3. Trans TV 29 43 40 4. TPI 31 35 33 5. RCTI 33 40 20 6. SCTV 35 37 37 7. TV Global 37 35 30 8. Lativi 39 35 34 9. TV 7 41 36 20 10. Metro TV 43 35 33
Tabel 13 Data Pengukuran Penguatan Sinyal Antena pada Antena Perencanaan Jenis Yagi ½λ Reflektor Alumunium Jala-Jala dan Alumunium padat untuk penerimaan TRANS TV di daerah pegunungan
Penguatan (dB) No. Stasiun TV Chanel (UHF) Jala Padat 1. ANTV 25 20 - 2. Indosiar 27 30 26 3. Trans TV 29 35 30 4. TPI 31 25 20 5. RCTI 33 33 28 6. SCTV 35 30 27 7. TV Global 37 20 10 8. Lativi 39 20 20 9. TV 7 41 20 15 10. Metro TV 43 15 10
64
Tabel 14 Data Pengukuran Penguatan Sinyal Antena pada Antena Perencanaan Jenis Yagi ½λ Reflektor Alumunium Jala-Jala dan Alumunium padat untuk penerimaan TPI di daerah pesisir pantai
Penguatan (dB) No. Stasiun TV Chanel (UHF) Jala Padat
1. ANTV 25 26 25 2. Indosiar 27 37 34 3. Trans TV 29 37 33 4. TPI 31 44 43 5. RCTI 33 36 35 6. SCTV 35 36 34 7. TV Global 37 35 32 8. Lativi 39 43 43 9. TV 7 41 30 34 10. Metro TV 43 29 30
Tabel 15 Data Pengukuran Penguatan Sinyal Antena pada Antena Perencanaan Jenis Yagi ½λ Reflektor Alumunium Jala-Jala dan Alumunium padat untuk penerimaan TPI di daerah pegunungan
Penguatan (dB) No. Stasiun TV Chanel (UHF) Jala Padat 1. ANTV 25 10 10 2. Indosiar 27 25 25 3. Trans TV 29 25 25 4. TPI 31 33 30 5. RCTI 33 27 25 6. SCTV 35 27 25 7. TV Global 37 20 10 8. Lativi 39 31 22 9. TV 7 41 15 22 10. Metro TV 43 10 -
65
Tabel 16 Data Pengukuran Penguatan Sinyal Antena pada Antena Perencanaan Jenis Yagi ½λ Reflektor Alumunium Jala-Jala dan Alumunium padat untuk penerimaan RCTI di daerah pesisir pantai
Penguatan (dB) No. Stasiun TV Chanel (UHF) Jala Padat
1. ANTV 25 33 33 2. Indosiar 27 38 40 3. Trans TV 29 45 36 4. TPI 31 38 37 5. RCTI 33 46 44 6. SCTV 35 38 33 7. TV Global 37 33 36 8. Lativi 39 40 35 9. TV 7 41 35 31 10. Metro TV 43 36 33
Tabel 17 Data Pengukuran Penguatan Sinyal Antena pada Antena
Perencanaan Jenis Yagi ½λ Reflektor Alumunium Jala-Jala dan Alumunium padat untuk penerimaan RCTI di daerah pegunungan
Penguatan (dB) No. Stasiun TV Chanel (UHF) Jala Padat 1. ANTV 25 15 10 2. Indosiar 27 25 27 3. Trans TV 29 33 25 4. TPI 31 25 25 5. RCTI 33 35 32 6. SCTV 35 25 25 7. TV Global 37 20 15 8. Lativi 39 34 25 9. TV 7 41 25 25 10. Metro TV 43 25 15
66
Tabel 18 Data Pengukuran Penguatan Sinyal Antena pada Antena Perencanaan Jenis Yagi ½λ Reflektor Alumunium Jala-Jala dan Alumunium padat untuk penerimaan SCTV di daerah pesisir pantai
Penguatan (dB) No. Stasiun TV Chanel (UHF) Jala Padat
1. ANTV 25 34 27 2. Indosiar 27 40 33 3. Trans TV 29 41 35 4. TPI 31 42 31 5. RCTI 33 36 35 6. SCTV 35 44 42 7. TV Global 37 34 37 8. Lativi 39 42 39 9. TV 7 41 35 35 10. Metro TV 43 31 31
Tabel 19 Data Pengukuran Penguatan Sinyal Antena pada Antena Perencanaan Jenis Yagi ½λ Reflektor Alumunium Jala-Jala dan Alumunium padat untuk penerimaan SCTV di daerah pegunungan
Penguatan (dB) No. Stasiun TV Chanel (UHF) Jala Padat
1. ANTV 25 20 15 2. Indosiar 27 30 25 3. Trans TV 29 30 27 4. TPI 31 31 28 5. RCTI 33 25 25 6. SCTV 35 33 30 7. TV Global 37 20 10 8. Lativi 39 31 27 9. TV 7 41 25 25 10. Metro TV 43 15 15
67
Tabel 20 Data Pengukuran Penguatan Sinyal Antena pada Antena Perencanaan Jenis Yagi ½λ Reflektor Alumunium Jala-Jala dan Alumunium padat untuk penerimaan GLOBAL TV di daerah pesisir pantai
Penguatan (dB) No. Stasiun TV Chanel (UHF) Jala Padat 1. ANTV 25 25 20 2. Indosiar 27 37 36 3. Trans TV 29 43 34 4. TPI 31 38 37 5. RCTI 33 35 40 6. SCTV 35 30 37 7. TV Global 37 33 38 8. Lativi 39 37 38 9. TV 7 41 31 35 10. Metro TV 43 33 37
Tabel 21 Data Pengukuran Penguatan Sinyal Antena pada Antena Perencanaan Jenis Yagi ½λ Reflektor Alumunium Jala-Jala dan Alumunium padat untuk penerimaan GLOBAL TV di daerah pegunungan
Penguatan (dB) No. Stasiun TV Chanel (UHF) Jala Padat 1. ANTV 25 15 15 2. Indosiar 27 25 25 3. Trans TV 29 30 27 4. TPI 31 28 27 5. RCTI 33 27 25 6. SCTV 35 23 25 7. TV Global 37 25 20 8. Lativi 39 27 25 9. TV 7 41 24 20 10. Metro TV 43 20 15
68
Tabel 22 Data Pengukuran Penguatan Sinyal Antena pada Antena Perencanaan Jenis Yagi ½λ Reflektor Alumunium Jala-Jala dan Alumunium padat untuk penerimaan LATIVI di daerah pesisir pantai
Penguatan (dB) No. Stasiun TV Chanel (UHF) Jala Padat 1. ANTV 25 25 20 2. Indosiar 27 34 30 3. Trans TV 29 35 35 4. TPI 31 39 35 5. RCTI 33 37 37 6. SCTV 35 43 33 7. TV Global 37 37 40 8. Lativi 39 42 45 9. TV 7 41 35 33 10. Metro TV 43 35 36
Tabel 23 Data Pengukuran Penguatan Sinyal Antena pada Antena Perencanaan Jenis Yagi ½λ Reflektor Alumunium Jala-Jala dan Alumunium padat untuk penerimaan LATIVI di daerah pegunungan
Penguatan (dB) No. Stasiun TV Chanel (UHF) Jala Padat
1. ANTV 25 10 10 2. Indosiar 27 24 25 3. Trans TV 29 25 25 4. TPI 31 30 27 5. RCTI 33 27 26 6. SCTV 35 33 27 7. TV Global 37 25 20 8. Lativi 39 33 30 9. TV 7 41 25 25 10. Metro TV 43 23 20
69
Tabel 24 Data Pengukuran Penguatan Sinyal Antena pada Antena Perencanaan Jenis Yagi ½λ Reflektor Alumunium Jala-Jala dan Alumunium padat untuk penerimaan TV7 di daerah pesisir pantai
Penguatan (dB) No. Stasiun TV Chanel (UHF) Jala Padat
1. ANTV 25 28 23 2. Indosiar 27 37 33 3. Trans TV 29 38 32 4. TPI 31 39 34 5. RCTI 33 39 34 6. SCTV 35 40 36 7. TV Global 37 35 30 8. Lativi 39 40 37 9. TV 7 41 42 36 10. Metro TV 43 37 33
Tabel 25 Data Pengukuran Penguatan Sinyal Antena pada Antena Perencanaan Jenis Yagi ½λ Reflektor Alumunium Jala-Jala dan Alumunium padat untuk penerimaan TV7 di daerah pegunungan
Penguatan (dB) No. Stasiun TV Chanel (UHF) Jala Padat 1. ANTV 25 15 15 2. Indosiar 27 25 25 3. Trans TV 29 27 25 4. TPI 31 25 25 5. RCTI 33 27 25 6. SCTV 35 30 27 7. TV Global 37 25 20 8. Lativi 39 30 27 9. TV 7 41 27 27 10. Metro TV 43 23 20
70
Tabel 26 Data Pengukuran Penguatan Sinyal Antena pada Antena Perencanaan Jenis Yagi ½λ Reflektor Alumunium Jala-Jala dan Alumunium padat untuk penerimaan METRO TV di daerah pesisir pantai
Penguatan (dB) No. Stasiun TV Chanel (UHF) Jala Padat
1. ANTV 25 26 20 2. Indosiar 27 35 30 3. Trans TV 29 37 30 4. TPI 31 38 33 5. RCTI 33 36 32 6. SCTV 35 38 35 7. TV Global 37 33 25 8. Lativi 39 40 35 9. TV 7 41 33 25 10. Metro TV 43 37 35
Tabel 27 Data Pengukuran Penguatan Sinyal Antena pada Antena Perencanaan Jenis Yagi ½λ Reflektor Alumunium Jala-Jala dan Alumunium padat untuk penerimaan METRO TV di daerah pegunungan
Penguatan (dB) No. Stasiun TV Chanel (UHF) Jala Padat
1. ANTV 25 10 10 2. Indosiar 27 22 22 3. Trans TV 29 25 23 4. TPI 31 23 23 5. RCTI 33 25 25 6. SCTV 35 27 25 7. TV Global 37 15 15 8. Lativi 39 30 27 9. TV 7 41 25 25 10. Metro TV 43 25 23
71
Lampiran 3 Tabel 28. Data Hasil Pengukuran Penguatan Antena Pada Masing-Masing Antena Perencanaan Yagi ½ λ Reflektor Sudut Berupa Jala-Jala Alumunium pada Tiap-
Tiap Channel TV Di Daerah Pesisir Pantai
Pengukuran ke No. Stasiun
TV 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rata-rata
1. ANTV 54 25 30 26 33 34 25 25 28 26 30,6 2. Indosiar 51 45 35 37 38 40 37 34 37 35 38,9 3. Trans TV 50 35 43 37 45 41 43 35 38 37 40,4 4. TPI 47 38 35 44 38 42 38 39 39 38 39,8 5. RCTI 52 37 40 36 46 36 35 37 39 36 39,4 6. SCTV 40 38 37 36 38 44 30 43 40 38 38,4 7. TVGlobal 33 35 35 35 33 34 33 37 35 33 34,3 8. Lativi 37 43 35 43 40 42 37 42 40 40 39,9 9. TV7 38 37 36 30 35 35 31 35 42 33 35,2 10. Metro TV 30 35 35 29 36 31 33 35 37 37 33,8
Tabel 29. Data Hasil Pengukuran Penguatan Antena Pada Masing-Masing Antena Perencanaan Yagi ½ λ Reflektor Sudut Berupa Lembaran Alumunium Padat pada
Tiap-Tiap Channel TV Di Daerah Pesisir Pantai
Pengukuran Ke No. Stasiun
TV 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Rata-rata
1. ANTV 45 25 15 25 33 27 20 20 23 20 25,3 2. Indosiar 43 43 33 34 40 33 36 30 33 30 35,2 3. Trans TV 40 30 40 33 36 35 34 35 32 30 34,5 4. TPI 35 34 33 43 37 31 37 35 34 33 35,2 5. RCTI 36 37 20 35 44 35 40 37 34 32 35,0 6. SCTV 34 33 37 34 33 42 37 33 36 35 35,4 7. TVGlobal 15 31 30 32 36 37 38 40 30 25 31,4 8. Lativi 35 42 34 43 35 39 38 45 37 35 38,3 9. TV7 33 32 20 34 31 35 35 33 36 25 31,4 10. Metro TV 15 31 33 30 33 31 37 36 33 35 31,4
72
Tabel 30. Perhitungan Uji t
No. X
Antena Yagi Reflektor Lembaran Alumunium
Y Antena Yagi Reflektor Jala-Jala Alumunium
D xd (D – Md) x2d
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
25,3 35,2 34,5 35,2 35,0 35,4 31,4 38,3 31,4 31,4
30,6 38,9 40,4 39,8 39,4 38,4 34,3 39,9 35,2 33,8
5,3 3,7 5,9 4,6 4,4 3
2,9 1,6 3,8 2,4
1,54 -0,06 2,14 0,84 0,64 -0.76 -0.86 -2,16 0,04 -1,36
2,37 0,0036 4,57 0,70 0,40 0,57 0,73 4,66
0,0016 1,84
37,6 15,84
Sehingga diperoleh nilai Md:
76,310
6,37==
Σ=
NDMd
Dimasukkan ke dalam rumus uji “t” :
96,84195,076,3
176,076,3
9084,15
77,3
)110(1084,15
76,3
)1(
""2
====
−
=
−
=
NNd
Mdtuji
73
Lampiran 4 Tabel 31. Data Hasil Pengukuran Penguatan Antena Pada Masing-Masing Antena Perencanaan Yagi ½ λ Reflektor Sudut Berupa Jala-Jala Alumunium pada Tiap-
Tiap Channel TV Di Daerah Pegunungan
No. Stasiun TV 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rata-
rata 1. ANTV 40 15 20 10 15 20 15 10 15 10 17 2. Indosiar 40 33 30 25 25 30 25 24 25 22 27,9 3. Trans TV 38 25 35 25 33 30 30 25 27 25 29,3 4. TPI 33 28 25 33 25 31 28 30 25 23 28,1 5. RCTI 38 30 33 27 35 25 27 27 27 25 29,4 6. SCTV 35 30 30 27 25 33 23 33 30 27 28,8 7. TVGlobal 15 15 20 20 20 20 25 25 25 15 20 8. Lativi 20 31 20 31 34 31 27 33 30 30 28,7 9. TV7 20 25 20 15 25 25 24 25 27 25 23,1 10. Metro TV 15 20 15 10 25 15 20 23 23 25 19,1
Tabel 32. Data Hasil Pengukuran Penguatan Antena Pada Masing-Masing Antena Perencanaan Yagi ½ λ Reflektor Sudut Berupa Lembaran Alumunium Padat pada
Tiap-Tiap Channel TV Di Daerah Pegunungan
No. Stasiun TV 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rata-
rata 1. ANTV 30 15 - 10 10 15 15 10 15 10 13 2. Indosiar 30 31 26 25 27 25 25 25 25 22 26,1 3. Trans TV 29 22 30 25 25 27 27 25 25 23 25,8 4. TPI 27 21 20 30 25 28 27 27 25 23 25,3 5. RCTI 28 27 28 25 32 25 25 26 25 25 26,6 6. SCTV 30 27 27 25 25 30 25 27 27 25 26,8 7. TVGlobal - - 10 10 15 10 20 20 20 15 12 8. Lativi 20 23 20 22 25 27 25 30 27 27 24,6 9. TV7 15 20 15 22 25 25 20 25 27 25 21,9 10. Metro TV - 10 10 - 15 15 15 20 20 23 12,8
74
Tabel 33. Perhitungan Uji t
No. X
Antena Yagi Reflektor Lembaran Alumunium
Y Antena Yagi Reflektor Jala-Jala Alumunium
D xd (D – Md) x2d
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
13 26,1 25,8 25,3 26,6 26,8 12
24,6 21,9 12,8
17 27,9 29,3 28,1 29,4 28,8 20
28,7 23,1 19,1
4 1,8 3,5 2,8 2,8 2 8
4,1 1,2 6,3
0,35 -1,85 -0,15 -0,85 -0,85 -1,65 4,35 0,45 -2,45 2,65
0,12 3,42 0,02 0,72 0,72 2,72 18,92 0,20 6,00 7,02
36,5 39,86
Sehingga diperoleh nilai Md:
65,310
5,36==
Σ=
NDMd
Dimasukkan ke dalam rumus uji “t” :
53,566,065,3
44,065,3
9086,39
65,3
)110(1086,39
65,3
)1(
""2
====
−
=
−
=
NNd
Mdtuji
75
Lampiran 5
Gambar 10. Rangkaian Pengukuran Antena UHF Jenis Yagi ½λ Dengan Menggunakan Reflektor Bidang Sudut Permukaan Kawat Alumunium Bentuk Jala-Jala
Tegangan 220 V Input Booster
Booster Outdoor
Booster Indoor
Televisi
FLC
Tegangan 220 V Input FLC
Tegangan 220 V Input Televisi
76
Lampiran 6
Gambar 11. Rangkaian Pengukuran antena UHF jenis Yagi ½λ
menggunakan reflektor bidang sudut permukaan lembaran alumunium padat
Booster Outdoor
Booster Indoor
Tegangan 220 V Input Booster
Televisi
FLC
Tegangan 220 V Input FLC
Tegangan 220 V Input Televisi