ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

75

Transcript of ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

Page 1: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf
Page 2: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf
Page 3: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

Fasor adalah bilangan kompleks yang

merepresentasikan besaran atau magnitude dan

fasa fungsi sinusoidal dari waktu.

Sebuah rangkaian yang dapat dijelaskan dengan

menggunakan fasor disebut berada dalam

kawasan frekuensi (frequency domain).

[email protected]

Page 4: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

Contoh:

V(t) = Vm cos(ωt+θ) dalam domain waktu

Notasi fasornya :

* Polar : V = Vm θ

* Rectangular : V = Vm cos θ + j Vm sin θ

* Eksponensial : V = Vm ejθ

[email protected]

Page 5: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

r

r

r

0

0

t

t

4

4

t

t

2

2

t

t

trretf tj )(

[email protected]

Page 6: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

Jika beda phasa antara tegangan dan arus

sebesar , maka diagram fasornya sebagai

berikut:

tVm sin

tIm sin

tj

meV

)( tj

meI

)( tjmeI

[email protected]

Page 7: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

Bilangan yang terdiri dari harga real (nyata) dan

harga imajiner (khayal)

Contoh :

z = x + jy

Dimana

Grafik bilangan kompleks :

11 2 jatauj)( tjmeI

[email protected]

Page 8: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

y

x

jz=x+jy y

x

jz

r

0

Bentuk kartesian/rectangular

jyxz

[email protected]

Page 9: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

Bentuk polar

rzDimana:

x

yry

yxrrx

1

22

tansin

cos

Bentuk eksponensial

sincos

:dim

jrrjyx

anarez j

[email protected]

Page 10: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

Menggunakan formula Euler:

jre

jr

)sin(cos

tjtjtj

tjtjtj

ejetjte

ejetjte

ImResincos

ImResincos

Bentuk trigonometri

)sin(cos jrz

[email protected]

Page 11: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

Beberapa operasi bilangan kompleks

Konjugate bilangan kompleks

)sin(cos*)sin(cos

*

*

*

*

jrzjrz

rezrez

rzrz

jyxzjyxz

zz

jj

[email protected]

Page 12: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

Jumlah dan selisih bilangan kompleks

)()()( 2121221121

2121221121

222

111

yyjxxjyxjyxzz

jyjyxxjyxjyxzz

jyxz

jyxz

[email protected]

Page 13: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

Perkalian dan pembagian bilangan kompleks

21

2

1

2121

2

1

2

1

2

1

2

1

)(

212121

22

11

j

j

j

jjj

j

j

er

r

er

er

z

z

errererzz

erz

erz

[email protected]

Page 14: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

Respon elemen terhadap gelombang

sinusoidal

Elemen R (resistansi):

0sin

0sin

mRmR

mm

RIVtRIV

IItIi

Pada elemen R, arus dan tegangan mempunyai

fasa yang sama, yang secara grafis dapat

digambarkan:

[email protected]

Page 15: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

trace 1

trace 2

250

250

v t( )

a t( )

0.020.0 t

i

V

T/2

[email protected]

Page 16: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

Elemen L (Induktansi):

90

)90sin(cos

0sin

mL

mmL

mm

LIV

tLItLIV

IItIi

Pada elemen L, arus tertinggal dibanding

tegangan sebesar 90o (arus lagging), yang

secara grafis dapat digambarkan:

[email protected]

Page 17: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

trace 1

trace 2

250

250

v t( )

a t( )

0.020.0 t

V

i

90

[email protected]

Page 18: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

Elemen C (Kapasitansi):

90

)90sin()cos(

0sin

C

IV

tC

It

C

IV

IItIi

mC

mmC

mm

Pada elemen C, arus mendahului dibanding

tegangan sebesar 90o (arus leading), yang

secara grafis dapat digambarkan:

[email protected]

Page 19: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

trace 1

trace 2

v t( )

a t( )

t

V

i

90

[email protected]

Page 20: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

Pengertian Impedansi Dan Admitansi

Impedansi adalah perbandingan fasor tegangan V dan fasor arus I pada suatu elemen kutub dua yang disuplai sinyal masukan gelombang sinusoidal dalam keadaan setimbang atau mantap atau tunak (steady state).

Admitansi merupakan kebalikan dari impedansi.

Impedansi dan admitansi bukan merupakan fasor.

Impedansi dapat dihubungkan seri atau paralel seperti halnya pada resistansi.

[email protected]

Page 21: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

Impedansi Z = V / I [Ohm]

Z = R ± jX ; R: resistansi; X: reaktansi

Admitansi Y = I / V [Mho]

Y = 1 / Z

Y = G ± jB; G: konduktansi;

B: suseptansi

[email protected]

Page 22: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

• Perhatian : Walaupun impedansi

merupakan pernyataan yang berbentuk

kompleks, akan tetapi impedansi

bukanlah fasor. Impedansi dan fasor

merupakan dua pengertian dari dua

konsep yang berbeda.

– Fasor adalah pernyataan dari sinyal

sinus

– Impedansi adalah pernyataan elemen.

[email protected]

Page 23: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

Karakteristik elemen R (Resistansi):

[email protected]

Page 24: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

Karakteristik elemen L (Indukstansi):

[email protected]

Page 25: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

Karakteristik elemen C (Kapasitansi):

[email protected]

Page 26: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

Suatu fungsi bersifat periodik jika memenuhi: f(t+T)= f(t), di

mana adalah perioda dalam detik atau T= 1/f atau T = 2/.

ttti

tTtti

cos10)2(cos10)(

2cos10)(cos10)(

trace 1

10

10

v t( )

0.020.0 tT

i

t

Fungsi Periodik

Ilustrasi:

[email protected]

Page 27: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

Nilai maksimum ditulis sebagai Vmaks = Vm

atau bila arus Imaks = Im.

Dalam arus bolak balik terdapat dua nilai

maksimum, yaitu maksimum positif dan

maksimum negatif.

Bila dua nilai maksimum tersebut dijumlahkan

disebut sebagai nilai puncak-ke-puncak (peak-

to-peak).

Nilai Maksimum

[email protected]

Page 28: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

Nilai Efektif (root means square/rms)

Nilai tegangan/arus bolak-balik (ac) yang dapat

menghasilkan panas sama besar dengan panas yang

dihasilkan oleh tegangan/arus searah (dc). Secara

matematis dapat dinyatakan:

dttvT

VV

dttiT

II

T

rmseff

T

rmseff

0

2

0

2

1

1

[email protected]

Page 29: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

Nilai rata-rata suatu arus i(t) dalam satu perioda

merupakan arus konstan Iav, yang dalam perioda

itu dapat memindahkan muatan Q yang sama.

Nilai sesaat tegangan atau arus adalah nilai

tegangan atau arus pada sebarang waktu

peninjauan. Hal ini mengakibatkan munculnya

daya sesaat: p(t) = v(t) x i(t).

Nilai Sesaat

Nilai Rata-Rata

[email protected]

Page 30: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

Dengan cara yang sama didapatkan :

T

av dttvT

V0

1

Berdasarkan penyederhanaan persamaan

matematis, diperoleh bahwa:

makmakrms

makmakavg

VVV

VVV

2

1707,0

2637,0

[email protected]

Page 31: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

Contoh 1:

Tentukan harga rata-rata dan efektif dari fungsi:

tAty sin)(

[email protected]

Page 32: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

2

0

2

00

cos2

sin2

1)(

1t

AtdtAdtty

TY

T

av

0]11[2

)0cos(2cos2

AA

)(2

2cos1

2)(sin

2

1)(

12

0

22

0

22

0

2 tdtA

ttdAdttyT

YT

rms

Harga rata-rata:

Harga efektif:

Penyelesaian Contoh 1:

[email protected]

Page 33: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

22

112

22 AAA

4

0.2cos

4

.2cos0

2

1

4

2cos

2

1 2

00

2

At

tA

[email protected]

Page 34: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

Sebuah sumber tegangan dan arus dinyatakan

sebagai fungsi waktu, yang dinyatakan sebagai:

v = 141,4 cos (t + 30o); dan i = 7,07 cos t.

Notasi yang menggunakan huruf kecil

menunjukkan nilai sesaat (instantaneous).

Tentukan nilai maksimumnya dan nilai efektifnya.

Contoh 2:

Penyelesaian contoh 2:

Vmaks = 141,2

Imaks = 7,07 A.

[email protected]

Page 35: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

VrmsVeff 1002

42,141)(

ArmsIeff 52

07,7)(

Atau bisa ditulis:

AIdanVV 5100

Nilai efektif merupakan nilai yang terbaca pada

voltmeter dan amperemeter.

[email protected]

Page 36: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

Pemberian notasi subsricpt tunggal:

Misal sebuah rangkaian ditunjukkan seperti pada

gambar di bawah ini:ZA

ZLZg

a b

n

Vt VL

Eg

o

a’

IL

+

-

+

-

[email protected]

Page 37: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

Gambar tersebut merupakan rangkaian AC dengan emf yang digambarkan berbentuk lingkaran.

Eg adalah emf, dan tegangan antara titik a dan o dinotasikan sebagai Vt.

Arus yang mengalir adalah IL dan tegangan pada ZL adalah VL.

Dalam rangkaian ac terminal yang ditandai + adalah positif terhadap terminal yang ditandai –untuk ½ cycle tegangan dan negative selama ½ ciycle berikutnya.

[email protected]

Page 38: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

gLgt

A

Lt

ZIEV

Z

VVIL

.

Tegangan sesaat va dan tegangan phasor Va

menyatakan tegangan pada simpul a terhadap

simpul referensi o dan va adalah positif jika a

berada pada potensial yang lebih tinggi dari o.

Jadi:

va = vt vb = vL

Va = Vt Vb = VL

Arus yang mengalir pada rangkaian di atas

adalah:

[email protected]

Page 39: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

Penggunaan tanda polaritas untuk tegangan

dan arah panah untuk arus pada sebuah

rangkaian dapat dihindari dengan notasi

subscript ganda.

Dalam menggambarkan suatu arus, urutan

subscript yang ditambahkan pada lambang arus

menjelaskan arah dari aliran arus, jika arus itu

dianggap positif.

Pada gambar di atas, panah yang menunjuk

dari a ke b memberikan arah positif untuk arus

IL yang tergambar dengan panah tersebut.

Pemberian notasi subsricpt ganda:

[email protected]

Page 40: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

Arus sesaaat iL positif jika arus tersebut

mengalir dari a ke b, dalam notasi subscript

ganda arus ini dinyatakan dengan iab.

Arus iab adalah sama dengan arus –iba.

Notasi subscript ganda pada tegangan

menunjukkan titik–titik dari rangkaian yang

diantaranya terdapat tegangan tersebut.

Subscript pertama menunjukkan tegangan dari

titik tersebut terhadap tegangan yang

dinyatakan oleh subscript yang kedua.

[email protected]

Page 41: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

Pada gambar di atas, tegangan sesaat vab pada

elemen ZA merupakan tegangan pada titik a

terhadap titik b.

vab adalah positif selama ½ cycle ketika berada

pada potensial yang lebih tinggi dari b.

Tegangan phasor Vab dapat ditentukan dengan:

babaab

Aabab

VVV

ZIV

180

[email protected]

Page 42: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

Hubungan antara notasi subscript tunggal dan

ganda untuk rangkaian di atas dapat

disimpulkan:

abL

bobL

aoat

II

VVV

VVV

Dalam penulisan hukum tegangan Kirchoff,

urutan dari subscript–subscript sesuai

dengan urutan titik–titik yang dijumpai

mengelilingi lingkaran tertutup pada sebuah

rangkaian.

[email protected]

Page 43: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

Pada rangkaian di atas:

0 baaboa VVV

Titik–titik n dan o sebenarnya sama dalam

rangkaian di atas, dengan demikian:

A

LtL

bnAabao

Z

VVI

danVZIV

,0

[email protected]

Page 44: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

Daya dalam watt yang diserap suatu beban

pada setiap saat adalah sama dengan jatuh

tegangan (voltage drop) pada beban tersebut

dalam volt dikalikan dengan arus yang melalui

beban dalam ampere.

Bila terminal dari sebuah beban digambarkan

sebagai titik a dan n, serta tegangan dan arus

dinyatakan dengan:

Daya pada rangkaian AC berfasa tunggal

[email protected]

Page 45: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

Maka daya sesaat adalah:

tVv maksan cos

tII maksan cos

ttIvp maksan coscos

[email protected]

Page 46: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

Gambar arus, tegangan dan daya terhadap

waktu dapat divisualkan seperti gambar berikut

ini:

trace 1

trace 2

trace 3

400

400

v t( )

a t( )

P t( )

0.010.004 t

van ian

anan ivp

P

[email protected]

Page 47: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

Sudut pada persamaan diatas adalah positif

untuk arus yang tertinggal (lagging) terhadap

tegangan dan negatif untuk arus yang

mendahului (leading) tegangan.

Suatu nilai p yang positif menunjukkan

kecepatan berubah-ubahnya energi yang diserap

oleh bagian sistem diantara titik a dan n.

Daya sesaat adalah positif jika van dan ian

keduanya positif dan akan menjadi negatif jika

van dan ian berlawanan tandanya.

[email protected]

Page 48: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

Daya positif yang dihitung dari van x ian terjadi

bila arus mengalir searah dengan jatuh

tegangan (drop tegangan) dan sama dengan

kecepatan berpindahnya energi ke beban.

Daya negatif yang dihitung dari van x ian terjadi

bila arus mengalir searah dengan kenaikan

tegangan (rise voltage) yang berarti energi

sedang berpindah dari beban ke sistem, dimana

beban tersebut dihubungkan.

[email protected]

Page 49: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

Bila van dan ian sefasa, seperti beban pada

resistif murni, daya sesaat tidak akan pernah

negatif.

Bila arus dan tegangan berbeda fasa sebesar

90°, seperti pada elemen rangkaian ideal

induktif murni atau kapasitif murni, daya sesaat

akan mempunyai ½ putaran positif dan ½

putaran negatif yang sama besar, sehingga nilai

rata-ratanya adalah nol.

[email protected]

Page 50: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

Dengan menggunakan kesamaan trigonometri

persamaan di bawah ini dapat dirubah menjadi:

ttIvp maksan coscos

2

2sinsin..

2

)2cos1(cos.. tIVtIVp maksmaksmaksmaks

[email protected]

Page 51: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

Dimana:

2

. maksmaks IVp

Dapat diganti dengan perkalian dari:

anan IV . atau IV .

[email protected]

Page 52: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

Cara lain untuk melihat persamaan daya

sesaat adalah dengan memperhatikan

komponen arus yang sefasa dengan Van

dan yang berbeda fasa 90° dengan Van.

Perhatikan gambar berikut:

Rangkaian Paralel Diagram Phasor

[email protected]

Page 53: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

Komponen dari ian yang sefasa dengan van

adalah iR, dan terlihat bahwa

Jika nilai maksimum dari ian adalah Imaks,

maka nilai maksimum dari iR adalah Imaks

cos .

Arus sesaat iR harus sefasa dengan van.

cosanR II

[email protected]

Page 54: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

Faktor daya adalah perbandingan antara true power

(kW) dengan apparent power (kVA)

True power atau daya nyata adalah daya yang

menghasilkan kerja,

Apparent power atau daya semu adalah daya yang

dihitung berdasarkan arus semu/reaktif

Faktor daya : jika kurang dari 0,85 dikenakan

finalty PLN

[email protected]

Page 57: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

Secara teoritis, konsep power factor bisa

dilustrasikan dengan metoda grafis segitiga

daya.

S

P

Q L

S

P

Q C

[email protected]

Page 58: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

Berdasarkan gambar tersebut, dapat

dituliskan persamaan:

Daya semu (S) = V x I Volt–Ampere (VA)

Daya nyata (P) = V x I x cos φ Watt (W)

Daya reaktif (Q) = V x I x sin φ Volt–Ampere

reaktif (Var)

[email protected]

Page 59: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

Bila arus mendahului tegangan, jaringan

bersifat kapasitif sudut φ positif dan

1 > cos φ ≥ 0

Bila arus mengikuti tegangan, jaringan bersifat

induktif sudut φ negatif dan 0 > cos φ ≥ -1

Bila arus dan tegangan sefasa (berhimpit),

jaringan bersifat resistif murni cos Φ = 1

Faktor daya mempunyai harga yang sama besar-

nya dengan nilai cos φ*)

*) Untuk sistem tenaga dengan operasi beban linier

[email protected]

Page 60: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

Kerugian faktor daya yang rendah:

Peralatan PLN beroperasi (generator,

transformator, transmisi, distribusi dsb)

dalam kondisi tidak efisien.

Susut energi dan susut tegangan lebih tinggi

dibandingkan dengan kondisi operasi dalam

faktor daya yang lebih tinggi.

KWh jual menjadi rendah

Pelanggan tidak dapat menggunakan daya

tersambung secara optimal.

[email protected]

Page 61: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

Sebab-sebab faktor daya rendah

Semua motor arus bolak – balik (kecuali motor sinkron

dengan eksitasi lebih dan beberapa motor komutator),

transformator, sebagian besar lampu TL, tanur – tanur

busur beroperasi dengan faktor daya terbelakang (induktif)

Motor dioperasikan dengan beban yang rendah

dibandingkan dengan kapasitasnya. Faktor daya semakin

rendah bila beban rendah dari nominalnya. Misalnya beban

penuh cos = 0, 85, beban 75 % hanya 0,8, beban 50 %

hanya 0,70, beban 25 % hanya 0,1

Perbaikan kerusakan motor yang tidak sempurna.

Misalnya celah udara antara rotor dan stator yang

bertambah akan memperkecil faktor daya

[email protected]

Page 62: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

Perbaikan Faktor Daya

Memasang kondensor sinkron (motor sinkron

dengan penguatan lebih beroperasi tanpa

beban)

Memasang kapasitor statis

[email protected]

Page 63: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

SEGITIGA DAYA

Segitiga daya dapat digambar untuk suatubeban induktif dan beban kapasitif serta untuk beberapa beban yang dihubungkaan pararel

P total adalah jumlah daya rata-rata dari semua beban, yang harus digambar pada sumbu mendatar untuk suatu analisis grafis.

Gambar 2.7. Segitiga daya untuk suatu beban induktif

S

Q

θ

P

[email protected]

Page 64: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

Hubungan antara P, Q dan tegangan rel V, atau

tegangan yang dibangkitkan E, dengan tanda-

tanda dari P dan Q adalah penting dalam

pembahasan aliran daya dalam suatu sistem.

Q1+Q2=QR

S1

P1

P1+P2=PR

θ2θR

θ2

S2

SR

Q2

P2

Q1

Segitiga daya untuk beban kombinasi.

Perhatikan Q2 adalah negative.

[email protected]

Page 65: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

Gambar dibawah memperlihatkan sebuah sumber tegangan ideal (besarnya konstan, frekuensinya konstan dan impedansinya nol) untuk suatu sistem ac.

Seperti biasa, tanda-tanda polaritas menunjukkan terminal positif selama setengah cycle dimana tegangan sesaat adalah positif. Sudah tentu terminal yang ditandai positif tersebut sebenarnya bertegangan negative selama setengah cycle berikutnya dimana tegangan sesaat adalah negative

[email protected]

Page 66: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

EE

(a) (b)

+ -+ -I I

Gambar Representasi rangkaian ac dari sebuah emf

dan arus yang melukiskan tanda-tanda polaritas

[email protected]

Page 67: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

Tabel Arah Aliran Daya

Diagram rangkaian Dihitung dari EI*

Diperkirakan keadaan generator

Jika P +, emf mensuplai daya

Jika P-, emf menyerap daya

Jika Q +, emf mensuplai daya reaktif (Ilags E)

Jika Q -, emf menyerap daya reaktif (I

leads E)

Diperkirakan keadaan

motor

Jika P +, emf menyerap daya

Jika P-, emf mensuplai daya

Jika Q +, emf menyerap daya reaktif (Ilags E)

Jika Q -, emf mensuplai daya reaktif (I

leads E)

[email protected]

Page 68: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

Contoh :

Dua buah sumber tegangan ideal berupa mesin

1 dan 2 dihubungkan seperti terlihat pada

gambar di bawah ini, jika E1 = 100 0° V, dan

E2 = 100 30° V dan Z = 0 + j5 , tentukan:

Apakah masing-masing mesin membangkitkan

atau menyerap daya dan berapa besarnya daya

tersebut,

Apakah masing-masing mesin menerima atau

mensuplai daya reaktif dan berapa besarnya

daya tersebut, dan

P dan Q yang diserap oleh impedansi.

[email protected]

Page 69: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

ZI

+

E2

_

+

E1

_ 1 2

Sumber-sumber tegangan ideal

yang dihubungkan melalui impedansi Z.

[email protected]

Page 70: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

Jawaban :

• I = E1 – E2 = 100 + j0 – (86,6 + j50)

Z j5

= 13,4 – j50 = - 10 – j2,68 = 10,35195°

j5

• E1I* = 100 (- 10 + j2,68) = - 1000 + j268

• E2I* = (86,6 + j50)(- 10 + j2,68)

= - 866 + j232 – j500 – 134 = - 1000 – j268

• I 2X = 10,252 x 5 = 536 var

[email protected]

Page 71: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

Jadi : Diharapkan bahwa mesin 1 adalah generator karena arah

arus dan tanda-tanda polaritasnya. Karena P negative dan

Q positif, mesin menyerap energi dengan laju sebesar

1000 W dan mencatu daya reaktif sebesar 268 var. jadi

mesin ini sebenarnya adalah sebuah motor.

Pada mesin 2, yang diharapkan merupakan sebuah

motor, ternyata mempunyai P negatif dan Q negatif.

Karena itu mesin ini membangkitkan energi dengan laju

sebesar 1000 W dan mencatu daya reaktif sebesar 268

var. jadi mesin ini sebenarnya dalah sebuah generator.

Daya reaktif yang dicatu adalah 268 + 268 atau 536 var,

yaitu yang diperlukan oleh reaktansi induktif dari 5 .

Karena impedansi ini adalah reaktif murni, tidak ada P

yang diserapnya, dan seluruh P yang dibangkitkan oleh

mesin 2 dipindahkan ke mesin [email protected]

Page 72: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

Perhatikan:

C C

I I

VV

+

-

+

-

I mendahului V

dengan 90°

I tertinggal 90°

dari V

Gambar 1, Kapasitor sebagai elemen rangkaian pasif

yang menarik arus leading, sedangkan gambar 2

kapasitor sebagai generator yang mencatu arus

lagging.

Gambar 1 Gambar 2

[email protected]

Page 73: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

Daya reaktif Q akan menjadi positif jika sudut

fasa antara - diantara tegangan dan arus

adalah positif, jadi jika , yang juga

berarti arus adalah tertinggal (lagging)

terhadap tegangan. Sebaliknya, Q akan

menjadi negatif untuk , yang berarti

juga arus mendahului terhadap tegangan.

[email protected]

Page 74: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

Bila: ; VV dan: ; II

Daya reaktif Q akan menjadi positif jika sudut

fasa antara - diantara tegangan dan arus

adalah positif, jadi jika , yang juga

berarti arus adalah tertinggal (lagging)

terhadap tegangan. Sebaliknya, Q akan

menjadi negatif untuk , yang berarti

juga arus mendahului terhadap tegangan.

[email protected]

Page 75: ANALISIS SISTEM TENAGA LISTRIK 1C.pdf

Ini adalah sesuai dengan pemilihan tanda positif

untuk daya reaktif dari suatu rangkaian induktif dan

tanda negatif untuk daya reaktif dari suatu

rangkaian kapasitif. Untuk mendapatkan tanda

yang benar bagi Q, diperlukan perhitungan S

sebagai VI*, dan bukannya V*I karena yang

tersebut belakangan ini akan membalikkan tanda

untuk Q.

[email protected]