Analisis Pengolahan Limbah Sianida Pada Tambang Emas

21
Jurnal Ekonomi Mineral ANALISIS PENGOLAHAN LIMBAH SIANIDA PADA TAMBANG EMAS BERDASARKAN EFEK IRADIASI RADIUM Oleh Aris arianto D62109291 ABSTRAK Radium (Ra-226) adalah radionuklida berpemancar α,γ dengan umur paroh sekitar 1600 tahun, meluruh dengan menghasilkan gas radon (Rn-222). Sumber bekas Ra-226 dari rumah sakit dan industri sudah tidak efisien untuk dipakai lagi, digantikan dengan sumber jenis lain, maka sumber bekas tersebut digolongkan sebagai limbah dan diserahkan ke PTLR-BATAN. Untuk pengamanan penyimpanannya, sumber radium bekas tersebut diolah secara kapsulasi dalam tabung stainless steel SS 304 (diameter 20 mm dan tinggi 110 mm) yang tahan karat dan tekanan, dan ditempatkan ke dalam LTSS ( long term shield storage) dari bahan timbal. Paparan radiasi sumber bekas Ra- 226 dalam kapsul stainless steel adalah 760 mSv/jam pada jarak 1 m dari permukaan kapsul, maka perlu dilakukan pengkajian pemanfatannya untuk penguraian sianida dalam limbah industry pertambangan emas (tailing effluent). Pengkajian dilakukan dengan cara mempelajari sistem proses yang beroperasi dan dilanjutkan dengan percobaan awal radiolitik sampel simulasi limbah KCN sebanyak 700 ml pada berkonsentrasi 1500 ppm, dan memakai iradiator radium terkapsulasi tersebut. Hasil percobaan menunjukkan penurunan konsentrasi sianida dari 1500 ppm menjadi 22 ppm pada waktu iradiasi secara perendaman selama 33 hari. Untuk meningkatkan keselamatan di pemakaian dan optimalnya proses yang

description

analisis pegolahan limbah sianida pada tambang emas fghsxdfhdfhdfhdfdffffffffffffffffdffffffffffffffffffffffwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww

Transcript of Analisis Pengolahan Limbah Sianida Pada Tambang Emas

Page 1: Analisis Pengolahan Limbah Sianida Pada Tambang Emas

ANALISIS PENGOLAHAN LIMBAH SIANIDA PADA TAMBANG EMAS

BERDASARKAN EFEK IRADIASI RADIUM

Oleh

Aris arianto

D62109291

ABSTRAK

Radium (Ra-226) adalah radionuklida berpemancar α,γ dengan umur paroh sekitar 1600 tahun,

meluruh dengan menghasilkan gas radon (Rn-222). Sumber bekas Ra-226 dari rumah sakit dan

industri sudah tidak efisien untuk dipakai lagi, digantikan dengan sumber jenis lain, maka

sumber bekas tersebut digolongkan sebagai limbah dan diserahkan ke PTLR-BATAN. Untuk

pengamanan penyimpanannya, sumber radium bekas tersebut diolah secara kapsulasi dalam

tabung stainless steel SS 304 (diameter 20 mm dan tinggi 110 mm) yang tahan karat dan

tekanan, dan ditempatkan ke dalam LTSS (long term shield storage) dari bahan timbal. Paparan

radiasi sumber bekas Ra-226 dalam kapsul stainless steel adalah 760 mSv/jam pada jarak 1 m

dari permukaan kapsul, maka perlu dilakukan pengkajian pemanfatannya untuk penguraian

sianida dalam limbah industry pertambangan emas (tailing effluent). Pengkajian dilakukan

dengan cara mempelajari sistem proses yang beroperasi dan dilanjutkan dengan percobaan awal

radiolitik sampel simulasi limbah KCN sebanyak 700 ml pada berkonsentrasi 1500 ppm, dan

memakai iradiator radium terkapsulasi tersebut. Hasil percobaan menunjukkan penurunan

konsentrasi sianida dari 1500 ppm menjadi 22 ppm pada waktu iradiasi secara perendaman

selama 33 hari. Untuk meningkatkan keselamatan di pemakaian dan optimalnya proses yang

akan dilakukan, maka diperlukan berbagai penelitian lanjutan yang terkait.

Kata kunci : Sianida, iradiasi gamma

ABSTRACT

Radium (Ra-226) is α-γ emitter radio nuclide having half time about 1600 years, produces radon

gas (Rn-222) during its decay periode Ra-226 spent sources from hospitals and industries being

in efficient for utilization again are replaced with another sources, then delivered as solid waste

to Radioactive Waste Treatment Centre at Serpong. For safety aspect of its storage, that’s

sources are treated by capsulation using stainless steel 304 can (diameter 20 mm and height 110

mm). Fives pieces of cans are putted on the lead canister of long term storage shield type.

Page 2: Analisis Pengolahan Limbah Sianida Pada Tambang Emas

Radiation dose of Ra-226 sources on the can is 760 mSv on 1 m distance, so it is necessary to

asses its benefits for cyanide degradation on the liquid waste generated of gold mining industry.

The assesment was performed by studying the existing treatment process system and then

followed by irradiation of 700 ml of simulation liquid waste having 1500 ppm of cyanide

concentration using Radium capsulated can as immersed irradiatior. The result of experiment

show that the irradiation of liquid waste during 33 days gives the decreasing of cyanide

concentration from 1500 ppm to 22 ppm. For determining of the safety aspect and the optimum

process of its application activity, it is necessary to continue the research by detail experiment.

Keywords : sianida, irradiation gamma

PENDAHULUAN

Kandungan mineral alam di bumi Indonesia beraneka macam dan besar jumlahnya. Salah

satunya adalah deposit emas, perak dan tembaga yang keberadaannya sebagai urat kuarsa di

pegunungan Pongkor, Bogor, Jawa Barat. Identifikasi lokasi keberadaan mineral tersebut

ditemukan oleh PT. Aneka Tambang, Tbk dengan hasil analisis perkiraan kandungan emasnya

berkisar 5,4 juta ton dengan kadar Au rata-rata 12,31 gram/ton dan Ag 135,20 gram/ton.

Selanjutnya untuk pemanfaatannya ke negara, pemerintah menunjuk PT. Aneka Tambang Tbk

untuk mengekploitasi lahan pertambangan tersebut seluas 4.058 ha, yaitu sesuai dengan Kuasa

Pertambangan DU-893 (KPEksploitasi). Pelaksanaan eksploitasi yang meliputi kegiatan

eksplorasi dan proses pengolahan bijih dilakukan di lokasi yang sama sehingga merupakan

industri terpadu yang mudah pengawasannya. Penambangan dilakukan di kedalaman tanah lebih

dari 10 m di bawah permukaan tanah dan menerapkan metode cut and fill stopping, sehingga

kelestarian lingkungan di atas permukaan tambang tidak terganggu. Metode cut and fill stopping

adalah metode penambangan dengan mengembalikan padatan sisa pengolahan ke dalam lobang

bekas penambangan dan perlakuan tersebut merupakan reklamasi dini lahan bekas

penambangan. Pengolahan bijih emas hasil penambangan dilakukan dengan proses sianidasi,

yaitu pengambilan logam emas dengan cara ekstraksi memakai pelarut sianida. Metode sianidasi

tersebut dipakai karena prosesnya memberikan nilai recovery (perolehan kembali) relatif besar,

yaitu 90-97 %. Diagram alir proses pengolahan bijih emas seperti pada Gambar 1.

Sianida adalah senyawa yang termasuk B-3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), sehingga pada

pemakaiannya sebagai pelarut proses pengambilan logam emas, konsentrasinya dibatasi sampai

1500 ppm. Dari proses pengolahan bijih secara sianidasi akan ditimbulkan limbah cair yang

dikenal sebagai tailling effluent yang mengandung sianida sehingga harus diolah agar tidak

Page 3: Analisis Pengolahan Limbah Sianida Pada Tambang Emas

berbahaya bagi lingkungan. Iklim global yang cenderung naik temperaturnya, mengakibatkan

kesulitan mendapatkan sumber mata air baru untuk kehidupan masyarakat dan industri.

Sehubungan dengan program peningkatan kapasitas produksi industri pertambangan emas

Pongkor yang tentu akan meningkatkan jumlah limbah tailing effluent yang harus diolah, maka

dibutuhkan tambahan pasokan air atau meningkatkan kapasitas tailing dam untuk mengolah

limbahnya. Kendala tersebut dapat diatasi dengan cara mengurangi semaksimal mungkin

kandungan/kadar sianida dalam limbah. Oleh karenanya, maka diperlukan penelitian yang

bertujuan untuk mengurangi kandungan/ kadar sianida dalam limbah.

Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya berkisar antara

2,5 – 3 (skala Mohs), serta berat jenisnya tergantung pada jenis dan kandungan logam lain yang

berpadu dengannya. Mineral pembawa emas biasanya berasosiasi dengan mineral ikutan

(gangue minerals). Mineral ikutan tersebut umumnya kuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, dan

sejumlah kecil mineral non logam. Mineral pembawa emas juga berasosiasi dengan endapan

sulfida yang telah teroksidasi. Mineral pembawa emas terdiri dari emas nativ, elektrum, emas

telurida, sejumlah paduan dan senyawa emas dengan unsur-unsur belerang, antimon, dan

selenium. Elektrum sebenarnya jenis lain dari emas nativ, hanya kandungan perak di dalamnya

>20%.

Sesuai baku mutu air limbah kategori II (Kep. Men. LH No. 51/Men.LH/10/1995) keberadaan

sianida dalam limbah cair dibatasi tidak boleh melebihi konsentrasi 0,5 ppm. Untuk memenuhi

baku mutu tersebut, PT. Aneka Tambang, Tbk sebagai pengelola industri pertambangan emas

pongkor melakukan pengolahan limbah tailling effluent nya dengan proses penguraian secara

alamiah. Proses reduksi kandungan sianidanya terjadi karena adanya proses biodegradasi oleh

mikroorganisme dan biota air. Berkaitan dengan banyaknya limbah yang ditimbulkan maka

untuk mengolahnya diperlukan fasilitas penampungan yang besar, sehingga dibangunlah sebuah

tailing dam yang berkapasitas besar, terbuka sehingga memungkinkan kehidupan

mikroorganisme dan biota air. Foto visual tailling dam, tailling efluent dan salah satu sumber air

pengenceran serta pengendalian dispersi hasil pengolahannya dapat dilihat pada Gambar : 2,3,4

dan 5 Gambar 2. menunjukkan aliran tailing effluent yang masuk fasilitas dam, Gambar 3.

adalah salah satu sumber air untuk pengenceran maksimum dan Gambar 4. mengambarkan

besarnya daya tampung fasilitas tailing dam serta Gambar 5. adalah kolam pengendalian limbah

olahan yang siap dispersi ke aliran sungai. Kemudian untuk menjaga supaya proses penguraian

berjalan optimal, konsentrasi sianida (tailling dam input) diatur dengan cara pengenceran

sehingga konsentrasinya turun dari ± 500 ppm menjadi ± 125 ppm. Proses penguraian alamiah

Page 4: Analisis Pengolahan Limbah Sianida Pada Tambang Emas

(biodegradasi) yang terjadi di tailling dam dirancang mampu menurunkan kandungan sianida

hingga konsentrasinya (over flow) ± 10 ppm. Kemudian untuk memenuhi nilai baku mutu di

atas, limbah keluaran tailling dam dioksidasi dengan H2O2 sehingga konsentrasinya turun dari ±

10 ppm menjadi < 0,1 ppm yang selanjutnya dapat didispersikan ke aliran Sungai Cikaniki.

Jika kapasitas produksi ditingkatkan, maka akan menimbulkan tambahan sejumlah limbah yang

harus diolah. Pada keadaan tersebut, permasalahan yang dihadapi adalah meningkatnya beban

sianida di tailing dam yang dapat mengakibatkan turunnya laju pertumbuhan atau penyebab

matinya mikroorganisme dan biota air. Kondisi tersebut mengakibatkan proses penguraian

alamiah berjalan lambat bahkan dapat berhenti tidak seperti yang diharapkan. Bila perlakuan

pengenceran diintensifkan sampai batas yang ditentukan, maka debit aliran limbah yang masuk

ke talling dam akan bertambah besar dan berakibat pada turunnya waktu tinggal limbah di

talling dam. Pada kejadian tersebut proses penguraian secara alamiah berjalan tidak optimal dan

mengakibatkan rendahnya penurunan kadar sianida dalam limbah. Kedua keadaan tersebut akan

mempengaruhi proses selanjutnya, yaitu oksidasi secara kimia dengan H2O2. Permasalahan lain

yang akan dihadapi adalah semakin sulitnya mendapatkan sumber mata air baru untuk tambahan

pengenceran. Tindakan penyelesaian yang harus dilakukan adalah dengan cara meningkatkan

kapasitas tampung tailing dam sehingga waktu tinggal limbahnya tidak berubah atau

menurunkan konsentrasi kandungan sianida limbah keluaran sistem prosesnya. Penyelesaian

dengan cara meningkatkan kapasitas tailling dam akan menemui kendala oleh keterbatasan lahan

dan membutuhkan biaya yang sangat besar karena lokasi keberadaannya di daerah pegunungan.

Upaya untuk menurunkan kandungan sianida limbah awal (fresh waste) adalah merupakan salah

satu solusi yang harus dilakukan, sehingga dibutuhkan berbagai penelitian untuk mereduksi

konsentrasi sianida limbah. Metode iradiasi dipandang efisien untuk penguraian sianida dalam

limbah yang keluar dari proses (fresh waste) karena volumenya relatif masih kecil. Fenomena

pembentukan ion-ion radikal air yang reaktif oleh akibat interaksi iradiasi akan menyebabkan

penguraian molekul sianida. Pada penelitian awal dilakukan iradiasi limbah simulasi KCN

menggunakan sumber Ra-226 bekas terkapsulisasi dengan laju dosis 760 mSv/jam hasil

pengolahan PTLR. Tujuan penelitian awal ini adalah untuk mempelajari pengaruh efek iradiasi

Ra-226 terhadap senyawa sianida dalam limbah.

Pengolahan bijih tambang emas dan pengolahan limbahnya

Bijih hasil penambangan diolah untuk mengambil logam emasnya dengan proses sianidasi.

Fasilitas proses sianidasi Pongkor I dirancang mampu mengolah bijih sebanyak 182.500 ton/th,

Page 5: Analisis Pengolahan Limbah Sianida Pada Tambang Emas

dengan kadar Au 15 g/ton dan Ag 156 g/ton dengan recovery Au 97 % dan Ag 79,5 %.

Kapasitas produksi tersebut dapat menghasilkan emas sekitar 2,3 ton/ th dan perak 23 ton/th.

Kemudian mengingat bahaya yang dapat ditimbulkan oleh sianida adalah besar, maka

pemakaiannya sebagai pelarut ekstraksi konsentrasinya dibatasi sampai 1500 ppm, karena di atas

konsentrasi tersebut dan berada di udara terbuka akan menimbulkan gas HCN yang tingkat

bahayanya pada manusia sangat besar [2, 3] Untuk mengolah limbah tailling effluent yang besar

jumlahnya dan mengandung sianida, maka dibangun sebuah fasilitas pengolahan dengan proses

sederhana tetapi memerlukan biaya mahal. Fasilitas pengolahan tersebut terdiri dari sistem

penampungan berupa dam, sistem oksidasi kimia dengan H2O2 dan sistem penjernihan limbah

dengan proses koagulasi dan flokulasi, seperti Gambar 6. Senyawa sianida bersifat mudah

terdegradasi secara alamiah (degradable compound), sehingga oleh karakteristik tersebut sistem

utama pengolahan sianida dilakukan dengan cara menampung dan diupayakan tinggal lama di

fasilitas dam untuk mengalami proses degradasi secara alamiah. Untuk mengoptimalkan proses

tersebut, maka kapasitas tampung dam (tailling dam) dibuat sangat besar sehingga mampu

menurunkan konsentrasi sianida dari ± 125 ppm menjadi ± 10 ppm. Tailing dam tersebut dibuat

di antara bukit sehingga menyerupai danau yang besar dengan kedalaman 42 m. Setelah

berproses destruksi alamiah di tailing dam, cairan luapan (over flow) dijernihkan dengan proses

koagulasi-flokulasi dan selanjutnya dioksidasi secara kimia dengan H2O2 . Selanjutnya hasil

pengolahan limbah cair dengan konsentrasi sianidanya < 0,1 ppm tersebut dapat didispersikan ke

lingkungan melalui aliran sungai karena di bawah nilai baku mutu limbah yang dipersyaratkan

METODE

Bahan dan peralatan

Sampel limbah simulasi KCN konsentrasi 1500 ppm dibuat dengan cara menimbang sejumlah

1,5083 gram serbuk KCN buatan E. Merck, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur

berkapasitas 1000 ml dan ditambahkan akuades hingga volumenya 1 liter kemudian dikocok.

Larutan standar AgNO3 0,1 N dibuat dengan cara menimbang serbuk AgNO3 berat 16,861 gram

dan dimasukkan ke dalam labu ukur 1000 ml kemudian ditambahkan akuades hingga batas yang

ditentukan dan dikocok. Sumber iradiasi yang dipakai adalah sumber Ra-226 bekas terkapsulasi

dalam tabung baja tahan karat (Stainless Steel 304) dengan laju dosis 760 mSv/jam pada jarak 1

m. Alat pengukur laju dosis yang dipakai adalah surveymeter jenis FAG kemudian untuk

meningkatkan keselamatan radiasi di pelaksanaan iradiasi dipakai lead brick shielding dan alat

penjepit tabung panjang (long tong) untuk menjaga jarak dipelaksanaan handling sumber

radium.

Page 6: Analisis Pengolahan Limbah Sianida Pada Tambang Emas

Cara Kerja

Iradiasi sampel dilakukan dengan cara merendam sebuah kapsul sumber Ra-226 yang diambil

dari LTSS No.8 Lobang No.0 ke dalam 700 ml sampel limbah simulasi dalam gelas beker yang

telah ditempatkan di dalam fasilitas berpenahan radiasi. Lama waktu perendaman divariasikan 0,

120, 264 dan 792 jam, dan setiap perubahan waktu iradiasi dilakukan pengambilan cuplikan

untuk analisis kandungan sianida. Analisis kandungan sianida dilakukan dengan cara titrasi

volumetri menggunakan larutan standar AgNO3 0,1 N dan AgNO3 0,001 N. Sebagai indikator

stokiometrinya ditandai dengan terbentuknya endapan warna putih dari AgCN. Hasil analisis

kandungan sianida dan waktu iradiasi terhadap limbah simulasi ditentukan dan dievaluasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Metode Radiolitik Untuk Penguraian Sianida.

Radium adalah sumber radiasi pemancar α dan γ dengan energi E(α) 4,602 Mev dan 4,784 Mev

dan E(γ) pada 186 keV dan berumur paro 1600 tahun. Pasca pengolahan proses kapsulasi,

keadaan/sifat sumber radium berubah menjadi sumber tertutup yang mengakibatkan tertahannya

berkas radiasi α sehingga yang tersisa dan masih potensial dimanfaatkan adalah berkas energi

radiasi γ nya. Tingkat energi radiasi γ dari Ra-226 relatif kecil untuk dipakai sebagai iradiator

jika dibandingkan Co-60, akan tetapi jumlahnya yang besar dan terproteksi dalam kapsul SS 304

yang mudah di tangani maka akan lebih menguntungkan untuk dipakai sebagai iradiator. Kapsul

radium hasil pengolahan relatif kecil dan sifat pancaran radiasinya ke semua arah, sehingga

dengan cara perendaman akan menambah efektifitas proses iradiasi. Pengaturan jarak antara

sumber dengan limbah dapat diatur sedekat mungkin. Untuk pemanfaatannya sebagai sumber

radiolitik limbah tailing effluent yang besar volumenya, maka diperlukan kajian penempatannya

dengan memperhatikan faktor kecepatan destruksi dan debit alirannya. Besaran parameter proses

tersebut akan didapatkan dari tes pengujian di laboratorium dan dari pengukuran besaran proses

yang beroperasi. Mekanisme destruksi molekul sianida oleh pengaruh iradiasi γ yang terjadi

sangat komplek karena pengaruh banyaknya jenis dan besarnya kandungan senyawa kimia yang

ada di limbah tersebut. Semua senyawa di limbah tersebut ikut teriradiasi dan masing-masing

berkemampuan untuk mengabsorpsi energi radiasi γ sesuai dengan besarnya faktor

penyerapannya. Molekul yang teraktivasi cenderung tidak stabil ikatannya sehingga

reaktivitasnya meningkat dan menyebabkan terdestruksinya

senyawa. Berbagai pengaruh interaksi energi pada molekul dan jenis perubahannya terlihat pada

Tabel 1. Kemudian karena pelarut yang dipakai adalah air yang keberadaannya di limbah adalah

Page 7: Analisis Pengolahan Limbah Sianida Pada Tambang Emas

besar, maka mekanisme distruksinya dominan dikarenakan terbentuknya ion-ion hidroksil

radikal yang terjadi oleh molekul air yang teraktivasi.

Tabel 1. Berbagai pengaruh interaksi energi dan jenis perubahan molekul

DAERAH PANJANG

GELOMBANG

ENERGI EKSITASI

(kkal/mol)

TIPE EKSITASI

Rad. Gamma, X rays

dan kosmic

UV(vakum)

UV (kaca)

Visibel

IR- near

IR

IR- far

Microwave

Radiofrequency

< 100 nm

100-200 nm

100-350 nm

350-800 nm

0,8-2,0 µm

2-16 µm

16-300 µm

1 cm

m

>286

286-143

143-82

82-36

36-14,3

14,3-1,8

1,8-0,1

10−4

10−6

Elektronik

Elektronik

Elektronik

Deformasi ikatan

Deformasi ikatan

Deformasi ikatan

Rotasi

Perpindahan spin dan

elektron

Untuk mengawali pengkajian aplikasi iradiasi reduksi sianida limbah di tailling effluent keluaran

industri pertambangan emas, maka dilakukan percobaan distruksi sianida dengan sampel limbah

simulasi KCN. Percobaan iradiasi dilakukan dengan cara merendamkan kapsul radium hasil

pengolahan PTLR ke dalam sampel selama selang waktu iradiasi tertentu guna menurunkan

konsentrasi sianida. Besarnya nilai penurunan konsentrasi sianida tersebut mengindikasikan

potensi kemungkinan penerapan metode tersebut dipakai untuk mereduksi kandungan sianida

limbah sehingga beban sianida sistem tailling dam dapat diatur dan mekanisme proses destruksi

secara alamiah yang diharapkan dapat berjalan optimal. Upaya meningkatkan kapasitas produksi

pengolahan bijih emas secara sianidasi terkendala oleh bertambah besarnya volume limbah cair

berupa tailing effluent yang mengandung sianida. Sampai batas konsentrasi tertentu, senyawa

sianida mudah terdegradasi secara alamiah sehingga proses pengolahan tailing effluent ekonomis

dilakukan dengan cara mengkondisikan cairan limbah dengan pengenceran sampai batas

konsentrasi sianida tertentu dan ditampung dalam tailling dam untuk mengalami proses distruksi

alamiah. Oleh berbagai kendala yang muncul, diantaranya kesulitannya mendapatkan tambahan

Page 8: Analisis Pengolahan Limbah Sianida Pada Tambang Emas

pasokan air untuk pengenceran dan keterbatasan lahan untuk mengembangkan sistem

penampungannya, maka program peningkatan produksi sulit untuk direalisasikan. Pembatasan

konsentrasi pemakaian sianida pada 1500 ppm untuk mencegah terjadinya gas HCN yang sangat

berbahaya bagi manusia dan tidak tersedianya sistem regenerasi molekul sianida adalah faktor

utama penyebab besarnya volume limbah.

Berkaitan dengan hal tersebut maka dibutuhkan adanya proses tambahan yang dapat mengurangi

kandungan sianida yang terdapat pada limbah awal (fresh waste) sehingga dengan keterbatasan

pasokan air pengenceran tidak menghambat/mematikan proses destruksi alamiah di tailling dam.

Metode radiolitik dengan mekanisme proses pembentukan ion-ion radikal air dipandang dapat

dipakai sebagai solusi proses menurunkan kandungan sianida limbah. Tingkat efisiensi destruksi

ditentukan oleh lama waktu iradiasi dan jarak dari sumber.

Hasil percobaan iradiasi 700 ml sampel limbah simulasi larutan KCN dengan konsentrasi awal

1500 ppm dan diiradiasi selama 33 hari dengan sumber Ra-226 terkapsulasi berlaju dosis 760

mSv/jam dapat dilihat pada Tabel. 2. Hasilnya menunjukkan adanya penurunan kandungan

sianida dari 1500 ppm menjadi 22 ppm. Hasil percobaan awal tersebut mengindikasikan adanya

proses penguraian molekul sianida yang diakibatkan oleh interaksi iradiasi energi γ pada sampel.

Pada irradiasi dengan waktu panjang menyebabkan penurunan konsentrasi sianida semakin

besar, kejadian tersebut dapat dipahami dengan semakin besarnya dosis radiasi yang diserap

(dose absorbed) maka tingkat radiolitiknya menjadi besar dan proses penguraian sianida yang

diakibatkannya menjadi besar pula. Pada hubungan antara besarnya dosis terpancar terhadap

konsentrasi sianida, (Gambar. 7) didapatkan adanya hubungan secara linier antara besarnya

dosis terserap dengan penurunan konsentrasi sianida yang diakibatkannya. Kemudian apabila

yang diharapkan adalah konsentrasi sianida 0,5 ppm sesuai dengan batas baku mutu limbah

kategori II maka diperlukan iradiasi dengan waktu selama ± 40 hari.

Kebutuhan waktu iradiasi tersebut dapat diperkecil dengan cara meningkatkan besaran laju dosis

iradiator yang dipakai. Selanjutnya apabila diterapkan pada limbah sesungguhnya maka

diperlukan dosis yang lebih besar lagi mengingat keberadaan polutan di limbah sungguhan

adalah besar. Sangat dimungkinkan terjadinya mekanisme proses lain sehubungan dengan

bertambahnya kandungan senyawa di limbah. Untuk menelusuri proses yang terjadi masih

diperlukan analisis secara kuantikualitatif dengan berbagai metode seperti spektrofotometer IR

dan UV.

Tabel 2. Hasil analisis kandungan sianida dan waktu irradiasi limbah simulasi

Page 9: Analisis Pengolahan Limbah Sianida Pada Tambang Emas

Hari

Waktu Iradiasi Dosis

dipancarkan

(Sv)

Kandungan

sianida

sampel (ppm)

Sianida

terdistruksi

(ppm)Hari Jam

1 0 0 0 1500,00 0

2 5 120 361,52 1305,56 194,44

3 11 264 795,56 1018,87 481,13

4 33 792 2386,69 22,64 1477,36

Sumberdaya dan kelayakan pemakaian

Lokasi fasilitas pengolahan bijih tambang yang berada di perbukitan dan tertutup untuk umum

merupakan faktor yang menguntungkan jika metode aplikasi iradiasi diterapkan di sistem

pengolahan limbahnya. Jauh dari pemukiman penduduk dan merupakan daerah terpencil dengan

akses jalan transportasi yang hanya mengarah ke fasilitas industri tersebut adalah gambaran

untuk memudahkan monitoring yang harus dilakukan. Faktor ketersediaan akan sumber bekas

Ra-226 terkapsulasi yang masih dapat dimanfaatkan relatif besar, apalagi jika ditunjang dengan

sumber jenis lain seperti Co-60, Iridium dan Cesium yang juga banyak jumlahnya. Ketentuan

dan peraturan yang mengatur terhadap pemakaian bahan radioaktif adalah hal yang harus

diperhatikan. .

KESIMPULAN

Sumber Ra-226 bekas yang tersimpan di PTLR relatif banyak jumlahnya dan setelah dikapsulasi

dengan isolator bahan baja tahan karat jenis SS.304 masih berpotensi untuk dimanfaatkan

sebagai iradiator g karena umur parohnya panjang. Pada percobaan iradiasi limbah simulasi

KCN menggunakan sumber jenis tersebut dengan laju dosis 760 mSv/jam pada jarak 1 m

mampu menurunkan konsentrasi sianida dari 1500 ppm menjadi 22 ppm dalam waktu iradiasi 33

hari.

Page 10: Analisis Pengolahan Limbah Sianida Pada Tambang Emas

REFERENSI

Christian R. Proaño, (2010) Stabilizing an Unstable Economy: On the Choice of Proper

Policy Measures Macroeconomic Policy Institute, Düsseldorf

Dietz, S. (2012) The Treatment of Risk and Uncertainty in the US Social Cost of Carbon for

Regulatory Impact Analysis, Grantham Research Institute on Climate Change and the

Environment, and Department of Geography and Environment, London School of

Economics and Political Science (LSE)

Setiawan, B (1996) Effect Of Ca Ions In Solution To Cs-137 Sorption Into Soil Samples Proc.

Seminar of Safety and NPP Tech. PSPKR/PRSG /PPEN - BATAN, Serpong p 423 (in

Indonesian).

Siregar, D., Yulianto, A(1999) Tambang Emas Pongkor Pertambangan Emas

Berwawasan Lingkungan. Proc Seminar Teknologi Pengolahan Limbah II

BATAN, Jakarta

Sutoto, (2007) Efek Radiasi Emas,Pusat Teknologi Radioaktif Limbah. BATAN, Jakarta

Robert, M Davidson, Modes Of Occurance Of Trace Elements In Coal. Results From An

International Collabotative Programme. London SW 15 AA, united kingdom

Vogel (1979) Textbook of Macro and Semimicro Qualitative Inorganic Analysis,

Longman Group Limited, London

Page 11: Analisis Pengolahan Limbah Sianida Pada Tambang Emas

Gambar 1. Diagram proses pengambilan emas

Sumber: pusat teknologi limbah radioaktif

Page 12: Analisis Pengolahan Limbah Sianida Pada Tambang Emas

Sumber: pusat teknologi limbah radioaktif

Page 13: Analisis Pengolahan Limbah Sianida Pada Tambang Emas

Gambar 6. System pengolahan limbah

Sumber: pusat teknologi limbah radioaktif

Page 14: Analisis Pengolahan Limbah Sianida Pada Tambang Emas

Gambar 7. Grafik hubungan antara dosis terpancarkan terhadap dosis sianida

Sumber: pusat teknologi limbah radioaktif

Page 15: Analisis Pengolahan Limbah Sianida Pada Tambang Emas

LAMPIRAN

REFERENSI