ALIH KELAMIN JANTAN PADA IKAN NILA MERAH Oreochromis …

28
ALIH KELAMIN JANTAN PADA IKAN NILA MERAH Oreochromis sp. MENGGUNAKAN 17α-METILTESTOTERON MELALUI PAKAN DAN PENINGKATAN SUHU SAFIRA QISTHINA AYUNINGTYAS DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Transcript of ALIH KELAMIN JANTAN PADA IKAN NILA MERAH Oreochromis …

Page 1: ALIH KELAMIN JANTAN PADA IKAN NILA MERAH Oreochromis …

ALIH KELAMIN JANTAN PADA IKAN NILA MERAH

Oreochromis sp. MENGGUNAKAN 17α-METILTESTOTERON

MELALUI PAKAN DAN PENINGKATAN SUHU

SAFIRA QISTHINA AYUNINGTYAS

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: ALIH KELAMIN JANTAN PADA IKAN NILA MERAH Oreochromis …
Page 3: ALIH KELAMIN JANTAN PADA IKAN NILA MERAH Oreochromis …

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Alih Kelamin Jantan

pada Ikan Nila Merah Oreochromis sp. Menggunakan 17α-metiltestosteron

Melalui Pakan dan Peningkatan Suhu adalah benar karya saya dengan arahan dari

komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan

tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2014

Safira Qisthina Ayuningtyas

NIM C14100061

Page 4: ALIH KELAMIN JANTAN PADA IKAN NILA MERAH Oreochromis …

ABSTRAK

SAFIRA QISTHINA AYUNINGTYAS. Alih Kelamin Jantan pada Ikan Nila

Merah Oreochromis sp. Menggunakan 17α-metiltestosteron Melalui Pakan dan

Peningkatan Suhu. Dibimbing oleh MUHAMMAD ZAIRIN JUNIOR and

DINAR TRI SOELISTYOWATI.

Ikan nila merah (Oreochromis sp.) jantan memiliki laju pertumbuhan yang

cepat dibandingkan betinanya. Selain itu, ikan nila memiliki sifat cepat matang

gonad dan mudah memijah sehingga akan menghambat pertumbuhan ikan. Salah

satu cara untuk mengurangi masalah yang terjadi yakni dengan memelihara

populasi ikan nila merah tunggal kelamin atau monoseks jantan. Metode yang

dilakukan adalah pemberian hormon 17α-metiltestosteron dengan dosis berbeda

melalui pakan buatan dan peningkatan suhu air. Penelitian ini bertujuan untuk

mengevaluasi dosis hormon 17α-metiltestosteron melalui pakan buatan dan

peningkatan suhu air terhadap keberhasilan alih kelamin jantan pada ikan nila

merah. Penelitian ini dirancang menggunakan pola faktorial 2 x 3 yaitu terdiri dari

perlakuan suhu (suhu ruang dan 30ᴼC) dan dosis 17α-metiltestosteron (0, 10, 20

mg/kg pakan). Dosis hormon 17α-metiltestosteron terbaik yang didapatkan adalah

20 mg/kg pakan dengan nisbah kelamin jantan 86.31%, laju pertumbuhan harian

8.18% dan rasio konversi pakan 1,53.

Kata kunci : 17α-metiltestosteron, Alih Kelamin, Ikan Nila Merah.

ABSTRACT

SAFIRA QISTHINA AYUNINGTYAS. Sex Reversal of Red Nile Tilapia Using

17α- Methyltestosterone Enriched Feed and Increased Temperature. Supervised

by MUHAMMAD ZAIRIN JUNIOR and DINAR TRI SOELISTYOWATI.

The growth rate of male red Nile tilapia (Oreochromis sp.) is faster than

the female. Furthermore, the maturation process of Nile tilapia is relatively fast

which causes slower growth rate. One of solutions on this problem is rearing all

male population or monosex culture. The method used in this study is

commercial feed enrichment with 17α-methyltestosterone at different dosages and

water temperature manipulation. The purpose of this research was to evaluate the

effects of commercial feed enrichment with different dosages of 17α-

methyltestosterone and water temperature manipulation on success rate of sex

reversal on red Nile tilapia into all male population. This research was designed

using factorial pattern 2 x 3 consisted of different temperature treatments (room

temperature and 30ᴼC) and 17α-methyltestosterone dosages (0, 10, 20 mg/kg of

commercial feed). The best dosage of 17α-methyltestosterone was 20 mg/kg of

commercial feed with male to female sex ratio of 86.31%, daily growth rate of

8.18% dan feed conversion ratio of 1,53.

Keywords: 17α-Methyltestosterone, Sex reversal, red Nile tilapia

Page 5: ALIH KELAMIN JANTAN PADA IKAN NILA MERAH Oreochromis …

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Perikanan

pada

Departemen Budidaya Perairan

ALIH KELAMIN JANTAN PADA IKAN NILA MERAH

Oreochromis sp. MENGGUNAKAN 17α-

METILTESTOSTERON MELALUI PAKAN DAN

PENINGKATAN SUHU

SAFIRA QISTHINA AYUNINGTYAS

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 6: ALIH KELAMIN JANTAN PADA IKAN NILA MERAH Oreochromis …
Page 7: ALIH KELAMIN JANTAN PADA IKAN NILA MERAH Oreochromis …

Judul Skripsi : Alih Kelamin Jantan pada Ikan Nila Merah Oreochromis sp.

Menggunakan 17α-metiltestosteron Melalui Pakan dan Peningkatan

Suhu

Nama : Safira Qisthina Ayuningtyas

NIM : C14100061

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Muhammad Zairin Jr, MSc

Pembimbing I

Dr Ir Dinar Tri Soelistyowati, DEA

Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Sukenda, MSc

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 8: ALIH KELAMIN JANTAN PADA IKAN NILA MERAH Oreochromis …

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Alih Kelamin

Jantan pada Ikan Nila Merah Oreochromis sp. Menggunakan 17α-metiltestosteron

Melalui Pakan dan Peningkatan Suhu” ini berhasil diselesaikan. Oleh karena itu,

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhammad Zairin Jr, M.Sc dan Ibu Dr. Ir. Dinar Tri

Soelistyowati, DEA selaku Pembimbing Skripsi yang telah memberikan

banyak saran dan dukungan dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan

tugas akhir ini,

2. Dr. Sri Nuryati, S.Pi., M.Si. selaku Pembimbing Akademik atas bimbingan

selama penulis menempuh pendidikan sarjana,

3. Dr. Ir. Muhammad Agus Suprayudi, M.Si. selaku Dosen Penguji dalam Ujian

Akhir Skripsi dan Dr. Dinamella Wahjuningrum, S.Si., M.Si. selaku Komisi

Pendidikan S1 BDP atas masukannya dalam penyusunan tugas akhir ini,

4. Mba Lina, Bapak Wasjan, Mba Retno, Kang Abe, Bapak Mar, Mba Yuli, Mba

Suri, Bapak Aam, Bapak Henda, Bapak Depi, dan Bapak Nandar yang telah

banyak membantu pelaksanaan penelitian,

5. Orangtua tercinta, Bapak Anang Sudarna, almh. Ibu Nenny Sumarliani, Bunda

Nani Sumarni, Kakak Bayu, Adik Khaerunassa, Adik Khaerunissa dan Adik

Tristan, serta seluruh keluarga dan terkasih Muhammad Urfa atas segala doa

dan dukungan semangat kepada penulis,

6. Teman-teman seperjuangan PBI 47 terutama Lilis, Euis, Haris, Dwi, Herry,

Ovie, Adri, Linly, Arman, Bayyu

7. Sahabat-sahabat terdekat : Evy, Vani, Dian, Novi, Cindy, Een, Ria Septy dan

BDP 47 serta teman kosan ACC putri „lorong tikus corp‟: April, Ajeng, Kak

Onna, Kak Kokom, Dian, Muti, Hanah, dan Icha atas semangat, motivasi,

kebersamaan, dan kenangannya, serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan

satu persatu atas segala bantuan yang telah diberikan.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis, ilmu pengetahuan, masyarakat,

dan seluruh pihak yang membutuhkan.

Bogor, Oktober 2014

Safira Qisthina Ayuningtyas

Page 9: ALIH KELAMIN JANTAN PADA IKAN NILA MERAH Oreochromis …

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ viii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... viii

PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

Latar Belakang………………………………………………………………......1

Tujuan…………………………………………………………………………...2

METODE ............................................................................................................ 2

Materi Uji………………………………………………………………………. 2

Ikan Uji .................................................................................................... 2

Pakan Berhormon ..................................................................................... 2

Rancangan Penelitian…………………………………………………………... 2

Prosedur Penelitian……………………………………………………………...3

Persiapan Wadah dan Ikan Uji .................................................................. 3

Perlakuan Alih Kelamin ........................................................................... 3

Pengelolaan Kualitas Air .......................................................................... 3

Identifikasi Jenis Kelamin ........................................................................ 3

Parameter Uji…………………………………………………………………… 4

Nisbah Kelamin Jantan (NKJ) .................................................................. 4

Tingkat Kelangsungan Hidup (TKH) ........................................................ 4

Laju Pertumbuhan Harian (LPH) .............................................................. 4

Rasio Konversi Pakan (RKP) .................................................................... 5

Kualitas Air .............................................................................................. 5

Analisis Data ............................................................................................ 5

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................ 6

Nisbah Kelamin Jantan ............................................................................. 6

Tingkat Kelangsungan Hidup ................................................................... 7

Laju Pertumbuhan Harian ......................................................................... 8

Rasio Konversi Pakan ............................................................................... 9

Abnormalitas……………………………………………………………...10

Kualitas Air ............................................................................................ 10

KESIMPULAN ................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 11

LAMPIRAN ...................................................................................................... 12

RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... 18

Page 10: ALIH KELAMIN JANTAN PADA IKAN NILA MERAH Oreochromis …

DAFTAR TABEL

1 Rancangan percobaan pemberian 17α-metiltestosteron melalui pakan dan peningkatan suhu ………………………………………………........................ 2 

2 Satuan dan alat ukur parameter kualitas air …………………………………... 5 3 Kualitas air selama pemeliharaan ikan nila merah (60 hari)…………………... 10  

DAFTAR GAMBAR

1 Nisbah kelamin jantan ikan nila merah pada perlakuan hormon 17α-metiltestosteron melalui pakan dan peningkatan suhu …………………….......... 6 

2 Pewarnaan gonad ikan nila merah umur 60 hari dengan metode asetokarmin...... 7 3 Tingkat kelangsungan hidup ikan nila merah pada pemeliharaan 60 hari.…....... 7 4 Laju pertumbuhan harian ikan nila merah selama pemeliharaan 60 hari .............. 8 5 Rasio konversi pakan ikan nila merah selama pemeliharaan (60 hari)………...... 9 

 

DAFTAR LAMPIRAN

1 Prosedur Sampling Bobot……………………………………………………....  2 Prosedur Pewarnaan Asetokarmin……………………………………………...  3 Hasil Analisis Faktorial RAK dan Hasil Uji Duncan Nisbah Kelamin Jantan....  4 Hasil Analisis Faktorial RAK dan Hasil Uji Duncan Tingkat Kelangsungan

Hidup…………………………………………………………………………....  5 Hasil Analisis Faktorial RAK dan Hasil Uji Duncan Laju Pertumbuhan

Harian………………………………………………………………….……….. 6 Hasil Analisis Faktorial RAK dan Hasil Uji Duncan Rasio Konversi Pakan…..

12 13 14 15 16 17

Page 11: ALIH KELAMIN JANTAN PADA IKAN NILA MERAH Oreochromis …

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan nila merah (Oreochromis sp.) merupakan salah satu komoditas

budidaya air tawar konsumsi yang sangat digemari oleh masyarakat. Ikan nila

merah memiliki laju pertumbuhan yang berbeda antara ikan jantan dan betina.

Umumnya ikan nila merah jantan lebih cepat tumbuh dibandingkan betinanya

(Zairin 2002). Selain itu, ikan nila memiliki sifat cepat matang gonad dan mudah

memijah sehingga akan menghambat pertumbuhan ikan. Salah satu cara untuk

mengurangi masalah yang terjadi yakni dengan memelihara populasi ikan nila

merah tunggal kelamin atau monoseks jantan. Populasi monoseks memberikan

keuntungan antara lain laju pertumbuhan yang seragam dan mengurangi

terjadinya pemijahan liar. Menurut Zairin (2002), metode yang dapat digunakan

untuk menghasilkan benih monoseks jantan seperti penggunaan hormon (secara

langsung) dan rekayasa kromosom (secara tak langsung). Teknik pengalihan

kelamin dibagi menjadi dua jenis yakni teknik maskulinisasi dan teknik feminisasi.

Teknik maskulinisasi akan menghasilkan benih jantan, sedangkan teknik

feminisasi menghasilkan benih betina. Beberapa faktor yang mempengaruhi alih

kelamin antara lain hormon endogenous, hormon eksogenous dan faktor

lingkungan (Massenreng 2007). Menurut Zairin (2002), pengalihan kelamin dapat

merubah fenotipe ikan namun tidak merubah genotip ikan.

Metode yang telah dilakukan oleh pembudidaya dalam menghasilkan benih

monoseks jantan yakni dengan pemberian hormon steroid sintetik dari kelompok

androgen seperti 17α-metiltestosteron. Pemberian hormon sintetik ini sangat

efektif untuk menghasilkan benih monoseks jantan. Pemberian hormon sintetik

tersebut dapat dilakukan melalui pakan, perendaman atau penyuntikan. Metode

yang mudah dan praktis digunakan adalah metode melalui pemberian pakan

berhormon. Penelitian sebelumnya dilakukan pada ikan nila merah (Oreochromis

sp.) dengan dosis 17α-metiltestosteron 50 mg/kg pakan saat umur 6 hari dengan

lama perlakuan 42 hari mendapatkan hasil berupa 100% jantan dengan

kelangsungan hidup 89% (Hinnes and Watts 1995 dalam Zairin 2002). Pemberian

dosis yang terlalu tinggi dapat menyebabkan ikan menjadi steril, abnormal, dan

bahkan dapat menyebabkan kematian ikan (Zairin 2002).

Metode dengan peningkatan suhu air (manipulasi lingkungan) memiliki

kekurangan yakni tingkat kelangsungan hidup ikan rendah apabila suhu air

terlampau tinggi. Kisaran suhu optimal dalam budidaya ikan nila merah yaitu

29.4ᴼC-31.1

ᴼC dan suhu yang mematikan yakni ≤ 18.3

ᴼC dan ≥42

ᴼC (Popma dan

Masser 1999 dalam Sipayung 2010). Menurut Abou el fotoh et al. (2014) semakin

tinggi suhu maka tingkat kelangsungan hidup ikan semakin rendah. Abou el fotoh

et al. (2014) mengatakan pada suhu 28ᴼC menghasilkan ikan nila jantan sebesar

52.33% sedangkan pada suhu 36ᴼC menghasilkan ikan nila jantan sebesar 81%

sehingga dapat disimpulkan bahwa suhu dan alih kelamin berbanding lurus.

Menurut Baroiller et al. (1995) dalam Phelps and Popma (2000), suhu 36ᴼC dapat

menambah rasio jantan pada ikan nila. Menggunakan ikan mujair (Oreochromis

mossambica) dengan suhu 22ᴼC, 25

ᴼC, 27

ᴼC, 33

ᴼC dan 38

ᴼC tidak berdampak pada

alih kelamin ikan mujair (Varadaraj et al. 1994 dalam Phelps and Popma 2000).

Page 12: ALIH KELAMIN JANTAN PADA IKAN NILA MERAH Oreochromis …

2

Penelitian ini menggunakan dosis hormon 17α-metiltestosteron sebanyak 10 dan

20 mg/kg pakan dan peningkatan suhu sebesar 30ᴼC sehingga diharapkan

penelitian ini memberikan hasil terbaik dan dapat meningkatkan efisiensi produksi.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dosis hormon 17α-

metiltestosteron melalui pakan buatan dan peningkatan suhu air terhadap

keberhasilan alih kelamin jantan pada ikan nila merah.

METODE

Materi Uji

Ikan Uji

Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan nila merah yang

masih memiliki kuning telur (yolk). Ikan nila merah ini diperoleh dari kolam

percobaan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor dengan

bobot rata-rata 0.0095 gram dan dipelihara dengan kepadatan 100 ekor/65 Liter.

Jumlah ikan yang digunakan untuk penelitian ini sebanyak 1800 ekor.

Pakan Berhormon

Hormon yang digunakan dalam penelitian merupakan hormon sintetik yakni

hormon 17α-metiltestosteron. Hormon 17α-metiltestosteron tersebut dilarutkan

dalam 300 ml alkohol 70% untuk 1 kg pakan buatan. Kemudian larutan 17α-

metiltestosteron disemprotkan menggunakan alat penyemprot ke pakan yang

berada di dalam plastik lalu di aduk sampai rata. Pakan didiamkan di udara

terbuka yang tidak terkena sinar matahari secara langsung selama 10 menit lalu

disimpan di tempat yang tidak terkena sinar matahari secara langsung.

Rancangan Penelitian

Penelitian ini dirancang dengan pola faktorial 2 x 3 yaitu terdiri dari

perlakuan suhu (suhu ruang dan 30ᴼC) dan dosis 17α-metiltestosteron (0, 10, 20

mg/kg pakan) (Tabel 1).

Tabel 1 Rancangan percobaan pemberian 17α-metiltestosteron melalui pakan dan

peningkatan suhu

Perlakuan Keterangan

A Pakan tanpa hormon pada suhu ruang

B Pakan berhormon 10 mg/kg pakan pada suhu ruang C Pakan berhormon 20 mg/kg pakan pada suhu ruang

D Pakan tanpa hormon pada suhu dipanaskan (30ᴼC)

E Pakan berhormon 10 mg/kg pakan pada suhu dipanaskan (30ᴼC)

F Pakan berhormon 20 mg/kg pakan pada suhu dipanaskan (30ᴼC)

Page 13: ALIH KELAMIN JANTAN PADA IKAN NILA MERAH Oreochromis …

3

Prosedur Penelitian

Persiapan Wadah dan Ikan Uji

Wadah yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuarium yang

berukuran 95 x 46 x 45 cm sebanyak 18 buah. Pada masing-masing akuarium

diberi aerasi. Heater dipasang pada 6 akuarium saja untuk perlakuan suhu yang

dipanaskan. Sebelum digunakan, akuarium dibersihkan dengan menggunakan

kalium permanganate dengan dosis 30 ppm sebagai desinfektan. Selanjutnya

akuarium dicuci bersih dan diisi air kembali untuk diberi klorin dengan dosis 30

ppm sebagai desinfektan, didiamkan selama 2-3 hari dengan aerasi kuat kemudian

diberikan natrium tiosulfat sebanyak 2.18 gram sebagai penetral air lalu

didiamkan 1 hari dengan aerasi kuat. Akuarium kemudian diisi dengan air

sebanyak 65 liter. Sebelum diberi perlakuan, ikan diadaptasikan terlebih dahulu

terhadap lingkungan dan pakan alami berupa artemia selama 4 hari, lalu ikan

diberi pakan perlakuan.

Perlakuan Alih Kelamin

Penelitian ini dibagi menjadi dua bagian yakni masa perlakuan hormon

menggunakan 17α-metiltestosteron dan masa pemeliharaan. Lama masa perlakuan

hormon 17α-metiltestosteron dan peningkatan suhu yaitu 21 hari. Sedangkan lama

masa pemeliharaan yaitu 39 hari. Selama penelitian diberikan pakan dengan

metode pemberian pakan ad restricted yaitu pemberian pakan dengan ukuran

tertentu (Feeding Rate). Feeding rate penelitian ini yaitu 15% dari bobot ikan

untuk 12 hari pertama dan untuk selanjutnya 10% dari bobot ikan. Selama

penelitian dilakukan sampling bobot setiap 10 hari sekali dengan mengambil

sampel ikan sebanyak 30% dari jumlah populasi akhir (Lampiran 1).

Pengelolaan Kualitas Air

Faktor yang menentukan kelayakan air pada budidaya sering disebut

kualitas air. Parameter kualitas air yang diamati pada penelitian meliputi suhu,

pH, nitrit dan total amoniak nitrogen (TAN). Kualitas air sangat berpengaruh

langsung terhadap kesehatan, pertumbuhan, dan reproduksi hewan yang

dibudidayakan. Penanganan kualitas air dalam penelitian diantaranya pergantian

air setiap dua hari sekali dilakukan pada pagi hari dengan membuang air sebanyak

50% dan diganti dengan air baru yang berasal dari tempat penampungan air

(tandon) serta setiap hari dilakukan penyiponan dengan membuang air 10% dan

diganti dengan air baru yang berasal dari tandon. Selama penelitian dilakukan

sampling kualitas air setiap 20 hari sekali dengan mengambil sampel air yaitu air

sebelum dilakukan pergantian air dan air setelah pergantian air.

Identifikasi Jenis Kelamin

Identifikasi jenis kelamin bertujuan untuk mengetahui jenis kelamin ikan.

Pada penelitian ini cara identifikasi jenis kelamin yang digunakan yaitu secara

primer dengan mengamati secara langsung pada gonadnya. Metode yang

digunakan adalah metode asetokarmin. Larutan asetokarmin dibuat dengan cara

melarutkan 0.6 gram bubuk karmin di dalam 100 ml asam asetat 45%. Larutan ini

dipanaskan selama 2-4 menit lalu didinginkan dan disaring menggunakan kertas

Page 14: ALIH KELAMIN JANTAN PADA IKAN NILA MERAH Oreochromis …

4

saring untuk memisahkan partikel-partikel kasar yang tersisa. Tahapan identifikasi

jenis kelamin yakni dengan mengambil gonad ikan lalu di letakkan di kaca

preparat kemudian di teteskan larutan asetokarmin sebanyak 2-3 tetes lalu tutup

menggunakan objek glass kemudian diamati di mikroskop (Lampiran 2).

Parameter Uji

Nisbah Kelamin Jantan (NKJ)

Nisbah kelamin jantan merupakan persentase jumlah ikan jantan

dibandingkan dengan jumlah ikan secara keseluruhan. Nisbah kelamin jantan

dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

NKJ =Ij

Isx 100%

Keterangan :

NKJ = Nisbah kelamin jantan (%)

Ij = Jumlah ikan jantan

Is = Jumlah ikan yang diamati

Tingkat Kelangsungan Hidup (TKH)

Tingkat kelangsungan hidup merupakan persentase jumlah ikan yang

hidup pada akhir pemeliharaan dibandingkan dengan jumlah ikan pada awal

pemeliharaan. Tingkat kelangsungan hidup dapat dihitung dengan menggunakan

rumus:

TKH =Nt

Nox 100%

Keterangan :

TKH = Tingkat kelangsungan hidup (%)

Nt = Jumlah ikan pada akhir pemeliharaan

No = Jumlah ikan pada awal pemeliharaan

Abnormalitas (Ab)

Abnormalitas merupakan persentase jumlah ikan yang abnormal secara

fisik dibandingkan dengan jumlah keseluruhan ikan. Abnormalitas dapat dihitung

dengan menggunakan rumus:

Ab =Iab

Isx 100%

Keterangan :

Ab = Abnormalitas (%)

Iab = Jumlah ikan yang abnormal

Is = Jumlah ikan yang diamati

Laju Pertumbuhan Harian (LPH)

Laju pertumbuhan harian menunjukkan persentase pertumbuhan bobot

harian ikan selama masa pemeliharaan. Laju pertumbuhan harian dapat dihitung

dengan menggunakan rumus :

Page 15: ALIH KELAMIN JANTAN PADA IKAN NILA MERAH Oreochromis …

5

𝐿𝑃𝐻 = 𝑊𝑡

𝑊𝑜

𝑡

− 1 𝑥 100%

Keterangan :

LPH = Laju pertumbuhan harian (%)

Wo = Bobot rata-rata ikan pada awal pemeliharaan

Wt = Bobot rata-rata ikan pada akhir pemeliharaan

t = Lama pemeliharaan

Rasio Konversi Pakan (RKP)

Konversi pakan didefinisikan sebagai satuan yang menyatakan banyaknya

pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg ikan. Pengukuran nilai konversi

pakan dapat menggunakan rumus :

RKP =∑F

Bt + Bm − Bo

Keterangan :

RKP = Rasio konversi pakan

∑F = Jumlah pakan yang diberikan

Bt = Biomassa ikan pada akhir pemeliharaan

Bm = Biomassa ikan yang mati selama pemeliharaan

Bo = Biomassa ikan pada awal pemeliharaan

Kualitas Air

Parameter kualitas air yang diukur dalam penelitian ini meliputi suhu, pH,

DO, Nitrit dan TAN (Total Amoniak Nitrogen). Berikut adalah satuan dan alat

pengukuran dari parameter kualitas air yang diukur (Tabel 2).

Tabel 2 Satuan dan alat ukur parameter kualitas air

Parameter Satuan Alat Ukur

Suhu oC Termometer

pH - pH meter

DO mg/L DO meter

TAN mg/L Spektrofotometer

Nitrit Mg/L Spektrofotometer

Analisis Data

Data kuantitatif dianalisis ANOVA menggunakan SPSS 16.0 dan data

kualitas air serta data abnormalitas dianalisis secara deskriptif.

Page 16: ALIH KELAMIN JANTAN PADA IKAN NILA MERAH Oreochromis …

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Nisbah Kelamin Jantan

Nisbah kelamin jantan ikan nila merah tertinggi ada pada perlakuan

pemberian hormon 20 mg/kg pakan dengan suhu ruang (perlakuan C) sebesar

86.31% dan perlakuan pemberian hormon 20 mg/kg pakan dengan suhu 30ᴼC

(perlakuan F) sebesar 75.24% selanjutnya diikuti oleh perlakuan pemberian

hormon 10 mg/kg pakan dengan suhu ruang (perlakuan B) sebesar 73.86%,

perlakuan pemberian hormon 10 mg/kg pakan dengan suhu 30ᴼC (perlakuan E)

sebesar 63.33%, Perlakuan pemberian hormon 0 mg/kg pakan dengan suhu 30ᴼC

(perlakuan D) sebesar 63.33% dan perlakuan pemberian hormon 0 mg/kg pakan

dengan suhu ruang (perlakuan A) sebesar 41.26%. Hasil nisbah kelamin jantan

perlakuan C dan F menunjukkan hasil berbeda nyata (P<0.05). Namun,

peningkatan suhu tidak berbeda nyata terhadap nisbah kelamin jantan ikan nila

merah (Gambar 1 dan Lampiran 3).

Keterangan :

Huruf superscript yang berbeda pada grafik yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0.05) A (tanpa hormon dan suhu ruang), B (10 mg/kg dan suhu ruang), C (20 mg/kg dan suhu ruang), D (tanpa

hormon dan 30ᴼC), E (10 mg/kg dan 30ᴼC) dan F (20 mg/kg dan 30ᴼC) Gambar 1 Nisbah kelamin jantan ikan nila merah pada perlakuan hormon 17α-

metiltestosteron melalui pakan dan peningkatan suhu

Berdasarkan Gambar 1 didapatkan bahwa nisbah kelamin jantan tertinggi

sebesar 86.31% pada pemberian 17α-metiltestosteron sebanyak 20 mg/kg pakan.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Zairin (2002) bahwa penggunaan hormon

steroid dapat menghasilkan benih monoseks jantan. Teknik untuk menghasilkan

benih monoseks adalah sex reversal. Sex reversal adalah suatu teknologi

pembalikan kelamin secara fenotipe. Pembalikan kelamin secara fenotipe yakni

ikan yang berkelamin jantan secara genotipe diarahkan perkembangan gonadnya

menjadi betina secara fungsional dan sebaliknya. Teknik untuk menghasilkan

benih monoseks jantan biasanya disebut dengan maskulinisasi. Menurut Arfah

41.26

73.86

86.31

55.49

63.33

75.24

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

90.00

100.00

A B C D E F

NIS

BA

H K

EL

AM

IN J

AN

TA

N (

%)

PERLAKUAN

a ab b a ab b

Page 17: ALIH KELAMIN JANTAN PADA IKAN NILA MERAH Oreochromis …

7

(2008) jenis kelamin ikan ditentukan oleh faktor genetis dan lingkungan. Faktor

genetis yang menentukan jenis kelamin suatu individu yaitu kromosom sex

(gonosom). Keberhasilan maskulinisasi dipengaruhi oleh ketepatan memanipulasi

faktor lingkungan terhadap produksi steroid pada saat yang tepat. Waktu yang

tepat untuk melakukan pembalikan kelamin ikan adalah pada saat masa seks

diferensiasi suatu individu (Sipayung 2010). Seks diferensiasi (alih kelamin)

adalah suatu proses dimana gonad belum terdeferensiasi menjadi testis atau

ovarium sesuai dengan genetiknya yang dipengaruhi oleh lingkungan (Farrell

2011). Masa diferensiasi ikan terjadi hingga 30 hari setelah menetas (Kwon et al.

2000 dalam Sudrajat et al. 2007). Perbedaan gonad jantan dan betina pada ikan

nila merah umur 60 hari dalam penelitian ini yaitu gonad jantan ditunjukkan

dengan sel gonad yang lebih rapat dibandingkan sel gonad betina (Gambar 2).

(a) (b)

Keterangan : (a) Gonad Jantan (b) Gonad betina

Gambar 2 Pewarnaan gonad ikan nila merah umur 60 hari dengan metode

asetokarmin

Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat kelangsungan hidup ikan nila merah tertinggi ada pada perlakuan

A (17.33), selanjutnya diikuti oleh perlakuan B (15.33) dan D (15.33), F (9.67), C

(7.33) dan E (6.67). Hasil tingkat kelangsungan hidup pada semua perlakuan

menunjukkan hasil tidak berbeda nyata (P>0.05) (Gambar 3 dan Lampiran 4).

Keterangan :

A (tanpa hormon dan suhu ruang), B (10 mg/kg dan suhu ruang), C (20 mg/kg dan suhu ruang), D (tanpa

hormon dan 30ᴼC), E (10 mg/kg dan 30ᴼC) dan F (20 mg/kg dan 30ᴼC)

Gambar 3 Tingkat kelangsungan hidup ikan nila merah pada pemeliharaan 60 hari

17.33

15.33

7.33

15.33

6.67

9.67

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

16.00

18.00

20.00

A B C D E F

TIN

GK

AT

KE

LA

NG

SU

NG

AN

HID

UP

(%

)

PERLAKUAN

Page 18: ALIH KELAMIN JANTAN PADA IKAN NILA MERAH Oreochromis …

8

Derajat Kelangsungan hidup ikan merupakan salah satu hal yang sangat

berpengaruh terhadap keberhasilan dan keberlanjutan suatu budidaya. Pemberian

material dari luar sebagai pemacu pertumbuhan atau manipulasi kelamin secara

langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi kelangsungan hidup ikan

(Artanto 2010). Berdasarkan Gambar 3 didapatkan tingkat kelangsungan hidup

ikan tertinggi sebesar 17.33% pada perlakuan tanpa pemberian 17α-

metiltestosteron dengan suhu ruang. Tingkat kelangsungan hidup yang diperoleh

dari penelitian relatif rendah. Diduga, hal ini disebabkan oleh dosis hormon 17α-

metiltestosteron yang diberikan terlalu tinggi. Namun, tingkat kelangsungan hidup

pada semua perlakuan tidak berbeda nyata. Tingkat kelangsungan hidup yang

diperoleh dari penelitian relatif rendah dapat disebabkan dengan larva ikan nila

merah saat perlakuan belum mampu mencerna pakan buatan secara sempurna.

Selain itu, frekuensi pemberian pakan dapat mempengaruhi tingkat kelangsungan

hidup larva. Frekuensi pemberian pakan berbanding lurus dengan laju

pengosongan lambung yakni semakin cepat laju pengosongan lambung maka

semakin banyak pemberian pakan dan begitu pula sebaliknya (Sipayung 2010).

Pada penelitian ini frekuensi pemberian pakan sebanyak tiga kali sehari dengan

tujuan untuk mengurangi jumlah hormon 17α-metiltestosteron yang akan

diberikan kepada ikan.

Laju Pertumbuhan Harian

Laju pertumbuhan harian ikan nila merah tertinggi pada perlakuan E (8.48),

selanjutnya diikuti perlakuan C (8.34), perlakuan F (8.18), perlakuan D (8.13),

perlakuan A (7.93) dan perlakuan B (7.65). Hasil laju pertumbuhan harian pada

semua perlakuan menunjukkan hasil tidak berbeda nyata (P>0.05) (Gambar 4 dan

Lampiran 5).

Keterangan :

A (tanpa hormon dan suhu ruang), B (10 mg/kg dan suhu ruang), C (20 mg/kg dan suhu ruang), D (tanpa hormon dan 30ᴼC), E (10 mg/kg dan 30ᴼC) dan F (20 mg/kg dan 30ᴼC)

Gambar 4 Laju pertumbuhan harian ikan nila merah selama pemeliharaan 60 hari

7.93

7.65

8.34

8.13

8.48

8.18

6.50

7.00

7.50

8.00

8.50

9.00

A B C D E F

LA

JU

PE

RT

UM

BU

HA

N H

AR

IAN

(%)

PERLAKUAN

Page 19: ALIH KELAMIN JANTAN PADA IKAN NILA MERAH Oreochromis …

9

Berdasarkan Gambar 4 didapatkan laju pertumbuhan harian tertinggi

sebesar 8.48% pada perlakuan pemberian 17α-metiltestosteron sebanyak 10

mg/kg pakan dengan suhu 30ᴼC. Laju pertumbuhan harian pada semua perlakuan

tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata diduga karena lama pemeliharaan

yang terlalu singkat penelitian ini berlangsung selama 60 hari. Hal ini sesuai

dengan Rutten (2005) yang menyatakan bahwa laju pertumbuhan antara ikan nila

jantan dan ikan nila betina baru akan terlihat setelah waktu pemeliharaan 150 hari.

Rasio Konversi Pakan

Rasio konversi pakan (RKP) tertinggi pada perlakuan A (2.48),

selanjutnya diikuti perlakuan C (1.87), perlakuan D (1.79), perlakuan B (1.69),

perlakuan E (1.57) dan perlakuan F (1.53). Rasio konversi pakan terbaik pada

perlakuan F yakni 1.53 dan tertinggi pada perlakuan A (2.48). Hasil rasio konversi

pakan pada semua perlakuan menunjukkan hasil tidak berbeda nyata (P>0.05)

(Gambar 5 dan Lampiran 6).

Keterangan :

A (tanpa hormon dan suhu ruang), B (10 mg/kg dan suhu ruang), C (20 mg/kg dan suhu ruang), D (tanpa hormon dan 30ᴼC), E (10 mg/kg dan 30ᴼC) dan F (20 mg/kg dan 30ᴼC)

Gambar 5 Rasio konversi pakan ikan nila merah selama pemeliharaan (60 hari)

Rasio konversi pakan dalam penelitian ini berkisar 1.53-2.48 (Gambar 5).

Rasio konversi pada semua perlakuan tidak menunjukkan hasil yang berbeda

nyata. Beberapa faktor yang mempengaruhi rasio konversi pakan antara lain

palatabilitas pakan, suhu lingkungan dan kepadatan ikan (Sipayung 2010). Faktor

lingkungan seperti suhu akan mempengaruhi metabolisme ikan. Pada penelitian

ini rasio konversi pakan terendah ada pada perlakuan pemberian 17α-

metiltestosteron dengan suhu 30ᴼC. Hal ini sesuai dengan Artanto (2010) yang

menyatakan bahwa suhu meningkat maka pemberian pakan meningkat dan

sebaliknya. Apabila metabolisme meningkat maka pemberian pakan akan

bertambah dan menghasilkan pertumbuhan yang cepat meningkat dalam

pertumbuhan bobot dan panjang.

2.48

1.691.87 1.79

1.57 1.53

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

A B C D E F

RA

SIO

KO

NV

ER

SI

PA

KA

N

PERLAKUAN

Page 20: ALIH KELAMIN JANTAN PADA IKAN NILA MERAH Oreochromis …

10

Abnormalitas

Abnormalitas merupakan persentase jumlah ikan yang abnormal secara

fisik dibandingkan dengan jumlah keseluruhan ikan. Abnormalitas pada ikan

dapat ditunjukan seperti penampilan mulut dan sirip ekor yang tidak proporsional.

Abnormalitas dapat disebabkan oleh genetis dan kurangnya unsur dalam pakan

dan adanya bahan kimia dalam pakan misalnya penggunaan alkohol (Sipayung

2010). Zairin (2002) menyatakan penggunaan hormon 17α-metiltestosteron akan

menyebabkan ikan menjadi abnormalitas, steril dan bahkan menyebabkan

kematian apabila penggunaan dosis hormon 17α-metiltestosteron terlalu tinggi.

Namun, hasil pengamatan ikan nila merah pada penelitian ini tidak menunjukkan

adanya abnormalitas pada seluruh perlakuan sampai akhir pemeliharaan. Hal ini

dapat diduga karena dosis hormon 17α-metiltestosteron tidak menyebabkan

abnormalitas dan kematian pada ikan serta penggunaan dosis 17α-metiltestosteron

dalam penelitian ini relatif rendah.

Kualitas Air

Hasil pengukuran kualitas air selama pemeliharaan ikan nila merah dapat

dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Kualitas air selama pemeliharaan ikan nila merah (60 hari) Perlakuan A B C D E F Standar

Suhu (oC) 25-32 25-32 25-32 26-35 26-35 26-35 29.4-31.1 DO(mg/l) 4.8-8.1 5.0-7.9 4.7-8.3 5.3-8.1 4.7-7.7 5.1-7.0 >2 pH (unit) 7.3-9.0 7.3-8.5 7.3-8.6 7.3-9.6 7.4-9.4 7.4-9.8 6.0-9.0

NH3 0.0013-0.4815

0.0020-0.0434

0.0020-0.0255

0.0004-0.0408

0.0005-0.0216

0.0020-0.0430

<0.02

NO2 0.0028-0.5180

0.0122-0.5621

0.0122-0.8214

0.0122-0.8057

0.0122-0.4265

0.0073-0.5450

<0.05

Keterangan: A (tanpa hormon dan suhu ruang), B (10 mg/kg dan suhu ruang), C (20 mg/kg dan suhu ruang),

D (tanpa hormon dan 30ᴼC), E (10 mg/kg dan 30ᴼC) dan F (20 mg/kg dan 30ᴼC)

Berdasarkan Tabel 3 didapatkan nilai kualitas air untuk parameter suhu

dan kelarutan oksigen (DO) dalam kisaran normal. Nilai pH pada penelitian ini

cenderung lebih tinggi dibandingkan kisaran normal diduga karena hasil

metabolisme ikan dan sisa pakan tinggi. Hal ini sesuai dengan Effendi (2003)

yang menyatakan bahwa hubungan antara pH dengan ammonia adalah berbanding

lurus, apabila pH tinggi maka ammonia tinggi dan sebaliknya. Parameter

ammonia pada penelitian ini menunjukan hasil yang lebih tinggi dari kisaran

normal diduga karena hasil metabolisme ikan dan sisa pakan tinggi. Effendi

(2003) menyatakan bahwa sumber ammonia dalam perairan adalah pemecahan

nitrogen organik (protein dan urea) dan nitrogen anorganik yang terdapat di

dalam tanah dan air, yang berasal dari dekomposisi bahan organik (tumbuhan dan

biota air yang telah mati) oleh mikroba dan jamur. Nilai nitrit dalam penelitian ini

menunjukan hasil yang lebih tinggi dibandingkan kisaran normal. Nilai nitrit yang

lebih dari 0.05 mg/liter dapat bersifat toksik. Sumber nitrit dapat berupa limbah

industri dan limbah domestik (Effendi 2003).

Page 21: ALIH KELAMIN JANTAN PADA IKAN NILA MERAH Oreochromis …

11

KESIMPULAN

Penambahan hormon 17α-metiltestosteron dengan dosis 20 mg/kg pakan

menghasilkan nisbah kelamin jantan 86.31%, laju pertumbuhan harian 8.18% dan

rasio konversi pakan 1.53. Sedangkan peningkatan suhu (30ᴼC) dan interaksi

antara suhu dan hormon tidak berbeda nyata.

DAFTAR PUSTAKA

Abou el-fotoh EM, Ayyat MS, Abd El Rahman GA, Farag ME. 2014. Mono sex

male production in nile tilapia (Oreochromis niloticus) using different

water temperatures. Zagazig J. Agric. Res., Vol. 41 No. (1): 1-8.

Arfah H, Carman O. 2008. Manipulasi hormon dan suhu untuk produksi jantan

homogametik (XX) dalam rangka pengembangan budidaya monoseks

betina ikan patin Pangasionodon hypopthalmus. Jurnal Akuakultur

Indonesia, 7: 33-38.

Artanto AW. 2010. Pengaruh Pemberian Aromatase Inhibitor melalui Perendaman

Larva terhadap Keberhasilan Sex Reversal dan Pertumbuhan Ikan Nila

Merah Oreochromis sp. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan

Lingkungan Perairan.Yogyakarta (ID): Kanisius.

Farrell AP. 2011. Encyclopedia of Fish Physiology: From Genome to

Environment. Canada (BC): Academic Pr.

Massenreng. 2007. Pengaruh Suhu dan Dosis Aromatase Inhibitor (Imidazole)

Terhadap Seks Reversal pada Ikan Lele (Clarias sp.) [Tesis]. Bogor (ID):

Institut Pertanian Bogor.

Phelps RP, Popma TJ. 2000. Sex reversal of tilapia. Pages 34-59 in B.A. Costa-

Pierce and JE Rakocy, eds. Tilapia Aquaculture in the Americas, Vol.2.

The World Aquaculture Society, Baton Rouge, Louisiana, United State.

Rutten MJM. 2005. Breeding for Improved Production of Tilapia [doctoral thesis].

University of Wageningen, Netherlands.

Sipayung DA. 2010. Sex Reversal pada Ikan Nila Merah Oreochromis sp. Melalui

Pemberian Propolis yang Dicampur dalam Pakan Buatan [Skripsi]. Bogor

(ID): Institut Pertanian Bogor.

Sudrajat AO, Astutik ID, Arfah H. 2007. Seks reversal ikan nila merah

(Oreochromis sp.) melalui perendaman larva menggunakan aromatase

inhibitor. Jurnal Akuakultur Indonesia, 6: 103-108.

Zairin M Jr. 2002. Sex Reversal Memproduksi Benih Ikan Jantan atau Betina.

Penebar Swadaya. Jakarta.

Page 22: ALIH KELAMIN JANTAN PADA IKAN NILA MERAH Oreochromis …

12

LAMPIRAN

Lampiran 1 Prosedur Sampling Bobot

Persiapan sampling bobot Pengambilan sampel ikan Perhitungan

sampel ikan

Penirisan sampel ikan Penimbangan sampel ikan

Page 23: ALIH KELAMIN JANTAN PADA IKAN NILA MERAH Oreochromis …

13

Lampiran 2 Prosedur Pewarnaan Asetokarmin

Pengambilan sampel ikan Pembedahan sampel ikan Pengambilan gonad

Pewarnaan Gonad

Page 24: ALIH KELAMIN JANTAN PADA IKAN NILA MERAH Oreochromis …

14

Lampiran 3 Hasil Analisis Faktorial RAK dan Hasil Uji Duncan

Nisbah Kelamin Jantan

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:nisbah_kelamin

Source

Type III

Sum of Squares Df

Mean

Square F Sig.

Corrected

Model 5173.754

a 7 739.108

2.68

9 .076

Intercept 78204.852 1

78204.85

2

284.

553 .000

Hormon 3213.785 2 1606.893

5.84

7 .021

Suhu 27.134 1 27.134 .099 .760

hormon *

suhu 626.886 2 313.443

1.14

0 .358

Blok 1305.949 2 652.974

2.37

6 .143

Error 2748.340 10 274.834

Total 86126.946 18

Corrected

Total 7922.094 17

a. R Squared = .653 (Adjusted R Squared = .410)

nisbah_kelamin

Duncan

Hormon N

Subset

1 2

0 6 48.3733

10 6 68.5983 68.5983

20 6

80.7717

Sig.

.061 .232

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 274.834.

Page 25: ALIH KELAMIN JANTAN PADA IKAN NILA MERAH Oreochromis …

15

Lampiran 4 Hasil Analisis Faktorial RAK dan Hasil Uji Duncan

Tingkat Kelangsungan Hidup

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:TKH

Source

Type III

Sum of Squares Df

Mean

Square F Sig.

Corrected

Model 427.389

a 7 61.056 1.476 .278

Intercept 2568.056 1 2568.056 62.097 .000

Hormon 192.111 2 96.056 2.323 .148

Suhu 34.722 1 34.722 .840 .381

hormon *

suhu 92.111 2 46.056 1.114 .366

Blok 108.444 2 54.222 1.311 .312

Error 413.556 10 41.356

Total 3409.000 18

Corrected

Total 840.944 17

a. R Squared = .508 (Adjusted R Squared = .164)

TKH

Duncan

Hormon N

Subset

1

20 6 8.5000

10 6 11.0000

0 6 16.3333

Sig. .071

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 41.356.

Page 26: ALIH KELAMIN JANTAN PADA IKAN NILA MERAH Oreochromis …

16

Lampiran 5 Hasil Analisis Faktorial RAK dan Hasil Uji Duncan Laju

Pertumbuhan Harian

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:LPH

Source

Type III

Sum of Squares Df

Mean

Square F Sig.

Corrected

Model 63.432

a 7 9.062 28.005 .000

Intercept 1186.658 1 1186.658

3.667E

3 .000

Hormon .187 2 .093 .288 .756

Suhu .376 1 .376 1.163 .306

hormon *

suhu .758 2 .379 1.172 .349

Blok 62.111 2 31.056 95.976 .000

Error 3.236 10 .324

Total 1253.327 18

Corrected

Total 66.668 17

a. R Squared = .951 (Adjusted R Squared = .917)

LPH

Duncan

Hormon N

Subset

1

0 6 8.0305

10 6 8.0659

20 6 8.2620

Sig. .516

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = .324.

Page 27: ALIH KELAMIN JANTAN PADA IKAN NILA MERAH Oreochromis …

17

Lampiran 6 Hasil Analisis Faktorial RAK dan Hasil Uji Duncan

Rasio Konversi Pakan

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:RKP

Source

Type III

Sum of Squares df

Mean

Square F Sig.

Corrected

Model 24.958

a 7 3.565 4.697 .014

Intercept 59.858 1 59.858 78.851 .000

Hormon .902 2 .451 .594 .570

Suhu .661 1 .661 .871 .373

hormon * suhu .240 2 .120 .158 .856

Blok 23.156 2 11.578 15.251 .001

Error 7.591 10 .759

Total 92.408 18

Corrected Total 32.550 17

a. R Squared = .767 (Adjusted R Squared = .604)

RKP

Duncan

Hormon N

Subset

1

10 6 1.6319

20 6 1.7013

0 6 2.1376

Sig. .360

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = .759.

Page 28: ALIH KELAMIN JANTAN PADA IKAN NILA MERAH Oreochromis …

18

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor, pada tanggal 09 November 1991 dari Bapak

Anang Sudarna dan Ibu Nenny Sumarliani merupakan anak kedua dari dua

bersaudara. Penulis mempunyai satu orang kakak laki-laki yaitu Muhammad Bayu

Mahawelly.

Pendidikan formal yang dilalui penulis mulai dari TK Tunas Rimba Bogor

(1997-1998), SD Negeri Polisi V Bogor (1998-2003) dan menamatkan jenjang SD

di SD Negeri 22 Ujung Gurun Padang (2004), SMP Negeri 6 Bogor (2004-2005)

dan menamatkan jenjang SMP di SMP Negeri 2 Bandung (2007), dan SMA PGII

1 Bandung (2007-2010). Penulis diterima menjadi mahasiswa Program Studi

Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan,

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur

Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) pada tahun 2010.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif menjadi bendahara II

Organisasi Mahasiswa Daerah Paguyuban Mahasiswa Bandung (2010-2011),

anggota Pengembangan Sumberdaya Mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (2011-2012), sekertaris divisi Internal

Human Resources Development Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Perikanan

dan Ilmu Kelautan (2012-2013), divisi komisi penegak kedisiplinan Orientasi

Mahasiswa Baru Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (2012), seketaris divisi

sponsorship Gebyar Perikanan dan Kelautan (2012), dan Pembimbing Anggota

Keluarga Orientasi Mahasiswa Baru Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (2014)

. Penulis juga menjadi asisten mata kuliah Fisiologi Reproduksi Organisme

Akuatik (2012-2013), dan mata kuliah Industri Perbenihan Organisme Akuatik

(2013-2014).Tugas Akhir dalam pendidikan tinggi sarjana diselesaikan oleh

penulis dengan menyusun skripsi yang berjudul “Alih Kelamin Jantan pada

Ikan Nila Merah Oreochromis sp. Menggunakan 17α-metiltestosteron

Melalui Pakan dan Peningkatan Suhu’’.