1. Persamaan debit untuk bangunan penagtur pintu … · Persamaan debit di atas dapat dijabarkan...
-
Upload
phunghuong -
Category
Documents
-
view
222 -
download
1
Transcript of 1. Persamaan debit untuk bangunan penagtur pintu … · Persamaan debit di atas dapat dijabarkan...
45
1. Persamaan debit untuk bangunan penagtur pintu radial :
Q = K μ a b 12gh (II.7)
Dimana:
Q = debit (m3/dt)
K = faktor aliran tenggelam (lihat gambar D.8 lampiran D )
μ = koefisien debit (lihat gambar 2.25)
a = bukaan pintu (m)
b = lebar pintu (m)
g = percepatan gravitasi (m/dt2) (≈ 9,8)
h1 = kedalaman air di depan pintu di atas ambang (m)
Gambar II.13. Bangunan pengatur pintu radial
(DPU, dan DJP, 1986).
2. Bangunan pengatur pintu radial dengan kelebihannya :
a. gesekan pada bangunan ini jarang terjadi
b. bagian alat untuk mengangkatnya ringan dan mudah dieksploitasi
c. bangunan ini dipasang di saluran yang lebar
d. bangunan ini dapat melewatkan sedimen dasar maupun sedimen layang
3. Bangunan pengatur pintu radial dengan kelemahannya :
a. bangunan ini tidak dapat melewatkan benda-benda hanyut
b. biaya pembuatan bangunan mahal
c. paksi (pivot) pintu memberi tekanan horisontal besar jauh di
atas pondasi
46
II.5.5.4 Bangunan Pengontrol
II.5.5.4.1 Bangunan Pengontrol Mercu Tetap
Bangunan pengontrol mercu tetap yang memiliki dua bentuk seperti pada gambar
II.14 di bawah ini sudah kebanyakan pemakaiannya. Bentuk mercu pada gambar
II.14 yang sebelah kanan adalah sedemikian rupa sehingga H1/L ≤ 1.0, maka
bangunan tersebut dikatagorikan termasuk bangunan pengatur ambang lebar.
Bangunan ini di dalam hubungannya antara tinggi energi dan debit bangunan
sejenis ini sudah dapat diketahui dengan jelas.
Gambar II.14. Bangunan pengontrol mercu tetap
(DPU, dan DJP, 1986).
1. Konsep perencanaan hidrolis
Ada perbedaan pokok dalam hubungan antara tinggi energi dan debit
untuk bangunan pengontrol mercu bulat dan bangunan pengukur
ambang lebar. Perbedaan itu dapat dijelaskan sebagai berikut :
Kedua bentuk mercu di atas ada memberikan perbedaan pokok yang terkait di
dalam hubungan antara tinggi energi dan debit yang terjadi pada bangunan
pengontrol mercu bulat dengan bangunan pengukur ambang lebar. Dalam hal
perbedaannya diberikan penjelasan seperti berikut :
Untuk bangunan pengontrol mercu
bulat
Untuk bangunan pengukur ambang
lebar
Nilai banding H1/r = 5.0
Cd = 1.48
Nilai banding H1/L = 1.0
Cd = 1.03
47
Bentuk mencu yang penggunaannya di saluran irigasi, maka nilai-nilai yang
terdapat pada dftar di atas bisa digunakan di dalam persamaan debit dibawah ini :
Q = Cd g32
32 b H1
1.5 (II.8)
Dimana :
Q = debit (m3/dt)
Cd = koefisien debit
- bangunan pengukur ambang lebar Cd = 1.03
- bangunan pengontrol mercu bulat Cd = 1.48
g = percepatan gravitasi (m/dt2) (9.8)
b = lebar mercu (m)
H1 = tinggi air di atas mercu (m)
Penggunaan persamaan di atas, disini diasumsikan dengan koefisien kecepatan
datang adalah 1.0
Keterangan simbol dapat dilihat pada Gambar D.7 (lampiran D)
2. Bangunan pengontrol mercu tetap dengan kelebihannya :
a. bangunan ini dapat melewatkan sedimen layang maupun benda-benda hanyut
b. pisik bangunan kuat dan tidak mudah rusak
3. Bangunan pengontrol mercu tetap dengan kelemahannya :
a. apabila nilai banding 1
2
HH melebihi 0.33 menjadi tenggelam, maka aliran
pada bendung menjadi tidak moduler.
b. bagian permukaan hilir kemiringan digunakan 1: 1
c. bangunan ini masalah aliran tidak bisa disesuaikan.
d. bangunan ini tidak dapat melewatkan sedimen dasar
48
II.5.5.4.2 Bangunan Pengontrol Celah Trapesium
Bangunan pengontrol celah trapesium sama fungsinya dengan mercu tetap,
dikarenakan bangunan pengontrol celah trapesium digunakan juga untuk
mengontrol tinggi muka air di saluran. Penggunaan kedua jenis bangunan untuk
pengontrolan tinggi muka air disaluran irigasi, ini didasarkan pada pencegahan
terjadinya fluktuasi muka air yang besar yang dapat mengakibatkan berubahnya
debit di saluran irigasi. Hal ini dilakukan dengan cara menghubungkan tinggi
muka air yang terjadi pada bangunan pengontrol dengan lengkung debit untuk
saluran dan bangunan pengatur.
Konsep penggabungan kurve muka air dan kurve debit, dapat dilihat pada gambar
D.8 (lampiran D)
Pada bangunan pengatur tinggi ambang bangunan dapat dibuat sedemikian rupa
sehingga untuk kedua debit di saluran dan di bangunan pengontrol terjadi sama
besar. Berada untuk debit antara jarak nilai ini, maka akan terjadi perbedaan tinggi
muka air sehingga akan menyebabkan tinggi muka air di saluran akan membesar
atau mengecil.
Dengan menggunakan bangunan pengontrol celah trapesium, maka akan diperoleh
tinggi muka air di saluran dan di bangunan pengontrol dapat dijaga agar tetap
sama untuk berbagai besaran debit.
Apabila pada bangunan pengontrol celah trapesium ini tidak menggunakan
ambang, maka bangunan pengontrol celah trapesium ini dengan sendirinya akan
mengakibatkan timbulnya gangguan kecil pada aliran air dan terhadap
pengangkutan sedimen.
49
Gambar II.15. Bangunan pengontrol celah trapesium
(DPU, dan DJP, 1986).
1. Persamaan debit untuk bangunan pengontrol celah trapesium :
Q = Cd {bc yc + m yc2} {2g (H – yc)}0.5 (II.9)
Dimana :
Q = debit (m3/dt)
Cd = koefisien debit (≈ 1.05)
b = lebar dasar (m)
Yc = kedalaman kritis pada pengontrol (m)
m = kemiringan dinding samping celah (m)
H = kedalaman energi di saluran (m)
g = percepaatan grafitasi (m/dt2) ( 9.8 )
Persamaan debit di atas dapat dijabarkan untuk b dan s yang ada. Bentuk grafik
untuk bangunan pengontrol celah trapesium untuk berbagai b dan s dapat dilihat
pada gambar C.II.1 sampai C.II.12 (lampiran C). Di dalam pembuatan grafi-
grafik ini Cd diambil 1.05.
2. Penggunaan grafik-grafik tersebut dalam perencanaan bangunan pengontrol
celah trapesium untuk bagian-bagian antara lain :
a. Menentukan besaran debit agar pengontrol dapat bekerja (misalnya 20–100
% dari Q rencana).
b. Memperhitungkan karakteristik saluran untuk kedua debit ini.
Untuk memperhitungkan h20 (kedalaman air pada 20 % Q rencana), dapat
50
dipakai persamaan perkiraan debit dalam saluran irigasi :
Q = C h1.8 100
20
= 8.1100
8.120
)()(
hh
(II.10)
Dan h20 = (100
20
)1.8 * h100 = (0.2)0.56 * h100 = 0.14 h100
3. Masukkan salah satu dari grafik-grafik tersebut dengan H100 (kedalaman energi
dalam saluran untuk 100 % debit rencana) dan Q100 lalu carilah harga s-nya.
Lakukan hal yang sama untuk H20 dan Q20 jika didapat s yang sama,
maka ini adalah celah kontrol yang dipilih, setelah itu grafik berikutnya harus
diperiksa. Karena bentuknya yang demikian, celah kontrol cocok untuk
besar debit yang berbeda-beda.
4. Bangunan pengontrol celah trapesium dengan kelebihannya :
a. untuk berbagai besaran debit bangunan ini tidak menaikkan atau menurunkan
muka air di saluran.
b. bangunan ini kuat dan memberikan panjang ekstra di sebelah hulu
bangunan terjun dan dapat dengan mudah dilengkapi dengan pelimpah searah
saluran.
c. bangunan ini tidak memakai ambang dengan demikian dapat melewatkan
sedimen dasar, sedimen layang, maupun benda-benda hanyut.
d. Bangunan pengontrol celah trapesium dengan kelemahannya :
e. Bangunan berfungsi dengan baik hanya untuk aliran tidak tenggelam melalui
celah kontrol.
II.5.5.5 Bangunan Pengukur dan Pengatur
II.5.5.5.1. Bangunan Pengukur dan Pengatur Romijn
Bangunan pengukur dan pengatur Romijn merupakan bangunan yang dapat
digerakan untuk mengukur dan mengatur debit yang dibutuhkan di dalam suatu
petak sawah. Bangunan ini memiliki mercu yang dibuat dari plat baja dan
dipasang di atas pintu sorong yang dihubungkan dengan alat pengangkat, agar
memberikan kemungkinan untuk digerakan.
51
1. Jenis-jenis bangunan pengukur dan pengatur Romijn
Bangunan ini diperkenalkan pada awal tahun 1932, dimana bangunannya sendiri
telah dibuat dalam tiga bentuk :
a). Bangunan dibuat dengan bentuk mercu datar dan terdiri dari dua lingkaran
untuk peralihan penyempitan hulu, dapat dilihat pada gambar II.16
Gambar II.16 Bentuk mercu datar dua lingkaran
(DPU, dan DJP, 1986).
Untuk bentuk mercu datar dengan dua lingkaran, apabila ditinjau dari segi
hidrolis, maka bentuk inilah yang termasuk katagori perencanaan yang bagus.
Namun di dalam hal pembuatan kedua lingkaran tersebut sangat sulit. Hal lain
dapat dikatakan bahwa apabila bangunan ini tidak menggunakan kedua lingkaran
tersebut, maka pengarahan air yang berada di atas mercu bangunan sudah dapat
dilakukan tanpa pemisahan air.
b). Bangunan dibuat dengan bentuk mercu berkemiringan 1:25 dan memiliki satu
lingkaran sebagai peralihan penyempitan, dapat dilihat pada gambar II.17
52
Gambar II.17. Bentuk mercu miring satu lingkaran
(DPU, dan DJP, 1986).
Bangunan dengan bentuk mercu miring dengan satu lingkaran dianjurkan
penggunaannya oleh Vlugter pada tahun 1941. Hal ini dikatakan menurut hasil
penyelidikan model hidrolis yang telah dilakukan di laboratorium yang mendasari
rekomendasinya, namun bangunan ini sendiri sudah tidak dapat direproduksi lagi
(Bos 1976).
Kekurangan yang dimiliki oleh bentuk mercu miring satu lingkaran :
- bangunan ini memiliki bagian pengontrol yang terletak di atas tepi tajam
hilirnya, dimana garis aliran benar melengkung. Apabila pada bagian tepi
bangunan mengalami kerusakan, maka pada debit akan terjadi perubahan.
- batas moduler akan menjadi 0.25 dan bukan 0.67 hal ini menurut anggapam
umum yang dikarenakan oleh gasis-gasis aliran. Pada kondisi aliran tenggelam
dimana 1
2
HH
= 0.67, maka terjadi pengurangan pada aliran berkisar antara 3 %
untuk aliran rendah dan sampai 10 % untuk aliran tinggi.
Bangunan dengan bentuk mercu miring dengan satu lingkaran ini memiliki
kerumitan di dalam pembuatannya apabila dibandingkan dengan bangunan
dengan bentuk mercu datar, oleh sebab itu di dalam penggunaannya tidak
diajurkan lagi.
53
c). Bangunan dibuat dengan bentuk mercu datar dengan satu lingkaran sebagai
peralihan penyempitan, dapat dilihat pada gambar II.18
Gambar II.18. Bentuk mercu datar satu lingkaran
(DPU, dan DJP, 1986).
Bangunan dengan bentuk mercu datar satu lingkaran ini merupakan kombinasi
yang baik antara dimensi hidrolis yang benar dengan perencanaan konstruksi.
Apabila di dalam pelaksanaan dibutuhkan bangunan pengukur dan pengatur
Romijn, maka bangunan dengan bentuk mercu datar dengan satu lingkaran ini
sangat dianjurkan untuk digunakan, dapat dilihat juga pada gambar D.10
(lampiran D) dan gambar D.11 (lampiran D).
2. Persamaan debit untuk bangunan pengukur dan pengatur Romijin :
Q = Cd Cv g32
32 bc h1 1,5 (II.11)
Dimana:
Q = debit (m3/dt)
Cd = koefisien debit
= 0.9 + 0.10 L
H1
Cv = koefisien kecepatan datang
g = percepatan gravitasi(m/dt2)
bc = lebar meja(m)
h1 = tinggi energi hulu diatas meja(m)
54
H1 = tinggi energi diatas meja(m)
= g
vh2
11 + h1
v1 = kecepatan di hulu(m/dt)
Bangunan pengukur dan pengatur Romijn, gambar D.9 (lampiran D), dan sketsa
isometri bangunan pengukur dan pengatur Romijn dapat dilihat pada Gambar
D.10 (lampiran D), dan dimensi bangunan pengukur dan pengatur Romijn, dapat
dilihat pada gambar D.11 (lampiran D)
2. Standar ukuran dan tabel debit untuk pengukur dan pengatur Romijn
Bangunan ini memiliki ukuran standar dengan lebar bangunan adalah adalah 0.30,
0.50, 0.75, 1.00, 1.25 dan 1.50 m. Untuk ukuran yang lebar standar ini berlaku
untuk semua bangunan, di kecualikan hanya untuk satu tipe, yang memiliki
panjang standar mercu 0.50 untuk mercu horisontal dan jari-jari 0.10 m untuk
meja berujung bulat. Disini ditambahkan satu pintu lagi agar disesuaikan dengan
bangunan sadap tersier yang debitnya kurang dari 160 lt/dt. Untuk bangunan
dengan lebar pintu 0.50 m, adalah untuk mercu horisontal adalah 0.33 m dan jari-
jari 0.07 m yang ini untuk ujung meja.
Di dalam tabel II.4 dibawah ini diberikan besar kehilangan tinggi energi ▲H yang
dibutuhkan di atas bangunan pengukur dan penagtur yang biasanya digerakan.
Apabila pada bangunan pengukur dan pengatur memiliki saluran di hilir
berbentuk segi empat dengan potongan pendek, untuk hal ini dapat dilihat gambar
D.10 (lampiran D). Apabila penggunaan saluran di hilir yang lebih lebar, maka
kehilangan tinggi energi sebaliknya diambil 0.4 Hmaks. Di dalam tabel II.3 di
bawah ini diberikan harga-harga standar besaran debit yang dapat digunakan
untuk bangunan pengukur dan pengatur Romijn.
55
Tabel. II.3. Harga standar besaran debit untuk bangunan
pengukur dan pengatur Romijn (DPU, dan DJP, 1986).
Lebar (m) H1 maks (m) Besar debit (m3/dt)
0.50
0.50
0.75
1.00
1.25
1.50
0.33
0.50
0.50
0.50
0.50
0.50
0 - 0.160
0.030 – 0.300
0.040 – 0.450
0.050 – 0.600
0.070 – 0.750
0.080 – 0.900
3. Papan duga pengukuran debit
Di dalam pengukuran debit secara sederhana, dapat dilakukan dengan memasang
tiga jenis papan duga pengukuran debit, meliputi :
a. papan duga untuk mengukur muka air di saluran
b. memasang skala sentimeter pada kerangka bangunan
c. memasang skala liter yang ikut bergerak mengikuti gerakan meja bangunan
Memasang skala sentimeter dan skala liter pada posisi sedemikian rupa sehingga
pada waktu bagian atas meja berada pada ketinggian yang sama dengan muka air
di saluran, titik nol pada skala liter memberikan bacaan pada skala sentimeter
yang sesuai dengan bacaan muka air pada papan duga untuk mengukur muka ari
di saluran, dapat di lihat pada gambar D.10 (lampiran D)
56
Tabel II.4 Standar bangunan pengukur dan pengatur Romijn
(DPU, dan DJP, 1986).
Debir Q (m3 / dt) Panjang meja L =
0.50 m atau 0.33 m Panjang meja L = 0.50 m
H1 Standar lebar bangunan ukur romijn (m)
(m) 0.50 0.75 1.00 1.25 1.50
0.05
0.06
0.07
0.08
0.09
0.10
0.11
0.12
0.13
0.14
0.15
0.16
0.17
0.18
0.19
0.20
0.21
0.22
0.23
0.24
0.25
0.26
0.27
0.28
0.29
0.30
0.31
0.32
0.33
0.009
0.012
0.016
0.019
0.023
0.027
0.031
0.035
0.040
0.044
0.049
0.054
0.060
0.065
0.071
0.076
0.082
0.088
0.094
0.101
0.107
0.114
0.121
0.128
0.135
0.142
0.149
0.157
0.164
0.014
0.018
0.023
0.029
0.034
0.040
0.046
0.053
0.059
0.066
0.074
0.081
0.089
0.098
0.106
0.114
0.123
0.132
0.141
0.151
0.161
0.170
0.181
0.191
0.202
0.212
0.224
0.235
0.246
0.018
0.024
0.031
0.038
0.045
0.053
0.061
0.070
0.079
0.088
0.098
0.108
0.119
0.130
0.141
0.152
0.164
0.174
0.188
0.201
0.214
0.227
0.241
0.255
0.269
0.283
0.298
0.313
0.328
0.023
0.030
0.039
0.048
0.056
0.066
0.076
0.088
0.099
0.110
0.123
0.135
0.149
0.163
0.176
0.190
0.205
0.220
0.235
0.251
0.268
0.284
0.301
0.319
0.336
0.354
0.373
0.391
0.410
0.027
0.036
0.047
0.057
0.068
0.080
0.092
0.105
0.119
0.132
0.147
0.162
0.179
0.195
0.212
0.228
0.246
0.264
0.282
0.302
0.321
0.341
0.362
0.383
0.404
0.425
0.447
0.470
0.492
57
0.34
0.35
0.36
0.37
0.38
0.39
0.40
0.41
0.42
0.43
0.44
0.45
0.46
0.47
0.48
0.172
0.180
0.188
0.196
0.205
0.213
0.222
0.231
0.240
0.249
0.258
0.268
0.277
0.287
0.297
0.258
0.270
0.282
0.294
0.307
0.320
0.333
0.346
0.359
0.373
0.387
0.401
0.416
0.431
0.445
0.344
0.360
0.376
0.392
0.409
0.426
0.444
0.461
0.479
0.497
0.516
0.535
0.554
0.574
0.593
0.430
0.450
0.470
0.490
0.511
0.533
0.555
0.576
0.599
0.621
0.645
0.669
0.693
0.718
0.741
0.516
0.540
0.564
0.588
0.614
0.639
0.666
0.692
0.719
0.746
0.774
0.803
0.813
0.861
0.890
∆H 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11
4. Bangunan pengukur dan pengatur Romijn dengan karakteristiknya :
a. jika bangunan dibuat berbentuk mercu datar satu lingkaran, maka untuk
tabel debitnya ada dan memiliki kesalahan kurang dari 3 %
b. dengan menggunakan bangunan ini, maka debit dapat diukur dan diatur.
c. bangunan dengan kehilangan tinggi energi yang diperlukan untuk aliran
moduler yaitu di bawah 33 % dari tinggi energi hulu, relatif kecil.
d. bangunan ini di dalam perencanaan sudah ada teori hidrolika yang
digunakan, dikarenakan bangunan ini disebut juga bangunan berambang
lebar.
e. bangunan ini juga dapat disalahgunakan oleh orang yang tidak bertanggung
jawab yaitu dengan cara mengangkat pintu ke atas lebih tinggi lagi.
5. Bangunan pengukur dan pengatur Romijn dengan kelebihannya :
a. bangunan ini bisa mengukur dan mengatur debit
b. bangunan ini dapat melewatkan sedimen dasar, sedimen layang maupun
benda-bendaa hanyut
c. bangunan ini memiliki kehilangan tinggi energi yang relatif kecil
d. bangunan memiliki ketelitian yang baik
e. bangunan masalah eksploitasi mudah
58
6. Bangunan pengukur dan pengatur dengan kekurangannya :
a. bangunan ini dalam pembuatan rumit dan mahal
b. bangunan ini membutuhkan muka air yang tinggi di saluran
c. untuk biaya pemeliharaan bangunan ini relatif mahal
d. bangunan ini bisa disalahgunakan oleh orang yang tidak bertanggung jawab
e. bangunan ini memiliki kepekaan terhadap fluktuasi muka.
7. Bangunan pengukur dan pengatur Romijn di dalam penggunaannya :
Bangunan pengukur dan pengatur Romijn merupakan bangunnan yang biasa
digunakan di Indonesia sebagai bangunan sadap tersier. Bangunan ini memiliki
tipe standar ukuran yang kecil yaitu lebar 0.30 atau 0,50 m merupakan bangunan
yang cocok. Bangunan ini juga dapat dipakai sebagai bangunan sadap sekunder.
Eksploitasi untuk bangunanan ini sederhana. Bangunan ini dilengkapi dengan
pintu bawah yang dapat disalahgunakan oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
Bangunan ini penggunaannya pada bangunan sadap sekunder dan tersier. Di
dalam mendimensi bangunan ini yang penting yaitu lebar bangunan dan
kedalaman aliran maksimum pada muka air rencana. Debit rencana untuk petak
tersier adalah 140 lt/dt, disini digunakan type I dengan muka air rencana adalah
Q70.
II.5.5.5.2 Bangunan Pengukur Dan Pengatur Crump-de Gruyter
Bangunan pengukur dan pengatur Crump-de Gruyter bisa dsetel yang merupakan
saluran leher panjang yang dipasangi pintu gerak vertikal searah aliran
(streamline). Bangunan ini merupakan penyempurnaan modul proporsi yang
dapat disetel (ajustable proporsionan modul) dan diperkenalkan oleh Crump pada
tahun 1922. De Gruyter pada 1926 membuat penyempurnaan trase flum tersebut
dengan memnggantikan blok atap seperti yang direncana oleh crump dengan
pintu sorong yang dapat disetel. Bentuk bangunan ini dapat dilihat pada gambar
II.33.
59
Gambar II.19. Bangunan pengukur dan pengatur Crump-de Gruyter
(DPU, dan DJP, 1986).
1. Konsep Perencanaan Hidrolis
Persamaan debit untuk bangunan pengukur dan pengatur Crump-de ruyter :
Q = Cd b w )(32
1 whg − (2.12)
Dimana :
Q = debit (m3/dt)
Cd = koefisien debit (=0,94)
b = lebar bukaan (m)
w = bukaan pintu (m) (w ≤ 0,63 h1)
g = percepatan grafitasi (m/dt2) (= 9,8)
h1 = tinggi air di atas ambang (m)
Grafik nilai banding Crump-de Gruyter, dapat dilihat pada gambar D12 (lampiran
D). Pada Grafik yang terdapat di gambar D.12 (lampiran D) digunakan untuk
merencanakan bangunan pengukur dan pengatur Crump-de Gruyter. Pada grafik
ini memberikan bentuk hidrolis untuk orifis yang didasarkan pada dua nilai
banding meliputi :
α = 1hhΔ dan K =
1hw
Untuk nilai banding γ = Qmaks/Qmin (diperoleh dari gambar D.12 lampiran D)
60
2. Bangunan pengukur dan pengatur ukur Crump-de Gruyter dengan
karakteristinya :
a. untuk menciptakan aliran kritis di bawah pintu digunakan Δh = h1- h2.
Jika terjadi aliran kritis, maka direncanakan peralihan pelebaran yang
sebenarnya tidak akan berpengaruh pada kalibrasi tinggi energi, bukaan, dan
debit untuk bangunan tersebut.
b. penggunaan panjang leher L tidak boleh kurang dari h1 agar menghindari
terjadinya lengkung garis aliran pada pancaran dibawah pintu.
c. bukaan pintu diusahakan untuk kurang dari 0.63 h1, sehingga dapat diperoleh
aliran kritis dibawah pintu dan sekaligus menghindari terjadinya pusaran air
di depan pintu.
Agar memperoleh pengukuran yang teliti, maka pintu dibuka melebihi dari
0.02 m
d. airan harus diarahkan kebukaan pintu agar tidak terjadi pemisahan aliran.
e. tori hidrolika yang sudah ada digunakan untuk perencanaan Orifis/Lubang
yang dapat di atur. Apabila aliran kritis terjadi di bawah pintu, maka tabel
A.3.3 pada lampiran A dapat digunakan dengan faktor kesalahan kurang dari 3
%.
f. kehilangan tinggi energi yang diperlukan untuk aliran moduler kurang dari
h1– w.
Agar kehilangan ini bisa diperkecil, maka peralihan pelebaran bertahap
dipasang di belakang leher. Untuk contoh pada peralihan pelebaran dengan
kemiringan 1:6, maka ting energi yang dibutuhkan pada Δh diperkecil sampai
0.5 (h1- w).
h. fisik bangunan kuat dan tidak mudah rusak
i. bangunan ini benda-benda hanyut cendrung tersangkut.
3. Bangunan pengukur dan pengatur Crump-de Gruyter dengan kelebihannya :
a. bangunan dapat mengukur dan mengatur
b. Bangunan dapat melewatkan sedimen dasar maupun sedimen layang
c. Pada bangunan ini pengukuran teliti dan eksploitasi mudah dilakukan
d. Bangunan kuat
61
4. Bangunan pengukur dan pengatur Crump-de Gruyter dengan kelemahannya :
a. bangunan ini dalam pembuatan rumit dan mahal
b. biaya pemeliharaan mahal
c. kehilangan tinggi energi besar
d. bangunan ini tidak dapat melewatkan benda-benda hanyut
5. Bangunan pengukur dan pengatur Crump-de Gruyter dengan kegunaannya :
Agar berhasil di dalam penggunaan bangunan ini, maka muka air di saluran
selalu mengalami fluktuasi atau apabila pada orifis harus bekerja pada keadaan
muka air rendah di saluran. Bangunan ini tingkat pemeliharaan mudah dan
tidak sulit.
II.5.5.5.3 Bangunan Pengukur Dan Pengatur Orifis
Bangunan pegukur dan penagutur orifis dengan tinggi energi tetap (CHO =
Constant Head Orifice) yang dapt dilihat pada gambar II.20 merupakan
kombinasi pintu pengukur dan pengatur dalam satu bangunan. Bangunan ini
dikembangkan oleh U.S.Bureau of Reclamation, disebut demikian karena
ekploitasinya didasarkan pada penyetelan dan mempertahankan beda tinggi energi
(biasanya Δh = 0,06 m untuk Q < 0,6 m3/dt dan Δh = 1,12 m untuk Q < 1,5 m3/dt)
di seberang bukaan pintu Orifis hulu dengan cara menyesuaikan pintu pengatur
sebelah hilir.
1. Konsep perencanaan hidrolis :
Di dalam penyetelan besar aliran tertentu, maka bukaan pintu Orifis A = b . w
diperlukan untuk mengalirkan air, yang berpedomann dari persamaan berikut :
Q = C A g2 .Δh (II. 13)
Dimana :
Q = Debit (m3/dt)
C = Koefisien debit (≈ 0,66)
A = Luas bukaan pintu (m2) (= bc . w)
W = tinggi bukaan pintu (m)
62
bc = Lebar pintu (m)
g = Percepatan gravitasi (m/dt2) (≈ 9,81)
Δh = Kehilangan tiggi energi di atas pintu (m) (0,06 m dan 0,12 m)
Subtitusi harga Cd = 0,66, Δh = 0,06 m, dan g = 9,8 m/dt2
kedalam persamaan II.7 :
Q = 0,716 bc. w (II.14)
Gambar. II.20. Bangunan pengukur dan pengatur Orifis
(DPU, dan DJP, 1986).
Bangunan pengukur dan pengatur orifis ini di dalam penggunaannya diatur lebar
bukaan (w) yang telah diperhitungkan. Untuk bagian pintu pengatur disebelah
hilir dapat disesuaikan hingga perbedaan tinggi energi yang di ukur sama dengan
63
tinggi energi yang diperlukan. Apaila terjadi perbedaan tinggi energi kecil (Δh =
0,66 m) maka hal ini merupakan salah satu faktor tidak benar di dalam
pengukuran debit. Adapun faktor-faktor lain yaitu :
a. Di depan bangunan pintu terbentuk olakan air dengan kecepatan aliran
didalam saluran.
b. di belakang bangunan pintu terjadi pusaran air yang besar menyebakan
terciptanya pemisahan aliran di sepanjang bangunan pintu.
c. bangunan pintu pengatur yang mudah tenggelam, yang sehingga
menyebakan terjadi perubahan pada beda tinggi energi yang sudah di setel
yaitu Δh = 0,06 m.
d. dengan koefisien 0.716 dari gambar 2.8 akan diperoleh kesalahan sebesar
7%.
Bangunan pintu pengatur ini di dalam tipe maupun bentuk dan dimensi yang tidak
relevan apabila bangunan di dalam penggunaannya dikhusukan untuk menyetel
perbedaan tinggi energi pada Δh = 0,06 m. Pada bagian hilir dari bangunan pintu
akan mungkin ditempatkan saluran atau gorong-gorong, pada terakhir ini, kantong
udarah di sebelah hilir bangunan pintu harus diaerasi (di isi udara) untuk
menghindari kenaikan tekanan yang mendadak. Hal ini sangat disukai apabila
permukaan air di dalam gorong-gorong tetap bebas.
2. Pada bangunan ini kehilangan total tinggi energi yang dibutuhkan untuk
memperoleh aliran moduler diperlukan tiga hal :
a. di atas bangunan pintu perbedaan tinggi energi Δh = 0,06 m.
b. kehilangan tinggi energi di butuhkan untuk aliran kritis dibawah/di atas
bangunan pengatur.
c. terjadi kehilangan di peralihan pada bangunan pengatur ke bagian hilir
saluran tersier.
Untuk kehilangan tinggi energi biasanya terjadi pada nilai lebih dari 0,25
m.
64
3. Bangunan pengukur dan pengatur Orifis dengan karakteristiknya :
a. pada bangunan ini pengukuran aliran tidak tepat, dan untuk terjadi kesalahan
bisa mencapai 100 %.
b. besar nilai kehilangan tinggi energi yang dibutuhkan untuk menciptakan
aliran moduler, hal ini lebih dari 0,25 m.
c. tepi bawah yang tajam pada bangunan penagtur bisa menjadi tumpul dengan
demikian dapat menyebabkan kesalahan pengukuran.
d. bangunan ini tidak dapat melewatkan benda-benda hanyut, disebabkan
karena pada tepi bangunan pengatur yang tajam dan pemakaian dua pintu
sekaligus.
e. pada bangunan ini untuk mengukur bukaan pintu di gunakan stang putar
bersekrup (screw rod dan operetion wrench), yang diberi skala sentimeter.
Di dalam hal ini maka prosedur eksploitasi menjadi rumit.
4. Bangunan pengukur dan pengatur Orifis dengan penggunaannya :
Bangunan ini di tempatkan pada bangunan sadap tersier. Karena eksploitasi dan
fungsi hidrolis bangunan ini rumit, maka dianjurkan untuk tidak di gunakan di
Indonesia.
II.5.5.6 Bangunan Peredam Energi
Bangunan Peredam Energi ditempatkan di sebelah hilir bangunan pengatur sangat
bergantung pada energi yang masuk, yang dinyatakan dengan bilangan Froude.
Karena perencanaan bangunan peredan energi ini berdasarkan pada bilangan
Froude, maka disini dibuat pengelompokan di dalam perencanaan sebagai berikut
:
1. apabila nilai Fru ≤ 1,7 maka bangunan peredam energi tidak perlukan ada; tetapi
untuk saluran tanah, pada bagian hilir perlu dilindungi dari bahaya erosi; dan
untuk saluran pasangan atau beton tidak perlu memerlukan perlindungan khusus.
2. apabila nilai 1,7 < Fru ≤ 2,5 maka bangunan peredam energi perlu digunakan.
Bangunan peredam energi yang menggunakan ambang pada ujungnya mampu
65
bekerja dengan baik. Apabila perencana menginginkan penurunan muka air ∆Z <
1,5 m, maka perencana dapat menggunakan bangunan terjun tegak.
3. apabila nilai 2,5 < Fru ≤ 4,5 maka dalam hal ini sulit untuk menentukan
bangunan peredam energi. Di karenakan ada terjadi loncatan air yang tidak
terbentuk dengan baik sehingga menimbulkan gelombang sampai menempuh
jarak yang jauh di saluran. Konsep untuk mengatasi hal ini yaitu mengupayakan
agar bangunan peredam energi yang direncanakan mapu menimbulkan olakan
(turbulensi) yang tinggi dengan blok halang atau dengan cara menambah
intensitas pusaran dan adanya pemasangan blok depan pada kolam. Blok depan ini
harus berukuran besar (USBR tipe IV), atau akan lebih baik untuk tidak
merencanakan bangunan peredam energi. Di dalam hal lain adalah sebaiknya
geometri perencanaan diubah untuk memperbesar atau memperkecil bilangan
Froude sehingga memberikan kelonggaran memakai bangunan peredam energi
katagori lain.
4. apabila nilai Fru ≥ 4,5 maka perencana akan memiliki bangunan peredam energi
yang ekonomis, disebabkan bangunan peredam energi bentuk pendek. Jenisnya
termasuk bangunan peredam energi USBR tipe III yang dilengkapi dengan blok
depan dan blok halang.
Diagram yang digunakan untuk pemilihan bangunan peredam energi di saluran
terdapat pada gambar D.13 (lampiran D)
II.5.5.6.1 Bangunan Peredam Energi Untuk Bilangan Froude
Antara 2,5 Dan 4,5
Untuk bangunan peredam energi jenis ini di dalam merencanakannya adalah
dengan menembah atau mengurangi, akan tetapi lebih baik menambah bilangan
Froude hingga melebihi besarnya besaran tersebut. Untuk hal ini rumus bilangan
Froude yang digunakan adalah beikut :
Fr = gyv =
3gyq (II.15)
66
Penambahan kecepatan V atau mengurangi kedalaman air y pada rumus di atas,
maka keduanya dihubungkan lewat debit per satuan lebar q, yang bisa ditambah
dengan cara mengurangi lebar bangunan (q = BQ ).
Dari pendekatan di atas dan ternyata tidak memungkinkan, maka ada
kemungkinan untuk menggunakan dua tipe bangunan peredam energi sebagai
berikut :
1. bangunan peredam energi USBR tipe IV, yang dilengkapi blok muka yang
besar untuk memperkuat pusaran.
Rumus yang digunakan untuk menghitung panjang bangunan peredam energi (L) :
L = 2 yu ( 281ur
F+ - 1) (II.16)
Kedalaman minimum air hilir adalah 1,1 x yd y2 + n ≥ 1,1 yd menurut USBR,
1973.
Gambar II.21. Bangunan peredam energi tipe IV
(DPU, dan DJP, 1986).
2. Bangunan peredam energi jenis blok halang (baffle-block-type basin Donnelly
and Blaisdell, 1954). Pada bangunan peredam energi jenis ini tidak dapat
melewatkan benda-benda hanyut. Dalam kondisi seperti ini akan menyebabkan
meluapnya bangunan peredam energi dan terjadi kerusakan pada blok halang. Hal
lain juga memerlukan struktur beton tulangan untuk pembuatan blok halang.
67
Gambar II.22. Bangunan peredam energi jenis blok halang
(DPU, dan DJP, 1986).
II.5.5.6.2 Bangunan Peredam Energi Untuk Bilangan Frude > 4,5
Bangunan peredam energi dengan nilai bilang Frude berada di atas 4,5 maka
kondisi pada loncatan air dan pada peredam energi dapat diperoleh dengan baik.
Dalam kondisi seperti ini lebih baik menggunakan bangunan peredam energi
USBR tipe III, dapat dilihat pada gambar II.22
Bangunan peredam energi apabila penggunaan blok halang atau blok muka tidak
layak (hal ini disebabkan apabila bangunannya dibuat dari pasangan batu), maka
bangunan peredam energi dapat direncanakan sebagai bangunan peredam energi
loncat air dengan menggunakan ambang ujung, dapat dilihat pada gambar II.24.
Untul bangunan peredam energi jenis ini akan menjadi panjang tetapi dangkal.
Gambar II.23. Straight drop structure peredam energi tegak
(Ankum. P, June 1995)
68
Bangunan peredam energi ini dilengkapi dengan ambang ujung.
Upto 50 % dari tenaga dapat merusak dengan tekanan dari pancaran dan dengan
turbulent circulation di bawah kolom peredam pancaran. Bagian sisi
menghancurkan dengan loncatan hydraulika didalam kolam. Walaupun kolam
jatuh tegak, kiranya efisensi kehilanagan tenaga sebab dari tekanan, kolam
menjadi sangat panjang dibangdingkan dengan kolam peredam lain.
Bentuk kolam tenang tidak hanya menyediakan untuk loncatan air tetapi juga
menyesuaikan dengan jarak horisontal Ld dengan pelindung dengan pancaran
jatuh mana yang panjang sekali.
HaLd = 5,14 (
HaZ )0,857 (II.17)
Untuk Contoh :
Dilepaskan per luas q = 0,5 – 1,0 m3/det.m, jatuh di atas Z = 1.00 m, di kendali
jarak horisontal Ld ± 5,00 m untuk pancaran mencapai dasar. Bentuk percobaan
adalah laporan di buku (e.g. Chow 1959, Henderson 1966), lebih praktis untuk
perencanaan teknik. Percobaan menberikan suatu persamaan disain yang mana
dasar suatu nilai D = )( 3
2
gZgq Dan di atas loncatan Zb di saluran.
Rencana asal rumus untuk peredam energi tegak dapat menjadi sedehana (Ankum
1991) dengan mengeluarkan rumus ke dalaman parameter rencana :
Ha ≡ (7.1
q )2/3 (II.18)
Demikian, dalamnya yb dari lantai bawah ke permukaan air dan panjang Lb
mengikuti dari lantai.
Yb / Ha = 1,25 (HaZ )0,179 (II.19)
Lb / Ha = 11,6 (HaZ )0,600 (II.20)
69
Dimana :
Z = beda tinggi energi (m)
Yb = ke dalaman air di hilir kolam (m)
Ld = panjang jatuh (m)
Lj = panjang olakan (m)
Lb = panjang bagunan peredam energi (m)
Ha = tinggi energi di hulu (m)
Dengan jatuh Z antara tinggi energi dan melepaskan q per luas dalam m3/dt.m.
Jarak dari HaZ untuk volume kolam bisah boleh tidak mempunyai penetapan.
Tetapi, angka Froude Frj dari pancaran di belakang dengan tekanan menyentuh
lantai kolam :
Frj = 3,27 (HaZ )0,389 (II.21)
Syarat batas untuk angka Froude Frj > 4,5
Kolam peredam energi tegak boleh menggunakan / memakai untuk HaZ > 2,3.
II.5.5.6.3 Bangunan Peredam Energi Tipe Bucket
Bangunan peredam energi tipe bucket adalah bagian kolam yang dalam untuk
kedalamn air yang mana di kolam adalah besar dari ke dalaman minimum untuk
suatu loncatan hidraulic (lihat gambar. II.24).
Menghandalkan energi yang hilang tidak di atas pembentukkan dari suatu
loncatan hidraulic, tetapi di atas pembentukkan dari dua kelengkungan. Sebuah
bucket di atas dasar dan suatu daerah lengkungan. Ini bercampur baur pergerakan
dua lengkungan efektip menghilangnya energi. Suatu ke dalaman minimum di
kolam wajib menghindari keluar permukaan lengkungan. Suatu permukaan air
maksimun harus ke bentuk daerah lengkungan, menghindari aliran tenggelam. Ini
kolam bucket bentuk USBR, dan pertama di bentuk curva hubungan nilai Fruode
Frz ;
70
Dimana :
Frz = nilai Froude
Yz = ke dalaman air di bucket (m)
Pada level permukaan air hilir (e.g. USBR 1973, Chow 1959, Henderso 1966).
Nilai Frz yang baru pada level permukaan air hilir, tidak praktis parameter untuk
disain, dan dapat menghindari dengan cepat persamaan untuk suatu disain
parameter :
Ha = (7.1
q )2/3 (II.22)
Disain kolam bucket meliputi ketepatan radius R Curvation bucket, dan ke
dalaman dasar yb di permukaan air hilir dimana mengikuti dengan tepat dari
persamaan (ankum 1991) :
HaR = 0,93 + 0,113 (
HaZ ) – 0,019 (
HaZ )2 (II.23)
Hayb = 2,0 + 1,0 (
HaZ ) (II.24)
Dimana :
Z = tinggi lompatan di antara hulu dan energi permukaan dasar (m)
q = debit yang di lepaskan (m3/det.m)
Kolam bucket bolah hanya mengunankan harga batas 1,5 < HaZ < 7
Gambar II.24. Bangunan Peredam Energi Tipe Bucket (untuk Z/Ha = 3)
(Ankum. P, (June 1995)
71
II.5.5.7 Bangunan Terjun
Bangunan terjun dibutuhkan pada jaringan irigasi khususnya pada kemiringan
permukaan tanah lebih curam dari pada kemiringan maksimum dasar saluran yang
di ijinkan. Untuk bangunan terjun yang direncanakan memiliki empat bagian
fungsional yang di dalam perencanaannya masing-masing bagian memiliki ciri
yang khas yaitu :
a. di bagian hulu pengontrol, merupakan bagian yang menciptakan aliran
superkritis.
b. di bagian hilir yang curam dimana air dialirkan ke elevasi yang lebih rendah.
c. di bagian hilir yang curam tepat di bawahnya terdapat potongan U, dapat dilihat
pada gambar II.25 merupakan tempat yang digunakan untuk energi diredam.
d. di bagian peralihan ke arah saluran memerlukan perlindungan untuk mencegah
terjadinya pengikisan dan erosi.
1. Persamaan debit untuk bangunan terjun :
Q = )8.0( 1b
Q (II.25)
Dimana :
L = panjang kolam olak hilir (m)
hc = kedalaman kritis (m)
Q = debit rencana (m3/dt)
B = lebar bukaan = 0.8 * lebar dasar saluran (m)
z = tinggi terjunan (m)
q = debit persatuan lebar (m3/dt.m1)
b1 = lebar dasar saluran (m)
Jenis bangunan terjun seperti ini hanya digunakan untuk z/hc > 1.
Bagian Pengontrol
Bagian pengontrol merupakan bagian awal dari bangunan yang digunakan untuk
aliran di atas`ambang dikontrol.
72
Pada bagian pertama dari bangunan ini,aliaran di atas ambang dikontrol.
Keterkaitan antara tinggi energi yang menggunakan ambang sebagai acuan (h1)
dan debit (Q) pada pengontrol ini berpedoman pada ketinggian ambang (p1),
potongan memanjang mercu bangunan, kedalaman bagian pengontrol, dan lebar
pada bagian pengontrol. Pada bangunan-bangunan lain yang memiliki bagian
pengontrol yaitu bangunan pengukur ambang lebar atau flum leher panjang,
bangunan pengontrol mercu bulat, dan bangunan pengontrol celah trapesium.
Pada saat menentukan bagian pengontrol, kurve Q-h1 diplot di grafik, di mana
grafik yang sama diplotkan juga debit versus kedalaman air di hulu saluran. Untuk
grafik dapat dilihat pada gambar D.14 (lampiran D). Dengan cara untuk
menganekaragamkan harga-harga bagian pengontrol, maka kedua kurve dapat
dibuat untuk bisa digabung dengan harga antara umum aliran di saluran tersebut.
Karena adanya penggabungan ini, maka ada keuntungan yang diperoleh yaitu
bangunan pengontrol tidak menyebabkan kurve pengembangan karena pengaruh
sedimentasi atau menurunnya muka air karena pengaruh erosi yang terjadi di
hulu saluran.
Gambar II.25. Ilustrasi peristilahan pada bangunan terjun
dan peredan energi (DPU, dan DJP, 1986).
73
II.5.5.7.1 Bangunan Terjun Tegak
Bangunan terjun tegak akan menjadi lebih besar jika ketinggiannya ditambahkan.
Dengan demikian kemampuan hidrolisnya menjadi berkurang akibat dari variasi
di tempat jatuhnya pancaran di lantai bangunan terjun apabila terjadi perubahan
debit. Apabila perubahan tinggi energi di atas bangunan lebih besar dari 1.50
meter, maka dianjurkan untuk tidak menggunakan bangunan terjun tegak.
Penggunaan bangunan terjun tegak, memberikan luapan yang jatuh bebas akan
menyentuh lantai bangunan terjun dan bergerak menyebar kehilir pada potongan
U, dapat dilihat pada gambar II.25. Dengan adanya luapan dan turbulensi yang
terjadi di lantai bangunan terjun di bawah tirai luapan, sebagian dari energi dapat
diredam di depan potongan U, dan energi selebihnya diredam di belakang
potongan U.
Untuk sisa tinggi energi hilir yang mengunakan lantai dasar bangunan terjun
sebagai bidang persamaan, Hd, tidak berbeda jauh dari perbandingan 1HZΔ , dan
kurang lebih sama dengan 1.67 H1 (lihat persamaan II.27). Untuk harga Hd dapat
digunakan untuk menetukkan ▲Z pada bangunan terjun tegak (lihat persamaan
II.26).
1. Pesamaan hidrolis bangunan terjun tegak :
H1 = tinggi energi dimuka ambang (m)
▲H = perubahan tinggi energi pada bangunan (m)
Hd = tinggi energi hilir pada bagian peredam energi (m)
q = debit per satuan lebar (m2/dt)
g = percepatan gravitasi (m/dt2) (9.8)
n = tinggi ambang pada ujung bagian peredam energi (m)
Parameter-parameter di atas dapat digabungkan untuk memperkirakan tinggi
bangunan terjun :
▲Z = (▲H + Hd) - H1 (II.26)
Perkiraan awal untuk Hd, boleh dimisalkan :
74
Hd ≈ 1.67 H1 (II.27)
Setelah itu kecepatan aliran pada potongan U boleh diperkirakan untuk :
Vu = ZgΔ2 (II.28)
Perkiraan selanjutnya yaitu untuk :
Yu = uV
q (II.29)
Untuk membedakan sifat aliran yang terjadi pada potongan U dengan
menggunakan bilangan Froude yaitu :
Fru = u
u
gyV
(2.30)
Untuk bangunan terjun tegak dengan perbandingan panjang Z
ydΔ
dan Z
LpΔ
dihitung dari gambar D.15 (lampiran D) yang memperlihatkan harga yd dan Lp
II.5.5.7.2 Bangunan Terjun Miring
Bangunan terjun miring yang memiliki permukaan miring dengan bebas
menghantar air ke lantai/dasar bangunan terjun miring (bagian peredam energi)
merupakan bagian dari perencanaan, dan dikhususkan jika tingginya lebih besar
dari 1.5 meter. Untuk bangunan terjun miring, kemiringan permukaan belakang
dapat dibuat securam mungkin dan relatif pendek. Hal ini dibuat jika peralihan
ujung runcing yang dipakai di antara permukaan pengontrol dan permukaan
belakang pada bagian hilir, dan untk mencegah pemisahan aliran pada sudut
miring, maka disarankan untuk menggunakan kemiringan 1 : 2, dapat di lihat
seperti pada gambar 3. 38.
75
Gambar II.26. Bangunan terjun miring (DPU, dan DJP, 1986).
Perencanaan bangunan terjun miring jika diperlukan kemiringan curam, maka
pada sudut runcing diganti dengan kurve peralihan dengan jari-jari r ≈ 0.5 H1
maks, dapat di lihat pada gambar II.26
Untuk harga yu dan Hd yang boleh dipakai untuk perencanaan kolam di belakang
potongan U, hali ini kemungkinan dapat ditentukan dengan menggunakan tabel
A.3.7 (dapat dilihat pada lampiran A). Untuk tinggi energi Hu pada luapan yang
masuk lantai/dasar bangunan terjun miring pada potongan U mempunyai harga
yang lebih tinggi jika digunakan bangunan terjun miring dengan permukaan hilir
yang miring, membandingkan jika luapan yang terjadi jatuh bebas seperti pada
bangunan terjun tegak. Penyebab utamanya adalah bahwa dengan bangunan terjun
tegak, energi diredam karena terjadi benturan luapan dengan lantai bangunan
terjun tegak dan karena pusaran turbulensi di dasar di bawah tirai luapan. Jika
menggunakan bangunan terjun miring, maka bagian peredaman energi menjadi
berkurang akibat gesekan dan aliran turbulensi di atas permukaan bangunan terjun
miring.
76
II.6 Rangkuman Studi Terdahulu
Penelitian-penelitian yang sudah dilakukan tentang Sistem Pakar sebagai
penunjang dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Pengembangan prototipe program interpretasi elektokardiagram (PIE)
menggunakan Sistem Pakar, oleh : Abdurrachman, Adri, Tesis magister
Instrumentasi dan kontrol, itb (1990).
Dalam penulisan ini membahas tentang Elektrokardiagram (EKG) merupakan
rekaman grafik potensial-potensial listrik yang ditimbulkan oleh jaringan jantung
dan digunakan sebagai alat bantu untuk mengetahui kondisi jantung, disamping
pemeriksaan klinis. Permasalahannya, orang yang mempunyai kemampuan untuk
menginterpretasikan EKG ini masih terbatas.
Pada tesis ini dikembangkan suatu prototipe program elektrokardiagram (PIE)
yang dimaksudkan sebagai sarana belajar memahami dan menginterpretasikan
EKG. Protatipe PIE dibangun menggunakan sistem pakar dengan sumber
pengetahuan berasal dari buku-buku teks EKG yang dipakai oleh mahasiswa
medis untuk mempelajari EKG.
Pengembangan prototipe PIE ini dilakukan dengan menggunakan bahasa
pemrograman berorientasi objek (OOP), yaitu objek Pascal. Penggunaan OOP ini
memungkinkan dipisahkannya mesin inferesi dari basis pengetahuan. Hal ini
dimungkinkan karena di dalam OOP dilakukan pengkapsulan menjadi objek-
objek yang berbeda. Keuntungan yang akan diperoleh adalah kemudahan dalam
pengembangan lanjut prototipe ini, baik dalam peningkatan kecerdasannya
maupun dalam sifat kerjanya, misalnya di jadikan online dengan alat perekam
EKG.
Prototipe ini berhasil menginterpretasikan EKG dengan variasi-variasi umum (17
dari 21 data pengujian) yang diperoleh dari alat perekam EKG standar yang
77
dimasukkan dalam PIE secara deskriptif. Sedangkan untuk variasi-variasi unik
dan memiliki derajat kompleksitas yang tinggi (4 dari 21 data), prototipe PIE
tidak berhasil menginterpretasikannya dengan tepat. Hal ini dikarenakan oleh
basis pengetahuan yang diperoleh dari buku-buku teks EKG merupakan
pengetahuan dasar.
2. Sistem Pakar (expert system) untuk penentuan tipe bangunan pintu dan peredam
energi pada jaringan irigasi, oleh : Junus Botmir, Tesis Magister Teknik Sipil,
Rekayasa Sumber Daya Air, itb (2002). Disini penulis melihat pada bangunan-
bangunan irigasi (bangunan pengukur, bangunan pengatur, bangunan pengukur
dan pengatur, bangunan peredam energi dan bangunan terjun) sangat banyak
berada dan terdapat dalam jaringan irigasi.
Bangunan–bangunan irigasi ini sangat dibutuhkan untuk menunjang kegiatan
peririgasian baik dalam hal melindungi, mengalirkan, membagikan, mengukur,
dan mengatur kebutuhan air untuk kebutuhan pertanian dalam hal ini kebutuhan
irigasi, sehingga harus membutuhkan sistem kepakaran pintu dan peredam energi
yang dapat menyesuaikan diri dengan berbagai kondisi yang diperlukan oleh
perencanaan irigasi dimaksud. Demikian agar debit yang dikeluarkan oleh
bangunan pengukur sesuai dengan yang dibutuhkan petak sawah untuk
pertumbuhan tanaman. Hal lain yang menunjang pula yaitu kecepatan serta
sedimentasi yang bersamaan dengan debit yang masuk dan keluar bangunan
pengukur maupun bangunan pengatur dan bangunan-bangunan air lainnya dapat
dikeluarkan dengan baik dan terkendali.
Dalam menganalisis penentuan tipe bangunan pengukur, bangunan pengatur,
bangunan pengukur dan pengatur, bangunan peredam energi dan bangunan terjun,
dengan mengacu pada basis pengetahuan dan basis data yang diperoleh dari buku-
buku teks yang ada (studi pustaka) dan juga data-data yang diperoleh dari studi
lapangan dan intansi terkait saat dilapangan. Dari basis pengetahuan dan basis
data yang ada, diproses dengan suatu program komputer yang dapat meniru
keahlian beberapa orang tenaga ahli yang disebut sistem pakar (expert system)
78
dalam penetuan tipe bangunan pengukur, bangunan pengatur, bangunan pengukur
dan pengatur, bangunan peredam energi dan bangunan terjun pada jaringan
irigasi.
Hasil yang diperoleh dari penulisan ini adalah mendapatkan perengkat lunak yang
memiliki kepastian dalam mengabil keputusan penetuan tipe bangunan pengukur,
bangunan pengatur, bangunan pengukur dan pengatur, bangunan peredam energi
dan bangunan terjun pada jaringan irigasi yang bersangkutan dengan jelas, tepat
dan benar berdasrkan basis pengetahuan dan basis data yang ada. Dan juga
memberikan perencanaan tipe bangunan pengukur, bangunan pengatur, bangunan
pengukur dan pengatur, bangunan peredam energi dan bangunan terjun
berdasarkan data-data yang dibutuhkan dalam perencanaan tipe bangunan
pengukur, bangunan pengatur, bangunan pengukur dan pengatur, bangunan
peredam energi dan bangunan terjun tersebut.